menguraikan tentang sejarah kemasan logam, karakteristik kemasan logam, baja, dan aluminium, kerusakan makanan kaleng serta kesesuaian untuk kemasan pangan Sejarah Kemasan Logam Karakteristik Kemasan Logam Kerusakan Makanan Kaleng dan Masalah Korosi Aluminium Aluminium Foil Kesesuaian Aluminium Untuk Kemasan Pangan Kemasan Aerosol Drum dan Wadah Logam Lain Sejarah Kemasan Logam • Teknik pengalengan makanan pertama kali dikembangkan tahun 1809 zaman pemerintahan Napoleon Bonaparte. Makanan kaleng digunakan untuk logistik tentara Prancis. Karakteristik Kemasan Logam Sifat fisik dan kimia logam perlu diketahui lebih dahulu untuk dapat memahami teknik- teknik pengemasan logam.
Karakteristik Kemasan Logam :
Mempunyai kekuatan mekanik yang tinggi Mempunyai sifat sebagai barrier yang baik khususnya terhadap gas, uap air, jasad renik, debu, dan kotoran, sehingga cocok untuk kemasan hermatis. Wadah kaleng umumnya digunakan untuk berbagai produk yang mengalami proses sterilisasi thermal. Kaleng Plat Timah dan Baja Bebas Timah
• Wadah kaleng digunakan untuk berbagai
produk yang mengalami proses sterilisasi.
• Pada mulanya wadah kaleng dibuat dari
plat timah (tin plate) yang terdiri dari lembaran dasar baja dilapisi timah putih (Sn) pada bagian luar dan dalam. Teknik pelapisan bisa dengan cara pencelupan dalam timah cair panas (hot dipping) atau dengan proses elektrolisa. • Ada lagi jenis kaleng yang lain seperti : kaleng baja bebas timah. Pelapisnya adalah khromiun oksida pada bagian luar dan dalam. Kaleng tiga lembar (three pieces cans) yaitu kaleng yang terdiri dari 1 lb body dan 2 lembar cover. Kaleng lapis ganda (two piece cans) yaitu terdiri dari plat timah dan Al. • Berdasarkan komposisi kimia plat baja (C, S, P, Si, Ni, Cu, Mn, Khromium, Molibdenum, Arsen), bahan pelapis dan cara melapisi dikenal berbagai jenis kaleng, Spt: Tipe L, MS, MR, MC. • Kaleng dengan lapisan timah yang lebih tebal biasanya digunakan untuk mengalengkan makanan yang mempunyai daya korosif yang lebih tinggi.
• Pemilihan jenis atau tipe kaleng yang
digunakan perlu mempertimbangkan sifat- sifat korosif dan sifat keasaman makanan. Misalnya: Makanan tingkat korosif tinggi (kaleng tipe L), tingkat korosif sedang (kaleng tipe MS & MR), sedikit korosif dan tidak korosif (tipe MR & MC). • Ukuran dan kekuatan kaleng juga merupakan hal yang harus diperhatikan, misalnya daya tahan terhadap tekanan yang tinggi di dalam retort. Untuk kemasan kaleng dengan tingkat kekuatan yang tinggi gunakan kaleng tipe N (penambahan 0,02 N) • Untuk mencegah kontak langsung antara bahan pangan dengan wadah logam dilakukan pelapisan atau coating dengan bahan non metal seperti oleoresin, vynil, epoksi polibutadiena dan malam (wax). • Kecuali malam, lapisan-lapisan tersebut dinamakan enamel atau lacquer.
Guna lapisan enamel:
Melapisi metal dari korosi Menghindari kontak antara makanan dengan metal yang dapat menghasilkan warna dan flavor yang tidak diinginkan Kerusakan makanan kaleng dan masalah korosi
• Kerusakan makanan kaleng dapat terjadi karena
reaksi kimia, biologis, atau keduanya.
• Jenis kerusakan kimia yang penting dalam
makanan kaleng adalah hydrogen swell, terjadi karena tekanan gas hidrogen yang dihasilkan oleh reaksi antara asam dari makanan dengan logam dari kaleng. • Kerusakan biologis pada makana kaleng dapat terjadi karena (1) daya tahan yang tinggi dari mikroba atau (2) kerusakan kaleng setelah sterilisasi shg mikroba bisa masuk. Hydrogen Swell terutama disebabkan oleh : • Menaiknya keasaman dari makanan. • Menaiknya suhu penyimpanan. • Ketidaksempurnaan pelapisan bagian dalam dari kaleng. • Exhausting yang tidak sempurna. • Terdapatnya komponen terlarut dari sulfur dan pospat. • Adalah logam yang lebih ringan daripada baja, mempunyai daya korosif oleh atmosfir yang rendah, mudah dilekuk-lekukkan sehingga lebih mudah berubah bentuknya, tidak berbau, tidak berasa, tidak beracun, dan dapat menahan masuknya gas.
• Aluminium lebih sukar disolder sehingga
sambungan-sambungannya tidak dapat rapat.
• Wadah yang dibuat dari aluminium dapat
menyebabkan patahan-patahan jika terlipat ~ dapat menimbulkan lubang-lubang. • Alumunium dengan udara akan membentuk alumunium-oksida yang merupakan lapisan film yang tahan terhadap korosi dari atmosfer. • Penggunakan alumunium sebagai bahan kemasan perlu penambahan komponen campuran yang dapat memperbaiki sifat- sifatnya dan daya tahan korosi, contoh bahan yang ditambahkan yaitu : Cu, Mn, Cr dan Mg meningkatkan daya tahan thdp korosi; dan Zn untuk antikarat. • Foil adalah bahan kemasan dari logam, berupa lembaran alumunium yang padat dan tipis dengan ketebalan kurang dari 0,15 mm. • Ketebalan dari aluminium foil menentukan sifat protektifnya. • Foil dengan ketebalan rendah masih dapat dilalui oleh gas dan uap.
• Bahan kemasan yang dibuat dengan cara
mengkombinasikan berbagai jenis bahan kemasan fleksibel sehingga menghasilkan suatu jenis kemasan yang disebut dengan : Retort pouch (poliester adhesif - Al – adhesif – polypropilen), keunggulannya : daya simpan tinggi, penutupan mudah, tidak mudah sobek, bisa disterilisasi. • Al yang tidak dilapisi dapat menyebabkan akumulasi gas hidrogen yang terbentuk oleh karat dan menyebabkan penggembungan kaleng.
• Pelapisan pada bagian dalam kaleng
menurunkan serangan karat terhadap wadah, walaupun menimbulkan perubahan warna selama proses dan penyimpanan. • Al tidak menyebabkan perubahan warna (menjadi lebih gelap) yang mengganggu pada daging seperti lazimnya pada pemakaian logam lain.
• Makanan seperti daging, ikan, dan berbagai
sayuran berisi asam amino yang mengandung belerang membentuk persenyawaan sulfur yang mudah menguap selama proses dan penyimpanan. • Sardencis dalam minyak dan juga dalam saus tomat dikemas secara komersial dalam kaleng Al yang berlapis enamel.
• Untuk mengemas lobster dalam
kaleng plat timah digunakan kertas perkamen untuk mencegah perubahan warna yang disebabkan oleh besi yang ada. Hal ini tidak diperlukan bagi kaleng Al. • Kemasan alumunium untuk produk susu biasanya memerlukan lapisan pelindung.
• Hal ini diperlukan terutama bagi susu
kental tidak manis (unsweetened evaporated milk) dan yang memiliki tambahan isi gula seperti susu kental manis.
• Pemilihan yang seksama dari pelapis
kaleng sangat penting karena susu sangat peka terhadap perubahan flavor dan warna selama proses dan penyimpanan. • Wadah aluminium untuk bir biasanya menggunakan epoksivinil atau epoksi jernih sebagai pelapis.
• Untuk minuman ringan atau
minuman berkarbonat, wadah Al umumnya dilapisi epoksivinil atau vinil organosol.
• Al yang tidak dilapisi tidak cocok
untuk kemasan teh, berhubung kontak langsung menyebabkan memudarnya warna dan perubahan flavor yang tidak diinginkan selama penyimpanan. • Kemasan aerosol untuk produk pangan tidak banyak bila dibandingkan dengan produk-produk lainnya seperti kosmetika, (parfum), produk untuk rumah tangga (pembersih kaca, kayu, barang pecah belah, penyegar ruangan), cat semprot, pemadam kebakaran, dan pemberantas hama serangga.
• Untuk kemasan makanan, wadah aerosol
digunakan pada whipped cream. Produk ini diisi kira-kira 90 persen dan diberi aditif citarasa dengan stabiliser. Campurannya berupa susu, sirop, jagung, sukrosa, dan minyak nabati. • Drum logam umumnya dari bahan baja atau aluminium. Selain itu ada juga drum yang dibuat dari karton, plastik, atau campuran dari berbagai jenis bahan kemas. • Drum yang digunakan untuk minyak tanah atau minyak goreng pemakaiannya berulang-ulang seperti wadah botol. • Berbagai ukuran blek banyak digunakan untuk minyak goreng, oli pelumas, minyak tanah, minyak atsiri, dan berbagai jenis bahan kimia cair. • Blek-blek semacam ini umumnya dibuat dari kaleng plat timah dengan atau tanpa pelapisan enamel. Evaluasi
• Sebutkan beberapa kondisi
yang harus disyaratkan untuk pengemasan bahan makanan dengan kemasan kaleng ? • Jelaskan beberapa modifikasi penggunaan aluminium dan aluminium foil untuk pengemasan bahan pangan ? Referensi
•Erliza, M. Nabil, M.Z. Nasution, dan Sutedja. 1987.
Pengantar Pengemasan. Laboratorium Pengemasan. Jurusan Teknologi Industri Pertanian. Fakultas Teknologi Pertanian Institut Pertanian Bogor. Bogor.
•Syarief, R., S. Santausa, dan S. Isyana. 1989.
Teknologi Pengemasan Pangan. Laboratorium Rekayasa Proses Pangan. Pusat Antar Universitas Pangan dan Gizi. Institut Pertanian Bogor. Bogor.