Anda di halaman 1dari 9

Tek Pengemasan dan Penyimpanan

Gelas
Erika Pardede

II. KEMASAN GELAS

Kemasan pangan dari gelas bukanlah sesuatu yang sulit ditemukan lagi dewasa ini.
Berbagai jenis pangan dalam kemasan gelas tersedia di pasaran mulai dari minuman
dalam botol gelas, seperti bir, anggur, minuman beralkohol, air mineral, minuman
ringan, hingga makanan seperti jam, kopi instant, buah atau sayur olahan.

Sejarah perkembangan gelas telah dimulai dari zaman perunggu sekitar 3000 SM, dari
daerah timur Mediterania. Penemuan pembuatan gelas dengan cara peniupan di
Romawi kemudian menjadi cikal bakal pembuatan wadah gelas. Di tahun 1900
industri manufaktur kemasan secara mekanis dimulai di USA.

Menurut peraturan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan RI Nomor HK


00.05.55.6497 tentang Bahan Kemasan Pangan, gelas adalah campuran pasir dengan
soda abu, serbuk mineral/pasir putih dengan titik leleh rendah, batu kapur dan
pecahan atau limbah atau gelas yang didaur ulang.

Gambar: Kemasan gelas aneka warna

Kemasan pangan dari gelas lebih banyak berupa botol yang memiliki leher sempit
maupun dan kemasan gelas dengan bukaan lebar seperti jar dan pot. Gelas yang kita
kenal sehari-hari memiliki warna yang beragam. Gelas tak berwarna (white flint)
dibuat dari soda (Na2O), kapur (lime; CaO) dan silika. Sekaligus inilah bahan dasar
untuk pembuatan gelas-gelas berwarna lainnya. Komposisi kimia bahan-bahan
tersebut umumnya silika yang berasal dari pasir dengan kemurnian tinggi sebanyak
72%, kapur (dari batu kapur CaCO3) sebanyak 12%, soda (dari soda abu) sebanyak

6
Tek Pengemasan dan Penyimpanan
Gelas
Erika Pardede

12%. Pada beberapa bahan dasar terdapat aluminium oksida (Al2O3), yang berfungsi
meningkatkan ketahananan gelas, sekaligus sebagai bahan untuk mengurangi suhu
dan waktu yang yang dibutuhkan untuk melelehkan campuran bahan, serta
membantu mengurangi gelembung gas pada gelas. Meskipun tidak ditambahkan
sering juga terdapat magnesium oksida (MgO) dan kalium oksida (K2O). Komposisi dari
bahan dasar pembuat gelas inilah yang menentukan karakteristik produk gelas jadi
seperti titik lebur, ketahanan terhadap pendinginan dan pemanasan, kekuatan dan
sifat fisik lainnya (Girling in Coles et al, 2003).

Gelas berwarna didapatkan dengan penambahan oksida logam ke dalam bahan dasar
gelas tak berwarna. Gelas putih kehijauan (pale green or half white) didapat dengan
penambahan oksida besi (Fe2O3), sedangkan untuk mendapatkan warna hijau
kebiruan ditambahkan oksida krom (Cr2O3). Penambahan oksida besi dan oksida krom
sekaligus akan menghasilkan gelas berwarna hijau gelap (dark green). Variasi warna
kecoklatan (amber) didapat dengan cara meleburkan bahan dasar yang ditambah
dengan oksida besi dalam kondisi tereduksi, dan penambahan karbon (C). Gelas
berwarna coklat memiliki kemampuan menahan sinar ultra violet yang sangat baik.
Gelas berwarna biru (blue) didapat dengan penambahan oksida kobalt pada bahan
dasar yang telah ditambah sedikit oksida besi.

2.1 Pembuatan kemasan gelas


Pembuatan gelas diawali dengan proses peleburan bahan dasar pada tanur dengan
suhu berkisar 1350oC (2462oF) sampai 1600 oC hingga membentuk adonan berbentuk
cair bebas gelembung. Selain bahan dasar seperti disebut di atas, serpihan maupun
pecahan gelas daur ulang dapat ditambahkan hingga 15 – 30% dari total massa
campuran. Adonan cair tersebut dialirkan melalui suatu saluran dengan suhu
terkontrol untuk mendapatkan suhu yang tepat sebelum masuk ke bagian
penbentukan kemasan. Suhu 1100oC (2012oF) secara umum cocok untuk
mendapatkan kemasan baik untuk makanan maupun minuman.

Tahapan selanjutnya adalah pembentukan kemasan gelas. Adonan cair dari bahan
dasar dialirkan melalui suatu lobang keluar dinamai “orifice” dan mengeluarkan
adonan berbentuk silinder (dinamai gob yang massanya sesuai dengan massa kemasan
yang akan dibentuk) yang akan masuk dengan cara jatuh bebas ke dalam cetakan
kemasan. Gob akan dibentuk mengikuti bentuk cetakan kemasan melalui cara

7
Tek Pengemasan dan Penyimpanan
Gelas
Erika Pardede

“peniupan atau blow” atau “penekanan atau press”. Selanjutnya cetakan akan
dibalik lalu dilakukan “peniupan atau blow” kembali untuk mendapatkan bentuk
yang sempurna sesuai dengan cetakan kemasan. Dari cetakan, kemasan yang telah
jadi dikeluarkan pada kondisi suhu 650oC (1200oF).

Gambar: Skema pembuatan kemasan gelas

Kemasan gelas dapat berbentuk gelas bermulut lebar (wide mouth) atau gelas
berleher sempit (narrow neck). Cara “press and blow” cocok untuk membentuk
kemasan bermulut lebar, seperti kemasan jar untuk jam, makanan bayi, madu,
mentega kacang, kopi instant. Sementara metoda “blow and blow” cocok untuk
membuat kemasan botol bermulut sempit. Cara press and blow juga digunakan untuk
membuat kemasan botol yang ringan.

2.2. Wadah gelas


Umumnya kemasan dijumpai dalam bentuk botol berbagai ukuran, yakni kemasan
dengan leher sempit, yang banyak digunakan untuk berbagai jenis minuman. Selain
dari bahan gelas, botol sudah banyak yang dibuat dengan bahan plastik. Sedangkan
bentuk lainnya adalah wadah bermulut lebar seperti jar dan pot yang biasa
digunakan sebagai kemasan jam maupun kopi instant.

8
Tek Pengemasan dan Penyimpanan
Gelas
Erika Pardede

Bagian-bagian botol dapat dilihat pada sketsa berikut.

Suatu botol secara fisik dapat dibagi atas 3 bagian, yaitu bagian dasar (bottom),
badan (body), dan leher (finish).
 Bagian dasar botol terdiri dari bottom dan bearing surface.
 Bagian badan terdiri dari shoulder, heel, side wall, dan mold seam.
 Bagian leher terdiri dari sealing surface, glass lug, continuous thread,
transfer bead, vertical neck ring seam, dan neck ring parting line.

Botol selalu dilengkapi dengan tutup botol. Penutup yang terbuat dari gelas sudah
mulai sulit dijumpai. Untuk botol yang terbuat dari gelas bahan penutup biasanya
terbuat dari logam atau plastik, meskipun masih ada yang menggunakan gabus
seperti pada minuman anggur. Tutup botol terbagi atas bagian permukaan luar (face)
dan permukaan bagian bawah (reverse) yang menyentuh leher botol di bagian sealing
surface.

Jenis penutupan dapat dikategorikan menjadi:


Penutupan normal; yang digunakan untuk produk yang diisi secara non-vakum/non-
pressure, terdiri dari penutup komposit plastik/aluminium foil, seperti yang dijumpai
pada kopi bubuk, susu bubuk, dan pangan berbentuk-bentuk granular, yoghurt, selai
kacang.

9
Tek Pengemasan dan Penyimpanan
Gelas
Erika Pardede

Penutupan vakum; penutup yang terbuat dari logam yang diberi pelapis yang
direkatkan ke bibir gelas. Penutup logamnya dipasang dengan cara mengepres atau
dengan memutar hingga melekat di posisinya, dimana pada saat yang sama uap
dialirkan melalui head space untuk menghalau uap/gas keluar dari botoluntuk
mendapatkan kondisi vakum. Penutupan seperti ini cocok untuk untuk proses in-
bottle sterilisation dan retort sterilisation dengan variasi ukuran botol 28 – 82 mm.

Penutupan bertekanan: penutup yang terbuat dari logam atau plastik yang diberi
pelapis untuk merekatkannya serta dipasang dengan cara mengepres atau dengan
memutar hingga melekat di posisinya, contoh:

Crown atau twist crown Roll on pilfer proof (ROPP)

10
Tek Pengemasan dan Penyimpanan
Gelas
Erika Pardede

2.3 Karakteristik kemasan gelas


Dalam hal memberi perlindungan terhadap pangan, baik makanan maupun minuman,
gelas merupakan bahan kemasan yang paling baik dan memiliki keunggulan yang
banyak dibanding bahan kemasan lainnya.

Kemasan gelas dapat memberikan pesan “kualitas baik” terhadap konsumen,


sehingga menimbulkan persepsi khusus bagi konsumen. Kesan higienis juga lebih
terlihat pada kemasan gelas, yang memang ditunjang oleh kemudahan untuk
membersihkan/mencuci kemasan gelas. Sifatnya yang transparan juga
memungkinkan kondisi beberapa jenis dapat dilihat dan diamati secara jelas oleh
konsumen.

Gelas merupakan bahan yang impermiabel, yang tidak dapat ditembus oleh materi
bahan baik dari luar kemasan ke dalam kemasan maupun sebaliknya. Dengan
demikian efek perlindungannya terhadap kelembaban, gas, bau dan mikroorganisma
sangat baik. Hal ini didukung oleh sifatnya yang bereaksi secara kimia (inert). Gelas
tidaka bereaksi dengan bahan makanan yang dikemas dan tidak bermigrasi ke dalam
bahan pangan. Dengan demikian kondisi makanan yang dikemas relatif sangat aman
ditinjau dari segi perubahan akibat kontaminasi dan reaksi kimia. Beberapa jenis
gelas yang diwarnai dapat menyaring cahaya ultra violet menembus ke dalam
kemasan, sehingga relatif terlindungi dari ultra violet yang dapat memicu reaksi
oksidasi.

Kemampuan untuk diwarnai ini sekaligus menimbulkan daya tarik tersendiri bagi
konsumen. Ditambah dengan bentuknya yang mudah disesuaikan, sistem penutupan
yang mudah dibuka dan ditutup, serta tekstur permukaan gelas yang halus membuat
wadah gelas mudah didekoras. Efek dekoratif menawarkan suatu daya tarik
tersendiri bagi konsumen, sedang tutup yang mudah dibuka dan ditutup (resealable)
menawarkan kenyamanan. Selain kuat, gelas juga lebih tahan panas dibanding
plastik. Dengan teknologi “pyrex” wadah gelas tahan panas bahkan dapat digunakan
untuk mikrowave.

Dari sudut pandang lingkungan, gelas dapat didaur ulang (recyclable) dan dapat
digunakan kembali (reuseable), sehingga pengurangan pembuatan kemasan gelas

11
Tek Pengemasan dan Penyimpanan
Gelas
Erika Pardede

karena penggunaan kembali maupun pendaurualangan dapat menurunkan beban


lingkungan akibat limbah kemasan yang berkurang.

Di samping keunggulannya, gelas juga memiliki kelemahan karena massanya yang


besar sehingga jika dibandingkan dengan kemasan lainnya menimbulkan biaya
transportasi yang lebih besar. Dibandingkan dengan material lainnya, gelas juga lebih
mudah pecah dan rendah resistansinya terhadap kenaikan suhu yang tiba-tiba
(thermal shock). Di samping itu, jika terjadi keretakan serpihannya dapat berbaur
dengan makanan dan hal ini memiliki potensi yang membahayakan bagi konsumen.

Kekuatan botol gelas


Selain oleh thermal shock, pecahnya botol juga dapat terjadi oleh karena benturan,
baik benturan keras maupun benturan kecil yang terus menerus. Kekuatan gelas
terhadap tekanan meningkat sejalan dengan meningkatnya rasio berat terhadap
kapasitas. Berarti untuk kapasitas yang sama, semakin berat suatu gelas dindingnya
semakin tebal, dan semakin tahan terhadap tekanan. Tetapi sebaliknya terhadap
thermal shock, dimana gelas yang tebal lebih rawan. Sehubungan dengan itu,
formulasi gelas berpengaruh terhadap ketahanan. Sebagi contoh gelas Pyrex yang
dikenal sebagai gelas tahan panas, dibuat dengan mengurangi soda dan
menggantikannya dengan oksida borat pada komposisi bahan dasarnya serta
menaikkan proporsi dari silica. Komposisi ini menghasilkan karakteristik khusus gelas
dimana ekspansi panas yang menjadi sangat lambat dibandingkan dengan pada gelas
biasa (flint).

Selain ditentukan oleh ketebalan, ketahanan gelas juga ditentukan oleh kondisi
permukaan, adanya retakan bahkan goresan kecil dapat menjadi titik pusat akibat
tekanan sewaktu penanganan maupun selama dalam proses pengemasan. Untuk itu
faktor pemeriksaan/sortasi dalam proses pengemasan harus dilakukan secara ketat.
Selain test untuk kondisi gelas, dilakukan juga test terhadap kontainer berhubungan
dengan sifat ketahanan ketika disusun vertikal (bertindih), ketahanan terhadap
tekanan internal khususnya untuk proses pengemasan dalam kondisi bertekanan –
pada miniman berkarbonasi-, ketahanan terhadap thermal shock jika digunakan
untuk proses hot filling sterilisasi atau pasteurisasi.

12
Tek Pengemasan dan Penyimpanan
Gelas
Erika Pardede

2.4 Kemasan gelas untuk proses pemanasan


Pengolahan pangan dengan pemanasan semula didominasi oleh kemasan kaleng.
Dewasa ini kemasan gelas semakin banyak dipergunakan untuk wadah pangan yang
diolah dengan pemanasan, baik dengan metoda in-bottle sterilisation dan
pasteurisation baik yang hot fill maupun yang cold fill. Untuk mendapatkan
penutupan yang hermetis bisanya dengan menggunakan penutup yang dilapisi dengan
lapisan plastik untuk mengakomodasi perekatan yang rapat antara penutup dengan
bibir dari leher botol. Ada beberapa hal yang harus dikontrol untuk mendapatkan
hasil yang baik berkaitan dengan kemasan gelas yang dipakai. Thermal schok adalah
pecahnya gelas apabila terdapat perbedaan suhu antar satu bagian dengan bagian
yang lain. Perbedaan suhu akan mengakibatkan perbedaan pengembangan dan
tegangan internal pada dinding botol, yang dapat mengakibatkan botol retak atau
pecah.

Secara umum, produk hot-fill yang diisikan pada suhu 85oC dan diikuti pendinginan
membutuhkan headspace kira-kira 5%. Sementara kalau diisikan dalam bentuk prosuk
dingin dan dilanjutkan dengan sterilisasi pada 121oC membutuhkan headspace 6%.
Kemungkinan terjadinya gelas pecah akibat termal shock lebih besar saat
pendinginan dibandingkan saat pemanasan. Untuk itu perbedaan suhu ketika
dilakukan pendinginan sebaiknya tidak melebihi 40 derajat C, sedangkan ketika
pemanasan sebaiknya tidak melebihi 65 derajat C.

Wadah gelas yang baik dapat bertahan terhadap tekanan internal hingga 10 bar,
meskipun normalnya tekanan pada kemasan vakum adalah 5 bar. Termasuk tahan
terhadap tekana internal yang dihasilkan pada waktu uap panas dialirkan melalui
head space. Tekanan internal berkaitan dengan tinggi head space, suhu produk, dan
jumlah udara yang tinggal setelah pemakuman. Semakin tinggi headspace semakin
tinggi vakum dalam botol. Semakin tinggi suhu prosuk semakin tinggi vakum. Semakin
sedikit udara yang tinggal dalam gelas akan semakin tinggi vakum yang dihasilkan.

Keberhasilan penutupan yang hermetis dipengaruhi oleh tekanan (-) internal dalam
botol dan tekanan (+) dari luar kemasan. Tekanan eksternal dipengaruhi oleh kondisi
lingkungan dimana botol ditempatkan selama penyimpanan maupun distribusi.

13
Tek Pengemasan dan Penyimpanan
Gelas
Erika Pardede

2.5 Kaitan dengan lingkungan

Istilah 3R (Reuse, recycling dan reduce) merupakan istilah-istilah yang erat dengan
usaha penyelamatan lingkungan. Selain itu mengurangi jumlah kemasan baru yang
harus diproduksi. Pembuatan kemasan baru selain membutuhkan energi bahan bakar
untuk pabrik dan transportasi, juga mengurangi emisi gas rumah kaca ke atmosfir,
selain pengurangan limbah sampah yang tidak terpakai.

Penggunaan kembali, reuse, adalah usaha untuk memanfaatkan ulang kemasan.


Untuk kemasan botol hal ini tidak terlalu sulit, mengingat proses hanya dibutuhkan
proses pencucian dan tidak perlu mengkhawatirkan soal penggunaan panas untuk
proses sterilisasi kemasan. Untuk pemperlancar pengumpulan kemasan gelas dari
konsumen di banyak tempat/negara dilakukan sistem pengembalian botol ke tempat
pembelian dan mendapatkan uang pengganti. Di UK diatur bahwa penggunaan ulang
botol hanya maksimum hingga 12 kali pemakaian sebelum didaur ulang.

Pendaurulangan (recycling) termasuk usaha yang berkaitan dengan menurunkan


produksi kemasan. Gelas termasuk bahan yang sangat mudah didaur ulang karena
sangat mudah diremukkan, dileburkan dan dibentuk kembali. Hasil leburan
diperlakukan sama seperti bahan baku pembuatan gelas serta dimasukkan ke alat
pembuatan gelas dan menghasilkan gelas baru. Untuk mendukung usaha
pendaurulangan ini wadah sampah khusus gelas daur ulang hingga di tingkat rumah
tangga.

Berkaitan dengan usaha pengurangan (reduce), dewasa ini kemasan gelas yang ringan
banyak diproduksi bahkan hingga 40 – 50 persen dari kemasan yang sama pada
awalnya. Meskipun demikian masih banyak produk yang masih bertahan dengan
kondisi kemasan gelas yang berat seperti misalnya untuk botol-botol minuman
beralkohol, demi mempertahankan citra yang sudah menjadi trade mark produknya.

14

Anda mungkin juga menyukai