Oleh :
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Di Indonesia kemasan kaleng sejak jaman kolonial Belanda hingga saat ini,
dapat ditemukan pada pasar swayalan atau supermarket di kota-kota besar di
Indonesia. Kaleng timah (tin can) merupakan pengembangan dari
penemuan Nicolas Appert pada dasawarsa 1800-an. Produk ini dipatenkan oleh
seorang berkebangsaan Inggris, Peter Durand pada 1810. Berkat
penemuan produksi massal, pada akhir abad ke-19, kaleng timah menjadi standar
produk konsumen. Timah dipilih karena relatif tidak beracun dan menambah daya
tarik kemasan karena berkilat dan tahan karat. Namun, potensi pengemasan
dengan kemasan kaleng masih terbatas, lebih dikarenakan kurangnya pengetahuan
produsen tentang kemasan selain kemasan kertas dan plastik serta biaya bahan
baku kaleng yang belum ekonomis.
Rumusan Masalah
A. Sejarah Kaleng
Kemasan kaleng sebagai wadah utama banyak digunakan di berbagai industri
makanan maupun non makanan. Kemasan kaleng memiliki kelebihan-kelebihan
dibandingkan dengan bahan kemasan lain. Kekuatan mekanik yang tinggi, tahan
tehadap perubahan-perubahan lingkungan, barrier yang baik terhadap gas, uap air,
debu, jasad renik, kotoran dan memiliki permukaan yang ideal untuk desain
bentuk dan labeling.
Sejarah ditemukannya kaleng sebagai wadah atau tempat penyimpanan
makanan itu dimulai dari kekalahan bala tentara Kaisar Napoleon dalam revolusi
Perancis pada tahun 1795, yang mana kekalahan yang terjadi diakibatkan karena
kekurangan bahan makanan atau makanan yang layak untuk dikonsumsi. Dulu
persediaan bahan makanan para tentara hanya disimpan dalam karung dan peti
yang terbuat dari kayu sehingga mudah terkena matahari dan pengaruh dari luar.
Oleh sebab itu bahan makanan itu menjadi gampang membusuk dan tidak layak
untuk dikonsumsi. Akibat yang ditimbulkan adalah penyakit yang menyerang para
tentara, sehingga terpaksa mundur kembali ke Perancis dari dataran Eropa Timur.
Mengetahui hal tersebu seoranf ilmuan bernama Nicholas Alpert berhasil
menemukan suatu teknologi untuk mengawetkan makanan dalam jangka waktu
yang lama. Penemuan tersebut tercipta setelah Alpert melakukan percobaan
selama 14 tahun. Melalui penemuanya tersebut maka Alpert memenangkan
sayembara tentang cara pengawetan makanan yang diadakan oleh Kaisar
Napoleon. Penemuannya tersebut terbuat dari botol kaca yang disumbat dengan
kayu pada lubang masuknya sehingga makanan yang ada didalamnya tidak
terpengaruh oleh udara dari luar, menjadikan makanan tersebut awet dalam waktu
tertentu.
Namun pada tahun 1810 seorang industriawan bernama Peter Duran,
mematenkan penemuannya dalam hal kemasan yang kedap udara terbuat dari
logam tipis, yang mana tidak akan mudah terlepas dibanding dengan
penemuannnya Nicholas Alpert. Peter menyimpulkan bahwa “ Makanan yang
tersimpan dalam tempat yang hampa udara (kedap udara) maka akan menjadi
tahan lama”. Penemuan inilah yang menjadi awal teknologi kemasan makanan
yang dinamanakan kemasan kaleng.
Tahun 1817 William Underwood (imigran asal inggris) mendirikan industri
pengalengan makanan pertama di Amerika Serikat. Kapten Edward Perry yang
melakukan ekspedisi ke kutub utara pada tahun 1819, 1824 dan 1826 telah
menggunakan makanan kaleng sebagai logistik mereka. Alumunium foil (alufo)
diproduksi secara komersial pertama kalo tahun 1910. kaleng aluminium untuk
kemasan bir digunakan pertama kali tahun 1965.
Awalnya pembuatan kaleng digunakan secara manual yaitu hanya
menghasilkan 5-6 kaleng per jam.. (alatnya pasti masih primitif). Akhir tahun
1900 ditemukan cara pembuatan kaleng termasuk cara pengisian dan
penutupannya yang lebih maju dan bersih. kaleng aluminium awalnya
diperkenalkan sebagai wadah pelumas. Tahun 1866 ditemukan alat pembuka
kaleng yang berupa kunci pemutar untuk menggantikan paku dan pahat. tahun
1875 ditemukan alat pembuka kaleng dengan prinsip ungkit. Tahun 1889
ditemukan kaleng aerosol, tetapi saat ini kaleng aerosol banyak ditentang karena
merusak lapisan ozon.
https://lordbroken.wordpress.com/2018/05/12/prinsip-pengemasan-kaleng/
Sumber: http://tooldesign13.blogspot.co.id/2012/12/sejarah-kaleng.html
2) Seri 3000 Mn 0,3-1,5% tahan korosi dapat digunakan untuk DRD dan DWI,
3) Seri 5000 Mn 0,5-5% digunakan untuk DRD dan tutup.
Kaleng dua lembar adalah kaleng yang dibuat dari bahan baku plat timah,
aluminium atau lakur (alloy). Pembuatan kaleng dua lembar dapat dilakukan
dengan dua cara, yaitu proses draw-and-wall-iron (DWI) dan proses draw-and-
redraw (DRD). Proses DWI menghasilkan kaleng dengan dinding yang tipis dan
digunakan untuk memproduksi kaleng aluminium untuk minuman berkarbonasi
dimana bahan pengemas mendapat tekanan setelah pengisian. Kaleng DRD
mempunyai dinding yang lebih tebal dan dapat digunakan untuk mengemas bahan
pangan yang disterilisasi dimana diperlukan adanya ruang vakum (head-space)
pada kaleng selama pendinginan.
Keuntungan dari kaleng dua lembar adalah mempunyai integritas yang besar,
lapisan penutup yang lebih seragam, menghemat penggunaan logam dan
mempunyai bentuk yang lebih menarik bagi konsumen, dibandingkan dengan
sistem solder maupun penyambungan pada kaleng lembar tiga (TPC). Hal ini
disebabkan karena :
Lembar ganda hanya mempunyai satu sambungan double seam sehingga
mudah dibentuk dan dikontrol, dibandingkan TPC dengan sambungan pada
sisi badan dan double seam yang kompleks.
Lapisan pelindung bagian dalam tidak perlu melindungi sambungan yang
mudah korosi an kontak dengan produk sebagaimana pada kaleng TPC.
Tidak diperlukan adanya penyolderan sehingga bahan dapat dihemat.
Menyediakan tempat yang lebih luas karena tidak terdapat sambungan
sehingga dapat dicetak (diprinting) lebih indah dan lebih lengkap misalnya
untuk pelabelan pada produk.
Sumber: http://dewiagustiyani.blogspot.co.id/2015/04/kemasan-kaleng-
proses-pengalengan-exp.html
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
- kaleng almunium
B. Saran
Pada makalah ini diharapkan pembaca bisa memahami tentang
pengemasan kaleng dan pengemasan kayu, sehingga dapat menerapkan
dalam kehidupan khususnya sebagai alat pengemasan bahan makanan.
DAFTAR RUJUKAN
Anonim. 2011. Sejarah Kaleng (Online) ,
(http://tooldesign13.blogspot.co.id/2012/12/sejarah-kaleng.html), diakses 25
September 2017