Anda di halaman 1dari 31

qwertyuiopasdfghjklzxcvbnmqw

ertyuiopasdfghjklzxcvbnmqwert
yuiopasdfghjklzxcvbnmqwertyui
opasdfghjklzxcvbnmqwertyuiopa
BUKU PENDAMPING PRAKTIKUM
TEKNOLOGI REPRODUKSI DAN
sdfghjklzxcvbnmqwertyuiopasdf
INSEMINASI BUATAN
ghjklzxcvbnmqwertyuiopasdfghj
OLEH :

klzxcvbnmqwertyuiopasdfghjklz
DRH. AULIA FIRMAWATI, M.VET

xcvbnmqwertyuiopasdfghjklzxcv
bnmqwertyuiopasdfghjklzxcvbn
mqwertyuiopasdfghjklzxcvbnmq
wertyuiopasdfghjklzxcvbnmqwe
rtyuiopasdfghjklzxcvbnmqwerty
uiopasdfghjklzxcvbnmqwertyuio
pasdfghjklzxcvbnmqwertyuiopas
dfghjklzxcvbnmqwertyuiopasdfg
hjklzxcvbnmqwertyuiopasdfghjk
lzxcvbnmrtyuiopasdfghjklzxcvbn
mqwertyuiopasdfghjklzxcvbnmq
BUKU PENDAMPING PRAKTIKUM
TEKNOLOGI REPRODUKSI DAN INSEMINASI
BUATAN

OLEH :
DRH. AULIA FIRMAWATI, M.VET

LABORATORIUM REPRODUKSI VETERINER


FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
DAFTAR ISI
BUKU PENDAMPING PRAKTIKUM ................................................................................................................................... 1
TEKNOLOGI REPRODUKSI DAN INSEMINASI BUATAN .......................................................................................... 1
BAB 1 KOLEKSI SEMEN, PROSESING SEMEN DAN INSEMINASI BUATAN PADA ANJING ........................ 4
9.1 Inseminasi Buatan pada Anjing ............................................................................................................................. 6
9.2. Sifat Biokimia Semen Anjing .................................................................................................................................. 7
9.3 Sifat Kimia dan Fisik Semen Anjing .................................................................................................................... 8
9.4.Koleksi dan Evaluasi Semen Anjing ..................................................................................................................... 9
Pemeriksaan Makroskopis ....................................................................................................................................... 10
Pemeriksaan Makroskopis ....................................................................................................................................... 11
9.5 Pengolahan Semen Anjing ..................................................................................................................................... 12
9.6 Inseminasi Buatan pada Anjing ........................................................................................................................... 14
9.6.1 Teknik IB transervikal intrauterin dengan kateter khusus (Norwegian kateter) ................. 15
9.6.2.Teknik IB transervikal intrauterine dengan Endoskopi ................................................................... 16
9.6.3 Teknik IB transervikal intrauterine dengan Laparotomi ................................................................. 16
LATIHAN SOAL (Khusus untuk buku ajar) ............................................... Error! Bookmark not defined.
BAB 2 KOLEKSI SEMEN, PROSESING SEMEN DAN INSEMINASI BUATAN PADA KUCING..................... 20
10.1. Semen Kucing .......................................................................................................................................................... 22
10.2 Sifat Kimia dan Fisik Semen Kucing ................................................................................................................ 23
10.3. Koleksi dan Evaluasi Semen Kucing............................................................................................................... 24
10.3.1.Vagina Buatan .................................................................................................................................................. 24
10.3.2.Elektroejakulator ........................................................................................................................................... 25
10.3.3. Membilas Vagina Setelah Kawin ............................................................................................................. 26
10.3.4. Koleksi semen dengan Cystocentesis ................................................................................................... 26
10.3.5. Utethral Catheterization............................................................................................................................. 27
10.4. Prosesin atau Pengolahan Semen Kucing .................................................................................................... 27
10.5. Inseminasi Buatan Pada Kucing ..................................................................................................................... 28
LATIHAN SOAL (Khusus untuk buku ajar) ............................................... Error! Bookmark not defined.
BAB 1
KOLEKSI SEMEN, PROSESING SEMEN DAN
INSEMINASI BUATAN PADA ANJING
Tujuan Instruksional Khusus
1. Pemahaman terkait konsep koleksi semen pada anjing
2. Pemahaman terkait konsep prosesing semen pada anjing
3. Pemahaman terkait teknik inseminasi buatan pada anjing
Anjing merupakan salah satu hewan kesayangan yang semakin digemari oleh masyarakat,
terutama di kota-kota besar. Anjing di samping sebagai hewan kesayangan, juga dikenal sebagai
hewan penjaga dan pemburu. Semakin meningkatnya minat dan permintaan terhadap anjing maka
diperlukan suatu teknik inseminasi buatan (IB) untuk mengatasi masalah jarak yang sering
dihadapi pengembangbiak anjing (Safitri dkk, 2013).
Meningkatnya perkawinan anjing ras murni dan meningkatnya pengetahuan dan
pengalaman para peternak anjing, kegagalan reproduksi dengan cara kawin alami pada anjing
jantan dan betina telah menjadi perhatian utama.Masalah utama yang sering terjadi pada anjing
betina adalah sempitnya vagina pada anjing muda sehingga menimbulkan rasa sakit dan menolak
untuk dikawini meskipun sudah dewasa dan kondisi estrus (Safitri dkk, 2013). Untuk itu salah satu
solusi yang dapat dilakukan guna mengatasi masalah-masalah yang mengindikasikan perkawinan
alam tidak memungkinkan adalah melalui teknik kawin suntik atau inseminasi buatan.
Inseminasi buatan pada anjing bertujuan untuk mendapatkan jenis ras anjing yang
diinginkan, tanpa harus mempertemukan anjing jantan dan anjing betina yang akan dikawinkan.
Inseminasi buatan banyak memiliki keuntungan, antara lain untuk mendapatkan anjing yang sesuai
dengan ras yang diinginkan, mendapatkan keturunan dari pejantan unggul yang tidak mampu
melakukan perkawinan secara alami, mendapatkan keturunan dari pejantan yang berada jauh dari
betina dan mampu mengurangi resiko cidera pada anjing jantan jenis unggul, serta dapat menekan
biaya bila dibandingkan dengan perkawinan secara alami (Robert et al, 2016).
Dalam penerapan inseminasi buatan kualitas semen harus tetap dipertahankan sampai
semen tersebut di inseminasikan. Beberapa faktor yang berpengaruh terhadap kualitas semen
adalah sifat - sifat fisik meliputi warna, volume,ph, konsentrasi motilitas dan kimia bahan
pengencer kadar pengencer, cahaya, suhu dan lama penyimpanan, oleh karena itu peril dilakukan
pemeriksaan untuk mengetahui kualitas semen (Robert et al, 2016).

9.1 Inseminasi Buatan pada Anjing


Inseminasi buatan (IB) adalah penempatan semen pada saluran reproduksi secara buatan.
Semen yang ditempatkan dapat berupa semen beku maupun semen segar. Penempatan semen
dapat secara intra vagina, intracervix maupun intrauterine. Inseminasi buatan telah dilakukan sejak
dua abad yang lalu. Mulai dari IB pada kuda, kemudian berkembang hingga saat ini. Perkembangan
IB diawali dengan keberhasilan dari Leeuwenhoek pada tahun 1678 untuk melihat bentuk dari
sperma dengan alat mikroskopnya, kemudian dilanjutkan dengan Spallanzani satu abad kemudian
yang berhasil melakukan inseminasi pada anjing Inounu Ismeth, 2014).
Inseminasi buatan pada anjing pertama kali sukses pada tahun 1784 di Itali oleh Abbe
Lazzaro Spallanzani, dan dari anjing tersebut lahirlah 3 ekor anak anjing. Pada tahun 1899 di Rusia,
Ivanov juga mempraktekan IB pada anjing dan juga mengembangkan semen extender. Awal tahun
1900, Danish menemukan straw untuk pengemasan semen beku, dan pada tahun 1914 mulai
diperkenalkannya vagina buatan untuk anjing. Inseminasi buatan pada anjing dapat dilakukan
dengan menggunakan semen segar, semen dingin (4ºC), maupun semen beku (-196ºC). Dengan
adanya perbedaan tersebut, perlu diketahui tingkat keberhasilan berdasarkan evaluasi semen dari
masing-masing semen untuk dapat meningkatkan conception rate dan efektivitas dari inseminasi
buatan pada anjing (Hasegan et al, 2012).

9.2. Sifat Biokimia Semen Anjing


Inti spermatozoa terdiri dari kromatin yang DNA-nya distabilkan dengan konjugasi
menggunakan protein khusus yaitu sebagai “Spermatozoa Histone”. Inti spermatozoa pada
beberapa spesies mengandung sebagian kecil spermatozoa histone dengan berat molekul rendah,
yang diketahui sebagai “Protamin”, sedangkan spermatozoa pada spesies lain mengandung jumlah
yang bervariasi pada arginin yang kaya histone. Protein dasar inti penting untuk kondensasi dan
stabilisasi DNA dengan ikatan sulfhidril. Peningkatan ikatan sulfhydryl berperanan pada perjalanan
spermatozoa saat diepididimis selama perjalanan menuju ke fertilisasi (Susilowati, Trinil, 2011).
Saat spermatozoa mengalami reaksi akrosom yang sebagian besar bahan dalam akrosom
dikeluarkan yang disebabkan penggabungan plasma dan membran akrosom bagian luar. Fungsi
dari masing-masing enzim adalah sebagai berikut: Hialuronidase menyebabkan menyebarnya sel
kumulus yang mengelilingi ovum yang baru diovulasikan menyebar. Proakrosin adalah precursor
enzim proteolitik akrosin, yang dapat membantu dalam mempersingkat penetrasi spermatozoa
melalui zona pellusida. Namun secara bioisika, penginduksian spermatozoa dapat secara mekanik
menetrasi zona pellusida dengan cara gerakannya (gerakan spermatozoa) (Susilowati, Trinil,
2011)..
Lapisan mitokondria spermatozoa, yang kaya fosfolipid, dengan berbagai ukuran
mitrokondria pada beberapa spesies dan dalam cairan kimia yang dibuat. Spermatozoa
mengandung enzim cytochrome oksidase pada system pernafasan dan tahap glikosis. Metabolisme
enzim lain, khususnya laktat dehidrogenase yang dikenal sebagai LDH-X, juga terdapat energi yang
kaya nukleotida adenine dan guanin adalah komponen penting dalam energi spermatozoa sebagai
protein aksonema, tubulin dan dynein. dynein merupakan protein dasar dalam mikrotubulus
aksonema yang ditunjukkan oleh ikatan divalent ATP-ase yang diaktifkan (Susilowati, Trinil, 2011).
Adapun tabel Biokimiawi pada semen anjing dapat dilihat pada Tabel dibawah ini.
Tabel 4. Komponen Biokimia pada Semen Anjing
(Sumber : Whales dan White, 1967)

9.3 Sifat Kimia dan Fisik Semen Anjing


Karakteristik dan kandungan kimia plasma semen pada suatu hewan sangat penting
sebagai dasar pemilihan bahan pengencer yang tepat dalam mempertahankan kualitas semen
selama pembekuan dan setelah pencairan kembali. Kandungan dan fungsi bahan kimia dalam
plasma semen sangat terkait dengan kualitas semen baik sebelum maupun setelah pembekuan.
Protein plasma semen berperan dalam menstabilkan membran, viabilitas spermatozoa, serta
proses reaksi kapasitasi, reaksi akrosom dan fertilisasi. Kolesterol plasma semen berperan penting
dalam pembentukan impermiabilitas dan kohesivitas struktur membran. Karbohidrat dalam
plasma seperti fruktosa, glukosa, dan sorbitol merupakan sumber energi bagi spermatozoa.
Demikian juga ion-ion organik dan anorganik plasma semen terutama berperan sebagai buffer,
menjaga tekanan osmotik, mempertahankan membran dan motilitas spermatozoa (Whales dan
White, 1967).
Ejakulasi semen pada anjing terdiri dari bagian pertama (pre- sperm) memiliki volume
yang sedikit dan mengandung beberapa sampai tidak ada spermatozoa, bagian kedua (sperm-rich)
yang mengandung banyak spermatozoa berasal dari epididimis dan testes, volume sekitar 0,5-5 cc,
dan bagian ketiga (prostatic fluid) yang juga mengandung sedikit sampai tidak ada spermatozoa,
volume sekitar 4-50 cc (Rijsselaere et al, 2011).
Sebelum pemeriksaan, semen harus disimpan pada suhu 35 sampai 37°C hingga
pemeriksaan motilitas spermatozoa dilakukan, sesudahnya dapat disimpan di temperatur ruangan.
Tabung semen harus disimpan dalam rak dan bagian yang terbuka darus ditutup dengan parafilm.
Evaluasi semen meliputi pengukuran volume, warna, pH dari faksi ketiga (cairan prostat), motilitas
(persentase spermatozoa motil yang progresif), konsentrasi dan jumlah total spermatozoa dalam
ejakulat, persentase morfologi normal spermatozoa, dan penilaian sitologi cairan seminal dan
kultur mikrobial. Kualitas semen anjing bervariasi tergantung pada lingkungan dimana anjing
dikoleksi, adanya penyakit pada saluran reproduksi pejantan, penyakit sistemik, umur, ras, dan
musim. Anjing yang sangat muda dan terlalu tua memiliki kualitas semen yang jelek.
Sifat fisik dari semen anjing dapat dilihat dari warnanya. Volume semen anjing normal
berkisar antara 1 sampai 80 ml. Volume tidak menunjukkan kualitas semen kerena tergantung dari
cairan prostat sewaktu koleksi semen terjadi selama 20 menit. Semen yang kualitasnya bagus
berwarna seperti susu. Sampel yang berwarna suram harus diuji secara mikroskopik untuk
mengetahui ada tidaknya spermatozoa, karena terkadang ejakulat yang mengandung banyak
droplet lemak atau bakteria dan sel-sel radang tampak seperti normal.
Hasil pengamatan makroskopis terhadap semen segar anjing lokal diperoleh rerata semen
segar fraksi pertama (pre sperm) menunjukkan volume sebesar 0.9±0.28 ml, konsistensi encer
dengan warna yang jernih dan pH 6.73±0.25. Rich sperm (fraksi kedua) menunjukkan rerata
volume sebesar 1.16±0.28 ml, warna putih keruh atau putih abu-abu dengan konsistensi yang
sedang dan pH sebesar 7.00±00 . Rerata volume semen segar fraksi ketiga (post sperm) sebesar
3.67±0.94 ml, dengan konsistensi encer, warna jernih dan pH 6.82±0.17 (Hasegan et al, 2012).
9.4.Koleksi dan Evaluasi Semen Anjing
Koleksi semen dapat dilakukan dengan penampungan semen menggunakan metode pijatan
manual dimana metode ini paling umum digunakan. Penampungan dapat dilakukan pada pagi hari
untuk mendapat kualitas semen yang baik (Hasegan et al, 2012). Pemijatan mulai dari preputium
kemudian kebelakang sampai ke bulbus glandis. Pejantan biasanya mulai merespon dengan
mengangkat salah satu kaki belakangnya. Selanjutnya lakukan pemijatan pada bagian bulbus
glandis dan biasanya pejantan akan merespon pijatan dengan melakukan gerakan ritmik seolah -
olah memasukkan alat kelaminnya kedalam saluran reproduksi betina. Pada saat ini pegangan pada
bulbus glandis dilakukan dengan erat dengan genggaman yang konstan. Penis akan mulai ereksi
disertai dengan ejakulasi dalam hitungan 20 detik. Ejakulat yang ditampung adalah ejakulat yang
kaya akan sperma ditandai dengan ejakulat yang berwarna keruh. Penampungan ejakulat
menggunakan cawan petri, hal ini dapat dilihat pada Gambar 15. (Safitri dkk., 2013).

A B

Gambar 15. a) Metode pijatan untuk menstimulasi ejakulasi b) Kolkesi semen anjing pada area Bulbo
(Sumber : Macpherson, 1967).

Koleksi semen juga dapat dilakukan dengan menggunakan vagina buatan. Betina pemancing
bisa digunakan untuk mempermudah pengambilan semen. Betina pemancing harus dalam keadaan
estrus yang ditunjukkan dengan adanya leleran pada vagina. Diposisikan anjing jantan yang akan
diambil semennya mendekati dengan anjing betina pemancing, apabila anjing jantan sudah
mengendus betina pemacing segera disiapkan vagina buatan dengan posisi pengambil berada
disebelah kiri anjing. Tangan kangan kolektor memijat bulbo glandis, apabila anjing jantan
mengalami ereksi mencapai 40 hingga 50% vagina buatan segera diposisikan diujung penis dan
preputium didorong kebelakang bulbo glandis. Setelah pengumpulan semen berikan pelumas
untuk membantu posisi penis kembali ke normalnya (Robert et al, 2016).
Ejakulasi semen pada anjing terdiri dari bagian pertama (pre- sperm), bagian kedua
(sperm-rich) yang mengandung banyak spermatozoa berasal dari epididimis dan testes, dan bagian
ketiga (prostatic fluid) yang juga mengandung sedikit sampai tidak ada spermatozoa. Karakteristik
ejakulasi semen pada anjing dapat dilihat pada (Tabel 1) (Rijsselaere et al, 2011).

Tabel 5. Karakteristik Ejakulasi Ssemen Anjing


Karakteristik Pre-Sperm Sperm Rich Prostatic-Fluid
(Bagian pertama) (Bagian kedua) (Bagian ketiga)
Volume 0,1-0,2 ml 0,1-3 ml 102ml>20 ml
(rata-rata 0,33ml) Bervariasi tergantung
hewan
Warna Bening atau putih Keabu-abuan, putih, Jelas, transparan
putih susu
Konsistensi Berair Berair-kental Berair
Karakteristik Sekresi prostat Sperma sel terdiri Sekresi gland prostat
dengan campuran sel dari seminal plasma
epitel, urin, bakteri
dan sel sperma

PH 6.37 6.10 7.20


Durasi 5-90 detik 5-300 detik 60 detik- 20 menit
(Rata-rata 13,5 detik) (Rata-rata 52.4 (Rata-rata 6 menit 55
detik) detik)
(Sumber : Carreira et al, 2011)

Evaluasi semen dilakukan baik secara makroskopik dan mikroskopik. Pemeriksaan


makroskopik meliputi: volume, warna, bau dan konsistensi (kekentalan). Pemeriksaan mikroskopik
meliputi: motilitas (gerakan individu), konsentrasi spermatozoa, persentase spermatozoa yang
hidup (Robert et all., 2016).

Pemeriksaan Makroskopis

a. Volume
Semen segar diukur dengan melihat skala yang tercantum pada tabung (ml). Volume diukur
sebagai bagian dari perhitungan jumlah total spermatozoa dalam sampel. Pada anjing volume
ejakulasi keseluruhan dipengaruhi oleh breed dan ukuran hewan semakin besar hewan semen yang
dihasilkan akan cenderung lebih banyak dari pada yang kecil (Tabel 2).

Tabel 6. Variasi Volume Semen Anjing Berdasarkan Berat Badan


Berat badan anjing Volume ejakulasi Rataan
<20 1-22,5ml 5,38 ml
kg
>20 2-45ml 12,75 ml
kg
(Sumber : Carreira et al, 2011)
b. Warna
Warna semen dapat diindentifikasi dengan visual meliputi putih, putih abu-abu dan putih
susu. Pada semen yang terdapat warna kuning menunjukkan adanya kontaminasi dari urin. Warna
hijau menunjukkan adanya nanah. Warna merah atau cokelat menunjukkan adanya darah segar
atau hemolisis, penyebab paling umum darah didalam semen adalah penyakit prostat atau
kerusakan pembuluh darah pada penis. Adanya darah pada semen tidak mempengaruhi motilitas
pada spermatozoa.
c. Konsistensi
Dinilai dengan cara memiringkan tabung dan meluruskan kembali tabung penampung.
Konsistensi berupa encer, sedang dan kental.
d. pH
Dilakukan pengujian dengan menggunakan pH indikator. pH normal semen anjing berkisar 6,6-
6,8.

Pemeriksaan Makroskopis
a. Motilitas (Gerakan Individu)
Motilitas spermatozoa dinilai dengan melihat perbandingan antara gerakan spermatozoa
yang progresif maju ke depan dengan gerakan spermatozoa yang tidak progresif seperti reserve,
circular, vibrator, dan tidak bergerak atau mati. Motilitas sperma harus segera dilakukan evaluasi
setelah penampungan sperma. Apabila semen terlalu kental bisa diteteskan larutan garam buffer
dengan ph yang sesuai. Persentase sperma yang motil dari ejakulasi normal yang dilakukan adalah
antar 70% hingga 90%. Selain itu progresif dari sperma juga dapat dilihat dari motilitas sperma
yang melintasi lapang pandang mikroskopis dalam 2-3 detik. Semen anjing tidak memiliki gerakan
yang khas seperti pada semen sapi, tetapi gerakan yang acak dan cepat.
b. Konsentrasi spermatozoa
Pemeriksaan konsentrasi spermatozoa pad anjing dapat dilakukan dengan menggunakan
teknik konvensional menggunakan haemocytometer. Sebelum dilakukan perhitungan semen
diencerkan terlebih dahulu. Total normal jumlah spermatozoa pada anjing berkisar antar 300-2000
juta. Jumlah total spermatozoa tergantung pada ukuran testis dan dapat menurun seiring
penampungan semen yang sering dilakukan. Selain itu jenis pengencer yang dilakukan juga
mempengaruhi konsentrasi spermatozoa. Konsentrasi bukanlah indicator kualitas semen pada
anjing, kecuali pada kasus tersebut tidak ada spermatozoa dalam ejakulat. Dalam ejakulat yang
mengandung spermatozoa, konsentrasi tergantung pada jumlah cairan prostat yang dikoleksi dan
dapat berkisar dari 4 sampai 400 juta per ml.
c. Viabilitas spermatozoa
Pengamatan viabilitas spermatozoa dilakukan dengan menggunakan pewarnaan eosin
nigrosin dengan membuat preparat ulas. Spermatozoa hidup ditandai dengan kepala tidak
menyerap warna sedangkan spermatozoa mati ditandai dengan kepala berwarna merah. Adapun
gambaran viabilitasspermatozoa pada anjing dapat dilihat pada gambar dibawah ini.
Penilaian dilakukan dari 10 lapang pandang dengan perhitungan jumlah sel > 200 sel,
dengan rumus:
% Spermatozoa yang hidup = Jumlah spermatozoa x 100%
Total spermatozoa yang diamati

Gambar 16. Viabilitas Spermatozoa Anjing (Sumber : Wicaksono, A., 2008)

d. Morfologi Spermatozoa
Morfologi spermatozoa. Pengamatan morfologi spermatozoa menggunakan pewarnaan
eosin-nigrosin. Morfologi yang diamati berdasarkan kelainan pada bagian kepala (abnormalitas
primer) dan bagian leher dan ekor (abnormalitas sekunder), spermatozoa yang dihitung minimal
200 sel dari 10 lapang pandang, dengan rumus:
%Spermatozoa abnormal= Jumlah spermatozoa abnormal x 100%
Total spermatozoa yang diamati
Sampel semen anjing yang baiik harus mengandung setidaknya 80% yang memiliki
morfologi normal. Pada spermatozoa dengan persentase dibawah 60% kesuburan sudah
terpengaruh buruk.

9.5 Pengolahan Semen Anjing


Pada anjing, semen yang dapat digunakan untuk IB adalah semen segar, semen dingin, dan
semen beku. Semen segar dapat digunakan apabila anjing tidak dapat kopulasi secara alami,
contohnya English Bulldog atau ras brachycephalic lainnya yang hampir selalu memerlukan IB
karena anatomi mereka tidak berkompeten untuk kawin secara alami. Kesuksesan IB dengan
semen segar hampir sama dengan kawin secara alami, yaitu ≥ 80%. Conception rate dengan semen
segar adalah 65 - 84 % tergantung dari kualitas semen, waktu inseminasi, dan tempat deposisi yang
benar. Semen dingin dapat digunakan apabila pejantan dan betina terpisah oleh jarak yang tidak
terlalu jauh (Rijsselaere et al, 2011).
Semen extender ditambahkan ke dalam koleksi sebelum ditransportasikan untuk
memperpanjang lifespan dari sperma, kemudian semen ditaruh ke dalam wadah berisi air 37ºC dan
perlahan didinginkan sampai suhu 4ºC. Semen extender melindungi spermatozoa dari perubahan
temperatur dan trauma mekanis selama transportasi, juga menjaga agar pH selalu stabil.
Pengolahan semen anjing dipenharuhi oleh penyimpanan dan pengenceran semen yang dilakukan
sebelum dilakukan inseminasi buatan pada anjing. Lama penyimpanan memiliki pengaruh
terhadap kualitas motilitas spermatozoa. Penyimpanan spermatozoa dilakukan pada suhu 5°C
bertujuan untuk menghambat proses metabolisme spermatozoa agar mempunyai waktu hidup
yang lebih lama dibandingkan pada suhu ruang. Pada suhu penyimpanan 5°C, hingga jam ke-24
mempertahankan 40% motilitas spermatozoa. Sedangkan pada keadaan beku spermatozoa dapat
disimpan pada suhu -196°C (Safitri dkk, 2013).
Proses penyimpanan semen segar membutuhkan suatu medium berupa bahan pengencer
agar spermatozoa dapat bertahan hidup. Kandungan bahan pengencer semen akan secara langsung
memengaruhi kualitas spermatozoa yang terdapat didalamnya. Syarat mutlak untuk IB adalah
spermatozoa yang masih memiliki motilitas progresif sekitar 40%. Dapat dilakukan denga
penambahan 10-20% kuning telur atau susu skim.
Glukosa, dekstrosa dan laktosa dapat menjadi sumber energi pada pengencer semen anjing.
Cairan seminal anjing memiliki konsentrasi fruktosa yang sangat rendah dibandingkan cairan
seminal pada spesies lain, kemungkinan disebabkan karena anjing jantan tidak mempunyai
vesikula seminalis. Fruktosa dapat digunakan sebagai sumber energi bagi spermatozoa anjing.
Fruktosa merupakan bahan pengencer semen yang sering digunakan pada anjing. Dari hasil
penelitian terhadap metabolisme dari semen segar pada anjing yang diencerkan pada 10 mM
glukosa dan fruktosa, diindikasikan bahwa fruktosa lebih efisien dibandingkan dengan glukosa di
dalam menghasilkan level energi (ATP) pada spermatozoa diindikasikan pula bahwa fruktosa
memiliki peran sebagai aktivator spermatozoa setelah proses ejakulasi (Hasegan et al, 2012).
Antibiotika yang sering ditambahkan ke dalam pengencer adalah penisilin dan
streptomisin, baik digunakan secara bersamaan maupun terpisah Penisilin merupakan antibiotik
golongan betalaktam yang bekerja pada bakteri gram positif, sedangkan streptomisin merupakan
antibiotik golongan aminoglikosida yang bekerja pada bakteri gram negatif. Kombinasi dari
penisilin dan streptomisin dapat bekerja secara sinergis dalam mengatasi bakteri gram positif dan
gram negatif (Rijsselaere et al, 2011).
Menurut, (Safitri dkk, 2013) bahan pengencer berupa kuning telur dengan penambahan
BSA (Bovine serum albumin) memiliki kandungan asam amino yang lebih lengkap dari plasma
semen. Semen yang telah diketahui konsentrasinya dilakukan pengenceran dengan bahan
pengencer dengan perbandingan 1:4 yang terdiri dari 1 ml semen dan 4 ml pengencer. Sperma yang
telah disimpan dalam keadaan dingin dapat dilakukan thawing dengan merendam dengan
menggunakan air pada suhu 370C (Gambar 3). Penambahan bahan pengencer berupa BSA pada
bahan pengencer kandungan asam amino atau plasma protein pada semen yang telah diencerkan
masih tetap dalam keadaan seimbang sehingga stabilitas membrane sel dapat dipertahankan. tetap
dalam keadaan seimbang sehingga stabilitas membrane sel dapat dipertahankan dan meningkatkan
motilitas spermatozoa. Pada penyimpanan semen selama 60 jam di suhu kulkas dapat
mempertahan kualitas spermatozoa dengan penambahan BSA didalam kuning telur.

Gambar 17. Thawing pada semen (Sumber : Rijsselaere et al, 2011).


Penyimpanan semen juga dapat dilakukan dengan metode pembekuan yang dilakukan pada
straw, biasanya metode ini dilakukan karena transportasi jarak jauh yang akan dilakukan dan
penyimpanan jangka waktu lama. Penyimpanan pada straw harus dilenkapi dengan pemberian
label berupa tanggal, nama anjing, jenis anjing, tato atau nomor chip lalu ditempatkan pada
nitrogen cair. Sebelum dilakukan inseminasi buatan semen beku dalam straw harus di thawing
terlebih dahulu dalam air dengan suhu 370C selama 30 atau 60 detik (Rijsselaere et al, 2011).

Gambar 18. Nitrogen untuk penyimpanan semen beku (Sumber : Rijsselaere et al, 2011).

9.6 Inseminasi Buatan pada Anjing


Teknik inseminasi buatan pada anjing berbeda tergantung dari tempat deposisinya. Tempat
deposisi semen pada anjing dapat dilakukan secara intravaginal maupun intrauterin. Intravaginal
dapat dilakukan dengan pipet inseminasi. Intrauterin sendiri dapat dilakukan dengan cara
transervikal intrauterin dengan kateter khusus (Norwegian kateter), endoskopi, maupun dengan
cara pembedahan (laparotomi) (Lamm et al, 2012).
Tempat deposisi semen segar biasa dilakukan di intravaginal, sedangkan semen dingin dan
semen beku dapat dilakukan di intravaginal dan intrauterin untuk hasil yang lebih baik. Tempat
deposisi di intravaginal (cranial vagina) dengan menggunakan pipet inseminasi yang dimasukan
melalui vulva dan langsung ke vagina. Saat semen sudah terdeposisi, bagian belakang (pinggul,
ekor) akan naik dalam beberapa menit untuk memfasilitasi pergerakan sperma dari vagina ke
uterus. Dibersihkan terlebih dahulu area perineum dan vulva sebelum dilakukan inseminais
buatan. Kontraksi vagina dapat dimanipulasi dengan massage klitoris atau dinding vagina. Tempat
deposisi intrauterin dapat dilakukan melalui transervikal intrauterin dengan kateter khusus dan
juga endoskopi (Lamm et al, 2012).

9.6.1 Teknik IB transervikal intrauterin dengan kateter khusus (Norwegian kateter)


Anatomi dan lokasi serviks anjing betina sulit dijangkau untuk penetrasi karena lipatan
vagina yang menghalangi akses langsung ke serviks, oleh karena itu, ada kateter khusus yang dapat
digunakan untuk transervikal intrauterin, yaitu Norwegian catheter dan tersedia dalam 3 ukuran
berbeda. Teknik IB transervikal intrauterin dengan menggunakan Norwegian catheter adalah
dengan serviks dipastikan melalui palpasi abdomen terlebih dahulu, kemudian kateter dimasukan
perlahan sampai menembus kanal serviks (Gambar 5). Teknik ini membutuhkan praktek dan
pengalaman yang banyak karena berbahaya apabila dilakukan oleh dokter hewan yang tidak
berpengalaman, dapat menyebabkan trauma pada serviks (Carreira et al, 2011).

Gambar 19. Teknik IB transervikal intrauterin dengan menggunakan Norwegian catheter


(Sumber : Carreira et al, 2011).
9.6.2.Teknik IB transervikal intrauterine dengan Endoskopi
Teknik IB transervikal intrauterine lain adalah dengan endoskopi. Endoskopi memudahkan
operator karena ada visualisasi serviks, kemudian masukan kateter ke uterus untuk deposisikan
semen. Semen yang dapat digunakandalah semen beku dan semen cair. Hasil untuk teknik memiliki
keberhasilkan yang cukup baik. Dilakukan endoskopi terlebih dahulu pada betina yang akan
dilakukan IB untuk mengetahui siklus estrus (Carreira et al, 2011).

Gambar 20. Vaginal endoskopi (dari kiri ke kanan) Proestrus, proestrus, estrus, diestrus
(Sumber : Carreira et al, 2011).

9.6.3 Teknik IB transervikal intrauterine dengan Laparotomi


Selain itu, teknik intrauterin lain dapat dilakukan dengan teknik pembedahan atau
laparotomi. Anjing betina dianestesi terlebih dahulu ± 20 menit, insisi abdomen kemudian uterus
dikeluarkan, lalu injeksi semen langsung ke lumen uterus melalui dinding uterus. Kerugian teknik
IB dengan laparotomi ini membutuhkan biaya yang lebih banyak dan lebih beresiko. Metode ini
tidak dapat diterapkan berulang mengingat resiko yang lebih besar (Carreira et al, 2011).
Tempat deposisi semen berpengaruh terhadap keberhasilan IB juga, semen dingin dan
semen beku harus diinseminasikan langsung ke dalam uterus untuk mendapatkan hasil yang
maksimal, karena setelah proses thawing spermatozoa tidak dapat bergerak cukup lincah untuk
dapat melewati serviks, dan umur sperma menjadi lebih pendek, hanya dapat bertahan 12 - 24 jam
untuk semen beku, 24 - 72 jam untuk semen dingin, sedangkan semen segar dapat bertahan hingga
4 - 6 hari dalam saluran reproduksi betina (Carreira et al, 2011).

Waktu untuk Inseminasi Buatan


Menentukan waktu untuk inseminasi buatan adalah penting karena berpengaruh terhadap
keberhasilan inseminasi buatan. Selain itu jenis semen juga menentukan waktu inseminasi buatan,
sebab kelangsungan hidup sperma berkurang seiring waktu. Semen beku memiliki kemampuan
bertahan hidup yang
pendek setelah proses thawing, sehingga IB perlu dilakukan pada hari ovulasi dan inseminasi kedua
dijadwalkan setelah 2 hari kemudian (Gambar 7) .

Gambar 21. Grafik IB sesuai dengan bentuk semen (Sumber : Carreira et al, 2011).
Dalam menentukan waktu IB yang tepat, perlu diketahui kapan terjadi ovulasi. Anjing
mempunyai siklus estrus selama 7 – 9 hari. Anjing betina harus diinseminasi 2-5 hari setelah
ovulasi. Ovulasi dapat dideteksi berdasarkan pengamatan terhadap tingkah laku anjing betina,
melakukan vaginal smears (vaginal sitologi) setiap 2-3 hari dimulai dari hari pertama proestrus
(>70% sel kornifikasi vagina), pemeriksaan serum untuk mengetahui level progesteron.
Konsentrasi progesteron 2-3 ng/ml pada saat puncak LH, 4-8 ng/ml pada saat terjadi ovulasi, 10-25
ng/ml selama 2 hari setelah ovulasi di mana oosit sudah mencapai maturasi di ampula (oviduk) dan
siap untuk fertilisasi. Inseminasi buatan dapat diulang 24-48 jam kemudian untuk mendapatkan
hasil conception rate yang lebih tinggi. Apabila IB hanya dilakukan satu kali, pastikan bahwa waktu
inseminasi sudah tepat (2-5 hari setelah ovulasi) (Saunders, 2006).

Alat Inseminasi Buatan


Alat inseminasi buatan pada anjing adalah sederhana, yakni berupa pipa inseminasi dari
plastik dengan ukuran panjang 20 cm diameter 6 mm dipasang pada pipa syring yang digunakan
untuk membawa semen kedalam syring. Spikulum yang telah dilumasi vaselin. Lampu yang ada
didalam untuk memudahkan mencari lokasi cervix (Gambar 8). (Macpherson, 1967).
Gambar 22. Inseminasi buatan dengan menggunakan speculum (Sumber : Macpherson,
1967).

Volume Semen Yang Digunakan


Volume semen yang ideal untuk inseminasi adalah 1 – 5 ml yang mengandung spermatozoa
minimal 150 juta. Volume semen yang tidak diencerkan adalah sebesar 5 – 10 ml yang mengandung
spermatozoa minimal 200 juta. Kwalitas dan konsentrasi spermatozoa sangat ditentukan oleh ras
anjing (Macpherson, 1967).
FORMAT LAPORAN :
1. Jelaskan mengenahi teknik inseminasi buatan pada anjing yang anda ketahui dengan
menmbuat video kelompok, tentunya pembuatan video ini harus mengutapakan prinsip
SICIAL DISTANCING. Video ini harus menunjukan gambar semua anggota kelompok,
video berupa kompilasi penjelasan mengenahi teknik inseminasi buatan pada anjing
secara detail, dengan kapaistas video maksimal 50 MB
BAB 2
KOLEKSI SEMEN, PROSESING SEMEN DAN
INSEMINASI BUATAN PADA KUCING
Tujuan Instruksional Khusus (Khusus untuk buku ajar)
1. Pemahaman terkait konsep koleksi semen pada kucing
2. Pemahaman terkait konsep prosesing semen pada kucing
3. Pemahaman terkait teknik inseminasi buatan pada kucing
Reproduksi sangat penting bagi kelangsungan hidup suatu spesies karena setiap individu
mempunyai jangka waktu kehidupan terbatas dan hanya dengan reproduksi kelangsungan spesies
dapat terjaga. Pada beberapa spesies tertentu, khususnya hewan liar, terdapat kendala berupa
gangguan alam atau akibat campur tangan manusia yang menyebabkan terganggunya reproduksi
hewan tersebut. Hal ini menyebabkan populasi hewan tersebut semakin berkurang bahkan
dikhawatirkan suatu saat akan punah. Salah satu hewan yang berpotensi punah adalah jenis famili
felidae.
Beberapa kucing liar yang diduga hampir punah yaitu Panthera tigris sumatrensis (harimau
Sumatra), Felis mormorata (kucing kuwuk), Felis temminckii (kucing emas), Pardofelis nebulosa
(harimau dahan), Prionailurus planiceps (kucing dampak), dan Felis bengalensis (kucing batu).
Menurut Pope (2000), mengatakan lebih dari 36 spesies kucing liar diklasifikasikan terancam
punah. Sehingga perlu penanganan lebih lanjut agar menjaga kelestarian hewan-hewan tersebut
dari ancaman kepunahan.
Salah satu tindakan yang dapat dilakukan untuk mencegah kepunahan hewan-hewan
tersebut adalah dengan melakukan tindakan penyelamatan material genetik, salah satunya
dilakukan Inseminasi Buatan (IB) pada kucing. Keterbatasan pejantan menjadikan IB salah satu
cara untuk menghasilkan keturunan dari pejantan berkualitas tinggi. Transportasi semen beku
untuk IB wilayah nasional maupun internasional lebih rendah resikonya dibandingkan dengan
transportasi hewan hidup untuk perkawinan. Pada hewan produksi seperti sapi, IB digunakan
untuk meningkatkan produksi dan kualitas reproduksi, sedangkan pada jenis kucing IB digunakan
dengan tujuan mempertahankan dari kepunahan. Alasan lain dilakukan IB adalah untuk mencegah
penyakit menular melalui perkawinan.

10.1. Semen Kucing


Menurut SNI 4869-1:2017, semen merupakan kumpulan spermatozoa dan plasma semen
yang dihasilkan dari pejantan unggul yang dapat digunakan untuk proses pembuahan. Semen
dibedakan menjadi dua, yaitu semen segar dan semen beku. Semen segar merupakan semen yang
berasal dari ejakulasi pejantan unggul, sehat, bebas dari penyakit hewan menular sesuai dengan
peraturan perundangan, sedangkan semen beku berasal dari semen segar yang diencerkan sesuai
prosedur proses produksi kemudian dibekukan dan disimpan di dalam nitrogen cair pada suhu -
196°C dalam kontainer kriogenik. Semen berasal dari pejantan unggul yang sudah diseleksi
berdasarkan garis keturunannya (pedigree/silsilah), kemampuan produksi, dan reproduksi dengan
syarat motilitas spermatozoa baik dan persentase spermatozoa hidup banyak, serta bergerak
progresif. Selain itu, spermatozoa yang baik menunjukkan bergerak maju ke depan.
Spermatozoa dihasilkan dari stem sel (sel induk) melalui suatu siklik dan proses yang
terorganisir serta kompleks. Proses ini disebut spermatogenesis dan terjadi di dalam tubulus
seminiferus dari hewan yang dewasa seksual. Pembentukan spermatozoa adalah salah satu sistem
pembaharuan paling produktif yang terjadi dalam tubuh hewan. Setiap hari jutaan spermatozoa
diproduksi dari induk spermatogonium (Costa et al. 2006).
10.2 Sifat Kimia dan Fisik Semen Kucing
Menurut Aitken et al., (1989), struktur membran plasma spermatozoa, terutama
mengandung asam dokosaheksanoat, yaitu asam lemak tak jenuh jamak (ALTJJ) atau
polyunsaturated fatty acids, ikatan rangkap C=H sangat lemah, sehingga rentan terhadap proses
peroksidasi, dan kemudian melepaskan atom hidrogen membentuk peroksida lipid. Spermatozoa
sangat rentan terhadap kerusakan yang disebabkan oleh peroksidasi karena mengandung
konsentrasi ALTJJ yang cukup tinggi sehingga tidak mampu untuk memperbaiki dan akan
merupakan sumber senyawa oksigen reaktif yang baru terutama anion superoksidase dan hidrogen
peroksida. Walaupun kehadiran senyawa oksigen reaktif hanya sesaat, tetapi kerusakan yang
ditimbulkan pada spermatozoa cukup berarti terutama yang disebabkan oleh radikal hidroksil
sehingga akan mengganggu fungsi spermatozoa. Kerusakan peroksidasi pada spermatozoa dapat
terjadi karena enzim pertahanan, seperti peroksida dismutase dan glutation peroksidase dalam
sitoplasma spermatozoa tidak banyak. Diketahui, spermatozoa hanya mengandung sedikit
sitoplasma sehingga jumlah enzim yang dibutuhkan untuk menghambat terbentuknya oksigen
reaktif, yang berasal dari spermatozoa itu sendiri, tidak cukup efektif. Lokasi enzim pertahanan ini
banyak terdapat di bagian tengah spermatozoa (midpiece), sedangkan di bagian ekor dan di bagian
akrosom kurang, sehingga membran lipid di bagian ekor dan akrosom (kepala) kurang dilindungi.
Menurut Dandekar et al., (2002), spermatozoa mamalia umumnya kaya ALTJJ dan sangat
rentan terhadap serangan senyawa oksigen reaktif dan ion peroksida lipid dari membran
spermatozoa. Dalam keadaan normal, ada keseimbangan antara jumlah radikal bebas dengan
jumlah antioksidan. Jika keseimbangan itu terganggu, maka akan terjadi kerusakan pada jaringan
sel. Azis et al., (2004), melaporkan bahwa ada korelasi negatif yang bermakna antara produksi
radikal bebas dan spermatozoa dengan morfologi normal. Sebaliknya, terdapat korelasi positif
antara produksi radikal bebas dengan spermatozoa yang memiliki morfologi kepala yang amorf,
kerusakan akrosom, kerusakan midpiece, cytolpasmic droplet dan kerusakan pada ekor. Nazlie
(2004) melakukan pengamatan pada spermatozoa kucing dan menemukan bahwa abnormalitas
spermatozoa dari sebelum preservasi (0H) sampai hari ke-6. Preservasi cenderung mengalami
kenaikan dan peningkatan yang berbedabeda pada setiap perlakuan. Pada kaput; korpus; kauda
epididimis; dan duktus deferens masing-masing terjadi kenaikan rata-rata abnormalitas
spermatozoa per hari adalah 1,5; 1,8; 1,8; dan 2,6%.
Spermatozoa pada hewan mamalia merupakan sel panjang yang motil. Sebuah sel sperma
memiliki kepala dan ekor. Kepala terdiri dari sebuah nukleus dengan kepadatan tinggi, kromatin
kental yang diselimuti teka perinuklear, sebuah akrosom dan membran plasma. Fungsi utama dari
bagian kepala adalah untuk penetrasi pada oosit, membawa genom haploid jantan, dan inisiasi
perkembangan embrionik setelah fertilisasi (Manandhar & Sutovsky 2007).
Ekor dapat terbagi menjadi bagian penghubung (connecting piece), bagian tengah (mid-
piece), bagian utama (principle piece), dan bagian ujung (end-piece). Bagian penghubung merupakan
bagian rangkaian penghubung yang pendek antar kepala dengan ekor yang terdiri dari segmen-
segmen, jaringan fibrosa dan kapitulum. Bagian tengah berfungsi sebagai membran pelindung
mitokondria yang merupakan pengatur energi untuk motilitas sperma. Bagian ini dimulai dari
distal bagian penghubung sampai annulus (struktur yang membatasi bagian tengah dengan bagaian
utama). Bagian utama ekor merupakan daerah yang dimulai dari annulus sampai ujung ekor. Secara
keseluruhan, ekor berguna untuk mendorong spermatozoa bergerak melalui uterus dan tuba falopii
hingga bertemu dan berpenetrasi pada oosit. (Manandhar dan Sutovsky, 2007).
Spermatozoa kucing memiliki panjang kira-kira 26 μm, lebih pendek dibandingkan dengan
spermatozoa anjing yang memiliki panjang sekitar 36 μm. Persentase spermatozoa yang memiliki
morfologi abnormal pada ejakulat ditentukan dengan pemeriksaan 200 spermatozoa menggunakan
phase-contrast microscopy atau mikroskop cahaya setelah dilakukan perwarnaan dengan Diff-
Quik* atau perwarnaan eosin-nigrosin (Johnston et al., 2001).
Morfologi spermatozoa kucing diperiksa dengan mikroskop cahaya dan mikroskop
scanning elektron. Persentase rata-rata spermatozoa yang memiliki morfologi normal di atas 70%
pada kucing. Abnormalitas morfologi dari spermatozoa kucing berupa macrocephalus,
microcephalus, kepala ganda, ekor ganda, ekor memuntir ke depan, badan (mid-piece) bengkok,
adanya droplet sitoplasma pada distal, kepala lepas, dan ekor putus (Johnston et al., 2001).

10.3. Koleksi dan Evaluasi Semen Kucing


Semen kucing dapat dikoleksi menggunakan: 1) vagina buatan dengan ejakulasi kucing
jantan secara sadar, 2) elektroejakulator pada kucing jantan yang teranestesi, 3) membilas vagina
setelah kawin (postcoitus recovery), dan 4) koleksi dari urine secara cystocentesis (penghisapan
pada vesica urinaria) kucing jantan setelah ejakulasi (Johnston et al. 2001).

10.3.1.Vagina Buatan
Vagina buatan (artificial vagina) berbentuk pipet karet silinder 2 mL dengan ujung depan
berupa lubang untuk penis dan ujung belakang disambungkan dengan tabung koleksi (test tube)
sebesar 3 x 44 mm. Johnston et al. (2001) menyebutkan tabung vagina buatan dan tabung koleksi
dimasukkan ke dalam botol polyethylene yang diisi dengan air 52 ˚C untuk membuat suhu vagina
buatan sekitar 44-46˚C.

Gambar 23. Vagina buatan (Sumber : Zambelli dan Cunto, 2006).


Kucing jantan harus dilatih untuk mengejakulasikan semen ke dalam vagina buatan (dapat
dilihat pada Gambar 1). Latihan dapat dilakukan pada pejantan berulang kali menggunakan betina
yang estrus (dapat dilihat pada Gambar 2). Lima kucing laboratorium yang dipilih secara acak, tiga
dari lima kucing tersebut sudah terlatih untuk ejakulasi ke dalam vagina buatan setelah 2 minggu
melakukan latihan dengan betina estrus (Johnston et al., 2001).

Gambar 24. Pengambilan Semen pada Kucing (Sumber : Rijsselaere, 2010)

10.3.2.Elektroejakulator
Elektroejakulasi (EE) pertama dilaporkan dilakukan pada kucing yang teranastesi dengan
ketamin HCL. Ejakulat diperoleh dengan cara memberikan 180 stimulus sebesar 2-8 Volt (V)
menggunakan rectal probe Teflon dan stainless steel. Penelitian dilakukan dengan melihat
penggunaan ejakulator dengan waktu yang pendek berangkaian dan dalam waktu yang lama, serta
mengenai efek tegangan dan aplikasi perubahan tegangan terhadap kualitas semen pada kucing
jantan yang teranastesi dengan ketamin HCL yang di rangsang menggunakan automatic stimulus
delivery ejaculator (Johnston et al., 2001).

Gambar 25. (A) Elektroejakulator (B) Pengambilan dengan Metode Elektroejakulator


(Sumber : Rijsselaere, 2010)
Johnston et al., (2001), menyebutkan ketika 4 rangkaian ejakulat diperoleh pada koleksi
seminal tunggal mingguan selama 22 minggu, tampak adanya efek yang signifikan pada rangkaian
ejakulat tersebut yaitu volume semen dan jumlah spermatozoa per ejakulat. Pengulangan mingguan
anastesi dan ejakalutor tidak mengubah kualitas semen secara signifikan, walaupun terdapat
kecenderungan bahwa volume ejakulat menjadi meningkat. Pada penelitian aplikasi tegangan,
tampak adanya efek pada jumlah spermatozoa per ejakulat kucing akibat jenis kucing dan akibat
besarnya aplikasi besarnya tegangan yang digunakan.
Menurut Hermansson (2006), spermatozoa kucing hasil penampungan dengan rangsangan
EE mempunyai spesifikasi yang lebih baik. Sperma mempunyai integritas membran dan akrosom
yang lebih baik daripada pengambilan spermatozoa melalui epididimis dari individu yang sama.
Spermatozoa kucing juga tidak menampakkan cold shock pada saat cooling. Osmolaritas antara
hasil ejakulasi dari vagina buatan dan elektroejakulator tidak berbeda nyata. Osmolaritas semen
yang dikoleksi sebanding dengan semakin tinggi tegangan voltase, hal ini menunjukkan efek voltase
pada osmolaritas hasil ejakulasi. Motilitas sperma lebih rendah dengan koleksi menggunakan EE
(Johnston et al., 2001).
Teknik koleksi semen menggunakan elektroejakulator membutuhkan anastesi selama
prosedur berlangsung. Anastesi berfungsi untuk menenangkan hewan dan salah satu prosedur
keamanan selama percobaan. Anastesi merupakan metode yang dapat dipercaya, aman, dan cocok
untuk teknik koleksi semen dengan menggunakan elektroejakulator (Axnér dan Linde-Forsberg,
2002). Salah satu metode anestesi yang dapat digunakan untuk penanganan selama percobaan
adalah iv (intravenous anaesthesia). Metode iv mempunyai kelebihan yaitu efek yang lebih cepat.
Kombinasi ketamin HCl dan diazepam dapat dipakai secara iv. Ketamin adalah anastetik umum
dengan cara kerja yang cepat. Sediaan ini juga bersifat analgesik dan menekan kerja
kardiopulmonari.

10.3.3. Membilas Vagina Setelah Kawin


Dengan pembilasan vagina pada kucing betina postcoitus (setelah kawin), atau koleksi
spesimen sitologi vagina setelah kopulasi, mungkin akan diperoleh spermatozoa. Ketika pembilasan
vagina dengan 1 mL larutan saline yang dilakukan segera setelah kawin antara 5 kucing normal
betina dan 5 kucing normal jantan, didapatkan 40.000 sampai 10.240.000 spermatozoa (Johnston
et al., 2001).

10.3.4. Koleksi semen dengan Cystocentesis


Koleksi dari Urin Secara Cystocentesis Kucing Jantan Setelah Ejakulasi Kucing jantan
dilaporkan 15 sampai 90% (rata-rata 46.80%) dari ejakulat mengalami aliran balik (retrograde) ke
dalam vesika urinaria selama ejakulasi. Koleksi semen dengan cystocentesis (pengisapan pada
vesika urinaria) dari kucing jantan setelah ejakulasi diikuti dengan pemeriksaan sedimen urin
untuk menemukan spermatozoa adalah prosedur yang berguna pada praktek hewan kecil untuk
melihat kucing tersebut memproduksi sperma atau tidak (Johnston et al., 2001).
10.3.5. Utethral Catheterization
Teknik ini menggunakan alat tomcat dengan kucing diberikan medetomidine dengan dosis
100-150 μg/kg (Zambelli et al., 2007, 2008; Filliers et al., 2010). Kandungan ini menstimulasi α2-
adrenergic receptors untuk merilis atau menstimulasi pengeluaran sperma dengan konsetrasi yang
tinggi dari caudal epididimis pada urethra. Sperma diperoleh dengan menggunakan urinary
(Buster® Cat Catheter, 1.0 mm x 13.0cm) dengan tip cut yang sedikit pendek, panjang 9 cm ke
urethra dan diusahakan tidak mencapai ke bladder. Setelah sampel didapatkan dan kateter di
keluarkan dari urethra kemudian semen dipindahkan ke dalam tabung eppendorf yang telah
dipanaskan. Metode ini sering dilakukan untuk pengambilan semen menggunakan tomcat.

10.4. Prosesin atau Pengolahan Semen Kucing


Setelah pengumpulan, kualitas sampel semen dievaluasi dengan menilai parameter sperma,
yaitu konsentrasi, motilitas, morfologi dan integritas membran. Konsentrasi dapat diukur dengan
menggunakan ruang hitung (Bürker atau Thoma), motilitas dengan menggunakan penilaian
subyektif persentase motil pada slide kaca yang dipanaskan sebelumnya dan morfologi dan
integritas membran dengan misalnya menggunakan eosin/nigrosin. Baru-baru ini, beberapa teknik
baru untuk penilaian sperma ada pada kucing, seperti komputer yang membantu untuk analisis
sperma dan pewarnaan fluorescent, yang memungkinkan lebih rinci penilaian sperma (Filliers et
al., 2008). Satu dari kerugian paling penting untuk evaluasi sperma pada kucing jantan adalah
volume semen sedikit. Selain itu, kualitas sperma juga dipengaruhi oleh musim (Axner dan Linde-
Forsberg, 2002).

Tabel 7. Komposisi semen extender


(Sumber : Baran, 2011)

Semen dingin dapat digunakan apabila pejantan dan betina terpisah oleh jarak yang tidak
terlalu jauh. Semen extender ditambahkan ke dalam koleksi sebelum ditransportasikan untuk
memperpanjang lifespan dari sperma, kemudian semen ditaruh ke dalam wadah berisi air 37ºC dan
perlahan didinginkan sampai suhu 4ºC (Heise, 2012). Semen extender melindungi spermatozoa dari
perubahan temperatur dan trauma mekanis selama transportasi, juga menjaga agar pH selalu
stabil. Antibiotik seperti streptomisin dan penisilin juga perlu ditambahkan ketika menggunakan
kuning telur sebagai bahan dasar extender karena bakteri berpotensi untuk tumbuh. Semen
extender yang biasa digunakan adalah Tris-citric acid-fructose dengan kuning telur 20%, dengan
perbandingan 1:3 (1 ml semen dengan 3 ml semen extender). Semen dingin dapat disimpan hingga
10 hari, tapi lebih cepat lebih baik untuk segera diinseminasikan. Semen dingin dapat
ditransportasikan dengan menyimpannya dalam termos atau kotak sterofoam. Semen dingin dapat
diinseminasikan kepada anjing betina pada suhu 4ºC atau setelah dihangatkan kembali menjadi
37ºC (Rijsselaere, et al., 2011). Conception rate dengan semen dingin adalah 65%. Semen dingin
maksimal digunakan 4 hari setelah koleksi sperma, namun sebaiknya diinseminasikan secepat
mungkin (Heise, 2012).
Sedangkan semen beku dapat digunakan apabila transportasi jarak yang lebih jauh
(internasional), atau untuk menyimpan materi genetika dari pejantan unggul dan menggunakannya
dimasa yang akan datang. Semen extender juga diperlukan untuk mendilusi semen dengan Tris-
citricacid-fructose-egg yolk dengan gliserol 3% sebagai cryoprotectant, kemudian dinginkan dalam
suhu 4ºC selama 1-2 jam. Setelah itu, kemas semen ke dalam straw dan diberi label berupa tanggal
pengemasan straw, nama hewan, ras, nomor ID dan tempat memproses semen beku tersebut
(Rijsselaere, et al., 2011). Straw dapat disimpan dalam suhu -196ºC di dalam kontainer berisi
nitrogen cair.

10.5. Inseminasi Buatan Pada Kucing


Inseminasi buatan dapat dilakukan secara alami atau induksi ovulasi dengan menggunakan
hCG (100-250 IU) pada hari kedua atau ketiga estrus. IB secara alami lebih disukai karena
gonadotropin digunakan terespon secara alami. Ovulasi pada kucing umumnya terjadi 24-48 jam
setelah koitus (Shille et al., 1983). Setelah ditentukkan pelaksanaan IB ditinjau oleh perubahan
perilaku dan / atau sitologi vagina, IB bisa dilakukan pada hari kedua estrus dengan IB ulang pada 2
hari kemudian (Chatdarong et al., 2002).
Gambar 26. Beberapa Metode Inseminasi Buatan Intra-Uterine pada Kucing menggunakan
Transcervical Catheter ukuran 1 sampai 2.7 mm (a) dan speculum (b) (Sumber
: (A) Hurlbut et al. 1988, (B) Swanson et al., 1994, (C) Chatdarong et al., 2001,
(D) Zambelli et al., 2005)

Untuk melakukan IB dengan sukses pada kucing, diperlukan pengetahuan dasar tentang
saluran genital betina. Selama terjadi estrus, vestibulum, vagina, dan serviks masing-masing
berukuran 20.2 ± 3,3, 26,8±3,9 dan 1,2±0,1 mm (Zambelli dan Cunto, 2005). Inseminasi dapat
dilakukan di vagina atau langsung ke uterus. Diperlukan anestesi umum atau sedasi pada keduanya.
Intravaginal IB dilakukan dengan memasukkan jarum (panjang 9 cm - 20 G) dengan bulatan di
ujungnya (Sojka et al., 1970) atau dengan probe nilon (panjang 9 cm - 1,5 mm diameter) dan probe
stainless (panjang 9 cm - diameter 2 mm) ke bagian anterior vagina yang kecil dan tidak mengalami
distensi (Tanaka et al., 2000). Hewan-hewan itu pada bagian punggung (hingga 20 menit setelah IB)
dengan ditinggikan untuk mendukung spermatozoa masuk ke dalam rahim.
Intrauterine IB dapat diperoleh dengan melakukan laparotomi dan injeksi langsung
spermatozoa ke dalam uterus dengan dilakukan pembiusan (Tsutsui et al., 2000). Meskipun
prosedur ini mudah dilakukan, itu dianggap invasif dan tidak etis, oleh karena itu dilarang di
beberapa negara. Atau, beberapa teknik telah dideskripsikan menggunakan cara spesifik kateter
transcervical dan spekulum (dapat dilihat pada Gambar 4). Zambelli dan Cunto (2005), berhasil
melakukan teknik intra-uterine transcervical dengan bantuan manipulasi digital transrektal. Teknik
terakhir hanya membutuhkan waktu beberapa menit untuk melakukan tetapi membutuhkan
banyak latihan atau tenaga profesional.
FORMAT LAPORAN :
1. Jelaskan mengenahi teknik inseminasi buatan pada kucing yang anda ketahui dengan
membuat video kelompok, tentunya pembuatan video ini harus mengutapakan prinsip
SICIAL DISTANCING. Video ini harus menunjukan gambar semua anggota kelompok, video
berupa kompilasi penjelasan mengenahi teknik inseminasi buatan pada kucing secara
detail, dengan kapaistas video maksimal 50 MB

Anda mungkin juga menyukai