DISUSUN OLEH:
MUHAMMAD ABDUL AZIZ
2004035
Puji syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkat dan karunia-Nya
penulis dapat menyesaikan laporan study kasus yang berjudul “Pemanfaatan Abu Ketel
Dalam Mendukung Pertumbuhan Tanaman Tebu (Saccharum officinarum L.) Di PG Takalar”
dengan tepat waktu Study kasus beserta laporanya, penulis mengucapkan terima kasih
kepada:
2
DAFTAR ISI
3
RINGKASAN
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pupuk organik abu ketel terhadap
pertumbuhan tanaman tebu yang dibandingkan dengan pupuk ZA. Penelitian ini dilaksanakan
di PTPN XIV PG Takalar Sulawesi Selatan pada bulan Januari sampai dengan bulan Maret
2023. Penelitian ini menggunakan rancangan acak kelompok yang menggunakan 3 perlakuan
yang berbeda yaitu abu ketel 25 kg, pupuk ZA 0,33 kg/juring dan yang terahir menggunakan
kontrol. Parameter yang diamati adalah tinggi tanaman, jumlag daun, jumlah mata, diameter
batang, Panjang akar. Data dianalisis secara statistik dengan menggunakan Analiysis Of
Variante (ANOVA) dengan taraf 5%. Hasil menunjukan bahwa hasil penelitian yang telah
dilakukan dengan menggunakan 3 perlakuan tidak beda nyata terhadap tinggi tanaman,
jumlah daun, jumlah mata, diameter batang, dan panjang akar pada fase pertunasan.
4
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Tanaman Tebu ( Saccharum officinarum ) merupakan salah satu tanaman
yang sangat berguna bagi masyarakat karena sebagai bahan baku untuk membuat
gula pasir. Tanaman tebu merupakan tanaman yang saat ini memiliki nilai
ekonomi yang tinggi tanaman tebu sangat mudah untuk ditemui di Indonesia.
Tanaman tebu salah satu komoditas penting dalam agribisnis pertanian lebih dari
setengah produksi gula dunia berasal dari tebu. Kebutuhan gula nasional baik
untuk konsumsi langsung rumah tangga maupun indrustri akan terus meningkat
seiring dengan meningkatnya jumlah penduduk. Hasil produksi dan rendemen
tanaman tebu di PG Bone, Camming, Takalar tergolong rendah sampai sedang
yakni rata rata produksi baru mencapai 5-7%. Berikut hasil produksi dan
rendemen tebu 2009 sampai dengan 2015.
(%)
1 2016 37,76 6,48
2 2017 38,71 6,37
3 2018 46,46 7,79
4 2019 33,29 6,60
5 2020 46,06 5,87
6 2021 51,56 5,20
Abu ketel merupakan limbah yang berasal dari limbah pabrik gula.
Limbah abu ketel tidak memiliki nilai jual yang menarik bagi masyarakat. limbah
abu ketel kaya akan kandungan unsur hara yang dibituhkan oleh tanaman.
Disamping itu limbah abu ketel tebu yang sudah terdekomposisi secara alami
menjadi kompos telah memiliki nisbah C/N yang sama dengan C/N tanah yaitu
<20. Berdasarkan hasil analisis dari laboraturium tanah PT Perkebunan Nusantara
bahwa komposisi kimia dari abu ketel tebu terdiri dari berbagai senyawa yang
5
dapat dilihat pada table di bawah ini.
Tabel 2. Analisis komposisi kimia per 100 gram kompos abu ketel
No Parameter Hasil Analisa Abu Ketel ( % )
1 C – Organik 9.45
2 N – Total 0.53
3 C/N 18
4 P – Total 1.32
5 K – Total 0.50
6 Ph 7.42
(Sumber: Laboratorium tanah PT Perkebunan Nusantara 2012)
Berdasarkan tabel 1 diatas bahwa abu ketel tebu mengandung unsur hara
yang dibutuhkan tanaman antara lain Nitrogen (N), Fosfor (F), dan Kalium
(K) (Mardani, 2004). Abu boiler tebu dihasilkan sebanyak 22.500 ton per tahun
(Astianto, 2012).
Pupuk ZA bisa digunakan untuk membantu meningkatkan butir hijau,
sehingga membuat daun menjadi lebih hijau. ZA bisa digunakan untuk
memperbaiki warna dan aroma tanaman sulfur yang mengandung minyak.
Manfaat lain yang bisa didapatkan dari penggunaan ZA adalah untuk membantu
terjadi pertumbuhan tunas hingga meningkatkan produksivitas tanaman. Pupuk
ZA membantu pertumbuhan tunas menambah pupuk ZA pada tanah dapat
mendorong unsur hara mikro. Unsur hara yang diserap oleh akar tanaman akan
berperan sebagai penyusun jaringan tanaman termasuk membantu pertumbuhan
tunas.
Komoditas tanaman tebu menyerap pupuk ZA dalam jumlah yang tinggi.
Dalam meningkatkan produksivitas tanaman membutuhkan unsur hara makro
NPK, juga membutuhkan unsur hara Sulfur (S). kebutuhan tersebut dipenuhi
dengan pupuk ZA. Melalui progam pemupukan yang berimbang diharapkan
produksivitas tanaman da tanah dapat dioptimalkan. Pupuk ZA memberikan
unsur N yang mudah tersedia dalam waktu yang cukup cepat bagi tanaman.
Unsur lain yang terkadung dalam pupuk ZA adalah sulfur (S) yang digunakan
dalam pembentukan batang yang kuat serta menggemburkan tanah (Suwandi,
1999).
6
Berdasarkan latar belakang yang telah di observasi, Abu ketel di PG
Takalar hanya dijadikan timbunan jalan dan dibiarkan di samping pabrik tidak di
manfaatkan dengan baik. maka peneliti akan penelitian dengan judul
“Pemanfaatan Abu Ketel Dalam Mendukung Pertumbuhan Tanaman Tebu”.
Dengan harapan bisa menjadi informasi bagi PG Takalar dan masyarakat bahwa
limbah abu ketel memiliki manfaat sebagai pupuk organik untuk pertumbuhan
tanaman dan bisa mengurangi pencemaran limbah tersebut.
Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah yang telah dikemukakan maka
tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut:
7
BAB II
METODOLOGI PENELITIAN
8
2.4 Cara kerja
a. Membuat juringan dengan panjang 10 meter dengan kedalaman 30 cm
menggunakan cangkul
b. Tebang bibit, Bibit yag digunakan merupakan bibit yang berumur 6 – 7
bulan dan berjenis Takalar (TK) yang memiliki ciri ciri daun lebih
lebar, warna tebu merah kehitaman, batang besar, tahan hama
penyakit, dan mudah perawatanya.
c. Potong bibit, Potong bibit dilakukan dengan parang yang tajam dan
untuk cara memotong dengan memotong serong. Bibit di potong 3
mata bibit yang digunakan umur 6-7 bulan
d. Seleksi bibit, Seleksi dilakukan untuk mendapatkan bibit yang ungul
seleksi yang matanya rusak dan terkena serangan hama atau penyakit
e. Tanam bibit, Tanam bibit tebu dengan bagal dengan cara tanam
menggunakan cara overlape. Jika terdapat gulma yang tumbuh, maka
gulma dapat dibersihkan
f. Perlakuan 1: Perlakuan 1 dilakukan tanpa menggunakan ZA dan abu
ketel
g. Perlakuan 2: Perlakuan 2 menggunakan pupuk ZA dengan dosis 0,33
kg setiap 10 meter dilakukann dengan menaburkan dalam juringan
dilakukan sebelum tebu ditanam fungsi ZA sebagai pupuk dasar
h. Perlakuan 3: Perlakuan 3 yaitu menggunakan abu ketel dilakukan
dengan cara ditaburkan dalam juringan dalam 10 meter menggunakan
25 kg abu ketel
i. Pengairan, Pengairan dilakuan setelah tanam, dan hari berikutnya di
siram 3 hari sekali menggunakan gembor dan selang pengairan.
9
2.6 Variabel Pengamatan
b. Jumlah daun
Pengamatan dilakukan dengan mengamati pertambahan daun yang
telah tumbuh atau membuka sempurna.
c. Jumlah mata
Menghitung jumlah mata yang tumbuh dengan cara menghitung
jumlah mata yang tumbuh.
d. Diameter batang
Mengukur diameter batang tanaman tebu menggunakan jangka sorong.
e. Panjang akar
Mengukur panjang akar tanaman tebu yang dilakukan pada akhir
pengamatan dengan cara mencabut tanaman tebu dan diukur
menggunakan penggaris.
10
2.7 Jadwal Kegiatan
Penelitian
Persiapan alat
dan bahan
Tebang bibit
tebu dan
pemotongan
Pemberian
perlakuan
sekaligus
penanaman
bibit tebu
Pengamatan
Pertumbuhan
Pengolahan
Data
11
BAB III
Persentase
Perlakuan Tinggi Tanaman (cm) Jumlah Daun Perkecambahan (%)
Berdasarkan diagram dan tabel di atas menunjukan bahwa tinggi tanaman yang
dipengaruhi oleh pemberian perlakuan abu ketel dengan dosis 16,6/juring dan pupuk ZA
dengan dosis 0,33 menunjukan hasil yang tidak berbeda nyata. Data pengamatan
pertumbuhan tinggi tanaman menunjukan hasil dengan rerata yang paling tinggi adalah
pemberian perlakuan pada abu ketel dengan memiliki tinggi tanaman 19,33 cm, pupuk ZA
18 cm dan kontrol memiliki tinggi tanaman 17,66 cm.
12
Tinggi tanaman merupakan salah satu parameter yang digunakan untuk mengetahui
pertumbuhan vegetatif tanaman. Proses pertumbuhan tersebut tentunya dipengaruhi oleh
beberapa faktor diantara adalah varietas, umur, kelembaban, suhu, cahaya, angin, kondisi
tanah (Puslit Sukosari Unit Usaha Strategis PTPN X1 2021). Berdasarkan pendapat
Sitompul dan Guritno (1995) menyatakan bahwa tinggi tanaman merupakan ukuran
tanaman yang sering diamati baik secara indikator pertumbuhan maupun sebagai parameter
yang digunakan untuk mengukur pengaruh lingkungan atau perlakuan yang diterapkan.
Pada fase ini tanaman sangat membutuhkan nutrisi terutama pupuk dengan
kandungan N, P, dan K unsur hara ini berguna sebagai makanan untuk pertumbuhan fase
awal pertumbuhan bibit tebu (Dewi K, 2015). Ditambah dengan adanya bahan organik
pupuk kompos abu ketel menjadi tambahan nutrisi bagi pertumbuhan tanaman. Pupuk
organik sendiri berfungsi untuk meningkatkan kesuburan tanah, mengikat dan menyediakan
unsur hara sekaligus sebagai sumber energi bagi mikroganisme tanah yang melepaskan hara
bagi tanaman.
Menurut Parman (2007) pupuk organik selain dapat memperbaiki sifat fisik, kimia
dan biologi tanah ternyata juga dapat membantu meningkatkan produksi tanaman, kualitas
tanaman, mengurangi penggunaan pupuk kimia. Secara umum pupuk ZA berfungsi untuk
memperbaiki tanah. Unsur sulfur atau belerang memiliki kandungan unsur nitrogen pada
pupuk ZA hanya setengah dari kandungan pupuk Urea. Ketersediaan sulfur tanah tidak
mencukupi kebutuhan tanaman karena sulfur berasal dari bahan yang sudah terdekomposisi,
sehingga penambahan pupuk ZA diperlukan untuk menyuburkan tanah.
Hal ini sesuai dengan yang dikatakan Soetope (1974) bahwa pertumbuhan tinggi
tanaman tebu yang tertinggi adalah pada malam hari, karena pada malam hari sel
mengandung banyak kadar air dan tekanan tugor yang tertinggi serta unsur hara yang
dibutuhkan cukup untuk pertumbuhan awal tanaman tebu, pada malam hari penguapan yang
terjadi pada tanaman bibit sedikit. Pertumbuhan tinggi tanaman tebu sangat diharapkan,
13
karena semakin tinggi batang tebu harapanya semakin banyak glukosa yang akan terbetuk
yang nantinya akan menjadi sukrosa.
Berdasarkan data diatas dapat dilihat bahwa jumlah daun pada perlakuan penggunaan
semua perlakuan menghasilkan jumlah daun yang sama yang berarti tidak beda nyata.
Daun merupakan tempat fotosintesis ysng merupakan proses fotosintesis karbohidrat
dari bahan bahan anogarnik (CO2 Dan H2O) pada tumbuhan yang berpigmen dengan
bantuan energi matahari. Energi cahaya diubah menjadi energi kimia oleh pigmen
fotosintesis yang terdapat pada membran intern atau tilakoid. Pigmen fotosintesis yang
utama adalah klorofil dan karotenoid. Klorofil di daun berfungsi untuk menangkap cahaya
matahari yang jumlahnya berbeda setiap spesies. Unsur hara dan faktor lainya nantinya akan
dirombak menjadi makanan kemudian ditranslokasikan keseluruh bagian tanaman, sehingga
semakin banyak daun yang terbentuk maka klorofil yang dihasilkan semakin banyak juga
(Hendriani dkk, 2009).
Menurut Sahari (2005), tanaman dengan kandungan N yang lebih tinggi memiliki
daun yang lebih lebar dengan warna yang lebih hijau sehingga fotosintesis berjalan dengan
lancer. Hasil dari fotosintesis digunakan untuk perkembangan dan pertumbuhan tanaman,
antara lain pertumbuhan ukuran dan tinggi tanaman, jumlah daun, diameter tanaman.
Menurut Gardner dkk (2008) mengemukakan jumlah daun dan ukuran daun dipengaruhi
oleh genotip dan lingkungan serta unsur hara dalam tanah. Panjang daun berangsur
bertambah seiring dengan pertumbuhan tinggi tanaman. Pada tanaman tebu setiap ruas akan
membentuk satu daun yang sekaligus menutupi mata tunas.
14
3.1.3 Presentase Perkecambahan
Pengamatan jumlah mata ini dilakukan setiap seminggu sekali dengan 8 kali
pengamatan yang dilakukan dengan menghitung jumlah mata yang tumbuh tunas. Data hasil
pengamatan dari setiap juringan/blok perlakuan dirata-rata dan dilakuan analysis anova
memiliki hasil dengan sebagai berikut.
Berdasarkan data tabel di atas yang telah dilakukan pengamatan bahwa jumlah
presentase mata tunas yang tumbuh yaitu di angga 60% yaitu perlakuan tidak menggunakan
pupuk ZA dan abu ketel.
Bibit merupakan bahan tanam yang sangat penting untuk menentukan produksivitas
tanaman tebu. Pertumbuhan awal bibit ditentukan oleh media tanam dan ukuran bibit.
Limbah dari pabrik gula yaitu blotong, abu ketel dapat dipakai sebagai media tanam atau
sebagai pupuk kompos organik bagi tanaman tebu untuk memicu pertumbuhan tanaman
tebu (Yulianingsih, dkk 2009).
Fase perkecambahan benih merupakan tahapan penting dalam siklus pertumbuhan
tanaman tebu karena menentukan pertumbuhan mata tunas, populasi dan pertumbuhan
tanaman pada fase berikutnya serta produksivitas tebu saat panen. Masa perkecambahan
sampai pertunasan selama 3 bulan. Fase tersebut merupakan fase kritis sepanjang
pertumbuhan tanaman tebukarena kondisi tanaman yang masih lemah, sehingga
memerlukan kondisi yang optimal. Perkecambahan yang baik mempengaruhi keberhasilan
kebun. Daya tumbuh dan kecepatan perkecambahan tebu dipengaruhi oleh berbagai faktor,
salah satunya adalah posisi mata tunas pada saat penanaman (Gunawan et al. 2014).
3.1.4 Diameter Batang
Pengamatan diameter batang ini dilakukan setiap seminggu sekali dengan 8 kali
pengamatan yang dilakukan dengan mengukur diameter batang tebu menggunakan jangka
sorong. Data hasil pengamatan yang dilakukan dengan setiap perlakuan untuk diameter
batang tebu dengan umur 2 bulan belum kelihatan diameter batangnya.
15
Tabel 8. Hasil rerata diameter batang
PERLAKUAN RERATA
AB 0,00
ZA 0,00
Kontrol 0,00
Proses pemanjangan dan diameter tebu sangat berkaitan dengan proses pembentukan
ruas tebu. Pembentukan ruas tebu selama selama pemanjangan dan diameter batang rata
rata mencapai 15 – 20 cm. Fase ini berlangsung pada tebu berumur 3 – 9 bulan.
Pembentukan ruas tebu normal yaitu 2 – 3 ruas per bulan. Penyebaran hara dan
penyebarannya dipengaruhi oleh besar kecilnya batang tebu, semakin besar diameter
batang akan semakin besar juga ukuran batang tebu. Pemberian pupuk N, P, K serta pupuk
hayati menghasilkan diameter batang yang lebih besar dibandingkan hanya menggunakan
pupuk hayati (Basuki, 2015).
16
berperan untuk pertumbuhan sel yang menguatkan dan mengatur daya tembus, serta
merawat dinding sel. Apabila kekurangan kalsium pembentukan dan pertumbuhan
tanaman akan terganggu dan berakibat penyerapan hara terlambat dan magnesium yang
berperan sebagai aktivator yang berperan dalam transportasi energi beberapa enzim di
dalam tanaman. Unsur ini sangat dominan keberadaanya dalam daun, terutama untuk
ketersediaan klorofil. Jadi kecukupan magnesium sangat diperlukan untuk memperlancar
proses fotosintesis. Kandungan yang jumlahnya relatif tinggi untuk pertumbuhan tanaman
tebu (Goyal dkk 2007).
Berdasarkan hasil yang telah diperoleh menunjukan bahwa perlakuan yang
menunjukan respon paling positif dari perlakuaan pemberian pupuk organik dan pupuk ZA
terhadap pendukung pertumbuhan tanaman tebu adalah pada tinggi tanaman pemberian
pupuk abu ketel lebih tinggi dari pada pemberian pupuk ZA. Pada jumlah daun pupuk ZA
lebih dominan dari pada abu ketel. Dan yang terahir pada jumlah mata abu ketel lebih
mendominasi dari pada pupuk ZA. Hal ini diduga karena unsur hara yang disediakan oleh
abu ketel dan pupuk ZA telah memenuhi unsur hara yang dibutuhkan oleh tanaman dan
pada saat pengaplikasian pupuk telah terjadi hujan sehingga pupuk yang diberikan bisa
saja tidak terserap dengan sempurna oleh tanaman. Menurut Rinaldi (2009) komposisi dan
kadar unsur hara makro dan mikro sangat berpengaruh bagi tanaman sehingga pemberian
unsur hara harus seimbang dan sesuai dengan kebutuhan tanaman.
Berdasarkan hasil penelitian dapat diketahui bahwa perlakuan pemberian abu ketel
dan pupuk ZA tidak berpengaruh nyata terhadap tinggi tanaman, jumlah daun dan jumlah
mata. Pertumbuhan tanaman tebu pada minggu pertama sampai dengan minggu ke 8 tidak
menunjukan adanya perbedaan yang nyata pada masing masing perlakuan. Setelah tebu
umur 3 – 4 bulan tanaman tebu pada perlakuan ZA lebih keliatan perbedaanya yaitu
dengan secara fisik dapat dilihat dari diameter batang yang lebih besar, daun yang lebar
dan lebih berwarna hijau tetapi untuk tinggi tanaman perlakuan pupuk ZA kalah dengan
perlakuan abu ketel.
Dari pengamatan yang dilakuakan 2 bulan untuk lingkar diameter batang belum
bisa diamati. Hal itu disebabkan umur tebu pada umur 2 bulan belum menghasilkan
lingkar batang karena pada umur 2 bulan tebu masih pada mase perkecambahan. Untuk
diameter batang dapat diamati pada umur 3 – 9 bulan karena sudah masuk pada fase
pertunasan yang dimana untuk batang tinggi tanaman tebu akan bertambah.
Pengolahan lahan atau tanah pada tanaman tebu merupakan hal yang sangat
penting untuk menentukan tanaman tebu. Pengolahan lahan bertujuan untuk mendapatkan
17
hasil tanah yang sesuai untuk tanaman tebu. Kedalaman olah tanah juga dapat
mempengaruhi. Tanaman tebu untuk olah tanah atau bajak harus mencapai kedalaman 1
meter karena untuk Panjang akar tebu bisa mencapai 1 meter. Semakin dalam pengolahan
tanah maka akar tebu akan mudah untuk menembus tanah dan untuk sendiri bisa menjadi
kokoh dan batang dan tinggi tebu akan baik hal itu bisa menambah hasil produksivitas
tanaman tebu. Pengamatan dilakukan setiap perlakuan dan hanya di ambil sampel untuk
diambil datanya selama 2 bulan.
18
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Pemberian pupuk organik abu ketel dan pupuk ZA memberikan pengaruh
pertumbuhan bagi tanaman tidak beda nyata pada fase pertunasan untuk tinggi
tanaman, jumlah daun, jumlah mata dan Panjang akar tanaman tebu.
4.2 Saran
1. Perlu adanya penelitian lanjut lagi mengenai kandungan dan manfaat abu ketel
bagi tanaman agar abu ketel bisa dimanfaatkan dengan baik oleh masyarakat.
2. Perlu adanya variabel tambahan seperti laju pertumbuhan yang menunjukan
pengaruh pemberian abu ketel dan pupuk ZA.
3. Perlu adanya analysis tanah sehingga lebih mudah untuk mengetahui unsur hara
yang dibutuhkan oleh tanaman.
4. Pengaplikasian lebih baik tidak pada saat musim hujan supaya pupuk yang
diberikan bisa diserap sempurna oleh tanaman.
19
DAFTAR PUSTAKA
Darmawan, R., Darmawan, R., Widjaja, T., Mulyanto, M., dan Ardiansyah,
E. T. 2010. Studi perbandingan produksi etanol secara kontinyu
menggunakan Z. Mobilis termutasi dengan teknik imobilisasi
sel:Ca-Alginat dan Karaginan. Seminar Rekayasa Kimia dan
Proses. Universitas Diponegoro
Gupta, V.K., Ali, L,. 2014. Removal of lead and chromium from
wastewater using bagasse fly ash-a low cost adsorbent, Journal
of Colloid Interface Sci
20
Pertumbuhan Kacang Panjang (Vigna sinensis) pada Tingkat
Penyediaan air yang berbeda.
Putri, A. D., Sudiarso dan Titiek Islami. 2013. Pengaruh Komposisi Media
Tanam Pada Teknik Bud Chip Tiga Varietas Tebu ( Saccharum
officinarum L.). Jurnal Produksi Tanaman. 1(1): 16-23.
21
Rahardjo, M dan Ekwasita, R.P. 2010. Pengaruh Pupuk Urea, SP-36, KCl
Terhadap Pertumbuhan dan Produksi Temulawak (Curcuma
xanthorhiza Roxb.). Jurnal Littri 16 (3) : hlm 98- 105
Rinaldi. 2009. Pertumbuhan dan Hasil Tanaman Jagung (Zea mays L.)
yang Ditumpangsarikan dengan Kedelai (Glycine max l).
Padang: UTS.
Royyani, M.F dan Lestari V.B. 2009. Peran Indonesia dalam Penciptaan
Peradaban Dunia: Perspektif Botani. Herbarium Bogoriense,
Puslit biologi, LIPI.
Sahari, Panut. 2005. Pengaruh Jenis Dan Dosis Pupuk Kandang Terhadap
Pertumbuhan Dan Hasil Tanaman Krokot Landa (Talinum
triangulare Willd.) Jurnal Staf Pengajar Fakultas Pertanian
Universitas Sebelas Maret Surakarta.
22
Swadaya. 76 hal.
23
LAMPIRAN
24