Anda di halaman 1dari 16

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Makanan dapat dikemas secara khusus agar setiap produk makanan dapat
memperpanjang umur makanan tersebut . Semakin berkembangnya industri
pangan mengakibatkan banyaknya memproduksi makanan yang serba praktis,
ekonomis, dan menarik bahkan tahan lama. Oleh karena itu, banyak konsumen
atau pembeli yang tertarik untuk mengkonsumsi makanan tersebut, dikarenakan
praktis sehingga semakin meningkatnya produksi makanan kaleng. (Dorkas,
2015).
Produk yang berupa makanan dan minuman dalam kemasan kaleng
umumnya berasal dari bahan alami yang masih segar, seperti berbagai jenis
daging, ikan, susu, sayuran, buah-buahan, yang diolah secara fisik dan atau kimia
agar dapat disajikan dalam bentuk kemasan dalam kaleng. Untuk berbagai tujuan
misalnya dalam memberi rasa, aroma, warna, dan atau untuk mengawetkan ke
dalam produk- produk tersebut. Sering kali ditambah dengan senyawa-senyawa
kimia sintetik tertentu, yang sering disebut senyawa kimia additif. (Bakhori, A,
2017). Makanan yang umumnya dikemas menggunakan kaleng dapat menyerap
logam dari wadahnya. Bahan dasar dari kemasan kaleng untuk dimakan ialah
logam berat, salah satunya logam yang sering digunakan adalah timbal (Pb).
(Damono, 1995).
Menurut hasil penelitian The National Food Processors Association
mengungkapkan bahwa penggunaan logam berat sebagai bahan dasar dari kaleng
untuk dipakai mengemas makanan dapat menjadi sumber bahan kontaminan
terhadap makanan dan minuman yang menggunakan kaleng. Tetapi apabila
makanan semakin lama interaksi antara logam lapisan kaleng dengan makanannya
akan memungkinkan kadar Pb nya akan semakin besar. (Dewi, 2013).
Makanan yang aman merupakan makanan yang penting untuk
meningkatkan derajat kesehatan masyarakat. Menurut undang-undang RI No 7
tahun 1996, keamanan pangan didefenisikan sebagai kondisi dan upaya yang

1
2

diperlukan untuk mencegah pangan kemungkinan cemaran biologis, zat gizi,


benda lain yang dapat membahayakan kesehatan manusia. (Agustina. T, 2014).
Penyakit melalui makanan (Food Borne Disease) dapat berasal dari berbagai
sumber yaitu organisme pathogen termasuk bakteri, kapang, parasit dan virus, dari
bahan kimia seperti racun alami, logam berat pestisida, hormon, antibiotik, bahan
tambahan berbahaya dan bahan-bahan lainnya. (Fardiaz , 1996)

1.2 Rumusan Masalah


Adapun Rumusan Masalah dari penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini adalah :
1. Manfaat Makanan Kaleng
2. Untuk Mengetahui Apa Saja Jenis- Jenis Makanan Kaleng
3. Kandungan Dari Makanan Kaleng
4. Dampak Positif Dan Negatif Makanan Kaleng Terhadap Kesehatan
5. Cara Mengurangi Makanan Kaleng

1.3 Tujuan Penelitian


Adapun tujuan dari penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini adalah :
1. Untuk mengetahui manfaat makanan kaleng
2. Untuk mengetahui apa saja jenis-jenis makanan kaleng
3. Untuk mengetahui dampak dari makanan kaleng.

1.4 Hipotesis
Diduga ada pengaruh bakteri asam laktat terhadap kelarutan logam kemasan
kaleng pada makanan yang ada di dalam kaleng. Asam laktat sebagai hasil
fermentasi bakteri asam laktat menciptakan suasana asam yang menyebabkan
oksidasi logam kemasan kaleng selama masa penyimpanan.

1.5 Manfaat Penelitian


Adapun manfaat dari penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini adalah :
1. Menambah pengetahuan dan wawasan tentang makanan kaleng
2. Masyarakat dapat mengetahui kandungan berbahaya dalam makanan kaleng
3. Mengetahui dampak dari makanan kaleng.
3

1.6 Metode Penelitian


Adapun yang menjadi pembahasan pada karya tulis ilmiah ini, penulis
menggunakan library research (kajian Pustaka) dengan cara mengumpulkan data
melalui artikel dan buku-buku yang berhubungan dengan karya tulis ilmiah ini.
BAB II
LANDASAN TEORI

2.1 Sejarah Kaleng


Proses pengalengan konon diciptakan oleh seorang warga negara Perancis,
Philippe de Girard; idenya kemudian disampaikan kepada seorang pedagang
Inggris bernama Peter Durand, yang diminta sebagai agen untuk mematenkan ide
Girard di tahun 1810. Konsep pengalengan didasari pada eksperimen
penyimpanan makanan dalam kontainer kaca, yang dilakukan setahun sebelumnya
oleh penemu asal Perancis, Nicholas Appert. Peter Durand tidak berkecimpung
dalam pengalengan makanan, tetapi pada tahun 1812 paten Girard dijual kepada
dua warga negara Inggris, Bryan Donkin dan John Hall, yang memperbaiki proses
serta produk pengalengan, dan menciptakan pabrik pengalengan komersial
pertama di Jalan Southwark Park, London. Di tahun 1813, mereka sudah
menciptakan produk makanan kalengan pertama untuk Angkatan Laut Inggris.
(https://id.wikipedia.org/wiki/Kaleng).
Kaleng awalnya disegel dengan proses solder, dengan bahan solder kaleng
dan timbal, yang sayangnya dapat berujung pada keracunan timbal. Misalnya,
dalam ekspedisi Antartika tahun 1845 oleh Sir John Franklin, para anggota kru
mengalami keracunan timbal berat, yang diperkirakan berasal dari makanan
kalengan yang disegel dengan timbal. Riset terbaru menunjukkan bahwa
keracunan timbal itu lebih mungkin disebabkan oleh sistem pipa air di kedua
kapal yang mereka gunakan. Di Amerika Serikat, pada tahun 1901, American Can
Company dibangun. Pada waktu itu, perusahaan ini memproduksi 90% kaleng
Amerika Serikat.

2.2 Pengertian Dan Jenis Kaleng


Kaleng adalah lembaran baja yang dilapis timah. Namun kata ini lebih
sering digunakan untuk wadah yang terbuat dari baja berlapis timah, digunakan
untuk mengemas berbagai makanan maupun produk lain. Dinding-dalam kaleng
makanan kadang-kadang dilapis lagi dengan email terutama apabila makanan

4
5

yang dikemasnya itu bersifat asam, atau peka terhadap timah maupun besi. Kata
kaleng oleh awam diartikan sebagai wadah yang terbuat dari logam, sehingga
tercakup di sini wadah aluminium. Kata inggris canned food sering kita
terjemahkan sebagai makanan kaleng, meskipun dalam pengertian canned ini bisa
digunakan wadah yang terbuat dari kaca, plastik, aluminium.
(https://id.wikipedia.org/wiki/Kaleng).
Kebanyakan makanan dan minuman kaleng memang menggunakan
lembaran baja bersalutkan timah sebagai wadahnya. Timah relatif tidak bersifat
racun, dan salutan ini tampak menarik karena berkilat dan tahan terhadap karat.
Cara pelapisan bermacam-macam: pelapisan secara listrik (timah diendapkan
dengan cara elektrolisis), pencelupan lembaran baja ke dalam timah cair,
pencelupan ke dalam larutan garam timah (garam stanat-asetat; timah yang
berbentuk karena reduksi stanat oleh besi akan menempel pada permukaan
lempeng baja itu). Kaleng timah (tin can) merupakan pengembangan dari
penemuan Nicolas Paper pada dasawarsa 1800-an. Produk ini dipatenkan oleh
seorang berkebangsaan Inggris, Peter Durand pada 1810. Berkat penemuan
produksi massal, pada akhir abad ke-19, kaleng timah menjadi standar produk
konsumen. Timah dipilih karena relatif tidak beracun dan menambah daya tarik
kemasan karena berkilat dan tahan karat.
Dulu kaleng ditutup dengan mematri satu demi satu, sekarang penyegelan
dilakukan dengan mesin. Dalam tahun 1963 dipatenkan kaleng dengan tutup yang
dapat dibuka dengan menarik bagian yang menonjol. Kaleng yang diproduksikan
setelah sekitar tahun 1960 lebih tipis dan ringan, umumnya dibuat dari aluminium.

2.3 Beberapa Jenis Kaleng


2.3.1 Kaleng Plat Timah
Plat timah atau tin plate adalah lembaran atau gulungan baja
berkarbon rendah dengan ketebalan 0,15 – 0,5 mm. Kandungan timah putih
pada kaleng timah berkisar antara 1,0 – 1,25% dari berat kaleng. Kandungan
timah putih ini biasanya dinyatakan dengan TP yang diikuti dengan angka
yang menunjukkan banyaknya timah putih, misalnya pada TP25
6

mengandung timah putih sebanyak 2,8 g/m, TP26 = 5,6 g/m, TP70 = 8,4
g/m.

Gambar 2.1 Kaleng Plat Timah


(Sumber: Wikipedia)

2.3.2 Kaleng Baja Bebas Timah

Gambar 2.2 Kaleng Bebas Timah


(Sumber: Wikipedia)
Kaleng bebas timah (tin-free-steel=TFS) adalah lembaran baja yang
tidak dilapisi timah. Jenis TFS yang paling banyak digunakan untuk
pengalengan makanan adalah jenis Tin Free Steel Chrome Type (TFS-CT),
yaitu lembaran baja yang dilapisi kromium secara elektris, sehingga
terbentuk chromium oksida di seluruh permukaannya. Jenis ini memiliki
beberapa keunggulan, yaitu harganya murah karena tidak memakai timah
putih, dan daya adhesi terhadap bahan organik baik. Tetapi kelemahannya
7

peluang untuk berkarat lebih tinggi, sehingga harus diberi lapisan pada
kedua belah permukaannya.

2.3.3 Kaleng Aluminium

Aluminium memiliki beberapa keunggulan yaitu lebih ringan, mudah


dibentuk, thermal konduktivitasnya bagus, dan dapat didaur ulangkan.
Tetapi kurang baik daya kekakuannya(rigidity) serta harga persatuannya
relatif lebih mahal, mudah karatan dan karenanya harus diberi lapisan
tambahan. Di samping itu jenis kaleng tersebut tidak dapat disolder atau
dilas tetapi kaleng tersebut dapat digunakan untuk jenis kaleng two-pieces
cans.

Gambar 2.3 Kaleng Aluminium Timah


(Sumber: Wikipedia)
BAB III
PEMBAHASAN

3.1 Manfaat Makanan Kaleng


Makanan kaleng memang memudahkan kita, hanya perlu sedikit waktu
untuk memanaskannya dan kemudian bisa langsung memakannya. Tentu saja
mudah, instan, cepat dan rasanya pun tidak kalah enak, ini merupakan keuntungan
yang ditawarkan oleh makanan yang berkemasan kaleng.
Selain makanan kaleng ini praktis makanan ini memiliki sisi positif, antara
lain yaitu; makanan kaleng tidak kurang zat gizi. Tidak selamanya makanan
kaleng mengandung zat gizi yang lebih sedikit dibandingkan dengan makanan
segar atau makanan beku. Faktanya, makanan kaleng juga mengandung zat gizi
yang hampir setara dengan makanan segar. Di antaranya ada protein, karbohidrat,
lemak, serta Vitamin dan mineral yang larut dalam lemak, seperti vitamin A, D, E,
dan K, masih terkandung dalam makanan kaleng.
Berdasarkan zat gizi yang tidak tahan panas mungkin juga ada yang rusak,
seperti vitamin larut air, misalnya untuk C dan vitamin B. Vitamin jenis ini sangat
sensitif terhadap panas dan udara yang mengakibatkan vitamin dapat hilang
setelah melalui proses pemanasan, pemasakan, dan penyimpan.

3.2 Mengetahui Apa Saja Jenis-Jenis Makanan dan Minuman Kaleng


Penilaian produk makanan kaleng yang dilakukan oleh BPOM Pekanbaru
sudah cukup baik. Dalam melakukan penilaian ke sarana-sarana makanan dan
minuman BPOM kota Pekanbaru mengikuti ketentuan yang berlaku dengan
memberikan surat pemeriksaan kepada pemilik sarana baru kemudian melakukan
pemeriksaan produk-produk yang diperjual belikan oleh sarana- sarana tersebut.
Walaupun BPOM jarang menjelaskan maksud dan tujuan pemeriksaan kepada
pemilik saran yang seharusnya dilakukan pihak BPOM karena menganggap
pemilik sarana sudah mengetahui. (Ernawati, 2015).

8
9

Makanan kaleng yang banyak beredar di pasaran memang beragam jenisnya dan
merupakan makanan yang banyak di konsumsi. Makanan yang dikemas dalam
kaleng memang lebih tahan lama dibandingkan dengan makanan yang sama,
tetapi tidak dikalengkan. Beberapa jenis makanan kaleng tersebut di antaranya ada
:

1. Daging dan ikan kaleng, biasanya sering kita temui dengan daging olahan
atau ikan olahan seperti kornet sapi, ayam, ataupun ikan kaleng sarden
ataupun tuna. Sumber protein hewani banyak dikalengkan agar tahan lama.
Hasil perlautan seperti ikan-ikanan ini bisa sangat melimpah suatu waktu
namun, bisa juga hasilnya sedikit di waktu lain. Dengan mengawetkan ke
dalam kemasan kaleng, tetapi tidak perlu khawatir akan kekurangan
kebutuhan zat gizi yang terkandung di dalam ikan ini. Ikan yang
dikalengkan biasanya sebelum dimasukkan ke dalam kemasan sudah
dimasak jadi hanya tinggal dihangatkan kembali dan juga bisa ditambah
bahan makanan sesuai selera untuk tambahan lauk pauk.
2. Sayuran kaleng, pada jenis ini makanan polong-polongan yang berbentuk
seperti biji-bijian ini banyak dikemas dalam bentuk kalengan. Pada jenis
sayuran memiliki sumber vitamin dan juga kandungan mineral yang sangat
dibutuhkan untuk aktivitas keseharian tubuh. Menyediakan kacang-
kacangan kaleng di rumah dinilai lebih praktis oleh sebagian orang yang
tingkat kesibukannya tinggi. Mereka lebih membutuhkan banyak vitamin
untuk membangkitkan serta untuk menjaga daya tahan tubuh.
3. Makanan olahan, seperti saus tomat, sambal masak merupakan makanan
kaleng olahan yang berasal dari tomat. Makanan kaleng ini juga sangat enak
untuk dijadikan sebagai teman lauk utama.

3.3 Kandungan Terhadap Makanan dan Minuman Kaleng


Jenis makanan kaleng memang banyak berasal dari makanan alami yang
sudah diawetkan kemudian dimasukkan ke dalam kaleng. Proses pengawetan pada
makanan terutama pada jenis daging-dagingan adalah dengan mematikan bakteri
pembusuk makanan dengan berbagai enzim karena proses itulah ada nutrisi yang
10

hilang dalam setiap prosesnya. Jenis sayuran juga dilakukan proses pengeringan
untuk mematikan mikroba pembusuknya, hal ini dapat menghilangnya kandungan
gizi saat pemanasan pada suhu tinggi.
Banyak yang meyakini bahwa kandungan nutrisi makanan kaleng lebih
rendah dibandingkan makanan segar atau makanan beku. Jenis nutrisi makro tidak
terpengaruh oleh proses pengawetan makanan kaleng. Misalnya seperti
karbohidrat, protein, dan lemak, pada mineral dan jenis Vitamin yang larut lemak,
seperti vitamin A, D, E, serta K. Sejumlah jenis makanan kaleng justru
mengandung nutrisi lebih tinggi. Misalnya, jagung dan tomat. Bahan-bahan
makanan tersebut mengelarkan lebih banyak antioksidan saat pemanasan. Vitamin
yang larut dalam air bisa jadi berkurang atau rusak dalam proses pemanasan
kaleng. Misal pada Vitamin B, dan C.
Ada beberapa faktor yang menentukan besarnya pengaratan pada bagian
dalam kaleng yang terbuat dari “ tinplate ” adalah :
1. Pada sifat dari bahan makanan, terutama Ph.
2. Adanya bahan pemacu terjadinya karat seperti nitrat, belerang, zat warna,
anthocyanin, dan lainnya.
3. Banyaknya sisa oksigen dalam bahan makanan dan pada bagian atas kaleng.
4. Macam “ tinplate “ (misalnya: berat lapisan timah, komposisi lapisan baja
dasar, keefektifan perlakuan pada permukaan lapisan, dan sebagainya).
5. Suhu dan waktu penyimpanan. (K.A. Buckle, et.al, 1985).

Pada umunya ikan dalam kaleng memiliki kandungan bahan-bahan


tambahan seperti gula, garam, rempah-rempah, saus tomat, dan sebagainya.
Adapun manfaat dari masing-masing bahan tersebut adalah di mana garam dan
gula merupakan dua senyawa yang sama atau satu kelompok karena mempunyai
aksi atau reaksi yang sejenis terhadap pengawetan makanan. Pada awalnya garam
digunakan untuk mengawetkan ikan tetapi pada dasarnya bahwa penggunaan
garam menghambat pertumbuhan mikro organisme. Gula selain sebagai pengawet
juga berfungsi untuk memperbaiki rasa. Kombinasi gula dan garam akan
menurunkan aktivitas air. Rempah-rempah digunakan untuk memperbaiki aroma
dari daging maupun produk ikan. Rempah-rempah juga sering digunakan pada
11

umumnya dalam bentuk bubuk halus maupun bubuk kasar. Rempah-rempah dapat
bertindak sebagai bahan pengawet untuk menutupi bau busuk pada bahan
makanan.
Saus tomat merupakan salah satu pengawet dalam makanan kaleng,
khususnya ikan dalam kaleng. Komposisi saus tomat pada umumnya terdiri dari
pasta tomat, gula, garam, tepung jagung, natrium benzoat, air. Menurut
(Moeljanto, 1982) saus tomat berfungsi sebagai pengawet karena kemampuannya
sebagai penghantar panas sehingga memperpendek waktu sterilisasi dan
menurunkan Ph.
Tetapi tidak semua makanan atau minuman baik untuk dikonsumsi dengan
berbahan dasar kaleng sebagai kemasan, misalnya pada buah dan sirup buah
kemasan kaleng mengandung pengawet natrium benzoat dan dapat dipastikan
karena terciumnya bau balsem. Natrium benzoat merupakan salah satu bahan
pengawet yang umumnya digunakan untuk mengawetkan berbagai makanan dan
minuman seperti sari buah, makanan ringan, saus tomat, jely, manisan, kecap, dan
lain-lain. Batas maksimum penggunaan natrium benzoat untuk makanan lain
sebagai bahan tambahan makanan sebesar 1d/ kg bahan sesuai dengan Permenkes
RI No. 722/Menkes/Per/IX/88 tentang bahan tambahan makanan. (Zega, 2019).

3.4 Dampak Positif dan Negatif Kaleng Terhadap Kesehatan


Kini semakin banyak makanan dan minuman yang dikemas dalam kaleng,
umumnya produk yang di kemasan dalam kaleng akan hilang kesegarannya, juga
nilai gizi turun akibat pengolahan dengan suhu tinggi. Pada pemakaiannya juga
kaleng harus dilapisi terlebih dahulu oleh timah putih atau Sn dengan sistem
pelajaran pelapisan sangat ketat dan tidak boleh ada lubang pori sekecil apa pun.
Kaleng ini harus dilapisi lagi dengan enamel bila akan digunakan untuk makanan
yang mudah menimbulkan efek karat pada kaleng apabila sudah bersentuhan.
Ikan dan produk perikanan merupakan bahan makanan yang memiliki Ph
rentan 5 – 6,8. Golongan ini termasuk bahan makanan dengan kesamaan rendah
yang dikalengkan memiliki kemungkinan yang besar untuk terkontaminasi.
Mikroba yang terdapat dalam makanan dalam kesamaan rendah kemungkinan
12

besar untuk terkontaminasi. Mikroba termasuk sporanya merupakan sumber


kontaminan utama. Bahan mentah, peralatan, kemasan dan air pendingin
merupakan beberapa media pembawa mikroba perusak. Untuk itu diperlukan
proses pencucian dan pemanasan yang cukup untuk mematikan atau menghambat
pertumbuhan mikroba perusak, termasuk sporanya. Kerusakan biologis pada
makanan kaleng oleh mikro organisme bisa dihasilkan oleh salah satu atau kedua
penyebab ini; organisme yang bertahan hidup setelah pemanasan, atau kebocoran
kaleng setelah pemanasan yang memungkinkan masuknya bakteri kontaminan.
(K.A. Buckle, et.al , 1985).

3.4.1 Dampak positif


Dampak positifnya di antara lain dapat menghemat waktu saat
penyajian hal ini akan mempermudah saat proses pembuatan dan tidak
membuang-buang waktu saat penyajian. Kaleng padat dapat menjaga
makanan dari kontaminasi organisme penyebab penyakit sehingga makanan
kaleng juga tidak akan kekurangan zat gizi baik. Adapun kelebihan
makanan kaleng dibandingkan makanan kemasan lainnya di antaranya :
1. Makanan di dalam kaleng terhindar dari paparan serangan mikroba dan
bahan-bahan asing lainnya. Hal ini membuat makanan dalam kaleng
lebih terjaga terhadap cita rasanya.
2. Perubahan kadar air dalam kemasan kaleng juga dapat terjaga dengan
baik.
3. Menjaga bahan pangan dari penyerapan oksigen, bau-bauan, gas-gasan
lainnya, dan partikel radioaktif yang ada di atmosfer.
4. Makanan kaleng tetap memilik zat gizi baik seperti makanan umumnya.
Misalnya mengandung karbohidrat, protein, vitamin, lemak, dan
mineral yang dapat terlarut pada lemak.
5. Kadar gizi pada makanan kaleng lebih tinggi dibandingkan makanan
biasa. Terutama jagung dan tomat yang mempunyai antioksidan lebih
tinggi setelah proses pemanasan.
13

3.4.2 Dampak Negatif


Makanan kaleng ditambahkan garam dan gula. Gula, garam dan
pengawet biasanya ditambahkan pada beberapa makanan kaleng. Biasanya
hal ini terjadi pada tubuh yang menderita penyakit tekanan darah tinggi
maupun penyakit jantung, makanan kaleng bisa saja memperburuk kondisi
kesehatannya karena memakan makanan ini, makanan ini umumnya
memiliki kandungan garam yang tinggi. Sebelum membeli makanan kaleng
sebaiknya melihat informasi nilai gizi yang ada. Perhatikan dengan benar
komposisi dan bahan-bahan yang terkandung di dalamnya, berapa jumlah
natrium, kalori, lemak, dan zat lain yang terkandung di dalamnya.
Makanan kaleng mengandung BPA atau Bisphenol-A, ini merupakan
kandungan bahan kimia yang terkandung dalam kemasan makanan,
termasuk dalam kaleng. Penelitian menunjukkan bahwa BPA dalam
makanan kaleng dapat berpindah dari lapisan kaleng ke makanan. BPA yang
masuk kedalam tubuh berhubungan dengan masalah kesehatan, seperti
penyakit jantung dan diabetes mellitus tipe 2, serta juga dapat menyebabkan
kelainan fungsi seksual pria. (Berkas, 2017).
Makanan kaleng yang tidak melalui proses dengan baik dapat
mengandung bakteri berbahaya yang dikenal dengan nama Cloistidium
botulinium. Mengkonsumsi makanan kaleng yang mengandung bakteri ini
dapat menyebabkan penyakit yang bernama botulisme, di mana penyakit ini
dapat menyebabkan kelumpuhan dan bahkan kematian jika tidak diobati
untuk menghindarinya.

3.5 Cara Mengurangi Makanan dan Minuman Kaleng


Demi untuk menjaga kondisi tubuh tetap sehat serta berumur lebih panjang,
ada beberapa yang perlu diingat untuk mencegah hal ini terjadi. Salah satu cara
termudah untuk mengurangi konsumsi akan makanan cepat saji adalah dengan
rajin memasak di rumah. Terus melakukannya dengan rajin, maka akan terbatas
pula kecanduan makanan cepat saji. Makanan kaleng dengan kandungan yang
rendah, secara langsung akan berpengaruh terhadap kondisi keuangan juga. Maka
14

dari itu tidak salah satu juga untuk membatasi anggaran untuk makanan kaleng hal
ini akan memberhentikan dari kecanduan makanan kaleng berkurang. Saat muncul
keinginan untuk mengkonsumsi makanan kaleng, yang perlu diingat adalah
mengganti cemilan dengan kandungan zat gizi yang sehat seperti mengkonsumsi
buah-buahan. Salah satu cara menghentikan kecanduan terhadap makanan kaleng
adalah dengan menentukan tujuan bahwa yang ingin mempunyai kehidupan yang
lebih sehat. Dengan menanamkan kesadaran akan pentingnya pola makanan untuk
hidup yang lebih sehat.
BAB IV
PENUTUP

4.1 Kesimpulan
Kesimpulan yang dapat diambil yaitu makanan kaleng memiliki dampak
positif dan negatif. Dampak negatif akan terjadi bila makanan kaleng yang di
konsumsi melampaui batas atau kelebihan. Selain itu, cara masak juga
mempengaruhi baik buruknya makanan kaleng bagi kesehatan tubuh. Di samping
dampak yang tidak menyenangkan yang ia miliki, makanan kaleng juga memberi
dampak positif seperti yang telah dibahas sebelumnya.

4.2 Saran
Sebaiknya peneliti dapat meneliti dan menganalisa memilih makanan
dengan tepat, menghimbau WHO atas dasar makanan di atas bukan berarti kita
dilarang mengonsumsinya, paling tidak pola hidup sehat juga didukung oleh pola
makanan dengan gizi seimbang dan menyeimbangkan keduanya.
Dan juga hindarkan makanan yang berbau kaleng, jangan pedulikan gengsi
karena ini untuk keselamatan dan kesehatan, pada saat membeli makanan ataupun
minuman menggunakan kemasan kaleng agar tetap membaca tabel gizi dan
bahan-bahan apa saja yang digunakan dan menggunakan pengawet apa saja.

15
DAFTAR KEPUSTAKAAN

https://www.scribd.com/document/457635825/MAKANAN-KALENG#

https://id.wikipedia.org/wiki/Kaleng

Buckle K.A, R.A. Edwards, G.H. Fleet, dan M. Wootton. (1987). Ilmu Pangan.

Diterjemahkan Oleh Hari Purnomo dan Adiono. Universitas Indonesia. Jakarta.

Bureau. and Multon. 1995). Food Packaging Technology Vol I. VCH Publisher.
Jerman

Direktorat Inspeksi dan Sertifikasi Pangan. (2005). Pangan Kadaluwarsa dalam


Bulentin

POM. Vol 08/IV/2005. Hal : 5.

Deshpande, S.S. (2002). Handbook of Food Toxicology. Marcel Dekker, Inc.


New York.

16

Anda mungkin juga menyukai