Anda di halaman 1dari 21

I.

JUDUL PERCOBAAN
PEMBUATAN ACETANILIDE
II. PRINSIP PERCOBAAN
Asetilasi adalah proses penggantian atom H pada pada NH2 dengan gugus asetil
yang berasal dari senyawa anhidrida asam asetat.
III. MAKSUD DAN TUJUAN
o Untuk mengetahui cara pembuatan Acetanilide dari anhidrida asam dan anilin
o Untuk mengetahui cara kristalisasi dan herkristalisasi
o Untuk mengetahui sifat fisika dan kimia dari Acetanilide
IV. REAKSI

C6H5NH2 + (CH3CO)2O → C6H5NHCOCH3 + 2 CH3COOH

V. TEORI

Asetanilida merupakan senyawa turunan asetil amina aromatis yang digolongkan


sebagai amida primer, dimana satu atom hidrogen pada anilin digantikan dengan satu gugus
asetil. Asetanilida dapat diperoleh dari asetilasi anilin. Amina aromatis primer dapat
bereaksi dengan anhidrida asetat membentuk larutan monoasetil. Bila pemanasan selama
reaksi diperpanjang dan kelebihan anhidrida asetat, maka akan menghasilkan bentuk /
turunan diasetil. Umumnya bentuk diasetil tidak stabil dalam air dan mengalami hidrolisis
menjadi bentuk monoasetil.

Asetanilida dapat dibuat dari anilin dan anhidrida asetat. Mekanisme reaksinya
menyangkut serangan nukleofil oleh anilin pada karbon karbonil dari suatu turunan asam.
Anilin adalah benzena tersubstitusi yang bereaksi lebih mudah daripada benzenanya
sendiri. Jadi anilin bereaksi substitusi elektrofilik lebih cepat daripada benzena. Hal ini
disebabkan karena aniline mempunyai gugus NH2 yang merupakan gugus aktivasi. Adanya
gugus ini menyebabkan cincin lebih terbuka terhadap subsitusi lebih lanjut. Sedangkan
reaksi dengan nukleofil terhadap anhidrida lebih reaktif.
1. Bahan Baku Utama
a. Aniline (C6H5NH2)
Aniline merupakan senyawa turunan benzene yang dihasilkan dari reduksi
nitrobenzene berupa cairan jernih dengan rumus molekul C6H5NH2 , berat molekul
93,12 g/mol, titik didih normal : 184,40C. Sifat kimia dari anilin yaitu Halogenasi
senyawa anilin dengan brom dalam larutan sangat encer akan menghasilkan
endapan 2, 4, 6 tribromo anilin. Anilin memiliki rumus molekul C6H5NH2dengan
rumus bangun:

Proses pembuatan anilin dapat dilakukan melalui berbagai macam proses antara
lain:
1. Aminasi Chlorobenzen
Pada proses aminasi chlorobenzen menggunakan zat pereaksi amoniak
cair, dalam fasa cair dengan katalis Tembaga Oxide dipanaskan akan
menghasilkan 85 - 90 % anilin. Sedangkan katalis yang aktif untuk reaksi ini
adalah Tembaga Khlorid yang terbentuk dari hasil reaksi samping ammonium
khlorid dengan Tembaga Oxide. Mula - mula amoniak cair dimasukkan ke
dalam mixer dan pada saat bersamaan chlorobenzen dimasukkan pula, tekanan
di dalam mixer adalah 200 atm. Dari mixer campuran chlorobenzen dengan
amoniak dilewatkan ke preheater kemudian masuk ke reaktor dengan suhu
reaksi 235°C dan tekanan 200 atm. Pada reaksi ini ammonia cair yang
digunakan adalah berlebihan. Dengan menggunakan katalis tertentu, reaksi
yang terjadi adalah sebagai berikut :

C6H5Cl + 2 NH3 C6H5NH2+ NH4Cl


Pada proses aminasi chlorobenzen, hasil yang diperoleh berupa nitro anilin
dengan yield yang dihasilkan adalah 96%.
2. Reduksi Nitrobenzen
Aniline dapat dibuat dengan cara mereduksi Nitrobenzene dengan
campuran Fe dan HCl, menurut reaksi sebagai berikut :
Sifat Fisika Anilin :
1) Berat molekul 93,128 g/mol
2) Temperatur kritis 699 K
3) Tekanan kritis 53,09 bar
4) Volume kritis 270 cm3 /mol
5) Titik lebur 267,13 K
6) Titik didih 457,6 K
7) Panas penguapan 41,84 kJ/mol
8) Specific gravity 60 F 1,023553
9) Berupa zat cair seperti minyak
10) Sukar larut dalam air
11) Indeks bias 1.58

Sifat Kimia Anilin


1) Larut pada pelarut organik dengan baik, larut pada air dengan tingkat kelarutan
3,5 % pada 25 oC
2) Anilin adalah basa lemah (Kb = 3,8 x 10^ -10)
3) Halogenasi senyawa anilin dengan brom dalam larutan sangat encer
menghasilkan endapan 2, 4, 6 tribromo anilin.
4) Pemanasan anilin hipoklorid dengan senyawa anilin sedikit berlebih pada
tekanan sampai 6 atm menghasilkan senyawa diphenilamine.
5) Hidrogenasi katalitik pada fase cair pada suhu 135 – 1700C dan tekanan 50 –
500 atm menghasilkan 80% cyclohexamine (C6H11NH2). Sedangkan
hidrogenasi anilin pada fase uap dengan menggunakan katalis nikel
menghasilkan 95% cyclohexamine.
6) Nitrasi anilin dengan asam nitrat pada sushu -200C menghasilkan
mononitroanilin, dan nitrasi anilin dengan nitrogen oksida cair pada suhu 0 0 C
menghasilkan 2, 4 dinitrophenol.
Kegunaan Anilin
1) Bahan bakar roket
2) Pembuatan zat warna diazo
3) Obat-obatan
4) Bahan peledak
5) Sebagai bahan plastic
6) Sebagai bahan pembuat cat

b. Anhidrida asam asetat


Anhidrida asam asetat, adalah salah satu anhidrida asam paling sederhana.
Rumus kimianya adalah (CH3CO)2O. Anhidrida asetat merupakan senyawa yang
tidak berwarna, berbentuk cair. Massa jenisnya 1,081 gram/mL; titik lebur -73ºC ;
titik didih 140 ºC; berat molekul 102,09 gram/mol. Bila dilarutkan dalam air akan
langsung bereaksi membentuk asam asetat, dan sangat larut dalam alkohol dan eter.
Merupakan asam yang kuat, sehingga uapnya menyebabkan iritasi pada mata
apabila terhirup akan menyebabkan iritasi pada saluran pernafasan. Mudah terbakar
pada Flash pt. –54ºC . Senyawa ini tidak berwarna dan berbau cuka karena
reaksinya dengan kelembapan di udara membentuk asam asetat. Anhidrida asetat
dihasilkan melalui reaksi kondensasi asam asetat.Selain itu, anhidrida asetat juga
dihasilkan melalui reaksi asetil klorida dengan natrium asetat.
Anhidrida asetat dihasilkan melalui reaksi kondensasi asam asetat, sesuai
persamaan reaksi :

25% asam asetat dunia digunakan untuk proses ini. Selain itu, anhidrida asetat juga
dihasilkan melalui reaksi asetil klorida dengan natrium asetat.
Sifat Fisik Anhidrida Asam Asetat
1) Cairan tidak berwarna (bening)
2) Mudah menguap
3) Berat jenis : 1,08 gr/mL
4) Memiliki titik didih : 139,60 C
5) Memiliki titik leleh : -730 C
6) Memiliki bau yang khas
Sifat Kimia Anhidrida Asam Asetat
1) Mudah larut dalam air
2) Hidrolisis anhidrida asam asetat menghasilkan asam karboksilat
(CH3CO)2O + H2O → CH3COOH + CH3COOH
3) Bereaksi dengan alcohol dan fenol membentuk ester
(CH3CO) 2O + CH3OH → (CH3)2CO + CH3COOH
(CH3CO) 2O + OH → C6H5COOCH3 + CH3COOH
Kegunaan Anhidrida Asam Asetat
1) Sebagai pelarut
2) Untuk membuat selulose asetat
3) Untuk membuat berbagai macam ester dan zat warna
4) Digunakan sebagai zat pengasetilasi

2. Bahan Tambahan
1) Benzene (sebagai katalis)
Benzena merupakan senyawa aromatis yang paling sederhana. Rumus
umum benzene adalah C6H6.
Sifat Fisik Benzena
1) Zat cair tidak berwarna
2) Memiliki bau yang khas
3) Mudah menguap
4) Tidak larut dalam pelarut polar seperti air air, tetapi larut dalam pelarut
organikseperti eter dan tetraklorometana
5) Titik Leleh : 5,5 derajat Celsius
6) Titik didih : 80,1derajat Celsius
7) Densitas : 0,837

Sifat Kimia Benzena


1) Bersifat kasinogenik (racun)
2) Merupakan senyawa nonpolar
3) Tidak begitu reaktif, tapi mudah terbakar dengan menghasilkan banyak jelaga
4) Lebih mudah mengalami reaksi substitusi dari pada adisi. (untuk mengetahui
beberapa reaksi subtitusi pada benzene)
5) Sukar Mengalami Adisi
Benzena bila direaksikan dengan gas hidrogen akan mengalami reaksi adisi
tetapi reaksi akan berjalan lambat walaupun dilakukan pada suhu tinggi dan
katalis Ni.

6) Mudah Tersubtitusi

a) Halogenasi : C6H6 + Cl2 C6H5C l + HCl

b) Akilasi dengan katalis FeCl3 : C6H6 + R-Cl C6H5R + HCl

c) Nitrasi : C6H6 + HNO3 H2SO4 C6H5NO2 + H2O

d) Asilasi: C6H6 + CH3 C Cl AlCl3 C6H5COCH3 + HCl


O 800 C

Kegunaan Benzena
1) Benzena digunakan sebagai pelarut.
2) Benzena juga digunakan sebagai prekursor dalam pembuatan obat, plastik,
karet buatan dan pewarna.
3) Benzena digunakan untuk menaikkan angka oktana bensin.
4) Benzena digunakan sebagai pelarut untuk berbagai jenis zat. Selain itu benzena
juga digunakan sebagai bahan dasar membuat stirena (bahan membuat sejenis
karet sintetis) dan nilon–66.

3. Produk
Acetanilide merupakan senyawa turunan asetil amina aromatis yang
digolongkan sebagai amida primer, dimana satu atom hidrogen pada anilin digantikan
dengan satu gugus asetil. Asetinilida berbentuk butiran berwarna putih tidak larut
dalam minyak parafin dan larut dalam air dengan bantuan kloral anhidrat.
Acetanilide atau sering disebut phenilasetamida mempunyai rumus molekul
C6H5NHCOCH3 dan berat molekul 135,16. Acetalnilide didapat dari reaksi antara
aniline dengan anhidrida asam asetat kemudian dikristalisasi lalu diherkristalisasi.
Acetalnilide merupakan senyawa yang mempunyai rumus molekul C6H9NO yang
digunakan pada pembuatan zat celup.
Acetalnilide mempuyai rumus bangun :

Sifat Fisik Acetanilide


1) Rumus molekul : C6H5NHCOCH3
2) Berat molekul : 135,16 g/gmol
3) Titik didih normal : 3050C
4) Titik leleh : 114,160C
5) Berat jenis : 1,21 gr/ml
6) Suhu kritis : 843,50C
7) Titik beku : 1140C
8) Wujud : padat
9) Warna : putih
10) Bentuk : butiran / Kristal
Sifat Kimia Acetanilide
1) Larut dalam pelarut organic
2) Mudah menguap
3) Pirolysis dari asetanilida menghasilkan N-diphenil urea, anilin, benzena dan
hydrocyanic acid.
4) Asetanilida merupakan bahan ringan yang stabil dibawah kondisi biasa, hydrolisa
dengan alkali cair atau dengan larutan asam mineral cair dalam kedaan panas akan
kembali ke bentuk semula.
5) Adisi sodium dalam larutan panas Asetanilida didalam xilena menghasilkan N-
Sodium derivative.
C6H5NHCOCH3 + HOH C6H5NH2 + CH3COOH
6) Bila dipanaskan dengan phospor pentasulfida menghasilka Thio Asetanilida
(C6H5NHC5CH3 ).
7) Bila di treatmen dengan HCl, Asetanilida dalam larutan asam asetat menghasilkan
2 garam ( 2 C6H5NHCOCH3 ).
8) Dalam larutan yang memgandung pottasium bicarbonat menghasilkan N- bromo
asetanilida.
9) Nitrasi asetanilida dalam larutan asam asetat menghasilkan p-nitro Asetanilida.

Kegunaan Produk Acetalnilide


a. Sebagai bahan baku pembuatan obat – obatan
b. Sebagai zat awal penbuatan penicilium
c. Bahan pembantu dalam industri cat dan karet
d. Bahan intermediet pada sulfon dan asetilklorida
e. Sebagai penstabil peroksida
4. Metode Proses

a. Pembuatan asetanilida dari asam asetat anhidrid dan aniline

Larutan benzen dalam satu bagian anilin dan 1,4 bagian asam asetat anhidrat
direfluks dalam sebuah kolom yang dilengkapi dengan pelindung sampai tidak ada
anilin yang tersisa.
2 C6H5NH2 + ( CH2CO )2O → 2 C6H5NHCOCH3 + H2O
Campuran reaksi disaring, kemudian kristal dipisahkan dari air panasnya dengan
pendinginan, sedangkan filtratnya direcycle kembali. Pemakaian asam
asetatanhidrad dapat diganti dengan asetil klorida.
b. Pembuatan asetanilida dari asam asetat dan anilin
Metode ini merupakan metode awal yang masih digunakan karena lebih ekonomis.
Anilin dan asam asetat berlebih 100 % direaksikan dalam sebuah tangki yang
dilengkapi dengan pengaduk.
C6H5NH2 + CH3COOH → C6H5NHCOCH3 + H2O
Reaksi berlangsung selama 6 jam pada suhu 1500C – 1600C. Produk dalam keadaan
panas dikristalisasi dengan menggunakan kristalizer.
c. Pembuatan asetanilida dari ketone dan anilin
Ketone ( gas ) dicampur kedalam anilin di bawah kondisi yang diperkenankan akan
menghasilkan asetanilida.
C6H5NH2 + H2C=C=O C6H5NHCOCH3
d. Pembuatan asetanilida dari asam thioasetat dan aniline
Asam thioasetat direaksikan dengan anilin dalam keadaan dingin akan
menghasilkan asetanilida dengan membebaskan H 2S.
C6H5NH2 + CH3COSH C6H5NHCOCH3 + H2S

5. Operasi Pemisahan Pada Pembuatan Acetanilide


Pada pembuatan acetanilide operasi pemisahan dilakukan dengan kristalisasi.
Kristalisasi adalah proses pemisahan zat dari campurannya berdasarkan pembentukan
bahan padat (kristal). Kristal adalah bahan padat dengan susunan molekul tersebut.
a. Mekanisme Pembentukkan Kristal
1) Pembentukan Inti
Inti kristal adalah partikel-partikel kecil bahkan sangat kecil yang dapat
terbentuk secara cara memperkecil kristal-kristal yang ada dalam alat kristalisasi
atau dengan menambahkan benih kristal ke dalam larutan lewat jenuh.
2) Pertumbuhan Kristal
Pertumbuhan kristal merupakan gabungan dari dua proses yaitu :
a) Transportasi molekul-molekul atau (ion-ion dari bahan yang akan di
kristalisasikan) dalam larutan kepermukaan kristal dengan cara difusi.
Proses ini berlangsung semakin cepat jika derajat lewat jenuh dalam larutan
semakin besar.
b) Penempatan molekul-molekul atau ion-ion pada kisi kristal. Semakin luas
total permukaan kristal, semakin banyak bahan yang di tempatkan pada kisi
kristal persatuan waktu.

b. Syarat-syarat Kristalisasi
1) Larutan harus jenuh
Larutan yang mengandung jumlah zat berlarut berlebihan pada suhu
tertentu, sehingga kelebihan itu tidak melarut lagi. Jenuh berarti pelarut telah
seimbang zat terlarut atau jika larutan tidak dapat lagi melarutkan zat terlarut,
artinya konsentrasinya telah maksimal kalau larutan jenuh suatu zat padat
didinginkan perlahan-lahan, sebagian zat terlarut akan mengkristal, dalam arti
diperoleh larutan super jenuh atau lewat jenuh.
2) Larutan harus homogeny
Partikel-partikel yang sangat kecil tetap tersebar merata biarpun didiamkan
dalam waktu lama.
3) Adanya perubahan suhu
Penurunan suhu secara dratis atau kenaikan suhu secara dratis tergantung dari
bentuk kristal yang didinginkan.
c. Metode-metode Kristalisasi
1) Pendinginan
Untuk bahan-bahan yang kelarutannya berkurang dratis dengan menurunnya
temperatur, kondisi lewat jenuh dapat dicapai dengan pendinginan larutan
panas yang jenuh.
2) Pemanasan
Untuk bahan-bahan yang kelarutannya berkurang sedikit dengan menurunnya
suhu. Kondisi lewat jenuh dapat dicapai dengan penguapan sebagian pelarut.
3) Pemanasan dan Pendinginan
Metode ini merupakan gabunga dari dua metode diatas. Larutan panas yang
Jenuh dialirkan kedalam sebuah ruangan yang divakumkan. Sebagian pelarut
menguap, panas penguapan diambil dari larutan itu sendiri, sehingga larutan
menjadi dingin dan lewat jenuh. Metode ini disebut kristalisasi vakum.
3) Penambahan bahan (zat) lain
Untuk pemisahan bahan organic dari larutan seringkali ditambahkan suatu
garam. Garam ini larut lebih baik daripada bahan padat yang dinginkan sehinga
terjadi desakan dan membuat baha padat menjadi terkristalisasi.
d. Proses Kristalisasi Pada Pembekuan (Fase Cair-Padat)
1) Dalam keadaan cair atom-atom tidak memiliki susunan teratur dan selalu mudah
bergerak, temperaturnya relative lebih tinggi dan memiliki energi yang cukup
untuk mudah bergerak.
2) Dengan turunnya temperatur maka energi atom aka semakin rendah, makin sulit
bergerak dan mulai mengatur kedudukannya relatif terhadap atom lain, mulai
membentuk inti kristal pada tempat yang relative leih tinggi.
3) Inti akan menjadi pusat kristalisasi, dengan makin turun temperature makin
banyak atom yang ikut bergabung dengan inti yang sudah ada atau membentuk
inti baru.
e. Ukuran Kristal
Ukuran kristal tergantung dari kecepatan pembentukkan inti kristal (partikel kristal
yang amat kecil, yang terbentuk secara spontan akibat dari keadaan larutan yang
lewat jenuh) dan pertumbuhan kristal, artinya tergantung pada kondisi kristalisasi.
f. Herkristalisasi
Herkristalisasi adalah pemurnian suatu zat padat dari campuran/pengotornya
dengan cara mengkristalkan kembali zat tersebut setelah dilarutkan dalam pelarut
yang cocok. Prinsip herkristalisasi adalah perbedaan kelarutan antara zat yang akan
dimurnikan dengan kelarutan zat pencampur/pencemarnya. Larutan yang terjadi
dipisahkan satu sama lain, kemudian larutan zat yang diinginkan dikristalkan
dengan cara menjenuhkannya.
g. Langkah-langkah Kristalisasi
1) Larutan sample zat padat dilarutkan dalam pelarut panas.
2) Bubuhkan sedikit norit.
3) Larutan tersebut dijenuhkan kembali.
4) Saring kembali dengan pemanas air.
5) Didinginkan larutan tersebut hingga es mencair.
6) Saring kristal tersebut.
h. Prinsip Kristalisasi dapat dianalisa melalui sudut pandang yaitu:
1) Kemurnian hasil
Sebagian besar cairan induk yan terkandung terpisah (dipisahkan) dari kristal
dengan cara filtrasi dan sentry fungsi, sedang sisanya dikeluarkan dengan
mencucinya dengan pelarut encer. Efekifitas langkah pemurnian tergantung
pada ukuran dan keseragaman Kristal.
2) Perolehan
Pada kebanyakan proses kristalisasi , kristal dan cairan induk berada pada waktu
yang cukup lama sehingga mencapai keseimbangan, dan cairan induk itu jenuh
pada suhu akhir proses itu. Perolehan dari proses itu dapat dihitung dari
konsentrasi larutan awal dan kelarutan pada suhu akhir. Selama proses itu terjadi
penguapan yang cukp besar, kuantitasnya harus diketahui atau dapat
diperkirakan, oleh karena kuantitas yang terakhir ini tetap berada dalam fase zat
cair selama berlangsungnya kristalisasi.
3) Laju nukleasi
Adalah banyaknya partikel baru yang terbentuk persatuan waktu persatuan
volume magma atau larutan induk bebas zat padat. Nukleasi digolongkan
menjadi 3 kelompok yaitu nukleasi palsu, nukleasi primer, dan nukleasi
sekunder.
4) Laju pertumbuhan
Adalah suatu proses difusi, yang dimofikasi oleh pengaruh permukaan padat
pada tempat pertumbuhan itu berlangsung. Molekul-molekul atau ion-ion zat
terlarut mencapai muka kristal yang tumbuh itu dengan cara difusi melalui fase
zat cair.

6. Kelebihan dan Kekurangan Metode Proses


a. Kelebihan
1) Reaksinya sederhana
2) Proses reaksi berlangsung cepat karena menggunakan katalis yaitu dengan
penambahan benzene.
b. Kekurangan
1) Hasil yang didapat atau bubuk acetalnilide yang didapatkan dari praktikum lebih
sedikit.
2) Biayanya lebih mahal karena menggunakan katalis.
VI. ALAT DAN BAHAN
1. Alat
a. Statif h. Pemanas listrik (Heater)
b. Labu didih i. Klem
c. Thermometer j. Cooler
d. Selang k. Saringan pemanas
e. Corong l. Bunzen
f. Beaker glass m. Erlenmeyer
g. Pengaduk n. Spatel
2. Bahan
a. Aniline ( sebagai bahan baku )
b. Benzene ( sebagai katalis )
c. Anhidra Asam Asetat ( sebagai bahan baku )
d. Es batu

VII. PROSEDUR KERJA

1. 5 gram anilin dicampurkan dengan 20cm3 benzene.


2. Campuran dimasukkan ke dalam labu alas bulat yang memiliki pendingin tegak.
3. Campuran dalam labu alas bulat dipanaskan di atas pemanas listrik sampai mendidih.
4. Larutan anhidrida asam asetat sebanyak 6 gram dimasukkan ke dalam cairan yang
mendidih sedikit demi sedikit melalui dinding pendingin.
5. Reaksi eksoterm, maka akan terlihat mendidih lebih keras.
6. Jika cairan mendidih terlalu keras, sebaiknya pemanasan dikurangi.
7. Campuran dipanaskan kembali selama 30 menit setelah anhidrida asam asetat telah
dibubuhkan semua.
8. Cairan yang masih panas dituangkan ke dalam beaker glass yang berisi es batu.
9. Kristal yang terbentuk diherkristalisasi dengan karbon aktif.
10. Dihitung rendemen teoritis dari hasil yang didapatkan
VIII. RANGKAIAN ALAT

Gambar : Pemanas dan penambahan anhidra asam cuka

Gambar : Penyaringan dan saringan pemanas


IX. DATA PENGAMATAN
1. Aniline
m = 5 gram
ρ = 1,02 gr/ml
m 5 gr
v = = 1,02 gr/ml = 4,90 ml ≈ 5 ml
ρ
m 5 gr
n = Mr = 93 gr/ml = 0,054 mol

2. Anhidrida Asam Asetat


m = 6 gram
ρ = 1,08 gr/ml
m 6 gr
v = = 1,08 gr/ml = 5,55 ml ≈ 6 ml
ρ
m 6 gr
n = Mr = 102 gr/ml = 0,059 mol

3. Benzene
V = 20 cm3 = 20 ml

4. Reaksi Pembentukan Acetanilide


2 C6H5NH2 + (CH3CO)2O → 2 C6H5NHCOCH3 + H2O
Mula-Mula: 0,108 0,059
Reaksi : 0,108 0,054 0,108 0,054

Sisa : 0,005 0,108

Bobot Acetanilide Teoritis = 0,108 x Mr


= 0,018 x 135 gr/ml
= 7,29 gram
Data Praktikum :
Berat cawan + kertas saring + residu = 107,23 gram
Berat cawan + kertas kosong = 100,30 gram
Berat residu (mengandung norit) = 6,93 gram
Berat norit yang masuk = 1,00 gram
Berat residu tanpa norit = 5,93 gram

Bobot Acetanilide Rendemen


Praktek
= x 100 %
Teori
5,93 gr
= x 100 %
7,29 gr

= 81,70 %

X. PEMBAHASAN
Asetilasi didalam praktikum ini merupakan proses substitusi gugus atom H dan
NH2 pada anilin dengan gugus asetil yang berasal dari gugus anhibrida.bahan baku yang
digunakan adalah aniline (sebagai katalis tipe homogen karena fasenya sama-sama cair
yang memberikan reaksi alternatif untuk mendapatkan jalan reaksi dengan energi aktivasi
yang lebih rendah).
Sintesis asetanilida dilakukan dengan mencampurkan 5gr/5ml aniline, 6 gr / 5,55
ml asetat anhidrida, 20 ml benzene kedalam labu alas bulat 500 ml yang dilengkapi
dengan pendingin.
Proses selanjutnya yaitu campuran tersebut direfluks selama 30 menit.proses
refluks memiliki dua fungsi yaitu untuk mempecepat reaksi
karena adanya proses pemanasan, pemanasan akan meningkatkan suhu dalam sistem
sehingga tumbukan antara molekul akan lebih banyak dan cepat yang menyebabkan
reaksi berlangsung cepat. Fungsi yang kedua yaitu untuk menyempurnakan reaksi. Pada
saat pelarut yang digunakan mulai menguap maka konsentrasi larutan dalam labu akan
meningkat.
Setelah proses refluks selesai tuangkan larutan sambil diaduk secara cepat kedalam
beaker glass yang berisi es agar diperoleh kristal asetanilida. Tujuan pendinginan dengan
air ini agar diperoleh padatan kristal asetanilida. Pada proses ini diperoleh kristal
berwarna kekuning-kuningan yang mengindikasikan adanya pengotor didalamnya, yaitu
sisa reaktan ataupun hasil samping reaksi.asetanilida yang telah larut kemudian
ditambahkan karbon aktif. Kemudian larutan dijenuhkan dengan cara dipanaskan diatas
pemanas kaki tiga. Larutan ini dijenuhkan agar memenuhi syarat kristalisasi.lalu setelah
jenuh larutan dipisahkan pada saat penyaringan panas menggunakan corong yang telah
dipanaskan dan dilengkapi kertas saring.
Rekristalisasi dilakukan untuk memurnikan zat yang telah didapatkan dimana
asetanilida yang diperoleh masih mengandung pengotor. Pada proses rekristalisasi
kelarutan pengotor lebih kecil daripada senyawa yang dimurnikan sehinnga pengotor
dapat dipisahkan dengan kertas saring pada penyaring panas. Penyaringan dilakukan
pada kondisi panas agar produk hasil sintestis yang berupa kristal tidak ikut tersaring
karena larut pada suhu tersebut sehingga hanya tersisa pengotor pada kertas saring. Filtrat
yang diperoleh kemudian didinginkan dengan pelan-pelan dan dimasukan kedalam
beaker glass berisi es. Bila selama pendinginan selama 25 menit tidak muncul kristal,
maka gores-goreskan dinding erlenmeyer untuk merangsang terbentuknya kristal.
Kristal yang terlah terbentuk disaring menggunakan corong gelas dilengkapi
kertas saring. Kristal yang diperoleh selanjutnya dikeringkan dengan oven pada suhu
1000C selama 5-10 menit untuk menghilangkan uap air yang masih terkandung dalam
kristal. Kristal asetanilida yang telah kering ditimbang untuk mengetahui beratnya. Hasil
akhir berat kristal asetanilida sebesar 5,93 gram sempel yang diperoleh berupa kristal
berwarna putih salju yang menandakan asetanilida yang diperoleh murni.

XI. KESIMPULAN
1. Acetanilide pada praktikum ini dibuat dari reaksi antara anilin dengan asam asetat
anhidrat dan (benzene sebagai katalis). Produknya berupa kristal yang dimurnikan
dengan kristalisasi.
2. Asetilasi merupakan proses substitusi gugus atom H dari NH2 pada aniline dengan
gugus asetil yang berasal dari gugus anhibrida.
3. Pemurnian kristal asetanilid dilakukan dengan proses herkristalisasi dan
menggunakan karbon aktif atau norit sebagai pengikat kotoran.
4. Penggunaan karbon aktif (norit) harus secara tepat dan dalam jumlah yang sesuai agar
dapat bekerja optimum untuk menarik zat warna dan kotoran yang tercampur dalam
larutan.
5. Pada penggunaan corong panas , corong harus dalam kondisi yang benar-benar panas
agar kotoran dan zat warna dapat disaring dengan sempurna dan kristal tidak tertinggal
di dalam corong.
6. Pemasangan dan penggunaan alat harus secara tepat agar didapat hasil yang baik.
7. Hasil rendemen yang diperoleh adalah 81,70% dimana dihasilkan sebanyak 5,93 gram
kristal acetanilide secara praktis dan 7,29 gram secara teoritis.
8. Asetanilida yang dihasilkan murni karena berwarna putih. Asetanilida digunakan
sebagai anti piretik (zat penurun panas), zat analgesik.

XII. DAFTAR PUSTAKA


 https://www.academia.edu/23979204/LAPORAN_PRATIKUM_PTK_III_PEMBU
ATAN_ACETANILIDE
 https://id.wikipedia.org/wiki/Kristal
 http://marenachemist.web.unej.ac.id/2015/03/05/rekristalisasi/
XIII. LAMPIRAN TUGAS

1. Jelaskan macam-macam metode kristalisasi ?


Metode-metode Kristalisasi :
a. Pendinginan
Untuk bahan-bahan yang kelarutannya berkurang dratis dengan menurunnya
temperatur, kondisi lewat jenuh dapat dicapai dengan pendinginan larutan panas
yang jenuh.
b. Pemanasan
Untuk bahan-bahan yang kelarutannya berkurang sedikit dengan menurunnya
suhu. Kondisi lewat jenuh dapat dicapai dengan penguapan sebagian pelarut.
c. Pemanasan dan Pendinginan
Metode ini merupakan gabunga dari dua metode diatas. Larutan panas yang Jenuh
dialirkan kedalam sebuah ruangan yang divakumkan. Sebagian pelarut menguap,
panas penguapan diambil dari larutan itu sendiri, sehingga larutan menjadi dingin
dan lewat jenuh. Metode ini disebut kristalisasi vakum.
d. Penambahan bahan (zat) lain
Untuk pemisahan bahan organic dari larutan seringkali ditambahkan suatu garam.
Garam ini larut lebih baik daripada bahan padat yang dinginkan sehinga terjadi
desakan dan membuat baha padat menjadi terkristalisasi.

2. Jelaskan jenis-jenis Kristal!


a. Kristal ionic
Kristal ionik terbentuk karena adanya gaya tarik antara ion bermuatan
positif dan negatif. Umumnya, kristal ionik memiliki titik leleh tinggi dan hantaran
listrik yang rendah. Contoh dari kristal ionik adalah NaCl. Kristal ionik tidak
memiliki arah khusus seperti kristal kovalen sehingga pada kristal NaCl misalnya,
ion natrium akan berinteraksi dengan semua ion klorida dengan intensitas interaksi
yang beragam dan ion klorida akan berinteraksi dengan seluruh ion natriumnya.
b. Kristal logam
Kristal dengan kisi yang terdiri atas atom logam yang terikat melalui ikatan
logam. Atom logam merupakan atom yang memiliki energi ionisasi kecil sehingga
elektron valensinya mudah lepas dan menyebabkan atom membentuk kation. Bila
dua atom logam saling mendekat, maka akan terjadi tumpah tindih antara orbital-
orbitalnya sehingga membentuk suatu orbital molekul. Semakin banyak atom
logam yang saling berinteraksi, maka akan semakin banyak terjadi tumpang tindih
orbital sehingga membentuk suatu orbital molekul baru. Terjadinya tumpang tindih
orbital yang berulang-ulang menyebabkan elektron-elektron pada kulit terluar
setiap atom dipengaruhi oleh atom lain sehingga dapat bergerak bebas di dalam
kisi.
c. Kristal molecular
Pada umumnya, kristal terbentuk dari suatu jenis ikatan kimia antara atom
atau ion. Namun, pada kasus kristal molekular, kristal terbentuk tanpa bantuan
ikatan, tetapi melalui interaksi lemah antara molekulnya. Salah satu contoh dari
kristal molekular adalah kristal iodin.
d. Kristal kovalen
Atom-atom penyusun kristal kovalen secara berulang terikat melalui suatu
ikatan kovalen membentuk suatu kristal dengan struktur yang mirip dengan
polimer atau molekul raksasa. Contoh kristal kovalen adalah intan dan silikon
dioksida (SiO2) atau kuarsa. Intan memiliki sifat kekerasan yang berasal dari
terbentuknya ikatan kovalen orbital atom karbon hibrida sp3.
e. Kristal cair
Kristal memiliki titik leleh yang tetap, dengan kata laun, kristal akan
mempertahankan temperatur dari awal hingga akhir proses pelelehan. Sebaliknya,
titik leleh zat amorf berada di nilai temperatur yang lebar, dan temperatur selama
proses pelelehan akan bervariasi.

Anda mungkin juga menyukai