Anda di halaman 1dari 11

LAPORAN PRAKTIKUM

TEKNOLOGI PENGEMASAN DAN PENYIMPANAN

BAB XI

BAHAN KEMASAN LOGAM

Di Susun Oleh:

Indri Permana (B.1610201)

FAKULTAS ILMU PANGAN HALAL

TEKNOLOGI INDUSTRI PERTANIAN

UNIVERSITAS DJUANDA BOGOR

2019
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang


Secara umum kemasan logam dibedakan menjadi : (1) Kaleng Logam, merupakan salah
satu kemasan logam tertua, terutama untuk mengemas produk pangan olahan (diawetkan),
(2) Alumunium dan paduannya (alloy), digunakan untuk kemasan fleksibel atau semi
fleksibel seperti dalam bentuk foil atau collapsibel tube dan (3) wadah komposit yang
merupakan hasil gabungan dua lebih bahan kemasan : plastik, alumunium foil, kertas, dan
atau logam.
Enamel kaleng adalah bahan organik yang dilapiskan pada kaleng untuk
mempertahankan daya tarik makanan yang dikalengkan, memperbaiki penampakan bagian
dalam dan luar wadah dan memperpanjang umur pakai wadah kaleng. Disamping itu
pelapisan enamel tersebut juga sangat berguna secara ekonomis, karena dengan cara ini dapat
digunakan kaleng dengan pelapisan timah yang lebih tipis, yang tentunya lebih murah
harganya.
Beberapa syarat bahan enamel untuk kaleng diantaranya adalah 1) tidak memberi atau
mengubah baud an citarasa, 2) diperbolehkan kontak makanan, 3) dapat melapisi kaleng
dalam jangka waktu lama, 4) tidak mudah mengelupas dan, 5) harus tahan pada suhu tinggi.
Untuk itu sangat diperlukan pengujian terhadap lapisan enamel suatu wadah kaleng. Sifat
penodaan suatu enamel dapat dievaluasi baik dengan menggunakan air maupun sari buah
jeruk atau sari sayuran lain.

1.2 Tujuan
Tujuan praktikum ini adalah untuk mengamati apakah kemasan logam yang ada di pasar
(kaleng) mempuyai sifat fisik yang sesuai dengan kriteria yang ditentukan (evaluasi seam).
Dan umtuk sifat alimunium foil dan paduannya (kemasan fleksibel), yaitu gramatur, densitas,
kekakuan tarik, perpanjangan putus dan ketahanan gesek.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

Logam adalah bahan pengemas yang paling serbaguna. Logam menawarkan kombinasi
dari keamanan fisik, dapat dibentuk, sebagai unsur dekoratif, dapat didaur ulang dan dapat
diterima oleh masyarakat. Dua jenis logam yang paling banyak digunakan yaitu aluminum
dan baja (Marsh et al., 2007). Kemasan pangan berbahan dasar logam memiliki pengertian
kemasan yang menggunakan logam untuk dijadikan bahan pelindung pangan (Yuyun, 2011).
Bahan kemasan logam yang dimaksud adalah bahan logam yang menggunakan bahan
tembaga, perak dan emas atau campuran dari bahan-bahan tersebut. Karena emas relatif
mahal, maka digunakan bahan dari timah, seng, kuningan dan besitahan karat (stainless
steel). Bahan kemasan dari stainless steel banyak digunakan dalam industri pangan karena
bahan ini hampir tidak bereaksi dengan bahan pangan (Kamuni, 2014).
Keuntungan wadah kaleng untuk bahan makanan dan minuman adalah mempunyai
kekuatan mekanik yang tinggi, barrier (pelindung/penahan) yang baik terhadap gas, uap air,
jasad renik, debu dan kotoran sehingga cocok untuk kemasan hermetic, toksisitasnya relatif
rendah meskipun ada kemungkinan migrasi unsur logam ke bahan yang dikemas dan tahan
terhadap perubahan-perubahan atau keadaan suhu yang ekstrim (Anonim, 2010).

Jenis-jenis Kemasan
Berikut jenis-jenis kemasan logam menurut Zakiyul (2014) :
1. Kemasan Aluminium
Kemasan aluminiun adalah salah satu jenis pengemasan logam yang pertama kali
digunakan. Kemasan aluminum pada umumnya dibentuk menjadi jenis kemasan kaleng yang
digunakan dalam industri pangan. Pengalengan bahan-bahan makanan yang menggunakan
bahan aluminium diantaranya pengalengan ikan, pengalengan daging, kornet, dan berbagai
jenis pengalengan makanan olahan lainnya.
2. Kemasan Aluminium Foil
Aluminium foil adalah jenis bahan kemasan yang terbuat dari aluminium yang dibentuk
menjadi lembaran tipis dan padat dengan ketebalan <0.15 mm. Ketebalan aluminium foil
berpengaruh pada sifat protektifnya. Jika ketebalan kurang maka aluminium foil dapat dilalui
oleh gas dan uap. Aluminium foil memiliki sifat hermetis, fleksibel dan tidak tembus
cahaya. Kemasan ini dapat digunakan untuk mengemas bahan-bahan yang berlemak dan
bahan yang peka terhadap cahaya seperti margarin dan yogurt. Dalam industri minuman
kemasan aluminum foil digunakan untuk pelapis kemasan yang dikombinasikan dengan
plastik. Kombinasi aluminium foil dengan bahan kemasan lain menghasilkan kemasan baru
yang disebut retort pouch. Kaleng dengan lapisan timah yang tebal digunakan untuk
mengalengkan bahan makanan yang mempunyai daya korosif lebih tinggi (Sutrisno, 2013).
3. Plat Timah
Jenis kemasan logam yang biasa dibuat dari plat timah adalah jenis kemasan kaleng. Plat
timah ini berupa lembaran atau gulungan baja berkarbon rendah dengan ketebalan 0.15-0.5
mm dan kandungan timah putih berkisar antara 1.0-1.25% dari berat kaleng (Tjahjadi, 2011).
Kemasan plat timah digunakan untuk produk yang mengalami sterilisasi. Selain itu
mempunyai daya tahan terhadap karat yang rendah, tetapi daya tahannya terhadap reaksi-
reaksi dengan bahan pangan yang dikemasnya lebih lambat dibanding baja. Warna dari timah
yaitu silver-putih dan berkemampuan tinggi untuk korosi, kemasan timah terbuat dari tin-
plate, lembar baja dan lainnya yang telah digunakan sejak lama sebagai bahan pengemas
(Abdel, 2015).
4. Kemasan Kaleng Bebas Timah (Baja)
Kaleng bebas timah (tin-free-steel = TFS) adalah lembaran baja yang tidak dilapisi timah
putih. Jenis TFS yang paling banyak digunakan untuk pengalengan makanan adalah jenis Tin
Free Steel Chrome Type (TFS-CT), yaitu lembaran baja yang dilapisi kromium secara
elektris, sehingga terbentuk khromium oksida di seluruh permukaannya. Jenis ini memiliki
beberapa keunggulan, yaitu harganya murah karena tidak menggunakan timah putih, dan
daya adhesinya terhadap bahan organik baik. Tetapi kelemahannya peluang untuk berkarat
lebih tinggi, sehingga harus diberi lapisan pada kedua belah permukaannya (permukaan
dalam dan luar) (Sutrisno,2013).
5. Kemasan Aerosol
Kemasan aerosol banyak digunakan untuk mengemas produk-produk non pangan seperti
kosmetika (parfum), pembersih kaca, pengharum ruangan, cat semprot, pemadam kebakaran
dan pestisida. Penggunaan kemasan aerosol untuk bahan pangan adalah untuk whipped
cream. Kemasan aerosol terdiri dari 3 (tiga) bagian yaitu : produk cair, propelen pendorong
cairan dan bagian gas dengan pengaruh tekanan. Bagian cair menempati ¾ bagian dari
volume wadah, bagian gas berada di bawah. Pipa saluran (dip tube) dipasang hingga masuk
ke bagian cairan mulai dari katup. Klep dibuka dengan menekan knop sehingga gas menekan
ke seluruh bagian dalam wadah kemudian cairan bergerak melalui pipa saluran dan keluar
melalui katup. Sebagian cairan propelan menguap dan menggantikan posisi produk cair di
bagian dalam aerosol sehingga menambah gas. Volume gas propelan dapat mencapai 250
kali dari volume cairnya, sehingga hanya sebagian kecil cairan yang tertinggal, dan hampir
seluruh ruang diisi dengan gas, tetapi tekanan tetap sama, selama di dalam wadah aerosol
masih terdapat propelan dalam bentuk cair. Berdasarkan bahan kemasannya maka kemasan
aerosol dibedakan atas:
 kemasan aerosol logam
 kemasan aerosol gelas
 kemasan aerosol plastik
 kemasan aerosol logam terbuat dari logam aluminum
 plat timah atau nir karat(stainless steel) dan paling banyak digunakan dibanding kemasan
aerosol lain
Kemasan aerosol gelas mempunyai sifat inert terhadap bahan kimia dan sesuai
untukproduk-produk yang korosif. Kemasan aerosol plastik terbuat dari asetal, nilon
ataupropilena, dan biasanya digunakan untuk pembersih alat rumah tangga. Jenis propelan
yang digunakan dalam kemasan aersol adalah fluorokarbon, hidrokarbon (butana, propana,
isobutana) dan gas kompresi (campuran N2O dan CO2dengan perbandingan 15:85). Kerja
propelan dipengaruhi oleh suhu, sehingga padadaerah yang mempunyai musim dingin
beberapa aerosol tidak dapat bekerja padasuhu udara luar. Penggunaan kemasan aersol saat
ini banyak mendapat tantangan karena adanya propelan yang bersifat merusak ozon.
6. Kemasan Drum
Drum logam untuk bahan pangan umumnya terbuat dari baja atau aluminium. Drum baja
banyak digunakan untuk minyak goreng. Bentuk drum yang lain yaitu, jemblung dibuat dari
kaleng dengan bahan dasar seng, biasanya digunakan untuk kerupuk atau makanan jajanan
kering lainnya. Drum logam untuk minyak goreng, biasanya dipakai secara berulang
sehingga jarang ditemui drum yang masih baru. Pada dinding drum biasanya dibentuk
gelanggelang (simpay) dengan menekan keluar dinding sisi, agar drum mudah
digelindingkan. Bagian penutup mempunyai dua lubang, yaitu lubang kecil untuk lubang
angin, dan lubang besar untuk mengeluarkan produk.
BAB III
METODOLOGI PRAKTIKUM

3.1 Alat dan Bahan

Alat – alat Bahan – bahan

1. Mistar ukur 1. Kaleng susu

2. Gunting kaleng atau pisau 2. Kaleng minuman karbonasi


pemotong
3. Neraca analitik 3. Cocktail dan lain-lain

4. Jangka sorong 4. Alumunium foil dan paduannya

5. Mikrometer sekrup 5. kaleng komposit

6. Paper tensile

7. Strength tester

8. Abrasion resistence

3.2 Prosedur Kerja

a. Evaluasi seam

Evaluasi seam meliputi penentuan jenis seam pada bagian kaleng (interlcock seam atau
double seam), dimensi double seam dan atribut double seam dan atribut double seam.

Dimensi double seam (Gambar 1) meliputi tebal seam (ST), panjang atau tinggi
seam (SL), keadaan seam (CD), panjang overlap (OL), panjang kaitan badan kaleng (BH), dan
panjang kaitan tutup kaleng (EH).

Atribut double seam (Gambar 2) meliputi : panjang overlap actual (a), panjang
kaitan badan bagian dalam (b), panjang seam bagian dalam (c), tebal plate penutup (te), dan
tebal plate badan (tb).
Dua kriteria umum yang digunakan untuk menentukan baik tidaknya seam pada bagian
tutup/dasar kaleng, yaitu % panjang kaitan badan kaleng (% BHB dan % overlap.

b. Evaluasi alumunium foil dan paduannya (kemasan fleksibel)

Evaluasi alumunium foil dan dan paduannya meliputi gramatur, densitas, kekuatan tarik,
perpanjangan putus (elongasi) dan keterangan gesek. Pengukuran dilakuikan dengan metode
yang digunakan untuk bahan kemasan plastik.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil pengamatan

Bentuk dan Penampakan Kaleng


1. Kaleng Milo
2. Kaleng Susu Kental Manis
3. Kaleng Komposit

Jenis Kaleng Cacat


Milo Cacat Rupa
Kental Manis Tidak Ada
Komposit Tidak Ada

Kaleng Minuman
Tinggi (mm) Diameter (mm)

145 57,2

Kemasan Fleksibel
Ulangan Bobot Gramatur Volume Densitas
Ke- (gram) (g/cm²) (cm³) (gr/cm³)
1 0,1737 0,0069 1 0,1737
2 0,1705 0,0068 1 0,1705
3 0,1687 0,0067 1 0,1687

Berat
Tinggi Diameter Tebal Berat Gramatur
Sampel Jenis Jenis
(mm) (mm) (mm) (g) (g/cm²)
(g/cm³)
Susu Milo
Alumunium 0,133 0,0254 - - - -
Kaleng
Pringles Komposit
(Kemasan Alumunium 0,1 0,0671 0,015 - - -
Komposit) + kertas
SKM Frisian
Alumunium 0,081 0,073 - - - -
Flag
0,002 0,0920 1,84 0,00368
Alumunium
Alumunium - - 0,002 0,0896 1,792 0,003584
Foil
0,002 0,0891 1,782 0,003564
4.2 Pembahasan
Pada praktikum kali ini kami mengamati struktur kemasan logam dengan beberapa
pengujian diantaranya: mengukur dimensi kaleng, mengamati kerusakan pada kaleng. Bahan-
bahan yang digunakan pada praktikum kali ini antara lain : kaleng milo, kaleng susu kenta
manis, dan kaleng komposit. Dari hasil pengamatan yang kami lakukaan diperoleh hasil
bahwa pada kaleng milo terdapat cacat rupa hal disebabkan oleh gerakan mekanis pada saat
pendistribusian. Untuk pengukuran dimensi pada kaleng minuman tingginya 145 mm dan
57,2 mm. Dari pengukuran yang kami lakukan pada 3 kaleng tersebut diperoleh tinggi pada
kaleng milo 0,133 dan diameter 0,0254, kaleng komposit tingginya 0,1 diamaeternya 0,0671,
dan kaleng susu kental manis tinggi0,081 diameter 0,073. Dari data tersebut membuktikan
bahwa setiap kaleng dimensinya jelas berbeda karena disesuaikan dengan jenis bahan yang
digunakan dan bahan yang dikemas, dan juga disesuaikan dengan bahan pelapisnya agar
tidak mudah mengalami korosi.
BAB IV
KESIMPULAN

Berdasarkan hasil praktikum yang kami lakukan yang kami lakukan dapat disimpulkan
bahwa jenis lapisan enamel pada kemasan logam sangat mempengaruhi produk yang
dikemas. Ketahanan kemasan kaleng tersebut juga dipengaruhi oleh beberapa faktor
diantaranya : faktor lingkungan dan komponen dari produk tersebut.

DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 2011. Pengemasan dan Penyimpanan Hasil Pertanian Pangan dan Produknya.

Hudayah,Saripah. Dradjat Siti Setiasih, 1983. Dasar-dasar Pengawetan Jilid 2. Jakarta Pusat :
CV.Petra Djaja.

Kamuni, J. 2014. Pengemas Bahan Pangan. 25 September 2016/08.22/


/http://javanrey.blogspot.co.id/2014/01/pengemasan-bahan-pangan.html.

Marleen, H. 2009. Teknologi Pengemasan Pangan Bandung : Widya Padjajaran.

Sutrisno, 2013.Kajian Tinning (Sn Plating) dalam Dunia Industri. Jurnal Foundry. 3(I):22

Soenarjo, E.S R.Syarief, 1986. Penuntun Praktikum Teknologi Pengemasan Jurusan TPG
Fateta IPB, Bogor.

Zakiyul dkk, 2014.Jenis Pengemasan. Universitas Gadjah Mada. Yogyakarta.

Anda mungkin juga menyukai