Kelompok 6
Nidya Elvira (1411105038)
Ni Made Inten Kusuma Dewi (1411105039)
Ferdinandus Otniel Sahilatua (1411105040)
Dewa Gede Eka Prayoga (1411105041)
Praniti Radya Andana Ilma (1411105042)
Putu Eka Ditya Mahendra (1411106043)
Aditya Yusril Hidayat (1411105044)
Dimana :
BH = panjang lipatan badan kaleng (body hook)
CH = panjang lipatan tutup kaleng (cover hook)
L = panjang sambungan (seam length)
EPT = ketebalan penutup (end plate thickness)
BPT = ketebalan badan kaleng (body plate thickness)
4. Kerusakan Kaleng
Menurut Susanto (1993) kerusakan-kerusakan yang terjadi pada makanan
kaleng dapat dikelompokkan menjadi:
A. Kerusakan mekanis
Pengisian yang terlalu banyak dalam wadah (pada suhu kamar) mengakibatkan
pengembangan bahan dan udara pada saat pengolahan sehingga tidak tertampung oleh
head space kemudian kaleng akan menggembung (physical swell).
B. Kerusakan khemis
Jenis kerusakan khemis dari makanan kaleng dapat dilihat dari mencembungnya kaleng
(swelling) yang disebabkan adanya gas hidrogen. Gas ini terjadi sebagai reaksi antara
asam dari bahan makanan dan komponen kaleng. Kerusakan lainnya dapat ditunjukkan
dengan adanya :
1) pemucatan warna kaleng bagian atas
2) pemucatan warna makanan
3) penyimpanan aroma dan rasa makanan
4) keruhnya medium makanan
5) korosi atau pengkaratan maupun lubang-lubang kecil dari badan kaleng
6) penurunan nilai gizi makanan
C. Kerusakan mikrobiologis
Keruakan kaleng pada umumnya dapat disebabkan oleh mikroorganisme yang
dapat mempertahankan diri dari pemanasan maupun mikroorganisme yang masuk ke
dalam kaleng karena adanya bagian kaleng yang retak atau sambungan kaleng yang
lepas. Kaleng-kaleng yang isinya mengalami kebusukan dapat digolongkan dalam “flat
sour” karena kalengnya tidak cembung akan tetapi sangat asam. Hal ini disebabkan oleh
terbentuknya asam oleh bakteri-bakteri seperti Bacillus stearothermophopillus atau
Bacillus coagulans.
5. Double Seaming
Double seam yang dihasilkan dalam proses penutupan kaleng, harus dapat
menjaga isi yang dikandungnya terutama makanan, minuman, minyak dan lain-lain.
Maka dari itu seam tersebut harus tahan terhadap tekanan-tekanan, baik dari luar
maupun dari dalam. Selain itu, double seam memang harus cukup kuat menahan
kemungkinan adanya pengaruh selama perjalanan, pengiriman, proses dan
penyimpanan (Anonim, 1987).
Istilah double seam sendiri berasal dari dua langkah yang diperlukan untuk
menghasilkannya, yaitu first operation dan second operation (Anonymous, 1987).
Gambar berikut menunjukkan cara mesin seamer dalam menghasilkan double seam.
Pada prakteknya, ada 2 sistem pemeriksaan double seam yaitu optical system
dan micrometer measurement system. Selanjutnya, pada masing-masing sistem
tersebut dilakukan dua pengukuran yaitu pengukuran esensial dan opsional.
Optical system merupakan pemerikasaan dilakukan dengan menggunakan
seam scope atau seam projector, untuk pengukuran yang esensial dilakukan pada
body hook, overlap dan tightness (observasi terhadap keriput yang terjadi pada
lining compound) dan pengukuran opsional dilakukan pada width, cover hook,
counter sink dan thickness. Micrometer measurement system merupakan pengukuran
yang esensial dilakukan pada cover hook, body hook, width dan tightness.
Sedangkan pengukuran yang sifatnya opsional dilakukan pada pengukuran overlap
(dengan perhitungan rumus), counter sink dan thickness (Lopez, 1981). Pada
beberapa industri dilakukan juga pemeriksaan tear-down dengan frekuensi minimum
kurang dari 2 jam dari setiap mesin penutup double seam. Dengan pemeriksaan ini
akan diketahui dengan pasti mengenai tingkat kerapatan, juncture, droop dan
bodyhook (Lopez, 1981). Pemeriksaan ukuran terhadap kaleng yang dilakukan
adalah pada bagian- bagian seperti tertera pada berikut.
Selama produksi mutlak diperlukan pengamatan secara ketat dan teratur
terhadap hasil seaming. Perubahan-perubahan yang menyimpang dari ukuran-ukuran
standar menunjukkan adanya kelainan pada perlengkapan mesin produksi yang
harus segera diatasi. Ukuran yang diperiksa adalah tightness (kerapatan), overlap,
cover hook dan body hook. Alat yang digunakan untuk mengukur seam thickness
dan seam width adalah seam micrometer (Anonim, 1987). Pengukuran dalam (tear
down examination) dilakukan untuk mengetahui secara pasti besarnya cover hook,
body hook dan panjang overlap. Beberapa alat sengaja dibuat untuk tujuan ini antara
lain seam proyector dan seam scope. Cara yang paling murah dan mudah didapatkan
adalah menggunakan gergaji halus dan lensa berskala. Ukuran-ukuran ini dinyatakan
dalam inch atau milimeter (Anonim, 1987). Seam yang baik hanya dapat dijamin
bila tingkat kerapatan, juncture dan overlap berada dalam batas-batas yang diijinkan.
Ukuran-ukuran dalam setting mesin dipakai sebagai pedoman, sedang dalam
keadaan biasa perlu diperhatikan juga pengaruh dari bahan (Anonim, 1987).
Diagram Alir:
Dipotong kaleng pada bagian sambungan antara tutup dan badan
kaleng
Untuk tebal tutup (EPT) dan tebal badan kaleng (BPT) diukur dengan micrometer skrup
Gambar 4. Angka yang muncul pada jangka sorong saat proses pengukuran