P E M A N F A A T A N L I M B A H H A S I L PROSES FE RME NT AS I
B IJI KAK AO (Th e obrom a c acao L.) S E B AGAI H E RB IS IDA DI
PT PE R KE B UNAN NUS ANT ARA XII KE B UN N GRAN G KAH
PAWO N KE DIRI JAWA T IMUR
JULIAWATI
J1B016049
2019
LAPORAN PRAKTEK KERJA LAPANGAN (PKL)
P EM ANF AATAN LI MB AH HAS I L PROSES FERMENTASI
BIJI KAKAO (Theobroma cacao L.) SEBAGAI HERBISIDA DI
PT PERKEBUNAN NUSANTARA XII KEBUN NGRANGKAH
PAWON KEDIRI JAWA TIMUR
OLEH
JULIAWATI
J1B016049
Universitas Mataram
ii
RINGKASAN
iii
HALAMAN PENGESAHAN
NOMOR : J1B016049
MAHASISWA
Menyetujui,
Pembimbing
Mengetahui,
Ketua Program Studi Teknik Pertanian
iv
KATA PENGANTAR
Puji syukur atas kehadirat Allah SWT yang selalu melimpahkan rahmat
dan hidayah-Nya sehingga laporan Praktik Kerja Lapangan (PKL) yang berjudul
Ngrangkah Pawon Kediri Jawa Timur” dapat selesai tepat waktu. Praktik
Praktik Kerja Lapangan merupakan salah satu syarat untuk menyelesaikan jenjang
studi Strata Satu (S1) pada Program Studi Teknik Pertanian, Fakultas Teknologi
lepas dari peran berbagai pihak. Oleh karena itu penulis ingin menyampaikan
v
5. Asisten Kepala Bapak Tatang Setiawan, Asisten Tanaman Afdeling Pawon
Ngrangkah Pawon, Kediri Jawa Timur yang menerima secara baik serta
Namun, dengan segala kerendahan hati, penulis mengharapkan kritik, saran, dan
motivasi yang membangun demi kesempurnaan laporan ini. Semoga laporan ini
Penyusun
vi
DAFTAR ISI
HALAMAN SAMPUL…………………………………………………………...
RINGKASAN ........................................................................................................ iii
HALAMAN PENGESAHAN ................................................................................ iv
KATA PENGANTAR ............................................................................................ v
DAFTAR ISI ......................................................................................................... vii
DAFTAR GAMBAR ............................................................................................. ix
DAFTAR TABEL ................................................................................................... x
DAFTAR LAMPIRAN .......................................................................................... xi
BAB I PENDAHULUAN ....................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang ......................................................................................... 1
1.2 Tujuan Praktik Kerja Lapangan ............................................................... 5
1.3 Manfaat Praktek Kerja Lapangan ............................................................. 5
1.3.1 Bagi Perusahaan ....................................................................................... 5
1.3.2 Bagi Mahasiswa ........................................................................................ 6
1.3.3 Bagi Fatepa Unram .................................................................................. 6
1.4 Tempat Praktek Kerja Lapangan .............................................................. 6
1.5 Jadwal Waktu Praktek Kerja Lapangan ................................................... 7
BAB II TINJAUAN UMUM TEMPAT PKL......................................................... 9
2.1 Sejarah Perusahaan ................................................................................... 9
2.2 Struktur Organisasi ................................................................................. 10
2.3 Kegiatan Umum Perusahaan .................................................................. 13
BAB III PELAKSANAAN PKL .......................................................................... 14
3.1 Bidang Kerja........................................................................................... 14
3.1.1 Kegiatan Pra Panen dan Panen ............................................................. 14
3.1.2 Kegiatan Pasca Panen ............................................................................ 23
3.1.3 Tugas Khusus (Pemanfaatan Limbah Hasil Kakao Sebagai
Herbisida................................................................................................. 33
3.2 Fokus dan Pelaksanaan Kegiatan ........................................................... 39
3.3 Kendala yang dihadapi ........................................................................... 40
3.4 Cara Mengatasi Kendala ........................................................................ 41
vii
BAB IV PENUTUP .............................................................................................. 42
4.1 Kesimpulan ............................................................................................. 42
4.2. Saran ....................................................................................................... 42
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 44
LAMPIRAN .......................................................................................................... 46
viii
DAFTAR GAMBAR
ix
DAFTAR TABEL
x
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1.
Lampiran 2.
Lampiran 3.
xi
1
BAB I
PENDAHULUAN
yang lain. Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK) di era globalisasi ini sangat
berkembang pesat. Manusia yang tidak memiliki persiapan akan tertinggal dan
tidak bisa mengimbangi kemajuan zaman tersebut. Oleh karena itu, diperlukan
Sumber Daya Manusia (SDM) yang memiliki keahlian dan keterampilan yang
memadai. Hal tersebut didukung oleh mental yang kuat, baik secara fisik maupun
dapat berperan serta dalam mewujudkan masyarakat Indonesia yang adil dan
keahlian yang dimiliki sehingga dapat memenuhi tuntutan dunia atau pasar kerja.
ditempuh oleh mahasiswa Strata 1 (S1) pada Program Studi Teknik Pertanian,
ikut serta langsung pada penerapan di bidang teknik pertanian, sehingga dapat
akan penguasaan terhadap disiplin ilmu setiap individu akan muncul ketika telah
merupakan usaha sadar untuk menyiapkan peserta didik atau mahasiswa melalui
sesuai dengan peran yang diharapkan. Dengan demikian, PKL merupakan proses
beberapa daerah di wilayah Jawa Timur. Salah satu perkebunan yang dikelola
sektor perkebunan dengan komoditi utama yaitu karet, kopi (arabika dan robusta),
kakao (edel dan bulk) dan teh. Hampir semua komoditi tersebut merupakan
teknologi pertanian yang lebih baik. Beberapa komoditi utama dari sekian
perkebunan Ngrangkah Pawon merupakan kakao lindak atau yang biasa disebut
kakao bulk.
dari hutan-hutan tropis Amerika Tengah dan bagian utara Amerika Selatan. Secara
umum tanaman kakao dikelompokkan menjadi tiga jenis yaitu Forastero (lindak),
Criollo (edel), dan Trinitario yang merupakan hasil persilangan antara Forastero
ke Indonesia oleh bangsa Spanyol pada tahun 1560 di Manado, dan beberapa
Kakao jenis Criollo menghasilkan mutu biji yang memiliki mutu yang
lunak, bijinya bulat telur dan berukuran besar dengan kotiledon berwarna putih
pada waktu basah. Jenis Forestero menghasilkan biji kakao yang mutunya sedang,
buahnya berwarna hijau, kulitnya tebal, biji buahnya tipis dan gepeng. Kotiledon
berwarna ungu pada waktu basah. Jenis Trinitario bentuknya heterogen, buahnya
4
bermacam – macam dengan kotiledon berwarna ungu muda sampai ungu tua pada
Beberapa macam produk dapat dihasilkan dari kakao yaitu berasal dari
kulit, pulp, maupun dari biji. Kulit kakao dapat dijadikan kompos, pakan ternak,
substrat budidaya jamur dan bahan bakar. Secara umum, biji kakao dapat diolah
menjadi tiga olahan akhir, yaitu lemak kakao, bubuk kakao dan permen atau
makanan coklat yang dalam pengolahannya saling tergantung satu dengan yang
kognitif tanpa dikuti dengan kemampuan interaksi yang baik dengan lingkungan
nyata di luar bangku kuliah. Kesadaran akan penguasaan terhadap disiplin ilmu
setiap individu akan muncul ketika bertemu dengan kebutuhan di lapangan yang
lebih nyata.
untuk dapat bersaing dengan produsen kakao lain di pasar dunia, PT Perkebunan
pengolahan pasca panen biji kakao. Salah satu proses penting dalam pengolahan
melepaskan salut (pulp) yang menyelimuti biji kakao dan untuk memperoleh cita
rasa dan aroma coklat yang khas. Pada proses fermentasi tersebut, didapatkan
hasil samping berupa lendir (pulp), yang apabila tidak diolah lebih lanjut, dapat
mencemari lingkungan. Kandungan bahan organik yang tinggi dalam pulp dapat
5
mengganggu keseimbangan lingkungan dan kualitas badan air. Oleh karena itu,
sangat diperlukan pengolahan lebih lanjut, yaitu dengan pemanfaatan limbah hasil
samping (pulp) proses fermentasi kakao menjadi barang yang lebih bermanfaat
untuk mewujudkan zero waste. Salah satu pemanfaatan limbah pulpa tersebut
secara teori yang telah diperoleh selama perkuliahan. Selain itu, PKL ini bertujuan
Timur.
Manfaat dari Praktek Kerja Lapangan ini antara lain adalah sebagai
berikut:
yang terlibat.
6
nyata.
sepadan (link and match) dalam peningkatan kualitas layanan pada pemangku
kepentingan (stakeholders).
XII Kebun Ngrangkah Pawon yang berlokasi di Afdeling Kebun Pawon Pakelan
7
dan Pabrik Ngrangkah Pawon Desa Sepawon Kec. Plosoklaten, Kab. Kediri,
Provinsi Jawa Timur. Jarak tempuh dari Kota Kediri 30 Km dan dari Surabaya
145 Km. Kebun Ngrangkah Pawon terletak di sebelah barat lereng Gunung Kelud,
dengan elevasi 375 – 800 Mdpl. Kondisi lahan tanaman 70% landai dan 30%
Abu vulkan intermedier. Tipe iklim C menurut klasifikasi Schmidt dan Ferguson,
yaitu jumlah rata-rata bulan basahnya 9 bulan dan bulan keringnya 3 bulan.
lapangan, yakni berupa praktik kerja pada suatu perusahaan yang bersangkutan.
Dalam kegiatan ini ada beberapa aspek penting yang dipelajari yang berkaitan
BAB II
TINJAUAN UMUM TEMPAT PKL
Kebun Ngrangkah Pawon pertama kali didirikan pada tahun 1889 oleh
Kerchen), yang terdiri atas NV. Cultuur Mij Ngrangkah Sumbergladik, NV.
Cultuur Mij Badek dan NV. Cultuur Mij Babadan. Sedangkan Kebun Satak
Undang, seluruh perusahaan yang dikuasai oleh Belanda diambil alih oleh
bagian dari Pusat Perkebunan Negara (PPN) Baru Perwakilan Jawa Timur Prae
Unit Budidaya A.
Kebun Ngrangkah Pawon dan Satak bergabung di bawah naungan PPN Kesatuan
VI. Pada tahun 1963 – 1968, Kebun Ngrangkah Pawon berada di bawah naungan
PPN Karet XV dan Kebun Satak Satak di bawah naunagan PPN Antan XII.
Selanjutnya, pada tahun 1968 – 1972 PPN Karet XV dan PPN Antan XII
Ngrangkah Pawon Cs. Tahun 1972 hingga 1994, status PNP XXIII berubah
menjadi PTP XXIII (Persero). Tahun 1994 – 1996, terjadi penggabungan antara
10
PTP XX, PTP XXIII, PTP XXIV-XXV, PTP XXVI, PTP XXIX manjadi PTP
Jawa Timur dan pada tahun 1996 sampai sekarang PTP Jawa Timur yang berasal
dari PTP XXIII, PTP XXVI dan PTP XXIX digabung menjadi PT Perkebunan
lingkungan PTP Nusantara XII (Persero) berdasarkan PPRI No. 17 tahun 1996
tanggal 28 Februari 1996 dengan akte Notaris Harun Kamil, SH. No. 45 tanggal
11 Maret 1996. Maka, Kebun Ngrangkah Pawon adalah salah satu unit dari 32
unit produksi yang dikelola PTP Nusantara XII yang berada di Jalan Rajawali No.
44 – Surabaya.
Nusantara XII yang bergerak di bidang budidaya dan pengolahan berbagai macam
komoditas pertanian. Salah satu komoditas yang dibudidayakan dan diolah adalah
dipimpin oleh seorang Manajer yang dibantu oleh Asisten Kepala. Kebun
budidaya dan persiapan bahan bakunya, yaitu afdeling Pawon Pakelan, Satak,
Babadan, Badek, Damar Wulan, Tebu, Sumber dan Gladik. Tiap afdeling,
dipimpin oleh Asisten Tanaman. Bagian pengolahan terdapat dua pabrik, yaitu
pabrik Satak dan pabrik Ngrangkah Pawon yang dipimpin oleh Asisten Teknik
dan Pengolahan. Terdapat juga Balai Pengobatan (BP) yang dikelola oleh AssKes
11
Keterangan : Manager
Rocky Roy R. Situmornag
Garis Komando
Garis Pembinaan
Asisten Kepala
Garis Koordinasi
Tatang Setiawan
bidang pengolahan kopi dan kakao. Kegiatan umum yang dilakukan dalam
BAB III
PELAKSANAAN PKL
Tanaman Kakao (Theobroma Cacao L.) dapat tumbuh dengan baik pada
a. Curah Hujan yang ideal berkisar antara 1.500 – 3.000 mm/tahun, dengan
jumlah bulan kering yang berkisar selama 3 bulan (Curah Hujan <60 mm).
Penyebaran curah hujan yang merata lebih menguntungkan dari curah hujan
d. Sinar matahari yang dikehendaki untuk tanaman kakao yakni sekitar 70%,
3.1.1.1 Penanaman
dilakukan.
setinggi 100 cm. jenis tanaman yang dapat dimanfaatkan sebagai penaung
rusak atau mati maka segera diganti dengan bibit baru yang berklon sama.
TBM yakni tanaman yang berumur 2 – 5 tahun. Tanaman akan masuk kriteria
Tanaman Menghasilkan (TM) ketika kondisi fisik sehat dan produktivitas pada
tanaman ini didapatkan berdasarkan jenis pangkas cabang, yaitu: cabang orthotop
dan plagiotrop.
17
awal (Vor Oogst) yang tinggi (produksi musim hujan). Rata-rata hasil panen
pada musim hujan mencapai 40% dari hasil panen per satu tahun. Hal tersebut
upas dan hama penggerek yang menyebabkan kebusukan pada buah. Ciri-ciri
buah hasil panen pada musim hujan yaitu buah (kolven) lebih besar dan biji
kering) dan memasukkan sinar matahari lebih merata serta aerasi lebih baik.
yang terlalu tinggi. Hasil panen pada musim kering (bulan kering) dapat
mencapai rata-rata 60% dari hasil panen per satu tahun, hal ini disebabkan
18
karena hama dan penyakit lebih mudah diatasi dan perkembangannya tidak
terlalu signifkan. Ciri-ciri buah hasil panen pada produksi Naa Oosgt yaitu
buah berukuran lebih kecil dan biji yang dihasilkan lebih kecil. Hal tersebut
disebabkan air yang diserap oleh tanaman tidak sebanyak saat Vor Oogst
tanaman dan proses pemanenan, disamping itu juga bertujuan untuk estetika.
Cabang-cabang yang dipangkas yaitu cabang air, cabang rambut dan cabang
kelembaban yang tinggi atau percikan air hujan. Penyakit ini merupakan
penyakit utama yang ditemukan pada buah kakao. Jamur ini menyerang
b. Hellopelthis
Gejala serangan Hellopelthis sp. berupa tusukan pada buah, tunas, tangkai
yang cukup dan lingkungan yang memadai yakni pada curah hujan yang
tinggi.
20
Serangan biasanya terjadi pada buah kakao yang masih muda sampai
masak, memakan daging buah dan saluran makanan. Buah yang terserang
tetap berkembang normal. Tetapi gejalanya dapat dilihat pada buah belang
power sprayer. Jenis insektisida yang digunakan yaitu Mcindo dan Bestox
21
secara bergantian. Dosis Mcindo yang diberikan yaitu 1-2 mL/ 1 L air,
secara kimiawi, juga dapat dilakukan secara mekanis dan biologis. Secara
3.1.1.5 Panen
1) Persiapan
blok, lahan/kebun harus bersih, dan tempat pengumpulan hasil (TPH) serta
2) Pelaksanaan
mengeras dan mudah terlepas dari plasenta. Umur buah sudah mencapai
buah.
menggunakan keranjang.
c. Biji hasil panen dimasukkan ke dalam karung dan diikat dengan tali.
b. Biji tidak boleh bersinggungan secara langsung dengan logam yang mudah
panen dari masing – masing afdeling kebun yang melakukan pemanenan. Pada
proses penerimaan, dilakukan penimbangan ulang hasil panen dan dicatat dalam
buku penerimaan. Sebelum dilakukan proses fermentasi, diambil sampel uji hasil
panen dari masing – masing afdeling sebanyak 1 kg atau 5 kg untuk dilakukan uji
24
mutu basah (uji petik). Klasifikasi uji petik dibagi menjadi 7 yaitu : biji baik, biji
muda, biji busuk, biji hampa, biji prongkol, plasenta dan kotoran. Biji baik
(superior) yang diharapkan yaitu 97% dari hasil panen. Toleransi kecacatan biji
sebanyak 3%.
(a) (b)
O)
Gambar 11. Penerimaan Hasil Panen Dari Afdeling Oleh Pabrik
(Sumber : Dokumentasi Pribadi, 2019)
3.1.2.2 Fermentasi
melepaskan biji kakao dari pulp. Proses fermentasi merupakan tahapan biji kakao
yang sangat penting untuk menjamin dihasilkannya cita rasa maupun aroma
cokelat yang baik, dapat mengurangi rasa pahit dan sepat serta memperbaiki
kenampakan biji. Fermentasi yang sempurna menentukan cita rasa biji kakao dan
produk olahannya, termasuk juga karena buah yang masak serta pengeringan yang
baik. Jika fermentasi yang dilakukan kurang atau tidak sempurna, dihasilkan cita
rasa khas cokelat yang pahit dan akan timbul biji slaty, yaitu biji yang
yang mempengaruhi mutu biji kakao. Dalam proses ini, terjadi penguraian gula
menjadi alkohol yang dilakukan oleh beberapa jenis khamir yang dilanjutkan
dengan penguraian alkohol menjadi asam asetat dan asam laktat oleh beberapa
jenis bakteri. Selain itu, selama proses fermentasi juga berlangsung pembentukan
dalam proses fermentasi biji kakao yaitu khamir, bakteri asam cuka dan bakteri
asam laktat.
bantuan oksigen dari udara. Proses fermentasi akan berjalan baik jika tersedia
cukup oksigen dan akan muncul panas yang merupakan hasil oksidasi senyawa
gula di dalam pulpa (lendir). Mikroba memanfaatkan senyawa gula yang ada di
dalam pulpa sebagai media tumbuh sehingga lapisan pulpa terurai menjadi cairan
yang encer dan keluar lewat lubang-lubang di dasar dan dinding peti fermentasi.
diatas permukaan tanah yang dialasi daun pisang, dan 3) fermentasi dengan
memberikan kualitas biji kakao yang lebih baik dari dua cara fermentasi
tradisional lainnya.
Di samping itu, harus dijaga agar biji tidak berhubungan langsung dengan logam
dengan panas yang dihasilkan. Panas menyebabkan suhu biji meningkat secara
Kerja zat-zat racun mematikan biji tanpa merusak kegiatan enzim yang ada dalam
biji sehingga proses-proses enzimatis untuk membentuk aroma, rasa dan warna
Biji kakao tanpa atau kurang fermentasi biasanya memiliki cita rasa
cokelat yang sangat rendah atau rasa pahit dan biji yang slaty, umumnya
dihasilkan dari proses fermentasi yang terlalu singkat (kurang dari 3 hari).
Sedangkan biji rapuh dan berbau kurang sedap atau kadang berjamur adalah
produk dari proses fermentasi yang terlalu lama (lebih dari 5 hari), biji kakao
berjamur atau hitam tidak memiliki cita rasa cokelat yang baik. Biji dengan waktu
fermentasi tepat 5 hari mempunyai warna belahan cokelat agak tua dan tekstur
dilakukan untuk menghentikan proses fermentasi pada biji kakao. Biji kakao dari
kotak fermentasi diisi ke dalam wadah karung plastik, karung plastik yang
digunakan harus benar-benar karung yang bersih dan tidak menimbulkan kotoran/
bau pada biji kakao. Biji kakao dalam karung diangkut ke tempat penjemuran
agar pengeringan biji lebih merata. Ketebalan tumpukan biji kakao selama
harus tercapai sesuai dengan SOP yaitu sebesar 7,5%. Pengeringan biji kakao
menggunakan alat cocoa dryer dengan ukuran 819 x 276 x 55 cm. Suhu yang
digunakan dalam cocoa dryer ialah 60 °C. Biji kakao yang bersifat higroskopis
pengeringan dengan waktu pembalikan biji kakao dua kali sehari, di pagi dan sore
sekop plastik dan mesin pembalik. Setelah 2 hari pengeringan, biji kakao akan di
ukur kadar airnya menggunakan alat pengukur kadar air yaitu Aqua boy moisture
tester. Kadar air biji kakao yang sudah mencapai SOP akan dipindahkan ke ruang
sortasi. Sebelum dipindahkan, biji kakao ditimbang dahulu berat turun keringnya
bahan dengan suhu lingkungan agar tidak terjadi kerusakan secara fisik pada
tahapan sortasi.
3.1.2.4 Sortasi
menentukan mutu biji kakao. Tujuannya untuk memisahkan biji kakao dari
kotoran yang ikut terbawa, biji yang pecah, rusak atau benda asing lainnya.
ukuran bijinya. Biji-biji kakao kualitas ekspor (standar A) dipisahkan dari biji
kualitas sedang (B) dan kualitas rendah (standar C dan S). Biji-biji ini dipisahkan
karena masing-masing standar memiliki nilai jual yang berbeda. Adapun grade
MUTU BC
1-A-BC/W 100
1-B-BC/W 101-111
1-C-BC/W 111-120
1-Sa-BC/WBC 121-140
1-Sb-BC/WBC 141-160
30
prongkol dan kulit biji kakao tidak dimasukkan ke dalam mutu akan tetapi disebut
orang dengan sistem meja. Meja sortasi berukuran 200 x 80 x 75 cm dan di sekat-
sekat untuk pemisahan mutu. Biasanya satu kelompok mendapatkan 4–8 karung
dengan berat 1 karung rata-rata 50 kg. Hasil sortasi biji kakao dikumpulkan per
jenis mutu, kemudian dimasukkan karung dengan berat standar netto 50 kg dan
diberi alas papan kayu kering, kemudian di stapel dan peletakannya diberi jarak
dengan dinding serta diberi label yang menunjukkan data per jenis mutu, jumlah
3.1.2.5 Pengemasan/Pengkavlingan
Setelah disortir, biji dengan kualitas ekspor dikemas dalam karung goni
baru dengan ukuran 74 x 110 cm atau 74 x 115 cm dengan keadaan bersih, kering
dan bebas dari bau asing. Setiap karung diberi label yang menunjukkan jenis mutu
dan identitas produsen (kebun atau koperasi, perusahaan) dan nomor urut kavling.
Sebelum pengemasan dilakukan pengukuran kadar air, untuk kontrol kadar air.
Biji kakao yang ada di gudang penimbunan, setelah cukup memenuhi satu
kavling dengan jumlah karung 48 karung, berat netto 62.5 kg sehingga satu
mesin jahit karung 2 kali (sejajar) dan kedua ujung akhir jahitan disimpul mati dan
disegel. Sedangkan untuk mutu lokal Biji Pecah (BP) dan Biji Kering Hampa
(BKH) menggunakan karung sak baru ukuran 74 x 110 cm atau 74 x 115 cm,
Biji yang suah dikemas tersebut diangkut ke gudang siap kirim (ready) dan
distapel dengan ketinggian maksimum 5 karung untuk 1-A dan 10 karung untuk
32
1-B, 1-C dan mutu lainnya tidak terbatas melihat keadaan ruang penimbunan.
Penumpukan karung yang berisi biji kakao harus diberi alas kayu setinggi 10 cm
agar biji tidak langsung bersentuhan dengan lantai. Jarak karung dengan dinding
pun bersela 50 cm. Hal ini bertujuan agar mutu biji dalam karung tidak rusak
pembebasan dari hama pada komoditas kakao menggunakan bahan kimia beracun
3.1.2.6 Pengiriman
Proses pengiriman biji kakao dilakukan ketika sudah ada permintaan dari
truknya harus dilapisi terpal dan plastik. Susunannya yaitu terpal sebagai lapisan
33
dasar yang langsung bersentuhan dengan lantai bak truk dan kemudian di lapisi
plastik. Tujuan pelapisan tersebut yaitu untuk mencegah air masuk jika ada hujan
Sebagai Herbisida
Secara umum buah kakao terdiri dari empat bagian yaitu kulit,
plasenta, pulpa dan biji. Buah yang matang berkulit tebal dan berisi 30-50
biji yang masing-masing terbungkus oleh pulpa berwarna putih, manis dan
kakao.
Pulpa yang melingkupi biji kakao terdiri dari 80 – 90% air dan 12
– 15% gula, dalam bentuk glukosa dan sukrosa. Gula ini merupakan
sel-sel turbular dengan ruangan antar sel yang besar. Pada buah mentah
lapisan ini membengkak, akan tetapi pada buah masak lapisan ini lunak
dan berlendir. Selama proses fermentasi sel-sel ini mati dan terlepas,
protein serta asam nitrat 1 – 3%. Senyawa-senyawa lain yang juga terdapat
lain-lain. Saat buah kakao dipecah, pulp akan terkontaminasi dengan jasad
menyebabkan terjadinya dua perubahan besar pada pulp, yaitu (1) peragian
gula menjadi alkohol oleh khamir dan bakteri asam laktat dan (2) peragian
alkohol menjadi asam asetat oleh bakteri asam asetat. Volum dan
Parameter Nilai
Ph 3.75
Indeks reflaksi 1.36
Berat jenis 1.07
Kadar air (%) 85.30
Kadar abu (%) 3.76
Glukosa (g/I) 214.24
Fruktosa (g/I) 10.60
Sukrosa (g/I) 107.60
Serat (g/I) 11.80
Pektin (%) 5.00
Lemak (%) 3.54
Total protein (g/I) 7.20
Asam sitrat (mg/I) 9.14
Asam malmat (mg/I) 3.60
Asam asetat (mg/I) 2.28
Asam oksalat (mg/I) 1.27
Asam laktat (mg/I) 1.23
Asam malat (mg/I) 3.60
Asam fumarat (mg/I) 0.02
Vitamin C (mg/I) 18.30
Vitamin A (mg/I) 34.15
Vitamin B1 (mg/I) 19.20
Vitamin B2 (mg/I) 1.60
K (mg/I) 950.00
Sumber : Gyedu dan Oppong (2003)
35
atau limbah. Salah satunya yaitu limbah cair dari hasil proses fermentasi
biji kakao. Akan tetapi pada umumnya limbah cair dari hasil proses
fermentasi biji kakao akan dibuang ke penampungan limbah dan tanpa ada
Pawon, pemanfaatan limbah cair dari hasil proses fermentasi biji kakao
lingkungan.
(a) (b)
Gambar 17. Saluran Limbah Pulp Kakao
(Sumber: Dokumentasi Pribadi, 2019)
Sehingga salah satu alternatif teknologi pengolahan limbah kakao
adalah dengan memanfaatkan limbah cair dari hasil proses fermentasi biji
sejumlah asam-asam organik seperti asam malat, asam sitrat dan asam
asetat (Anvoh et al., 2009). Di samping itu menurut Dias et al. (2007)
36
larut dalam air dan sebanyak 0,15% yang larut dalam alkohol. Senyawa
Limbah cair dari hasil proses fermentasi biji kakao dapat dijadikan
Pembuatan herbisida cair yang berasal dari bahan baku pulp kakao
serat kasar.
sesuai takaran.
limbah pulp kakao yang efektif yaitu pada lama fermentasi 3 minggu, hal
tertentu. Apalagi antar jenis gulma walaupun dalam satu golongan tertentu,
respon yang ditunjukkan sering berbeda. Menurut Fadhly dan Tabri (2004)
pulp kakao, kemampuan cairan pulp kakao hampir sama dengan herbisida
secara cepat, 2-3 jam setelah disemprot gulma sudah layu dan 2-3 hari
kemudian mati, gulma akan pulih dan tumbuh kembali secara cepat sekitar
1 minggu (Sembodo,2013).
kemampuan cairan pulp kakao hampir sama dengan herbisida kontak. Hal
39
Provinsi Jawa Timur. Dengan metode pengumpulan data dan jenis data sebagai
berikut:
Dalam penyusunan laporan praktek kerja ini digunakan metode pengumpulan data
sebagai berikut :
langsung dan ikut terjun langsung pada objek yang menjadi bahan laporan
ditempat PKL.
b. Wawancara (Interview)
mesin dan listrik, serta proses pengolahan dalam pembuatan teh hitam
c. Dokumentasi
40
d. Studi Pustaka
hubungannya dengan judul dan masalah yang dibahas di dalam laporan tugas
akhir untuk memperoleh data yang dapat dipergunakan sebagai landasan teori
2. Jenis Data
a. Data primer
Perkebunan Nusantara XII Kebun Nrangkah Pawon, Kediri, Jawa Timur dan
b. Data sekunder
Yaitu data yang diperoleh dengan jalan mempelajari dan membaca buku-buku
yang ada kaitannya dengan bidang yang ditulis dan artikel dari internet.
dengan cara :
2. Meminta bantuan dan arahan dari para karyawan dalam melakukan pekerjaan
yang diberikan.
3. Mempelajari tentang pengolahan biji kakao dari buku dan artikel di internet
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Nusantara XII Ngrangkah Pawon, Kediri, Jawa Timur, maka dapat diambil
2. Proses pengolahan biji kakao menjadi bahan baku coklat yang diterapkan
3. Memahami proses penerimaan bahan baku dan menguji kualitas bahan biji
pada proses pengolahan, yaitu dari tahap penerimaan biji dari kebun sampai
5. Pengolahan untuk limbah dari hasil proses fermentasi biji kakao salah satunya
4.2. Saran
cokelat. Dalam proses penyiapan bahan baku dan pengolahan biji kakao menjadi
bahan baku coklat sebaiknya dikontrol dan ada peninauan berkala sehingga tidak
43
hanya melihat data rekapan hasil yang tertulis sehingga dapat menilai langsung
DAFTAR PUSTAKA
Albertini, B., dkk. (2015). Effect of fermentation and drying on cocoa polyphenol.
Journal Agriculture Food Chemistry 63(45): 9948–9953.
Away, Y. 1985. Evaluasi Pengaruh Beberapa Marga Mikroorganisme pada
Fermentasi Biji Kakao Terhadap Mutu Cita rasa Indeks Fermentasi.
Tesis. ITB. Bandung.
Effendi, M.S. 2002. Kinetika fermentasi asam asetat (vinegar) oleh bakteri
Acetobacter aceti B127 dari etanol hasil fermentasi limbah cair pulp
kakao. Jurnal Tekno dan Industri Pangan Vol 13 (2) : 125 – 135.
Nasution, M.Z., W. Tjiptadi, B.S. Laksmi. 1985. Pengolahan Cokelat. Bogor.
Nasution, U. 1986. Gulma dan Pengendaliannya di Perkebunan Karet Sumatera
Utara dan Aceh. Pusat Penelitian dan Pengembangan Perkebunan
Tanjung Morawa (P4TM), Tanjung Morawa.
Oudejans, JH. 1991. Agro Pesticides: Properties and Function in Integrated Crop
Protection. United Nations Bangkok. 329 hlm. Owen, M.D.K. 2002.
Acetic acid (vinegar) for weed control revisited. Journal Organic weed
management workshop. 488 (11): 91.
Pairunan, V.I. 2009. Karakteristik Fermentasi Pulp Kakao dalam Pratama , Aris
Faisal, Herry Susanto & Dad R. J. Sembodo. 2013. Respon Delapan
Jenis Gulma Indikator Terhadap Pemberian Cairan Fermentasi Pulp
Kakao.
Pujisiswanto, H. 2011. Karakteristik Asam Cuka sebagai Bioherbisida untuk
Pengendalian Gulma. Laporan Penelitian Hibah DIPA.
Pujisiswanto, Hidayat, Prapto Yudono, Endang Sulistyaningsih dan Bambang H.
Sunarminto. 2014. Pengaruh Asam Asetat Sebagai Herbisida Pra
Tumbuh Terhadap Pertumbuhan Gulma Dan Perkecambahan Jagung.
Sembodo, D. R. J. 2010. Gulma Dan Pengelolaannya. Graha Ilmu Yogyakarta.
Susanto, F.X. 1994. Tanaman kakao (Budidaya dan Pengolahan Hasil).
Kanisius, Yogyakarta.
45
46
LAMPIRAN