Anda di halaman 1dari 15

PINISILIN SINTETIS, AMPISILIN DAN AMOKSILIN

( Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Farmakologi veteriner II )

Disusun Oleh :

Nama : Donni Frastya sufma


Nim : 1802101010011
Kelas : 05
Dosen Pendamping : drh. Rosmaidar, Msi

FAKULTAS KEDOKTERA HEWAN


PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER HEWAN
UNIVERSITAS SYIAH KUALA
DARUSSALAM – BANDA ACEH
2020
TINJAUAN PUSTAKA

PINISILIN

A. Sejarah Penisilin
Pada tahun 1928 di London, Alexander Fleming menemukan antibiotika
pertama yaitu Penisilin yang satu dekade kemudian dikembangkan oleh Florey dari
biakan Penicillium notatum untuk penggunaan sistemik. Kemudian digunakan P.
chrysogenum yang menghasilkan Penisilin lebih banyak.
Penisilin yang digunakan dalam pengobatan terbagi dalam penisilin alam
dan penisilin semisintetik. Penisilin semisintetik diperoleh dengan cara mengubah
struktur kimia Penisilin alam atau dengan cara sintesis dari inti Penisilin, yaitu asam
6-aminopenisilanat (6-APA). Sebagai bahan dasar untuk penisilin semisintetik, 6-
APA dapat pula diperoleh dengan memecah rantai samping.

B. Struktur Dasar Penisilin


Penisilin merupakan asam organik, terdiri dari satu inti siklik dengan satu
rantai samping. Inti siklik terdiri dari cincin tiazolidin dan cincin betalaktam. Rantai
samping merupakan gugus amino bebas yang dapat mengikat berbagai jenis radikal.
Dengan mengikat berbagai radikal pada gugus amino bebas tersebut akan diperoleh
berbagai jenis penisilin, misalnya pada penisilin G, radikalnya adalah gugus benzyl.
Penisilin G untuk suntikan biasanya tersedia sebagai garam Na atau K. Bila atom H
pada gugus karboksil diganti dengan prokain, diperoleh penisilin G prokain yang
sukar larut dalam air, sehingga dengan suntikan IM akan didapatkan absorpsi yang
lambat dan masa kerja lama.
Beberapa penisilin akan berkurang aktivitas antimikrobanya dalam suasana
asam sehingga penisilin kelompok ini harus diberikan secara parenteral. Penisilin
lain hilang aktivitasnya bila dipengaruhi enzim betalaktamase (dalam hal ini,
penisilinase) yang memecah cincin betalaktam. Radikal tertentu pada gugus amino
inti 6-APA dapat mengubah sifat kerentanan terhadap asam, penisilinase, dan
spektrum sifat antimikroba. Beberapa bentuk ester penisilin, misalnya pivampisilin
dan bakampisilin, mempunyai bioavailabilitas yang lebih baik.
Gambar 2.1. Inti Penisilin

a. Jenis Penisilin
Beberapa jenis penisilin :
a. Penisilin Alam
- Benzil penisilin (Penisilin G)
- Fenoksimetil Penisilin (Penisilin V)
b. Penisilin Antistafilokokus
- Metisilin
- Nafsilin
c. Penisilin Isoksazolil
- Oksasilin
- Kloksasilin
- Dikloksasilin
- Flukloksasilin
d. Aminopenisilin
- Ampisilin
- Amoksisilin
e. Penisilin Antipseudomonas
- Karbenisilin
- Tikarsilin
- Azlosilin
f. Penisilin dengan Spektrum Diperluas
- Mezlosilin
- Piperasilin
-
C. Aktivitas Antimikroba
Penisilin menghambat pembentukan Mukopeptida yang diperlukan untuk
sintesis dinding sel mikroba. Terhadap mikroba yang sensitif, Penisilin akan
menghasilkan efek bakterisid (membunuh kuman) pada mikroba yang sedang aktif
membelah. Mikroba dalam keadaan metabolik tidak aktif (tidak membelah), yang
disebut juga sebagai persisters, praktis tidak dipengaruhi oleh Penisilin; kalaupun
ada pengaruhnya hanya bakteriostatik (menghambat perkembangan).

Mekanisme kerja antibiotika betalaktam dapat diringkas dengan urutan


sebagai berikut :
a. Obat bergabung dengan penicillin-binding protein (PBPs) pada kuman.
b. Terjadi hambatan sintesis dinding sel kuman karena proses transpeptidasi
antar rantai peptidoglikan terganggu.
c. Kemudian terjadi aktivasi enzim proteolitik pada dinding sel.
Di antara semua penisilin, penisilin G mempunyai aktivitas terbaik terhadap
kuman gram-positif yang sensitive. Kelompok ampisilin, walaupun spectrum
AMnya lebar, aktivitasnya terhadap mikroba gram-positif tidak sekuat penisilin G,
tetapi efektif terhadap beberapa mikroba gram-negatif dan tahan asam, sehingga
dapat diberikan per oral.

D. Resistensi dari Penisilin


Resistensi terhadap penisilin dibagi dalam beberapa kategori yang berbeda : 2
a. Bakteri tertentu (misalnya, kebanyakan Staphylococcus aureus, beberapa
Haemophilus influenzae dan gonokoku, kebanyakan batang enterik gram
negatif) menghasilkan beta-laktamase, yang menginaktifkan beberapa penisilin
dengan memecah ncin beta-laktam. Kontrol genetik pada pembentukan beta-
laktamase terdapat kira-kira 50 enzim berbeda, satu sama lain terletak pada
plasmid yang dapat dipindahkan. Penisilin lain (misalnya, nafsilin) dan
sefalosporin resisten terhadap beta-laktamase karena cincin beta-laktam tersebut
dilindungi oleh bagian aktif terhadap organisme penghasil beta-laktamase.
b. Bakteri lain tidak membentuk beta-laktamase tetapi resisten terhadap kerja
penisilin karena urang mempunyai reseptor spesifik atau kurangnya
permeabilitas lapisan luar, sehingga obat tersebiut tidak mencapai reseptor.
c. Beberapa bakteri mungkin tiddak rentan terhadap kerja penisilin yang
mematikan karena enzim autolik di dalam dinding sel tidak aktif. Organisme
yang ”toleran” tersebut (misalnya, stafilokokus tertent, streptokokus, Listeria)
dihambat tetapi tidak dibunuh.
d. Organisme tanpa dinding sel atau(bentuk Myoplasma L) yang secara metabolik
tidak aktif bersifat tidak rentan terhadap penisilin dan penghambat dinding sel
lainnya karena mereka tidak mensintesis peptidoglikan.
e. Beberapa bakteri (misalnya, stafilokokus) mungkin resisten terhadap kerja
penisilin yang resisten terhadap beta-laktamase seperti metisilin.mekanisme
resisten ini tampaknya bergantung pada defisiensi atau tidak dapat dicapainya
reseptor PBP. Hal ini tidak bergantung pada produksi beta-laktamase dan
frekuensinya sangat bervariasi dengan lokasi geografis.

E. Efek Samping dari Penisilin


a. Reaksi hipersensitif, mulai ruam dan gatal sampai serum sickness dan reaksi
alergi sistemik yang serius.
b. Nyeri tenggorokan atau lidah, lidah terasa berbulu lembut, muntah, diare.
c. Mudah marah, halusinasi, kejang.
d. Reaksi alergi dapat terjadi sebagai syok anafilaktik yang khas.

.
AMPISILIN

A. Ampisilin

Ampicillin adalah obat antibiotik yang digunakan untuk mengatasi infeksi bakteri
pada berbagai bagian tubuh, seperti saluran pernapasan, saluran pencernaan, saluran
kemih, kelamin, telinga, dan jantung. Ampicilin hanya dapat digunakan dengan resep
dokter. Ampicillin termasuk ke dalam antibiotik golongan penisilin. Obat ini bekerja
dengan cara membunuh bakteri penyebab infeksi. Obat ini tidak dapat digunakan untuk
mengobati infeksi virus, seperti flu dan pilek.
Ampisilin merupakan golongan dari aminopenisilin, tahan terhadap asam tetapi
tidak tahan terhadap pinisilinase dan spektrum antimikrobanya luas, oleh karna itulah
ampisilin banyak di gunakan dalam pengobatan penyakit infeksi (Gunawan, Setiabudy,
nafrialdi, Elysabets, 2007).

Ampiilin merupakan prototip golongan amino pinisilin berspektrum luas, stabil


dalam asam dan lebih efektif terhadap bakteri gram negatif (Katzung,1989). Kuman
meningokulus, pneumokulus, gonokulus, dan l, monocytogenes sensitif terhadap
ampisilin (Gunawan, Setiabudy, nafrialdi, Elysabets, 2007). Ampisilin didistribusi luas di
dalam tubuh dan ikatan obat dengan protein sekitar 15% - 25%. Ampisilin umumnya di
ekresikan melalui urin sekitar di tubuli ginjal. Banyak nay jumlah ampisilin yang
diekresikan melalui urin sekitar 90% sebagai obat utuh atau obat tidak berubah. Masa
paruh eliminasi dari ampisilin adalah 1-18 jam tetapi masa paruh eliminasi ini dapat di
perpanjang oleh adanya obat lain (lacy, armstrong, goldman, lance, 2007). Ampicillin,
atau yang juga ditulis sebagai ampisilin adalah suatu antibiotik semi sintetik derivat
penisilin berspektrum luas, digunakan untuk mengobati berbagai macam infeksi bakteri
gram positif dan negatif yang tidak menghasilkan zat beta-laktamase. Obat ini tidak
untuk mengobati infeksi virus.

Secara klinis, ampicillin dapat digunakan untuk mengobati infeksi traktus respiratorius,
yang disebabkan bakteri gram positif dan negatif yang masih sensitif terhadap obat ini.
Misalnya Streptococcus pneumonia (patogen utama penyebab pneumonia),
stafilokokus, Haemophillus influenzae. Juga untuk mengobati infeksi saluran kemih dan
kelamin disebabkan gonokokus. Namun, ampicillin kurang peka mengobati infeksi
pencernaan yang disebabkan Shigella sp atau Salmonella sp.
Penisilin bersifat bakterisida dan bekerja dengan menghambat sintesis dinding sel. Obat
ini berdifusi dengan baik di jaringan dan cairan tubuh, tapi penetrasi ke dalam cairan otak
kurang baik kecuali jika selaput otak mengalami infeksi. Obat ini diekskresi ke urin
dalam kadar terapetik.

Efek samping penting yang harus diwaspadai adalah reaksi yang dapat menimbulkan
urtikaria dan reaksi anafilaksis yang dapat menjadi fatal.

Reaksi alergi terhadap penisilin terjadi pada 1–10% individu yang terpapar; reaksi
anafilaksis terjadi pada kurang dari 0,05% pasien yang mendapat penisilin. Pasien dengan
riwayat alergi atopik (seperti asma, eksim, hay fever) memiliki risiko yang lebih tinggi
untuk mengalami reaksi anafilaktik jika mendapat penisilin. Individu dengan riwayat
anafilaksis, urtikaria, atau ruam yang langsung muncul setelah pemberian penisilin,
memiliki risiko hipersensitif yang segera langsung muncul setelah pemberian penisilin.
Pasien yang demikian ini tidak boleh diberi penisilin, sefalosporin atau antibiotik beta-
laktam lainnya.

Pasien yang alergi terhadap suatu penisilin biasanya alergi terhadap semua turunan
penisilin karena hipersensitivitas berkait dengan struktur dasar penisilin. Jika penisilin
(atau antibiotik beta-laktam lain) sangat diperlukan oleh pasien dengan reaksi
hipersensitifitas yang langsung muncul segera setelah pemberian penisilin, maka
pemberian sebaiknya berdasarkan uji hipersensitivitas. Orang yang memiliki riwayat
ruam ringan (ruam yang terjadi pada bagian kecil dari tubuh) atau ruam yang terjadi lebih
dari 72 jam setelah pemberian penisilin mungkin tidak alergi terhadap penisilin dan pada
orang-orang ini, pemberian penisilin dapat dilakukan terutama jika untuk mengatasi
infeksi berat; namun, kemungkinan terjadinya alergi juga sebaiknya tetap diwaspadai.
Ensefalopati akibat iritasi serebral merupakan efek samping yang sangat jarang, namun
serius. Hal ini dapat terjadi pada pemberian dosis yang berlebihan atau dosis normal pada
pasien gagal ginjal. Penisilin tidak boleh diberikan secara intratekal karena cara ini dapat
menimbulkan ensefalopati yang mungkin berakibat fatal.

B. Mekanisme kerja ampisilin

Mekanisme kerja ampicillin yang bersifat bakterisidal adalah dengan menghambat


pertumbuhan dan reproduksi bakteri, dengan cara menginterupsi sintesis dinding sel
bakteri sehingga terjadi lisis dan kematian sel. Efek samping obat yang umum adalah
gangguan gastrointestinal berupa mual, dan muntah. Reaksi hipersensitivitas juga dapat
terjadi, terutama pada pemberian obat secara parenteral. [1,5]

C. Peringatan Sebelum Menggunakan Ampicillin


Ampicllin adalah antibiotik yang tidak boleh digunakan sembarangan dan harus atas
resep dokter. Sebelum menggunakan ampicillin, Anda perlu memperhatikan beberapa hal
berikut:
 Jangan menggunakan ampicillin jika Anda memiliki riwayat alergi terhadap obat
ini dan obat golongan penisilin.
 Beri tahu dokter jika Anda memiliki riwayat alergi terhadap obat beta laktam lain,
seperti sefalosporin
 Jangan menjalani vaksinasi dengan vaksin hidup, seperti vaksin tifus
atau BCG ketika menggunakan ampicillin. Hal ini karena, ampicilin dapat
menurunkan efektivitas vaksin hidup.
 Beri tahu dokter jika Anda menderita asma, diabetes, demam kelenjar atau
gangguan ginjal.
 Beri tahu dokter jika Anda sedang menggunakan obat-obatan lain, seperti obat,
obat herbal, atau suplemen. Terutama jika Anda sedang menjalani pengobatan
dengan allopurinol, chloramphenicol, chloroquine, erythromycin,
methotrexate, tetracycline, atau warfarin.
 Beri tahu dokter jika Anda sedang hamil, menyusui, atau merencanakan
kehamilan.
 Ampicillin dapat menurunkan efektivitas pil KB. Konsultasikan dengan dokter
mengenai pilihan alat kontrasepsi yang bisa digunakan selama menjalani
pengobatan dengan obat ini.
 Jika terjadi reaksi alergi obat atau overdosis setelah menggunakan ampicillin,
segera temui dokter.

D. Dosis dan Aturan Pakai Ampicillin


Ampicillin diresepkan oleh dokter. Dosis akan disesuaikan dengan usia, berat badan, dan
kondisi pasien. Berikut dosis umum ampicillin berdasarkan tujuan pengobatannya:
Tujuan: Mengobati meningitis dan infeksi aliran darah

 Dewasa: 150–200 mg/kgBB per hari yang diberikan setiap 6–8 jam sekali melalui
suntikan IV/intravena (melalui pembuluh darah). Dapat dilanjutkan dengan dosis
6–12 g per hari melalui suntikan IM/intramuskular (melalui otot).
 Anak-anak: 150–200 mg/kgBB per hari yang diberikan setiap 3–4 jam sekali
melalui suntikan IV. Dapat dilanjutkan dengan suntikan IM

E. Interaksi Ampicillin dengan Obat Lain


Jika digunakan dengan obat-obatan lain, ampicillin dapat menyebabkan interaksi berikut
ini:

 Penurunan efektivitas vaksin hidup, seperti vaksi tifus, vaksin BCG, atau vaksin
kolera
 Peningkatan risiko terjadinya perdarahan bila digunakan dengan warfarin
 Peningkatan risiko munculnya ruam kulit jika digunakan dengan allopurinol
 Penurunan efektivitas ampicillin jika digunakan bersama chloroquine,
doxycycline, chloramphenicol, erythromycin, atau tetracycline
 Penurunan kadar ampicillin jika digunakan bersama obat golongan proton pump
inhibitor, seperti lansoprazole atau omeprazole
 Penurunan efektivitas pil KB
 Peningkatan kadar methotrexate

F. Efek Samping dan Bahaya Ampicillin


Ampicillin dapat menimbulkan beberapa efek samping, di antaranya:

 Diare
 Mual
 Muntah

Lakukan pemeriksaan ke dokter jika keluhan di atas tidak membaik dan bertambah.
Segera temui dokter jika mengalami reaksi alergi obat yang ditandai dengan bengkak
pada kelopak mata dan bibir, muncul ruam yang terasa gatal, dan kesulitan bernapas, atau
timbul efek samping serius, seperti:

 Diare yang berlanjut dengan tinja berdarah


 Kram perut
 Gejala infeksi, seperti demam, menggigil, batuk, dan sakit tenggorokan
 Perubahan pada lidah, seperti black hairy tongue atau luka pada lidah
AMOKSILIN
A. Amoksilin
Amoksisilin atau amoxicillin akan menghambat pertumbuhan bakteri yang
menyebabkan infeksi di organ paru-paru, saluran kemih, kulit, serta di bagian telinga,
hidung, dan tenggorokan. Amoxicilin tidak digunakan untuk mengatasi infeksi virus,
termasuk infeksi virus Corona atau Covid-19.
Amoksisilin merupakan antibiotik yang digunakan dalam pengobatan
berbagai infeksi bakteri.[1] Obat ini merupakan lini pertama untuk pengobatan infeksi
telinga tengah. Obat ini juga dapat digunakan untuk mengobati faringitis
streptokokus, pneumonia, infeksi kulit, dan infeksi saluran kemih. Obat ini diberikan
secara per oral.

B. Farmakodinamik
Amoxicillin adalah turunan penisilin yang tahan asam, tapi tidak tahan terhadap
penilinase. Obat ini Stabil dalam suasana asam lambung, dan aktif melawan bakteri gram
positif yang tidak menghasilkan beta-laktamase, serta beberapa bakteri gram negatif
karena obat tersebut dapat menembus pori-pori di membran fosfolipid bakteri.

Amoxicillin memiliki efek bakterisidal yang bekerja terhadap bakteri yang sensitif
terhadap obat ini. Obat ini bekerja dengan cara menghambat biosintesis dinding sel
mukopeptida. Pemberian oral adalah pilihan, karena diabsorpsi lebih baik daripada obat
derivat penisilin lain yang diberikan secara parenteral.

Amoxicillin terutama diekskresikan ke urine, dalam bentuk yang tidak berubah.


Ekskresinya dapat dihambat dengan pemberian probenesid sehingga memperpanjang efek
terapi. Dikeluarkannya enzim penisilinase oleh bakteri dalam menghadapi serangan obat
ini, menyebabkan inaktifasi oleh plasmid, sehingga obat ini tidak dapat kehilangan efek
terapinya. [24,25]

C. Farmakokinetik
Farmakokinetik amoxicillin cukup baik terutama bila diberikan per oral. Bioavailabilitas
bisa mencapai 95% per oral.

Absorpsi
Amoxicillin diabsorpsi dengan cepat dan baik pada saluran pencernaan, dan tidak
tergantung adanya makanan. Bioavailabilitas berkisar antara 74─92%, dan bisa mencapai
95% per oral. Konsentrasi puncak dalam serum terjadi dalam 1─2 jam . Waktu puncak
dalam plasma darah bergantung pada bentuk sediaan, dimana waktu puncak akan dicapai
dalam 2 hari untuk obat bentuk kapsul, 3 hari untuk obat bentuk tablet extended release,
dan 1 hari untuk obat bentuk suspensi. Karena amoxicillin diekskresikan terutama di
ginjal, konsentrasi dalam serum akan meningkat pada penderita gangguan ginjal
Absorpsi per oral pada neonatus lebih lambat dibandingkan anak-anak yang lebih besar.
Konsentrasi puncak dalam serum pada neonatus, didapat dalam 3─4,5 jam.

Distribusi

Distribusi amoxicillin terbanyak dalam cairan tubuh dan tulang, termasuk paru-paru,
sekresi bronkial, sekresi sinus maxilaris, empedu, cairan pleura, sputum, dan cairan
telinga tengah. Dalam cairan serebrospinal amoxicillin dapat ditemukan dalam
konsentrasi <1%. Dalam ikatan protein plasma, 17─20%. Pada wanita hamil, amoxicillin
dapat melewati sawar plasenta. [26]
Metabolisme

Bio transformasi amoxicillin terjadi di hepar. Waktu paruh amoxicillin kurang lebih 1
jam pada orang dewasa. Waktu paruh pada anak bisa lebih singkat. Pada neonatus, waktu
paruh berkisar 3-4jam jam untuk neonatus cukup bulan. Pada infant dan anak-anak,
berkisar antara 1-2 jam. Waktu paruh akan memanjang pada penderita dengan gagal
ginjal.

Eliminasi

Amoxicillin diekskresikan melalui urine. Sekitar 50-80% dosis amoxicillin diksresikan ke


urine tanpa berubah bentuk. Ekskreasi obat ke ginjal akan lebih lama pada neonatus dan
infant karena fungsi ginjal yang belum berkembang sempurna.

Resistensi
Beberapa bakteri telah dilaporkan resistensi terhadap amoxicillin, yaitu Methicillin-
resistant Staphylococcus aureus (MRSA) dan golongan cocci gram positif. Resistensi
amoxiciliin terjadi karena beberapa faktor, diantaranya adalah:
 Penggunaan secara berlebihan di masyarakat yang diperoleh tanpa resep dokter

 Pemberian resep yang tidak perlu, atau tidak rasional


 Penggunaan ekstensif di bidang agricultural

D. Pencegahan endokarditis yang disebabkan bakteri


Amoksisilin juga digunakan untuk mencegah endokarditis yang disebabkan
bakteri pada pasien perawatan gigi dengan risiko tinggi, digunakan untuk
mencegah Streptococcus pneumoniae dan bakteri lainnya pada pasien yang telah
menjalani pengangkatan limpa, seperti pasien dengan anemia sel sabit, dan digunakan
untuk pencegahan dan pengobatan antraks. Kementerian Kesehatan Britania Raya
merekomendasikan penggunaan amoksisilin untuk terapi profilaksis endokarditis yang
menulat.[14] Rekomendasi ini tidak terlihat telah menurunkan tingkat infeksi untuk
endokarditis yang menular.

E. Pengobatan kombinasi
Amoksisilin rentan terhadap degradasi oleh β-laktamase yang diproduksi bakteri resisten
terhadap antibiotik spektrum sempit golongan β-laktam, seperti penisilin. Karena hal
tersebut, amoksisilin dikombinasikan dengan asam klavulanat, inhibitor β-laktamase.
Kombinasi ini sering disebut dengan co-amoxiclav.

F. Spektrum aktivitas
Amoksisilin merupakan antibiotik spektrum menengah, bakteriolitik, antibiotik β-
laktam golongan aminopenisilin yang digunakan untuk mengobati infeksi dari
bakteri Gram-positif dan Gram-negatif. Amoksisilin menjadi pilihan obat dalam
golongan tersebut karena dapat diabsorbsi dengan baik melalui pemberian peroral jika
dibandingkan dengan antiobiotik β-laktam lainnya. Pada
umumnya, Streptococcus, Bacillus
subtilis, Enterococcus, Haemophilus, Helicobacter, dan Moraxella rentan terhadap
amoksisilin, sementara Citrobacter, Klebsiella dan Pseudomonas aeruginosa resisten
terhadap amoksisilin.[17] Beberapa E. coli dan sebagian besar galur Staphylococcus
aureus telah menunjukkan resistensi terhadap amokisilin.

G. Efek yang tidak diinginkan


Efek yang tidak diinginkan dari amoksisilin serupa dengan antibiotik β-
laktam lainnya, seperti mual, muntah, ruam, dan kolitis karena antibiotik. Diare juga
mungkin terjadi. Efek lainnya yang lebih jarang terjadi antara lain insomnia,
kebingungan, kecemasan, dan sensitivitas pada cahaya dan suara. Perawatan medis
segera diperlukan jika terdapat tanda-tanda terjadinya efek ini..
Terjadinya reaksi alergi terhadap amoksisilin dapat terjadi secara tiba-tiba dan intens;
tindakan medis harus dilakukan sesegera mungkin. Fase awal dari reaksi tidak diinginkan
tersebut biasanya dimulai dari perubahan kondisi mental, ruam kulit dengan gatal yang
intens, dan demam, mual, dan muntah. Gejala yang tampak bahkan yang tidak
mencurigakan harus ditangani dengan serius. Namun, untuk gejala alergi yang lebih
ringan, seperti ruam, bisa terjadi pada saat selama pengobatan, bahkan sampai seminggu
setelah pengobatan dihentikan. Untuk beberapa orang yang alergi terhadap amoksisilin,
efek samping dapat berakibat fatal karena anafilaksis.
Penggunaan kombinasi amoksisilin/asam klavulanat lebih dari satu minggu dapat
menyebabkan hepatitis ringan terhadap beberapa pasien. Anak-anak yang mengonsumsi
amoksisilin berlebihan menunjukkan gejala letargi, muntah, dan disfungsi ginjal.

H. Mekanisme aksi obat[


Sebagai turunan dari ampisilin, amoksisilin merupakan satu golongan
dengan penicillins, dan merupakan antibiotik β-lactam.[24] Amoksisilin bekerja dengan
menghambat sintesis dari dinding sel bakteri. Amoksisilin menghambat cross-linkage di
antara rantai polimer peptidoglikan linear yang membentuk komponen utama
dari dinding sel dari bakteri Gram-positif dan komponen minor dari Gram-negatif.
Bakteri Gram negatif umumnya tahan terhadap antibiotik Beta-laktam.
Amoksisilin memiliki dua gugus yang dapat terionisasi di dalam tubuh manusia (gugus
amino di posisi alfa terhadap gugus karbonil amida dan gugus karboksil).
I. Efek Samping dan Bahaya Amoxicillin
Amoxicillin dapat menyebabkan efek samping yang bersifat ringan. Beberapa efek
samping yang dapat muncul adalah:

 Mual
 Muntah
 Sakit kepala
 Muncul ruam pada kulit
 Diare

Meski jarang terjadi, amoxicillin juga dapat menyebabkan efek samping lain yang serius
dan perlu segera ditangani. Efek samping ini dapat muncul bahkan dua bulan setelah
penderita selesai mengonsumsi amoxicillin. Efek samping tersebut meliputi:

 Nyeri otot dan sendi yang muncul dua hari setelah mengonsumsi amoxicillin.
 Diare tidak membaik selama lebih dari 4 hari.
 Gejala gangguan fungsi hati, seperti kram perut, urine berwarna gelap, serta mata
dan kulit berwarna kuning.
 Mudah memar atau mengalami perdarahan, baik dari hidung, mulut, atau vagina.

Segera hentikan konsumsi obat dan cari pertolongan medis jika Anda mengalami reaksi
alergi, seperti pembengkakan di bagian wajah, lengan, atau tungkai, serta timbul sesak
napas.
DAFTAR PUSTAKA

Drugs.com. Antibiotic Resistance: A Global Threat. March 2017; Available


from: https://www.drugs.com/article/antibiotic-resistance.html

Haupt M T, dan Carlson R W., (1989). Anaphylactic and


Anaphylactoid Reactions. Dalam buku: Shoemaker W
C, Ayres S, Grenvik A eds, Texbook of Critical Care.
Philadelphia.

Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. Ampicillin |


Direktorat Jenderal Kefarmasian dan Alat Kesehatan.
April 2019; Available from:
http://farmalkes.kemkes.go.id/v2/?p=3438.

- Kementerian Kesehatan R.I, Riskerdas:riset kesehatan dasar berskala nasional.


2013
. U. S. National Library of Medicine. DailyMed: Ampicillin.
2017; Available from:
https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/.

Pionas BPOM. (2015). Penisilin,


http://pionas.pom.go.id/ioni/bab-5-infeksi/51-
antibakteri/511-penisilin, Diakses pada tanggal 29
September 2020.

S. D., Safari, A., Fazl, F., Kamara, D. S., Sidik, A., Udin, L.
Z., dan Ishmayana, S. (2016). Produksi penisilin oleh
Penicillium chrysogenum l112 dengan variasi
kecepatan agitasi pada fermentor 1 l. Kartika: Jurnal
Ilmiah Farmasi, 4(2): 1-6.
RKZ Surabaya. (2019). Mengenal Efek Samping Obat
Untuk Kesehtan Kita. Artikel Link:
https://rkzsurabaya.com/mengenal-efek-samping-
obat-untuk- kesehatan-kita/, Diakses pada tanggal 29
September 2020.

Sulastomo. (2007). Manajemen Kesehatan. Penerbit PT


Grsmedia Pustaka, Jakarta.
.

Anda mungkin juga menyukai