Anda di halaman 1dari 9

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Perkembangan teknologi memacu pelaku industri untuk terus melakukan
perkembangan untuk mempertahankan produk yang dihasilkan agar dapat bersaing. Hal
tersebut juga dilakukan oleh pelaku usaha di bidang pangan. Industri pangan dituntut untuk
terus berinovasi guna mengembangkan produk pangan yang aman dan berkualitas. Gaya hidup
masyarakat saat ini menuntut adanya inovasi yang instan. Oleh sebab itu, industri pangan harus
dapat berkompetisi untuk dapat menghasilkan inovasi baru makanan cepat saji dengan kemasan
yang aman. Kemasan dianggap aman apabila dapat melindungi makanan dari kontaminasi.
Kemasan yang aman sangat bergantung pada jenis makanan.
Pengemasan didefinisiskan sebagai aktivitas merancang dan memproduksi wadah atau
pembungkus suatu produk. Bungkus atau kemasan yang menarik, akan memberikan nilai lebih
pada konsumen yang sedang membedakan beberapa produk yang bentuk dan mutunya hampir
sama (Kalihatu, 2010). Pengemasan merupakan proses akhir yang akan menentukan kualitas
produk yang telah diproduksi tidak mengalami perubahan selama distribusi (Suryani dkk,
2011).
Kata “kemasan” lebih mengacu sebagai obyek fisik itu sendiri, misalnya karton, botol,
container atau bungkus. Sebuah istilah “kemasan” merupakan kata benda suatu objek
(Kalihatu, 2010). Berbagai macam jenis kemasan disesuaikan dengan jenis kemasan yang ada.
Salah satu kemasan yang banyak digunakan dalam industri pangan ialah kemasan logam.
Saat ini ikan banyak dikonsumsi oleh masyarakat karena kandungan protein, rendah
lemak larut dan mengandung omega 3. Konsumsi ikan kaleng telah meningkat karena
terjangkau dan praktis (Boadi et al., 2011). Akhir-akhir ini, kemasan makanan mendapat
perhatian dalam keamanan pangan karena kemungkinan migrasi bahan kimia. Migrasi
dideskripsikan sebagai sebuah proses difusi yang sangat mempengaruhi interaksi material
kemasan dengan makanan (Buculei et al., 2012).
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang tersebut rumusan masalahnya sebagai berikut:
1. Bagaimana sejarah pengemasan dengan kaleng?
2. Apa yang diketahui kemasan logam ?
3. Apa saja jenis jenis kemasan logam ?
4. Apa saja produk yang menggunakan pengemasan kaleng/logam ?

1.3 Tujuan
Berdasarkan permasalahan tersebut maka tujuan dari dibuatnya makalah sebagai
berikut:
1. Mampu mengetahui dan memahami sejarah pengemasan kaleng
2. Mampu mengetahui dan memahami salah satu pengemasan menggunakan bahan
logam/kaleng
3. Mampu mengetahui dan memahami beberapa jenis kaleng yang dipakai pada
pengemasan
4. Mampu mengetahui dan memahami produk yang menggunakan pengemasan dari
kalen

1.4 Manfaat

Adapun manfaat dibuatnya makalah ini dimaksudkan untuk sebagai informasi bagi
pembaca ataupun masyarakat terhadapa produk yang menggunakan pengemasan kaleng/logam
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Sejarah Pengemasan Kaleng

Wadah logam dalam bentuk kotak atau cangkir emas digunakan pada zaman kuno
sebagai lambang prestise. Teknik pengalengan makanan sebagai upaya pengawetan bahan
pangan pertama sekali dikembangkan pada tahun 1809 yaitu pada zaman pemerintahan
Napoleon Bonaparte yaitu dari hasil penemuan Nicholas Appert. Aspek legislasi pengalengan
makanan ditetapkan tahun 1810 yang dikenal dengan ”l’art de conserver”. Tahun 1810 Peter
Duran dari Ingris menciptakan kaleng.
Tahun 1817 William Underwood (imigran asal Inggris) mendirikan industry
pengalengan makanan yang pertama di Amerika Serikat. Kapten Edward Perry yang melakukan
ekspedisi ke kutub utara pada tahun 1819, 1824 dan 1826 telah menggunakan makanan kaleng
sebagai logistik mereka. Alumunium foil (alufo) diproduksi secara komersial pertama kali pada
tahun 1910. Kaleng aluminium untuk kemasan bir digunakan pertama sekali tahun 1965.
Awalnya pembuatan kaleng dilakukan secara manual yaitu hanya dihasilkan 5-6 kaleng
per jam. Akhir tahun 1900 ditemukan cara pembuatan kaleng termasuk cara pengisian dan
penutupannya yang lebih maju dan bersih. Kaleng alumunium awalnya diperkenalkan sebagai
wadah pelumas. Tahun 1866 ditemukan alat pembuka kaleng yang berupa kunci pemutar untuk
menggantikan paku atau pahat. Tahun 1875 ditemukan alat pembuka kaleng dengan prinsip
ungkit. Tahun 1889 ditemukan kaleng kalengaerosol, tetapi saat ini kaleng aerosol banyak
ditentang karena dapat merusak lapisan ozon.

2.1 Pengertian Kemasan Logam


Logam adalah bahan pengemas yang paling serbaguna. Logam menawarkan kombinasi
dari keamanan fisik, dapat dibentuk, sebagai unsur dekoratif, dapat didaur ulang dan dapat
diterima oleh masyarakat. Dua jenis logam yang paling banyak digunakan yaitu aluminum dan
baja (Marsh et al., 2007). Kemasan pangan berbahan dasar logam memiliki pengertian kemasan
yang menggunakan logam untuk dijadikan bahan pelindung pangan (Yuyun, 2011). Bahan
kemasan logam yang dimaksud adalah bahan logam yang menggunakan bahan tembaga, perak
dan emas atau campuran dari bahan-bahan tersebut. Karena emas relatif mahal, maka digunakan
bahan dari timah, seng, kuningan dan besitahan karat (stainless steel). Bahan kemasan
dari stainless steel banyak digunakan dalam industri pangan karena bahan ini hampir tidak
bereaksi dengan bahan pangan (Kamuni, 2014).
Keuntungan wadah kaleng untuk bahan makanan dan minuman adalah mempunyai
kekuatan mekanik yang tinggi, barrier (pelindung/penahan) yang baik terhadap gas, uap air,
jasad renik, debu dan kotoran sehingga cocok untuk kemasan hermetic, toksisitasnya relatif
rendah meskipun ada kemungkinan migrasi unsur logam ke bahan yang dikemas dan tahan
terhadap perubahan-perubahan atau keadaan suhu yang ekstrim (Anonim, 2010).

2.2 Jenis-jenis Kemasan


Berikut jenis-jenis kemasan logam menurut Zakiyul (2014) :
1. Kemasan Aluminium
Kemasan aluminiun adalah salah satu jenis pengemasan logam yang pertama kali
digunakan. Kemasan aluminum pada umumnya dibentuk menjadi jenis kemasan kaleng yang
digunakan dalam industri pangan. Pengalengan bahan-bahan makanan yang menggunakan
bahan aluminium diantaranya pengalengan ikan, pengalengan daging, kornet, dan berbagai
jenis pengalengan makanan olahan lainnya.
2. Kemasan Aluminium Foil
Aluminium foil adalah jenis bahan kemasan yang terbuat dari aluminium yang dibentuk
menjadi lembaran tipis dan padat dengan ketebalan <0.15 mm. Ketebalan aluminium foil
berpengaruh pada sifat protektifnya. Jika ketebalan kurang maka aluminium foil dapat dilalui
oleh gas dan uap. Aluminium foil memiliki sifat hermetis, fleksibel dan tidak tembus cahaya.
Kemasan ini dapat digunakan untuk mengemas bahan-bahan yang berlemak dan bahan yang
peka terhadap cahaya seperti margarin dan yogurt. Dalam industri minuman kemasan
aluminum foil digunakan untuk pelapis kemasan yang dikombinasikan dengan plastik.
Kombinasi aluminium foil dengan bahan kemasan lain menghasilkan kemasan baru yang
disebut retort pouch. Kaleng dengan lapisan timah yang tebal digunakan untuk mengalengkan
bahan makanan yang mempunyai daya korosif lebih tinggi (Sutrisno, 2013).

3. Plat Timah
Jenis kemasan logam yang biasa dibuat dari plat timah adalah jenis kemasan kaleng.
Plat timah ini berupa lembaran atau gulungan baja berkarbon rendah dengan ketebalan 0.15-0.5
mm dan kandungan timah putih berkisar antara 1.0-1.25% dari berat kaleng (Tjahjadi, 2011).
Kemasan plat timah digunakan untuk produk yang mengalami sterilisasi. Selain itu mempunyai
daya tahan terhadap karat yang rendah, tetapi daya tahannya terhadap reaksi-reaksi dengan
bahan pangan yang dikemasnya lebih lambat dibanding baja. Warna dari timah yaitu silver-
putih dan berkemampuan tinggi untuk korosi, kemasan timah terbuat dari tin-plate, lembar baja
dan lainnya yang telah digunakan sejak lama sebagai bahan pengemas (Abdel, 2015).

4. Kemasan Kaleng Bebas Timah (Baja)


Kaleng bebas timah (tin-free-steel = TFS) adalah lembaran baja yang tidak dilapisi
timah putih. Jenis TFS yang paling banyak digunakan untuk pengalengan makanan adalah jenis
Tin Free Steel Chrome Type (TFS-CT), yaitu lembaran baja yang dilapisi kromium secara
elektris, sehingga terbentuk khromium oksida di seluruh permukaannya. Jenis ini memiliki
beberapa keunggulan, yaitu harganya murah karena tidak menggunakan timah putih, dan daya
adhesinya terhadap bahan organik baik. Tetapi kelemahannya peluang untuk berkarat lebih
tinggi, sehingga harus diberi lapisan pada kedua belah permukaannya (permukaan dalam dan
luar) (Sutrisno,2013).
Kaleng Tipe L = Low Metalloids adalah kaleng yang mempunyai daya korosif rendah,
sehingga dapat digunakan untuk makanan yang berasam tingi. Kaleng tipe MR (Medium
Residual) dan tipe MC (Medium Metalloids Cold Reduces) adalah kaleng yang mempunyai daya
korosif rendah sehingga digunakan untuk makanan berasam rendah. Kaleng dengan lapisan
timah yang tebal digunakan untuk makanan dengan daya korosif yang tinggi.
5. Kemasan Drum
Drum logam untuk bahan pangan umumnya terbuat dari baja atau aluminium. Drum
baja banyak digunakan untuk minyak goreng. Bentuk drum yang lain yaitu, jemblung dibuat
dari kaleng dengan bahan dasar seng, biasanya digunakan untuk kerupuk atau makanan jajanan
kering lainnya. Drum logam untuk minyak goreng, biasanya dipakai secara berulang sehingga
jarang ditemui drum yang masih baru. Pada dinding drum biasanya dibentuk gelanggelang
(simpay) dengan menekan keluar dinding sisi, agar drum mudah digelindingkan. Bagian
penutup mempunyai dua lubang, yaitu lubang kecil untuk lubang angin, dan lubang besar untuk
mengeluarkan produk.

2.3 Sifat Kemasan


Logam memiliki beberapa sifat yaitu (Ahsyaf, 2014):
a. Penghantar panas (konduktor) dan listrik yang baik
b. Dapat ditempa atau dibengkokan dalam keadaan padat
c. Mempunyai kilap logam
d. Tidak tembus pandang
e. Densitas tinggi
f. Berbentuk padat (kecuali merkuri)
Dari sifat-sifat logam tersebut, kemasan logam memiliki beberapa keuntungan yaitu
(Ahsyaf, 2014):
a. Mempunyai kekuatan mekanik yang tinggi
b. Barrier yang baik terhadap gas,uap air, jasad renik, dan kotoran
c. Toksisitasnya relatif rendah, meskipun ada kemungkinan migrasi unsur logam
kebahan yang dikemas
d. Tahan terhadap perubahan-perubahan atau keadaan suhu yang ekstrim
e. Mempunyai permukaan yang ideal untuk dekorasi dan pelabelan

BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Perkembangan teknologi memacu pelaku industri untuk terus melakukan
perkembangan untuk mempertahankan produk yang dihasilkan agar dapat besaing. Jenis-jenis
kemasan logam terdiri dari kemasan aluminium, kemasan aluminium foil, plat timah, kemasan
kaleng bebas timah (baja), kemasan aerosol, kemasan drum. Logam memiliki beberapa sifat
yaitu penghantar (konduktor) panas dan listrik yang baik, dapat ditempa atau dibengkokan
dalam keadaan padat, mempunyai kilap logam, tidak tembus pandang, densitas tinggi,
berbentuk padat (kecuali merkuri).

4.2 Saran
Untuk terhindar dari adanya bahaya dalam pengemas kaleng, sebaiknya setiap produksi
pangan yang menggunakan kemasan kaleng wajib memberlakukan SOP dengan baik. Bahaya
yang terdapat didalam kemasan logam sangat berpengaruh juga terhadap kualitas pangan yang
berada dalam kemasa logam tersebut. Kondisi dan kualitas pengemas kaleng juga harus di
perhatikan guna menjaga mutu dari pangan, agar konsumen yang membeli produk pangan
dengan kemasan kaleng terhindar dari bahaya kesehatan yang diakibatkan oleh kemasan kaleng
yang tidak baik.
DAFTAR PUSTAKA

Abdel, N. Gayoum A. dan Rahman. 2015. Tin-plate Corrosion in Canned Foods. Journal of
Global Bioscience. 4(7): 2966-2971.

Ahsyaf. 2014. Kemasan Logam Pada Pangan. 6 maret 2019


http://ahsyaf.blogspot.co.id/2014/01/kemasan-logam-pada-pangan.html.

Anonim. 2011. Pengemasan dan Penyimpanan Hasil Pertanian Pangan dan Produknya.

Boadi, N.O., Tumasi, Badu dan Osei. 2011. Heavy Metal Contamination in Canned Fish
Marketed in China. Journal of Sciencetific and Industrial Research. 2 (6): 877-882.

Buculei, A. Gheorghe, Ameriei, Dabija dan Gabriela. 2012. Study Regarding The Tin and
Iron Migration From Metallic Cans Into Foodstuff During Storage. Journal of
Agroalimentary Processes and Technologies. 18(4): 299-303.

Kalihatu, Thomas S. 2010. Manajemen Pengemasan. Andi. Yogyakarta.

Kamuni, J. 2014. Pengemas Bahan Pangan. 25 September 2016/08.22/


/http://javanrey.blogspot.co.id/2014/01/pengemasan-bahan-pangan.html.

Marsh, K. dan Betty B. 2007. Food Packaging-Roles, Material, and Environmental Issues.
Journal of Food Science. 72 (3): 39-55.

Suryani, dkk. 2011. Bisnis Kue Kering: Pilihan Usaha yang Menawarkan Laba Melimpah.
Andi. Yogyakarta..

Sutrisno, 2013.Kajian Tinning (Sn Plating) dalam Dunia Industri. Jurnal Foundry. 3(I):22.

Tjahjadi, C dan Herlina M. 2011. Pengantar Teknologi Pangan. Universitas Padjajaran.


Bandung.

Yuyun A. 2011. Kemasan. Agromedia Pustaka. Jakarta.

Zakiyul dkk, 2014.Jenis Pengemasan. Universitas Gadjah Mada. Yogyakarta.

Anda mungkin juga menyukai