Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH PERKEMBANGAN PENGGUNAAN MATERIAL PADA

PRODUK KEMASAN KALENG MAKANAN/ MINUMAN

Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah


Teknnologi Material
Yang dibina oleh Dr.Ir.Ruslan Klla,S.T.,M.T.,IPM

Oleh :

Ainun Tasbih (09220210055)

JURUSAN TEKNIK KIMIA


FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
MAKASSAR 2021
BAB I

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Di Indonesia kemasan kaleng sejak jaman kolonial Belanda hingga saat ini,
dapat ditemukan pada pasar swayalan atau supermarket di kota-kota besar di
Indonesia. Kaleng timah (tin can) merupakan pengembangan dari
penemuan Nicolas Appert pada dasawarsa 1800-an. Produk ini dipatenkan oleh
seorang berkebangsaan Inggris, Peter Durand pada 1810. Berkat
penemuan produksi massal, pada akhir abad ke-19, kaleng timah menjadi standar
produk konsumen. Timah dipilih karena relatif tidak beracun dan menambah daya
tarik kemasan karena berkilat dan tahan karat. Namun, potensi pengemasan
dengan kemasan kaleng masih terbatas, lebih dikarenakan kurangnya pengetahuan
produsen tentang kemasan selain kemasan kertas dan plastik serta biaya bahan
baku kaleng yang belum ekonomis.

Material yang digunakan untuk pembuatan kaleng terutama untuk kaleng


kemasan makanan atau minuman telah melalui berbagai perkembangan sejak
dahulu. Untuk itu, pada makalah ini akan dibahas tentang sejarah kaleng, material
pembuatan kaleng, dan cara pembuatan kaleng.

Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas maka dapat dirumuskan permasalahan


sebagai berikut:
1. Bagaimana sejarah tentang kaleng?
2. Apa material yang digunakan untuk pembuatan kaleng?
3. Bagaimana cara pembuatan kaleng?
Tujuan
Berdasarkan rumusan masalah diatas maka tujuan dari pembuatan makalah
sebagai berikut:
1. Mengetahui sejarah tentang kaleng.
2. Mengetahui material untuk pembuatan kaleng sebagai bahan pengemas.
3. Mengetahui cara pembuatan kaleng.
BAB II
PEMBAHASAN

A. Sejarah Kaleng
Kemasan kaleng sebagai wadah utama banyak digunakan di berbagai industri
makanan maupun non makanan. Kemasan kaleng memiliki kelebihan-kelebihan
dibandingkan dengan bahan kemasan lain. Kekuatan mekanik yang tinggi, tahan
tehadap perubahan-perubahan lingkungan, barrier yang baik terhadap gas, uap air,
debu, jasad renik, kotoran dan memiliki permukaan yang ideal untuk desain
bentuk dan labeling.
Sejarah ditemukannya kaleng sebagai wadah atau tempat penyimpanan
makanan itu dimulai dari kekalahan bala tentara Kaisar Napoleon dalam revolusi
Perancis pada tahun 1795, yang mana kekalahan yang terjadi diakibatkan karena
kekurangan bahan makanan atau makanan yang layak untuk dikonsumsi. Dulu
persediaan bahan makanan para tentara hanya disimpan dalam karung dan peti
yang terbuat dari kayu sehingga mudah terkena matahari dan pengaruh dari luar.
Oleh sebab itu bahan makanan itu menjadi gampang membusuk dan tidak layak
untuk dikonsumsi. Akibat yang ditimbulkan adalah penyakit yang menyerang para
tentara, sehingga terpaksa mundur kembali ke Perancis dari dataran Eropa Timur.
Mengetahui hal tersebu seoranf ilmuan bernama Nicholas Alpert berhasil
menemukan suatu teknologi untuk mengawetkan makanan dalam jangka waktu
yang lama. Penemuan tersebut tercipta setelah Alpert melakukan percobaan
selama 14 tahun. Melalui penemuanya tersebut maka Alpert memenangkan
sayembara tentang cara pengawetan makanan yang diadakan oleh Kaisar
Napoleon. Penemuannya tersebut terbuat dari botol kaca yang disumbat dengan
kayu pada lubang masuknya sehingga makanan yang ada didalamnya tidak
terpengaruh oleh udara dari luar, menjadikan makanan tersebut awet dalam waktu
tertentu.
Namun pada tahun 1810 seorang industriawan bernama Peter Duran,
mematenkan penemuannya dalam hal kemasan yang kedap udara terbuat dari
logam tipis, yang mana tidak akan mudah terlepas dibanding dengan
penemuannnya Nicholas Alpert. Peter menyimpulkan bahwa “ Makanan yang
tersimpan dalam tempat yang hampa udara (kedap udara) maka akan menjadi
tahan lama”. Penemuan inilah yang menjadi awal teknologi kemasan makanan
yang dinamanakan kemasan kaleng.
Tahun 1817 William Underwood (imigran asal inggris) mendirikan industri
pengalengan makanan pertama di Amerika Serikat. Kapten Edward Perry yang
melakukan ekspedisi ke kutub utara pada tahun 1819, 1824 dan 1826 telah
menggunakan makanan kaleng sebagai logistik mereka. Alumunium foil (alufo)
diproduksi secara komersial pertama kalo tahun 1910. kaleng aluminium untuk
kemasan bir digunakan pertama kali tahun 1965.
Awalnya pembuatan kaleng digunakan secara manual yaitu hanya
menghasilkan 5-6 kaleng per jam.. (alatnya pasti masih primitif). Akhir tahun
1900 ditemukan cara pembuatan kaleng termasuk cara pengisian dan
penutupannya yang lebih maju dan bersih. kaleng aluminium awalnya
diperkenalkan sebagai wadah pelumas.  Tahun 1866 ditemukan alat pembuka
kaleng yang berupa kunci pemutar untuk menggantikan paku dan pahat. tahun
1875 ditemukan alat pembuka kaleng dengan prinsip ungkit. Tahun 1889
ditemukan kaleng aerosol, tetapi saat ini kaleng aerosol banyak ditentang karena
merusak lapisan ozon.
https://lordbroken.wordpress.com/2018/05/12/prinsip-pengemasan-kaleng/
Sumber: http://tooldesign13.blogspot.co.id/2012/12/sejarah-kaleng.html

B. Material Pembuatan Kaleng


Jenis kaleng berdasarkan material yang digunakannya yaitu :
 Kaleng plat timah (tin plate)
Kaleng timah yang digunakan sebagai wadah (container) dari berbagai
produk makanan dan minuman, sesungguhnya terdiri dari pelat baja karbon
rendah yang dilapisi timah pada kedua sisinya yang disebut “tin-plate”. Tebal
lapisan timah tertentu, disesuaikan dengan keperluan biasanya dari 1,00-1,25%
dari berat kaleng itu sendiri. Tinplate merupakan bahan yang ideal untuk wadah
dari makanan dan minuman. Meskipun tidak selalu bersifat inert secara sempurna
terhadap setiap jenis produk makanan, akan tetapi dengan memperhatikan
persyaratan-persyaratan tertentu serta memilih kombinasi yang tepat dari material-
material yang bersangkutan, maka interaksi antara keduanya bisa ditekan
sedemikian sehingga tidak melampaui batas yang dianggap aman. Terkadang
lapisan-lapisan kaleng ini dilapisi lagi oleh lapisan bukan metal yaitu untuk
mencegah reaksi dengan makanan ataupun minuman di dalamnya.
Kelebihan dari tin plate adalah mengkilap, kuat, dan dapat disolder.
Sedangkan kekurangan dalam penggunaan kemasan plat timah sebagai bahan
kemasan pangan adalah dapat terjadinya migrasi (perpindahan) logam berat yaitu
Pb dan Sn dari kaleng ke makanan yang dikemas. Oleh karena itu, untuk
mencegah terjadinya kontak langsung antara kaleng pengemas dengan bahan
pangan yang dikemas, maka kaleng plat timah harus diberi pelapis. Interaksi
antara bahan pangan dengan kemasan ini dapat menimbulkan korosi yang
menghasilkan warna serta flavor yang tidak diinginkan
https://jurnal.uisu.ac.id
 Kaleng almunium
Aluminium merupakan logam yang memiliki beberapa keunggulan yaitu
lebih ringan dari pada baja, mudah dibentuk, tidak berasa, tidak berbau, tidak
beracun, dapat menahan masuknya gas, mempunyai konduktivitas panas yang
baik dan dapat didaur ulang. Dengan keunggulan tersebut, maka pemanfaatan
material aluminium
pada beberapa sektor industri menjadi semakin meningkat. Tetapi penggunaan
Aluminium murni sebagai bahan kemasan kaleng pangan juga mempunyai
kelemahan yaitu kekuatan (rigiditasnya) kurang baik disbanding dengan
aluminium paduan, sukar disolder sehingga susunannya tidak rapat dan dapat
menimbulkan lubang pada kemasan, harganya lebih mahal dan mudah mengalami
perkaratan sehingga harus diberi lapisan tambahan.
Secara komersial penggunaan Aluminium murni tidak menguntungkan,
sehingga harus dicampur dengan logam lainnya untuk mengurangi biaya,
memperbaiki daya tahannya terhadap korosi dan memperbaiki sifat mekanisnya.
Logam-logam yang biasanya digunakan sebagai campuran pada pembuatan
kaleng minuman aluminium adalah Si, Fe, Cu, Mn, Mg, Zn, Cr, Ti dan Al.
Pengemasan makanan atau minuman dengan Aluminium yang tidak diberi lapisan
dapat menyebabkan terjadinya perubahan warna dan rasa.
C. Proses Pembuatan Kaleng
Pembuatan Kemasan Kaleng dari Tin Plate
Secara umum proses pembuatan kaleng terdiri dari printing/coating, slitting/
shearing, pressing dan assembly. Printing dilakukan dengan tujuan untuk
pembuatan dekorasi dan melindungi kaleng dari karat atau untuk mencegah reaksi
antara tinplate dengan bahan yang dikemas.
Slitting/ Shearing adalah proses memotong tinplate menjadi body blank atau
strip yang digunakan untuk pembuatan komponen-komponen kaleng sesuai
kebutuhan. Pressing adalah proses pembuatan komponen-komponen kaleng
seperti tutup atas/ bawah atau body kaleng pada two pieces. Jumlah proses
pembuatan komponen tergantung dari bentuk kaleng yang akan dibuat. Pada
pembuatan tutup, latex sebagai bahan pengisi sambungan body dengan tutup
membuat kaleng kedap udara.
Assembly adalah proses menyatukan badan dan tutup kaleng dengan
menggunakan mesin-mesin soudronic, soldering atau mesin lain. Pembuatan
kemasan kaleng dilakukan dengan menyambung lembaran plat timah hingga
membentuk kaleng. Proses penyambungan dilakukan dengan cara soldering
(patri), cementing dan welding. Soldering adalah cara perekatan dengan panas
pada metal solid (tin plate) dengan metalic boundary agent dengan menggunakan
fluks pada suhu 45oC. Cementing adalah perekatan dengan menggunakan bahan
perekat berupa poliamida dan polyester. Teknik cementing tidak tahan sterilisasi
dan biasanya digunakan untuk kaleng –kaleng minyak goreng.

Pembuatan Kemasan Kaleng dari Campuran Aluminium dan Tin Plate


Pembuatan jenis kaleng two pieces can dengan bahan almunium dan plat
timah. Almunium terbagi dalam tiga seri yaitu:

1) Seri 1000, kadar almunium min 99% ekstruksi dan foil,

2) Seri 3000 Mn 0,3-1,5% tahan korosi dapat digunakan untuk DRD dan DWI,
3) Seri 5000 Mn 0,5-5% digunakan untuk DRD dan tutup.

Penggunaan aluminium sebagai wadah kemasan, menyebabkan bagian


sebelah dalam wadah tidak dapat kontak dengan oksigen, dan ini menyebabkan
terjadinya perkaratan di bagian sebelah dalam kemasan. Untuk mencegah
terjadinya karat, maka di bagian dalam dari wadah aluminium ini harus diberi
lapisan enamel. Secara komersial penggunaan aluminium murni tidak
menguntungkan, sehingga harus dicampur dengan logam lainnya untuk
mengurangi biaya dan memperbaiki daya tahannya terhadap korosi. Logam-logam
yang biasanya digunakan sebagai campuran pada pembuatan wadah aluminium
adalah tembaga, magnesium, mangan, khromium dan seng (pada media alkali)

Kaleng dua lembar adalah kaleng yang dibuat dari bahan baku plat timah,
aluminium atau lakur (alloy). Pembuatan kaleng dua lembar dapat dilakukan
dengan dua cara, yaitu proses draw-and-wall-iron (DWI) dan proses draw-and-
redraw (DRD). Proses DWI menghasilkan kaleng dengan dinding yang tipis dan
digunakan untuk memproduksi kaleng aluminium untuk minuman berkarbonasi
dimana bahan pengemas mendapat tekanan setelah pengisian. Kaleng DRD
mempunyai dinding yang lebih tebal dan dapat digunakan untuk mengemas bahan
pangan yang disterilisasi dimana diperlukan adanya ruang vakum (head-space)
pada kaleng selama pendinginan.

1. Kaleng DWI (Draw and Wall Iron)


Urutan proses pembuatan kaleng DWI dapat dilihat pada Gambar 1, dan dapat
dijelaskan sebagai berikut :
 Bahan pembuat kaleng adalah plat timah dan aluminium dengan ketebalan
masing-masing 0.3 dan 0.42 mm.
 Sekeliling lembaran ditekan ke dalam berbentuk mangkuk atau lekukan untuk
memperoleh lekukan yang dangkal.
 Lekukan dilewatkan berturut-turut pada lingkaran logam (annular rings)
untuk mengurangi ketebalan dinding lekukan sampai kira-kira 1/3 dari
ketebalan awal dan tingginya tiga kali tinggi semula. Proses ini disebut
dengan Wall Ironed.
 Setelah bentuk dasar terbentuk, maka kaleng dipotong sesuai dengan ukuran
yang diinginkan.
 Penutupan dengan cara double seaming setelah pengisian

Sistem pelapisan bagian dalam dilakukan dengan cara spray dan oven. Jenis


enamel yang digunakan tergantung dari bahan pembuat kaleng dan produk yang
akan dikemas, dan biasanya berupa epoksi fenolik, epoksiamin dan senyawa-
senyawa vinil.

Modifikasi dari proses DWI dapat dilakukan dengan cara :


 Memperkecil ukuran diameter dari leher kaleng yang dapat memperbaiki
penampilan dan kekuatan kaleng untuk ditumpuk, serta menghemat
penggunaan logam
 Ring-pull-tabs atau full-aperture untuk memudahkan membuka kaleng
 Disain cetakan dengan menggunakan komputer dan penggunaan tinta yang
tahan terhadap abrasi, yang memungkinkan badan kaleng dicetak sebelum
dibentuk. Tinta kemudian ditarik dengan logam selama proses DWI untuk
menghasilkam desain yang diinginkan pada produk akhir.

Gambar 1. Urutan Proses Pembuatan Two Pieces Can Tipe DWI


2. Kaleng DRD (Draw and Re-Draw)
Proses DRD pada prinsipnya sama dengan DWI, dan perbedaannya hanya
terletak pada proses ironing, dimana pada DWI proses ironing bertujuan untuk
mengurangi ketebalan dari kaleng, sedangkan pada proses DWD tidak terdapat
proses ironing sehingga dihasilkan kaleng yang lebih tebal. Bahan pembuat
kaleng DRD adalah plat timah dengan ketebalan 0.2 mm. Tahap-tahap pembuatan
kaleng DRD dapat dilihat pada Gambar 2.

Gambar 2. Urutan Proses Pembuatan Two Pieces Can Tipe DRD

Keuntungan dari kaleng dua lembar adalah mempunyai integritas yang besar,
lapisan penutup yang lebih seragam, menghemat penggunaan logam dan
mempunyai bentuk yang lebih menarik bagi konsumen, dibandingkan dengan
sistem solder maupun penyambungan pada kaleng lembar tiga (TPC). Hal ini
disebabkan karena :
 Lembar ganda hanya mempunyai satu sambungan double seam sehingga
mudah dibentuk dan dikontrol, dibandingkan TPC dengan sambungan pada
sisi badan dan double seam yang kompleks.
 Lapisan pelindung bagian dalam tidak perlu melindungi sambungan yang
mudah korosi an kontak dengan produk sebagaimana pada kaleng TPC.
 Tidak diperlukan adanya penyolderan sehingga bahan dapat dihemat.
 Menyediakan tempat yang lebih luas karena tidak terdapat sambungan
sehingga dapat dicetak (diprinting) lebih indah dan lebih lengkap misalnya
untuk pelabelan pada produk.
Sumber: http://dewiagustiyani.blogspot.co.id/2015/04/kemasan-kaleng-
proses-pengalengan-exp.html
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan

Tahun 1817 William Underwood (imigran asal inggris) mendirikan


industri pengalengan makanan pertama di Amerika Serikat. Kapten Edward
Perry yang melakukan ekspedisi ke kutub utara pada tahun 1819, 1824 dan
1826 telah menggunakan makanan kaleng sebagai logistik mereka.
Alumunium foil (alufo) diproduksi secara komersial pertama kalo tahun
1910. kaleng aluminium untuk kemasan bir digunakan pertama kali tahun
1965. Jenis kaleng berdasarkan jenis bahan yang digunakannya yaitu :
- kaleng plat timah (tin plate)

- kaleng baja bebas timah (tin-free steel)

- kaleng almunium

Contoh proses pembuatan kaleng two pieces can adalah pembuatan


Kaleng pengemasan minuman kopi Nescafe. Pengemasan ini adalah jenis
kaleng two pieces can dengan bahan almunium.

B. Saran
Pada makalah ini diharapkan pembaca bisa memahami tentang
pengemasan kaleng dan pengemasan kayu, sehingga dapat menerapkan
dalam kehidupan khususnya sebagai alat pengemasan bahan makanan.
DAFTAR RUJUKAN
Anonim. 2011. Sejarah Kaleng (Online) ,
(http://tooldesign13.blogspot.co.id/2012/12/sejarah-kaleng.html), diakses 25
September 2017

Agustiani, Dewi. 2015. Proses Pembuatan Kaleng, (Online),


(http://dewiagustiyani.blogspot.co.id/2015/04/kemasan-kaleng-proses-
pengalengan-exp.html), diakses 25 September 2017

Agustina, Dewi. 2014. Kemasan Kaleng,(Online),


(http://dewiagustiyani.blogspot.co.id/2014/07/kemasan-kaleng-jenis-
kaleng.html), diakses 25 September 2017

Anda mungkin juga menyukai