OLEH
SITTIL QATRUNNADA
J1A014118
OLEH
SITTIL QATRUNNADA
J1A014118
RINGKASAN
LEMBAR PENGESAHAN
Mengetahui :
Program Studi Ilmu dan Teknologi Pangan
Ketua
Telah disahkan :
v
KATA PENGANTAR
rahmat dan karunia-Nya sehingga Laporan Praktek Kerja Lapangan (PKL) yang
pihak baik berupa ilmu, saran, dukungan, dan doa. Untuk itu pada kesempatan ini
Lapangan (PKL).
3. Ketua Program Studi Ilmu Teknologi Pangan Bapak Ir. Mohammad Abbas
Zaini, M.P.
PPKKI.
Penulis
vi
DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR TABEL
Tabel 1. Mesin dan Peralatan Pengolahan Primer dan Sekunder Kakao ........... 32
Tabel 2. Profil Suhu Fermentasi Biji Kakao ...................................................... 42
Tabel 3. Perubahan kenampakan pada biji kakao selama fermentasi ................ 43
ix
DAFTAR GAMBAR
DAFTAR LAMPIRAN
BAB I
PENDAHULUAN
kebutuhan layanan yang cepat dan efisien. Sebagai contoh, disetiap lini usaha
Dalam hal ini, kita menyadari sumber daya manusia merupakan modal utama
dalam kegiatan tersebut. Maka dari itu kualitas tenaga kerja harus dikembangkan
dengan baik. Salah satu caranya adalah memberikan kesempatan pada mahasiswa
untuk lebih mengenal dunia kerja dengan mengikuti kegiatan praktek kerja
lapangan.
langsung di dunia kerja untuk mencapai tingkat keahlian tertentu. PKL sangat
khususnya dalam bidang pangan yang yang diterapkan pada perusahaan atau pusat
penelitian produk hasil pertanian. Salah satu pusat penelitian yang dapat dijadikan
sebagai tempat magang adalah Pusat Penelitian Kopi dan Kakao Indonesia
(PPKKI).
Pusat Penelitian Kopi dan Kakao Indonesia merupakan salah satu instansi
memproduksi dan mengolah kakao menjadi biji kakao siap kirim, cokelat batang,
diharapkan dapat bekerja sama secara baik dalam satu tim sebagai upaya dalam
kemampuan mahasiswa dan juga dapat digunakan sebagai bahan masukan bagi
institusi mitra .
1.2.Tujuan PKL
Penelitian Kopi dan Kakao Indonesia meliputi tujuan umum sebagai berikut :
Universitas Mataram.
kenyataan di lapangan.
ini yaitu mempelajari dan mengetahui proses pengolahan hulu kakao menjadi
produk primer terutama pada proses fermentasi di Pusat Penelitian Kopi dan
Indonesia (PPKKI) divisi pasca panen yang bertempat di Jl. Perkebunan Renteng
Timur.
Agustus 2019 dengan jadwal kerja sebanyak lima hari setiap minggu, dimulai dari
hari Senin sampai dengan hari Jum’at pukul 07.00 s/d 16.00 WIB. Interval waktu
BAB II
PROFIL PUSAT PENELITIAN KOPI DAN KAKAO INDONESIA
Coffee and Cocoa Research Institute (ICCRI) pada awalnya memilki nama
Penelitian Kopi dan Kakao didirikan oleh Belanda yang tujuan awalnya ingin
Situbondo dan Banyuwangi. Kemudian Pusat Penelitian Kopi dan Kako Indonesia
dikembangkan oleh peneliti Indonesia dengan komoditas kopi dan kakao sampai
sekarang.
20 Oktober 1980 maka dinyatakan bahwa sub Balai Penelitian Perkebunan Jember
telah berdiri sendiri. Selanjutnya pada tahun 1989 berganti nama menjadi Pusat
Penelitian Perkebunan Jember. Lalu pada tahun 1993, terjadi perubahan nama
kembali yaitu menjadi Pusat Penelitian Kopi dan Kakao Indonesia.Sejak tahun
1997, Secara struktural Pusat Penelitian Kopi dan Kakao Indonesia (PPKKI)
Penelitian Kopi dan Kakao Indoensia berada di bawah Badan Penelitian dan
Pusat Penelitian Kopi dan Kakao Indonesia (PPKKI) yang berdiri sejak
tahun 1911 awalnya berkantor di Jl. PB Sudirman No. 90 Jember. Namun mulai
Kecamatan Rambipuji yang berjarak ± 20 km arah Barat Daya dari Kota Jember .
Pada tahun 2008 terakreditasi oleh Lembaga Sertifikasi KNAPPP dengan Nomor
Gambar 1. Kantor Pusat Penelitian Kopi dan Kakao Indonesia, Jember, Jawa
Timur.
Pusat Penilitian Kopi dan Kakao Indonesia memeiliki visi dan misi sebagai
berikut :
A. Visi
Kakao yang mandiri dan unggul di tingkat Nasional dan Internasional pada tahun
2020.
7
B. Misi
Internasional.
Pusat Penelitian Kopi dan Kakao Indonesia (PPKKI) berlokasi di Jl. PB.
Sudirman No. 90 Desa Jember Lor, Kecamatan Patrang, Kabupaten Jember, Jawa
Timur dari tahun 1911 hingga tahun 1986. Namun pada tahun 1987, kantor direksi
km ke arah barat daya kota Jember. Batas-batas lokasi Pusat penelitian Kopi dan
Pertanian Republik Indonesia, status tanah lokasi di kantor adalah tanah hak
pakai. Sebagai kelanjutan dari keberadaan dari PPKKI maka diperlukan kebun
permukaan laut, dengan perbedaan tinggi 6 m pada jarak 2,2 km. Suhu di Jember
mangandung arti tentang tinggi rendahnya jabatan serta arus tanggung jawab.
pada Pusat Penelitian Kopi dan Kakao. Struktur organisasi fungsional sendiri
kepala bagian yang tugasnya mengatur dan melakukan interaksi secara langsung
dengan kepala urusan bagian dan staf-staf yang bertugas mengatur kerja pada
manager dan kepala bagian yang tugasnya mengatur dan melakukan interaksi
secara langsung dengan kepala urusan bagian dan staf-staf yang bertugas
9
Pusat Penelitian Kopi dan Kakao Indonesia merupakan salah satu lembaga
berikut:
organisasi fungsional karena pembagian wewenang dan tugas sudah sangat jelas,
oleh karena itu penggunaan struktur organisasi fungsional sangat cocok digunakan
10
pada PPKKI. Di setiap departemen Pusat Penelitian Kopi dan Kakao Indonesia
dipegang oleh orang – orang yang ahli dalam bidangnya sehingga dapat terjadi
keserasian antara tugas dan keahlian maka dari itu disebut stuktur organisasi
Desember 2012, Struktur organisasi Pusat Penelitian Kopi dan Kakao Indonesia
Tenaga kerja yang terdapat di Pusat Penelitian Kopi dan Kakao Indonesia
merupakan tenaga kerja yang memiliki keahlian dan kualitas untuk berpartisipasi
jangka waktu yang cukup lama pada umumnya. Tenaga kerja ini terbagi atas
staf dan non-staf. Staf terdiri dari dministrator, sinder kepala, sinder kebun,
dan sinder teknik pengolahan. Sedangkan tenaga kerja non-staf terdiri dari
ketika pada waktu tertentu atau saat membutuhkan sumberdaya manusia yang
cukup banyak. Penambahan tenaga kerja tidak tetap ini biasanya dilakukan
pada saat panen raya atau saat kebutuhan dasar kurang. Tenaga kerja tidak
tetap ini diantaranya tenaga harian yang bekerja di kebun, pemetik buah,
pembantu sortasi buah dan pekerja pemecah buah. Sistem pemberian upah
untuk tenaga kerja di PPKKI adalah sistem bulanan untuk staf dan karyawan.
Sedangkan untuk karyawan tidak tetap yang diperlukan hanya pada saat
12
bekerja.
aktif kerja adalah keseluruhan hari. Hal ini dikarenakan sejak tahun 2016 PPKKI
membuka fasilitas edu park yakni wisata industri cokelat dan kopi sehingga guna
menarik minat pengunjung sistem produksi harus tetap berjalan meskipun pada
hari sabtu dan minggu sekalipun. Jam kerja dalam satu hari adalah 8 jam untuk
kantor dan 9 jam untuk pabrik baik pabrik kopi, pabrik cokelat, maupun pabrik
sabun yang dimulai pukul 07.00 WIB dan diakhiri pukul 16.00 WIB untuk kantor,
Pabrik, dan Pascapanen. Sedangkan untuk istirahat terdapat dua kali jam istirahat
yaitu istiahat siang pada pukul 11:45-12:30 dan istirahat untuk menunaikan sholat
2.5. Fasilitas
Pusat Penelitian Kopi dan Kakao Indonesia merupakan suatu instansi yang
Diantaranya berupa :
1. Rumah dinas
Pusat Penelitian Kopi dan Kakao Indonesia menyediakan sebuah rumah dinas
yang diperuntukkan bagi karyawannya yang terletak disekitar area kantor dan
kebun.
2. Perpustakaan
13
3. Koperasi
4. Sarana ibadah
Terdapat sebuah masjid yang digunakan untuk keperluan ibadah untuk semua
kalangan.
5. Sarana Olahraga
Sebuah sarana olahraga yang dapat digunakan untuk keperluan senam, tenis
6. Sarana transportasi
Pusat Penelitian Kopi dan Kakao Indonesia menyediakan sebuah bus mini
cukup jauh dari lokasi kantor Pusat Penelitian Kopi dan Kakao Indonesia.
7. Outlet
Bagi para pengunjung ataupun tamu, Pusat Penelitian Kopi dan Kakao
8. Wisata
14
Pusat Penelitian Kopi dan Kakao Indonesia juga menyediakan acara wisata
yang dapat menjadi salah satu daya tarik wisata agro. Sehingga pengunjung
kakao berupa minuman panas ataupun dingin, cokelat, permen, hingga ice
cream. Hasil produksi ini dapat dijadikan bahan oleh-oleh khas Jember.
9. Petugas kesehatan
Petugas kesehatan juga termasuk salah satu fasilitas yang disediakan oleh
Pusat Penelitian Kopi dan Kakao Indonesia yang menangani secara langsung
bagi para pelajar dan akademisi dapat melakukan kegiatan penelitian, magang,
dan kunjungan pendidikan. Sarana penelitian di Pusat Penelitian Kopi dan Kakao
percobaan dan areal kantor seluas 380 ha, yang terdiri atas kebun percobaan kopi
arabika (KP Andungsari ketinggian 100-1200 m dpl), kopi robusta dan kakao (KP
Informasi dan Pelatihan. Koleksi buku dan majalah di PPKI memiliki 38706 judul
dan 38983 eksemplar, yang terdiri atas 7622 judul artikel tentang kopi, 5024 judul
artikel kakao, dan lebih dari 15677 judul artikel tentang karet, tembakau dan
Penelitian Kopi dan Kakao “Pelita Perkebunan”, majalah semi populer “Warta
Pusat Penelitian Kopi dan Kakao”, brosur teknis, leaflet, poster, forum pameran,
umum yaitu melakukan berbagai penelitian (research) mengenai kopi dan kakao
mulai dari proses pembibitan hingga menjadi suatu produk jadi. Pusat Penelitian
Kopi dan Kakao Indonesia (PPKKI) melayani tamu yang berkunjung dari
berbagai daerah dan instansi yang ingin mengetahui lebih dalam mengenai kopi
dan kakao setiap hari memproduksi permen dan bubuk cokelat dengan berbagai
BAB III
PELAKSANAAN PKL
berkaitan dengan biji kakao baik produksi biji maupun pengolahannya. Unit yang
memproduksi buah kakao yaitu unit budidaya sedangkan unit yang mengolah
buah kakao adalah unit pasca panen. Unit budidaya menghasilkan buah kakao
dimana buah tersebut lebih di prioritaskan menjadi bakal bibit daripada diolah
menjadi bahan baku industri. Unit pasca panen dibagi menjadi dua yaitu unit hulu
dan hilir. Unit hulu merupakan tempat pengolahan buah kakao dari kebun untuk
diolah menjadi bahan input dari industri hilir. Prioritas unit budidaya adalah bibit,
oleh karena itu buah kakao yang masuk di hulu hanya 5% dari total panen dan
musim panen menghasilkan kurang lebih 2000 buah kakao. 5% dari jumlah panen
Unit budidaya dan unit pasca panen merupakan dua unit yang sama-sama
berorientasi pada profit. Pada unit budidaya memproduksi bibit untuk dipasarkan
sedangkan pada pasca panen memproduksi cokelat untuk stok outlet dan
Biji kakao dari kebun hanya 5% yang masuk sedangkan pada industri hilir juga
persediaan bahan baku hilir unit pasca panen bekerjasama dengan petani kakao
bermutu dan bernilai jual tinggi tentunya melalui beberapa tahapan panen
(dilakukan di unit budidaya atau perkebunan) dan pasca panen (Unit Hulu dan
Hilir) yang benar. Berikut ini adalah proses panen dan pasca panen buah
kakao untuk menghasilkan produk primer di Pusat Penelitian Kopi dan Kakao
Jember:
Pemanenan
Penyimpanan
Kulit buah
Pemecah buah
kakao
b. Proses Pengolahan di Unit Pengolahan Hulu
Fermentasi
Pengeringan
Biji kakao
Sortasi
rusak
Penggudangan
a. Pemanenan
oleh jenis kakao lindak dan sebagian kecilnya adalah jenis kakao mulia. Buah
kakao dipetik atau dipanen setelah masak optimal yang ditandai dengan
adanya perubahan warna pada kulit buah. Kakao lindak memiliki buah yang
ketika muda berwarna hijau agak putih dan jika sudah masak akan berwarna
kuning (Gambar 6). Sementara itu, kakao mulia memiliki buah yang ketika
muda berwarna merah, setelah masak berwarna jingga (orange). Selain dari
warna buah kakao, buah kakao dapat dipanen juga ditandai dengan kulitnya
empuk jika ditekan. Buah kakao yang masak berisi sekitar 35-40 biji yang
buah kakao harus menerapkan teknik yang benar agar tidak merusak bagian
pohon yang menjadi tempat tumbuh buah kakao. Tata cara pemetikan buah
kakao yaitu dipotong di bagian tengah antara pangkal buah dengan batang
tempat tumbuh kakao. Hal ini bertujuan agar bekas pangkasan buah di pohon
biji cacat. Sedangkan pada pemanenan yang belum matang sempurna juga
presentasi biji pipih yang tinggi. Selain itu, buah yang belum matang juga
akan menghasilkan biji kakao dengan cita rasa yang tidak maksimal. Akan
tetapi, jika pemanenan dilakukan sebelum matang, dapat pula mencegah buah
dari kehilangan akibat dimakan tikus atau tupai yang biasanya memakan buah
kakao yang sudah matang sempurna. Apabila buah yang dipetik belum
b. Sortasi Buah
Sortasi buah merupakan salah satu tahapan proses produksi yang penting
untuk menghasilkan biji kakao bermutu baik. Sortasi buah ditujukan untuk
memisahkan buah kakao yang sehat dari buah yang rusak terkena penyakit, busuk
atau cacat. Buah sehat akan tercemar oleh buah busuk jika ditimbun dalam satu
tempat sama. Buah yang terkena serangan hama dan penyakit hendaknya
ditimbun ditempat terpisah dan segera dikupas kulitnya. Setelah diambil bijinya
kulit buah segera ditimbun dalam tanah untuk mencegah penyebaran hama dan
penyakit keseluruh kebun. Sortasi buah juga merupakan hal yang sangat penting
terutama jika buah kakao hasil panen harus ditimbun terlebih dahulu selama
Proses sortasi buah kakao pada Pusat Penelitian Kopi Dan Kakao
benih. Benih yang baik berasal dari buah yang berbentuk normal, sehat, masak di
pohon, dan buah tersebut berwarna kuning, jika diguncang timbul suara dan jika
diketuk dengan tangan timbul gema. Persyaratam bibit yang baik adalah
pertumbuhan bibitnnya normal, yaitu tidak kerdil, bebas dari hama penyakit, serta
kerusakan lainnya, dan berumur kurang lebih 4-6 bulan. Buah yang tidak masuk
kriteria tersebut akan di angkut dan diolah menjadi biji kakao untuk input industri
hilir.
c. Penyimpanan Buah
menunggu buah hasil panen terkumpul cukup banyak 400–500 buah atau setara
dengan 30–40 kg biji kakao basah, agar jumlah minimal untuk fermentasi dapat
kematangan buah.
buah yang sehat hasil panen di sekitar kebun. Lokasi penimbunan sebaiknya
di tempat yang terbuka tetapi terlindung dari panas radiasi langsung, bersih
wadah pemeraman seperti keranjang atau karung goni, memberi alas pada
kering. Cara ini menurunkan jumlah biji kakao rusak dari 15% menjadi 5%.
21
cukup tinggi akibat buah yang busuk. Hal ini dikarenakan jika sortasi buah
kerja. Oleh karena itu, penyimpanan buah bukan merupakan anjuran untuk
pengolahan kakao rakyat. Tetapi, cara itu lebih baik dilakukan terutama pada
saat panen rendah sambil menunggu buah hasil panen terkumpul cukup
kulit buah dan plasentanya. Pemecahan buah kakao dilakukan ditempat yang
kemudian dipisahkan antara pulpa dan kulitnya. Pemecahan buah kakao harus
dilakukan dengan hati-hati agar tidak merusak keping biji. Pemecahan kakao
Pemecahan secara manual dilakukan apabila jumlah panen kakao sedikit dengan
menggunakan sabit, sedangkan apabila jumlah panen buah kakao banyak maka
menggunakan mesin pemecah buah kakao dan pemisah biji (Pod Breaker)
Buah kakao dipecah dengan dua buah silinder dengan putaran berlawanan. Celah
antar permukaan silinder diatur sedemikian rupa sehingga kulit bagian luar terpecah
menjadi fraksi-fraksi kulit buah, sedangkan biji-biji kakao yang terikat oleh plasenta tidak
terluka atau rusak. Fraksi-fraksi kulit, biji dan plasenta kemudian dilewatkan diatas ayakan
getar dua tingkat. Fraksi kulit buah terpecah dengan ukuran yang relatif besar sehingga
pecahannya tertahan diatas ayakan pertama dan dikumpulkan lewat corong pengeluaran.
Getaran ayakan menyebabkan biji kakao terlepas dari kulit buah atau plasenta pengikatnya
dan lolos lewat lubang ayakan pertama, namun tertahan diayakan kedua.Kumpulan biji
kakao yang tertahan diayakan kedua meluncur dan terkumpul lewat corong ayakan yang
kedua. Pecahankulit kecil akan lolos lewat lubang ayakan kedua dan terkumpul dalam bak
paling bawah.
putih. Biji kakao yang berasal dari buah yang matang mempunyai pulpa yang
lunak dan terasa manis. Buah kakao muda mempunyai biji kakao dengan
pulpa yang masih keras, masih terikat kuat pada permukaan bijinya dan
23
senyawa gula belum terbentuk secara optimal akibatnya biji kakao muda tidak
melapisi biji kakao basah. Kandungan pulpa biji kakao segar yang berlebihan
cenderung bersifat menghambat aliran oksigen ke dalam massa biji kakao saat
kelemahan biji kakao lindak adalah kandungan pulpa yang tinggi. Pemerasan
pulpa dapat dilakukan dengan menggunakan alat pemeras lendir biji kakao
(Depulper) yang memiliki kapasitas 500 kg per jam dan 10 kg per jam.
f. Fermentasi
menghasilkan suatu produk metabolit primer dan metabolit sekunder dalam suatu
untuk melepaskan zat lendir yang ada pada permukaan kulit biji kakao. Setelah
lendir tersebut hilang, diharapkan hasil akhir biji kakao yang bermutu serta
beraroma baik. Fermentasi juga bertujuan untuk membentuk cita rasa khas cokelat
serta mengurangi rasa pahit dan sepat yang ada didalam biji kakao. Aspek penting
untuk kesempurnaan proses fermentasi adalah berat biji yang akan difermentasi,
uji belah (cut test), menurut SNI-2323-2008 untuk melihat mutu biji kakao
dilakukan uji belah dengan membelah biji kakao hasil fermentasi secara
24
membelah satu per satu biji dengan pisau tipis. Warna jaringan biji yang
semula ungu dan pejal berangsur berubah menjadi cokelat dan berongga. Biji
fermentasi yang terlalu singkat (kurang dari 3 hari), sedang biji rapuh dan
berbau kurang sedap atau kadang berjamur adalah produk dari proses
fermentasi yang terlalu lama (lebih dari 5 hari). Biji dengan waktu fermentasi
tepat 5 hari mempunyai warna belahan cokelat agak tua dan tekstur berongga.
Gambar 7. Tampilan bagian dalam biji kakao lindak pada berbagai tingkatan
fermentasi
g. Pengeringan
dengan menggunakan sinar matahari langsung, rumah kaca dan oven drying.
Cara pengeringan biji kakao yang mudah dan murah adalah penjemuran di
radiasi sinar matahari. Oleh karena itu, jika cuaca memungkinkan, proses
penuh (full sun drying). Cuaca dan frekuensi pembalikan biji sangat
4-5 hari dengan pembalikan 2 kali sehari. Sedangkan jika menggunakan alat
oven drying untuk pengeringan dapat berlangsung selama 40-50 jam dengan
h. Sortasi Biji
ditujukan untuk memisahkan biji kakao dari kotoran yang melekat dan
Mesin sortasi yang umum digunakan adalah jenis meja getar atau datar
mutu AA, B, C, dan D. Untuk mesin sortasi tipe getar ayakan disusun
ayakannya.
ukuran 85-100 untuk setiap 100 gram. Mutu biji B adalah golongan biji
dengan ukuran 101-110 untuk setiap 100 gram. Sedangkan mutu biji C 111-
120 untuk setiap 100 gram. Untuk biji dengan ukuran sangat besar masuk
golongan mutu AA dengan jumlah biji kurang dare 85 setiap 100 gram. Biji
dengan mutu AA keluar lewat corong ayakan paling atas untuk mesin tipe
getar. sedangkan untuk mutu biji golongan D lebih besar dari 120 untuk setiap
100 gram. Biji pecah keluar dari ayakan paling bawah untuk tipe mesin getar.
26
i. Penggudangan
disortasi dalam kondisi yang aman sebelum di pasarkan ke konsumen. Biji hasil
sortasi atas dasar kelompok ukuran kemudian dikemas di dalam karung goni.
Setiap karung memiliki berat bersih 50 kg dan diberi label yang menunjukkan
jenis mutu dan identitas produsen. Karena sifatnya yang rapuh untuk menjaga
palet dari papan – papan kayu setinggi 10 cm dari permukaan lantai gudang.
dinding gudang. Hal tersebut guna menjaga kelembaban dari biji kakao dari
merupakan penyebab penurunan mutu yang serius. Jamur merupakan cacat mutu
yang tidak dapat diterima oleh konsumen karena menyangkut rasa dan kesehatan.
penyimpanan biji kakao adalah kadar air, kelembaban relatif udara dan kebersihan
gudang. Kadar air keseimbangan biji kakao pada kelembaban relatif udara 70%
adalah 6-7%.
27
Pengukusan
Penyangraian
Pemastaan
Pengempaan
Penyangraian Pencetakan
Gula halus,
susu, Pencampuran Pendinginan
creamer, agar
Pengemasan Pengemasan
a. Pengukusan
Proses ini terbilang inovasi baru yang ditemukan oleh Pusat Penelitian
Kopi dan Kakao Indonesia. Dilatar belakangi masih banyaknya mikroba yang
ditambahkan proses ini dalam pengolahan biji kakao. Proses ini dilakukan selama
30 menit. Suhu yang digunakan pada proses ini yakni ±100 C. Tujuan dari proses
b. Penyangraian
biji kakao yang dihasilkan serta mengurangi kadar air yang terkandung di dalam
biji. Proses pendinginan adalah proses untuk menurunkan suhu biji kakao setelah
c. Pemisahan biji
dengan kulitnya. Biji utuh di hancurkan dengan desheller dan kulit yang memiliki
massa lebih kecil dari dagingnya ditarik atau dihisap oleh blower, sehingga antara
d. Pembuatan pasta
kakao, sehingga pada saat perlakuan pengempaan dengan bantuan pemanasan dan
30
tekanan yang diberikan terhadap pasta kakao akan memberikan pengaruh semakin
e. Pengempaan
kakao, sehingga akan memisahkan bungkil kakao (cake) dengan lemak kakao
(cocoa butter). Bungkil kakao merupakan bahan baku pembuatan bubuk atau
menghasilkan bubuk yang cukup halus dan seragam untuk di blending dengan
bungkil terlebih dahulu di tempering selama dua hingga tiga hari. Maksud dari
tempering ini untuk menstabilkan kandungan lemak yang belum dikeluarkan pada
saat proses pengempaan dan masih terkandung di dalam bungkil kakao. Suhu
ruangan harus diperhatikan, karena suhu ruangan yang tinggi akan menyebabkan
lemak yang terkandung dalam bubuk akan meleleh dan menyebabkan bubuk
menggumpal.
g. Pengayakan
Bubuk cokelat yang telah halus harus diayak untuk memperoleh ukuran
sama juga berlaku pada proses pengayakan dimana suhu ayakan harus
31
dikontrol sedemikian rupa agar lemak tidak meleleh dan menutupi lubang-lubang
ayakan. Bubuk yang masih kasar (tertinggal di atas ayakan 80 mesh) digiling lagi
sampai halus dan diayak lagi (Proses pengayakan dan penghalusan bubuk kakao
diulang sampai 4 kali proses). Hanya bubuk halus yang lolos ayakanlah yang
h. Alkalisasi
flavour, memperbaiki warna (kenampakan), mengurangi rasa asam dan sepat pada
bubuk kakao. Bahan-bahan yang digunakan untuk proses alkalisasi bubuk kakao
di Pusat Penelitian Kopi Dan Kakao Indonesia antara lain, vanili, maizena, gula
i. Penyangraian
bubuk kakao, memperbaiki warna, aroma serta cita rasa dari bubuk kakao. Proses
setelah dilakukan proses penggilingan, bubuk dicampur dengan susu, gula, krim,
dan bahan lain sebagai penyedap (vanila) dengan proporsi tertentu sesuai
kebutuhan pasar. Ada tiga jenis variasi produk yang diproduksi oleh PPKKI
yakni bubuk cokelat murni, bubuk cokelat 3in1 formulasi dark, dan bubuk
adonan makanan cokelat yang terdiri dari pasta kakao, lemak kakao, gula, susu,
dan bahan lain sebagai penambah cita rasa seperti vanila dengan perbandingan
tertentu. Pada saat proses refining dan mixing pula ditambahkan lesitin sebagai
dan mixing dilakukan selama kurang lebih 18 jam hingga didapatkan adonan
l. Tempering
tempering atau penyimpanan adonan dalam ruangan dalam kondisi suhu dan
kondisi suhu dan waktu tertentu. Hal ini diperlukan untuk memperoleh kristal
kurang 10 ± 12 menit. Pada tahap ini seluruh kristal lemak di dalam adonan
diharapkan mencair. Setelah itu diikuti proses pendinginan awal, suhu adonan
diturunkan secara perlahan dari 48 oC menjadi 33 oC. Pada tahap ini kristal lemak
belum terbentuk sehingga suhu adonan perlu diturunkan lanjut sampai 26 oC.
Adonan perlu dipanaskan ulang sampai suhu 33 oC saat adonan akan dituang ke
m. Pencetakan (Moulding)
bentuk lainnya. Pencetakan dilakukan ketika suhu adonan cokelat berkisar antara
26-29 oC. Pencetakan di bawah suhu 26oC akan menyebabkan bentuk cokelat
yang dihasilkan tidak sesuai dengan yang diinginkan karena adonan mulai
kristal lemak yang telah terbentuk dengan menyimpan cokelat batang sebelum
dikemas selama 1-2 hari pada suhu 18-20oC. Melalui proses stabilizing ini,
cokelat batang diharapkan tidak mudah meleleh setelah di kemas nanti. Proses
mesin dan peralatan yang digunakan dalam proses produksi permen cokelat dan
cokelat bubuk
34
6 Alat Ukur Kadar Air Biji Sebagai alat untuk menentukan kadar air
Kakao tipe Digital (DIGI biji kakao secara elektronik, cepat dan
MOST) mudah serta bisa dibawa ke lapang.
Tipe : digital
Merk :DIGI MOST
Skala meter : 5 - 15 %
Sumber energi : baterai type AA 2500
mAh rechargeable 6 buah
Dimensi keseluruhan [P x L x T] mm :
140 x 145 x 90
Berat : 690 gram
7 Alat Pengukus Biji Kakao Kapasitas: 100 kg/batch
(Steamer) Bahan bakar: kayu bakar
Lama waktu pengukusan adalah 30
menit
Bahan Kontruksi : Pelat Alumunium,
besi profil persegi dan siku, pelat
Kapasitas: 10 kg/batch
Bahan bakar: kayu bakar
Bahan Kontruksi : Pelat Alumunium,
besi profil persegi dan siku, pelat
14 Rak Pendingin
Digunakan untuk mendinginkan dan
menguatkan tekstur dari permen cokelat
Otomatis
Bersuhu sampai 10o C
Berbahan dasar stainless steel
Memiliki 5 rak dengan 2 sisi
cokelat
Berbahan dasar mika plastik
Terdiri dari berbagai bentuk seperti
trapesium, segitiga, persegi panjang,
dan variasi bentuk lainnya
Manual
Kakao)
menghasilkan suatu produk metabolit primer dan metabolit sekunder dalam suatu
yang bermutu baik dan memiliki aroma serta cita rasa khas cokelat, warna
cokelat dan keping bijinya berongga serta mengurangi rasa pahit dan sepat
yang ada dalam biji kakao. Beberapa aspek penting untuk kesempurnaan
2010).
biji kakao akan terasa pahit, sepat, dan tidak akan menghasilkan aroma khas
menerapkan minimal berat biji basah kakao yang akan difermentasi tidak
kurang dari 40 kg. Hal ini terkait dengan kemampuan untuk menghasilkan
panas yang cukup agar proses fermentasi berjalan dengan baik. Panas
merupakan hasil oksidasi senyawa gula di dalam pulpa. Jadi, semakin banyak
biji yang difermentasi, produksi panas juga semakin besar. Selain faktor berat
biji, proses fermentasi akan berjalan dengan baik jika tersedia cukup oksigen.
PPKKI dibuat dari papan kayu yang diberi lubang-lubang. Untuk skala kecil
Biji kakao dimasukkan ke dalam peti pertama (tingkat atas) hingga mencapai
42
jam (2 hari), biji kakao dibalik dengan cara dipindahkan ke dalam peti kedua
tumpukan biji.
(a) (b)
Gambar 10. Kotak fermentasi kapasitas 40 kg (a) dan kotak fermentasi kapasitas
650 kg (b)
3.2.2. Perubahan Selama Proses Fermentasi
kakao basah diselimuti oleh pulp atau mucilage. Pulp terdiri dari bermacam –
macam bahan kimia dengan komposisi yang beraneka ragam. Pulp kakao pada
mulanya steril, tetapi dengan adanya gula dan keasaman yang tinggi (pH 3,50)
dan mengandung asam sitrat, sehingga tersedia kondisi yang ideal untuk
anaerobik dan hal ini cocok untuk pertumbuhan khamir. Khamir merubah
43
sebagian besar gula dalam pulp menjadi alkohol, reaksi yang memproduksi
sejumlah besar karbondioksida. Sebagian asam sitrat berkurang pada tahap ini
karena mengalir bersama cairan fermentasi dan diuraikan oleh mikroba. Akibat
temperatur. Kondisi ini sesuai untuk perkembangan bakteri lactic acid. Bakteri
lactic acid dikenal ada dua jenis yaitu “Homofermentor dan Heterofermentor”.
Bakteri lactic acid mempunyai pengaruh yang besar pada proses fermentasi
pengaruh lactic acid berkurang dan kondisi berubah menjadi aerob (Widyotomo
dkk, 2018).
terdapat di dalam pulpa sebagai media tumbuh sehingga lapisan pulpa terurai
menjadi cairan encer dan keluar melewati lubang-lubang didasar dan dinding
peti fermentasi (Rohan, 1963 dalam Mulato, 2010). Oksigen, yang semula
terhalang lapisan pulpa, dapat masuk ke dalam tumpukan biji. Kondisi aerob
alkohol menjadi asam asetat dengan mengeluarkan bau khas yang menyengat.
suhu tumpukan biji berangsur naik dan mencapai maksimum mendekati 45-
48˚C setelah hari ketiga. Pada hari berikutnya, suhu biji cenderung stabil dan
bahkan sedikit menurun sampai hari kelima. Berikut tabel perubahan suhu
Agustus 2019. Pengukuran suhu dilakukan setiap hari sekitar jam 13:00 WIB.
biji kakao pada jam ke-0 adalah 27,3 oC, suhu tumpukan biji masih normal dan
belum mengahasilkan panas karena biji baru saja ditumpuk setelah dilakukan
pada jam ke 48 yaitu 46,5 oC dan pada jam ke 72 menjadi 48,7 oC. Peningkatan
suhu tersebut terjadi karena adanya akumulasi panas dari hasil metabolisme
menurun menjadi 45,7 oC. Hal ini sesuai dengan Amin (2005) yang menyatakan
bahwa, suhu optimum yang dibutuhkan untuk fermentasi kakao agar memperoleh
hasil yang baik adalah 44 – 48 oC, yaitu terjadi setelah 48 jam fermentasi. Setelah
penurunan.
45
pada tumpukan biji, tetapi juga menyebabkan perubahan fisik dan kenampakan
pada biji kakao itu sendiri. Pada awal fermentasi, umumnya biji kakao berwarna
putih kekuningan dan berbau manis asam. Setelah cairan keluar, warna pulp
adalah putih kotor, secara perlahan menjadi gelap dan akhirnya berwarna merah
kecoklatan. Selama fermentasi pulp berlangsung, bau asam berkembang, dan tetap
ada selama waktu fermentasi masih normal. Setelah akhir hari ke-6 dan ke-7, biji-
biji yang ada di sudut kotak fermentasi berubah menjadi agak hitam, dan biji-biji
berlebih, maka fermentasi harus segera diakhiri dan pengeringan harus segera
Lama
Suhu rata-
fermentasi Hari Kenampakan
rata (oC)
(jam)
Pulpa masih banyak dan segar, biji
0 Senin 27, 3 berwarna putih, aroma normal, tekstur
lengket.
Biji mulai berwarna agak kuning, mulai
24 Selasa 33,1 membentuk aroma asam, tekstur lebih
lengket, dan pulpa mulai berkurang.
Biji mulai berwarna kuning kecoklatan,
48 Rabu 46,5 pulpa mulai berkurang, aroma asam dan
tekstur masih lengket.
46
pengukuran suhu. Biji kakao yang digunakan pada proses fermentasi ini adalah
jenis kakao lindak yang diperoleh dari hasil perkebunan Kaliwining PPKKI. Buah
kakao yang diperoleh dari perkebunan Kaliwining merupakan buah sisa benih,
sehingga buah yang digunakan tidak terlalu bagus. Selain itu, buah kakao tersebut
jumlah buah sebelumnya masih belum memenuhi jumlah minimal biji kakao yang
yang digunakan. Biji yang difermentasi sejumlah 80 kg dan ditempatkan pada dua
pulpa (depulper). Hal ini disebabkan karena biji yang digunakan telah mengalami
Proses fermentasi:
47
(d) (e)
Gambar 11. Biji Kakao Selama Fermentasi: a) biji kakao hari pertama, b) biji
kakao hari kedua, c) biji kakao hari ketiga, d) biji kakao hari
keempat, e) biji kakao hari kelima (siap dikeringkan)
jam) kenampakan biji kakao terdapat banyak pulpa yang masih segar, biji masih
berwarna putih, aroma yang dihasilkan masih normal, serta tekstur permukaan biji
banyak tetapi yang berperan dalam proses fermentasi adalah khamir, bakteri asam
laktat, bakteri asam asetat (Mulyawanti, 2018). Selama proses fermentasi bakteri
pulpa yang ada pada kulit biji kakao berubah warna dan berkurang dari hari ke
hari.
48
beberapa biji mulai mengalami perubahan warna menjadi agak kuning, mulai
membentuk aroma asam dan tekstur lebih lengket. Hal ini menunjukkan bahwa
dengan memanfaatkan gula pada pulpa dan dirombak menjadi alkohol sehingga
Pada hari rabu, saat fermentasi telah berjalan selama 48 jam pulpa biji
kakao mulai berkurang sehingga oksigen bisa masuk ke dalam kotak fermentasi
dan pada kondisi ini pula menunjukkan perubahan warna dari putih menuju ke
pengasaman pada kulit biji kakao. Menurut Albertini et al., (2015) tahap ini
berada pada fase ke dua fermentasi, Fase kedua berada dalam kondisi aerob
dimana bakteri asam laktak Lactobacillus lactis mengkonversi gula dan sebagian
asam organik menjadi asam laktat. Pada fase ke tiga bakteri asam asetat (A. aceti)
aktif mengoksidasi alkohol menjadi asam asetat, terbentuknya asam asetat dan
temperatur yang tinggi pada hari kedua (48 jam setelah fermentasi) akan
yaitu senyawa yang terdiri dari antosianin dan leukoantosianin, katekhin dan
selama proses fermentasi menghasilkan warna coklat yang khas. Sehingga dengan
berkurangnya senyawa polifenol akibat oksidasi, warna keping biji yang semula
Di hari kamis, saat proses fermentasi telah berjalan selama 72 jam pulp
biji kakao berubah menjadi berwarna coklat muda. Pada hari ketiga fermentasi ini,
selama 96 jam. Perubahan yang terjadi seperti warna mulai berubah menjadi
coklat pekat, tekstur permukaan biji kakao lengket dan agak berlendir, serta
beraroma asam. Selain itu, kenampakan fisik bagian permukaan kotak fermentasi
biji kakao terdapat beberapa biji kakao yang berjamur. Pertumbuhan jamur pada
overfermented. Adanya biji berjamur ditandai dengan bercak putih pada kulit biji.
Biji kakao yang ditumbuhi jamur memiliki warna yang lebih gelap dibandingkan
dengan biji kakao lain yang tidak berjamur. Warna gelap kehitaman yang
terdapat pada biji kakao yang berjamur dikarenakan adanya aktivitas Acetobacter
50
sp. yang aktif memecah asam amino menjadi ammonia dan amin yang pada
akhirnya menyebabkan biji berwarna coklat tua hingga hitam (Pato dkk, 2003).
pengeringan yang dilakukan setelah tahap fermentasi. Biji kakao hasil fermentasi
dan dapat meningkat di siang hari apabila cuaca cerah. Pengeringan dilakukan
selama 5 hari. Jamur yang masih terdapat dipermukaan biji setelah pengeringan
juga dapat di atasi dengan pengolahan selanjutnya yaitu proses steaming pada
suhu 100 oC selama 30 menit, dimana pada suhu tersebut mikroorganisme baik
jamur maupun mikroba yang lain tidak dapat tumbuh lagi. Selain itu, proses
metabolisme jamur.
Secara fisik, tingkat kesempurnaan reaksi dapat dilihat dari hasil uji
belah (cut test). Uji ini dilakukan dengan membelah biji kakao hasil
dilakukan dengan membelah satu per satu biji dengan pisau tipis. Uji belah
dengan menggunakan mesin grader. Uji belah biji hasil fermentasi yang telah
dilakukan yaitu menggunakan sampel biji kakao sejumlah 100 biji. Berikut
Gambar 12. Hasil uji belah biji kakao fermentasi: a) biji berjamur, b) biji rapuh
(overfermented), c) biji slaty, d) biji terfermentasi sempurna.
(d) (e)
Gambar 13. Hasil uji belah biji kakao selama fermentasi : a) fermentasi hari ke-1,
b) fermentasi hari ke-2, c) fermentasi hari ke-3, d) fermentasi hari
ke-4, e) fermentasi hari ke-5
52
Berdasarkan hasil uji belah setelah fermentasi selama 5 hari dari 100
biji kakao diperoleh 14 biji slaty, 8 biji terfermentasi kurang sempurna dan
sisanya terfermentasi sempurna. Warna jaringan biji yang semula ungu dan
pejal berangsur berubah menjadi cokelat dan berongga. Biji “slaty” (warna
terlalu singkat (kurang dari 3 hari), sedang biji rapuh dan berbau kurang sedap
atau kadang berjamur adalah produk dari proses fermentasi yang terlalu lama
(lebih dari 5 hari). Biji dengan waktu fermentasi tepat 5 hari mempunyai
warna belahan cokelat agak tua, barbau asam dan tekstur berongga.
Biji dari buah yang masak dan buah yang sedang dalam proses perubahan
warna kemasakan dapat difermentasi dengan baik, sedangkan biji dari buah
mentah tidak dapat difermentasi dengan baik. Selain itu biji dari buah yang
2018). Hal ini sesuai dengan hasil pengamatan, dimana ditemukan beberapa
b. Tipe Kakao
Terdapat perbedaan mendasar antara kakao jenis mulia dan lindak tentang
cara fermentasinya. Kakao mulia difermentasi relatif pendek antara 2-3 hari,
53
pengaruh terhadap aerasi dan jumlah asam asetat dan asam laktat yang
terbentuk. Biji dengan pulp lebih banyak akan membatasi pertukaran udara
dan menjadikan massa biji lebih anaerob dan jumlah gula lebih besar akan
fermentasi (Widyotomo et al, 2018). Hal ini sesuai dengan hasil pengamatan,
dimana biji kakao yang digunakan pulpnya tidak terlalu banyak sehingga
50% dan memungkinkan aerasi lebih baik pada awal fermentasi (Widyotomo
et al, 2018). Hal ini sesuai dengan hasil pengamatan, dimana biji kakao yang
54
e. Pengadukan
dari tanpa pengadukan sama sekali, hingga dua kali sehari. Yang paling
umum dilakukan adalah pengadukan setiap hari atau setiap dua hari, metode
dengan cara memindahkan biji ke kotak lain. Sama halnya dengan proses
Berat biji yang difermentasi minimal 40 kg. Hal ini terkait dengan
fermentasi biji dapat berjalan dengan baik (Permentan, 2012). Hal yang sama
juga dilakukan oleh PPKKI, dimana berat minimal fermentasi yang dilakukan
adalah 40 kg.
55
BAB IV
PENUTUP
4.1. Kesimpulan
yang bermutu baik dan memiliki aroma serta cita rasa khas cokelat,
warna cokelat dan keping bijinya berongga serta mengurangi rasa pahit
starter.
buah kakao, variasi rasio pulp pada biji, penundaan pemecahan buah,
4.2. Saran
menghasilkan biji kakao yang berkualitas baik, salah satu tahapan paling penting
kakao yang siap difermentasi terutama dari tingkat kemasakan biji sehingga dapat
mengurangi biji slaty atau overfermented. Salah satu caranya dengan melakukan
kembali proses sortasi buah setelah dilakukan penyimpanan agar diperoleh buah
yang seragam. Saran yang dapat diberikan selanjutnya adalah hendaknya uji mutu
biji kakao (uji belah) menggunakan alat semi manual dan apabila menggunakan
DAFTAR PUSTAKA
Pato, U., Yusmarini, dan Jumar. 2003. Studi Mutu Biji Kakao Forastero yang
Diolah Dengan Metode Sime-Cadbury. SAGU, 2(3): 6-11.