Gelas
Erika Pardede
Kemasan pangan dari gelas bukanlah sesuatu yang sulit ditemukan lagi dewasa ini.
Berbagai jenis pangan dalam kemasan gelas tersedia di pasaran mulai dari minuman
dalam botol gelas, seperti bir, anggur, minuman beralkohol, air mineral, minuman
ringan, hingga makanan seperti jam, kopi instant, buah atau sayur olahan.
Sejarah perkembangan gelas telah dimulai dari zaman perunggu sekitar 3000 SM, dari
daerah timur Mediterania. Penemuan pembuatan gelas dengan cara peniupan di
Romawi kemudian menjadi cikal bakal pembuatan wadah gelas. Di tahun 1900
industri manufaktur kemasan secara mekanis dimulai di USA.
Kemasan pangan dari gelas lebih banyak berupa botol yang memiliki leher sempit
maupun dan kemasan gelas dengan bukaan lebar seperti jar dan pot. Gelas yang kita
kenal sehari-hari memiliki warna yang beragam. Gelas tak berwarna (white flint)
dibuat dari soda (Na2O), kapur (lime; CaO) dan silika. Sekaligus inilah bahan dasar
untuk pembuatan gelas-gelas berwarna lainnya. Komposisi kimia bahan-bahan
tersebut umumnya silika yang berasal dari pasir dengan kemurnian tinggi sebanyak
72%, kapur (dari batu kapur CaCO3) sebanyak 12%, soda (dari soda abu) sebanyak
6
Tek Pengemasan dan Penyimpanan
Gelas
Erika Pardede
12%. Pada beberapa bahan dasar terdapat aluminium oksida (Al2O3), yang berfungsi
meningkatkan ketahananan gelas, sekaligus sebagai bahan untuk mengurangi suhu
dan waktu yang yang dibutuhkan untuk melelehkan campuran bahan, serta
membantu mengurangi gelembung gas pada gelas. Meskipun tidak ditambahkan
sering juga terdapat magnesium oksida (MgO) dan kalium oksida (K2O). Komposisi dari
bahan dasar pembuat gelas inilah yang menentukan karakteristik produk gelas jadi
seperti titik lebur, ketahanan terhadap pendinginan dan pemanasan, kekuatan dan
sifat fisik lainnya (Girling in Coles et al, 2003).
Gelas berwarna didapatkan dengan penambahan oksida logam ke dalam bahan dasar
gelas tak berwarna. Gelas putih kehijauan (pale green or half white) didapat dengan
penambahan oksida besi (Fe2O3), sedangkan untuk mendapatkan warna hijau
kebiruan ditambahkan oksida krom (Cr2O3). Penambahan oksida besi dan oksida krom
sekaligus akan menghasilkan gelas berwarna hijau gelap (dark green). Variasi warna
kecoklatan (amber) didapat dengan cara meleburkan bahan dasar yang ditambah
dengan oksida besi dalam kondisi tereduksi, dan penambahan karbon (C). Gelas
berwarna coklat memiliki kemampuan menahan sinar ultra violet yang sangat baik.
Gelas berwarna biru (blue) didapat dengan penambahan oksida kobalt pada bahan
dasar yang telah ditambah sedikit oksida besi.
Tahapan selanjutnya adalah pembentukan kemasan gelas. Adonan cair dari bahan
dasar dialirkan melalui suatu lobang keluar dinamai “orifice” dan mengeluarkan
adonan berbentuk silinder (dinamai gob yang massanya sesuai dengan massa kemasan
yang akan dibentuk) yang akan masuk dengan cara jatuh bebas ke dalam cetakan
kemasan. Gob akan dibentuk mengikuti bentuk cetakan kemasan melalui cara
7
Tek Pengemasan dan Penyimpanan
Gelas
Erika Pardede
“peniupan atau blow” atau “penekanan atau press”. Selanjutnya cetakan akan
dibalik lalu dilakukan “peniupan atau blow” kembali untuk mendapatkan bentuk
yang sempurna sesuai dengan cetakan kemasan. Dari cetakan, kemasan yang telah
jadi dikeluarkan pada kondisi suhu 650oC (1200oF).
Kemasan gelas dapat berbentuk gelas bermulut lebar (wide mouth) atau gelas
berleher sempit (narrow neck). Cara “press and blow” cocok untuk membentuk
kemasan bermulut lebar, seperti kemasan jar untuk jam, makanan bayi, madu,
mentega kacang, kopi instant. Sementara metoda “blow and blow” cocok untuk
membuat kemasan botol bermulut sempit. Cara press and blow juga digunakan untuk
membuat kemasan botol yang ringan.
8
Tek Pengemasan dan Penyimpanan
Gelas
Erika Pardede
Suatu botol secara fisik dapat dibagi atas 3 bagian, yaitu bagian dasar (bottom),
badan (body), dan leher (finish).
Bagian dasar botol terdiri dari bottom dan bearing surface.
Bagian badan terdiri dari shoulder, heel, side wall, dan mold seam.
Bagian leher terdiri dari sealing surface, glass lug, continuous thread,
transfer bead, vertical neck ring seam, dan neck ring parting line.
Botol selalu dilengkapi dengan tutup botol. Penutup yang terbuat dari gelas sudah
mulai sulit dijumpai. Untuk botol yang terbuat dari gelas bahan penutup biasanya
terbuat dari logam atau plastik, meskipun masih ada yang menggunakan gabus
seperti pada minuman anggur. Tutup botol terbagi atas bagian permukaan luar (face)
dan permukaan bagian bawah (reverse) yang menyentuh leher botol di bagian sealing
surface.
9
Tek Pengemasan dan Penyimpanan
Gelas
Erika Pardede
Penutupan vakum; penutup yang terbuat dari logam yang diberi pelapis yang
direkatkan ke bibir gelas. Penutup logamnya dipasang dengan cara mengepres atau
dengan memutar hingga melekat di posisinya, dimana pada saat yang sama uap
dialirkan melalui head space untuk menghalau uap/gas keluar dari botoluntuk
mendapatkan kondisi vakum. Penutupan seperti ini cocok untuk untuk proses in-
bottle sterilisation dan retort sterilisation dengan variasi ukuran botol 28 – 82 mm.
Penutupan bertekanan: penutup yang terbuat dari logam atau plastik yang diberi
pelapis untuk merekatkannya serta dipasang dengan cara mengepres atau dengan
memutar hingga melekat di posisinya, contoh:
10
Tek Pengemasan dan Penyimpanan
Gelas
Erika Pardede
Gelas merupakan bahan yang impermiabel, yang tidak dapat ditembus oleh materi
bahan baik dari luar kemasan ke dalam kemasan maupun sebaliknya. Dengan
demikian efek perlindungannya terhadap kelembaban, gas, bau dan mikroorganisma
sangat baik. Hal ini didukung oleh sifatnya yang bereaksi secara kimia (inert). Gelas
tidaka bereaksi dengan bahan makanan yang dikemas dan tidak bermigrasi ke dalam
bahan pangan. Dengan demikian kondisi makanan yang dikemas relatif sangat aman
ditinjau dari segi perubahan akibat kontaminasi dan reaksi kimia. Beberapa jenis
gelas yang diwarnai dapat menyaring cahaya ultra violet menembus ke dalam
kemasan, sehingga relatif terlindungi dari ultra violet yang dapat memicu reaksi
oksidasi.
Kemampuan untuk diwarnai ini sekaligus menimbulkan daya tarik tersendiri bagi
konsumen. Ditambah dengan bentuknya yang mudah disesuaikan, sistem penutupan
yang mudah dibuka dan ditutup, serta tekstur permukaan gelas yang halus membuat
wadah gelas mudah didekoras. Efek dekoratif menawarkan suatu daya tarik
tersendiri bagi konsumen, sedang tutup yang mudah dibuka dan ditutup (resealable)
menawarkan kenyamanan. Selain kuat, gelas juga lebih tahan panas dibanding
plastik. Dengan teknologi “pyrex” wadah gelas tahan panas bahkan dapat digunakan
untuk mikrowave.
Dari sudut pandang lingkungan, gelas dapat didaur ulang (recyclable) dan dapat
digunakan kembali (reuseable), sehingga pengurangan pembuatan kemasan gelas
11
Tek Pengemasan dan Penyimpanan
Gelas
Erika Pardede
Selain ditentukan oleh ketebalan, ketahanan gelas juga ditentukan oleh kondisi
permukaan, adanya retakan bahkan goresan kecil dapat menjadi titik pusat akibat
tekanan sewaktu penanganan maupun selama dalam proses pengemasan. Untuk itu
faktor pemeriksaan/sortasi dalam proses pengemasan harus dilakukan secara ketat.
Selain test untuk kondisi gelas, dilakukan juga test terhadap kontainer berhubungan
dengan sifat ketahanan ketika disusun vertikal (bertindih), ketahanan terhadap
tekanan internal khususnya untuk proses pengemasan dalam kondisi bertekanan –
pada miniman berkarbonasi-, ketahanan terhadap thermal shock jika digunakan
untuk proses hot filling sterilisasi atau pasteurisasi.
12
Tek Pengemasan dan Penyimpanan
Gelas
Erika Pardede
Secara umum, produk hot-fill yang diisikan pada suhu 85oC dan diikuti pendinginan
membutuhkan headspace kira-kira 5%. Sementara kalau diisikan dalam bentuk prosuk
dingin dan dilanjutkan dengan sterilisasi pada 121oC membutuhkan headspace 6%.
Kemungkinan terjadinya gelas pecah akibat termal shock lebih besar saat
pendinginan dibandingkan saat pemanasan. Untuk itu perbedaan suhu ketika
dilakukan pendinginan sebaiknya tidak melebihi 40 derajat C, sedangkan ketika
pemanasan sebaiknya tidak melebihi 65 derajat C.
Wadah gelas yang baik dapat bertahan terhadap tekanan internal hingga 10 bar,
meskipun normalnya tekanan pada kemasan vakum adalah 5 bar. Termasuk tahan
terhadap tekana internal yang dihasilkan pada waktu uap panas dialirkan melalui
head space. Tekanan internal berkaitan dengan tinggi head space, suhu produk, dan
jumlah udara yang tinggal setelah pemakuman. Semakin tinggi headspace semakin
tinggi vakum dalam botol. Semakin tinggi suhu prosuk semakin tinggi vakum. Semakin
sedikit udara yang tinggal dalam gelas akan semakin tinggi vakum yang dihasilkan.
Keberhasilan penutupan yang hermetis dipengaruhi oleh tekanan (-) internal dalam
botol dan tekanan (+) dari luar kemasan. Tekanan eksternal dipengaruhi oleh kondisi
lingkungan dimana botol ditempatkan selama penyimpanan maupun distribusi.
13
Tek Pengemasan dan Penyimpanan
Gelas
Erika Pardede
Istilah 3R (Reuse, recycling dan reduce) merupakan istilah-istilah yang erat dengan
usaha penyelamatan lingkungan. Selain itu mengurangi jumlah kemasan baru yang
harus diproduksi. Pembuatan kemasan baru selain membutuhkan energi bahan bakar
untuk pabrik dan transportasi, juga mengurangi emisi gas rumah kaca ke atmosfir,
selain pengurangan limbah sampah yang tidak terpakai.
Berkaitan dengan usaha pengurangan (reduce), dewasa ini kemasan gelas yang ringan
banyak diproduksi bahkan hingga 40 – 50 persen dari kemasan yang sama pada
awalnya. Meskipun demikian masih banyak produk yang masih bertahan dengan
kondisi kemasan gelas yang berat seperti misalnya untuk botol-botol minuman
beralkohol, demi mempertahankan citra yang sudah menjadi trade mark produknya.
14