RESTY FATMARIYANTI
F24160027
LEMBAR PENGESAHAN
Bogor, 2019
Disetujui oleh,
Pembimbing Praktik Lapangan
(...................................................)
Hermawan Budiarto
Diketahui oleh,
Pembimbing Akademik
PRAKATA
Bogor, 2019
Resty Fatmariyanti
iii
DAFTAR ISI
Parameter RO 33
Parameter Kembung 33
Parameter Kadar Air 33
Pengujian Produk Sebelum Penyimpanan 34
PEMBAHASAN ........................................................................................... 35
Pengawasan dan Pengendalian Mutu secara Umum 35
Pengawasan Mutu Pengemasan Sukro BBQ 36
Pengawasan mutu brutto produk 36
Pengendalian mutu sebelum penyimpanan produk 41
PENUTUP .................................................................................................... 43
Simpulan 43
Saran 44
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................... 44
LAMPIRAN ................................................................................................. 46
DAFTAR TABEL
DAFTAR GAMBAR
DAFTAR LAMPIRAN
Latar Belakang
kemampuan intelektual, namun juga hardskill dan softskill. Oleh karena itu,
penulis melakukan praktik lapangan di PT Dua Kelinci untuk mempelajari
pengawasan dan pengendalian mutu produk dan pengemasan sukro BBQ di
perusahaan tersebut.
Tujuan
METODE
Metode Pelaksanaan
Penjelasan Singkat
Penjelasan singkat dari pembimbing lapangan atau wakil dari pihak
perusahaan berupa prosedur dan aturan dalam pelaksanaan praktik lapangan.
Observasi di Lapangan
Observasi langsung di lapangan terhadap aspek proses pengolahan
dan permasalahan berdasarkan topik yang ada, yaitu Mempelajari
Pengawasan dan Pengendalian Mutu Produk Sukro BBQ di PT Dua Kelinci.
Praktik Langsung
Kegiatan praktik lapangan dilakukan secara langsung bertujuan
memperoleh pengetahuan dan pengalaman dalam dunia kerja, serta
menjalankan studi kesesuaian antara teori dan aplikasi keilmuan. Hal ini lebih
difokuskan pada aspek permasalahan pada Pengawasan dan Pengendalian
Mutu Produk Sukro BBQ di PT Dua Kelinci.
Studi Pustaka
Studi pustaka dilakukan dengan mencari referensi dan literatur yang
berkaitan dengan kegiatan yang dilakukan, baik berasal dari studi pustaka
maupun data dan informasi yang diperoleh dari industri. Studi pustaka juga
sebagai data pelengkap dan perbandingan, serta mencari alternatif pemecahan
permasalahan sesuai dengan ilmu yang dikaji dan pendapat para ahli
mengenai hal tersebut.
Penyusunan Laporan
Penyusunan laporan dari praktik lapangan ini dilakukan dengan
menganalisis data dan informasi yang diperoleh sehingga dapat dituangkan
secara sistematis dan rinci ke dalam bentuk laporan praktik lapangan.
Struktur Organisasi
Kepala Divisi
Kepala Divisi pada divisi kacang atom bertugas untuk bertanggung
jawab terhadap seluruh kegiatan produksi pada divisi kacang atom, memantau
aktivitas proses produksi produk kacang atom secara keseluruhan,
berkoordinasi dengan divisi lain untuk keberlangsungan proses produksi serta
memimpin jalannya rapat pada divisi kacang atom dan antar divisi di
perusahaan.
Asisten Divisi
Asisten Divisi pada produk kacang atom mempunyai tugas
bekerjasama terhadap kepala divisi dalam menjalankan tugas, serta membuat
target produksi selama satu periode.
Ketenagakerjaan
Waktu Kerja
Berdasarkan jadwal jam kerja, yaitu tenaga kerja shift dan non-shift.
Tenaga kerja non-shift bekerja mulai pukul 07.00 hingga pukal 15.00 selama
6 hari kerja dalam seminggu, sedangkan tenaga kerja shift bekerja setiap hari
selama 24 jam berdasarkan pembagian shift yaitu pagi, siang, dan malam. Jam
kerja shift dan non shif dapat dilihat pada tabel 3 dan tabel 4.
Sertifikat CPPOB
Cara produksi Pangan Olahan yang Baik (CPPOB) adalah pedoman
yang menjelaskan bagaimana memproduksi pangan olahan agar aman,
bermutu dan layak untuk dikonsumsi. Sertifikat ini diberikan oleh Badan
POM RI. Sertifikat CPPOB dapat dilihat pada Lampiran 2a.
Sertifikat HACCP
Hazard Analysis Critical Control Point (HACCP) merupakan
merupakan sebuah metode operasi yang terstruktur yang dikenal secara
internasional yang bisa membantu organisasi dalam industri makanan dan
minuman untuk mengidentifikasi resiko keamanan pangan, mencegah bahaya
10
Sertifikat Halal
Sertifikat Halal merupakan sertifikat yang dikeluarkan oleh MUI yang
menyatakan kehalalan sap produk sesuai dengan syariat islam. Sertifikat
dapat dilihat pada Lampiran 2f.
Budaya
Kacang Bersalut
Kacang Garing
Kacang-Kacangan
13
Snacks
Wafer
Ose
Ose merupakan istilah untuk kacang tanah yang telah dipisahkan dari
kulitnya. Kacang tanah yang digunakan oleh PT Dua Kelinci didatangkan dari
supplier yang berasal dari Jombang, selain itu, untuk memenuhi kebutuhan
bahan baku produksi, kacang tanah juga di impor dari India. Jenis ose yang
digunakan untuk pembuatan sukro BBQ maupun Original adalah ose jenis
OB. Tahap pengecekkan ose sebelum penyimpanan dan digunakan untuk
proses produksi dilakukan oleh QC bagian Agro. Ose yang diterima adalah
ose dengan standar mutu yang tercantum pada tabel 6.
dilewati oleh ose berdasarkan ukuran. Pada ayak susun terdapat lubang
dengan ukuran 5 mm, 7 mm, 8 mm, dan 9 mm. Selanjutnya ose tiap ukuran
akan dialirkan pada elevator menuju sackbin. Sackbin yang digunakan dapat
menampung ose hingga 4 ton yang selanjutnya akan dikeluarkan untuk di
sortir pada mesin anysort. Sebelumnya ose dialirkan kembali ke mesin
destoning 3 yaitu destoning dengan bloower yang udaranya akan
menghilangkan residu yang masih tersisa.
6. Anysort
Tahap penyortiran ose pada mesin anysort dilakukan dengan 7 bagian
output. Pada bagian 1, 2, dan 3 ose termasuk dalam kriteria normal yang akan
di sortir ulang hingga memenuhi standar lalu masuk ke bagian 4 dan 5 yang
merupakan bagian ose dengan kualitas baik sehingga langsung dapat disortir
final. Sedangkan pada bagian 6 merupakan ose yang pecah yang akan dijual
kembalidan bagian 7 merupakan ose busuk yang akan masuk ke limbah.
7. Sortir final
Tahapan sortir final ose dilakukan secara manual oleh pekerja untuk
memisahkan kembali ose yang masih belum memenuhi standar. Tahapan
sortir manual untuk memisahkan ose yang pecah atau busuk. Sortir final
berjalan pada belt conveyor lambat lalu menuju sackbin penyimpanan untuk
ose yang lolos standar. Kemudian, ose dikeluarkan dari sackbin dan akan
ditimbang dengan berat 10 kg pada krat. Ose akan langsung di kirim ke divisi
kacang atom untuk proses produksi selanjutnya.
Tepung Tapioka
Tepung yang digunakan untuk bahan baku pembuatan kacang atom
menggunakan beberapa jenis tepung dari supplier yang berbeda. Berdasarkan
cara pengeringan, terdapat dua jenis tepung yang digunakan yaitu tepung
semi oven dan tepung matahari. Tepung melewati pengecekkan mutu standar
yang telah ditetapkan untuk selanjutnya dapat disimpan dan digunakan.
Tepung yang yang lolos standar akan disimpan dan dikirimkan ke bagian
persiapan tepung, sedangkan tepung yang tidak memenuhi standar akan
dikembalikan ke supplier. Standar mutu penerimaan tepung tapioka di PT
Dua Kelinci berbeda untuk setiap supplier menurut SNI 3451:2011 terdapat
pada tabel 7.
18
Minyak Goremg
Minyak goreng akan digunakan untuk proses penggorengan kacang
atom di datangkan dari berbagai supplier. Penggunaan minyak goreng pada
proses penggorengan berdasarkan kadar TBHQ (tert-butylhydroquinone)
dalam minyak. Penentuan kadar TBHQ berasal dari supplier. Dalam proses
QC penerimaan minyak goreng, uji dilakukan secara organoleptik oleh bagian
QC penerimaan seperti uji bau, uji warna dan uji rasa. Syarat penerimaan
minyak di PT Dua Kelinci adalah minyak memenuhi standar mutu yang telah
ditetapkan yaitu pada tabel 8.
19
Garam
Proses produksi sukro tentunya menggunakan garam dalam
membentuk adonan jladren. Garam yang digunakan adalah garam cucian,
yaitu garam yang telah melewati tahap pencucian untuk meningkatkan
kandungan NaCl dan menghilangkan kandungan bahan pengotor tidak
terlarut seperti tanah, debu, pasir, serta bahan pengotor terlarut seperti ion
magnesium (Mg), kalsium (Ca), sulfat (SO4) dan kalium (K) (Sumada K et
al. 2016). Standar mutu penerimaan garam oleh QC non Agro adalah sebagai
berikut.
Proses Produksi
Formulasi Jladren
Jladren merupakan campuran tepung dan bumbu-bumbu tambahan
yang dicampur dengan air panas sehingga dihasilkan adonan tepung
berbentuk seperti gel. Jladren digunakan untuk bahan coating ose bersama-
sama dengan tepung lapisan dalam dan luar. Jladren dibuat sesuai dengan
komposisi yang ditetapkan agar dihasilkan coating yang sesuai standar.
Bahan bahan dalam pembuatan jladren yaitu tepung, TJL (Tepung Jladren
Lokal), pasta bawang putih, bawang merah, air garam, gula, aspartam, dan
bumbu tambahan lain. Bumbu-bumbu telah dipaketkan oleh bagian formulasi
sehingga pada tahapan ini bumbu langsung dapat digunakan seluruhnya.
Mesin yang digunakan dalam pembuatan jladren ini terdiri dari mixer kecil
dan mixer besar. Mixer kecil berukuran 500 liter digunakan untuk melarutkan
garam, sedangkan mixer besar berukuran 2000 liter untuk mixing semua
bahan dan bumbu lainnya.
original jladren yang telah jadi akan dialirkan langsung ke bagian molen
melewati pipa sehingga dapat dikeluarkan langsung dari keran.
Pemolenan
Proses pemolenan merupakan proes penyalutan ose dengan jladren
dan tepung. Tepung yang digunakan pada pross pemolenan terdapat 2 jenis
dengan komposisi yang berbeda yaitu tepung untuk lapisan dalam dan tepung
untuk lapiasan luar. Penyalutan ose menggunakan mesin yang berbentuk
seperti molen berputar yang dioperasikan oleh satu orang pekerja. Kecepatan
molen saat proses penyalutan adalah 30 putaran/menit, sedangkan saat molen
proses pengeluaran atau pembongkaran kecepatannya 10 putaran/menit. Alat
pemolenan dapat dilihat pada gambar 3.
Selain itu terdapat standar kadar air kacang atom mentah setelah pemolenan
yaitu > 30%.
Pengayakan
Proses selanjutnya adalah pengayakan yang bertujuan memisahkan
kacang atom yang tidak memenuhi standar berdasarkan ukurannya. Alat yang
digunakan pada pengayakan memiliki 3 ukuran ayakan.
Penggorengan
Kacang atom yang telah lolos standar ayakan akan langgung menuju
penggorengan.proses penggorengan dilakukan dengan menggunakan alat
continous frying. PT Dua Kelinci mempunyai tiga continous frying yaitu CF
A, CF B, CF C. Proses penggorengan kacang atom sukro BBQ hanya
menggunakan CF B dan CF C karena lebih efisien untuk selanjutnya
dilakukan proses seasoning. Setiap CF memiliki kapasitas / ukuran panjang
yang perbeda sehingga pengaturan pada alat juga berbeda. Dalam continous
frying terdapat dua step penggorengan, pada step 1 penggorengan bertujuan
untuk proses pengembangan kacang atom sedangkan step 2 bertujuan untuk
mematangkan kacang atom dan mengurangi kadar air. Penggorengan step 1
dan step 2 terdapat pengaturan suhu yang berbeda pada setiap CF yang
digunakan. Suhu step 1 pada CF B rata-rata adalah 130 – 135 oC dan pada CF
C rata-rata 133 – 136 oC. Pada step 2, pengaturan suhu CF B rata-rata 158 –
163 oC dan pada CF C rata-rata 168 – 172 oC. Suhu step 2 pada CF C lebih
25
Penirisan
Kacang atom sukro base BBQ yang telah matang akan melalui tahap
penirisan menggunakan mesin ayak tiris. Prinsip kerja mesin ayak ini akan
bergetar saat kacang melewati mesin tersebut untuk menghilangkan minyak
yang menempel dan minyak akan turun melalui celah lubang pada mesin.
Tahap penirisan berjalan selama 5 menit dan dipastikan agar minyak telah
ditiriskan secara merata. Penirian dilakukan untuk mencegah terjadinya
oksidasi dan ketengikan pada sukro.
26
Pengovenan I
Proses pengovenan I dilakukan saat proses menggunakan CF A,
sedangkan jika menggunakan CF C tidak terjadi proses pengovenan tetapi
tetap dilewatkan pada oven untuk dialirkan pada tahap berikutnya. Oleh
karena pada CF C tidak dilakukan pengovenan I maka suhu penggorengan
step 2 lebih tinggi. Proses pengovenan dilakukan untuk mengurangi kadar air
kacang atom sehingga memenuhi standar kadar air base BBQ setelah
pengovenan yaitu 3.20 %. Pada proses pengovenan, kacang atom masuk pada
oven dengan suhu antara 112 – 124 oC. Kacang melawati tiga lapisan
horizontal pada oven agar produk mendapatkan panas yang merata. Kacang
atom yang telah melewati 3 lapisan akan keluar melalui outlet oven kemudian
melalui tray untuk proses seasoning.
Pengayakan
Kacang yang telah dioven sebelumnya melewati belt conveyor dan
ayakan yang akan memisahkan kacang berdasarkan ukuran. Tahap ini
dilakukan agar menghasilkan kacang atom dengan ukuran yang sama dan
sesuai standar. Mesin ayakan dibagi menjadi 3 output. Ayakan pertama
memisahkan base BBQ yang telah memenuhi standar, ayakan kedua
memisahkan base BBQ yang berukuran besar dikarenakan lengket satu sama
lain, dan ayakan ketiga memisahkan remahan sukro kacang yang pecah dan
terpisah dari kulitnya. Selanjutnya produk yang telah lolos ayakanakan
menuju belt conveyor untuk selanjutnya dilakukan proses seasoning.
27
Seasoning
Tahap seasoning dilakukan pada proses produksi kacang atom BBQ.
Alat yang dignakan adalah rotary drum. Prinsip alat ini adalah kacang dari
belt conveyor masuk pada drum yang berputar bersama dengan bumbu cair
dari selang. Bumbu BBQ yang berbentuk cair ditampung pada tangki
penampung yang kemudian dialirkan melalui selang. Pengisian bumbu
dilakukan secara manual oleh pekerja dengan standar bumbu ditambahkan
hingga ketinggian 17 cm dari permukaan. Bumbu ditambahkan kembali
sebelum bumbu dalam tangki habis. Frekuensi keluarnya bumbu BBQ saat
proses seasoning mencapai 11.4 Hz. Proses seasoning berjalan selama 8
menit hingga bumbu merata dengan kapasitas 17.79 kg/min dan kecepatan
drum berotasi 2.1 rpm.
Pengovenan Akhir
Proses pengovenan akhir dilakukan untuk menurunkan kadar air
sukro yang telah diberi seasoning. Pengovenan dilakukan pada suhu 123 oC
dengan kecepatan elevator sebesar 68 Hz, kecepatan outletnya berkisar 21
Hz, kecepatan inlet sekitar 13.5 Hz, berat beban sekitar 4.5 ton. Pengovenan
membutuhkan waktu selama 17 menit dari ayak tiris menuju ke pengovenan
hingga sebelum sortir final. Pengovenan akhir sama seperti pengovenan
sebelumnya, kacang atom akan melewati tiga lapisan horizontal agar
mendapat panas yang merata. Setelah melewati oven, kacang atom akan
keluar melalui outlet menuju tray dan akan melewati blower. Blower
berfungsi untuk menurunkan suhu kacang atom sehingga tidak terlalu panas
untuk selanjutnya dilakukan sortir final.
Standar yang diperiksa pada kacang atom setelah pengovenan adalah
kadar air dan kerenyahan produk standar kadar air kacang atom setelah
pengovenan adalah 3.5 %. Kadar air akan diperiksa oleh bagian QC dan
bagian produksi. Bagian QC akan memeriksa kadar air produk pada waktu
awal, tengah dan akhir pada setiap shift, sedangkan bagian produksi akan
memeriksa kadar air pada setiap jam produksi. Standar kerenyahan dilakukan
secara organoleptik oleh bagian produksi, jika dirasa sudah renyah maka
produk dapat lolos ke proses selanjutnya.
Sortir Final
Tahap sortir final dilakukan untuk memisahkan kacang atom yang
tidak sesuai standar sebelum di kemas. Sortir dilakukan pada belt conveyor
secara manual oleh pekerja. Kacang atom dipisahkan dari kacang yang
gembung, gepeng, hangus, bentuk tidak rata, berkerik, pecah, terdapat benda
asing, gandeng, dan kotor. Selain itu, uji organoleptik juga dilakukan
pengecekkan ditempat dengan mengambil 10 butir dengan parameter rasa
28
BBQ dan renyah. Setelah disortir, kacang yang lolos akan langung dinaikkan
menuju sack bin untuk proses pengemasan.
Pengemasan
Proses pengemasan kacang atom di bagi menjadi 3 kemasan, yaitu
kemasan primer, sekunder dan tersier. Pengemasan primer produk
menggunakan mesin otomatis yaitu ching fong untuk kemasan 20 g dan
kawashima untuk kemasan besar 140 g. Pada tahap pengemasan primer
digunakan plastik material yang berbeda untuk setiap ukuran. Pengaturan
mesin juga diperlukan agar hasil pengemasan dapat sesuai standar.
Pengaturan suhu digunakan pada sealing kemasan. Suhu long seal adalah 100
o
C sedangkan suhu end seal mencapai 148 oC, lebih tinggi agar menghasilkan
sealing yang sempurna (tidak bocor). Sebelum pengemasan primer produk
dipastikan suhu kacang tidak melebihi 50°C agar tidak merusak kemasan.
Kondisi kemasan kacang atom standar adalah tidak kempes, tidak bocor
(bocor body film, bocor karena film melipat, bocor antara sambungan film,
dan bocor karena kemasan film nyacah).
Proses packing menggunakan 2 jenis kemasan, yaitu kemasan kecil
ukuran 20 gram dalam bentuk renteng, 1 renteng berisi 10 pcs yang
dimasukkan ke dalam plastik berjenis PP (polipropilen), dan kemasan besar
berukuran 40 gram, 70 gram, 90 gram, 140 gram, dan 225 gram. Kemasan
besar dikemas dengan menggunakan karton dengan isi 40 pcs. Setelah
dikemas produk berjalan menuju mesin x-rays untuk memastikan tidak ada
benda asing pada produk. Setelah lolos dari mesin x-rays, produk sukro 20 g
dikemas dalam bentuk bal dan langsung dikemas dengan karung plastik, 1 bal
berisi 6 renteng dan 1 karung berisi 10 bal. Kemasan besar, setelah lolos
mesin x-rays dimasukkan ke dalam karton dan diangkut ke gudang untuk
disimpan sebelum didistribusikan.
Penyimpanan
Produk yang telah dikemas dengan kemasan primer, sekunder dan
tersier di tempat produksi akan dikirim ke bagian penyimpanan di gudang
dengan suhu ruangan yaitu 29 – 30 oC. Produk akan dikelompokkan dan
ditumpuk sesuai dengan jenis produk. Sistem penyimpanan ditumpuk di
gudang dengan dengan palet kayu dan plastik. Poduk ditumpuk dibedakan
dan dipisahkan antara tumpukan palet bal, karton, dan karung. I palet dapat
ditumpuk mnjadi 44 bal dan 20 karung per palet. Produk yang masuk ke
gudang harus memiliki status OK dari bagian produksi kemudian melalui
tahap transfer administrasi untuk mendapatkan status isolasi kode produksi
berdasarkan minggu produksi. Kemudian produk dipindahkan oleh picker
menuju storage. Jika ada permintaan produk diambil dan dicek kesesuaian
nya. Masa simpan produk berbeda-beda yaitu untuk kemasan besar masa
simpannya 1 tahun sedangkan untuk kemasan kecil masa simpannya 10
bulan. PT Dua Kelinci menggunakan sistem First In First Out sehingga
produk tidak akan terbuang ataupun terlalu lama tersimpan didalam gudang.
Penyimpanan produk berada dalam ruangan besar dengan bagian depan yang
terbuka untuk bongkar muat produk dari truk.
Mutu Sealing
Parameter RO
Parameter Kembung
Uji kadar lemak, angka peroksida dan asam lemak bebas (ALB)
Uji kadar lemak, angka peroksida, dan asam lemak bebas dilakukan
pada minyak goreng dan produk kacang atom. Uji kandungan lemak total
hanya dilakukan jika ada permintaan, baik dari distributor atau lainnya.
Standar angka peroksida pada minyak goreng dan kacang atom adalah 10 mek
O2/mL. Standar kadar asam lemak bebas pada minyak goreng dan kacang
atom adalah 0.5%. Uji kandungan lemak total menggunakan metode Soxhlet
standar AOAC, uji angka peroksida (PV) dan uji asam lemak bebas (FFA)
juga menggunakan standar AOAC.
Uji aflatoksin
Uji aflatoksin pada kacang atom dilakukan menggunakan test kit
dengan indikator 4, 10, dan 20 ppb aflatoksin. Jika test kit menunjukkan
indikator lebih dari 20 ppb maka kadar aflatoksin diuji menggunakan metode
ELISA, sehingga didapat kadar aflatoksin sebenarnya. Standar kadar
aflatoksin pada produk kacang atom maksimal adalah 20 ppb. Uji aflatoksin
dilakukan 6 bulan sekali atau jika ada permintaan dari distributor.
Uji mikroba
Uji mikroba yang dilakukan pada produk kacang atom meliputi uji
Angka Lempeng Total (TPC), uji kapang dan khamir, uji Enterobacteria, uji
Staphylococcus aureus, uji Salmonella sp. , uji koliform dan uji E. coli.
Jumlah standar mikroba dalam kacang atom dapat dilihat pada Tabel 17.
Jenis uji n c m M
2 3
ALT 5 2 5x10 koloni/ g 5x10 koloni/ g
Enterobacteriaceae 5 2 10 koloni/ g 102 koloni/ g
Salmonella 5 0 negatif/ 25 g NA
2
Kapang dan khamir 5 2 10 koloni/ g 10 koloni/ g
Sumber: Quality Assurance PT Dua Kelinci
35
PEMBAHASAN
Gambar 11 I Chart (atas) dan Moving Range Chart (bawah) brutto sukro
BBQ
Gambar 13 Hasil uji lanjut “normal” capability analysis brutto sukro BBQ
permukaan converor yang tidak rata dan runcing yang menyebabkan kemasan
bocor. Kebocoran dapat disebabkan juga oleh mutu film dan pengaturan suhu
sealer. Selain itu dapat terjadi saat pemberian label pada plastik bal, penser
bal mengenai produk sehingga produk bocor. Dapat disimpulkan bahwa
kebocoran produk dapat terjadi karena tiga faktor yaitu mesin, film dan
pekerja yang kurang teliti. Penanggulangan dari kedua faktor tersebut adalah
dapat dilakukan sanitasi, perbaikan serta pengaturan ulang pada mesin,
pengecekkan film dan pengaturan temperatur pada sealer, serta
mengembangkan SDM dengan memberikan edukasi agar lebih telaten dalam
bekerja. Pengendalian terhadap produk yang tidak sesuai dengan standar
kemudian ditanggulangi baik oleh tim QC maupun oleh tim QA.
Kadar asam lemak bebas dan angka peroksida harus diuji untuk
mengendalikan mutu produk. Kadar asam lemak bebas yang terkandung
dalam minyak nabati dapat menjadi salah satu parameter penentu kualitas
minyak tersebut. Besarnya asam lemak bebas dalam minyak ditunjukan
dengan nilai angka asam. Angka asam yang tinggi mengindikasikan bahwa
asam lemak bebas yang ada di dalam minyak nabati juga tinggi sehingga
kualitas minyak justru semakin rendah (Winarno 2004). Minyak goreng dan
kacang atom memiliki kadar peroksida maksimal 10 mek O2/ kg dan kadar
asam lemak bebas maksimal 0.5%. Menurut standar SNI 01-3741-2002,
kadar asam lemak bebas maksimal 0.6% dan kadar peroksida maksimal
adalah 10 mek O2/ kg pada produk, sehingga minyak yang digunakan dalam
proses produksi sudah sesuai dengan standar SNI.
Aflatoksin adalah salah satu jenis mikotoksin yang dihasilkan oleh
kapang Aspergillus flavus. Aflatoksin dalam konsentrasi yang tinggi dapat
menyebabkan penyakit akut dan kematian, sedangkan konsentrasi rendah dan
dalam jangka panjang dapat menyebabkan nekrosis pada sel hati dan ginjal
(Didwania dan Joshi, 2013). Dari semua jenis aflatoksin, AFB1 paling toksik
dan bersifat karsinogen yang diklasifikasi dalam kelas 1, sehingga seringkali
dipakai sebagai ambang batas maksimum aflatoksin dalam bahan pangan dan
pakan (Williams et al. 2004). Standar kadar aflatoksin total pada produk
kacang atom maksimal adalah 20 ppb. Menurut SNI 7385-2009, komoditas
kacang tanah dan olahannya memiliki ambang batas aflatoksin, yakni 15 ppb
untuk aflatoksin B1 dan 20 ppb untuk total aflatoksin. Sehingga standar mutu
kadar aflatoksin produk kacang atom telah sesuai dengan standar SNI yang
berlaku. Codex Alimentarius Commision (FAO) menetapkan ambang batas
15 ppb untuk total aflatoksin (B1, B2, G1 and G2) pada kacang tanah yang
siap diolah lebih lanjut (Anukul et al. 2013). Amerika Serikat (FDA)
menetapkan angka yang sedikit lebih tinggi, yakni 20 pbb, sementara ambang
batas Uni Eropa jauh lebih rendah, yakni 4 ppb (Luttfullah dan Hussain 2011).
Kriteria mikrobiologi pada pangan adalah suatu metrik manajemen
risiko yang menunjukkan keterimaan suatu pangan atau kinerja suatu
pengendalian proses atau sistem keamanan pangan yang merupakan hasil dari
suatu pengambilan contoh/sampling dan pengujian/ testing mikroba,
toksin/metabolitnya atau penanda yang berhubungan dengan kepatogenan
atau sifat lainnya, pada titik tertentu dalam suatu rantai pangan (Codex 2012).
Umumnya, kriteria mikrobiologi diaplikasikan untuk penerimaan atau
penolakan bahan baku, bahan tambahan, produk dan lot oleh pemerintah atau
industri. Kriteria mikrobiologi dapat digunakan pula untuk menentukan
proses produksi telah sesuai dengan prinsip umum higyene pangan.
Bagi pemerintah, kriteria mikrobiologi diberlakukan wajib dalam
bentuk peraturan dan digunakan untuk menetapkan atau memeriksa
kesesuaian dengan persyaratan mikrobiologi. Sedangkan bagi industri, selain
43
PENUTUP
Simpulan
Saran
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
(a) (b)
(c) (d)
(e) (f)
1