PRODI S1 FARMASI
GOLONGAN PENISILIN
NIM : 133145201031
KELAS : A
M AK AS S AR
2015
Golongan Penisilin
London yang satu decade kemudian dikembangkan oleh Florey untuk penggunaan
penisilin dalam jumlah besar pada saat perang dunia II, kemudian digunakan
menjadi lenyap.
Mekanisme kerja :
sehingga bila sel bakteri tumbuh dengan dinding sel yang tidak sempurna maka
bertambahnya plasma atau air yang terserap dengan jalan osmosis akan
Resistensi:
Tidak tahan asam lambung, sehingga pemberian secara oral akan diuraikan
oleh asam lambung, karena itu penggunaannya secara injeksi atau infuse
intra vena.
sebelum makan.
dikloksasin, flukloksasilin.
sinergisme dengan khasiat 50 kali lebih kuat, efektif terhadap E.coli, H.influenza
clavuligerus.
(1) Ampisilin
Spectrum kerjanya meliputi banyak kuman gram positif dan gram negative
digunakan untuk mengobati berbagai macam infeksi atau peradangan pada saluran
(2) Amoksisilin
dan lengkap. Banyak digunakan terutama pada bronkitis menahun dan infeksi
saluran kemih.
(3) Co-amoxiclav
kaki.
-efek samping : reaksi alergi berupa urtikaria, nyeri sendi, syok anafilaktik, diare.
pneumokokus.
3. Ampisilin
pneumokokus.
-sediaan : ampisilin (generik) kapsul 250 mg, kaptab 500 mg, serbuk injeksi, sirup
kering.
-cara penyimpanan : dalam wadah tertutup baik, pada suhu tidak lebih dari 25C
4. Amoksisilin
tambahan.
-sediaan : amoksisilin (generik), kapsul 250 mg, kaptab 500 mg, serbuk injaksi,
sirup kering.
inti penisilina yaitu asam 6-amino penisilinat (6-APA) dan merupakan antibiotik
diantaranya :
B.Farmakokinetik
makan.
3.Pemakaian parental baik secara i.m ataupun i.v dianjurkan bagi penderita yang
3.Infeksi saluran kemih dan kelamin, seperti gonore (tanpa komplikasi), uretritis,
sistitis, pielonefritis.
5.Septikemia, meningitis
D.Kontra Indikasi
E.Dosis
1.Terapi oral
2)Infeksi saluran pencernaan, saluran kemih dan kelamin: 500 mg setiap 6 jam
b.Anak-anak dengan berat badan 20 kg atau kurang: 50-100 mg/kg berat badan
c.Pada infeksi yang berat dianjurkan diberikan dosis yang lebih tinggi
2.Terapi parenteral
1)Infeksi saluran pernapasan, kulit dan jaringan kulit: 250-500 mg setiap 6 jam.
2)Infeksi saluran pencernaan, saluran kemih dan kelamin: 500 mg setiap 6 jam
3)Septikemia dan bakterial meningitis: 150-200 mg/kg berat badan sehari dalam
dosis terbagi setiap 3-4 jam, diberikan secara i.v selama 3 hari selanjutnya secara
i.m.
1)Infeksi saluran pernapasan, kulit dan jaringan kulit: 25-50 mg/kg berat badan
2)Infeksi saluran pencernaan, saluran kemih dan kelamin: 50-100 mg/kg berat
3)Septikemia dan bakterial meningitis: 100-200 mg/kg berat badan sehari dalam
dosis terbagi setiap 3-4 jam, diberikan secara i.v selama 3 hari selanjutnya secara
i.m.
4)Bayi berusia 1 minggu atau kurang: 25 mg/kg berat badan secara i.m/i.v. setiap
8-12 jam.
5)Bayi berusia lebih dari 1 minggu: 25 mg/kg berat badan secara i.m/i.v. setiap 6-
8 jam.
AMOXICILLIN
A.Farmakodinamik
sp.
B.Farmakokinetik
Kadar bermakna didalam serum darah dicapai 1 jam setelah pemberian per-oral.
Kadar puncak didalam serum darah 5,3 mg/ml dicapai 1,5-2 jam setelah
D.Indikasi
pneumonia.
cystitis, pyelonephritis.
E.Dosis
1.Dewasa dan anak-anak (dengan berat badan lebih dari 20 kg): 250 mg-500 mg,
4x sehari.
2.Anak (dengan berat badan kurang dari 20 kg): 50 mg-100 mg/kg berat
A.Farmakodinamik
B.Farmakokinetik
C.Indikasi
D.Kontra Indikasi
diberikan dengan hati-hati pada bayi yang lahir dari ibu yang hipersensitif
terhadap penisilin.
E.Dosis
Anak-anak:
Anak kurang dari 12 tahun atau 40 kg berat badan: 20 mg/kg berat badan
per hari dihitung terhadap amoxsisilin tiap 8 jam dalam dosis terbagi pada
keadaan infeksi yang berat dapat ditingkatkan menjadi 40 mg/kg berat badan per
sel.Sefalosporin aktif terhadap kuman gram positif maupun garam negatif, tetapi
secara luas untuk mengatasi infeksi berat dan beberapa di antaranya memiliki
1980-an untuk mengatasi infeksi sistemik berat karena bakteri gram negatif-basil.
Penggolongan Sefalosporin
laktamase.
negatif lebih kuat dan lebih luas lagi dan meliputi Pseudomonas dan
4. Generasi ke IV, Sefepim dan sefpirom. Obat-obat baru ini (1993) sangat
Penggunaannya
obat pilihan kedua pada infeksi saluran napas dan kulit yang tidak begitu parah
2. Generasi II atau III, digunakan parenteral pada infeksi serius yang resisten
aktivitasnya. Begitu pula profilaksis pada antara lain bedah jantung, usus dan
3. Generasi III, Seftriaxon dan sefotaksim kini sering dianggap sebagai obat
pilihan pertama untuk gonore, terutama bila telah timbul resistensi terhadap
bacteroides fragilis.
4. Generasi IV, dapat digunakan bila dibutuhkan efektivitas lebih besar pada
Mekanisme kerja
dan tidak stabil. Mekanisme yang tepat untuk efek ini belum pasti ditentukan,
spektrum aktivitas dari obat yang tidak dijelaskan oleh pengaruh beta-laktamase.
Farmakokinetik (Umum)
diserap setelah pemberian oral, tetapi ini telah berubah dengan ketersediaan
aksetil (generasi kedua) dan cefixime (generasi ketiga). Tergantung pada obat,
makanan.
cairan, termasuk tulang, cairan pleura, cairan perikardial dan cairan sinovial.
tingkat yang lebih tinggi ditemukan meradang ditulang normal. Sangat tinggi
ditemukan dalam urin, tetapi mereka menembus buruk menjadi jaringan prostat
dan aqueous humor. Tingkat Empedu dapat mencapai konsentrasi terapi dengan
beberapa agen selama obstruksi empedu tidak ada. Dengan pengecualian aksetil,
tidak ada sefalosporin generasi kedua atau yang pertama memasuki CSS (bahkan
ditemukan dalam CSF parenteral setelah dosis pasien dengan meninges meradang.
Sefalosporin menyeberangi plasenta dan konsentrasi serum janin dapat 10% atau
lebih dari yang ditemukan dalam serum ibu. Protein mengikat obat secara luas.
Sefalosporin dan metabolitnya (jika ada) diekskresikan oleh ginjal, melalui sekresi
Indikasi Klinik
infeksi berat atau yang tidak dapat diobati dengan antimikroba lain, sesuai dengan
tersebut diatas.
Kontra Indikasi
skin test.
septikemia, syok atau penyakit berat lainnya sebagai penyerapan obat dari saluran
pencernaan mungkin jauh ditunda atau berkurang. Rute parenteral (sebaiknya IV)
Efek Samping
udema.
Saluran cerna, terutama penggunaan oral : colitis (darah dalam tinja), nyeri
lambung, diare, rasa tidak enak pada lambung, anoreksia, nausea, konstipasi.