OLEH
KELOMPOK: IV
UNIVERSITAS MATARAM
2018
HALAMAN PENGESAHAN
ii
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas
berkat dan rahmat-Nya laporan tetap Praktikum Sanitasi Industri Pangan ini dapat
terselesaikan dengan waktu yang telah ditentukan. Laporan ini disusun sebagai
salah satu syarat mata kuliah Sanitasi Industri Pangan di Fakultas Teknologi
Pangan dan Agroindustri Universitas Mataram. Dalam kesempatan ini tidak lupa
penulis haturkan terima kasih kepada dosen, koordinator praktikum dan para Co.
Assisten yang telah banyak membantu serta membimbing penulis baik dalam
praktikum maupun dalam menyusun laporan. Penulis menyadari sepenuhnya
bahwa laporan ini masih banyak kekurangannya baik dari segi isi, penampilan
maupun teknik pengetikannya. Oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan
saran yang sifatnya membangun demi perbaikan dan penyempurnaan laporan ini
selanjutnya. Akhir kata penulis harap agar laporan ini dapat menjadi sumbangan
ilmu pengetahuan bagi rekan-rekan yang lain dan juga dapat menambah
pengetahuan kita.
Penulis
iii
DAFTAR ISI
HALAMAN PENGESAHAN.................................................................................ii
KATA PENGANTAR............................................................................................. iii
DAFTAR ISI...........................................................................................................iv
DAFTAR TABEL................................................................................................... vi
ACARA I UJI SANITASI PEKERJA PENGOLAHAN PANGAN........................1
Pendahuluan.............................................................................................................1
Tinjauan Pustaka......................................................................................................3
Pelaksanaan Praktikum............................................................................................ 6
Hasil Pengamatan Dan Perhitungan.........................................................................8
Pembahasan............................................................................................................15
Kesimpulan............................................................................................................ 19
ACARA II UJI SANITASI WADAH DAN ALAT PENGOLAHAN....................20
Pendahuluan........................................................................................................... 20
Tinjaun Pustaka......................................................................................................22
Pelaksanaan Praktikum.......................................................................................... 24
Hasil Pengamatan Dan Perhitungan.......................................................................27
Pembahasan............................................................................................................43
Kesimpulan.............................................................................................................47
ACARA III UJI SANITASI RUANG PENGOLAHAN....................................... 48
Pendahuluan........................................................................................................... 48
Tinjauan Pustaka.................................................................................................... 50
Pelaksanaan Praktikum.......................................................................................... 52
Hasil Pengamatan Dan Perhitungan.......................................................................54
Pembahasan............................................................................................................85
Kesimpulan.............................................................................................................88
ACARA IV UJI SANITASI BAHAN DASAR PENGOLAHAN PANGAN.......89
Pendahuluan........................................................................................................... 89
Tinjauan Pustaka.................................................................................................... 91
Pelakanaan Praktikum............................................................................................93
Hasil Pengamatan Dan Perhitungan.......................................................................95
Pembahasan............................................................................................................98
Kesimpulan...........................................................................................................101
ACARA V UJI SANITASI AIR UNTUK PENGOLAHAN............................... 102
Pendahuluan......................................................................................................... 102
Tinjauan Pustaka.................................................................................................. 103
Pelaksanaan Praktikum........................................................................................ 105
Hasil Pengamatan Dan Perhitungan.....................................................................107
Pembahasan..........................................................................................................115
Kesimpulan...........................................................................................................118
ACARA VI UJI SANITASI MAKANAN JAJANAN SEKITAR KAMPUS.....119
Pendahuluan......................................................................................................... 119
iv
Tinjauan Pustaka.................................................................................................. 121
Pelaksaan Praktikum............................................................................................ 123
Hasil Pengamatan Dan Perhitungan.....................................................................126
Pembahasan..........................................................................................................133
Kesimpulan...........................................................................................................136
DAFTAR PUSTAKA
v
DAFTAR TABEL
vi
ACARA I
UJI SANITASI PEKERJA PENGOLAHAN PANGAN
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Sanitasi merupakan serangkaian upaya untuk menghilangkan kontaminasi
baik fisik, kimia, biologis, maupun mikrobiologis dalam pengolahan. Sanitasi
meliputi banyak aspek mulai dari sanitasi pekerja, alat pengolahan, ruangan
pengolahan, bahan baku dan air untuk pengolahan. Sanitasi tidak akan mampu
menghilangkan kontaminasi secara menyeluruh namun hanya mampu
meminimalisir keberadaannya karen faktor luar penyebab kontaminan terutama
kontaminan mikrobiologis yang terdapat di berbagai tempat. Sanitasi berbeda
dengan higienitas. Sanitasi mencakup segala upaya untuk menghilangkan
kontaminan baik yang tampak maupun tidak, sedangkan higienitas hanya
mencakup kontaminan yang tampak atau makro.
Salah satu sumber kontaminasi yang penting dalam industri pangan adalah
manusia atau pekerja yang menangani pengolahan pangan. Mikroba patogen yang
ada pada pekerja dapat menyebabkan gangguan kesehatan bagi manusia yang
mengkonsumsi makanan yang diproduksinya. Media yang sangat disukai
mikroorganisme untuk tumbuh pada tubuh manusia antara lain kulit, rambut,
mulut, hidung dan bagian-bagian tubuh lainnya. Untuk mencegah perpindahan
penyakit pada pangan melalui pekerja maka perlu diadakan pengawasan sanitasi
pekerja. Pengawasan ini terutama perlu dilakukan pada pekerja pengolahan
pangan, baik dari pemanenan hingga ke konsumen.
Untuk mengetahui jumlah mikroba yang terdapat pada tangan dan rambut
pekerja dapat dilakukan dengan cara mengisolasi sampel dari pekerja tersebut dan
menumbuhkan nya pada media tumbuh atau agar. Jenis mikroba yang dapat tumbuh
dan diamati pada cawan agar adalah bakteri, kapang, khamir. Beberapa upaya dapat
1
dilakukan untuk mengurangi jumlah mikroba pada pekerja seperti mencuci tangan
dengan air mengalir ataupun dengan antiseptik seperti sabun. Untuk memahami
dampak yang diberikan dari upaya sanitasi pekerja seperti mencuci tangan perlu
dilakukan uji menggunakan media terhadap sampel tangan yang telah dicuci. Oleh
karena itu, perlu dilaksanakan praktikum uji sanitasi pekerja pengolahan pangan
untuk memahami serta mengetahui mikroorganisme apa yang tumbuh pada bagian
tubuh pekerja dapat membahayakan pada pangan dan bagaimana pengaruh upaya
sanitasi terhadap jumlah kontaminan pada tubuh pekerja.
Tujuan Praktikum
Adapun tujuan dari praktikum ini adalah untuk mengetahui
mikroorganisme yang tumbuh di tangan dan rambut manusia dan menguji daya
antiseptik sabun terhadap mikroba.
2
TINJAUAN PUSTAKA
Sanitasi pangan merupakan salah satu hal penting yang harus diperhatikan
dalam industri pangan. Menurut Said (2007), sanitasi dapat didefinisikan sebagai
usaha pencegahan penyakit dengan cara menghilangkan atau mengatur faktor-
faktor lingkungan yang berkaitan dengan rantai penyakit tersebut. Selajutnya,
Depkes RI (2004) mengungkapkan pengertian sanitasi adalah upaya kesehatan
dengan cara memelihara dan melindungi kebersihan lingkungan dari subyeknya.
Misalnya menyediakan air yang bersih untuk keperluan mencuci tangan
menyediakan tempat sampah untuk mewadahi sampah agar tidak dibuang
sembarangan dan berceceran. Dari beberapa pengertian sanitasi diatas dapat
disimpulkan bahwa sanitasi merupakan usaha pencegahan penyakit dengan cara
memperhatikan sumber kontaminasi yang berhubungan dengan kebersihan bahan
pangan, kebersihan dalam pengolahan pangan, kebersihan orang yang terlibat
dalam proses pemasakan makanan dan lain sebagainya (Chairunnisa, 2014).
Ada beberapa faktor yang mempengaruhi terjadinya keracunan makanan,
antara lain adalah hygiene perorangan yang buruk, cara penanganan makanan
yang tidak sehat dan perlengkapan pengolahan makanan yang tidak bersih. Salah
satunya penyebabnya adalah karena kurangnya pengetahuan dalam
memperhatikan kesehatan diri dan lingkungannya dalam proses pengolahan
makanan yang baik dan seha. Para penjual makanan yang menjajakan makanan
umumnya tidak memiliki latar belakang pendidikan yang cukup, khususnya dalam
hal hygiene dan sanitasi pengolahan makanan. Pengetahuan penjual makanan
tentang hygiene dan sanitasi pengolahan makanan akan sangat mempengaruhi
kualitas makanan yang disajikan kepada masyarakat konsumen (Ningsih, 2014).
Menurut Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No.1096/
Menkes/PER/VI/2011, keadaan perorangan yang perlu diperhatikan penjamah
makanan dalam hal ini tenaga pengolah makanan untuk mencegah penularan
penyakit dan kontaminasi mikroba pathogen melalui makanan adalah antara lain
tidak merokok, tidak makan dan mengunyah, tidak memakai perhiasan, kecuali
3
cincin kawin yang tidak berhias (polos), selalu mencuci tangan sebelum bekerja,
setelah bekerja dan keluar dari toilet, selalu memakai pakaian kerja dan pakaian
pelindung dengan benar dan bersih yang tidak dipakai diluar tempat kerja serta
tidak banyak berbicara dan menggunakan penutup mulut (masker) saat mengolah
makanan (Mulyani, 2014).
Departemen Kesehatan (2001) dalam Yunus (2015) menyatakan bahwa
bakteri dapat mengkontaminasi makanan melalui rambut, kulit, kuku, saluran
nafas, tangan, bersin, meludah, menguap dan batuk. Kebiasaan tenaga penjamah
makanan yang tidak higienis seperti merokok pada saat bekerja, tidak mencuci
tangan sebelum dan sesudah bekerja dan tidak menggunakan alat yang bersih bila
mengambil makanan dapat menyebabkan kontaminasi pada makanan yang dijual
di rumah makan padang kota Manado dan kota Bitung. Menurut Purwiyatno
(2009) dalam Yulianto (2015), untuk dapat melakukan pekerjaan dengan baik
tanpa harus khawatir mencemari produk pangan yang ditanganinya, maka pekerja
di dapur perlu memperhatikan beberapa hal mengenai perlengkapan seperti
pekerja harus mengenakan pakaian yang bersih dan sopan, umumnya pakaian
yang berwarna putih sangat dianjurkan, terutama pekerja yang berada dibagaian
dapur. Pekerja harus selalu menggunakan penutup rambut, hal ini bertujuan untuk
melindungi kemungkinan jatuhnya rambut atau ketombe ke alat pengolahan
makanan ataupun ke adonan makana, pemakaian topi dan penutup rambut juga
dapat membantu menyerap keringat yang ada di dahi sehingga jatuhnya keringat
ke makanan dapat dihindari. Pekerja harus memelihara kebersihan kuku-kuku
tangan dan kaki, dengan cara dipotong pendek, rapi dan bersih.
Berdasarkan pekerjas sebagai sumber kontaminan mikrooragnisme, terdapat
berbagai jenis mikroorganisme yang dapat menjadi kontaminan yang bahkan dapat
menyebabkan keracunan jika terkonsumis. Ada beberapa jenis bakteri yang sering
menyebabkan keracunan, yaitu Salmonella, Escherichia coli, Listeria, Clostridium
perfringens, Bacillus aureus, Staphylococcus aureus, dan Clostridium botulinum.
Menurut Standar Nasional Indonesia (SNI) Nomor 32924 Tahun 2009, persyaratan
maksimum mutu mikrobiologi yaitu untuk Coliform maksimum 1x10² dengan satuan
cfu/g, Staphylococcus aureus maksimum 1x10² dengan satuan cfu/g,
4
Salmonella negatif per 25 g, Escherichia coli maksimum 1x10¹ dengan satuan
cfu/g, dan Campylobacter negatif per 25 g (Aerita, 2014).
5
PELAKSANAAN PRAKTIKUM
Prosedur Kerja
1. Uji Kebersihan Tangan
Tangan tanpa dicuci
↓
EMBA
Ditempelkan tiga jari selama 5 detik
PCA
↓
Dilakukan secara duplo
↓
o
Diinkubasi pada suhu 37 c selama 48
jam
↓
6
Di hitung jumlah koloni
7
HASIL PENGAMATAN DAN PERHITUNGAN
Hasil Pengamatan
Tabel 1.1 Hasil Pengamatan Uji Kebersihan Tangan
Media
Kelompok Perlakuan Plate Count ∑ Koloni Eosin Methylene Blue
Agar (PCA)
(CFU) Agar (EMBA) (CFU)
U1 U2
2 Tanpa cuci tangan 16 8 12 2
4 Tanpa cuci tangan 3+1 7 5,5 0
6 Tanpa cuci tangan 15+1 11 13,5 9
8 Tanpa cuci tangan 5+3 180+1 93,5 0
10 Tanpa cuci tangan 1+1 18 10 2
8
Tabel 1.3 Hasil Pengamatan Uji Kontaminasi Rambut
Perlakuan Media
Hasil Perhitungan
1. Hasil perhitungan Uji Kebersihan Tangan Media Plate Count Agar (PCA)
- Kelompok 2
U1+U2
∑Koloni =
= 16+3
2
= 12 Cfu
- Kelompok 4
U1+U2
∑Koloni =
= 4+7
2
= 5,5 Cfu
- Kelompok 6
U1+U2
∑Koloni =
= 16+11
2
= 13,5 Cfu
9
- Kelompok 8
U1+U2
∑Koloni =
= 6+181
2
= 93,5 Cfu
- Kelompok 10
U1+U2
∑Koloni =
= 2+18
2
= 10 Cfu
2. Hasil Pengamatan Uji Daya Antiseptik Pada Media Plate Count Agar
(PCA)
- Kelompok 2
U1+U2
∑Koloni =
= 17+17
2
= 17 Cfu
- Kelompok 4
U1+U2
∑Koloni =
= 54+112
2
= 83 Cfu
10
- Kelompok 6
U1+U2
∑Koloni =
= 122+54
2
= 68 Cfu
- Kelompok 8
U1+U2
∑Koloni =
= 40+60
2
= 50 Cfu
- Kelompok 10
U1+U2
∑Koloni =
= 10+14
2
= 12 Cfu
∑Koloni =
= 1+2
2
= 1,5 Cfu
11
- Kelompok 4
U1+U2
∑Koloni =
= 0+0
2
= 0 Cfu
- Kelompok 6
U1+U2
∑Koloni =
= 13+2
2
= 7,5 Cfu
- Kelompok 8
U1+U2
∑Koloni =
= 2+2
2
= 2 Cfu
- Kelompok 10
U1+U2
∑Koloni =
= 2+2
2
= 2 Cfu
12
b. Media Nutrient Agar (NA)
- Kelompok 2
U1+U2
∑Koloni =
= 12+6
2
= 9 Cfu
- Kelompok 4
U1+U2
∑Koloni =
= 10+3
2
= 6,5 Cfu
- Kelompok 6
U1+U2
∑Koloni =
= 2+5
2
= 3,5 Cfu
- Kelompok 8
U1+U2
∑Koloni =
= 9+8
2
= 8,5 Cfu
13
- Kelompok 10
U1+U2
∑Koloni =
= 10+4
2
= 7 Cfu
14
PEMBAHASAN
15
Sumber kontaminasi yang berasal dari pekerja dapat melalui tangan, kaki,
rambut, mulut, kulit maupun pakaian yang kotor yang dipakai pekerja selama
proses pengolahan bahan pangan. Jenis mikroorganisme yang biasanya
mengkontaminasi rambut adalah jenis kapang. Bakteri jenis koliform biasanya
banyak terdapat pada tangan pekerja. Sedangkan bakteri berbentuk spora dan
Staphylococcus banyak dijumpai pada kulit pekerja. Kebiasaan seperti menggaruk
kulit, menyentuh atau meraba pakaian, menggosok hidung dan merapikan rambut
merupakan andil yang besar dalam perpindahan kontaminan dari pekerja bahan
pangan. Kontaminan tersebut dapat berupa mikroba patogen yang dapat
membahayakan kesehatan konsumen.
Karena besarnya andil pekerja sebagai sumber kontaminan maka perlu
dijaga yang namanya sanitasi pekerja. Semua pekerja di dalam suatu industri
haruslah menaruh perhatian besar terhadap sanitasi, misalnya sebelum memasuki
pusat bekerja pekerja harus mandi terlebih dahulu, menggosok gigi dengan pasta
khusus, menggunakan baju yang sudah disteril, memakai masker dan sepatu
khusus. Para pekerja dilarang menggaruk-garuk kepala, mengorek hidung, sampai
pun kalau akan membuang air kecil dan besar juga harus menunggu hingga semua
pekerjaan yang ada selesai. Selain kebersihan diri pekerja juga harus menjaga
kesehatan diri dari penyakit. Kesehatan dapat berdampak pada sanitasi maupun
personal hygiene dari pekerja.
Salah satu cara untuk menjaga kebersihan atau sanitasi pekerja ialah dengan
menggunakan antiseptik. Antiseptik merupakan bahan kimia yang mencegah
multiplikasi organisme pada permukaan tubuh. Antiseptik umumnya mengandung
alkohol sekitar 70%. Antiseptik bekerja dengan cara membunuh mikroorganisme
tersebut, menghambat pertumbuhan dan aktivitas metaboliknya. Maka dari itu perlu
digunakan antiseptik untuk menjaga kebersihan pekerja dari mikroba di permukaan
tubuh. Antiseptik dapat berupa sabun, handsanitizer maupun sabun cair.
Praktikum kali ini dilakukan pengujian sanitasi pekerja dari tangan dan
rambut pekerja dengan dilakukan 3 pengujian, yaitu uji daya antiseptik sabun terdiri
dari sabun merk Lifebuoy, handsanitizer Dettol dan sabun Sleek. Sebelumnya diberi
perlakuan yang sama kepada kelima kelompok yaitu perlakuan tangan tanpa dicuci.
16
Selain dengan 3 sabun diatas juga terdapat perlakuan dengan mencuci tangan pada
air mengalir dan mencuci tangan di air tergenang. Pada pengujian tangan tidak
dicuci sampel di isolasi pada media Plate Count Agar (PCA) dengan duplo, di
mana didapatkan secara berturut-turut yaitu terdapat 12 koloni, 5,5 koloni, 13,5
koloni, 93,5 koloni dan 10 koloni. Media PCA digunakan untuk segala jenis
mikroba karena mengandung komposisi enzimik hidrolisit yang mengandung
asam amino kompleks. Selanjutnya sampel juga diisolasi pada media Eosin
Methyllene Blue Agar (EMBA) yang berguna untuk mengisolasi Salmonella
karena mengandung laktosa. Pada media EMBA ini diperoleh berturut-turut 2
CFU, 0 CFU, 9 CFU, 0 CFU, dan 2 CFU. Hal ini menunjukkan meski pada
pekerja atau praktikkan yang sehat tetap saja mengandung kontaminan
mikrobiologis pada tangan yang tidak dicuci.
Pada uji daya antiseptik dilakukan lima perlakuan antara lain tangan dicuci
pada air mengalir, tangan dicuci pada air tergenang, tangan dicuci dengan air
tergenang, tangan dicuci dengan antiseptik, tangan dicuci dengan sabun biasa dan
tangan dicuci dengan handsanitizer. Dari perlakuan tersebut secara berturut-turut
diperoleh jumlah koloni pada media Plate Count Agar 17 Cfu, 83 Cfu, 88Cfu, 50 Cfu
dan 12 Cfu. Selanjutnya di media Eosin Methyllene Blue Agar diperoleh 2 Cfu, 0 Cfu,
0 Cfu, 2 Cfu, dan 3 Cfu. Hal ini berbanding terbalik dengan literatur oleh Chairunnisa
(2014), seharusnya pembersihan dengan antiseptik dapat mengurangi jumlah mikroba
dari sebelumnya yang perlakuan tangan tanpa dicuci. Ini menunjukkan tejadi
kesalahan pada saat praktikan melakukan uji daya antiseptik karena diperoleh jumlah
mikroba yang lebih banyak setelah perlakuan cuci tangan.
Hasil pengamatan rambut menunjukkan bahwa pada sampel rambut kelima
kelompok secara berturut-turut diperoleh 1,5 koloni, 0 koloni, 7,5 koloni, 2 koloni
dan 2 koloni pada media Potato Dextrose Agar (PDA). Media PDA berfungsi untuk
mengisolasi kapang. Ini menunjukkan adanya kapang pada beberapa sampel rambut
praktikan. Selanjutnya pada media Nutrient Agar (NA) diperoleh berturut-turut 9
koloni, 6,5 koloni, 3,5 koloni, 8,5 koloni dan 7 koloni. Media NA berfungsi untuk
mengisolasi bakteri. Ini menunjukkan pada sampel-sampel rambut praktikan terdapat
lebih banyak bakteri dari pada kapang. Faktor-faktor yang mempengaruhi
17
pengujian sanitasi pekerja pengolahan pangan yaitu dipengaruhi oleh penggunaan
peralatan yang kurang steril, teknik kerja yang kurang baik, serta ruangan tempat
uji yang kurang baik. Dari hal tersebut dapat membuat adanya kontaminasi pada
pengujian ini. Maka dari itu perlu dilakukan praktikum dengan lebih aseptis dan
mendetail lagi.
18
KESIMPULAN
19
ACARA II
UJI SANITASI WADAH DAN ALAT PENGOLAHAN
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Sanitasi adalah perlakuan disengaja dalam pembudayaan hidup bersih dengan
maksud mencegah manusia bersentuhan lansung dengan kotoran dan bahan berbahaya
untuk meningkatkan kesehatan manusia. Bahaya ini mungkin terjadi secara fisik,
mikrobiologi, dan agen agen kimia atau biologis dari penyakit terkait. Bahan buangan
yang dapat menyebabkan masalah kesehatan terdiri dari sisa bahan buangan padat, air
bahan buangan domestik(cucian, air seni, bahan buangan mandi). Bahan buangan
industri dan bahan buangan pertanian. Cara pencegahannya dapat dilakukan dengan
menggunakan solusi teknis (Dwipayanti, 2010).
Mendapatkan makananan yang aman dan berkualitas maka diperlukan alat
alat yang aman, bersih, bebas kontaminasi serta dalam kondisi yang baik. Hal
tersebut terkait dengan penyimpanan dan perlakuan yang diberikan pada bahan
sebelum diproses. Penanganan yang tepat akan memberikan dan mempertahankan
mutu serta sanitasi yang baik selama diolah. Hal tersebut membuat tidak
dizinkannya menggunakan alat alat yang sudah cacat secara visual, rusak serta
berjamur. Hal tersebut karena dapat menyebabkan terjadinya kontaminasi pada
produk akhir serta dapat menurunkan kualitas produk (Puapitasari, 2004).
Banyak sekali ditemui bahwa dalam proses pencucian wadah atau alat
yang telah digunakan tidak dibersihkan dengan maksimal atau kurang bersih. Sisa
sisa makanan yang masih menempel pada alat atau wadah dapat menyebabkan
pertumbuhan mikroorganisme yang cukup tinggi. Mikroba yang mungkin dapat
tumbuh adalah kapang, khamir, dan bakteri. Mutu makanan yang baik sangat
dipengaruhi oleh wadah atau alat pengolahan yang digunakan. Oleh karena itu
20
penting dilakukan praktikum ini untuk menguji sanitasi wadah ataupun alat
pengolahan.
Tujuan Praktikum
Adapun tujuan dari paraktikum ini adalah untuk menguji sanitasi wadah
ataupun alat pengolahan.
21
TINJAUN PUSTAKA
22
pembilasan, pencucian dan lain lain. Hal tersebut akan meminimalisir terdapatnya
kontaminasi pada alat (Purnawijayanti,2001).
Masalah kesehatan khususnya masalah hygiene dan sanitasi pada makanan
merupakan masalah yang sangat kompleks dan sebenarnya bukan merupakan
masalah yang baru. Banyak kasus yang terjadi terkait dengan kesehatan karena
factor hygiene dan sanitasi pada makanan. Hygiene dan sanitasi pada makanan
perlu diperhatikan. Upaya pengamanan atau hygiene dan sanitasi makanan pada
dasarnya meliputi orang yang menangani makanan, tempat penyelenggaraan
makanan, peralatan pengolahan makanan, proses pengolahan makanan,
penyimpanan makanan dan penyajian makanan. Semakin tingginya masalah
kesehatan dan banyaknya kasus yang terjadi terkait dengan kesehatan pada
makanan, maka diperlukan perhatian khusus terhadap sanitasi dan hygiene pada
makanan yang akan dikonsumsi sebagai wujud penyelenggaraan makanan sehat
untuk keluarga (Setiawati, 2009).
Pemilihan peralatan yang digunakan dalam pengolahan pangan dengan
mempertimbangkan bahan yang digunakan dan kemudahan pembersihan. Bahan
yang digunakan untuk peralatan pengolahan pangan merupakan bahan yang tidak
bereaksi dengan bahan pangan. Pertimbangan kemudahan pembersihan peralatan
tergantung pada konstribusi alat tersebut. Logam seperti besi dan tembaga cukup
baik digunakan sebagai kerangka peralatan pengolahan pangan, namun tidak
dapatdigunakan sebagai peralatan yang bersentuhan langsung dengan bahan
pangan. Kedua logam tersebut meskipun kontruksinya cukup kuat, namun dapat
mengoksidasi zat gizi bahan pangan khususnya minyak, sehingga menghasilkan
komponen radikal yang berbahaya bagi kesehatan penggunaan bahan ini masih
banyak ditemukan seperti pada wajan (Yulianto, 2015).
23
PELAKSANAAN PRAKTIKUM
Prosedur Kerja
a. Uji sanitasi wadah botol
Botol
↓
Diberikan perlakuan tanpa dicuci,dicuci air
panas, air biasa, sabun biasa dan antibakterial
↓
-1
Dimasukkan larutan buffer fosfat 20 ml (10 )
24
Dimasukkan kemedium PDA dengan metode
sebar, NA dan SMA dengan metode tuang
↓
Dilakukan secara duplo
↓
Diinkubasi selama 48 jam
↓
Diamati dan dihitung total mikroba
↓
Diswab sebanyak 3 kali seluas 10 cm× 5 cm
↓
-1
Tabung berisi kontaminasi 10
↓
-1 -3 -4
Dilakukan pengenceran 10 ,10 ,10
Dimasukkan 3 pengenceran
Dimasukkan 3 pengenceran
terakhir dengan metode tuang
pertama (medium PDA)
(NA dan SMA)
o
Diinkubasi selama 48 jam, suhu 37 C
↓
Dilakukan secara duplo
↓
25
Diinkubasi selama 48 jam
↓
Diamati dan dihitung total mikroba
26
HASIL PENGAMATAN DAN PERHITUNGAN
Hasil Pengamatan
Tabel 2.1 Hasil Pengamatan Uji Sanitasi Wadah Botol (Metode Bilas)
Medium Nutrient Agar (NA) Sebelum Dipanaskan.
Pengenceran ∑ Koloni
-3 -4 -5
Kelompok Perlakuan 10 10 10
(CFU/ml)
U1 U2 U1 U2 U1 U2
5
1 Tanpa dicuci >250 115 76 43 >250 >250 5,95×10
3
3 Dicuci air biasa 25 >250 10 28 7 6 >1.0 ×10
3
5 Dicuci air panas 22 15 7 11 16 26 <1.0 ×10
3
7 Dicuci sabun biasa ˃250 89 3 2 7 0 >1.0 ×10
3
9 Dicuci sabun antiseptik 22 70 10 12 3 12 <1.0 ×10
Tabel 2.2 Hasil Pengamatan Uji Sanitasi Wadah Botol (Metode Bilas) Medium
27
Tabel 2.4 Hasil Pengamatan Uji Sanitasi Wadah Botol (Metode Bilas)
Medium Nutrient Agar (NA) Sesudah Dipanaskan.
Pengenceran ∑ Koloni
-1 -2 -3
Kelompok Perlakuan 10 10 10 (CFU/ml)
U1 U2 U1 U2 U1 U2
2
2 Tanpa dicuci 49 126 90 70 85 92 8,8×10
2
4 Dicuci air biasa 50 73 9 12 4 2 6.1 ×10
3
6 Dicuci air panas >250 >250 >250 >250 >250 >250 >1,0×10
1
8 Dicuci sabun biasa 30 3 25 12 30 8 <1.0×10
2
10 Dicuci sabun antiseptic 74 86 >250 31 >250 >250 8,0×10
Tabel 2.5 Hasil Pengamatan Uji Sanitasi Wadah Botol (Metode Bilas) Medium
28
Tabel 2.7 Hasil Pengamatan Uji Sanitasi Alat Pengolahan (Metode Swab)
Medium Nutrient Agar (NA) Sebelum Dipanaskan.
Pengenceran ∑ Koloni
-2 -3 -4
Kelompok Perlakuan 10 10 10
(CFU/ml)
U1 U2 U1 U2 U1 U2
4
1 Talenan plastik 34 23 72 85 23 37 7.7×10
4
2 Pisau daging 30 175 15 45 29 14 1.0×10
2
3 Sendok stainless 16 15 28 15 9 15 <1.0×10
3
4 Piring kaca 73 68 43 28 208 203 7.1 ×10
2
5 Piring melamin 7 9 6 82 22 18 <1.0×10
5
6 Talenan kayu >250 >250 120 156 27 14 1.4 ×10
2
7 Cobek batu 56 >250 0 8 0 >250 >1.0×10
5
8 Cobek tanah >250 >250 116 150 130 >250 1.3 x10
9 Sendok plastik 31 62 111 9 6 12 4.7 ×103
2
10 Sutil 2 52 12 23 24 3 <1.0×10
Tabel 2.8 Hasil Pengamatan Uji Sanitasi Alat Pengolahan (Metode Swab)
29
Tabel 2.9 Hasil Pengamatan Uji Sanitasi Alat Pengolahan (Metode Swab)
Medium Potato Dextrose Agar (PDA) Sebelum Dipanaskan.
Pengenceran ∑ Koloni
-1 -2 -3
Kelompok Perlakuan 10 10 10
(CFU/ml)
U1 U2 U1 U2 U1 U2
1
1 Talenan plastik 0 0 0 2 0 0 <1,0×10
1
2 Pisau daging 0 0 0 0 5 1 <1,0×10
1
3 Sendok stainless 1 1 2 1 1 2 <1,0×10
5
4 Piring kaca 9 4 11 7 127 140 1,3×10
1
5 Piring melamin 1 0 0 0 1 1 <1,0×10
1
6 Talenan kayu 2 1 0 0 1 1 <1,0×10
1
7 Cobek batu 48 17 1 4 3 9 <1,0×10
3
8 Cobek tanah 221 40 41 62 174 120 1,3×10
1
9 Sendok plastik 22 25 10 1 2 1 <1,0×10
1
10 Sutil 0 1 0 0 0 0 <1,0×10
Hasil Perhitungan
1. Uji Sanitasi Wadah Botol Metode Bilas Medium Nutrient Agar (NA)
sebelum dipanaskan.
a. Perlakuan Tanpa Dibilas
• Pengenceran 10-4
U1+U2 1
∑ koloni= 2 x Fp
76 + 43 1
= 2 x -4
10
4
= 5.95 x 10 CFU/ml
b. Perlakuan dibilas dengan air biasa
• Pengenceran 10-3
U1+U2 1
∑ koloni= 2 x Fp
25+ >250 1
= 2 x
10-3
3
= > 1.0 x 10 CFU/ml
30
= 22 + 15 x 1
-3
2 10
3
= < 1,0 x 10 CFU/ml
d. Perlakuan dicuci sabun biasa
• Pengenceran 10-3
U1+U2 1
∑ koloni= 2 x Fp
= >250 + 89 x 1
2 10-3
3
= >1.0 x 10 CFU/ml
e. Perlakuan dicuci sabun antiseptik
• Pengenceran 10-3
U1+U2 1
∑ koloni= 2 x Fp
= 22 + 70 x 1
-3
2 10
3
= <1,0 x 10 CFU/ml
2. Uji Sanitasi Wadah Botol Metode Bilas Medium Skim Milk Agar
(SMA) sebelum dipanaskan.
a. Perlakuan Tanpa Dibilas
• Pengenceran 10-5
U1+U2 1
∑ koloni= 2 x Fp
>250 + >250 1
= 2 x
10-5
7
= >1.0 x 10 CFU/ml
b. Perlakuan dibilas dengan air biasa
-3
• Pengenceran 10
∑ koloni=U1+U2 x 1
2 Fp
250+9 1
= 2 x -3
10
3
= >1,0 x 10 CFU/ml
c. Perlakuan dibilas air panas
-3
• Pengenceran 10
31
U1+U2 1
∑ koloni= 2 x Fp
=3+1x 1
-3
2 10
3
= < 1,0 x 10 CFU/ml
d. Perlakuan dicuci sabun biasa
• Pengenceran 10-
3
U1+U2 1
∑ koloni= 2 x Fp
= 5+19 x 1
-3
2 10
3
= <1.0 x 10 CFU/ml
e. Perlakuan dicuci sabun antiseptik
-3
• Pengenceran 10
∑ koloni=U1+U2 x 1
2 Fp
= 14 + 3 x 1
-3
2 10
3
= <1.0 x 10 CFU/ml
1
= <1.0 x 10 CFU/ml
b. Perlakuan dibilas dengan air biasa
-1
• Pengenceran 10
U1+U2 1
∑ koloni= x
2 Fp
x
3 +2
= 2 10-1
1
<1.0 x 10 CFU/ml
=
c. Perlakuan dibilas air panas
1
• Pengenceran 10-1
32
U1+U2 1
∑ koloni= x
2 Fp
4+2 1
= x
1
= <1.0 x 10 CFU/ml
1
= <1.0 x 10 CFU/ml
e. Perlakuan dicuci sabun antiseptik
-1
• Pengenceran 10
∑ koloni= U1+U2 x 1
2 Fp
4+2 1
x
= 2 10-1
1
= <1.0 x 10 CFU/ml
4. Uji Sanitasi Wadah Botol Metode Bilas Medium Nutrient Agar (NA)
sesudah dipanaskan.
a. Perlakuan Tanpa Dibilas
-1
• Pengenceran 10
U1+U2 1
∑ koloni= x
2 Fp
49+126 1
= x
2
=8.8 x 10 CFU/ml
b. Perlakuan dibilas dengan air biasa
-1
• Pengenceran 10
U1+U2 1
∑ koloni= x
2 Fp
= 50 +73
x 1
-1
2 10
2
= 6.1 x 10 CFU/ml
c. Perlakuan dibilas air panas
-1
• Pengenceran 10
U1+U2 1
∑ koloni= x
2 Fp
33
4+2 1
x
= 2 10-1
1
= <1.0 x 10 CFU/ml
1
= <1.0 x 10 CFU/ml
e. Perlakuan dicuci sabun antiseptik
-1
• Pengenceran 10
∑ koloni= U1+U2 x 1
2 Fp
4+2 1
x
= 2 10-1
1
= <1.0 x 10 CFU/ml
5. Uji Sanitasi Wadah Botol Metode Bilas Medium Skim Milk Agar
(SMA) sesudah dipanaskan.
a. Perlakuan Tanpa Dibilas
-1
• Pengenceran 10
U1+U2 1
∑ koloni= 2 x Fp
= 42 + 33 x 1
-1
2 10
2
=3,8 x 10 CFU/ml
b. Perlakuan dibilas dengan air biasa
• Pengenceran 10-1
U1+U2 1
∑ koloni= 2 x Fp
= 77 +41 x 1
-1
2 10
2
= 5,9 x 10 CFU/ml
34
U1+U2 1
∑ koloni= 2 x Fp
>250 + >250 1
= 2 x -3
10
3
= >1.0 x 10 CFU/ml
d. Perlakuan dicuci sabun biasa
• Pengenceran 10-1
U1+U2 1
∑ koloni= 2 x Fp
= 9+8x 1
2 -1
10
1
= <1.0 x10 CFU/ml
e. Perlakuan dicuci sabun antiseptik
• Pengenceran 10-3
U1+U2 1
∑ koloni= 2 x Fp
>250 + >250 1
= 2 x -3
10
3
= >1.0 x 10 CFU/ml
6. Uji Sanitasi Wadah Botol Metode Bilas Medium Potato Dextrose Agar
(PDA) sesudah dipanaskan.
a. Perlakuan Tanpa Dibilas
-1
• Pengenceran 10
∑ koloni=U1+U2 x 1
2 Fp
= 55 + 7 x 1
2 10-1
1
= <1.0 x 10 CFU/ml
b. Perlakuan dibilas dengan air biasa
• Pengenceran 10-1
U1+U2 1
∑ koloni= 2 x Fp
= 1+1 x 1
2 -1
10
= <1.0 x 101 CFU/ml
c. Perlakuan dibilas air panas
35
• Pengenceran 10-1
U1+U2 1
∑ koloni= 2 x Fp
>150 + >150 1
= 2 x -1
10
1
=>1.0 x 10 CFU/ml
d. Perlakuan dicuci sabun biasa
• Pengenceran 10-2
U1+U2 1
∑ koloni= 2 x Fp
= 49+50 x 1
2 -2
10
3
= 4.9 x10 CFU/ml
e. Perlakuan dicuci sabun antiseptik
• Pengenceran 10-1
U1+U2 1
∑ koloni= 2 x Fp
= 0+1 x 1
2 10-1
= <1.0 x 101 CFU/ml
36
4
=1.0 x 10 CFU/ml
c. Sendok stainless
• Pengenceran 10-2
U1+U2 1
∑ koloni= 2 x Fp
= 16 + 15 x 1
-2
2 10
2
= <1.0 x 10 CFU/ml
d. Piring kaca
• Pengenceran 10-2
U1+U2 1
∑ koloni= 2 x Fp
= 73 + 68 x 1
-2
2 10
3
= 7,1 x 10 CFU/ml
e. Piring melamin
• Pengenceran 10-2
U1+U2 1
∑ koloni= 2 x Fp
=7+9x 1
-2
2 10
2
= < 1.0x 10 CFU/ml
f. Talenan kayu
• Pengenceran 10-
3
U1+U2 1
∑ koloni= 2 x Fp
120 + 156 1
= 2 x −3
10
5
= 1,4 x 15 CFU/ml
g. Cobek batu
• Pengenceran 10-2
U1+U2 1
∑ koloni= 2 x Fp
= 56 + >250 x 1
2 10-2
2
= >1.0 x 10 CFU/ml
h. Cobek tanah
37
• Pengenceran 10-3
U1+U2 1
∑ koloni= 2 x Fp
116 + 150 1
= 2 x -3
10
5
1,3 x 10 CFU/ml
=
i. Sendok plastik
• Pengenceran 10-2
U1+U2 1
∑ koloni= 2 x Fp
31 + 62 1
= 2 x -2
10
3
= 4,7 x 10 CFU/ml
j. Sutil
-2
• Pengenceran 10
∑ koloni=U1+U2 x 1
2 Fp
= 2 + 52 x 1
2 10-2
2
= <1.0 x 10 CFU/ml
8. Uji sanitasi alat pengolahan metode swab medium Skim Milk
Agar (SMA)
a. Talenan plastik
-2
• Pengenceran 10
∑ koloni=U1+U2 x 1
2 Fp
= 36 +18 x 1
-2
2 10
2
= <1.0 x 10 CFU/ml
b. Pisau daging
• Pengenceran 10-4
U1+U2 1
∑ koloni= 2 x Fp
= 33 + 54 x 1
-4
2 10
5
= 4.4 x 10 CFU/ml
38
c. Sendok stainless
• Pengenceran 10-2
U1+U2 1
∑ koloni= 2 x Fp
=1+4x 1
-2
2 10
2
= <1.0 x 10 CFU/ml
d. Piring kaca
-4
• Pengenceran 10
U1+U2 1
∑ koloni= 2 x Fp
153 + 192 1
= 2 x -4
10
5
= 1.72 x 10 CFU/ml
e. Piring melamin
• Pengenceran 10-2
U1+U2 1
∑ koloni= 2 x Fp
=2+5x 1
-2
2 10
2
= <1.0 x 10 CFU/ml
f. Talenan kayu
-2
• Pengenceran 10
U1+U2 1
∑ koloni= 2 x Fp
>259 + 180 1
= 2 x
10-2
4
= >1.0 x 10 CFU/ml
g. Cobek batu
• Pengenceran 10-2
U1+U2 1
∑ koloni= 2 x Fp
= 57 + >250 x 1
2 10-2
2
= >1.0 x 10 CFU/ml
h. Cobek tanah
39
• Pengenceran 10-3
U1+U2 1
∑ koloni= 2 x Fp
= 38 + 46 x 1
-3
2 10
4
4,2 x 10 CFU/ml
=
i. Sendok plastik
• Pengenceran 10-2
U1+U2 1
∑ koloni= 2 x Fp
82 + 53 1
= 2 x
10-2
4
= 6.7 x 10 CFU/ml
j. Sutil
• Pengenceran 10-2
U1+U2 1
∑ koloni= 2 x Fp
117 + 124 1
= 2 x
10-2
4
= 2.2 x 10 CFU/ml
9. Uji Sanitasi Alat Pengolahan Metode Swab Medium Potato Dextrose
Agar (PDA)
a. Talenan plastik
• Pengenceran 10-1
U1+U2 1
∑ koloni= 2 x Fp
=0+0x 1
2 10-1
1
= <1.0 x 10 CFU/ml
b. Pisau daging
-1
• Pengenceran 10
U1+U2 1
∑ koloni= 2 x Fp
0+0 1
x
= 2 10-1
1
= <1.0 x 10 CFU/ml
40
c. Sendok stainless
• Pengenceran 10-1
U1+U2 1
∑ koloni= 2 x Fp
=1+1x 1
-1
2 10
1
= <1.0 x 10 CFU/ml
d. Piring kaca
-3
• Pengenceran 10
U1+U2 1
∑ koloni= 2 x Fp
= 127 + 140 x 1
-3
2 10
5
= 1.3 x 10 CFU/ml
e. Piring melamin
• Pengenceran 10-1
U1+U2 1
∑ koloni= 2 x Fp
=1+0x 1
-1
2 10
1
= <1.0 x 10 CFU/ml
f. Talenan kayu
-1
• Pengenceran 10
U1+U2 1
∑ koloni= 2 x Fp
=2+1x 1
2 10-1
1
= <1.0 x 10 CFU/ml
g. Cobek batu
-1
• Pengenceran 10
U1+U2 1
∑ koloni= 2 x Fp
= 48 + 17 x 1
2 10-1
1
= <1.0 x 10
CFU/ml h. Cobek tanah
41
• Pengenceran 10-1
U1+U2 1
∑ koloni= 2 x Fp
221 + 40 1
= 2 x -1
10
3
= 1.3 x 10 CFU/ml
i. Sendok plastik
-1
• Pengenceran 10
∑ koloni=U1+U2x 1
2 Fp
= x 1
22 + 25
2 10-1
1
= <1.0 x 10 CFU/ml
j. Sutil
• Pengenceran 10-1
U1+U2 1
∑ koloni= 2 x Fp
0+1 1
x
= 2 10-1
1
= <1.0 x 10 CFU/ml
42
PEMBAHASAN
43
pengolahan yang kotor dan memiliki kandungan mikroba dalam jumlah tinggi
merupakan salah satu sumber kontaminasi utama dalam pengolahan. Perlakuan
sanitasi harus efektif sehingga dapat terbebas dari mikoba pembusuk dan patogen
yang dapat membahayakan kesehatan. Selain itu tidak dianjurkan menggunakan
alat-alat yang mengalami cacat visual, rusak, dan berjamur karena akan
menyebabkan kontaminasi pada produk sehingga menurunkan kualitas produk
olahan pangan.
Pengujian sanitasi terhadap wadah dan alat pengolahan dapat dilakukan
dengan menggunakan metode bilas dan metode oles (swab). Metode bilas
biasanya digunakan untuk wadah dan alat yang tertutup seperti botol, gelas dan
mangkuk. Prinsip kerja metode bilas yaitu memasukkan buffer fosfat ke dalam
wadah yang akan diuji tingkat sanitasinya, kemudian dilakukan pegocokan agar
menjangkau ke seluruh bagian wadah. Hasil pengencerannya kemudian
ditumbuhkan pada medium tertentu. Metode oles biasanya digunakan untuk alat
pengolahan serta alat makan. Prinsip kerjanya yaitu dengan mengoleskan swab
yang telah dibasahkan oleh buffer fosfat ke alat pengolahan yang akan diuji
tingkat sanitasinya.
Pencucian wadah dan alat pengolahan dengan menggunakan air yang kotor
dapat menyebabkan mikroba dari air menempel pada wadah tersebut. Salah satu
diantaranya yaitu bakteri E. coli dan koliform. Selain itu, kontaminasi pada wadah
dan alat juga dapat berasal dari manusia. Manuasia sebagai menjamah dalam
proses pengolahan akan kontak secara langsung dengan bahan baku maupun
peralatan yang digunakan. Kebersihan pekerja yang kurang dapat menyebabkan
mikroba pada pekerja berpindah ke wadah dan peralatan pengolahan. Salah satu
contohnya yaitu bakteri Staphycoccus aureus dari kulit pekerja. Kontaminasi pada
wadah dan alat juga apat terjadi karena mikroba yang ada di udara menempel pada
wadah tersebut seperti Micrococcus, Streptococcus, dan lain-lain.
Berdasarkan hasil pengamatan dengan metode bilas sebelum dipanaskan
dengan media Nutrient Agar (NA) bakteri paling banyak terdapat pada perlakuan
5
tanpa dicuci dengan total koloni bakteri 5.95 x 10 Sedangkan pada medium Skim
Milk Agar (SMA) bakteri paling banyak terdapat pada perlakuan tanpa dicuci
44
5
dengan koloni yang di temui >1.0 ×10 . Pada medium Potato dextrose agar (PDA)
1
hampir semua perlakuan menghasilkan koloni <1.0 ×10 artinya terdapat sedikit
koliform pada perlakuan tersebut. Setelah dipanaskan dengan medium Nutrient Agar
(NA) koloni paling banyak ditemukan pada perlakuan air panas yaitu dengan jumlah
3
koloni mikroba sebesar >1.0 ×10 . Medium Skim Milk Agar (SMA) bakteri paling
banyak didapatkan pada perlakuan dengan air biasa. Hal ini dapat terjadi karena
setelah dicuci, air yang digunakan untuk membilas terdapat mikroorganisme
kontaminan. Hal ini telah sesuai dengan literatur (Vitria, 2013). Sedangkan pada
media PDA didapatkan hasil paling banyak koloni yang tumbuh pada perlakuan
3.
menggunakan air panas dan antiseptik dengan jumlah koloni >1.0 ×10
Pengujian uji sanitasi alat menggunakan metode swab pada medium NA
5 4
diperoleh jumlah koloni pada talenan kayu 1,4 x 10 cfu/ml, talenan plastik 7.7 x 10
4 2
cfu/ml, pisau daging 1,0 x 10 , sendok stainless <1,0 x 10 cfu/ml, piring kaca 7,1 x
2 2 2
10 cfu/ml, piring melamin <1,0 x 10 cfu/ml, cobek batu >1.0 ×10 cfu/ml, cobek
5 3 2
tanah 1,3 x 10 cfu/ml, sendok plastik 4,7 x 10 cfu/ml, dan sutil <1.0 ×10 cfu/ml.
Pada medium Skim Milk Agar (SMA) diperoleh jumlah mikroba pada masing-masing
2 3
alat yaitu talenan plastik <1.0 ×10 cfu/ml, pisau daging 4.4 x 10 cfu/ml, sendok
2 5 2
stainless <1,0 x 10 cfu/ml, piring kaca 1.72 x 10 cfu/ml, piring melamin <1,0 x 10
2 3
cfu/ml, talenan kayu >1.0 ×10 cfu/ml, cobek batu >1.0 ×10 cfu/ml, cobek tanah 4,2 x
4 4 6
10 cfu/ml, sendok plastik 6,7 x 10 cfu/ml, dan sutil 1,24×10 cfu/ml. Medium
Potato Dextrose Agar (PDA) diperoleh jumlah mikroba pada masing-masing alat
yaitu talenan plastik, pisau daging, sendok stainless, piring kaca, piring melamin,
1
talenan kayu, dan sutil jumlah koloni yang ditemukan yaitu sebanyak <1,0 x 10
1 3
cfu/ml, pada cobek batu <1,0 x 10 cfu/ml, cobek tanah 1,3 x 10 cfu/ml, dan sendok
2
plastik 9 x 10 cfu/ml, cobek tanah memiliki mikroba yang paling banyak dan sendok
memiliki mikroba paling sedikit.
Proses pemanasan pada suhu 80 °C mampu mengurangi jumlah mikroba
pada bahan pangan maupun wadah dan alat pengolahan. Diketahui bahwa sel
vegetatif bakteri dapat dibunuh dalam waktu 5-10 menit pada suhu 70 °-80 °C.
Namun pada suhu tersebut spora bakteri masih dapat bertahan karena kebanyakan
dari spora bakteri terbunuh pada suhu di atas 100 °C. oleh karena itu, untuk
45
menghilangkan seluruh mikroba beserta spora bakteri pada wadah dan alat
pengolahan biasanya dilakukan dengan cara sterilisasi biologis.
Beberapa faktor yang mempengaruhi kontaminasi alat yaitu teknik
pencucian, personal hygiene, dan lingkungan pengolahan. Teknik pencucian yang
salah dapat meningkatkan resiko tercemarnya makanan oleh bakteri atau mikroba
lain. peralatan yang kontak langsung dengan makanan sesudah proses pencucian
2
tidak boleh mengandung angka kuman atau 0 koloni/cm . Air pencucian juga
dapat menyebabkan terjadinya kontaminasi E coli dan koliform pada wadah.
Selain itu masalah personal hygiene juga penting untuk diperhatikan karena
kersihan pribadi juga menentukan kontaminasi dari wadah yang tersentuh oleh
kulit pekerja. Selain itu apabila lingkungan pengolahan kotor dan berdebu, maka
kotoran dapat dengan mudah menempel pada wadah dan alat.
Cara meminimalisir adanya kontaminasi alat yaitu dengan cara menerapkan
proses pencucian yang tepat. Pencucian alat dilakukan dengan air perendaman
menggunakan air hangat kemudian pembilasan dengan air mengalir. Selama proses
pencucian harus menggunakan sabun atau detergen untuk membantu proses
pembersihan dari alat-alat tersebut. Pekerja juga harus selalu mencuci tangan sebelum
penyajian dan sebelum proses pengolahan makanan. Penggunaan sarung tangan juga
dapat membantu untuk mengurangi terjadinya kontaminasi.
46
KESIMPULAN
47
ACARA III
UJI SANITASI RUANG PENGOLAHAN
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Ruangan pengolahan makanan berperan penting dalam menentukan
berhasil tidaknya upaya sanitasi makanan secara keseluruhan. Ruang pengolahan
yang dipelihara dengan baik merupakan tempat yang higienis sekaligus tempat
yang menyenangkan untuk bekerja. Dua hal yang menentukan dalam menciptakan
ruang pengolahan yang sanitaizer adalah konstruksi ruangan dan tata
terkontaminasi. Udara yang terkontaminasi dapat terjadi karena kurangnya
ventilasi untuk pergantian udara.
Sanitasi industri pangan meliputi kegiatan-kegiatan secara aseptik dalam
persiapan, pengolahan dan pengemasan produk pangan, pembersihan dan sanitasi
pabrik serta lingkungan pabrik dan kesehatan pekerja. Sanitasi harus berhubungan
dengan semua segmen lingkungan yang dapat mempengaruhi kesehatan manusia.
Sanitasi didefinisikan sebagai usaha pencegahan penyakit dengan menghilangkan
atau mengatur faktor-faktor lingkungan yang berkaitan dengan rantai perpindahan
penyakit. Sanitasi merupakan bagian penting dalam industri pangan yang harus
dilakukan dengan baik. Dalam industri pangan, udara yang terdapat di suatu ruangan
dapat merupakan sumber kontaminan. Kontaminasi dari lingkungan sekitar
mengakibatkan udara mengandung berbagai mikroorganisme (Betty, 2011).
Ruangan merupakan salah satu sumber kontaminasi dalam pengolahan
pangan. Jika di dalam ruangan banyak debu dan air, mikroba yang ditemukan
didalamnya juga bermacam-macam. Spora kapang bnyak terdapat di udara karena
berukuran kecil dan ringan serta tahan pada keadaan kering. Sedangkan untuk bakteri,
biasanya bakteri dengan bentuk kokus yang lebih sering di udara daripada bakteri
berbentuk batang. Sedangkan khamir terutama yang membentuk warna dan
48
tidak membentuk spora hamper selalu ditemukan di udara. Oleh karena itu, perlu
dilakukan praktikum tentang uji sanitasi ruang pengolahan.
Tujaun Praktikum
Adapun tujuan dari praktikum ini adalah untuk mengetahui tingkat sanitasi
ruang pengolahan pada tempat makan di sekitar Universitas Mataram.
49
TINJAUAN PUSTAKA
50
Hygiene sanitasi adalah upaya untuk mengendalikan faktor resiko
terjadinya kontaminasi terhadap makanan, baik yang berasal dari bahan makanan,
orang, tempat dan peralatan agar aman dikonsumsi. Makanan yang aman adalah
yang tidak tercemar, tidak mengandung mikroorganisme dan bahan kimia
berbahaya, telah diolah dengan tata cara yang benar sehingga sifat dan zat gizinya
tidak rusak serta tidak bertentangan dengan kesehatan manusia. Penilaian
kelayakan fisik dan prinsip higien sanitasi jasa boga merupakan salah satu upaya
untuk mengendalikan keamanan saat proses produksi makanan. Dengan adanya
pengendalian proses produksi, dapat meminimalkan resiko terjadinya kontaminasi
terhadap makanan, baik yang berasal dari bahan pangan, penjamah makanan,
tempat dan peralatan agar aman dikonsimsi (Sawong, 2016).
Pencahayaan yang baik dapat menjamin semua peralatan, ruang kerja, dan
penyajian dalam keadaan terang, bersih. Ventilasi dibuat dengan sedemikian rupa
sehingga sinar matahari dapat masuk ke dalam dan menerangi ruangan. Cahaya
terang tidak disukai oleh tikus, kecoa, dan hewan insekta lainnya. Ventilasi juga
dapat membantu sirkulasi udara agar ruangan tidak pengap. Tempat pengolahan
makanan menghasilkan suhu lebih tinggi dan uap panas, serta asap dalam jumlah
banyak sehingga ventilasi yang kurang dapat menyebabkan meningkatnya jumlah
karbon dioksida dan lembab (Sonia, 2015).
51
PELAKSANAAN PRAKTIKUM
Prosedur Kerja
a. Uji Kontaminasi Udara
52
Diamati dan dihitung jumlah koloni yang
tumbuh
Dibuka penutup cawan luar lalu dikeluarkan cawan petri kecil dengan
posisi terbalik kemudian diletakkan Selama 5 detik pada meja dan lantai
o
Diinkubasi pada suhu 37 c selama 48 jam
53
HASIL PENGAMATAN DAN PERHITUNGAN
Hasil Pengamatan
Tabel 3.1 Hasil Pengamatan Uji Kontaminasi Udara Ruang Pengolahan
Medium Nutrient Agar (NA).
Kelompok Tempat U1 U2 ∑Koloni Densitas
(CFU) 2
(CFU/jam/cm )
54
Tabel 3.2 Hasil Pengamatan Uji Kontaminasi Udara Ruang Pengolahan
Medium Potato Dextrose Agar (PDA).
Kelompok Tempat U1 U2 ∑Koloni Densitas
(CFU) 2
(CFU/jam/cm )
55
Tabel 3.3 Hasil Pengamatan Uji Sanitasi Meja Dan Lantai Metode RODAC
Medium Plate Count Agar (PCA)
KLP Tempat
Meja ∑Koloni Densitas Lantai ∑Koloni Densitas
(CFU) (Koloni/ Cm2) (CFU) (Koloni/Cm2)
56
Hasil Perhitungan
= 3,14 × 25
2
= 78,5 cm
Ʃ Koloni 2
= 157+102
2
= 129,5 CFU
60 menit
= ∑Koloni × 5 menit ×
60
= 14,5 × 5 × 78,5
57
= U₁+U₂
2
3. Kantin Hukum = 10+39
2
Ʃ Koloni = 24,5 CFU
60 menit
= ∑Koloni × 5 menit ×
60
= 24,5 × 5 × 78,5
60
= 192,5 × 5 × 78,5 = 181,35
Ʃ Koloni CFU/jam/ cm2
= U₁+U₂
2
= 18+12
2
5. Kantin MIPA
Ʃ Koloni
58
60
= 15 × 5 × 78,5
6. Kebalen
Ʃ Koloni = U₁+U₂
2
= 18+61
2
= 39,5 CFU
Densitas 60 menit
= ∑Koloni × × Luas cawan
5 menit
60
= 39,5 × × 78,5
5
= 37.209 CFU/jam/ cm2
7. Jus Bu Intan
Ʃ Koloni = U₁+U₂
2
= >250+28
2
= 2,8 CFU
60 menit
Densitas = ∑Koloni × 5 menit × Luas cawan
60
= 2,8 × 5 × 78,5
2
= 65+55
59
= 60 CFU
Densitas 60 menit
= ∑Koloni × × Luas cawan
5 menit
60
= 60 × × 78,5
5
= 56.520 CFU/jam/ cm2
9. Warung Jawa
Ʃ Koloni = U₁+U₂
2
= 78+60
2
= 66,5 CFU
Densitas 60 menit
= ∑Koloni × × Luas cawan
5 menit
60
= 66,5 × × 78,5
5
= 62.643 CFU/jam/ cm2
10. Kejaksaan
Ʃ Koloni = U₁+U₂
2
= 16+27
2
= 21,5 CFU
Densitas 60 menit
= ∑Koloni × × Luas cawan
5 menit
60
= 21,5 × × 78,5
5
= 20.253 CFU/jam/ cm2
60
Ʃ Koloni = U₁+U₂
2
= 31+44
2
= 37,5 CFU
Densitas 60 menit
= ∑Koloni × × Luas cawan
5 menit
60
= 37,5 × × 78,5
5
= 35.325 CFU/jam/ cm2
Ʃ Koloni = U₁+U₂
2
= 8+30
2
= 19 CFU
Densitas 60 menit
= ∑Koloni × × Luas cawan
5 menit
60
= 19 × × 78,5
5
= 17.898 CFU/jam/ cm2
Ʃ Koloni = U₁+U₂
2
= 43+35
2
= 39 CFU
Densitas 60 menit
= ∑Koloni × × Luas cawan
5 menit
60
= 39 × × 78,5
5
61
= 36.738 CFU/jam/ cm2
2
= 5+11
2
= 8 CFU
Densitas 60 menit
= ∑Koloni × × Luas cawan
5 menit
60
=8× × 78,5
5
= 7.536 CFU/jam/ cm2
2
= 10+26
2
= 18 CFU
Densitas 60 menit
= ∑Koloni × × Luas cawan
5 menit
60
= 18 × × 78,5
5
= 16.956 CFU/jam/ cm2
2
= 54+32
2
= 43 CFU
62
60 menit
Densitas = ∑Koloni × 5 menit × Luas cawan
60
= 43 × 5 × 78,5
= U₁+U₂
2
= 40+54
17. Upuy
2
Ʃ Koloni = 47 CFU
60 menit
= ∑Koloni × 5 menit × Luas cawan
60
= 47 × 5 × 78,5
= U₁+U₂
2
= 12+12
2
= 12 CFU
60 menit
= ∑Koloni × 5 menit × Luas cawan
18. KFC
60
= 12 × 5 × 78,5
Ʃ Koloni
= 11.304 CFU/jam/ cm2
Densitas 63
2
= 16+6
2
= 11 CFU
Densitas 60 menit
= ∑Koloni × × Luas cawan
5 menit
6
= 11 × 0 × 78,5
5
= 10.362 CFU/jam/ cm2
Ʃ Koloni = U₁+U₂
2
= 27+19
2
= 23 CFU
Densitas 60 menit
= ∑Koloni × × Luas cawan
5 menit
60
= 23 × × 78,5
5
= 21.666 CFU/jam/ cm2
2
= 20+14
2
= 17 CFU
Densitas 60 menit
= ∑Koloni × × Luas cawan
5 menit
64
60
= 17 × 5 × 78,5
65
2. Kantin Ekonomi
Ʃ Koloni = U₁+U₂
2
= 8+2
2
= 5 CFU
Densitas 60 menit
= ∑Koloni × × Luas cawan
5 menit
60
=5× × 78,5
5
= 4.710 CFU/jam/ cm2
3. Kantin Hukum
Ʃ Koloni = U₁+U₂
2
= 41+39
2
= 40 CFU
Densitas 60 menit
= ∑Koloni × × Luas cawan
5 menit
60
= 40 × × 78,5
5
= 37.680 CFU/jam/ cm2
4. Kantin Teknik
Ʃ Koloni = U₁+U₂
2
= 8+6
2
= 7 CFU
Densitas 60 menit
= ∑Koloni × × Luas cawan
5 menit
66
60
= 7 × 5 × 78,5
= U₁+U₂
2
5. Kantin MIPA = 9+12
2
Ʃ Koloni
= 10,5 CFU
60 menit
= ∑Koloni × 5 menit × Luas cawan
60
= 10,5 × 5 × 78,5
60
Ʃ Koloni
= 12 × 5 × 78,5
= U₁+U₂
2
= 11+49
2
Densitas
67
7. Jus Bu Intan
Ʃ Koloni
= 30 CFU
Densitas 60 menit
= ∑Koloni × × Luas cawan
5 menit
60
= 30 × × 78,5
5
= 28.260 CFU/jam/ cm2
Ʃ Koloni = U₁+U₂
2
= 7+3
2
= 5 CFU
Densitas 60 menit
= ∑Koloni × × Luas cawan
5 menit
60
=5× × 78,5
5
= 4.710 CFU/jam/ cm2
9. Warung Jawa
Ʃ Koloni = U₁+U₂
2
= >150+>150
Densitas 60 menit
= ∑Koloni × × Luas cawan
5 menit
60
= 15,0 × 101 × × 78,5
5
= 141.300 CFU/jam/ cm2
68
69
= U₁+U₂
2
10. Kejaksaan = 21+28
2
Ʃ Koloni
= 24,5 CFU
60 menit
= ∑Koloni × 5 menit ×
60
= 24,5 × 5 × 78,5
2
= 32,5 CFU
11. Kantin Pertanian 60 menit
= ∑Koloni × 5 menit ×
Ʃ Koloni 60
= 32,5 × 5 × 78,5
2
= 11+6
2
= 8,5 CFU
Densitas 60 menit
= ∑Koloni × × Luas cawan
5 menit
70
60
= 8,5 × 5 × 78,5
2
= 9+15
2
= 12 CFU
Densitas 60 menit
= ∑Koloni × × Luas cawan
5 menit
60
= 12 × × 78,5
5
= 11.304 CFU/jam/ cm2
2
= 18+37
2
= 24,5 CFU
Densitas 60 menit
= ∑Koloni × × Luas cawan
5 menit
60
= 24,5 × × 78,5
5
= 23.079 CFU/jam/ cm2
2
= 3+8
2
71
= 5,5 CFU
60 menit
Densitas = ∑Koloni × 5 menit × Luas cawan
60
= 5,5 × 5 × 78,5
= U₁+U₂
2
= >150+>150
16. Warung Bu’de
2
= 15,0 × 101 CFU
Ʃ Koloni 60 menit
= ∑Koloni × 5 menit × Luas cawan
1
60
= 15,0 × 10 × 5 × 78,5
Densitas = U₁+U₂
2
= 30+14
2
= 22 CFU
60 menit
= ∑Koloni × 5 menit × Luas cawan
17. Upuy 60
= 22 × 5 × 78,5
Densitas
72
= U₁+U₂
2
18. KFC = 11+4
2
Ʃ Koloni
= 7,5 CFU
60 menit
= ∑Koloni × 5 menit ×
60
= 7,5 × 5 × 78,5
2
= 21 CFU
19. It’s Milk 60 menit
= ∑Koloni × 5 menit ×
Ʃ Koloni 60
= 21 × 5 × 78,5
= U₁+U₂
2
=
Densitas 13+15
Luas cawan
2
= 14 CFU
60 menit
= ∑Koloni × 5 menit ×
Ʃ Koloni
73
60
= 14 × 5 × 78,5
3.2 Hasil Perhitungan Uji Sanitasi Meja dan Lantai Metodae RODAC
Diketahui: r = 3 cm
π = 3, 14 cm
2
Luas cawan = π
2
= 3,14 x 3
= 28, 26
100 cm 2
= 1×
28, 26 cm2
2
= 3,5 CFU/ 100 cm
2. Kantin ekonomi
100 cm2
Densitas = ∑ koloni ×
Luas Cawan Petri dalam 100 cm2
100 cm
2
= 0×
28, 26 cm2
2
= 0 CFU/ 100 cm
3. Kantin hokum
100 cm2
Densitas = ∑ koloni ×
Luas Cawan Petri dalam 100 cm2
74
2
100 cm
= 0×
28, 26 cm2
2
= 0 CFU/ 100 cm
4. Kantin Teknik
100 cm2
Densitas = ∑ koloni ×
Luas Cawan Petri dalam 100 cm2
100 cm2
= 2×
28, 26 cm2
2
= 7 CFU/ 100 cm
5. Kantin MIPA
100 cm2
Densitas = ∑ koloni ×
Luas Cawan Petri dalam 100 cm2
100 cm
2
= 1×
28, 26 cm2
2
= 3,5 CFU/ 100 cm
100 cm
2
= 1×
28, 26 cm2
2
= 3,5 CFU/ 100 cm
7. Jus Bu Intan
100 cm2
Densitas = ∑ koloni ×
Luas Cawan Petri dalam 100 cm2
100 cm 2
= 0×
28, 26 cm2
2
= 0 CFU/ 100 cm
75
76
8. Warung Pinggir Jalan 100 cm2
Densitas = ∑ koloni ×
Luas Cawan Petri dalam 100 cm2
100 cm
2
= 1×
28, 26 cm2
2
= 3,5 CFU/ 100 cm
9. Warung Jawa
100 cm2
Densitas = ∑ koloni ×
Luas Cawan Petri dalam 100 cm2
100 cm
2
= 1×
28, 26 cm2
2
= 3,5 CFU/ 100 cm
10. Kejaksaan
100 cm2
Densitas = ∑ koloni ×
Luas Cawan Petri dalam 100 cm2
100 cm
2
= 0×
28, 26 cm2
2
= 0 CFU/ 100 cm
100 cm
2
= 1×
28, 26 cm2
2
= 3,5 CFU/ 100 cm
100 cm
2
= 3×
28, 26 cm2
77
2
= 10,6 CFU/ 100 cm
100 cm
2
= 1×
28, 26 cm2
2
= 3,5 CFU/ 100 cm
100 cm2
= 1×
28, 26 cm2
2
= 3,5 CFU/ 100 cm
100 cm
2
= 1×
28, 26 cm2
2
= 3,5 CFU/ 100 cm
100 cm
2
= 18 ×
28, 26 cm2
2
= 63,6 CFU/ 100 cm
78
17. Upuy 100 cm2
Densitas = ∑ koloni ×
Luas Cawan Petri dalam 100 cm2
100 cm
2
= 45 ×
28, 26 cm2
2
= 157,5 CFU/ 100 cm
100 cm
2
= 1×
28, 26 cm2
2
= 3,5 CFU/ 100 cm
100 cm
2
= 9×
28, 26 cm2
2
= 31,8 CFU/ 100 cm
100 cm
2
= 5×
28, 26 cm2
2
= 17,6 CFU/ 100 cm
79
2
100 cm
= 0×
28, 26 cm2
2
= 0 CFU/ 100 cm
2. Kantin Ekonomi
100 cm2
Densitas = ∑ koloni ×
Luas Cawan Petri dalam 100 cm2
100 cm
2
= 0×
28, 26 cm2
2
= 0 CFU/ 100 cm
3. Kantin Hukum
100 cm2
Densitas = ∑ koloni ×
Luas Cawan Petri dalam 100 cm2
100 cm
2
= 0×
28, 26 cm2
2
= 0 CFU/ 100 cm
4. Kantin Teknik
100 cm2
Densitas = ∑ koloni ×
Luas Cawan Petri dalam 100 cm2
100 cm2
= 0×
28, 26 cm2
2
= 0 CFU/ 100 cm
5. Kantin MIPA
100 cm2
Densitas = ∑ koloni ×
Luas Cawan Petri dalam 100 cm2
100 cm
2
= 0×
28, 26 cm2
2
= 0 CFU/ 100 cm
80
6. Kebalen 100 cm2
Densitas = ∑ koloni ×
Luas Cawan Petri dalam 100 cm2
100 cm
2
= 1×
28, 26 cm2
2
= 3,5 CFU/ 100 cm
7. Jus Bu Intan
100 cm2
Densitas = ∑ koloni ×
Luas Cawan Petri dalam 100 cm2
100 cm 2
= 1×
28, 26 cm2
2
= 3,5 CFU/ 100 cm
100 cm
2
= 2×
28, 26 cm2
2
= 7 CFU/ 100 cm
9. Warung Jawa
100 cm2
Densitas = ∑ koloni ×
Luas Cawan Petri dalam 100 cm2
100 cm
2
= 70 ×
28, 26 cm2
2
= 247,6 FU/ 100 cm
10. Kejaksaan
100 cm2
Densitas = ∑ koloni ×
Luas Cawan Petri dalam 100 cm2
81
2
100 cm
= 1×
28, 26 cm2
2
= 3,5 CFU/ 100 cm
100 cm
2
= 2×
28, 26 cm2
2
= 7 CFU/ 100 cm
100 cm
2
= 7×
28, 26 cm2
2
= 24,7 CFU/ 100 cm
100 cm
2
= 5×
28, 26 cm2
2
= 17,6 CFU/ 100 cm
100 cm2
= 0×
28, 26 cm2
2
= 0 CFU/ 100 cm
82
15. Kantin Kedokteran 100 cm2
Densitas = ∑ koloni ×
Luas Cawan Petri dalam 100 cm2
100 cm
2
= 2×
28, 26 cm2
2
= 7 CFU/ 100 cm
100 cm
2
= 27 ×
28, 26 cm2
2
= 95,5 CFU/ 100 cm
17. Upuy
100 cm2
Densitas = ∑ koloni ×
Luas Cawan Petri dalam 100 cm2
100 cm
2
= 0×
28, 26 cm2
2
= 0 CFU/ 100 cm
100 cm
2
= 4×
28, 26 cm2
2
= 14,1 CFU/ 100 cm
83
2
100 cm
= 0×
28, 26 cm2
2
= 0 CFU/ 100 cm
100 cm
2
= 0×
28, 26 cm2
2
= 0 CFU/ 100 cm
84
PEMBAHASAN
85
yang sudah ada di dalam ruangan. Mikroba yang biasanya terdapat pada ruang
pengoahan, yaitu Bacillus, Staphylococcus, Candida, Sacharomyces,
Paclyomyces. Mikroba-mikroba tersebut hampir setiap tempat ditemukan.
Mikroba sering ditemukan pada bahan, alat pengoahan, pekerja, bahkan dibagian-
bagian bangunan/ruang pengolahan.
Praktikum pengujian sanitasi ruang pengolahan ini dilakukan menguji
tingkat sanitasi udara, lantai dan meja pada ruang pengolahan pangan. Uji sanitasi
udara dilaksanakan dengan menggunakan dua media, yaitu media Potato
Dextrose Agar (PDA) dan media Nutrient Agar (NA). Perbedaan dari kedua
media ini berdasarka tujuannya, yaitu untuk menumbuhkan mikroba yang
berbeda. Pada media Nutrient Agar (NA) digunakan untuk menumbuhkan bakteri,
sedangkan media Potato Dextrose Agar (PDA) bertujuan untuk menumbuhkan
kapang dan khamir. Untuk uji sanitasi meja dan lantai dilakukan dengan
menggukan metode Rodac dengan menggunakan media Plate Count Agar (PCA)
untuk menghitung jumlah total koloni mikroba. Sampel udara, lantai dan meja
yang diuji berasal dari 20 tempat pengolahan pangan yang berbeda. Sampel yang
berbeda ini bertujuan untuk melihat tingkat sanitasi tempat pengolahan pangan.
Berdasarkan hasil pengamatan dan perhitungan uji kontaminasi udara pada
media Potato Dextrose Agar (PDA), khamir dan kapang yang tumbuh paling banyak
2
pada Kantin Pertanian dengan total kapang 1,5 × 10 CFU. Sedangkan tempat yang
paling sedikit ditumbuhi mikroba, yaitu Warung Pinggir Jalan dan Kantin Ekonomi
dengan total kapang 5 CFU. Pada media Nutrient Agar (NA) uji kontaminasi
terbanyak yaitu pada Warung Jawa. Sedangkan berdasarkan hasil pengamatan uji
sanitasi meja menggunakan media Plate Count Agar (PCA) diperoleh total mikroba
1
tertinggi terdapat pada rumah makan Upuy dengan total mikroba 4,5 × 10 CFU.
Sedangkan tingkat kontaminasi pada meja terendah terdapat pada Kantin Ekonomi,
Kantin Hukum, Jus Bu Intan, Kejaksaan yang dimana tidak didapati mikroba pada
meja yang diteliti. Sedangkan berdasarkan hasil pengamatan dan perhitungan uji
kontaminasi lantai ruang pengolahan diperoleh hasil, yaitu tempat atau rumah
makanan yang memiliki tingkat kontaminasi paling tinggi adalah Warung Jawa yang
memiliki jumlah total mikroba
86
sebanyak 7,0 × 10 CFU. Sedangkan tingkat kontaminasi lantai ruang pengolahan
terendah adalah Hisana Fried Chicken, Kantin Ekonomi, Kantin Hukum, Kantin Teknik,
Kantin MIPA, Kantin D3 Ekonomi, Upuy, It’s Milk, Kedai Giyong yang tidak ditemukan
bakteri atau mikroba yang tumbuh.
Berdasarkan hasil pengamatan baik pada sanitasi udara maupun uji sanitasi
meja dan lantai membuktikan bahwa dilingkungannya/udara masih terdapat
mikroorganisme yang merupakan kontaminan, namun mikroba ini tidak tetap
jumlahnya dan dapat dengan cepat berpindah karena sifatnya dan ukurannya yang
sangat kecil dan ringan. Hal ini sesuai dengan pernyataan Hariyadi (2009), yang
menyatakan bahwa mikroorganisme dari udara dapat terangkut sejauh beberapa
kilometer bahkan sebagian segera mati dalam beberapa saat namun ada juga yang
dapat bertahan hingga beberapa lama.
Pencegahan pertumbuhan mikroorganisme pada meja dan lantai ruang
pengolahan dapat dilakukan dengan pebersihan meja dan lantai secara berkala dan
menggunakan disinfektan. Disinfektan adalah bahan kimia yang dipakai untuk
mencegah pertumbuhan mikroorganisme melalui suatu mekanisme kerja tertentu.
Disinfektan ditunjukan untuk mikroorganisme yang terdapat pada benda-benda
mati. Mekanisme penghancuran oleh disinfektan dilakukan dengan merusak
struktur dinding sel mikroba, mengubah permeabilitas membran sel, pengadakan
perubahan molekul protein dan asam nukleat, menghambat kerja enzim atau dapat
pula dengan cara menghambat sintesa asam nukleat dan protein.
Faktor-faktor yang mempengaruhi laju pertumbuhan mikroba di udara
ditentukan oleh lokasi, kondisi cuaca, dan jumlah orang yang ada. Selain itu
mikroba yang ada di udara juga ditentukan oleh sumber pencemaran di dalam
lingkunagan, misalnya ventilasi, kepadatan pekerja, kegiatan pekerja. Selain itu
juga, dari pekerja dapat menularkan kontaminan dari udara melalui batuk, bersin,
bahkan saat bercakap-cakap.
87
KESIMPULAN
88
ACARA IV
UJI SANITASI BAHAN DASAR PENGOLAHAN PANGAN
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Bahan pangan merupakan sumber gizi dan energy bagi manusia. Selain
sebagai sumber gizi dan nutrisi bagi manusia bahan pangan juga dapat menjadi
sumber gizi dan nutrisi bagi mikroorganisme. Hal ini disebabkan karena bahan
pangan dapat bertindak sebagai perantara atau substrat untuk pertumbuhan.
Pertumbuhan mikroorganisme dalam pangan ataupun bahan pangan dapat
mengakibatkan perubahan fisik dan kimia yang tidak diinginkan, sehingga bahan
pangan tersebut tidak layak dikonsumsi. Kejadian ini biasanya akan menimbulkan
pembusukan pada bahan pangan dan apabila dikonsumsi oleh manusia dapat
menyebabkan penyakit.
Bahan pangan yang mengandung gula dan tepung merupakan dua diantara
beberapa bahan pangan yang sering dikontaminasi oleh mikroba. Kontaminasi yang
sering terjadi sebabkan oleh pengemasan maupun penyimpanan yang kurang dijaga
kebersihannya. Bahan pangan metah yang tidak dapat ditangani dengan baik dapat
menyebabkan kontaminasi pada bahan pangan yang dihasilkan. Hal ini disebabkan
karena bahan pengan mnetah banyak mengandung senyawa nutrisi. Kandungan
senyawa nutrisi ini juga sangat dibutuhkan oleh pertumbuhan mikroorganisme.
Kontaminasi pada bahan pangan akan menyebabkan terjadinya penurunan
mutu. Kontaminasi pada bahan pangan segar dapat disebabkam oleh kontaminasi
lingkungan sekitar. Selain kontaminasi lingkungan sekitar, kontaminasi juga bisa
terjadi saat proses penanganan sebelum pengolahan. Tepung dan gula biasanya
sering mengandung spora bakteri termofilik. Bakteri termofilik yaitu bakteri yang
dapat tumbuh pada suhu 40º-60ºC. Oleh karena itu penting dilakukan praktikum
ini untuk mengetahui kontaminasi pada bahan dasar dalam pengolahan pangan.
89
Tujuan Praktikum
Adapun tujuan dari praktikum ini adalah mempelajari sanitasi bahan dasar
dalam pengolahan pangan dan mengetahui jumlah spora flat sour termofilik pada
bahan baku tepung dan gula.
90
TINJAUAN PUSTAKA
Bahan pangan mentah yang tidak ditangani dengan proses yang baik akan
menyebabkan terjadinya kontaminasi pada produk akhir olahan pangan yang
dihasilkan. Bahan makanan selain merupakan sumber energy dan gizi bagi
manusia, juga merupakan sumber makanan bagi mikroorganisme. Pertumbuhan
mikroorganisme pada bahan pangan menyebabkan prubahan yang menguntungkan
seperti perbaikan bahan pangan secara gizi, daya cerna ataupun daya simpannya.
Selain itu pertumbuhan mikroorganisme dalam bahan juga mengakibatkan
perubahan fisik ataupun kimia yang tidak diinginkan, sehingga bahan pangan
tersebut tidak layak untuk dikonsumsi. Kejadian ini biasanya terjadi pada
pembusukan bahan pangan dan apabila dikonsumsi oleh manusia dapat
menyebabkan penyakit (Volk, 2009).
Untuk mendapatkan makanan yang aman dan berkualitas maka diperlukan
bahan mentah yang aman, bersih, segar serta bebas kontaminasi. Hal ini terkait
dengan penyimpanan dan perlakuan yang diberikan pada bahan sebelum diolah.
Penanganan yang tepat akan mempertahankan mutu dan sanitasi bahan sebelum
diproses. Sangat tidak dianjurkan menggunakana bahan pangan mentah yang
sudah mengalami cacat visual, rusak dan berjamur. Penggunaan bahan mentah
yang sudah rusak dan berjamur dapat menyebabkan terjadinya kontaminasi pada
produk akhir yang dihasilkan dan dapat menurunkan kualitas produk akhir olahan
pangan (Jenie, 2008).
Kerusakan bahan pangan umumnya terjadi akibat kontaminasi
mikroorganisme yang tergolong dalam jenis Bacillus dan Ciostridium. Spora-
spora thermofilik yang sering mengkontaminasi produk karbohidrat dan berkadar
gula tinggi diantaranya penyebab kebusukan spesifik. Spora penyebab kebusukan
asam tanpa gas (Flat Sour) misalnya Bacillus Cuagulas yang tumbuh pada
PH<4,5 dan Bacillus stearothermofilik yang tumbuh pada PH 4,0-4,5. Spora
bakteri anaerobic penyebab kebusukan sulpida yang memproduksi H2S mislanya
Ciostridium nigricans. Spora anaerobik yang tidak memproduksi H2S, misalnya
Clostridium butulinum dan Ciostridium thermosaccharolyticon. Bahaya biologis
atau mikrobiologis terdiri dari parasit, virus dan bakteri pathogen yang dapat
tumbuh dan berkembang pada bahan pangan, sehingga dapat menyebabkan
infeksi dan keracunan pada manusia. Bebrapa bakteri patogen juga dapat
menghasilkan toksin (Purnomo, 2015).
Secara umum pencemaran mikrobiologis dapat berasal dari bahan baku air,
alat dan wadah atau sarana pengolahan, pekerja maupun hewan pengganggu. Upaya
dari awal untuk mengurani jumlah cemaran mikrobiologis ini sangat penting
mengingat mikroorganisme dapat tumbuh dan mempunyai kemampuan tumbuh
91
yang sangat cepat pada bahan pangan. Kontaminasi bakteri pada bahan pangan
mentah sering kali diabaikan, dengan alasan bahan pangan mentah tersebut akan
melakukan beberapa tahap pengolahan yang dapat menghilangkan atau
mematikan bakteri. Meskipun bakteri dapat mati dengan pemanasan, namun
beberapa jenis bakteri patogen mampu memproduksi zat racun dan tahan terhadap
panas. Karena selain itu, beberapa jenis bakteri yang tahan terhadap panas ini
memiliki kemampuan membentuk spora (Yulianto, 2015).
Bakteri termofilik menyukai kondisi panas, mereka hidup dan
berkembangbiak dalam suhu ekstrim, yaitu antara 45º-80ºC. Bahkan ada bakteri
termofilik yang bereproduksi pada suhu 121ºC. Contoh bakteri termofilik adalah
Bacillus stearothermofillus menyebabkan asam pada makanan kaleng berasam
rendah dan bakteri termofilik lainnya yang menyebabkan pengembungan pada
kaleng karena memproduksi CO2 dan H2. Spora bakteri adalah bentuk bakteri
yang sedang dalam usaha mengawetkan diri terhadap pengaruh buruk dari luar.
Spora bakteri memiliki fungsi yang sama dengan kista amoeba, sebab bakteri
dalam bentuk spora dan amoeba dalam bentuk kista merupakan suatu fase dimana
kedua mikroba itu berubah bentuk untuk melindungi diri terhadap factor luar yang
tidak menguntungkan (Dwidjosoeputro, 2001).
92
PELAKANAAN PRAKTIKUM
Prosedur Kerja
a. Sampel Tepung
Tepung
↓
Ditimbang 10 g
↓
Dimasukkan 10 mL NaCL
↓
Diambil 10 mL
↓
Dimasukkan kedalam media DTBPA 90 mL
↓
93
o
Dipanaskan T = 70-80 C, t = 8 menit
↓
Dituangkan kedalam cawan petri U1, U2, U3, dan U4
↓
o
Diinkubasi T = 55 C, t = 48 jam
↓
Diamati
b. Sampel Gula
Gula
↓
Ditimbang 10 g
↓
Dimasukkan 100 mL NaCL
↓
Dihomogenkan
↓
Dimasukkan kedalam media DTBPA 90 mL
↓
o
Dipanaskan T = 70-80 C, t = 8 menit
↓
Dituangkan kedalam cawan petri U1, U2, U3, dan U4
↓
o
Diinkubasi T = 55 C, t = 48 jam
↓
Diamati
94
HASIL PENGAMATAN DAN PERHITUNGAN
Hasil Pengamatan
Tabel 4.1 Uji Total Mikroba
KLP Sampel Media DTBPA ∑ spora flat sour
(CFU/10g bahan)
U1 U2 U3 U4
1 Gula semut curah 0 0 0 0 (─/10 gram bahan)
2 Gula semut 0 0 1 0 5/10 gram
kemasan (─/10 gram bahan)
3 Gulaku 0 0 0 0 (─/10 gram bahan)
4 Gula pasir curah 0 0 0 0 (─/10 gram bahan)
5 Gula merah 0 0 0 0 (─/10 gram bahan)
6 Terigu kemasan 0 0 0 0 (─/10 gram bahan)
7 Terigu curah 2 7 5 0 70/10 gram
(+/10 gram bahan)
8 Tepung mocaf 8 6 4 5 115/10 gram
(+/10 gram bahan)
9 Tepung beras 14 11 14 0 195/10 gram
curah (+/10 gram bahan)
10 Tepung beras 1 1 1 3 25/10 gram
kemasan (+/10 gram bahan)
Hasil Perhitungan
a. Gula semut curah ( kelompok 1)
∑ koloni = U1 + U2 + U3 + U4
= 0 CFU/gram
= ─/10 gram bahan
Jumlah spora flat sour termofilik = 5 × ∑ koloni
= 5 × 0 CFU/gram
= 0 gram
= (─/10 gram bahan)
=0+0+1+0
= 1 CFU/ gram
Jumlah spora flat sour termofilik = 5 × ∑ koloni
= 5 × 1 CFU/gram
= 5/10 gram
= (+/10 gram bahan)
95
c. Gulaku (kelompok 3)
∑ koloni = U1 + U2 + U3 + U4
= 0 CFU/gram
= ─/10 gram bahan
Jumlah spora flat sour termofilik = 5 × ∑ koloni
= 5 × 0 CFU/gram
= 0 gram
= (─/10 gram bahan)
= 0 CFU/gram
= ─/10 gram bahan
Jumlah spora flat sour termofilik = 5 × ∑ koloni
= 5 × 0 CFU/gram
= 0 gram
= (─/10 gram bahan)
e. Gula merah (kelompok 5)
∑ koloni = U1 + U2 + U3 + U4
= 0 CFU/gram
= ─/10 gram bahan
Jumlah spora flat sour termofilik = 5 × ∑ koloni
= 5 × 0 CFU/gram
= 0 gram
= (─/10 gram bahan)
f. Terigu kemasan (kelompok 6)
∑ koloni = U1 + U2 + U3 + U4
= 0 CFU/gram
= ─/10 gram bahan
Jumlah spora flat sour termofilik = 5 × ∑ koloni
= 5 × 0 CFU/gram
= 0 gram
= (─/10 gram bahan)
96
g. Terigu curah (kelompok 7)
∑ koloni = U1 + U2 + U3 + U4
=2+7+5+0
= 14 CFU/ gram
Jumlah spora flat sour termofilik = 5 × ∑ koloni
= 5 × 14 CFU/gram
= 170/10 gram
= (+/10 gram bahan)
h. Tepung mocaf (kelomopk 8)
∑ koloni = U1 + U2 + U3 + U4
=8+6+4+5
= 23 CFU/ gram
Jumlah spora flat sour termofilik = 5 × ∑ koloni
= 5 × 23 CFU/gram
= 115/10 gram
= (+/10 gram bahan)
i. Tepung beras curah (kelompok 9)
∑ koloni = U1 + U2 + U3 + U4
= 14 + 11 + 14 + 0
= 39 CFU/ gram
Jumlah spora flat sour termofilik = 5 × ∑ koloni
= 5 × 39 CFU/gram
= 195/10 gram
= (+/10 gram bahan)
j. Tepung beras kemasan (kelompok 10)
∑ koloni = U1 + U2 + U3 + U4
=1+1+0+3
= 5 CFU/ gram
Jumlah spora flat sour termofilik = 5 × ∑ koloni
= 5 × 5 CFU/gram
= 25/10 gram
= (+/10 gram bahan)
97
PEMBAHASAN
Bahan pangan merupakan sumber gizi dan energy bagi manusia. Selain
sebagai sumber energy dan nutrisi bagi manusia, bahan pangan juga dapat menjadi
sumber nutrisi bagi mikroorganisme. Hal ini disebabkan karena bahan pangan
dapat bertindak sebagai perantara ataupun subtsrat untuk pertumbuhannya.
Pertumbuhan mikroorgnisme dalama bahan pangan dapat mengakibatkan
perubahan fisik dan kimia yang tidak diinginkan, sehingga bahan pangan tersebut
tidak layak untuk dikonsumsi. Kejadian ini biasanya akan menimbulkan
pembusukan bahan pangan dan apabila dikonsumsi oleh manusia akan
menyebabkan penyakit. Sanitasi bahan baku sangat penting dilakukan. Bahan
baku yang tidak ditangani dengan proses yang baik akan dapat menyebabkan
terjadinya kontaminasi pada produk olahan yang dihasilkan. Hal ini disebabkan
karena bahan mentah banyak mengandung komposisi senyawa nutrisi yang juga
sangat dibutuhkan untik pertumbuhan mikroorganisme. Kontaminasi pada bahan
pangan akan menyebabkan penurunan mutu pada produk akhir. Kontaminasi pada
bahan pangan segar dapat disebabkan karena kontaminasi lingkungan sekitarnnya
maupun saat proses penanganan sebelum pengolahan.
Gula atau sukrosa adalah molekul disakarida yang tidak mempunyai
daya mereduksi sama sekali karena tidak mempunyai gugus karboksil yang bebas,
sehingga energy dan tekanan osmotiknya tinggi, yang dapat memungkinkan
memecah atau merusak dinding sel atau spora bakteri dimana gula bersifat
hidroskopis (daya mengikat air). Sehingga kebutuhan air untuk bakteri tidak
cukup untuk pertumbuhannya, sehingga spora bakteri akan terhambat
pertumbuhannya bahkan tidak akan hidup sama sekali (Handayani, 2009). Gula
yang sering dikonsumsi adalah gula pasir atau mungkin yang berbentuk gula batu.
Gula ini berasal dari tebu murni, dengan ketampilan agak kecoklatan, lebih kasar
dan tidak terlalu cerah. Gula semut sering juga disebut gula jawa kristal atau gula
merah Kristal ini termasuk jenis gula palma. Gula semut mudah ditakar dan
mudah digunakan untuk keperluan konsumsi minuman ataupun masak. Gula
merah sendiri juga merupakan jenis gula yang berasal dari pohol palem-paleman.
Gula merah memiliki kadar gula paling rendah. Gula merah memiliki khasiat
menjaga kesehatan tubuh.
Tepung adalah partikel padat dengan bituran halus atau sangat halus
tergantung pemakaiannya. Tepung biasa digunakan untuk keperluan penelitian, rumah
tangga dan bahan baku industri. Tepung bisa berasal dari bahan nabati misalnya
tepung terigu dari gandum, tepung tapioca dari singkong, tepung maizena dari jagung,
atau tepung yang berasal dari bahan hewani misalnya tepung tulang ikan. Tepung
MOCAF merupan tepung singkong yang telah dimodifikasi dengan
98
perlakuan fermentasi, sehingga dihasilkan tepung singkong yang dengan
karakteristik yang mirip terigu sehingga dapat digunakan sebagai bahan baku
pengganti terigu atau bahan campuran tepung terigu. Tepung juga dapat
digunakan untuk membuat kue kering seperti cookies, nastar, dan kaastangel, kue
basah dan lain-lain.
Bakteri termofilik memnyukai konsdisi yang panas. Produk karbohidrat
seperti tepung terigu dan gula merupakan bahan makanan kering yang sering
terkontaminasi oleh mikroba. Tepung dan gula sering mangandung spora bakteri
termofilik, yaitu bakteri yang tumbuh pada suhu 40º-60ºC bahkan lebih. Spora
bakteri termofilik penyebab kerusakan makanan pada umumnya tergolong dalan
jenis Bacillus dan Clostridium. Bakteri yang tumbuh dapat membentuk spora flat
sour yang dapat menyebabkan kerusakan pada makanan. Media yang digunakan
untuk melihat pertumbuhan bakteri penyebab flat sour adalah media Dextrose
Tryptone Brom Cresol Purple Agar (DTBPA). Mekanisme pertumbuhan bakteri
yaitu dimana spora bakteri penyebab busuk asam (flat sour) mudah tumbuh pada
makanan berasam rendah pH 4–4.5 adalah Bacillus stearothermophillius, Bacillus
thermoacidurans, Clostriduim thermosaccarolyticum. Dengan mekanisme
pertumbuhan tertentu bakteri dapat bertahan. Mekanisme pertahanan mikroba
termifilik terhadap suhu ekstrim, terbentuknya hapaniod, terbentuknya spora lalu
kemudian terbentuk Heat-shock protein (Hsp).
Praktikum kali ini melakukan uji sanitasi bahan dasar dalam pengolahan
pangan menggunakan sampel tepung dan gula. Sampel yang digunakan antara lain
adalah gula semut curah, gula semut kemasan, gulaku, gula pasir curah, gula merah,
tepung kemasa, terigu curah, tepung mocaf, tepung beras curah dan tepung beras
kemasan. Media yang digunakan adalah Dextrose Tryptone Brom Cresol Purple Agar
(DTBPA). Diketahui bahwa bahan-bahan tersebut sering ditumbuhi bakteri karena
merupakan produk yang menggunakan panas yaitu saat proses pengeringan, sehingga
produk ini mememungkinkan terdapat bakteri. Berdasarkan hasil pengamatan
menunjukan bahwa, dari sampel tepung, menunjukan pertumbuhan bakteri paling
sedikit yaitu pada sampel tepung beras kemasan yaitu 25 CFU/10 gram, lalu terigu
curah yaitu 70 CFU/10 gram, diikuti oleh tepung mocaf yaitu 115 CFU/10 gram dan
tertinggi yaitu pada sampel tepung beras curah dengan 195 CFU/10 gram, sedangkan
pada sampel tepung terigu kemasan tidak ada pertumbuhan bakteri (─/10 gram
bahan). Pada sampel gula, semua sampel yang digunakan tidak ada bekteri yang
tumbuh (─/10 gram bahan). Hal ini sesuai dengan literature (Jenie, 2008), bahwa sifat
gula yang hidroskopis sehingga dapat menyerap air pada suatu bahan atau produk
pangan sehingga sel bakteri mengalami plasmolisis (pecah/mati). Tingginya
kontaminasi pada sample tepung yaitu karena tepung merupakan partikel padat yang
berbentuk butiran halus atau sangat halus. Tepung sering terkontaminasi oleh mikroba
dikarenakan kondisin pengemasan dan
99
penyimpanan yang kurang higienis. Selain itu kontaminasi pada tepung
disebabkan disebablan karena tepung merupaka produk yang menggunakan proses
panas baik pengeringan sehingga pada produk ini terdapat bakteri termofilik yang
dapat hidup pada lilngkungan atau keadaan panas. Menurut SNI 3751:2009
tentang tepung terigu dan SNI 3549:2009 tentang tepung beras, bahwa batas
4
cemaran mikroba pada tepung terigu adalah 1×10 CFU/gr. Adapun faktor-faktor
yang mempengarui pertumbuhan mikroba adalah factor instrinsik dan factor
ekstrinsik. Dimana faktor instrinsik diantaranya adalah pH, Aw (water activity),
Eh (potensial oksidari-reduksi), kandungan nitrisi, kandungan senyawa
antimikroba dan struktur biologis. Sedangkan faktor ekstrinsik diantaranya adalah
suhu, kelembaban relative, dan komposisi gas (O₂ dan CO2).
100
KESIMPULAN
101
ACARA V
UJI SANITASI AIR UNTUK PENGOLAHAN
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Makanan dan minuman merupakan kebutuhan hayati. Dengan makanan
dan minuman manusia akan memperoleh energy yang diperlukan untuk
keberlangsungan hidupnya melalui proses metabolism yang kompleks. Pada sisi
lain makanan dan minuman mengandung potensi yang membahayakan karena
adanya bahan yang merugikan manusia. Menjaga kebersihan dapat melalui media
makanan dan minuman yang biasa dikenal sebagai sanitasi makanan. Sanitasi
makanan tersebut salah satunya yaitu kualitas air yang digunakan baik dalam
pengolahan bahan makanan maupun yang diguanakan untuk pembersihan
peralatan (Agusriadi, 2008).
Air adalah zat atau materi yang penting bagi semua bentuk kehidupan.
Dalam industry, air digunakan untuk media pengemasan, pencucian, proses
pengolahan, dan pengisian boiler. Dalam industry pangan atau hasil pertanian air
harus mempunyai syarat-syarat tertentu sesuai dengan tujuan penggunaannya.
Penyedian air yang memenuhi syarat dalam jumlah yang cukup sangat penting.
Air dalam sumbernnya harus diperlakuakn melalui beberapa tahap perlakuan
therlebih dahulu sebelum digunakan.
Air sangat penting bagi kebutuhan manusia. Sumber air terdiri dari air
permukaan dan air tanah. Kandungan air yang ada juga berbeda-beda, jika
digunakan dalam pengolahan akan memperngaruhi hasil pengolahan. Kandungan
air dalam bahan pangan menentukan kesegaran, dan daya tahan bahan itu, air juga
merupakan pencuci yang baik bagi bahan pangan dan peralatan pengolahan yang
digunakan. Oelh karena itu dilakukannya praktikum ini untuk menguji sanitasi air
yang digunakan dalam pengolahan bahan pangan.
Tujuan Praktikum
Adapun tujuan dari praktikum ini adalah untuk menguji sanitasi air yang
digunakan dalam pengolahan bahan pangan.
102
TINJAUAN PUSTAKA
Air merupakan sumber daya yang mutlak yang harus ada bagi kehidupan.
Hal ini dibuktikan dengan keberadaan air dalam tubuh organism. Tubuh manusia
kurang lebih terdiri dari 70% air, karena iar merupakan pelarut universal. Pada
skala nasional keberadaan air hingga kini baru mencapai sekitar 60%. Artinya
masih ada 40% atau sekitar 90 jutaan rakyat Indonesia terpaksa menggunakan air
tak layak secara kesehatan untuk kebutuhan sehari-hari (Asmadi, 2011).
Air merupakan komponen esensial bagi kehidupan jasad hidup. Akan tetapi
air dapat juga merupakan suatu substansi yang berbahaya karena air dapat menbawa
mikroba pathogen dan zat-zat kimia yang bersifat beracun. Air yang terkontaminasi
miroba pathogen sangat berbahaya untuk dikonsumsi. Departemen kesehatan
menyatakan ada beberapa factor penyebab terjadinya pencemaran air minum dan
sarana yang digunakan untuk proses pengolahan, penyimpanan, dan pembagian air
minum. Factor tersebut diantaranya meliputi lokasi, bangunan, lantai, dinding, pintu,
pencahayaan, ventilasi atap dan langit-langit (Sekarwati, 2016).
Bakteri koliform adalah jenis bakteri yang digunakan sebagai indicator
penentuan kualitas sanitasi makan dan air. Koliform sendiri sebenarnya bukan
merupakan penyebab dari penyakit. Penyakit sendiri merupakan bawan dari air,
namun bakteri jenis ini mudah dikultur dan keberadaannya dapat digunakan
sebagai indicator keberadaan organism seperti bakteri lain. Bakteri koliform
dijadikan sebagai indicator karena mudah dengan cepat dikenali dalam tes
laboratorium, kelompok bakteri koliform diantaranya adalah Escherchia coli,
Entrobacter aerogenes, dan Clostridum pruendi, keberadaan bakteri dalam air
juga menunjukan adanya bakteri pathogen lainnya, misalnya Shigella. Semakin
sedikit kandungan koliform maka kualitas air semakin baik (Slamet, 2009).
Meteode MPN (Most Probable Number) merupakan uji deretan tabung
yang menjabarka pertumbuhan koliform dalam sampel yang diuji. Metode MPN
menggunakan medium cair dalam wadah berupa tabung reaksi. Perthitungan
dilakukan berdasarkan jumlah tabung yang positif yaitu tabung yang mengalami
103
perubahan pada mediumnya baik itu berupa perubahan warna atau terbentuknya
gelembung gas pada dasar tabung durham. Pada metode perhitungan MPN ini
-1 -2 -3
digunakan 3 segi pengenceran yaitu 10 , 10 , 10 . Kemudian hasil dari
perubahan tersebut dicari nilai MPNnya pada table nilai MPN (Globel, 2008).
Didalam air juga terdapat juga jenis mikroba penyebab penyakit seperti
Salmonella penyebab penyakit tipes, Shigella penyebab penyakit disentri, dan Vibrio
penyebab kolera. Dalam air juga ditemukan mikroba penghasil toksik seperti
Clostridium yang hidup secara aerobic. Mikroba yang hidup secara anaerob misalnya
Psedeumonas, sering didapatkan warna air bila disimpan dapat berubah padahal air
tersebut didapatkan dari pompa. Diare juga adalah salah satu penyakit yang
disebabkan oleh bakteri golongan koliform, hal ini sebabkan oleh sanitasi lingkungan
yang kurang dan hygiene perseorangan yang kotor. Kontaminasi silang dapat
disebabkan penggunaan air, sarana, wadah, alat pengolahan yang tercemar, serta
penjamah yang tidak menjaga kebersihan diri (Wulandari, 2015).
104
PELAKSANAAN PRAKTIKUM
Prosedur Kerja
a. Uji Total Mikroba
Bahan
↓
Diambil 1 ml
↓
Dituangkan ke buffer fosfat 9 ml
↓
105
-6 -6
Dilakukan pengenceran hingga 10 (air sumur), 10 (air
sungai) 3 pengenceran terakhir
↓
diambil 1 ml sampel
↓
Dituang pada media PCA (duplo)
↓
o
Diinkubasi (T = 37 C, t = 48 jam)
↓
Diambil dan dihitung jumlah koloni per ml
↓
Dibuat 3 seri pengenceran (9 tabung reaksi)
↓
o
Diinkubasi (T = 37 C, t = 28 jam)
↓
Diamati tabung (MPN penduga)
↓
o
Diinkubasi (T = 37 C, t = 28 jam)
↓
Diamati tabung
106
HASIL PENGAMATAN DAN PERHITUNGAN
Hasil Pengamatan
Tabel 5.1 Total Mikroba pada Air Isi Ulang
-3 -4 -5
Klp Sampel 10 10 10 CFU/ml
U1 U2 U1 U2 U1 U2
5
1 Seruni >250 >250 >250 >250 >250 >250 > 1,0 × 10
3
3 Gomong 26 17 2 10 18 28 < 1,0 × 10
5 Ampenan - - - - - - 0
6
7 Cemara - >250 >250 - 28 43 3,55 × 10
9 Kekalik 13 2 1 7 1 1 < 1,0 × 10
3
-4 -5 -6
Klp Sampel 10 10 10 CFU/ml
U1 U2 U1 U2 U1 U2
11 Sumur >250 >250 56 77 52 46 6
6,65 × 10
Kekalik
12 Sungai 180 69 30 9 20 33 6
1,24 × 10
UNRAM
6
13 Sumur >250 >250 >250 >250 >250 >250 > 1,0 × 10
Punia
14 Sungai 40 29 >250 >250 >250 >250 6
3,45 × 10
Ampenan
4
Sumur < 1,0 × 10
15 Dasan 5 6 9 6 7 7
Agung
16 Sungai 188 106 >250 52 8 11 6
1,47 × 10
Pagesangan
17 Sumur >250 35 31 27 19 6 6
2,9 × 10
Ampenan
107
4
18 Sungai 21 31 16 >250 12 8 < 1,0 × 10
Kekalik
Sumur 1,64 × 10
8
19 Gunung >250 >250 >250 >250 160 168
Sari
6
20 Sungai >250 >250 >250 >250 >250 >250 > 1,0 × 10
Udayana
Tabel 5.4 Uji Penduga Koliform Media Lactose Broth
Pengenceran
0 -1 -3
Klp Sampel 10 10 10 Keterangan
U1 U2 U3 U1 U2 U3 U1 U2 U3
Air isi + + + + + + + + + Ada
1 ulang gelembung
Seruni
Air + + + + + + + + + Ada
2 kemasan gelembung
Le
Mineral
Air isi + + + + + + + + + Ada
3 ulang gelembung
Gomong
air + + + + + + + + + Ada
4 kemasan gelembung
Narmada
Air isi + + - + + + + - - Ada
5 ulang gelembung
Ampenan
Air + + + + + + + + + Ada
6 kemasan gelembung
Cleo
Air isi + + + + - + + - - Ada
7 ulang gelembung
Cemara
Air + + + + + + - + + Ada
8 kemasan gelembung
Rinjani
9 Air isi + + - + + + + + + Ada
ulang gelembung
Kelalik
Air + + + + + + + + + Ada
10 kemasan gelembung
Aqua
11 Air sumur + - - - - - - - - Ada
Kekalik gelembung
108
12 Air sungai + + + + + + + + + Ada
UNRAM gelembung
13 Air sumur - - - - - - - - - Ada
Punia gelembung
14 Air sungai + + + + + + + + + Ada
Ampenan gelembung
Air sumur - - - - - - - - - Jernih
15 Dasan
Agung
16 Air sungai + + + + + + + + + Ada
Pagesangan gelembung
17 Air sumur - - - - - - - - - Jernih
Ampenan
18 Air sungai + + + - - + + + + Ada
Kekalik gelembung
Air sumur - - - - - - - - - Ada
19 Gunung gelembung
Sari
20 Air sungai + + + + + + + + + Ada
Udayana gelembung
Tabel 5.5 Uji Penguat Koliform Media Brelian Green Lactose Broth (BGLB)
Pengenceran Nilai
Klp Sampel 0 -1 -3 Keterangan
10 10 10 APM/ml
U1 U2 U3 U1 U2 U3 U1 U2 U3
Air isi + + + + + + + + + >100 Keruh dan
1 ulang bergelembung
Seruni
Air + + + + + + + + + >100 Keruh dan
2 kemasan bergelembung
Le
Mineral
Air isi + + + + - - + - - 2,40 Keruh dan
3 ulang bergelembung
Gomong
air - - - - - - + + - 3 Keruh dan
4 kemasan bergelembung
Narmada
Air isi + + - - + + + + - 35 Keruh dan
5 ulang bergelembung
Ampenan
Air + + - + - + + - - 28 Keruh dan
6 kemasan bergelembung
Cleo
109
Air isi + + + + + + + + + >100 Keruh dan
7 ulang bergelembung
Cemara
Air + + + + + + - + + 110 Keruh dan
8 kemasan bergelembung
Rinjani
9 Air isi + + - + + + + + + 110 Keruh
ulang
Kelalik
Air - - - - - - + + + 9,4 Keruh
10 kemasan
Aqua
11 Air sumur + - - - - - - - - 3,4 Keruh
Kekalik
12 Air sungai + + - + + - + + - 35 Keruh
UNRAM
13 Air sumur - - - - + - - - - 3,0 Keruh dan
Punia bergelembung
14 Air sungai + + + + + + + + - 110 Keruh
Ampenan
Air sumur - - - - - - - - - < 3,0 Jernih
15 Dasan
Agung
16 Air sungai + + + + + + - - + 460 Keruh dan
Pagesangan bergelembung
17 Air sumur - - - - - - - - - >3,8 Jernih
Ampenan
18 Air sungai + + + - - + + + + 100 Keruh dan
Kekalik bergelembung
Air sumur - - + - - - - - - 3,6 Jerih dan
19 Gunung bergelembung
Sari
20 Air sungai + + + + + + + + + >110 Keruh dan
Udayana bergelembung
Hasil Perhitungan
5.1 Uji Total Mikroba pada Air Isi Ulang.
a. Air isi ulang Seruni (kelompok 1)
-5
Pengenceran 10 =U1+U2 × 1
2 FP
= >250 + >250
×
1
2
10 -5
5
= > 1,0 × 10 CFU/ml
110
b. Air isi ulang Gomong (kelompok 3)
-3
Pengenceran 10 = 1+ 2
×
1
= 26+ 17 × 1
210─³
3
= < 1,0 × 10 CFU/ml
= 0+0
×
1
2 10─³
= 0 CFU/ml
×
1
= 28 + 43 ×1
2 10-5
6
= 3,55 × 10 CFU/ml
×
1
2
× 1
210─³
= >250 + >250
×
1
2 10─²
-2
Pengenceran 10 = 1+ 2
×
1
= 0+0
×
1
2 10─²
111
=0
CFU/ml c. Air kemasan Cleo
(kelompok 6)
-2
Pengenceran 10 = 1+ 2
×
1
= 0+0
×
1
2 10─³
= 0 CFU/ml
d. Air kemasan Rinjani (kelompok 8)
-2
Pengenceran 10 = 1+ 2
×
1
= 0+0
×
1
10─²
2
= 0 CFU/ml
e. Air kemasan Aqua
-2
Pengenceran 10 = 1+ 2
×
1
= >250 + >250
×
1
2 10─²
5.3 Uji Total Mikroba pada Air Sumur dan Air Sungai
a. Air sumur Kekalik (kelompo 11)
-3
Pengenceran 10 = 1+ 2
×
1
= 56 + 77
×
1
2 10─³
6
= 6,65 × 10 CFU/ml
b. Air sungai UNRAM (kelomopok 12)
-4
Pengenceran 10 = 1+ 2
×
1
= 180 + 69
×
1
2 10^─4
6
= 1,24 × 10 CFU/ml
c. Air sumur Punia (kelompok 13)
-4
Pengenceran 10 = 1+ 2
×
1
2
112
= >250 + >250 × 1
2 10^─4
6
= > 1,0 × 10 CFU/ml
d. Air sungai Ampenan (kelompok 14)
-4
Pengenceran 10 = 1+ 2
×
1
= 40 + 29 ×1
2 10-4
= 3,45 × 106
CFU/ml e. Air sumur Dasan Agung
(kelompok 15)
-4
Pengenceran 10 = 1+ 2
×
1
= 5+6
×
1
2 10^─4
4
= < 1,0 × 10 CFU/ml
f. Air sungai Pagesangan (kelompok 16)
-4
Pengenceran 10 = 1+ 2
×
1
= 188 + 106 ×1
2 10-4
6
= 1,47 × 10 CFU/ml
×
1
= 31 + 27 ×1
2 10-5
6
= 2,9 × 10 CFU/ml
×
1
= 21 + 31 ×1
2 10-4
4
= < 1,0 × 10 CFU/ml
×
1
113
= 160 + 168 ×1
2 10-6
8
= 1,64 × 10 CFU/ml
×
1
= >250+ >250 ×1
2 10-4
6
= > 1,0 × 10 CFU/ml
114
PEMBAHASAN
Air selain merupakan kebutuhan pokok bagi manusia juga dapat menjadi
sarana penyebaran penyakit atau keracunan. Air bersih yang sehat harus memenuhi
persyaratan Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No.416/MENKES/
PER/IX/1990. Adapun persyaratan air bersih sebagi berikut, sifat fisik: jernih, tidak
berwarna, tidak berasa, tidak berbau, temperature tidak melebihi suhu udara. Sifat
kimia: tidak mengandung unsure kimia yang bersifat racun dan tidak mengandung zat
yang meninmbulkan gangguan kesehatan, sedangkan syarat biologis adalah tidak
mengandung kuman parasit, kuman pathogen, dan bakteroi Eschercie coli. Ketentuan
bila dari pemeriksaan 100 cc air terdapat kurang dari 4 bakteri E. coli maka air
tersebut sudah memenuhi syarat kesehatan, dan syarat radioaktifnya adalah tidak
mengandung sinar alfa, sinar gama (Andhayani, 2012).
Proses pengolahan pangan membutuhkan air yang bersih dan bebas dari
mikroorganisme agar produk yang dihasikan juga bersih dan aman dikonsumsi.
Akir bersih adalah air yang digunakan untuk keperluan sehari-hari dan akan
menjadi air minum setelah dimasak terlebih dahulu. Air yang terkontaminasi oleh
bakteri pathogen sangat berbahaya untuk dikonsumsi atau untuk diminum. Ada
beberapa jenis bakteri yang termasuk kategori bakteri koliform yaitu Eschercia
coli, Enterococcus, dan Clostridium. Di Indonesia bakteri indicator air yang
terkontaminasi adalah Eschercia coli.
Metode yang digunakan pada praktikum kali ini adalah MPN (Most
Probable Number). Metode MPN merupakan uji deretan tabung yang
menyebarkan pertumbuhan koliform dalam sampel yang diuji. Metode MPN
menggunakan medium cair dalam wadah berupa tabung reaksi. Metode MPN
dilakukan perhitungan bersadarkan jumlah tabung yang positif yaitu tabung yang
mengalami perubahan pada mediumnya baik itu berupa perubahan warna atau
terbentuknya gelembung pas pada dasar tabung durham. Pada metode perhitungan
-1 -2 -3
MPN dilakukan bentuk 3 segi pengenceran yaitu yang pertama 10 , 10 , 10 .
Kemudian dari hasil perubahan tersebut dicari nilai MPNnya yang terdapat pada
table nilai MPN (Globel, 2008).
Berdasarkan hasil pengamatan sanitasi air dalam pengolahan bahan
pangan, dalam praktikum ini meliputi uji total mikroba dengan media Plate Count
Agar (PCA) dan uji penduga koliform dengan media Lactose Broth (LB). Sampel air
yang digunakan yaitu air isi ulang Seruni, air isi ulang Gomong, air isi ulang
Ampenan, air isi ulang Cemara, air isi ulang Kekalik, air kemasan Le Mineral,
Narmada, Cleo, Rinjani, dan Aqua. Sedangkan untuk sampel air sumur dan air sungai
diantaranya adalah air sumur Kekalik, air sungai UNRAM, air sumur Punia,
115
air sungai Ampenan, air sumur Dasan Agung, air sungai Pagesangan, air sumur
Ampenan, air sungai Kekalik, air sumur Gunung Sari, dan air sungai Udayana.
Uji total mikroba pada air isi ulang menghasilkan jumlah mikroba > 1,0
5
× 10 CFU/ml pada air isi ulang Seruni. Pada air isi ualng Gomong sebesar < 1,0
3 6
× 10 CFU/ml, air isi ulang Cemara sebesar 3,55 × 10 CFU/ml, pada air isi ulang
3
Kekalik 7,5 × 10 CFU/ml, dan dengan jumlah total mikroba tersedikit terdapat
3
pada air isi ulang Ampenan yaitu < 1,0 × 10 CFU/ml. Pada air kemasan
didapatkan jumlah total mikroba terbanyak yaitu pada air kemasan Aqua yaitu
2
sebesar > 1,0 × 10 CFU/ml. sedangkan untuk uji total mikroba pada air sumur
dan sungai didapatkan hasil total mikroba terbanyak terdapat di sungai Kekalik,
5
sungai Punia, dan sungai Udayana yaitu > 1,0 × 10 CFU/ml. Sedangkan total
mikroba tersedikit ada pada sumur dasan Agung dan sumur Ampenan dengan
4
besar < 1,0 × 10 CFU/ml.
Uji total mikroba pada air kemasan menghasilkan jumlah mikroba
4
terbanyak pada air kemasan Aqua, sebesar > 1,0 × 10 CFU/ml. Selanjutnya
jumlah total mikroba terbanyak pada air kemasan Le Mineral yaitu dengan jumlah
2
< 1,0 × 10 CFU/ml. Sedangkan untuk air kemasan Narmada, Cleo, dan Rinjani
menunjukkan jumlah mikroba terendah, dengan jumlah 0 CFU/mL.
Berdasarkan uji penduga koliform, dengan medium Lactose Broth (LB)
didapatkan hasil yang rata-rata memiliki gelembung, rata-rata produknya (+),
mengandung koliform. Air jernih terdapat pada sumur Ampenan dan sumur Dasan
Agung, dengan kenampakan air yang jernih. Pada uji selanjutnya yaitu penguat
koliform menggunakan media Berlian Green Lactose Broth) didapatkan hasil yang
sejalan dan sesuai dengan uji penduganya. Dimana pada uji penduga, sampel yang
positif (+), maka akan positif juga (mempertahankan dari apa yang telah diduga).
Standar Nasional Indonesia (SNI) NO. 6241: 2014 mensyaratkan air
5
yang baik mengandung cemaran miroba maksimal 1 × 10 koloni/ml. sehingga
tidak dapat ditentukan apakah air yang diuji tersebut kepala Badan Pengawas obat
dan makanan yang membatasi cemara mikroba pada air. Syarat-syarat air minum
adalah tidak berasa, tidak berbau, tidak berwarna, tidak mengandung
mikroorganisme yang berbahaya, dan tidak mengandung logam berat. BPOM
6
membatasi cemaran mikroba pada air minum sebesar 1 × 10 koloni/ml.
Tingginya nilai total mikroba yang ada di air sungai disebabkan oleh
pencemaran dari berbagai limbah seperti limbah rumah tangga ataupun limbah
lainnya. Pencemaran air adalah kondisi dimana terjadinyan perubahan pada kondisi
air yang ada disungai ataupun sumur. Ada banyak faktor yang menyebabkan air
tercemar, bisa berasal dari faktor alami dan faktor manusia. Faktor alami diantaranya
misalnya terjadinya berbagai bencana alam seperti gempa bumi, banjir, longsor,
aktivitas gunung berapi, badai, dan juga karena tanah dalam sumur.
116
Sementara dari faktor manusia bisa disebabkan karena ulah manusi membuang
sampah sembarangan, dan dari limbah berbagai pabrik.
Berdasarkan penelitian sebelumnya (Wulandari, 2015), semua depot air
isi ulang yang diobservasi memiliki tempat untuk pencucian gallon. Namun dalam
praktiknya, mereka sering tidak mencuci gallon. Apabila mereka tidak melihat
adanya lumut di dalam gallon, maka mereka hanya membilas dan tidak memcuci
gallon secara benar. Hal ini dapat menimbulkan kontaminasi terhadap air yang
akan dimasukan dalam gallon. Kemasan air minum isi ulang seharusnya tidak
terkontaminasi. Pasalnya kemasan yang terkontaminasi menjadi media berbagai
kuman yang menimbulkan berbagai penyakit seperti penyakit diare, tifus, hepatitis
A dan polio. Oleh karena itu seharusnya para karyawan depot mencuci semua
gallon sebelum diisi air minum isi ulang. Pada praktikum kali ini keberadaan
mikroba teebanyak terdapat di depot air isi ulang Seruni. Salah satu penyebab
terdapatnya kontaminasi tersebut adalah tidak adanya tindakan atau tidak
dilakukannya pencucian gallon secara rutin sebelum diisi ulang air minum.
117
KESIMPULAN
118
ACARA VI
UJI SANITASI MAKANAN JAJANAN SEKITAR KAMPUS
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Makanan jajanan merupakan makanan dan minuman yang dipersiapkan
dan atau dijual oleh pedagang kaki lima di jalanan dan di tempat-tempat
keramaian umum lain yang langsung dimakan atau dikonsumsi tanpa pengolahan
atau persiapan lebih lanjut. Makanan jajanan juga dikenal sebagai street food
adalah jenis makanan yang dijual di pedagang kaki lima, pinggiran jalan, di
stasiun, di pasar, tempat pemukiman serta tempat yang sejenisnya. Makanan
jajanan dapat dibagi menjadi empat kelompok, yaitu pertama makanan utama atau
“main dish” contohnya nasi rames, nasi rawon, nasi pecel, dan sebagainya. Yang
kedua panganan atau snack contohnya kue-kue, onde-onde, pisang goreng, dan
sebagainya. Yang ketiga adalah golongan minuman contohnya es teler, es buah,
teh, kopi, dawet, dan sebagainya; dan yang keempat adalah buah-buahan
contohnya mangga, jambu air, dan sebagainya (Mudjajanto, 2005).
Kualitas dari produk pangan untuk konsumsi manusia pada dasarnya
dipengaruhi oleh mikroorganisme. Mikroorganisme yang dapat tumbuh pada bahan
makanan diantaranya adalah bakteri dan kapang. Semua bakteri yang tumbuh pada
makanan bersifat heterotropik, yaitu membutuhkan zat organik untuk
pertumbuhannya. Dengan adanya keberadaan mikroorganisme di sekitar kita, maka
mikroorganisme itu juga dapat menguntungkan tetapi dapat juga merugikan, karena
apa kita tahu bahwa mikrobia dapat membuat makanan kita menjadi busuk, rusak,
tengik. Makanan itu dapat terkontaminasi oleh mikrobia karena dalam makanan
mengandung banyak sekali nutrien, yang mana kita tahu bahwa suatu mikrobia dapat
hidup dan berkembang bila terdapat nutrient. Maka itu tidak heran bila
119
makanan dapat mengalami pembusukan, karena makanan merupakan media yang
bagus untuk dapat tumbuh suatu mikroorganisme.
Berbagai macam uji mikrobiologis dapat dilakukan terhadap bahan
pangan. Meliputi uji kuantitatif mikroba untuk menentukan daya tahan suatu
makanan, uji kualitatif bakteri patogen untuk menenetukan tingkat keamanan.
Selain itu, uji indikator untuk menentukan tingkat sanitasi makanan tersebut.
Pengujian yang dilakukan terhadap tiap bahan pangan tidak sama tergantung
berbagai faktor, seperti jenis dan komposisi bahan pangan, cara pengepakan dan
penyimpanan serta komsumsinya, kelompok konsumen dan berbagai faktor
lainnya. Salah satu metode yang digunakan yaitu metode MPN yang biasanya
dilakukan untuk menghitung jumlah mikroba. Oleh karena itu penting dilakukan
praktikum ini guna mengetahui mikroba yang ada pada makanan jajanan.
Tujuan Praktikum
Adapun tujuan dari praktikum ini adalah untuk mengetahui tingkat sanitasi
dan jumlah mikroorganisme yang terdapat pada makanan jajanan sekitar kampus.
120
TINJAUAN PUSTAKA
121
sebagian besar golongan masyarakat. Dilain pihak makanan jajanan ini masih
mengandung risiko yang cukup potensial menyebabkan terjadinya penyakit atau
gangguan kesehatan, akibat penyelenggaraan yang kurang memperhatikan sanitasi
makanan. Hal ini dengan masih seringnya terjadi kasus-kasus keracunan makanan
diberbagai tempat (Hariyadi, 2009).
Hygiene sanitasi yang buruk dapat menimbulkan dampak terhadap
kesehatan. Menurut penelitian, ada hubungan yang bermakna antara kepadatan
lalat, perilaku ibu mencuci tangan, perilaku ibu menutup makanan, penggunaan
sumber air bersih serta air minum terhadap kejadian diare pada balita. Proses
pengolahan makanan, pencucian bahan makanan, hygiene penjamah makanan dan
sanitasi makanan berpengaruh dengan angka bakteri pada makanan. Makanan juga
dapat terkontaminasi melalui vector, salah satunya lalat. Lalat mencamari makanan
dan minuman oleh bakteri yang terbawanya setelah hinggap ditempat-tempat yang
kotor. Bakteri tersebut lalu termakan manusia dan dapat menyebabkan diare
(Ramadani, 2017).
Coliform, E. coli, faecal coliform dalam makanan dan minuman
merupakan indikator terjadinya kontaminasi akibat penanganan makanan dan
minuman yang kurang baik. Minimnya pengetahuan para penjaja makanan
mengenai cara mengelola makanan dan minuman yang sehat dan aman,
menambah besar resiko kontaminasi makanan dan minuman yang dijajakannya.
Makanan yang mengandung E. coli dapat menimbulkan penyakit yang pada
gilirannya dapat mengganggu proses belajar mengajar. Masalahnya, berapa besar
kontaminasi E. coli dalam makanan tersebut yang dijajakan pada beberapa kantin
dan pedagang. Oleh sebab itu, pengetahuan mengenai kualitas kesehatan makanan
yang dijajakan di dalam lingkungan sekolah perlu ditingkatkan lagi pemantauan
melalui pemeriksaan bakteriologis (Ningsih, 2014).
122
PELAKSAAN PRAKTIKUM
Prosedur Kerja
a. Uji Total Mikroba
Bahan
↓
Dihancurkan
↓
Ditimbang 5 gram
↓
-1
Dimasukkan ke 45 mL buffer fosfat (10 )
↓
-6
Dilakukan pengenceran sampai 10
123
↓
Diambil 1 mL menggunakan 3 pengenceran
-4 -5 -6
terakhir (10 , 10 , 10 )
↓
Dimasukkan ke cawan petri kosong (duplo)
↓
Dituangkan media PCA
↓
Diinkubasi pada suhu 37°C selama 48 jam
124
Diamati pembentukan gas dan kekeruhan
125
HASIL PENGAMATAN DAN PERHITUNGAN
Hasil Pengamatan
Tabel 6.1 Hasil Pengamatan Uji Total Mikroba
Media Plate Count Agar (PCA)
-4 -5 -6
Klp Sampel 10 10 10 CFU/gram
U1 U2 U1 U2 U1 U2
4
1 Cendol 22 13 2 32 6 94 <1.0 × 10
4
2 Nagasari 19 21 15 18 7 16 <1.0 × 10
7
3 Putu Mayang 4 4 23 80 33 36 3.45 × 10
4
4 Kue Bugis 10 4 3 16 23 6 <1.0 × 10
5
5 Bubur Ketan 46 41 12 24 14 5 4.35 × 10
6
6 Cerorot 3 36 41 25 12 32 3.3 × 10
6
7 Es Buah >250 >250 >250 >250 >250 >250 >1.0 × 10
4
8 Kue Lapis 8 7 5 6 4 9 <1.0 × 10
4
9 Bubur 4 1 22 14 3 5 <1.0 × 10
Kacang
Hijau
6
10 Pie >250 >250 53 87 42 24 7.0 × 10
Tabel 6.2 Hasil Pengamatan Uji Total Jamur
126
Tabel 6.3 Hasil Pengamatan Uji Penduga Coliform
Media LTB
-1 -2 -3
Kelompok Sampel 10 10 10 Keterangan
U1 U2 U3 U1 U2 U3 U1 U2 U3
1 Cendol + - - - - - - - - Ada gelembung
2 Nagasari - - - - + - - - - Ada gelembung
3 Putu Mayang + + + + + - + + - Ada gelembung
4 Kue Bugis - - + - - - - - - Ada gelembung
dan keruh
5 Bubur Ketan + - - - + - - - - Ada gelembung
6 Cerorot - - - - - + + - - Ada gelembung
7 Es Buah - - - - - - - - - Jernih
8 Kue Lapis + - - - - + - - - Ada gelembung
Bubur Ada gelembung
9 Kacang - + - - - + - - -
Hijau
10 Pie - - - - - - - + - Ada gelembung
dan keruh
Tabel 6.4 Hasil Pengamatan Uji Penguat Coliform
127
Hasil Perhitungan
6.1 Hasil Perhitungan Uji Total Mikroba
a. Cedol (Kelompok 1)
Pengenceran 10-
4
U1+U2 1
∑ koloni= 2 x Fp
22 + 13 1
= 2 x -4
10
4
= <1.0 x 10 CFU/ml
b. Nagasari (Kelompok 2)
Pengenceran 10-
4
U1+U2 1
∑ koloni= 2 x Fp
19 + 21 1
= 2 x
10-4
4
= <1.0 x 10 CFU/ml
-4
2 10
4
= <1.0 x 10 CFU/ml
128
U1+U2 1
∑ koloni= 2 x Fp
46 + 41 1
= 2 x -4
10
5
= <4.35 x 10 CFU/ml
f. Cerorot (kelompok 6)
Pengenceran 10-5
U1+U2 1
∑ koloni= 2 x Fp
41 + 25 1
= 2 x -5
10
6
= 3.3 x 10 CFU/ml
g. Es Buah (Kelompok
7) Pengenceran 10-4
U1+U2 1
∑ koloni= 2 x Fp
>250+ >250 1
= 2 x -4
10
4
= >1.0 x 10 CFU/ml
129
j. Pie (Kelompok 10)
Pengenceran 10-5
U1+U2 1
∑ koloni= 2 x Fp
53 + 87 1
= 2 x
10-3
6
= 7.0 x 10 CFU/ml
b. Nagasari (Kelompok 2)
Pengenceran 10-
1
U1+U2 1
∑ koloni= 2 x Fp
6+1 1
x
= 2 10-1
1
<1.0 x 10 CFU/ml
=
c. Putu Mayang (Kelompok
-1
3) Pengenceran 10
∑ koloni=U1+U2 x 1
2 Fp
= 11 + 8 x 1
2 10-1
1
= <1.0 x 10 CFU/ml
130
1+1 1
x
= 2 10-1
1
= <1.0 x 10 CFU/ml
f. Cerorot (kelompok 6)
-1
Pengenceran 10
U1+U2 1
∑ koloni= 2 x Fp
= 3 + >150 x 1
2 10-1
1
= >1.0 x 10 CFU/ml
g. Es Buah (Kelompok
7) Pengenceran 10-1
U1+U2 1
∑ koloni= 2 x Fp
0+0 1
x
= 2 10-1
1
= <1.0 x 10 CFU/ml
131
1
x
Fp
1
133
dan uji penguat coliform yang menggunakan media Lauryl Tryptose Broth (LTB)
dan Brillian Green Lactose Broth (BGLB). Pada uji penduga coliform akan
ditandai dengan adanya gelembung pada tabung durham yang menandakan adanya
pertumbuhan coliform pada sampel. Pengenceran yang digunakan pada uji
-4 -5 -6
mikroba yaitu 10 , 10 dan 10 , sedangkan pada uji total jamur, uji penduga
-1 -2 -3
coliform dan uji penguat coliform menggunakan pengenceran 10 , 10 dan 10 .
Berdasarkan praktikum uji sanitasi makanan jajanan sekitar kampus maka
diketahui hasil yang didapatkan pada uji total mikroba dengan sampel cendol,
nagasari, putu mayang, kue bugis, bubur ketan, cerorot, es buah, kue lapis, bubur
4 5
kacang hijau, dan pie berturut turut nilai CFU/gram yaitu <1.0 x10 ,4.35 × 10 , 3.3
6 6 4 4 6
× 10 , >1,0 × 10 , <1.0 × 10 , <1.0 × 10 dan 7.0 × 10 . Sedangkan untuk uji total
1
jamur pada sampel yang sama menunjukkan nilai CFU/gram <1.0 × 10 untuk
sampel cendol, nagasari, putu mayang, kue bugis, bubur ketan, es buah, bubur
1
kacang hijau dan pie. Sedangkan sampel cerorot nilainya yaitu >1.0 × 10
2
CFU/gram dan kue lapis 5.9 × 10 CFU/gram. Uji penduga coliform pada sampel
cendol, nagasari, kue bugis dan pie terdapat satu tabung yang positif terduga
adanya pertumbuhan coliform yang ditandai dengan adanya gelembung. Sampel
bubur ketan, cerorot, kue lapis dan bubur kacang hijau terdapat dua tabung yang
positif terduga adanya pertumbuhan coliform dan pada sampel putu mayang
terdapat tujuh dari sembilan tabung yang positif.
Uji penduga coliform dapat dilanjutkan dengan uji penguat coliform apabila
sampel positif terduga adanya coliform. Pada uji penguat coliform sampel yang positif
mengandung coliform diantaranya yaitu cendol, putu mayang, bubur ketan, cerorot,
kue lapis dan bubur kacang hijau yang ditandai dengan adanya gelembung dan sampel
terlihat keruh. Hal ini sesuai dengan pendapat (Pramana, 2010) bahwa ada atau
tidaknya bakteri coliform ditandai dengan tebentuknya asam dan gas yang disebabkan
karena terjadinya fermentasi laktosa oleh bakteri golongan coli. Terbentuknya asam
dilihat dari kekeruhan pada medium dan gas yang dihasilkan dapat dilihat dalam
tabung durham berupa gelembung udara. Tabung dinyatakan positif jika terbentuk gas
sebanyak 10% atau lebih dari volume tabung durham. Sampel yang positif nilai
MPN/gram berturut-turut yaitu 3.6, 210, 43, 6.1, 7.4 dan
134
7.4 sedangkan untuk sampel yang negatif yaitu nagasari, kue bugis, es buah dan
pie nilai MPN/gram <3.0.
135
KESIMPULAN
cendol, nagasari, putu mayang, kue bugis, bubur ketan, cerorot, kue lapis, bubur
kacang hijau dan pie. Sedangkan untuk uji penguat coliform sampel yang tidak
mengandung coliform diantaranya nagasari, kue bugis, es buah dan pie.
4. SNI 01-2897-1992 parameter mikrobiologis untuk kandungan mikroorganisme
5
patogen pada makanan dan minuman yaitu harus tidak lebih dari 10 CFU.
5. Faktor-faktor yang harus diperhatikan dalam pengolahan dna penyajian
makanan jajanan adalah sanitasi higiene yang baik dalam pengolahan,
penyimpanan dan penyajian serta tempat berjualan yang jauh dari sumber
kontaminasi.
136
DAFTAR PUSTAKA