PENISILIN
Disusun oleh:
Farhan Aldi P. NIM: 2017430033 Tahun Angkatan: 2017
Fahmi Yusuf A. NIM: 2017430034 Tahun Angkatan: 2017
Firdaus Aditama NIM: 2017430035 Tahun Angkatan: 2017
Penisilin dapat menjadi non aktif apabila terkena pengaruh panas, sistein,
NaOH, penicilinase (enzim yang terdapat dalam banyak bakteri yang dapat
merusak Penisilin) dan asam hidroklorat, seperti yang terdapat dalam lambung.
Zat lain yang dapat merusak Penisilin antara lain adalah logam-logam berat
seperti Cu, Ag, Fe, dan Zn.
Sebagai strain penghasil antibiotika salah satunya adalah Penicillium
chrysogenum ada beberapa alasan penelitian ini menggunakan antimikroba ini,
antara lain adalah
1. Mikroorganisme ini menghasilkan antibiotik Penisilin dengan cara proses
fermentasi.
2. Mikroorganisme ini mempunyai spektrum yang sangat luas terhadap bakteri
gram positif dan gram negatif serta beberapa jamur dengan daya toksisitas
yang rendah.
3. Antibiotik Penisilin dikenal sebagai antibiotik β-laktam merupakan inhibitor
spesifik terhadap sintesis dinding sel bakteri.
4. Situs aksi antibiotika ini adalah transpeptidase dan D-alanin
karboksipeptidase, yang mengkatalis polimerisasi rantai peptidoglikan.
Meskipun efek yang tidak diinginkan timbul dan kadar obat dalam darah
tidak di monitor, penisili termasuk obat yang paling lama, berikut efek samping
dari penisilin,yaitu :
1. Hipersensitifitas
Merupakan efek samping penisilin yang paling penting.
Determinan antigenic utama dari hipersensifitas penisilin adalah
metaboliknya yaitu asam penisiloat yang bereaksi dengan protein
dan bertindak sebagai hapten yang dapat menyebabkan reaksi
imun. Sekitar 5% pasien mengalami hal ini, berkisar dari kulit
kemerahan berupa makulopapular sampai dengan angioedema
(ditandai dengan bengkak di bibir, lidah, area periorbital) serta
anafilatik. Reaksi alergi silang terjadi diantara sesame antibiotika
β-laktam. Meskipun kuliat kemerahan terjadi pada semua penisilin,
kulit kemerahan berupa makulopapular paling sering timbul
dengan ampisiln. Insiden makulopapular mencapai 100% terutama
pada pasien mononucleosis yang diobati dengan ampisilin.
2. Diare
Efek ini disebabkan oleh ketidak seimbangan mikro-
organisme intestinal normal, dan sering terjadi. Hal ini muncul
lebih sering terutama pada obat-obat yang diabsorbsi secara tidak
lengkap dan mempunyai spectrum antibakteri luas.
3. Nefritis
Semua penisilin terutama metisilin mempunyai
kecenderungan menyebabkan nefritis interstisial akut.
4. Neurotoksisitas
Penisilin bersifat iritatif terhadap jaringan neuronal dan
dapat menyebabkan kejang bila diberikan intratekal atau kadarnya
dalam darah sangat tinggi. Penderita epilepsy beresiko terhadap
timbulnya efek ini.
5. Gangguan fungsi pembekuan darah
Efek samping ini, melibatkan penurunan aglutinasi,
dilaporkan terjadi akibat penggunaan penisilin antipseudomonas
(karbenisilin dan tikarsilin) serta juga penisilin G. hal ini umumnya
menjadi perhatian bila mengobati pasien dengan predisposisi
pendarahan atau pasien yang mendapat antikoagulan.
6. Toksisitas kation
Penisilin umumnya diberikan dalam bentuk garam natrium
atau kalium. Toksisitas mungkin disebabkan oleh jumlah natrium
atau kalium yang besar dan bergabung dengan penisilin. Kelebihan
natrium mungkin menyebabkan hipokalenia. Hal ini dapat
dihindari dengan menggunakan antibiotika paling potensial yang
menimbulkan penggunaan obat dengan dosis rendah sehingga
dapat bergabung dengan kation.
e. Sterilisasi
Kontaminasi dapat dihindarkan dengan cara sterilisasi sistem
perpipaan, fermentol, dan peralatan lain yang kontak langsung dengan
Penisilin. Uap panas umumnya digunakn untuk sterilisasi media fermentasi
dan peralatan tersebut. Zat anti busa dan udara untuk aerasi juga hasus
disterilkan terlebih dahulu sebelum diumpankan kedalam media fermentasi
(Maya, 2002).
DAFTAR PUSTAKA