2014
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kami panjatkan ke Hadirat Allah SWT karena atas
berkat rahmat dan karunia-Nya kami dapat menyelesaikan makalah ini yang
disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Komunikasi Bisnis pada tahun
ajaran 2014.
Terima kasih kepada Ibu Sri Fatimah selaku dosen mata kuliah
Komunikasi Bisnis atas bimbingannya dalam menyusun makalah ini.
Terimakasih kepada Pa Hendra dari Balai Benih Pertanian yang sudah kami
wawancara. Tidak lupa kami ucapkan terima kasih kepada rekan-rekan yang
telah membantu dalam proses pengerjaan makalah ini hingga dapat
diselesaikan tepat waktu.
Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna. Maka
dari itu, kami mengharapkan kritik dan saran agar makalah ini menjadi lebih
baik lagi. Semoga makalah ini dapat memberikan informasi serta dapat
bermanfaat
untuk
pengembangan
wawasan
dan
peningkatan
ilmu
Penyusun
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ..
DAFTAR
ISI
ii
BAB I PENDAHULUAN
1.1
Latar
Belakang
..
1
1.2
Identifikasi
Masalah
.. 3
1.3
Tujuan ............................................................................................
........... 3
BAB II PEMBAHASAN
2.1
Balai
Benih
Pertanian
.. .4
2.2
Hasil
Wawancara
...
.. 5
2.3
Inovasi Pertanian Pada Subsistem Penyediaan Saprodi Berbasis
Komunikasi ... 10
BAB
III
SIMPULAN
DAN
SARAN
...
..
BAB
IV
DAFTAR
15
PUSTAKA
..
BAB
.....
17
LAMPIRAN
18
BAB I
PENDAHULUAN
A. Sarana Produksi
untuk
beroperasinya
the
farm
production
sector
(Beierlein. dkk., 1986). Sektor ini Sektor ini memasok pakan ternak
atau ikan, benih, pupuk, bahan bakar minyak, pestisida, alat, mesin
pertanian, dan sebagainya. Istilah yang seringkali digunakan adalah
saprodi
(sarana
produksi)
atau
saprotan
(sarana
produksi
pertanian).
(b)the farm production sector,
The farm production sector atau sektor budidaya pertanian
merupakan sektor yang mengubah input pertanian menjadi output
atau komoditas primer hasil pertanian. Sektor ini meliputi pertanian
dalam arti luas, yaitu budidaya tanaman, peternakan, perikanan,
dan kehutanan. Komoditas primer yang dihasilkan oleh sektor ini
adalah bahan pangan (padi, jagung, kedele, dan sebagainya).
(c) the product marketing sector.
The product marketing sector atau pemasaran hasil pertanian
melibatkan
individu
atau
perusahaan
yang
menangani
dan
penjelasan
di
atas,
pertanian
merupakan
suatu
terbukti
faktor
bahwa
penting,
sarana
yang
produksi
berpengaruh
pestisida
yang
berlebihan
maka
akan
membuat
( Suratiyah K, 2008).
merupakan
media/alat
untuk
berinteraksi
bagi
kebutuhan
dan
ketersediaan
pasar
terhadap
komoditas
namun
yang
terpenting
bukanlah
bagaimana
cara
BAB II
PEMBAHASAN
2.1.
Peranan
Pemerintah
dalam
Membantu
Penyediaan
pengkajian
bahan
dan
kebijakan
teknis
dan
Benih
Hortikultura
dan
Aneka
Tanaman
adalah
Sumber : http://diperta.jabarprov.go.id/index.php/subMenu
pun
tersedia
kultur
jaringan.
Disini
hanya
balai
Sumber : http://diperta.jabarprov.go.id/index.php/subMenu
15. Harga benih atau bibit berapa?
Bervariasi tergantung varietas dan mengikuti SKGub. Range harga
untuk buah sekitar 7000-20.000. Terkadang dipengaruhi oleh
ketinggian tanaman tersebut.
Sumber : http://diperta.jabarprov.go.id/index.php/subMenu
16. Dalam pemasarannya, kesulitan apa saja yang bapa alami?
Kesulitan memasarkan kemana karena tidak cukup sering petani
yang mengambil bibit dari sini, biasanya petani menggunakan
bibitnya sendiri, kebanyakan konsumen adalah masyarakat yang
muda
kurang
berminat
bekerja
langsung
di
idang
pertanian.
17. Solusi untuk masalah yang bapa hadapi?
Solusinya dengan terus berinovasi dalam mengembangkan benih
dan menghasilkan bibit bermutu lalu melakukan yang terbaik dalam
pekerjaan.
18. Saran dan harapan kedepannya?
Ingin balai benih ini eksis dikenal masyarakat agar masyarakat lebih
mengetahui lagi fungsi balai ini.
2.3. Inovasi Pertanian Pada Subsistem
Penyediaan
Saprodi
Berbasis Komunikasi
Menurut penelitian yang dilakukan oleh Ninuk Purnaningsih,
Strategi Kemitraan Agribisnis Berkelanjutan dapat menjadi inovasi
dalam membantu menyelesaikan masalah-masalah dalam bidang
penyediaan sarana produksi agribisnis.
Penerapan pola kemitraan agribisnis bertujuan untuk mengatasi
masalah-masalah keterbatasan modal dan teknologi bagi petani kecil,
peningkatan mutu produk, dan masalah pemasaran.
Namun pada kenyataannya penerapan kemitraan tersebut
sering menghadapi masalah, baik yang bersumber dari petani mitra
maupun dari pihak perusahaan yang menyebabkan kemitraan yang
dibangun tidak dapat berkelanjutan. Melihat potensi dan tantangan
penerapan pola kemitraan sebagai suatu inovasi dalam peningkatan
kinerja petani kecil, maka penting menganalisis faktor-faktor yang
mempengaruhinya
penerapan
pola
kemitraan
agribisnis
dan
di
lima
perusahaan
agribisnis
dan
satu
koperasi
yang
kenal dengan baik satu sama lain, membuat proses bermitra berjalan
dengan kontrol sosial antar pelaku.
Seiring dengan berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi,
bertambahnya jumlah pelaku bisnis sayuran, dan wilayah kerjasama
yang semakin luas, maka proses kerjasama tersebut pun berkembang.
Perkembangan inovasi pola kemitraan tersebut berbeda-beda sesuai
dengan kondisi masyarakatnya, atau sesuai dengan kultur dan struktur
masyarakatnya. Bila dilihat dari sisi pengorganisasian kegiatankegiatan dalam bisnis sayuran, maka pola kemitraan tersebut dapat di
kelompokkan pada cara-cara pengorganisasi yang informal yang
tradisional sampai cara-cara formal yang modern.
Sebagai suatu inovasi system, kemitraan memberikan pilihan
sehingga berikut ini beberapa alasan petani menjalankan kemitraan :
a. Pemasaran Terjamin. Sebagian besar (93,4%) petani menyatakan
alasan bermitra karena pemasaran terjamin. Petani melakukan
proses produksi secara optimal, dengan harapan seluruh hasilnya
dapat dipasarkan dengan harga yang memadai.
b. Tersedia Bibit/benih. Alasan kedua adalah
karena
tersedia
petani mampu. Hal ini terbukti bahwa hanya 33, 5 persen petani
yang menyatakan bahwa jenis sayuran yang dimitrakan mempunyai
produktivitas yang lebih tinggi.
d. Ada kegiatan pendampingan.
masalah-masalah
teknik
budidaya,
hama
dan
sama sekali baru, atau tanaman jenis lama dengan varietas baru
yang menurut petani lebih tahan terhadap hama penyakit.
h. Diajak petugas pendamping. Dalam hal ini petugas pendamping
secara periodik melakukan kunjungan ke petani-petani di wilayah
kerjanya untuk mencari petani yang mau bermitra, mau menanam
jenis tanaman yang dibutuhkan. Sebagian petani tertarik ikut
bermitra karena diajak oleh petugas pendamping. Alasan ini
biasanya disertai alasan lainnya, tidak semata-mata alasan tunggal,
sebab meskipun petani tidak diajak oleh petugas pendamping bisa
saja petani menawarkan diri untuk bermitra karena alasan lain.
ini
sehingga
menimbulkan
alasan-alasan
kemitraan
struktur
yang
tidak
terdeferensisai
secara
tajam:
bentuklah
pedagang
pengumpul
atau
perusahaan
yang
akan
dalam
pengambilan
keputusan.
BAB II
PENUTUP
SIMPULAN
1. Sarana Produksi dalam kegiatan pertanian merupakan faktor yang sangat
berpengaruh bagi kelangsungan dan kelancaran jalannya kegiatan
pertanian. Pengadaan sarana produksi bahkan telah menjadi suatu
kewajiban demi menunjang kegiatan pertanian.
2. Tugas pokok Bidang Produksi Tanaman Hortikultura mempunyai fungsi
sebagai
penyelenggaraan
pengkajian
bahan
kebijakan
operasional
SARAN
1. Konsep kemitraan agribisnis yang harus diperluas bahwa setiap bentuk
kerjasama merupakan proses bermitra tanpa harus mencakup seluruh
aspek agribinsis, sesuai dengan kondisi di lapangan seperti kendalakendala yang berasal dari petani, pengusaha dan sarana serta pasar.
2. Kemitraan yang ideal masih dalam proses, yang tidak mungkin proses
tersebut semata-mata diserahkan pada swasta dan petani. Campur
tangan pemerintah dalam membuat kebijakan, memperkuat kelembagaan
di tingkat lokal yang kondusif untuk mencapai pola kemitraan yang ideal
sangat diperlukan.
3. Pengurangan terhadap tingkat kerumitan proses bermitra akan
mendorong petani ikut dalam pola kemitraan yang ditawarkan. Kejelasan
dalam penetapan standar mutu, proses pembayaran yang tanpa masalah,
komunikasi yang baik dalam proses kerjasama akan mendukung
keberlanjutan pola kemitraan yang dibangun.
BAB IV
DAFTAR PUSTAKA
Purnaningsih,
Ninuk.
Berkelanjutan.
Desember
Institut
2007.
Strategi
Pertanian
Bogor.
Kemitraan
Agribisnis
Vol.
No.
01,
03.
http://download.portalgaruda.org/article.php?article=83563&val=223.
September 2014.
Saleh, Abdul Rahman. 2000.
BAB V
LAMPIRAN