Anda di halaman 1dari 2

NAMA : TINI HELAWATI

NIM : J1A017113
TUGAS PENYAKIT DAN MIKROBA PATOGEN PANGAN
STUDY KASUS KERACUNAN MAKANAN AKIBAT CLOSTRIDIUM

Satu keluarga terdiri ibu dan tiga anak serta seorang keponakannya di desa
Cipambuan kecamatan Babakan Madang keracunan usai menyantap makanan ikan dalam
kemasan kaleng. Ibu dan anak ini lalu dilarikan ke RS PMI Bogor. Sekitar pukul 06.00,
maryam memasak sarden untuk sarapan anak dan keponakannya, sebelumnya ikan dalam
kemasan itu dibelinya di warung dekat rumah. Tanpa membaca batas waktu yang boleh
dimakan, ibu tiga anak ini tetap memasaknya. Setelah menyantap masakan itu mendadak
putri bungsunya merasa pusing lalu muntah-muntah, kejadian serupa dialami ketiga kakaknya
dan sepupunya kemudian ibunya. Beruntung suaminya pulang dinas dan melihat kondisi istri,
anak, dan keponakannya mual – mual dan muntah, membuat suaminya bergegas
melarikannya ke klinik terdekat.
Dari kasus diatas dapat disimpulkan bahwa jenis keracunan nya adalah food
intoxication/foodborne botulism yang bersumber dari ikan kaleng (sarden) dengan gejala
yang mengarah pada bakteri Clostridium Botulinum sebagai penyebabnya dikarenakan efek
yang dialami oleh pasien seperti mual, muntah, dan pusing. Keracunan makanan kaleng
adalah kondisi dimana bila seseorang mengalami gangguan kesehatan setelah mengkonsumsi
makanan yang terkontaminasi bakteri atau racun yang dihasilkan oleh bakteri penyakit.
Adapun gejala – gejala keracunan Clostridium botulinum yaitu:
 Gejala pertama biasanya berupa mulut kering, penglihatan ganda, penurunan
kelopak mata dan ketidakmampuan untuk melihat secara fokus terhadap objek yang
dekat, refleks pupil berkurang atau tidak ada sama sekali.
 Pada beberapa penderita, gejala awalnya adalah mual, muntah, kram perut dan
diare. Pada penderita lainnya gejala-gejala saluran pencernaan ini tidak muncul,
terutama pada penderita wound botulism.
 Penderita mengalami kesulitan untuk berbicara dan menelan
 Sembelit dan kemudian terjadi kelumpuhan saraf dan otot. Masalah yang
ditimbulkan bervariasi mulai dari kelesuan yang ringan, lemas, kesulitan menelan,
sampai kehilangan ketegangan otot dan gangguan pernafasan.
Pengobatan untuk mengeluarkan toksin yang tidak diserap dilakukan dengan
perangsangan muntah, pengosongan lambung melalui lavase lambung, dan pemberian obat
pencahar untuk mempercepat pengeluaran isi usus, jika terjadi gangguan pernafasan maka
penderita diberi alat bantu pernafasan, pemberian antitoksi segera mungkin setelah terjadinya
gejala untuk memperlambat dan menghentikan kerusakan fisik yang lebih lanjut.
Selain itu dapat pula dilakukan pencegahan untuk meminimalisir terjadinya keracunan
makanan kaleng yaitu sebagai berikut:
1. Penting untuk memanaskan makanan kaleng sebelum disajikan, pemanasan pada
suhu 80o C selama 30 menit dapat menhancurkan toksin dan mencegah foodborne
botulism. Makanan kaleng yang sudah rusak bisa mematikan dan harus dibuang bila
kalengnya penyok atau bocor, harus segera dibuang.
2. Toksin yang masuk kedalam tubuh manusia, baik melalui saluran pencernaan, udara
maupun penyerapan melalui mata atau luka di kulit, bisa menyebabkan penyakit
yang serius. Karena itu, makanan yang mungkin sudah tercemar, sebaiknya segera
dibuang.
3. Hindari kontak kulit dengan penderita dan selalu mencuci tangan setelah mengolah
makanan.

Anda mungkin juga menyukai