Anda di halaman 1dari 54

Antibiotik

Antibiotika adalah zat yang dihasilkan oleh suatu mikroba, terutama fungi/jamur,

yang dapat menghambat atau dapat membasmi mikroba jenis lain. Banyak antibiotika saat

ini dibuat secara semisintetik atau sintetik penuh. Namun dalam prakteknya antibiotika

sintetik tidak diturunkan dari produk mikroba (misalnya kuinolon). Antibiotika yang akan

digunakan untuk membasmi mikroba, penyebab infeksi pada manusia, harus mememiliki

sifat toksisitas selektif setinggi mungkin. Artinya, antibiotika tersebut haruslah bersifat

sangat toksik untuk mikroba, tetapi relatif tidak toksik untuk manusia.

Antibiotika adalah obat yang sangat ampuh dan sangat bermanfaat jika digunakan

secara benar. Namun, jika digunakan tidak semestinya antibiotika justru akan mendatangkan

berbagai mudharat. Yang harus selalu diingat, antibiotika hanya ampuh dan efektif

membunuh bakteri tetapi tidak dapat membunuh virus. Karena itu, penyakit yang dapat

diobati dengan antibiotika adalah penyakit-penyakit infeksi yang disebabkan oleh bakteri.

Penyebab timbulnya resistensi antibiotika yang terutama adalah karena penggunaan

antibiotika yang tidak tepat, tidak tepat sasaran, dan tidak tepat dosis. Tidak tepat sasaran,

salah satunya adalah pemberian antibiotika pada pasien yang bukan menderita penyakit

infeksi bakteri. Walaupun menderita infeksi bakteri, antibiotika yang diberikan pun harus

dipilih secara seksama. Tidak semua antibiotika ampuh terhadap bakteri tertentu.

Setiap antibiotika mempunyai daya bunuh terhadap bakteri yang berbeda-beda.

Karena itu, antibiotika harus dipilih dengan seksama. Ketepatan dosis sangat penting

diperhatikan. Tidak tepat dosis dapat menyebabkan bakteri tidak terbunuh, bahkan justru

dapat merangsangnya untuk membentuk turunan yang lebih kuat daya tahannya sehingga
resisten terhadap antibiotika. Karena itu, jika dokter memberikan obat antibiotika, patuhilah

petunjuk pemakaiannya dan harus diminum sampai habis.

Pemakaian antibiotika tidak boleh sembarangan, baik untuk anak-anak maupun

orang dewasa. Itu sebabnya, antibiotika tidak boleh dijual bebas melainkan harus dengan

resep dokter. Terlalu sering mengonsumsi antibiotika juga berdampak buruk pada ''bakteri-

bakteri baik'' yang menghuni saluran pencernaan kita. Bakteri-bakteri tersebut dapat

terbunuh, padahal mereka bekerja membuat zat-zat yang bermanfaat bagi kesehatan kita.

A. Gol. Lactam

Penicillin

A. Klasifikasi

Penicillin dibedakan menjadi 3 jenis, yaitu :

1. Penicillin (misalnya penicillin G)

Penicillin jenis ini memiliki aktivitas terbesar terhadap organisme-organisme gram

positif, gram negatif kokkus (bulat), bakteri anaerob yang tidak memproduksi beta-

laktamase, dan mempunyai sedikit aktivitas terhadap gram negatif batang.

Kelompok ini rentan terhadap hidrolisis oleh beta laktamase.

2. Penicillin antistafilokokus (misalnya nafcillin)

Penicillin antistafilokokkus ini kebal terhadap atau resisten terhadap beta laktamase

dari stafilokokkus. Mereka aktif terhadap stafilokokkus dan streptokokkus, tetapi

tidak aktif terhadap enterokokkus, bakteri-bakteri anaerob, dan gram negative batang

serta kokkus.
3. Extended-spectrum penicillin (penicillin dengan perluasan spectrum; ampicillin dan

penicillin antipseudomonas)

Obat-obat ini mempunyai spectrum anti bakteri penicillin dan memiliki aktivitas

yang lebih tinggi terhadap organisme-organisme gram negatif, namun mereka

dirusak oleh beta laktamase.

B. Farmakokinetik

Absorpsi obat yang diberikan secara oral sangat berbeda pada penicillin yang

berlainan, sebagian tergantung dari stabilitas pada asam dan absorbsi gastrointestinal. Pada

nafcillin, sifatnya tidak menentu. Jadi, keduanya tidak cocok diberikan secara oral.

Sementara itu, dicloxacillin, ampicillin, dan amoxicillin stabil pada asam dan secara relatif

dapat diabsorpsi dengan baik, menghasilkan konsentrasi serum dalam rentang 4-8g/mL

setelah dosis oral sebesar 500g. Absorbsi sebagia besar penicillin oral dapat dirusak oleh

makanan.

Pemberian melalui jalur intravena lebih disukai karena suntikan intamuskular dalam

dosis besar dapat menimbulkan iritasi dan nyeri setempat. Konsentrasi serum selang 30

menit setelah suntikan intravena sebanyak 1 g penicillin (setara dengan sekitar 1,6 juta unit

penicillin G) adalah 20-50 g/mL. Hanya sebagian dari obat total dalam serum yang muncul

sebagai obat bebas, dimana konsentrasinya ditentukan oleh ikatannya dengan protein.

Penicillin-penicillin yang sangat mengikat protein (misalnya nafcillin) menghasilkan kadar

obat bebas yang lebih rendah dalam serum dibandingkan dengan penicillin yang kurang

mengikat protein (misalnya penicillin G dan ampicillin)

Benzathine dan pricaine penicillin diformulasikan untuk mengahambat absorpsi,

sehingga mengahasilkan perpanjangan konsentrasi dalam darah dan jaringan. Setelah

suntikan tunggal 1,2 juta unit Benzathine penicillin secara intamuskular, kadang serum yang
tinggi 0,02g/mL dapat dipertahankan untuk 10 hari, sementara kadar yang lebih tinggi

0,003 g/mL dipertahankan untuk tiga minggu. Konsentrasi yang terakhir cukup untuk

melindungi terhadap infeksi streptokokkus beta-hemolitikus, sementara yang pertama

digunakan untuk mengobati infeksi yang sudah menetap yang disebabkan oleh organisme-

organisme ini. Satu dosis procaine penicillin sebesar 600.000 unit mengahsilkan konsentrasi

puncak sebesar 1-2 g/mL serta konsentrasi yang berguna secara klinis untuk 12-24 jam

setelah suntikan tunggal secara intramuskular.

Konsentrasi penicillin dalam sebagian besar jaringan adalah setara dengan

konsentrasi dalam serum. Penicillin juga diekskresi melalui ludah dan air susu hingga

mencapai kadar 3-15% dari kadar yang terdapat dalam serum. Pada peradangan aktif dari

meningen seperti halnya pada meningitis bakteri, konsentrasi penicillin sebesar 1-5 g/mL

dapat dicapai dengan dosis parenteral harian sebesar 18-24 juta unit. Konsentrasi ini cukup

untuk membunuh strain-strain sterptokokkus dan meningokokkus yang rentan.

Penicillin dengan cepat diekskresi oleh ginjal ke dalam urin, sejumlah kecil lainnya

melalui jalur lain. Sekitar 10% dari ekskresi ginjal dilakukan melalui filtrasi glomeruler, dan

90% melalui sekresi tubulus. Waktu paruh normal penicillin G adalah sekitar 30 menit, pada

gagal ginjal waktu paruh dapat mencapai 10 jam. Ampicillin dan penicillin yang mempunyai

spektrum luas disekresikan lebih lambat daripada penicillin G dan memiliki waktu paruh

selama 1 jam. Untuk penicillin yang dibersihkan oleh ginjal, dosis harus disesuaikan dengan

fungsi ginjal, yaitu sekitar hingga 1/3 dari dosis normal yang diberikan apabila klirens

kreatinin adalah sebesar 10mL/min atau kurang. Klirens nafcillin terutama dilakukan melalui

ekskresi empedu, sementara oxacillin, dicloxacillin, dan cloxacillin dieliminasi oleh ekskresi

ginjal dan empedu. Dengan demikian, penyesuaian dosis tidak diperlukan obat-obat ini

dalam kondisi gagal ginjal. Oleh karena klirens penicillin kurang efisien pada bayi yang baru
lahir, dosis yang hanya disesuaikan menurut berat badan akan menimbulkan konsentrasi

sistemik yang lebih tinggi untuk waktu yang lebih lama dibandingkan pada orang dewasa.

C. Mekanisme Kerja

Penicillin bekerja sama seperti semua antibiotik beta-laktam yaiu dengan cara

menghambat pertumbuhan bakteri dengan jalan menghambat tahap spesifik dalam sintesis

dinding sel bakteri. Dinding sel ini merupakan lapisan luar yang rigid (kaku), yang menutupi

seluruh membrane sitoplasma. Lapisan ini mempertahankan bentuk sel serta mencegah lisis

sel akibat tekanan osmotik yang tinggi di dalam sel dibanding dengan lingkungan luarnya.

Dinding sel terdiri dari kompleks polimer silang kait, peptidoglycan (murein, mucoprptide),

yang terdiri dari polisakarida dan polipeptida. Polisakarida mengandung gula-gula amino

yang berubah-ubah, asam N-acetylglucosamine dan asam N-acetylmurami. Lima peptida

asam amino terikat pada gula asam N-acetylmurami. Peptida ini berakhir di D-alanyl-D-

alanin. Protein-protein pengikat penicillin (PBPs = Penicillin binding protein) mengkatalisasi

reaksi transpeptidase yang melepaskan alanin akhir untuk membentuk ikatan silang dengan

peptida terdekat. Hal ini memberikan struktur yang rigid bagi dinding sel. Antibiotik beta-

laktam merupakan analog struktural dari substrat D-Ala-D-Ala alami yang secara kovalen

diikat oleh PBP pada situs aktif. Setelah suatu antibiotik beta-laktam terhubung pada PBP,

reaksi transpeptidasi dihambat, sintesis peptidoglycan disakat, dan sel akan mati. Mekanisme

tepat yang bertanggung jawab pada kematian sel tidak tidak sepenuhnya diketahui, namun

autolysin, enzim-enzim bakteri yang membentuk ulang dan merusak dinding sel, terkait

dalam hal ini. Penicillin bersifat bakterisid hanya jika sel-sel tumbuh dengan aktif dan

menyintesis dinding sel.

D. Efek Samping

Pada dasarnya, penicillin bebas dari sifat toksik. Efek-efek yang tidak diinginkan

biasanya muncul karena hipersemsitivitas. Semua penicillin bersifat sensitisasi silang dan
reaksi silang. Secara umum, sensitisasi timbul sebanding langsung dengan durasi dan total

dosis penicillin yang diterima di masa lalu. Determinan antigenik yang menyebabkan hal ini

adalah produk degradasi dari penicillin, khususnya penicilloic acid dan produk hidrolisis

alkali yang terikat pada protein manusia. Riwayat adanya reaksi penicillin tidak dapat

diandalkan. Kurang dari 1% orang yang pernah menerima penicillin tanpa kejadian apapun

dapat mengalami reaksi alergi saat diberi penicillin. Tetapi karena reaksi anafilaksis secara

potensial dapat terjadi, maka sebaiknya penicillin diberikan secara hati-hati atau dengan

menggunakan obat pengganti jika terdapat riwayat alergi terhadap penicillin.

Reaksi alergi yang dapat terjadi meliputi renjakan analfilaksis, reaksi sejenis serum

sickness (urtikaria, demam, pembengkakan persendian, edema angioneurosis, pruritus berat,

dan kesukaran bernafas). Selain itu juga dapat menimbulkan lesi oral, demam, nefritis

interstisial, eosinofilia, anemia hemolitik, dan gangguan hematologis lainnya, serta

vaskulitis. Pada pasien gagal ginjal, penicillin dalam dosis tinggi dapat menyebabkan

seizure. Penicillin yang diberikan secara oral dalam dosis besar dapat menimbulkan

gangguan gastrointestinal, terutama mual, muntah, dan diare.

E. Penggunaan Klinis

1. Penicillin

Penicillin G merupakan obat pilihan untuk infeksi yang disebabkan oleh

streptokokkus, meningokokkus, enterokokkus, pneumokokkus yang rentan-

penicillin, non beta laktamase penghasil stafilokokkus, Treponema Pallidium serta

berbagai spirochete lainnya, Bacillus anthracis, spesies clostridium, actinomyces,

dan batang gram positif serta organisme gram negative non beta laktamase yang

menghasilkan gram negative anaerob lainnya. Dosis yang efektif berkisar antara 4

dan 24 juta unit per hari yang diberikan secara intravena dalam 4-6 dosis secara

terpisah. Penicillin G yang diberikan pada dosis 18-24 juta unit dapat menghambat
enterokokkus, namun pemberian aminoglycoside secara simultan penting untuk

mencapai efek bakterisid yang diperlukan dalam pengobatan endokarditis

enterokokkus.

Penicillin V, bentuk oral dari penicillin, diindikasikan hanya untuk infeksi

kecil karena bioavailabilitasnya buruk, perlu pemberian dosis empat kali sehari, dan

spectrum antibakteri yang sempit.

Benzathine penicillin dan procaine penicillin G pada suntikan intramuscular

menghasilkan kadar obat yang rendah namun efeknya lebih lama. Suntikan tunggal

benzathine penicillin secara intramuskular sebesar 1,2 juta unit ternyata berpengaruh

pada pengobatan faringitis streptokokkus beta hemolitikus. Suntikan yang sama,

yang diberikan suntikan secara intramuskular satu kali setiap 3-4 minggu terbukti

menghasilkan profillaksis yang memuaskan terhadap infeksi ulang streptokokkus

beta hemolitikus. Penicillin G benzathine sebesar 2,4 juta unit yang diberikan secara

intramuskular sekali seminggu selama 1-3 minggu efektif untuk pengobatan sifilis.

2. Penicillin antistafilokokus

Satu-satunya indikasi untuk penggunaan agen ini adalah infeksi yang

disebabkan oleh stafilokokkus yang memproduksi beta-laktamase.

Penicillin isoxazolyl seperti oxacillin, cloxacillin, atau dicloxacillin sebesar

0,25-0,5 g secara oral setiap 4-6 jam (15-25 mg/kg/hari untuk anak-anak) digunakan

untuk pengobatan infeksi stafilokokkus yang ringan. Semua obat ini relative tahan

asam dan diserap cukup baik dari usus.


Untuk infeksi stafilokokkus sistemik yang serius, 8-12 g/hari oxacillin atau

nafcillin diberikan secara intermiten melalui infus intravena sebesar 1-2 g setiap 4-6

jam (50-100mg/kg/hari untuk anak-anak).

3. Extended-spectrum penicillin (aminopenicillin, Carboxypenicillin, dan

Ureidopenicillin)

Obat-obat ini diberikan secara oral untuk mengobati infeksi saluran kemih,

sinusitis, otitis, dan infeksi saluran nafas bagian bawah. Ampicillin efektif untuk

shigellosis. Ampicillin pada dosis 4-12 g/hari secara intravena berguna untuk

mengobati infeksi yang ditimbulkan oleh organisme-organisme rentan penicillin,

termasuk anaerob, enterokokkus, Listeria monocytogenes, dan strain-strain kokkus

serta basil gram negative yang rentan, seperti E coli, H influenzae, dan species

salmonella.

Amoxicillin

Amoxicillin (INN) atau amoxycillin (BAN) adalah moderat-spektrum, bacteriolytic,

-lactam antibiotik digunakan untuk mengobati infeksi bakteri yang disebabkan oleh

mikroorganisme rentan. Amoxicillin rentan terhadap degradasi oleh -lactamase-produksi

bakteri, dan hal ini dapat diberikan dengan clavulanic asam untuk menurunkan

kelemahannya.

A. Mode of action

Amoxicillin digunakan untuk mencegah sintesis dari bakteri pada dinding sel.

It inhibits cross-linkage antara linear peptidoglycan rantai polimer yang membentuk

suatu komponen utama dari sel dinding bakteri Gram-positif. Amoxicillin dalam bentuk

trihydrate tersedia sebagai capsules, chewable tablet dan dispersable plus sirup dan Pediatric
untuk oral dan sebagai garam sodium darah untuk administrasi. Ia adalah salah satu

antibiotik yang paling umum diresepkan untuk anak-anak, dan bentuk cair yang berguna di

mana pasien mungkin sulit untuk mengambil tablet atau kapsul.

Paten untuk amoxicillin sudah kadaluarsa. Oleh karna itu amoxicillin banyak

dipasarkan di bawah nama dagang termasuk: Actimoxi, Alphamox, AMK, Amoksibos,

Amoxiclav Sandoz, Amoxil, Amoxin, Amoksiklav, Amoxibiotic, Amoxicilina, apo-Amoxi,

Bactox, Betalaktam, Cilamox, Curam, Dedoxil, Dispermox, Duomox, Enhancin , Gimalxina,

Geramox, Hiconcil, Isimoxin, Klavox, Lamoxy, Moxilen, Moxypen, Moxyvit, Nobactam,

Novamoxin, Ospamox, Panklav, Pamoxicillin, Panamox, Polymox, Samthongcillin, Senox,

Sinacilin, Trimox, Tolodina, Wymox, Yucla, Zerrsox dan Zimox.

B. Deksipsi obat

(amoxicillin) capsules, tablets, Chewable tablet, dan Oral Powder untuk suspense. Untuk

mengurangi pengembangan obat antibakteri dan menjaga efektifitas AMOXIL (amoxicillin)

dan obat-obatan antibacterial lainnya, AMOXIL sebaiknya digunakan hanya untuk merawat

atau mencegah infeksi yang membuat atau yang diduga kuat disebabkan oleh bakteri.

Formulasi dari AMOXIL berisi amoxicillin, yang semisynthetic antibiotik, sebuah analog

dari ampicillin, dengan spektrum yang luas terhadap berbagai kegiatan bactericidal gram

positif dan gram negatif mikroorganisme. Kimia, adalah (2S, 5R, 6R) -6 - [(R )-(-)- 2-amino-

2-(phydroxyphenyl) acetamido] -3,3-dimethyl-7-oxo-4-Thia-1 -azabicyclo [3.2.0] heptan-2-

carboxylic acid trihydrate. Ini mungkin mewakili struktural sebagai:


formula Amoxicillin the molecular adalah C16H19N3O5S 3H2O, dan berat molekular

adalah 419,45.

Capsules, tablet, dan bubuk untuk oral suspensi dari AMOXIL dimaksudkan untuk oral

administrasi.

Capsules: Setiap kapsul dari AMOXIL mengandung 500 mg amoxicillin sebagai trihydrate.

Bahan tidak aktif: D & C Red No 28, FD & C Blue No 1, FD & C Red No 40, gelatin,

magnesium stearate, dan titanium dioksida.

Tablet: Setiap tablet mengandung 500 mg atau 875 mg amoxicillin sebagai trihydrate. bahan

Tidak aktif: koloida silicon dioksida, crospovidone, FD & C Red No 30 aluminium danau,

hypromellose, magnesium stearate, microcrystalline selulosa, polyethylene glycol, tajin

sodium glycolate, dan titanium dioksida.

Chewable tablet: Setiap cherry-banana-pepermint-tablet mengandung 200 mg atau 400 mg

amoxicillin sebagai trihydrate.

Pediatric Drops untuk Oral Suspension: Setiap mL dari reconstituted penskorsan berisi 50

mg amoxicillin sebagai trihydrate dan 0,03 mEq (0,69 mg) dan sodium. Amoxicillin

trihydrate untuk suspense oral 200 mg / 5 mL, 250 mg / 5 mL (atau 50 mg / mL), dan 400

mg / 5 mL adalah bubble-gum-flavored pink suspensions. bahan Tidak aktif: FD & C Red

No 3, flavorings, silika gel, sodium benzoate, sodium garam sitrat, sucrose, dan xanthan

gum.

C.Indikasi

AMOXIL ditunjukkan dalam perawatan infeksi karena rentan (hanya -lactamase-negatif)

dari jenis yang microorganisme dalam kondisi di bawah ini:

Infeksi pada telinga, hidung dan tenggorokan - karena Streptococcus spp. (-dan -hemolytic

jenis saja), S. pneumoniae, Staphylococcus spp., atau H. influenzae.

- Infeksi dari genitourinary tract - karena E. coli, P. mirabilis, atau E. faecalis.


- Infeksi pada kulit dan struktur kulit - karena Streptococcus spp. (-dan -hemolytic

jenis saja), Staphylococcus spp., atau E. coli.

Dari infeksi saluran pernafasan rendah - karena Streptococcus spp. (-dan -

hemolytic jenis saja), S. pneumoniae, Staphylococcus spp., atau H. influenzae.

- Gonorea, uncomplicated akut (Ano-genital dan infeksi urethral) - karena ton.

gonorrhoeae (laki-laki dan perempuan).

- H. pylori pemberantasan untuk mengurangi risiko duodenal maag kumat

- Triple Therapy: AMOXIL / klaritromisin / lansoprazole

D. Dosis dan Administrasi

Capsules, chewable tablet, dan suspensions oral dari AMOXIL Mei diberikan tanpa harus

makan sebelumnya.

Bayi dan Neonates Aged 12 Weeks ( 3 Bulan): Karena belum komplitnya fungsi ginjal

mempengaruhi kinreja dari amoxicillin, yang direkomendasikan atas dosis AMOXIL adalah

30 mg / kg / hari dibagi q12h.

Pasien dewasa dan anak-anak lebih dari 3 Bulan

Usual Dose for Children > 3


Infection Severity* Usual Adult Dose
Months
Ear/Nose/Throat Mild/Moderate 500 mg every 12 hours or 25 mg/kg/day in divided

250 mg every 8 hours doses every 12 hours or 20

mg/kg/day in divided doses

every 8 hours
Severe 875 mg every 12 hours or 45 mg/kg/day in divided

500 mg every 8 hours doses every 12 hours or 40

mg/kg/day in divided doses

every 8 hours
Lower Respiratory Mild/Moderate 875 mg every 12 hours or 45 mg/kg/day in divided

Tract or Severe 500 mg every 8 hours doses every 12 hours or 40

mg/kg/day in divideddoses

every 8 hours
Skin/Skin Mild/Moderate 500 mg every 12 hours or 25 mg/kg/day in divided

Structure 250 mg every 8 hours doses every 12 hours or 20

mg/kg/day in divided doses

every 8 hours
Severe 875 mg every 12 hours or 45 mg/kg/day in divided

500 mg every 8 hours doses every 12 hours or 40

mg/kg/day in divided doses

every 8 hours
GenitourinaryTract Mild/Moderate 500 mg every 12 hours or 25 mg/kg/day in divided

250 mg every 8 hours doses every 12 hours or 20

mg/kg/day in divided doses

every 8 hours
Severe 875 mg every 12 hours or 45 mg/kg/day in divided

500 mg every 8 hours doses every 12 hours or 40

mg/kg/day in divided doses

every 8 hours
Gonorrhea Acute, 3 grams as single oral dose Prepubertal children: 50

uncomplicated mg/kg AMOXIL, combined

ano-genital and with 25 mg/kg probenecid

urethral infections as a single dose. NOTE:

in males and SINCE PROBENECID IS

females CONTRAINDICATED IN

CHILDREN UNDER 2
YEARS, DO NOT USE

THIS REGIMEN IN

THESE CASES.

Cara penggunaan

- Capsules dari AMOXIL: Setiap kapsul berisi 500 mg amoxicillin sebagai trihydrate.

500-mg Capsule NDC 0029-6007-32 Bottles 500

- Tablet dari AMOXIL: Setiap tablet mengandung 500 mg atau 875 mg amoxicillin

sebagai trihydrate.

500-mg Tablet NDC 0029-6046-20 Bottles dari 100

875-mg TabletNDC 0029-6047-20 Bottles dari 100

- Chewable tablet dari AMOXIL: Setiap cherry-banana-pepermint-tablet mengandung

200 mg atau 400 mg amoxicillin sebagai trihydrate.

200-mg Tablet NDC 0029-6044-12 Bottles dari 20

400 mg TabletNDC 0029-6045-12 Bottles dari 20

- AMOXIL untuk Oral Suspension: Setiap 5 mL dari reconstituted bubble-gum-

flavored suspension berisi 200, 250, atau 400 mg amoxicillin sebagai trihydrate.

200 mg / 5 mL

NDC 0029-6048-54 50-mL botol

NDC 0029-6048-55 75-mL botol

NDC 0029-6048-59 100-mL botol

NDC 0029-6048-18 5-mL unit botol dosis

250 mg / 5 mL

NDC 0029-6009-23 100-mL botol

NDC 0029-6009-22 150-mL botol

400 mg / 5 mL
NDC 0029-6049-54 50-mL botol

NDC 0029-6049-55 75-mL botol

NDC 0029-6049-59 100-mL botol

NDC 0029-6049-18 5-mL unit botol dosis

- Pediatric Drops dari AMOXIL untuk Oral Suspension: Setiap mL dari bubble-gum-

flavored suspension berisi 50 mg amoxicillin sebagai trihydrate.

NDC 0029-6038-39 30-mL botol

E. Efek samping

Seperti penicillins lainnya, diharapkan tidak terjadi reaksi sensitif. Mereka lebih cenderung

terjadi pada individu yang sebelumnya telah menunjukkan hypersensitivity ke penicillins dan

mereka yang memiliki sejarah alergi, asma, hay fever, atau urticaria. Adverse reaksi berikut

ini telah dilaporkan sebagai yang terkait dengan penggunaan penicillins.

Infeksi dan Infestations: Mucocutaneous candidiasis.

Gastrointestinal: Nausea, muntah, diare, lidah berambut hitam, dan hemorrhagic /

pseudomembranous colitis.

Mulai pseudomembranous colitis gejala dapat terjadi selama atau setelah perawatan

antibiotik.

Reaksi Hypersensitivity: Anaphylaxis

Serum sakit seperti reaksi, erythematous maculopapular rashes, erythema multiforme,

sindroma Stevens-Johnson, exfoliative radang kulit, racun necrolysis berhubung dgn kulit,

akut umum exanthematous pustulosis, hypersensitivity vasculitis dan urticaria telah

dilaporkan.

Hati: Sebuah moderat bangkit di AST (SGOT) dan / atau ALT (SGPT) telah dicatat, tetapi

tidak diketahui. cholestatic termasuk penyakit kuning, warnanya merah coklat cholestasis

dan hepatitis akut cytolytic telah dilaporkan.


Ginjal: Crystalluria juga telah dilaporkan.

Hemic dan Sistem limfe: Anemia, termasuk hemolytic anemia, thrombocytopenia,

thrombocytopenic purpura, eosinophilia, leukopenia, dan agranulocytosis telah dilaporkan

selama pengobatan dengan penicillins. Reaksi ini biasanya dpt dibatalkan pada

pemberhentian dari terapi dan diyakini akan hypersensitivity fenomena.

Central Nervous System: dpt dibatalkan hyperactivity, agitation, gelisah, insomnia,

kebingungan, kejang, perubahan perilaku, dan pusing.

Miscellaneous: gigi (coklat, kuning, atau abu-abu staining) telah jarang dilaporkan.

Kebanyakan laporan terjadi di pasien Pediatric. Pengotoran dikurangi dengan penyikatan

gigi atau pembersihan dalam banyak kasus.

Therapy klaritromisin dengan kombinasi dan Lansoprazole: Pada percobaan klinis dengan

menggunakan kombinasi terapi amoxicillin plus klaritromisin dan lansoprazole, dan

amoxicillin plus lansoprazole, tidak ada reaksi Adverse khusus untuk obat-obatan ini.

Adverse reaksi yang terjadi telah terbatas pada orang-orang yang telah dilaporkan

sebelumnya dengan amoxicillin, klaritromisin, atau lansoprazole.

Triple Therapy: Amoxicillin / klaritromisin / Lansoprazole: yang paling sering melaporkan

kejadian untuk pasien yang menerima terapi tripel adalah diare (7%), sakit kepala (6%), dan

rasa tidak wajar (5%). Tidak ada perawatan baru-kejadian yang signifikan di diamati lebih

tinggi dibandingkan dengan tripel terapi dengan terapi dual hidup.

Dual Therapy: Amoxicillin / Lansoprazole: yang paling sering dilaporkan pasien yang

menerima tiga kali sehari-hari amoxicillin plus lansoprazole tiga kali ganda harian terapi

adalah diare (8%) dan sakit kepala (7%).

E. Farmakodinamik (interaksi obat)


Penggunaan amoxicillin dan probenecid dapat berakibat pada peningkatan dan lama

peredaran darah dari amoxicillin. Chloramphenicol, macrolides, sulfonamides, dan

tetracyclines dapat mengganggu bactericidal efek penisilin. Ini telah ditunjukkan dalam

vitro, namun klinis penting dari interaksi ini tidak didokumentasikan dengan baik. Secara

umum lainnya dengan antibiotik, AMOXIL dapat mempengaruhi flora usus, yang mengarah

ke lebih rendah dan mengurangi estrogen reabsorption kemanjuran gabungan oral estrogen /

progesterone kontrasepsi.

Dalam kasus overdosage, menghentikan obat, symptomatically, dan sebagai lembaga

mendukung langkah-langkah yang diperlukan. Jika overdosage sangat baru dan tidak ada

lawan, yang berusaha di emesis atau sarana lainnya penghapusan narkoba dari perut

mungkin akan dilakukan. Sebuah studi prospektif Pediatric dari 51 pasien pada racun-pusat

kontrol menyarankan agar overdosages kurang dari 250 mg / kg amoxicillin tidak signifikan

yang berkaitan dengan gejala klinis dan tidak memerlukan emptying.3 berhubung dgn

lambung perut. Radang interstisial yang mengakibatkan kegagalan ginjal oliguric telah

dilaporkan di sejumlah pasien setelah overdosage dengan amoxicillin.

Crystalluria, dalam beberapa kasus yang mengarah ke kegagalan ginjal, juga telah dilaporkan

setelah amoxicillin overdosage di Pediatric dewasa dan pasien. Dalam kasus overdosage,

cukup asupan cairan dan diuresis harus dipertahankan untuk mengurangi risiko amoxicillin

crystalluria. Ginjal perusakan nampaknya dpt dibatalkan dengan penghentian dari narkoba

administrasi. Darah tinggi tingkat Mei terjadi lebih mudah dalam diburukkan pasien dengan

fungsi ginjal karena ginjal menurun izin dari amoxicillin. Amoxicillin mungkin dihapus dari

peredaran oleh hemodialysis.

F. Clinical pharmacology

Amoxicillin berhubung dgn asam lambung dan perut cepat diserap setelah oral administrasi.

Efek makanan pada penyerapan amoxicillin dari tablet dan skorsing dari AMOXIL telah
sebagian diinvestigasi. efek makanan belum dilakukan dengan 200-mg dan 500 mg-

formulasi. Amoxicillin diffuses paling mudah ke dalam jaringan dan cairan tubuh, kecuali di

otak dan cairan tulang belakang, kecuali bila meninges mengalami inflamed. Sebagian besar

amoxicillin adalah excreted tidak berubah dalam air seni, dan kotoran dapat terganggu oleh

administrasi yg bersamaan probenecid. Dalam serum darah, amoxicillin adalah sekitar 20%-

terikat protein.

dosis Administratif secara oral dari 250-mg dan 500 mg-capsules amoxicillin hasil rata-rata

di tingkat 1 sampai 2 jam setelah administrasi di kisaran 3,5 mcg / mL untuk 5,0 mcg / mL

dan 5,5 mcg / mL untuk 7,5 mcg / mL, masing-masing .

Berarti satu dosis crossover bioequivalence studi pada 27 orang dewasa dibandingkan

AMOXIL dari 875 mg dengan 875 mg dari AUGMENTIN (amoxicillin / clavulanate

potassium) menunjukkan bahwa 875 mg-tablet AMOXIL yang memproduksi sebuah AUC0 -

dari 35,4 8,1 jam mcg / mL dan Cmax dari 13,8 4,1 mcg / mL. Administratif secara

suspensi oral dari dosis amoxicillin, 125 mg / 5 mL dan 250 mg / 5 mL, hasil rata-rata di

tingkat 1 sampai 2 jam setelah administrasi sekitar1,5 mcg / mL untuk 3,0 mcg / mL dan 3,5

mcg / mL untuk 5,0 mcg / mL, masing-masing.

Cephalosporin

Pemisahan jamur Cephalosporinium acremonium (sekarang Acremonium chrysogenum) pada

tahun 1948 oleh Brotzu dari saluran air kotor pelabuhan Sardinia dan pemisahan berikutnya

inti cephalosporin aktif C (7-amino-cephalospirinic acid) oleh Florey dan Abraham di

Oxford University menyumbang dalam ukuran yang besar kepada suatu zaman kejayaan

dalam bidang kemoterapi antimikroba. Sayangnya penggunaan dan penyalahgunaan

cephalosporin secara besar-besaran karena spektrum antibakterinya yang luas digabungkan


dengan toksisitas dan alergenisitasnya telah menimbulkan perlawanan mikroba yang luas

kepada zat-zat ini.

A. Ilmu kimia dan klasifikasi

Cephalosporin dihubungkan dengan erat dengan penisilin, dengan 6-membered

dihydrothiazine ring yang menggantikan 5-membered thiazolidine ring penisilin (Gambar

39-4). Keduanya memuat -lactam ring, sebagaimana monobactam dan carbapenem yang

dibahas di bawah. Modifikasi rantai sisi inti 7-APA telah menyebabkan perbedaan-perbedaan

pada spektrum antibakteri, farmakokinetik, kerentanan kepada berbagai -lactamase, afinitas

untuk PBP yang berbeda, dan adakalanya timbul reaksi yang merugikan.

Cephalosporin digolongkan secara sangat umum menurut generasi-generasi-nya:

generasi pertama (diperkenalkan pada tahun 1960-an), generasi kedua (1970-an), generasi

ketiga (1980-an), dan generasi keempat (cefepime pada tahun 1997) (Kotak 39-4).

Ceftidoren adalah suatu zat generasi ketiga yang diperkenalkan pada tahun 2001. Zat ini

sangat berguna untuk meneliti cephalosporin menurut spektrum antibakteri dan penggunaan

terapinya (Tabel 39-6).

Cephalosporin berkembang dari zat-zat sebelumnya yang sangat aktif melawan

mikroorganisme gram-positive (generasi pertama) ke zat-zat dengan spektrum gram-negative

(generasi kedua) ke zat-zat dengan aktivitas yang lebih besar terhadap berbagai patogen

nosokomial: Pseudomonas aeruginosa, Bacteroides fragilis, dan organisme-organisme yang

menghasilkan spektrum yang luas dan ampicillin C (ampC) -lactamase. Tuntutan terhadap

cephalosporin dengan spektrum yang lebih luas untuk menghindari keharusan memisahkan

organisme melalui uji pembiakan dan kepekaan (dan dengan cara demikian menghemat

uang) telah menjadi faktor utama pada perlawanan mikroba kepada zat-zat ini. Secara teknis

zat-zat generasi kedua meliputi cephalosporin yang sesungguhnya dan cephamycin


(cefoxitin, cefotetan, cefmetazole), yang diperoleh dari Styreptomyces daripada

Cephalosporinium.

B. Mekanisme aksi dan spektrum antibakteri

Cephalosporin memiliki mekanisme aksi yang identik dengan penisilin: hambatan

sintesis peptidoglycan dinding sel bakteri oleh hambatan enzim-enzim yang sensitif terhadap

penisilin (transpeptidase, carboxypeptidase) yang bertanggung jawab terhadap struktur tiga

dimensi terakhir dinding sel bakteri yang kaku. Masing-masing spesies bakteri dapat

memiliki PBP yang berbeda, dan afinitas cephalosporin untuk PBP ini dapat menjadi sangat

berbeda-beda. Kebanyakan cephalosporin mengikat PBP1 dan PBP3 dari organisme-

organisme gram-negative dan, tergantung pada PBP mana yang dihambat, sel-sel bakteri

yang dihasilkan dapat mengambil bentuk-bentuk yang berbeda, oval, bundar, atau

filamentous. Spektrum antibakteri, mikroorganisme-mikroorganisme yang rentan, dan obat-

obat pilihan atau indikasi-indikasi yang berselang-seling dicatat pada Tabel 39-6.

Zat-zat generasi pertama dimaksudkan untuk aeroba-aeroba gram-positive,

facultative cocci, dan MSSA. Cefazolin digunakan secara umum sebagai prophylaxis

antibiotik dosis tunggal untuk pembedahan di rumah sakit clean-clean. Obat-obat generasi

kedua memiliki aktivitas anti-staphylococcal variabel, spektrum gram-negative yang lebih

besar, dan aktivitas tertentu terhadap anaeroba (cefotetan, cefoxitin). Zat-zat generasi ketiga

sangat aktif terhadap organisme-organisme gram-negative dan Streptococcus pneumoniae

yang tahan terhadap penisilin, dengan subset yang efektif terhadap Pseudomonas

aeruginosa. Cefoperazone, ceftazidime, dan cefsulodin memiliki aktivitas antipseudomonal

yang baik. Obat-obat generasi keempat memiliki spektrum antibakteri yang lebih luas dan

aktivitas yang baik terhadap Pseudomonas, Streptococcus pneumoniae yang tahan terhadap

penisilin dan Enterococcus, MRSA, dan organisme-organisme yang menghasilkan hyper--


lactamase. Zat-zat generasi keempat potensial yang baru meliputi cefilidin, cefpirone,

cefclidin, cefoselis, cefpirime, dan cefluprenan.

C. Perlawanan bakteri

Mekanisme utama dari perlawanan terhadap cephalosporin adalah perluasan

mikroba dari berbagai -lactamase (cephalosporinase). Zat-zat generasi pertama sangat

sensitif kepada hidrolisis -lactamase, dengan generasi-generasi kedua sampai keempat lebih

tahan terhadap -lactamase. Stabilitas yang moderat ditunjukkan oleh cefonicid, loracarbef,

cefdinir, dan cefixime; stabilitas yang moderat sampai tinggi ditunjukkan oleh cefoxitin,

cefuroxime, ceftriaxone, cefotaxime, ceftizoxime, cefmetazole, dan cefotetan; dan stabilitas

yang tinggi ditunjukkan oleh cefoperazone, cefpodoxime, dan ceftazidime. Urusan saat ini

adalah produksi mikroba -lactamase spektrum yang luas yang berasal dari mutasi-mutasi

sifat pada TEM-1, TEM-2, dan SHV-1 -lactamase yang menimbulkan perlawanan tingkat

tinggi kepada ceftazidime, aztreonam (sejenis monobactam), dan cephalosporin generasi

ketiga pada Escherichia coli, Klebsiella pneumoniae, dan Enterobacter cloacae nosokomial

patogenik tinggi.

D. Penyerapan, nasib, dan ekskresi

Cephalosporin oral biasanya diserap dengan baik, dengan semua kecuali cefadroxil

dan cefprozil yang mengalami proses penyerapan terlambat tetapi tidak dikurangi oleh

makanan. Cephalosporin adalah hidrofilik dan didistribusikan secara luas pada cairan sel luar

tetapi tidak memasuki sel-sel sistem imun (macrophage, polymorphonuclear leukocyte)

sebagaimana lipophilic macrolide, tetracycline, dan lincosamide. Hanya cefuroxime dari zat-

zat generasi pertama dan kedua yang menembus kedalam cairan cerebrospinal. Pengingatan

protein plasma berkisar dari 10% untuk ceftibuten sampai 80% hingga 90% untuk cefazolin,
cefoxitin, dan cefoperazone. Pengingatan protein plasma ini adalah 10% untuk cephalexin,

25% untuk cefaclor, dan 8% sampai 17% untuk cephradine. Setengah hidup serum dari

beberapa cephalosporin oral adalah cephalexin (50 sampai 80 menit), cephradine (48 sampai

80 menit), dan cefaclor (35 sampai 54 menit). Pada pasien-pasien penderita penyakit renal

tahap akhir, setengah hidup ini dapat meningkat sampai 19 hingga 22 jam untuk cephalexin,

8 sampai 15 jam untuk cephradine, dan 2 sampai 3 jam untuk cefaclor.

E. Penggunaan terapi pada kedokteran gigi

Cephalospirin memiliki aktivitas yang baik terhadap banyak patogen orofacial tetapi

memiliki aktivitas yang terbatas terhadap anaeroba oral. Antibiotik -lactam ini juga

merupakan zat-zat yang bergantung pada waktu tanpa efek-efek postantibiotik yang

signifikan, dan konsentrasi-konsentrasi serum dan jaringan pada cephalosporin harus tetap di

atas MIC organisme untuk sekurang-kurangnya 60% interval pemberian obat untuk

memperlambat sebanyak mungkin pertumbuhan kembali organisme. Pada interval-interval

pemberian obat paket baru 6 jam untuk cephalosporin oral setengah umur yang singkat

(cephalexin, cephradine, cefaclor), tidaklah mungkin bahwa tingkat-tingkat serum ini akan

dicapai. Pada tiga setengah hidup setelah pemberian obat (kira-kira 4 jam), hanya 12,5% -

lactam tetap di dalam darah atau jaringan dan dapat menunjukkan di bawah MIC organisme.

Konsentrasi-konsentrasi darah yang mencapai puncaknya dalam waktu singkat diikuti oleh

periode signifikan di bawah MIC organisme adalah tidak ideal untuk antibiotik yang

bergantung pada waktu dan memungkinkan untuk menemukan kembali patogen-patogen dari

hambatan formasi dinding sel -lactam. Mempersingkat interval pemberian obat sampai 4

jam untuk zat-zat ini dapat memecahkan kesulitan farmakokinetik ini.

F. Pengaruh-pengaruh yang merugikan


Reaksi-reaksi yang merugikan secara serius berhubungan dengan cephalosporin

jarang muncul, dengan urusan utama menjadi potensial untuk cross-allergy dengan penisilin.

Reaksi-reaksi yang sangat merugikan meliputi peningkatan sementara pada enzim-enzim

liver, nephrotoxicity, netropenia yang dapat terbalik, eosinophilia dan thrombocytopenia,

aseptic meningitis, dan reaksi-reaksi seperti disulfiram yang berhubungan dengan

cephalosporin dengan methylthiotetrazole side chain (cefotetan, cefoperazone, cefamandole).

Pseudomembranous colitis jarang timbul dengan zat-zat generasi pertama dan kedua tetapi

lebih umum dengan cephalosporin generasi ketiga, mungkin karena aktivitas anti-

Bacteroide-nya (Bacteroide dan Clostridium difficile antagonistik pada colon). Beberapa

cephalosporin (cefoperazone, cefotetan, cefmetazole, cefmenoxime) dapat menyebabkan

hypoprothrombinemia oleh sintesis faktor-faktor penggumpalan darah yang bergantung pada

vitamin K yang menurun.

Potensi alergik yang sudah menjadi sifatnya dari cephalosporin bersama dengan

cross-allergenicity-nya dengan penisilin menjadi urusan utama. Reaksi-reaksi cutaneous

allergic kepada cephalosporin (rash, pruritus, urticaria) dilaporkan secara umum terjadi pada

1$ sampai 3$ pasien. Penyakit serum atau morbilliform rash dapat terlihat pada anak-anak

yang menerima cefaclor. Sindrom Stevens-Johnson dan toxic dermal necrolysis telah

dilaporkan. Pada 6.573 pasien yang menerima cephalosporin, sebanyak 73 (1,1%)

menunjukkan reaksi alergik.

Reaksi-reaksi anaphylactic terhadap cephalosporin tampak jarang terjadi, dengan

luasnya kejadian yang berkisar dari 0,0001% sampai 0,1% dari reaksi-reaksi yang terekspos.

Pada 9.388 pasien tanpa riwayat alergi terhadap penisilin yang diberi cephalosporin, dua

reaksi anaphylactic telah dilaporkan (0,2%). Di dalam suatu studi retrospektif tentang

350.000 reaksi obat yang merugikan, enam kasus fatal anaphylaxis yang disebabkan oleh
cephalosporin telah dilaporkan, dengan tiga dari enam kasus pada pasien-pasien dengan

riwayat alergi terhadap penisilin.

Isu tentang kepekaan silang antara cephalosporin dan penicillin tidak pernah

dipecahkan secara memuaskan. Perkiraan-perkiraan berkisar dari 1,1% (sama dengan

luasnya pengaruh alergi untuk cephalosporin pada populasi umum) sampai 18% di dalam

studi-studi terdahulu. Individu-individu yang alergi terhadap penisilin dapat mengalami

risiko alergi terhadap cephalosporin empat kali lebih besar daripada orang-orang yang tidak

alergi kepada penisilin, tetapi individu-individu yang alergi kepada penisilin mengalami

risiko alergi kepada setiap obat tiga sampai empat kali lebih besar. Tidak ada uji kulit yang

disediakan untuk mendeteksi alergi cephalosporin, dan pengalaman dengan desentisisasi

masih terbatas dan tidak distandarkan.

Diakui secara umum bahwa cephalosporin dapat diberikan secara sangat aman

kepada pasien-pasien yang memiliki riwayat reaksi kulit ringan kepada penisilin atau uji

kulit penicilloyl-polylysine positif (campuran determinan yang besar). Cephalosporin

biasanya menunjukkan reaksi yang berlawanan pada pasien-pasien dengan uji kulit penisilin

positif untuk campuran determinan yang kecil atau riwayat anaphylaxis penisilin lokal atau

sistemik (urticaria yang berat, bronchospasm, hypotension, exfoliative dermatitis) kecuali

kalau cephalosporin diharuskan di dalam penanganan infeksi yang mengancam jiwa dan

terapi anaphylaxis antidotal disediakan dengan cepat.

G. Interaksi-interaksi obat

Antacid menurunkan konsentrasi-konsentrasi plasma cefaclor, cefdinir, dan

cefpodoxime; antagonis-antagonis reseptor histamine H 2 menurunkan konsentrasi-

konsentrasi plasma cefpodoxime dan cefuroxime, dan tambahan-tambahan besi menurunkan

penyerapan gastrik cefdinir. Cefmetozole, cefoperazone, dan cefotetan dapat menyebabkan


reaksi disulfiram dengan ethanol dan juga hypoprothrombinemia. Nephrotoxicity dapat

terlihat dengan kombinasi cephalosporin dengan aminoglycoside atau loop diuretic.

Cephalosporin dapat menghasilkan reaksi positif yang salah untuk glukosa air kencing

dengan larutan Benedict dan cephradine dengan reaksi positif yang salah untuk protein-

protein air kencing dengan uji yang menggunakan sulfosalicylic acid.

H. Kontraindikasi

Cephalosporin menunjukkan indikasi yang berlawanan pada pasien-pasien yang

alergi kepada obat-obat dan pada pasien-pasien dengan riwayat reaksi-reaksi penisilin yang

berat atau reaksi uji kulit positif kepada campiran determinan kecil penisilin.

Antibiotik -lactamase lainnya

Carbapenem Carbapenem adalah derivative thienamycin (dari Streptomyces

cattleya) dan berbeda dari penisilin-penisilin oleh penempatan sulfur oleh suatu kelompok

methylene pada 5-membered ring dari -lactam (lihat Gambar 39-4). Baru-baru ini tersedia

tiga carbapenem untuk penggunaan parenteral di Amerika Serikat: imipenem, meropenem,

dan ertapenem. Imipenem digabungkan dengan cilastatin untuk mengurangi hidrolisis

imipenem oleh renal peptidase.

Carbapenem memiliki spektrum antibakteri yang sangat luas, kekhususan yang

tinggi untuk PBP2 dari mikroorganisme-mikroorganisme gram-positive dan gram-negative

(mengakibatkan organisme-organisme ovoid), dan tidak dihidrolisasi oleh sebagian besar -

lactamase. Carbapenem adalah obat pilihan untuk penanganan infeksi-infeksi yang

disebabkan oleh Campylobacter fetus, Citrobacter freundii, Enterobacter, Acinetobacter,

Serratia marcescens, dan Rhodococcus equi dan obat-obat pengganti terhadap MSSA,
Streptococcus penumoniae yang tahan terhadap penisilin atau non-penisilin, Bacillus subtilis

dan cereus, Clostridium perfringens, Bacteroide, Escherichia coli, Klebsiealla pneumoniae,

Proteus mirabilis, Proteus indole-positive, Providencia stuartii, Capnocytophaga

canimorsus, Haemophilus influenzae, dan Pseudomonas aeruginosa.

Mikroorganisme-mikroorganisme yang biasanya tahan terhadap carbapenem

meliputi Enterococcus faecium, Pseudomonas cepacia, Stenotrophomonas maltophilia,

Flavobacteria, JK Corynebacterium, MRSA dan CoNS yang tahan terhadap methicillin.

Organisme-organisme dengan perlawanan yang berbeda-beda meliputi Pseudomonas

aeruginosa, Serratia marcescens, Streptococcus pneumoniae yang tahan terhadap penisilin,

Klebsiella pneumoniae, dan Enterococci yang tahan terhadap vancomycin. Metallo--

lactamase yang berasal dari Klebsiella pneumoniae, Pseudomonas cepacia, dan

Stenotrophomonas maltophilia memetabolisasi secara mudah dan cepat carbapenem dan juga

menyebabkan produksi cephalosporinase yang meningkatkan secara signifikan perlawanan

mikroba terhadap cephalosporin generasi ketiga. Perlawnana mikroba terhadap carbapenem

adalah melalui kehilangan suatu protein membran luar sehingga dengan cara demikian

memperlambat penetrasi obat-obat pada dinding sel, mengubah PBP pada Enterococcus

faecium dan MRSA, dan hidrolisis oleh metallo--lactamase dan oleh -lactamase lainnya.

Carbapenem digolongkan sebagai obat-obat B atau C kehamilan FDA, merupakan

cross-allergenic dengan -lactam lainnya, dapat menaikkan tingkat transaminase liver serum,

dapat menyebabkan pseudomembranous colitis, dan dihubungkan dengan 3% sampai 4%

luasnya kejadian rash kulit. Digabungkan dengan cyclosporin, carbapenem dapat

meningkatkan toksisitas sistem syaraf pusat (CBS) dan serangan apabila digabungkan

dengan ganciclovir.
Monobactam Aztreonam adalah monocyclic -lactam (monobactam) yang tidak

memiliki thiazolidine penisilin (Gambar 39-5). Monobactam hanya tersedia secara

parenteral. Monobactam tidak mengikat PBP dari mikroorganisme-mikroorganisme gram-

positive atau anaerobik; oleh karena itu spektrum terbatas pada spesies gram-negative

aerobik (mengikat PBP3) untuk menghasilkan organisme-organisme filamentous), terutama

Enterobacteriaceae, Klebsiella pneumoniae, Proteus mirabilis, Citrobacter freundii, Yersinia

enterocolitica, Pasturella multocida, Salmonella, Shigella, Providencia Neisseria,

Haemophilus, dan Pseudomonas aerginosa. Aztreonam dapat digabungkan dengan

clindamycin, metronidazole, dan vancomycin dan dapat digunakan dengan aminoglycoside

(yang memiliki spektrum antibakteri yang sama) di dalam penanganan infeksi-infeksi yang

disebabkan oleh Escherichia coli, Klebsiella pneumoniae, Proteus mirabilis, Providencia

stuartii, Serratia marcescens, dan Pseudomonas aeruginosa. Aztreonam dimetabolisasi oleh

-lactamase yang diuraikan oleh Klebsiella pneumoniae dan Pseudomonas aeruginosa.

Aztreonam bukan merupakan obat pilihan pertama untuk setiap infeksi.

Aztreonam adalah obat B kehamilan FDA dan tidak memiliki cross-allergenicity

dengan -lactam. Aztreonam menyebabkan produksi -lactamase dan dapat menjadi

sinergistik dengan renal dan ototoxycity dari aminoglycoside.

Vancomycin

Vancomycin merupakan suatu glikopeptida dari Streptococcus orientalis

A. Mekanisme Kerja dan Spektrum Mikroba

Menghambat sistesis fosfolipid dinding sel bakteri dan polimerisasi peptidoglikan.

Vancomycin bersifat bakteriasid terhadap kuman gram positif penghasil -laktamase, tms
MRSA. Bila dikombinasikan dengan aminoglikosida maka vincomycin akan efektif untuk

terapi endokarditis enterokokus.

B. Resistensi

Resistensi pada vancomycin terjadi karena perubahan permeabilitas terhadap obat yang

diperantarai plasmid. Oleh sebab itu maka terjadilah penurunan pengikatan vancomycin ke

molekul reseptor.

C. Farmakokinetik

Vancomycin didistribusikan ke jaringan tubuh secara luas. Vancomycin ini dieksresikan

dalam bentuk aktif dalam urine.

D. Efek Samping

Vancomycin bersifat toksik terhadap SSP pada dosis tinggi. Hal ini dapat menyebabkan

Headache, tremor, psikosis akut, dan konvulsi.

B. Macrolides

Erythromycin

A. Kimia
Erythromicin merupakan senyawa dari Streptomyces erythreus. Erythromicin ini mulai

di perkenalkan dengan luas mulai tahun 1952


Struktur umum dari Erythromycin ditunjukkan dengan cincin macrolide dan gula gula

desosamine dan cladinose.


Obat ini susah larut dalam air (0.1%), tetapi mudah larut dalam zat pelarut organic.

Cukup stabil pada suhu 4C, mudah rusak pada suhu 20C dan pada pH asam.
Biasanya tersedia dalam bentuk berbagai ester dan garam

B. Aktivitas Antimikroba
Kerja Erythromycin dapat bersifat menghambat dan bakterisid
Dapat ditingkatkan pada pH alkali
Hambatan sintesis protein terjadi melalui ikatan ke RNA ribosom 50s reaksi

translokasi aminocyl dan hambatan pembentukan awal

C. Farmako Kinetik dan Farmako Dinamik


Makanan dapat mengganggu absorbsi asam lambung menghancurkan Erythromycin

basa
Garam lauryl dari ester propionyl erythromycin merupakan preparat oral yang paling

baik untuk di absorbs


Dosis oral 2 gr/hari
Konsentrasi ester 2 mg/ml
Dosis erythromycin lactobionate yg diberikan secara intravena sebesar 500 mg

menghasilkan konsentrasi serum sebesar 10 mg/ml satu jam setelah pemberian dosis.
Waktu paruh 1.5 jam pada pasien normal dan 5 jam pada pasien anuria
Penyesuaian untuk gagal ginjal tidak diperlukan
Tidak dapat dibersihkan dengan dialysis
Jumlah besar dari dosis diekskresi dalam empedu dan hilang dalam feses, hanya 5% di

buang melalui urin


Diangkut oleh leukosit polimorfonukleus dan makrofag
Obat ini dapat melintasi sawar plasenta dan mencapai janin

D. Penggunaan Klinis
Merupakan obat pilihan dalam infeksi corynebacterial (diphtheria, corynebacterial

sepsis, erythrasma), infeksi kuman Chlamydia pada pernafasan, neonatus, okuler, atau

genital.
Berguna juga sebagai pengganti penicillin (bagi yang alergi penicillin) untuk infeksi

yang disebabkan staphylococcus, streptococcus, dan pneumococcus


Erythromycin dianjurkan sebagai profilaksis terhadap endokarditis dalam prosedur

dental pada individu yang memiliki penyakit jantung valvular walaupun sekarang

clindamycin lebih banyak digunakan.


Dosis oral untuk Erythromycin basa, stearate, atau estolate adalah 0.25 0.5 gr setiap 6

jam (40 mg/kg/hari untuk anak anak)


Dosis Erythromycin ethylsuccinate adalah 0.4 0.6 gr setiap 6 jam
Erythromycin basa oral (1 gr) terkadang dikombinasikan dengan neomycin atau

kanamycin oral untuk preparat praoperatif usus besar


Dosis intravena Erythromycin gluceptate atau lactobionate adalah 0.5 1 gr setiap 6 jam

untuk orang dewasa dan 20 40 mg/kg/hari untuk anak


Dosis yang lebih tinggi dianjurkan untuk mengobati pneumonia yang disebabkan oleh

spesies legioella

E. Efek Samping
Efek Gastrointestinal (Berupa anoreksia , mual, muntah, dan diare)
Efek Toksisitas Hati (Erythromycin dalam bentuk estolate dapat menimbulkan hepatitis

kolestasis akut (demam, ikterus, kerusakan fungsi hati), reaksi lainnya juga dapat berupa

demam, eosinofilia, dan ruam)


Interaksi obat (menghambat enzim sitokrom P450 dan menungkatkan konsentrasi serum

sejumlah obat)

F. Kontraindikasi
Terjadi pada individu yang alergi terhadap Macrolide
Terjadi juga pada orang yang memiliki catatan alergi cholestatic hepatitis
Dengan kombinasi dengan obat yang menyebabkan torsades de pointes
Dosis maksimum untuk orang dewasa yang normal 4 gr/hari
1.5 gr untuk orang yang memiliki kelainan ginjal

Azythromycin

A. Kimia
Merupakan senyawa dengan cincin macrolide lactone 15 atom yang diturunkan dari

erythromycin dengan oenambahan suatu nitrogen yang dimetilasi ke dalam cincin lactone

erythromycin.

B. Aktivitas Antimikroba
Spectrum aktivitasnya identik dengan clarithromycin
Azythromycin aktif terhadap kompleks M avium dan T gondii
Azythromycin sedikit kurang aktif dibandingkan erythromycin dan clarithromycin

terhadap staphylococcus dan streptococcus


Sedikit lebih aktif terhadap H influenza
Sangat aktif terhadap Chlamydia
Azythromycin tidak mempunyai efek terhadap interaksi obat yang timbul pada

erythromycin dan clarithromycin.


Range Bioavaibilitas Azythromycin sekitar 40% 50%

C. Farmako Kinetik & Farmako Dinamik


Azythromycin di abrosbsi dengan cepat dan ditoleransi dengan baik secara oral
Obat ini harus diberikan 1 jam sebelum makan atau 2 jam sesudah makan
Antasida aluminium dan magnesium tidak mengubah bioavaibilitas , namun

memperlama absorbs dan menurunkan konsentrasi serum puncak


Satu dosis Azythromycin 500 mg dapat menghasilkan konsentrasi serum yang relative

rndah (0.4 mikro gram/ml)


Makanan dalam perut dapat meningkatkan atau bisa juga tidak berpengaruh terhadap

penyerapan Azythromycin
Azythromycin dapat melakukan penetrasi dengan sangat baik kesebagian besar jaringan

(kecuali cairan cerebrospinal) dan sel sel fagosit


Konsentrasi jaringan dapat melebihi konsentrasi serum sepuluh hingga seratus kali lipat
Sifat unik ini memungkinkan pemberian dosis sekali sehari dan pemendekan durasi

pengobatan dalam banyak kasus, sebagai contohnya satu dosis tunggal Azythromycin

sebesar 1 gr sama efektifnya dengan pengobatan berjangka 7 hari dengan doxycycline

pada uretritis dan serviksitis Chlamydia

D. Kontraindikasi

Sama dengan jenis macrolides yang lain


E. Efek Samping
Azythromycin memiliki efek interaksi obat yang lebih rendah daripada Erythromycin

dan Clarithromycin.
Azythromycin tidak menghentikan aktivitas enzim enzim sitokrom P450 agen ini

memiliki cincin lactone dengan 15 atom (bukan 14)


Azythromycin memiliki efek interaksi obat yang lebih rendah daripada Erythromycin

dan Clarithromycin.

F. Penggunaan Klinis
Azythromycin dapat diberikan secara intravena dan peroral
Azythromycin telah terbukti efektif terhadap sphirochetes oral dan bakteri anaerob

berpigmen
Azythromycin memiliki aktivitas terbaik terhadap bakteri anaerob gram ( - ) seperti

fusobacteriam, prevotella, prophyromonas, wolinella, selenomonas, dan AA

Clarithromycin

A. Spektrum Mikroba

Efektif terhadap organisme yang sama dengan penisilin

Bila dibandingkan dengan eritromisin, efektivitas lebih baik terhadap H.influenzae,

Chlamydia, Leronella, dan Ureaplasma

B. Resistensi

Organisme tidak mampu mengambil makrolid.

Afinitas makrolid terhadap subunit 50s ribosom menurun akibat metilasi adenin 23s

ribosom RNA bakteri.

C. Farmakokinetik

Bioavaibilitas tergantung formulasi dan bentuk garam atau esternya.

Clarinthromycin stabil terhadap asam lambung

Absorbsi adekuat setelah pemberian peroral.


Pada clarithromycin makanan tidak menghambat absorbsi dan bisa meningkatkan

insidensi troboflebitis.

Distribusi ke seluruh tubuh baik (kecuali ke LCS)

Berdifusi ke cairan prostat.

Bisa terakumulasi di intra sel sebagai unit dalam makrofag.

Akumulasi terjadi di hati.

Adanya inflamasi memperbaiki penetrasi jaringan.

Metabolismenya clarithromycin dioksidasi menjadi derivat 14-hidroksi yang

mempunyai aktivitas antibakteri dan mempengaruhi metabolisme teofilin dan

karmazepin.

Eksresi dari clarithromycin dan metabolitnya dieliminasi ginjal dan hati.

D. Interaksi

Menghambat metabolisme hepatik dari : Teofilin, Karbamazepin, Warfarin, Rifampisin,

Siklosporin, Terfenadin, dan Astemizol.

Meningkatkan kadar plasma digoksin : Mikrolid mengeliminasi spesies flora intestinal

yang menginaktifkan digoksin sehingga terjadi reabsorbsi digoksin lebih besar dalam

siklus enterohepatik.

Interaksi clarithromycin dan Roxythromycin dengan ergotamin menyebabkan kejang

arteri dan reaksi iskemia.

E. Aplikasi Klinis

Infeksi klamida : epididimal, rektal, endoservikal, uretral, dan urogenital.

Pneumonia mikoplasma : atipik

Uretritis

Sifilis

Legionelosis : pneumonia
Difteri

F. Efek Merugikan

Ganguan epigastrik : menurunkan compliance pasien dalam minum obat

Ototoksisitas : tuli reversibel (pada dosis tinggi)

Iritasi saluran cerna

C. Antibitik lain

Clindamycin

A. Klasifikasi

Clindamycin merupakan antibiotik lincasamide selain lincomycin. Lincomycin

diisolasi dari Streptococcus lincolnensis pada 1962, dan clindamycin (7-chloro-7-deoxy-

lincomycin) diperkenalkan pada tahun 1966. Clindamycin sering digunakan secara ekslusif

karena efeknya yang besar dan farmakokinetiknya yang unggul.

B. Mekanisme Aksi dan Antibakterial Spektrum

Bagian reseptor dari lincosamide serupa dengan macrolides, chloropenicol, dan

streptogramins yaitu subunit 23S dari 50S kromosom bakteri menghasilkan inhibisi

bakteriostatik dari sintesis protein mikroba.

Clindamycin memiliki aktivitas yang signifikan melawan bermacam gram positif

dan gram negatif anaerob serta mikroorganisme fakultatif ataupun aerob yaitu Bacteriodes,

Prevotella, Porphyromonas, Veilonella, Peptostreptococcus, microaerophilic streptococci,


Actinomyces, Eubacteria, Clostridium (except Clostridium difficile), and Propionibacteria.

Organisme gram positif yang rentan terhadap clindamycin termasuk Streptococcus

pneumoniae, VGS, Corynebacterium, streptococci grup A,B, C, dan G, dan Streptococcus

bovis yang memiliki variabel kerentanan terhadap staphylococci. Juga rentan terhadap

clindamycin yaitu Leptototrichia buccalis, Bacillus cereus dan subtilis, Capnocytophaga

canimorsus, dan beberapa -lactamase yang memproduksi staphylococci.

Mikroorganisme dengan resistensi yang sebenarnya terhadap lincosamides termasuk

Enterococcus, Enterobacteriaceae, Haemophilus influenzae, Neisseria meningitidis,

Mycoplasma pneumoniae, dan beberapa MRSA dengan peningkatan resistensi terhadap

Streptococcus pneumoniae dan Streptococcus pyogenes, dan 12%-20% tingkat ketahanan

pada Prevotella, Porphylomonas, Fusobacteria, dan Peptostreptococcus di rumah sakit.

C. Efek Merugikan

Terdapat sedikit efek merugikan yang berhubungan dengan clindamycin termasuk

rasa mual dan muntah, nyeri pada abdomen, esophagitis, glossitis, stomatitis, alergi,

peningkatan reversible pada tingkat transaminase serum, reversible myelosuppresion, rasa

metal, maculopapular rash (3%-10%), dan diarrhea (2%-20%,rata-rata 8%). Dosis intravena

yang tinggi pada clindamycin dapat menghasilkan pemblokiran neuromuscular yang mirip

dengan aminoglycosides, tetracyclin, dan polymixin B.

Perhatian utama pada clindamycin terletak pada isinya yang memiliki

kecenderungan untuk mempengaruhi antibitic-induced diarrhea dan colitis, khususnya pada

pseudomembranous colitis, berdasarkan laporan dari insiden setinggi 10%. Sekarang ini

sudah jelas bahwa terdapat asosiasi clindamycin dengan penyakit colonic ini pada pasien

yang tidak dirawat di rumah sakit sangat sedikit dibandingkan laporan yang sebelumnya.
Pada penelitian terdahulu, keseluruhan tingkat resiko untuk kumpulan yang

diperoleh bahwa Clostridium difficile terkait dengan pseudomembranous colitis telah

ditentukan serendah 1 per 10.000 resep antibiotik, dengan tingkat resiko dirawat di rumah

sakit adalah 0.5 sampai 1.o per 100.000 paseien tahunan. Dalam penelitian dari 376.590

resep antibiotik yang diberikan kepada lebih dari 280.00 pasien di lebih dari periode 4 tahun,

empat kasus dari akut antibiotik yang berpengaruh pada colitis terditeksi. Tingkat insiden

yang terkalkulasi adalah 1.6 dalam 100.000 orang ekspos terhadap ampicilin, 2.9 dalam

100.000 pada dicloxacilin, dan 2.6 dalam 100.000 pada tetracyclin, dengan tidak adanya

kasu pada psien yang mengonsumsi clindamycin.

Walaupun antibiotic-associated diarrhea biasanya terdapat pada pasien yang tidak

dirawat di rumah sakit dan ditangani dengan penghentian obat, ini menunjukan bahwa

antibiotic-induced colitis dan pseudomembranius colitis yang mematikan jarang terjadi.

Bentuk-bentuk yang serupa colitis lebih banyak menggunakan amoxicilin daripada

clindamycin hal ini terjadi alasannya karena penggunaan amoxicilin yang lebih banyak

dipasaran, tetapi hal ini dapat berubah jika clindamycin lebih sering digunakan secara klinis.

Perawatan harus diberikan pada pasien yang telah sembuh dari Clostridium difficile

yang berhubungan dengan diarrhea atau colitis untuk 2 bulan setelah penyakit ini berhenti.

Pemilihan prosedur perawatan gigi yang membutuhkan terapi antibiotik atau propholaxis

paling baik ditunda selama 2 bulan periode ini. Jika terapi antibiotik dibutuhkan, antibiotik

yang berhubungan dengan antibitic-induced diarrhea (penicillin, macrolides) adalah pilihan

tepat.

D. Indikasi

Indikasi clindamycin terdapat pada pengobatan dari infeksi serius yang disebabkan

oleh bakteri anaerob, juga terhadap infeksi oleh streptococci, pneumococci, dan
staphylococci. Clindamycin biasa diberikan pada pasien yang tidak dapat mengonsumsi

penicillin atau alergi terhadap penicillin. Karena resiko terhadap colitis, maka sebelum

memilih clindamycin ini perlu dipertimbangkan asal penyakit dan alternatif obat lain yang

sesuai.

Anaerob : Infeksi traktus respirator serius seperti empyema, anaerob pneumonitis,

dan abses paru; infeksi kulit dan jaringan halus; septicema; infeksi intra-abdomen seperti

peritonitis dan abses intra-abdomen; infeksi pelvis dan traktus genitalia pada wanita; abses

nongonococcal tuboovarian; selulitis pelvis dan infeksi pasca operasi vagina.

Streptococci : Infeksi traktus respirator; infeksi kulit dan jaringan halus.

Staphylococci : Infeksi traktus respirator; infeksi kulit dan jaringan halus.

Pneumococci : Infeksi traktus respirator

Untuk menguragi pengembangan bakteri yang tahan terhadap obat dan memelihara

keefektifan dari clindamycin dan antibakterial lainnya, clindamycin harus digunakan hanya

untuk mengobati atau mencegah infeksi yang disebabkan oleh bakteri. Jika pemeliharaan dan

informasi tentang kerentahan ada, harus dipertimbangkan pemilihan atau pemodifikasian

terapi antibiotik. Ketidakadaan data tersebut, dapat menyebabkan lokal epidemiologi dan

pola kerentanan akan menyumbang pilihan empiris dari terapi.

E. Kontraindikasi

Clindamycin bereaksi secara sinergis dengan nondepolarizng obat penghambat

neuromuscular dalam menghambat neurotransmitter pada otot skeletal. Absorpsi

clindamycin secra oral dilambankan dengan obat antidiarrheal kaolin-pectin.

F. Bacterial Resistance
Ketahanan tehadap clindamycin berlaku tiga mekanisme :

1. Perubahan 23S ribosom RNA dari 50S subunit ribosom dengan adenine methylation

(proteksi ribosom)

2. Mengubah %50S ribosom protein pada bagian reseptor (perubahan reseptor)

3. Penonaktifan pada beberapa ikatan staphylococcal oleh nucleotidyl transferase

(penonaktifan obat)

Adenine methylation adalah plasmid yang menengahi dan memberi ketahanan MLS b.

Ketahanan fenotife M macrolide dalam Streptococcus pneumoniae tidak memberikan

ketahanan pada clindamycin. Jika ketahanan erythromycin dalam staphylococci inducible

dan constitutive, mikroorganisme hanya tahan terhadap 14- dan 15- anggota macrolide dan

beberapa yang sensitif terhadap lincosamides, streptogramins, dan 16- anggota macrolides.

Contitutive macrolides dalam staphylococci dari tipe MLS b memberikan ketahanan pada

semua antibiotik secara serempak.

G. Farmakokinetik

Clindamycin terabsorbsi baik secara oral dengan bioavailability 90% tidak

dipengaruhi oleh makanan. Waktu untuk level oral serum maksimum adalah 45-60 menit,

dengan level serum maksimal 2.5g/ml dan waktu paruh eliminasi 2.4-3 jam. Dengan

kegagalan ginjal waktu paruh eliminasi meningkat menjadi 6 jam dengan penggandaan level

serum. Obat ini berpenetrasi baik ke dalam tulang, tapi tidak ke cairan cerebrospinal,

bermetabolisme sebagian besar dalam hati (lebih dari 90%), dan berkonsentrasi tinggi di

dalam empedu, dimana ini dapat mengubah flora usus sampai 2 minggu setelaj penggunaan

dihentikan. Clindamycin mirip dengan macrolides yang memusatkan pada sel

polymorphonuclear, alveolar macrophage, dan jaringan abses secara istimewa.


Metronidazole

A. Klasifikasi

Metronidazole adalah sebuah sintetik nitromidazole yang terpola setelah terjadinya

substansi antiparasit yang terisolasi dari Streptomyces secara natural pada tahun 1955.

Metronidazole ini diperkenalkan sebagai obat pada tahun 1959 dan secara cepat ditemukan

pada proses aktifitas trichomonacidal yang kuat. Sejak itu, metronidazole telah menjadi obat

pilihan dari infeksi protozoa.

B. Aksi Mekanisme dan Antibakterial Spektrum

Aktifitas antimikrobial dari metroidazole membutuhkan masuk ke dalam sel dan

mereduksi nitro grupnya untuk menghailkan metabolisme yang dapat membahayakan DNA,

mempengaruhi kematian sel dengan cepat. Metronidazole hanya aktif melawan bakteri yang

obligat anaerob. Metronidazole ini merupakan antibiotik yang lebih cenderung bergantung

pada konsentrasi dibandingkan bergantung dengan waktu. Karena metabolisme

metronidazole dicampuri oleh sintesis asama nukleotida, maka terjadi peningkatan potensial

pada mutagenicity, carcinogenicity, dan teratogenicitynya.

Metronidazole mempenetrasikan semua sel bakteri. Pada anaerob sensitif, separuh

nitro dari obat akan berkurang secara enzimatik, dan ini merupakan metabolisme dari bagian

aktif pada obat tersebut. Metronidazole biasanya bersifat bakteriosid. Obat ini akan beraksi

dengan DNA bakteri, menyebabkan terhambatnya replikasi DNA, fragmentasi dari DNA

yang ada, dan dalam dosis rendah, mutasi genom bakteri.

C. Bakterial Resintance
Mikroba yang resisten terhadap metronidazole relatif terbatas, kemungkinan karena

terbatasnya kegunaan kilisnya kecuali pada negara-negara berkembang, dimana ini

digunakan secara luas untuk menangani penyakit yang disebabkan parasit. Pengecualian

khususnya pada pengeneralan adalah ketahana yang tinggi terhadap Helicobacter pylori di

negara berkembang. Ketahanan terhadap metronidazole merupakan ketahanan secara

kromosomal dan plasmid-mediated dengan pengurangan pada aktifitas atau ekspresi dari

beberapa gen (rdxA,nimA,nimB) yang mengontrol aktivitas metroreduktasr, yang mana

menurunkan konsentrasi metabolisme metronidazole aktif dalam sel mikroba.

Ketahanan yang terbatas terlihat di Trichomonas vaginalis, Bacteriodes, gardnella

vaginalis, Campylobacter fetus, Leptotrichia buccalis, dan Treponema pallidum. Ketahanan

terhadap metronodazole tingkat tinggi terdapat pada Trichomonas vaginalis terlihat dalam 1

dari 2000 kasus atau 1 dari 3000 kasus. Subinhibitory konsentrasi dari metronidazole dapat

meningkatkan tingkat resistensi pada beberapa patogen perodental seperti Fusobacteria,

Prevotella, Porphyromonas, dan Peptostreptococcuss.

D. Farmakokinetik

Metronidrazole hampir seluruhnya diabsorbsi dari traktus gastrointestinal jadi serum

level akan sama bila diatur secara oral ataupun intravena. Makanan dapat menunda puncak

serum level dari metronidazole tetapi tidak jumlah total yang diabsorbsi. Metronidazole

mencapai puncak level darah dalam 1 hingga 2 jam, memiliki volume distribusi yang luas,

penetrasi CNS yang bagus, eliminasi waktu paruh 8 jam, dan biotransformasi ke dalam lima

produk metabolik, semua yang memiliki aktifitas anti-anaerob. Farmakokinetik dari

metronidazole sama baik pada wanita hamil dan yang tidak hamil, metabolismenya

dikurangi bila terdapat gangguan hepatis yang berat, dan farmakokinetiknya tidak secara

signifikan dihubungkan dengan kerusakan ginjal.


E. Farmakodinamik

Metronidazole dapat meningkatkan litium dalam darah, mengurangi reaksi tubuh

terhadap phenytoin, dan secara signifikan meningkatkan kadar warfarin dalam darah dengan

cara mengurangi kerja liver. Obat bius dapat mengurangi hasiat metronidazole dan

cimetidine dapat mengurangi metabolismenya oleh liver. penggunaan bersamaan dengan

ethanol dapat menyebabkan psychosis dan reaksi disulfiram (mual, muntah-muntah, dsb),

walaupun secara individual resikonya tidak terlalu besar.

F. Indikasi

Metronidazole digunakan dalam pengobatan :

a. Bakteri

- Bacterial vaginosis, biasanya berasosiasi dengan pertumbuhan berlebih spesies

Gardnerella dan anaerob koinfektif (Mobiluncus, Bacteriodes).

- Penyakit inflammatory pelvic pada konjugasi dengan antibitotik lain seperti

ofloxacin, levofloxacin, atau ceftriaxone.

- Infeksi bakteri anaerob seperti Bacteroides fragilis, spp, Fusobacterium spp,

Clostridium spp, Peptostreptococcus spp, Prevotella spp, atau anaerob lain di dalam

abses intra-abdomen, peritonitis, empyema, pneumonia, aspiration pneumonia, abses

paru, bisul pada kaki penderita diabetes, meningitis dan abses otak, infeksi tulang

dan sendi, septicemia, endometritis, tubo-ovarian abscess, atau endocarditis

- Kolitis peuodomembranous karena Clostridium difficile

- Helibacter pylori terapi eradication, bagian dari multi-obat pada penyakit peptic

ulcer.
b. Protozoa

- Vaginitis karena Trichomonas vaginalis

- Infeksi protozoa yang disebabkan Entamoeba histolytica dan Giardia lamblia

(Giardiasis) harus dirawat sendiri atau dikonjugasikan dengan iodoquinol atau

diloxanide furoate.

- Dengan amphotericin B dan beberapa obat lainnya, metronidazole ini digunakan

sebagi tambahan pada pengobatan primary amoebic meningoencaphalitis yang

disebabkan oleh Naegleria fowleri.

c. Nonspesifik

- Profilaksis untuk mereka yang potensial mengalami operasi kontaminasi colorectal

dan dpt dikombinasikan dengan neomycin.

- Gingivitis akut dan infeksi dental lainnya .

- Crohns disease dengan keterlibatan colon atau perianal, dipercaya lebih efektif

dalam kombinasi dengan ciprofloxacin.

- Topikal metronidazole diindikasikan untuk pengobatan rosacea, dan dalam

pengobatan malodorous fungating wounds.

G. Efek Merugikan

Ada sekidikt reaksi merugikan yang berhubungan dengan metronidazole termasuk di

dalamnya neutropenia yang reversible, rasa logam, urin bewarna merah atau coklat,

kemerahan pada kulit, rasa terbakar pada ureta atau vagina, gynecomastia, rasa mual, dan

muntah. Jarang terjadi reaksi merugikan yang besar termasuk di dalamnya pancreatitis,
pseudomembranous colitis, peripheral neuropathy, reaksi disulifran bila dikombinasikan

dengan ethanol dan tosisitas CNS berisikan seizures, encephalopaty, disfungsi cerebellar,

paresthesias, kekacauan mental, dan depresi. Reaksi neuralgic ini secara general hanya

terjadi pada penggunaan dosis yang tinggi.

Karena metronidazole mempengaruhi DNA sintesis, sejumlah penelitian

dialamatkan pada potensialnya yang dapat menyebabkan cacat lahir. Hal ini digunakan pada

kehamilan yang tidak tampak untuk diasosiasikan dengan kelainan kogenital, pada kelahiran

dengan berat rendah, dan obat yang mengandung FDA klasifikasi B kehamilan. Juga tidak

meningkatkan kanker pada wanita yang mengonsumsi metronodazole selama masa

kehamilan, membuat obat ini menjadi obat yang tidak karsinogenik.

H. Kegunaan Obat dalam Kedokteran Gigi

Metronidazole sangat efektif untuk melawan patogen gram negatif anaerob yang

bertanggung jawab atas infeksi orofacial dan periodontitis kronis. Kombinasinya dengan

antibiotik -lactam untuk infeksi oral dapat diindikasikan bagi infeksi orofacial akut yang

serius dan dalam pengelolaan dari progresif priodentitis dengan cepat.

Metronidazole merupakan antibiotik yang bergantung pad konsentrasi bukan pada

waktu, faktanya hal ini tidak direfleksikan pada bungkus obat yang memuat aturan dosis obat

ini. Penggunaan metronodazole secara sembarangan untuk periodentitis kronik pada orang

dewasa merupakan penyalahgunaan terhadap obat ini dan dapat berkontribusi untuk

meningkatkan resistensi terhadap metronidazole pada parasit, helicobacter pylori,dan

mikroorganisme lain.

Tetracycline
Tetrasiklin pertama kali ditemukan oleh Lloyd Conover. Tetrasiklin

merupakan kelompok antibiotic yang memiliki spectrum luas, bersifat bacteriostatic,

dan baik digunakan untuk menyembuhkan berbagai macam infeksi

A. Klasifikasi

1) Berdasarkan sumbernya:

Alami

o Tetracycline, diperoleh dari dehalogenasi katalik chlortetracycline

o Chlortetracycline, diisolasi dari Streptomyces aureofaciens

o Oxytetracycline, berasal dari Streptomyces rimosus

o Demeclocycline, diperoleh dengan demetilasi chlortetracycline

Semi-sintetik

o Doxycycline

o Lymecycline

o Meclocycline

o Methacycline

o Minocycline

o Rolitetracycline

2) Berdasarkan durasi kerjanya:


Pendek (Half-life 6-8 jam)

o Tetracycline

o Chlortetracycline

o Oxytetracycline

Menengah (Half-life ~12 jam)

o Demeclocycline

o Methacycline

Panjang (Half-life 16 jam atau lebih)

o Doxycycline

o Minocycline

o Tigecycline

B. Farmakokinetik (Absorption, Fate, and Excretion)

Tetracycline, cukup namun secara variabel diabsorpsi dari traktus gastointestinal

dengan perbedaan signifikan dalam bioavailabilitas: chlortetracycline 30%, demeclocycline,

tetracycline dan oxy tetraxycline 60-80%, dan munocycline atau doxycycline 95-100%.

Produk harian berupa Ca++, Mg++ dan alumunium compound, serta Na + bikarbonat secara

signifikan menghalangi absorpsi tetracycline dengan chelation atau mengubah pH gastric.

Serum protein bindingnya berksar antara 20-40% untuk oxytetracycline hingga 80-95%

doxycycline dan persentase ekskresi yang tidak berubah dalam urine berkisar dari 70% untuk

oxytetracycline hingga 30-42% untuk doxycycline dan 12-16% untuk minocycline. Dengan
kerusakan ginjal, hanya doxycycline dan minocycline yang tidak dapat meningkatkan hal-

lives dan kemudian dapat diatur kembali. Tetracycline lain dapat diakumulasikan dalam

kondisi renal yang rusak, menghasilkan level darah yang tinggi, dan kemungkinan nekrosis

lever hingga kematian.

Tetracycline bermetabolisme di liver dalam derajat yang bermacam-macam

tergntung masing-masing obat dan sangat terkonsentrasi pada empedu di tingkat 3-5 kali

lebih tinggi dari serum. Tetracycline baru-baru ini lebih larut dalam lipid dengan distribusi

jaringan lebih baik daripada tetracycline sebelumnya. Sirkulasi enterohepatic dan absorpsi

yang tidak lengkap dapat mengarah kepada konsentrasi obat yang tinggi pada feces, terutama

pada agen yang lebih tua. Doxycycline dapat ditemukan pada feces dalam bentuk tidak aktif,

dan belum diketahui apakah produk metabolik ini mampu menimbulkan ekspresi gen

resisten atau mentrnsfer seperti parent compund. Serum hal-lives dari bermacam-macam

agen antara lain oxytetracycline, tetracycline dan democlocycline, 12-16 jam; methacycline,

14-16 jam; minocycline, 11-18 jam; dan doxycycline 15-25 jam. Puncak konsentrasi serum 3

hingga 5 g/ml dicapai dalam waktu 2 jam setelah dosis terapeutik biasa.

C. Mekanisme Kerja

Tetracycline merupakan antibiotic berspektrum luas yang menghambat sintesis

protein. Agen ini bersifat bakteriostatik terhadap berbagai bakteri gram positif dan negative,

termasuk anaerob, chlamidia, mikoplasma, dan bentuk L, serta aktif pula terhadap beberapa

protozoa, misalnya amoeba. Tetracycline menghambat sintesis bakteri dengan mencegah

asosiasi dari aminoacyl-tRNA dengan ribosom bakteri. Tetracycline memasuki

mikroorganisme sebagian melalui difusi pasif dan sebagian melalui transport aktif yang

tergantung pada energi. Obat tersebut harus mentransversikan membran luar microbial gram

negatif via OmpF dan OmpC porin channels atau melewati dinding sel gram positif dalam
bentuk hidrofobik elektronegatifnya dan menempel pada single high affinity binding site

pada subunit ribosomal 30s dan protein 7 pada 16s rRNA base. Begitu berada di dalam sel,

tetracycline berikatan dengan subunit 30S dari ribosom bakteri dan menghalangi ikatan

tRNA-aminoacyl ke situs aseptor pada kompleks ribosom mRNA. Hal ini menghambat

penambahan asam amino ke peptide yang sedang terbentuk, sehingga bakteri tidak dapat

berkembang biak.

D. Interaksi Obat

Tetracycline dapat mempengaruhi kerja penicillin, antikoagulan, dan sefalosporin;

memperpanjang kerja antikoagulan, sehingga proses pembekuan akan tertunda; serta dapat

menurunkan kebutuhan insulin dan mengubah lithium dalam darah. Na + mengubah pH

lambung dan menurunkan absorpsi tetracycline. Sedangkan Korbamazepin dan fenitoin

dapat menurunkan efektivitas tetracycline secara oral.

E. Efek Merugikan

Tetracycline memiliki daftar panjang untuk reaksi obat yang berlawanan atau

merugikan. Tetracycline dapat menimbulkan fotosensitifitas, diabetes insipidus nefrogenik

(demeclocycline), dyscrasias darah, disfungsi liver (dosis tinggi dan terutama saat

kehamilan), pseudotumor cerebri dan fontanel yang menonjol (dewasa dan bayi, berturut-

turut), Candida albicans overgrowth, kesulitan pada gastrointestinal (mual, muntah, diare,

pankreatitis), dan bermacam-macam manifestasi alergi, termasuk urtukaria, serum sickness,

angioneurotic edema, dan anafilaksis.


Minocycline dalam dosis konvensional berasosiasi dengan kulit, kuku, dan

pigmentasi rambut dan suatu sindrom lupus sistemik erythematosus-like, biasanya pada

orang dewasa yang menggunakan obat ini untuk jerawat. Sindrom ini umumnya besifat

reversible namun memelukan teraoi kortikosteroid dan resiko absolut yang rendah

(52,8/100.000 pengguna).

Minocycline adalah satu-satunya tetracycline yang menyebabkan keracunan

vestibular (ataksia, kehilangan keseimbangan), kemungkinan karena konsentrasinya yang

tinggi dalam sel yang kaya akan lipid di dalam telinga. Tetracycline secara umum adalah satu

dari beberapa kelompok obat yang beracun apabila dikonsumsi saat tanggal kadaluarsanya

sudah lewat, dapat menyebabkan sindrom Fanconi-like (azotemia, kerusakan ginjal).

Interstitial nefritis akut yang ditimbulkan oleh tetracycline dapat menyebabkan gagal ginjal

akut. Hepatotoksisitas cukup jarang terjadi kecuali pada penggunaan dosis tinggi dan paling

sering terjadi saat kehamilan, mengarah pada kontraindikasi absolut pada obat saat

kehamilan.

Sifat chelation dari tetracycline bertanggung jawab terhadap deposisinya dalam

kalsifikasi gigi, tulang, dan kartilago. Dan obat ini telah digunakan sebagai staining

(penanda) utama untuk menentukan pertumbuhan tulang. Staining tetracycline tidak

permanen pada jarinya yang mengalami remodelling (tulang, kartilago) namun permanen

pada jaringan yang tidak mengalami remodelling (gigi). Kemudian tetracycline tidak boleh

digunakan oleh anak-anak berusia di bawah 8 tahun kecuali jika antibiotik lain tidak efektif

atau merupakan kontraindikasi. Tetracycline yang biasanya digunakan untuk menandai

pertumbuhan gigi adalah tetracycline dan demeclocycline dengan oxytetracycline,

chlortetraycline dan doxycycline, namun besarnya staining tergantung lebih kepada dosis

dan durasi daripada obat itu sendiri. Deposisi tetracycline pada tulang dan gigi mengurangi

aktivitas mikrobialnya. Akibat efek merusak staining pada gigi, tetracycline diklasifikasikan
oleh FDA sebagai obat kehamilan D. Tetracycline tidak seharusnya digunakan saat

kehamilan karena staining pada gigi dan potensial hepatotoksisitas.

F. Indikasi dan Kontraindikasi

Tetracycline dapat digunakan dalam pengobatan infeksi tractus respiratorius, sinus,

telinga tengah, tractus urinarius, usus, dan juga gonorrhoea, terutama pada pasien yang alergi

terhadap -lactams dan macrolides. Penggunaannya yang paling sering saat ini adalah untuk

pengobatan jerawat yang cukup berat dan rosacea (tetracycline, oxytetracycline, doxycycline

or minocycline).

Doxycycline juga digunakan sebagai pengobatan profilaktik untuk infeksi yang

disebabkan oleh Bacillus anthracis (anthrax) dan efektif melawan Yersinia pestis, agen

infeksi dari bubonic plague. Ia juga digunakan untuk pengobatan penyakit malaria dan

profilaksis, sama seperti pengobatan elephantiasis.

Tetracycline tetap merupakan pilihan untuk mengobati infeksi yang disebabkan oleh

chlamydia (trachoma, psittacosis, salpingitis, urethritis dan infeksi L. Venereum), Rickettsia

(typhus, Rocky Mountain spotted fever), brucellosis, dan infeksi spirochaetal (borreliosis,

syphilis, dan Lyme disease). Juga untuk pengobatan infeksi-infeksi yang disebabkan oleh

Staphylococcus dan Streptococcus pada penderita yang peka terhadap penisilin, disentri

amuba, gonorrhea dan sifilis. Selain itu, dapat juga digunakan untuk mengobati anthrax,

plague, tularemia, dan penyakit Legionnaires.

Tetracycline dikontraindikasikan untuk anak-anak hingga umur 8 tahun, pada kasus

alergi, selama kehamilan, selama menyusui, dan yang terdapat sensitivitas sulfit.

G. Penggunaan Terapeutik di Kedokteran Gigi


Penggunaan tetracycline dalam manajemen infeksi orofacial akut dianggap kurang

tepat karena aktivitas bakteriostatiknya dan resistensi mikrobial yang ekstensif. Tetapi

dengan adanya oral microbial pathogens yang bertambah resisten terhadap lactam,

macrolides, dan clindamycin, maka hal ini perlu dipertimbangkan kembali. Tetracycline

sistemik dalam manajemen periodontitis dewasa kronik harus dievaluasi secara hati-hati

untuk perbandingan resiko dan keuntungannya berdasarkan efikasinya yang terbatas (efikasi

klinis yang dapat dipertanyakan dan data terbatas pada efikasi jangka panjang) den

kecenderungannya untuk menimbulkan ekspresi gen resistensi microbial, stimulasi

mekanisme drug efflux, dan asosiasi yang umum dengan banyak gen resisten kepada

antibiotik lain dalam elemen transposable.

Tetracycline efektif dalam manajemen Localized Juvenile Periodontitis (LJP) dan

organisme asosiasinya, Actinobacillus actinomycetemcomitans. Tetracycline juga dapat

menghambat peradangan aktivitas matriks metalloproteinase. Tetracycline juga dapat

digunakan secara subgingival.

D. Gol. Quinolon

Kuinolon

Asam Nalidiksat adalah prototip antibiotika golongan Kuinolon lama yang

dipasarkan sekitar tahun 1960. Walaupun obat ini mempunyai daya antibakteri yang baik

terhadap kuman gram negatif, tetapi eliminasinya melalui urin berlangsung terlalu cepat

sehingga sulit dicapai kadar pengobatan dalam darah. Karena itu penggunaan obat Kuinolon

lama ini terbatas sebagai antiseptik saluran kemih saja.


Pada awal tahun 1980, diperkenalkan golongan Kuinolon baru dengan atom Fluor

pada cincin Kuinolon ( karena itu dinamakan juga Fluorokuinolon). Perubahan struktur ini

secara dramatis meningkatkan daya bakterinya, memperlebar spektrum antibakteri,

memperbaiki penyerapannya di saluran cerna, serta memperpanjang masa kerja obat.

Golongan Kuinolon ini digunakan untuk infeksi sistemik. Yang termasuk golongan ini antara

lain adalah Spirofloksasin, Ofloksasin, Moksifloksasin, Levofloksasin, Pefloksasin,

Norfloksasin, Sparfloksasin, Lornefloksasin, Flerofloksasin dan Gatifloksasin.

A. Mekanisme Kerja Kuinolon

Pada saat perkembang biakkan kuman ada yang namanya replikasi dan transkripsi

dimana terjadi pemisahan double helix dari DNA kuman menjadi 2 utas DNA. Pemisahan ini

akan selalu menyebabkan puntiran berlebihan pada double helix DNA sebelum titik pisah.

Hambatan mekanik ini dapat diatasi kuman dengan bantuan enzim DNA girase.

Peranan antibiotika golongan Kuinolon menghambat kerja enzim DNA girase pada kuman

dan bersifat bakterisidal, sehingga kuman mati.

B. Efek Samping dan Interaksi Obat

Golongan antibiotika Kuinolon umumnya dapat ditoleransi dengan baik. Efek

sampingnya yang terpenting ialah pada saluran cerna dan susunan saraf pusat. Manifestasi

pada saluran cerna,terutama berupa mual dan hilang nafsu makan, merupakan efek samping

yang paling sering dijumpai. Efek samping pada susunan syaraf pusat umumnya bersifat

ringan berupa sakit kepala, vertigo, dan insomnia. Efek samping yang lebih berat dari

Kuinolon seperti psikotik, halusinasi, depresi dan kejang jarang terjadi. Penderita berusia

lanjut, khususnya dengan arteriosklerosis atau epilepsi, lebih cenderung mengalami efek

samping ini. Enoksasin menghambat metabolisme Teofilin dan dapat menyebabkan


peningkatan kadar Teofilin. Siprofloksasin dan beberapa Kuinolon lainnya juga

memperlihatkan efek ini walaupun tidak begitu dramatis.

C. Penggunaan Klinik

a. Infeksi saluran kemih : Seperti Prostatitis, Uretritis, Servisitis dan Pielonfritis.

b. Infeksi saluran cerna : Seperti demam Tifoid dan Paratifoid

c. Infeksi saluran nafas bawah : Seperti Bronkitis, Pneumonia, Sinusitis

d. Penyakit yang ditularkan melalui hubungan kelamin : Gonore

e. Infeksi jaringan lunak dan tulang : Seperti Osteomielitis. Untuk infeksi pasca bedah

oleh kuman enterokokus Ps. aeroginosa atau stafilokokus yang resisten terhadap

Beta Laktam atau Aminoglikosid

D. Sediaan di Pasaran

a. Spirofloksasin : Antibiotika Kuinolon ini tersedia dalam bentuk tablet dengan

kandungan Spirofloksasin 250 mg, 500 mg, 750 mg bahkan ada yang 1.000 mg. Juga

tersedia dalam bentuk infus dengan kandungan Spirofloksasin 200 mg/100 ml.

b. Ofloksasin : Antibiotika Kuinolon ini tersedia dalam bentuk tablet dengan

kandungan Ofloksasin 200 mg dan 500 mg. Juga tersedia dalam bentuk infus dengan

kandungan Ofloksasin 200 mg/100 ml.

c. Moksifloksasin : Antibiotika Kuinolon ini tersedia dalam bentuk tablet dengan

Moksifloksasin kandungan 400 mg. Juga tersedia dalam bentuk infus dengan

kandungan Moksifloksasin 400 mg/250 ml.

d. Levofloksasin : Antibiotika Kuinolon ini tersedia dalam bentuk tablet dengan

kandungan Levofloksasin 250 mg dan 500 mg. Juga tersedia dalam bentuk infus

dengan kandungan Levofloksasin 500 mg/100 ml.


e. Pefloksasin : Antibiotika Kuinolon ini tersedia dalam bentuk tablet dengan

kandungan Pefloksasin 400 mg. Juga tersedia dalam bentuk infus dengan kandungan

Pefloksasin 400 mg/125 ml dan ampul dengan kandungan Pefloksasin 400 mg/5 ml.

f. Norfloksasin : Antibiotika Kuinolon ini tersedia dalam bentuk tablet dengan

kandungan 400 mg.

g. Sparfloksasin : Antibiotika Kuinolon ini tersedia dalam bentuk tablet dengan

kandungan 200 mg.

h. Lornefloksasin : Antibiotika Kuinolon ini tersedia dalam bentuk tablet dengan

kandungan 400 mg.

i. Flerofloksasin : Antibiotika Kuinolon ini tersedia dalam bentuk tablet dengan

kandungan 400 mg. Juga tersedia dalam bentuk infus dengan kandungan 400

mg/100 ml.

j. Gatifloksasin : Antibiotika Kuinolon ini tersedia dalam bentuk tablet dengan

kandungan 400 mg. Juga tersedia dalam bentuk vial untuk ijeksi dengan kandungan

400 mg/40 ml.

Daftar Pustaka

1) Bagian Farmakologi Fakultas Kedokteran Indonesia. 1995. Buku Farmakologi dan

Terapan edisi 4. Jakarta : Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia


2) Bagian Farmasi FKUI. 2001. Farmakologi dan Terapi edisi 4. Jakarta : Fakultas

Kedokteran Universitas Indonesia.


3) Goodman and Gillman. 2005. Basic Principles Pharmacology.
4) Katzung, Bertram G. 2004. Basic and Clinical Pharmacology 9th.
5) Yagiela. 2004. Pharmacology and Therapeutic for Dentistry 5th. Lippincot.
6) http://www.farmako.uns.ac.id
7) http://www.medicastore.com
8) http://www.dechacare.com
9) http://en.wikipedia.org

MAKALAH

Antibiotik

Dibuat untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Farmakologi

Disusun oleh

Afina Nuradisti (160110070027)

Cut Thysa (160110070029)

Mutiara Subono (160110070031)


Rima Tea Kirana (160110070032)

Budiono (160110070044)

M. Seiz K.N (160110070043)

Chaira Musytaka (160110070050)

FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI

UNIVERSITAS PADJADJARAN

JATINANGOR

2009

Anda mungkin juga menyukai