Anda di halaman 1dari 11

MAKALAH BIOLOGI DASAR

PENISILIN BEKERJA PADA DINDING SEL BAKTERI

DISUSUN OLEH KELOMPOK 5 :

NURUL SHALIKHA (132210101011)

WAHYU AGUSTINA (132210101025)

ANDRA DWI SAPUTRI ( 132210101035 )

ROFIKO NUNING RAHAYU (132210101039)

ALFINA EKA DHAMAYANTI ( 132210101043 )

MUFLIKHATUN NISA’ (132210101061)

MUHIMATUL FITRIA KARTIKASARI (132210101071)

FRISKA WIRA SABRINA (132210101095 )

LAILI NURUL DIDIK SAPUTRI ( 132210101103 )

BAGUS MOCH SAHID ( 132210101123 )

BIOLOGI DASAR FAKULTAS FARMASI

UNIVERSITAS JEMBER

2013
BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Antibiotik didefinisikan sebagai suatu senyawa organik hasil


metabolisme dari mikroorganisme yang memiliki kemampuan untuk
menghambat pertumbuhan dan bahkan mematikan mikroorganisme lain
akibat aktivitas sejumlah kecil senyawa antibiotik tersebut. Antibiotik
memiliki berbagai manfaat dalam bidang farmasi maupun pertanian.
Antibiotik dibedakan menjadi tiga macam, yaitu antibiotik yang bersifat
anti bakteri atau anti mikroba, anti jamur, dan anti tumor. (Sarah, M. 2002.
Hal:1).

Pada tahun 1928 di London, Alexander Fleming menemukan


antibiotika pertama yaitu Penisilin. Penisilin merupakan contoh antibiotik
yang bersifat anti bakteri atau mikroba yaitu menghambat pembentukan
mukopeptida yang diperlukan untuk sintesis dinding sel mikroba.
Penisilin menjadi salah satu antibiotik yang paling efektif selama empat
dekade  ini. Peningkatan kebutuhan medis akan penisilin telah membuka
peluang bagi  pengembangan industri pembuatan penisilin secara
komersial yang menuntut  peningkatan kualitas dan kuantitas dari penisilin
yang dihasilkan. Perbaikan kualitas  dan kuantitas penisilin dapat tercapai
apabila parameter-parameter metabolik dari  proses fermentasi optimal.
(Sarah, M. 2002. Hal:2).

1.2. Rumusan Masalah


1.2.1. Bagaimanakah mekanisme kerja antibiotik penisilin?
1.2.2. Apa saja penggolongan antibiotik penisilin?
1.2.3. Bagaimana efek samping dari penggunaan penisilin?
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Mekanisme kerja antibiotik penicillin


Penicillin merupakan kelompok antibiotik betalaktam yang
ditemukan oleh Alexander Fleeming pada tahun1928. Penicillin
mempunyai efek bakterisid pada mikroba yang aktif membelah, sehingga
penicillin betalaktam dapat membunuh bakteri yang sensitif. Penicillin
juga mempunyai mekanisme kerja menghambat sintesis dinding sel bakteri
dengan mengikat satu atau lebih pada ikatan penicillin-protein, sehingga
menyebabkan penghambatan pada tahapan akhir transpeptidase sintesis
peptidoglikan dalam dinding sel bakteri, akibatnya biosintesis dinding sel
terhambat dan sel bakteri menjadi pecah (lisis). (Jusup Chaidir.2009. hal:
613-614)

2.2. Penggolongan – penggolongan Penicillin


Penggolongan penicillin dibagi dalam beberapa jenis menurut
aktivitas dan resistensinya terhadap laktamase sebagai berikut :
a. Penisilin alamiah: penicillin-V, penisilin-G
b. Penisilin antistafilokokus: metisilin, oksasilin, nafsilin, kloksasilin,
dikloksasilin.
c. Penisilin spectrum-luas: ampisilin dan amoksisilin
d. Penisilin anti-pseudomonas: tikarsilin dan piperasilin, carbenicillin.
(Jusup Chaidir.2009. hal: 613-614)

2.3. Efek samping


Berikut adalah efek samping yang ditimbulkan oleh penicillin:
 Reaksi hipersensitif, mulai ruam dan gatal sampai serum sickness dan
reaksi alergi sistemik yang serius.
 Nyeri tenggorokan atau lidah, lidah terasa berbulu lembut, muntah,
diare.
 Mudah marah, halusinasi, kejang.
 Pada dosis tinggi dapat terjadi reaksi nefrotoksis dan neurotoksis.
(Tjay.2007. hal: 67)
BAB III

PEMBAHASAN

3.1. Mekanisme Kerja


Penisilin mempengaruhi langkah akhir sintesis dinding sel bakteri
(transpeptidase atau ikatan silang) ; sehingga membrane kurang stabil
secara osmotik. Lisis sel dapat terjadi, sehingga penisilin disebut
bakterisidal. Keberhasilan penisilin menyebabkan kematian sel berkaitan
dengan ukurannya; hanya efektif terhadap organism yang tumbuh secara
cepat dan mensintesis peptidoglikan dinding sel. Konsekuensinya, obat ini
tidak aktif terhadap organism yang tidak mempunyai struktur ini seperti
mikobakteria, protozoa, jamur, dan virus.
3.1.1. Penisilin pengikat protein
Penisilin menginaktifkan protein yang berada dalam
membrane sel bakteri. Penisilin tersebut yang mengikat protein
(PBP) merupakan enzim bakteri yang terlibat dalam sintesis
dinding sel serta menjaga gambaran morfologi bakteri. Pajanan
terhadap antibiotika ini tidak hanya dapat mencegah sintesis
dinding sel tetapi juga menyebabkan perubahan morfologi atau
lisisnya bakteri yang rentan. Perubahan pada beberapa molekul
target ini menimbulkan resistensi pada organisme. [Catatan :
Staphylococcus aureus – resisten metisilin, MRSA, tampaknya
tumbuh karena perubahan tersebut]
3.1.2. Penghambat transpeptidase
Beberapa PBP mengkatalisis pembentukan ikatan silang
antara rantai peptidoglikan. Penisilin menghambat reaksi katalisis-
transpeptidase ini sehingga pembentukan ikatan silang yang
penting untuk integritas dinding sel tidak terjadi. Hasil dari
penghambatan sintesis dinding sel tidak terjadi. Hasil dari
penghambatan sintesis dinding sel ini adalah akumulasi “ Park
peptide”, UDP-asetil-muramil-L-Ala-D-Gln-L-Lis-D-Ala-D-Ala.
3.1.3. Autolisin
Kebanyakan bakteri, terutama kokus gram positif
memproduksi enzim degradatif (autolisin) yang berpartisipasi
dalam remodeling dinding sel bakteri normal. Dengan adanya
penisilin, aksi degradatif autolisin didahului dengan hilangnya
sintesis dinding sel. Mekanisme autolitik yang sebenarnya tidak
diketahui tetapi kemungkinan adanya penghambatan yang salah
dari autolysin. Sehingga, efek antibakteri penisilin merupakan hasil
penghambatan sintesis dinding sel bakteri dan destruksi
keberadaan dinding sel oleh autolisin.

3.2. Penggolongan Penisilin


3.2.1. Penisilin alamiah
Penisilin- penisilin tersebut yang termasuk sebagai
antistafilokokus, didapat dari fermentasi jamur Penicillium
chrysogenum. Penisilin lainnya disebut semi-sintetik karena
perbedaan grup R diikat secara kimiawi pada 6-asam nukleat
aminopenisilinat yang didapat dari fermentasi jamur.
a. Penisilin G (benzilpenisilin) adalah terapi utama terhadap
infeksi yang disebabkan oleh sejumlah kokus gram positif dan
negative, basil gram positif, dan spiroketa. Penisilin G rentan
terhadap inaktivasi oeh β-laktamase
b. Penisilin V mempunyai spectrum yang mirip dengan
Penisilin G, tetapi obat ini tidak digunakan pada pengobatan
bakteremia karena konsentrasi letal minimumnya tinggi (Kadar
letal minimum, jumlah minimum obat yang dibutuhkan
mengeliminasi infeksi). Penisilin V lebih stabil terhadap asam
dibandingkan penisiln G. Obat ini sering digunakan untuk
pengobatan infeksi oral karena obat ini efektif terhadap beberapa
organisme anaerobik.
3.2.2. Penisilin antistafilokokus
Metisilin [meth I SILL in ], nafsilin [naf SILL in],oksasilin
[ ox a SILL in], kloksasilin [klox a SILL in],dan dikloksasilin [dye
klox a SILL in] adalah penisilin resisten penisilinase.
Penggunaannya dibatasi untuk pengobatan infeksi yang disebabkan
stafilokokus penghasil penisilinase. Karena toksisitasnya, metisilin
jarang digunakan. Strain Staphylococcus aureus resisten metisilin
sekarang ini merupakan sumber infeksi nosokomial (di rumah
sakit) yang biasanya rentan terhadap vankomisin dan jarang
digunakan dengan siprofloksasin atau rifampin.
3.2.3. Penisilin Spektrum Luas
Ampisilin [ am pi SIL in ] dan amoksisilin [ a mox i SIL
in ] mempunyai spectrum antibakteri mirip dengan penisilin G,
tetapi lebih efektif terhadap basil garam negatif. Karena itu, obat-
obat ini disebut penisilin spektrum luas. Ampisilin merupakan obat
pilihan terhadap basil garam positif, Listeria monocytogene. Obat-
obat ini juga digunakan secara meluas untuk pengobatan infeksi
saluran nafas dan amoksisilin sering digunakan oleh dokter gigi
untuk profilaktik penderita gangguan kaatup jantung yang
mengalami operasi oral ekstensif. Resistensi terhadap obat-obat ini
sekarang merupakan masalah utama di klinik karena adanya
inaktivasi oleh plasmid yang diperantarai penisilinase. [ Catatan :
Escherichia coli dan Haemophilus influenza sering kali resisten ].
Pembentukan dengan penghambat β-laktamase seperti asam
klavulanat atau sulbaktam melindungi amoksisilin atau ampisilin
dari hidrolisis enzimatik dan meningkatkan spectrum
antimikrobanya.
3.2.4. Penisilin antipseudomonas
Carbenicillin [ kar ben I SILL in], ticarcillin dan
piperacillin [ pip er a SILL in ] disebut penisilin antipseudomonas
karena aktivitasnya terhadap Pseudomonas aeruginosa. Piperasilin
merupakan obat yang paling poten. Antibiotika – antibiotika
tersebut efektif terhadap kebanyakan basil gram negative tetapi
tidak efektif terhadap klebsiella karena klebsiella membentuk
penisilinase. Pembentukan ticarcillin atau piperacillin dengan asam
klavulanat atau tazobaktam meningkatkan spectrum antimikroba
supaya dapat mengatasi organism yang menghasilkan penisilinase.
Mezlocillin [ mez loe SILL in ] dan azlocillin [ az loe SILL in ]
juga efektif terhadap pseudomonas aeruginosa dan sejumlah
organisme gram negative. Obat-obat ini rentan terhadap pecahnya
penisilinase.

3.3. Efek Samping


Meskipun efek yang tidak diinginkan timbul dan kadar obat dalam
darah tidak di monitor, penisili termasuk obat yang paling lama.
3.3.1. Hipersensitifitas
Merupakan efek samping penisilin yang paling penting.
Determinan antigenic utama dari hipersensifitas penisilin adalah
metaboliknya yaitu asam penisiloat yang bereaksi dengan protein
dan bertindak sebagai hapten yang dapat menyebabkan reaksi
imun. Sekitar 5% pasien mengalami hal ini, berkisar dari kulit
kemerahan berupa makulopapular sampai dengan angioedema
(ditandai dengan bengkak di bibir, lidah, area periorbital) serta
anafilatik. Reaksi alergi silang terjadi diantara sesame antibiotika
β-laktam. Meskipun kuliat kemerahan terjadi pada semua penisilin,
kulit kemerahan berupa makulopapular paling sering timbul
dengan ampisiln. Insiden makulopapular mencapai 100% terutama
pada pasien mononucleosis yang diobati dengan ampisilin.
3.3.2. Diare
Efek ini disebabkan oleh ketidak seimbangan mikro-
organisme intestinal normal, dan sering terjadi. Hal ini muncul
lebih sering terutama pada obat-obat yang diabsorbsi secara tidak
lengkap dan mempunyai spectrum antibakteri luas.
3.3.3. Nefritis
Semua penisilin terutama metisilin mempunyai
kecenderungan menyebabkan nefritis interstisial akut.
3.3.4. Neurotoksisitas
Penisilin bersifat iritatif terhadap jaringan neuronal dan
dapat menyebabkan kejang bila diberikan intratekal atau kadarnya
dalam darah sangat tinggi. Penderita epilepsy beresiko terhadap
timbulnya efek ini.
3.3.5. Gangguan fungsi pembekuan darah
Efek samping ini, melibatkan penurunan aglutinasi,
dilaporkan terjadi akibat penggunaan penisilin antipseudomonas
(karbenisilin dan tikarsilin) serta juga penisilin G. hal ini umumnya
menjadi perhatian bila mengobati pasien dengan predisposisi
pendarahan atau pasien yang mendapat antikoagulan.
3.3.6. Toksisitas kation
Penisilin umumnya diberikan dalam bentuk garam natrium
atau kalium. Toksisitas mungkin disebabkan oleh jumlah natrium
atau kalium yang besar dan bergabung dengan penisilin. Kelebihan
natrium mungkin menyebabkan hipokalenia. Hal ini dapat
dihindari dengan menggunakan antibiotika paling potensial yang
menimbulkan penggunaan obat dengan dosis rendah sehingga
dapat bergabung dengan kation.
BAB IV

PENUTUP

4.1. Kesimpulan
Dari pembahasan diatas dapat disimpulkan:
 Penicillin mempunyai mekanisme kerja menghambat sintesis
dinding sel bakteri dengan mengikat satu atau lebih pada ikatan
penicillin-protein, sehingga menyebabkan penghambatan pada
tahapan akhir transpeptidase sintesis peptidoglikan dalam dinding
sel bakteri, akibatnya biosintesis dinding sel terhambat dan sel
bakteri menjadi pecah.
 Penisilin digolongkan menjadi, Penisilin alamiah, Penisilin
antistafilokokus, Penisilin spectrum-luas, dan Penisilin anti-
pseudomonas.
 Golongan penisilin juga memiliki beberapa efek samping, yaitu
Reaksi hipersensitif, mulai ruam dan gatal sampai serum sickness
dan reaksi alergi sistemik yang serius; nyeri tenggorokan atau
lidah, lidah terasa berbulu lembut, muntah, diare; mudah marah,
halusinasi, kejang; pada dosis tinggi dapat terjadi reaksi nefrotoksis
dan neurotoksis.

4.2. Saran
Sebaiknya pada penggunaan antibiotik golongan penisilin tidak
boleh digunakan pada penderita hipersensitifitas, diare, ganguan fungsi
pembekuan darah, nefritas, neurotoksisitas, toksisitas kation, nefritis.
DAFTAR PUSTAKA

 Sarah, M. 2002. Parameter Metabolik  Dalam Pembuatan Penisilin.


Medan: USU digital library.
 Chaidir, Jusup.2009. Kumpulan Kuliah Farmakologi. Jakarta: Egc

 Tjay, Tan Hoan dan Kirana Rahardja.2007. Obat-Obat Penting. Jakarta:


Gramedia.

 Mycek, Marry J, Richard A. Harvey dan Pamela C. Champe. 2001.


Farmakologi. Jakarta: Widya Medika.

Anda mungkin juga menyukai