JUDUL PERCOBAAN
PEMBUATAN ACETANILIDE
II. PRINSIP PERCOBAAN
Asetilasi adalah proses penggantian atom H pada pada NH2 dengan gugus asetil
yang berasal dari senyawa anhidrida asam asetat.
III. MAKSUD DAN TUJUAN
o Untuk mengetahui cara pembuatan Acetanilide dari anhidrida asam dan anilin
o Untuk mengetahui cara kristalisasi dan herkristalisasi
o Untuk mengetahui sifat fisika dan kimia dari Acetanilide
IV. REAKSI
V. TEORI
Asetanilida dapat dibuat dari anilin dan anhidrida asetat. Mekanisme reaksinya
menyangkut serangan nukleofil oleh anilin pada karbon karbonil dari suatu turunan asam.
Anilin adalah benzena tersubstitusi yang bereaksi lebih mudah daripada benzenanya
sendiri. Jadi anilin bereaksi substitusi elektrofilik lebih cepat daripada benzena. Hal ini
disebabkan karena aniline mempunyai gugus NH2 yang merupakan gugus aktivasi. Adanya
gugus ini menyebabkan cincin lebih terbuka terhadap subsitusi lebih lanjut. Sedangkan
reaksi dengan nukleofil terhadap anhidrida lebih reaktif.
1. Bahan Baku Utama
a. Aniline (C6H5NH2)
Aniline merupakan senyawa turunan benzene yang dihasilkan dari reduksi
nitrobenzene berupa cairan jernih dengan rumus molekul C6H5NH2 , berat molekul
93,12 g/mol, titik didih normal : 184,40C. Sifat kimia dari anilin yaitu Halogenasi
senyawa anilin dengan brom dalam larutan sangat encer akan menghasilkan
endapan 2, 4, 6 tribromo anilin. Anilin memiliki rumus molekul C6H5NH2dengan
rumus bangun:
Proses pembuatan anilin dapat dilakukan melalui berbagai macam proses antara
lain:
1. Aminasi Chlorobenzen
Pada proses aminasi chlorobenzen menggunakan zat pereaksi amoniak
cair, dalam fasa cair dengan katalis Tembaga Oxide dipanaskan akan
menghasilkan 85 - 90 % anilin. Sedangkan katalis yang aktif untuk reaksi ini
adalah Tembaga Khlorid yang terbentuk dari hasil reaksi samping ammonium
khlorid dengan Tembaga Oxide. Mula - mula amoniak cair dimasukkan ke
dalam mixer dan pada saat bersamaan chlorobenzen dimasukkan pula, tekanan
di dalam mixer adalah 200 atm. Dari mixer campuran chlorobenzen dengan
amoniak dilewatkan ke preheater kemudian masuk ke reaktor dengan suhu
reaksi 235°C dan tekanan 200 atm. Pada reaksi ini ammonia cair yang
digunakan adalah berlebihan. Dengan menggunakan katalis tertentu, reaksi
yang terjadi adalah sebagai berikut :
25% asam asetat dunia digunakan untuk proses ini. Selain itu, anhidrida asetat juga
dihasilkan melalui reaksi asetil klorida dengan natrium asetat.
Sifat Fisik Anhidrida Asam Asetat
1) Cairan tidak berwarna (bening)
2) Mudah menguap
3) Berat jenis : 1,08 gr/mL
4) Memiliki titik didih : 139,60 C
5) Memiliki titik leleh : -730 C
6) Memiliki bau yang khas
Sifat Kimia Anhidrida Asam Asetat
1) Mudah larut dalam air
2) Hidrolisis anhidrida asam asetat menghasilkan asam karboksilat
(CH3CO)2O + H2O → CH3COOH + CH3COOH
3) Bereaksi dengan alcohol dan fenol membentuk ester
(CH3CO) 2O + CH3OH → (CH3)2CO + CH3COOH
(CH3CO) 2O + OH → C6H5COOCH3 + CH3COOH
Kegunaan Anhidrida Asam Asetat
1) Sebagai pelarut
2) Untuk membuat selulose asetat
3) Untuk membuat berbagai macam ester dan zat warna
4) Digunakan sebagai zat pengasetilasi
2. Bahan Tambahan
1) Benzene (sebagai katalis)
Benzena merupakan senyawa aromatis yang paling sederhana. Rumus
umum benzene adalah C6H6.
Sifat Fisik Benzena
1) Zat cair tidak berwarna
2) Memiliki bau yang khas
3) Mudah menguap
4) Tidak larut dalam pelarut polar seperti air air, tetapi larut dalam pelarut
organikseperti eter dan tetraklorometana
5) Titik Leleh : 5,5 derajat Celsius
6) Titik didih : 80,1derajat Celsius
7) Densitas : 0,837
6) Mudah Tersubtitusi
Kegunaan Benzena
1) Benzena digunakan sebagai pelarut.
2) Benzena juga digunakan sebagai prekursor dalam pembuatan obat, plastik,
karet buatan dan pewarna.
3) Benzena digunakan untuk menaikkan angka oktana bensin.
4) Benzena digunakan sebagai pelarut untuk berbagai jenis zat. Selain itu benzena
juga digunakan sebagai bahan dasar membuat stirena (bahan membuat sejenis
karet sintetis) dan nilon–66.
3. Produk
Acetanilide merupakan senyawa turunan asetil amina aromatis yang
digolongkan sebagai amida primer, dimana satu atom hidrogen pada anilin digantikan
dengan satu gugus asetil. Asetinilida berbentuk butiran berwarna putih tidak larut
dalam minyak parafin dan larut dalam air dengan bantuan kloral anhidrat.
Acetanilide atau sering disebut phenilasetamida mempunyai rumus molekul
C6H5NHCOCH3 dan berat molekul 135,16. Acetalnilide didapat dari reaksi antara
aniline dengan anhidrida asam asetat kemudian dikristalisasi lalu diherkristalisasi.
Acetalnilide merupakan senyawa yang mempunyai rumus molekul C6H9NO yang
digunakan pada pembuatan zat celup.
Acetalnilide mempuyai rumus bangun :
Larutan benzen dalam satu bagian anilin dan 1,4 bagian asam asetat anhidrat
direfluks dalam sebuah kolom yang dilengkapi dengan pelindung sampai tidak ada
anilin yang tersisa.
2 C6H5NH2 + ( CH2CO )2O → 2 C6H5NHCOCH3 + H2O
Campuran reaksi disaring, kemudian kristal dipisahkan dari air panasnya dengan
pendinginan, sedangkan filtratnya direcycle kembali. Pemakaian asam
asetatanhidrad dapat diganti dengan asetil klorida.
b. Pembuatan asetanilida dari asam asetat dan anilin
Metode ini merupakan metode awal yang masih digunakan karena lebih ekonomis.
Anilin dan asam asetat berlebih 100 % direaksikan dalam sebuah tangki yang
dilengkapi dengan pengaduk.
C6H5NH2 + CH3COOH → C6H5NHCOCH3 + H2O
Reaksi berlangsung selama 6 jam pada suhu 1500C – 1600C. Produk dalam keadaan
panas dikristalisasi dengan menggunakan kristalizer.
c. Pembuatan asetanilida dari ketone dan anilin
Ketone ( gas ) dicampur kedalam anilin di bawah kondisi yang diperkenankan akan
menghasilkan asetanilida.
C6H5NH2 + H2C=C=O C6H5NHCOCH3
d. Pembuatan asetanilida dari asam thioasetat dan aniline
Asam thioasetat direaksikan dengan anilin dalam keadaan dingin akan
menghasilkan asetanilida dengan membebaskan H 2S.
C6H5NH2 + CH3COSH C6H5NHCOCH3 + H2S
b. Syarat-syarat Kristalisasi
1) Larutan harus jenuh
Larutan yang mengandung jumlah zat berlarut berlebihan pada suhu
tertentu, sehingga kelebihan itu tidak melarut lagi. Jenuh berarti pelarut telah
seimbang zat terlarut atau jika larutan tidak dapat lagi melarutkan zat terlarut,
artinya konsentrasinya telah maksimal kalau larutan jenuh suatu zat padat
didinginkan perlahan-lahan, sebagian zat terlarut akan mengkristal, dalam arti
diperoleh larutan super jenuh atau lewat jenuh.
2) Larutan harus homogeny
Partikel-partikel yang sangat kecil tetap tersebar merata biarpun didiamkan
dalam waktu lama.
3) Adanya perubahan suhu
Penurunan suhu secara dratis atau kenaikan suhu secara dratis tergantung dari
bentuk kristal yang didinginkan.
c. Metode-metode Kristalisasi
1) Pendinginan
Untuk bahan-bahan yang kelarutannya berkurang dratis dengan menurunnya
temperatur, kondisi lewat jenuh dapat dicapai dengan pendinginan larutan
panas yang jenuh.
2) Pemanasan
Untuk bahan-bahan yang kelarutannya berkurang sedikit dengan menurunnya
suhu. Kondisi lewat jenuh dapat dicapai dengan penguapan sebagian pelarut.
3) Pemanasan dan Pendinginan
Metode ini merupakan gabunga dari dua metode diatas. Larutan panas yang
Jenuh dialirkan kedalam sebuah ruangan yang divakumkan. Sebagian pelarut
menguap, panas penguapan diambil dari larutan itu sendiri, sehingga larutan
menjadi dingin dan lewat jenuh. Metode ini disebut kristalisasi vakum.
3) Penambahan bahan (zat) lain
Untuk pemisahan bahan organic dari larutan seringkali ditambahkan suatu
garam. Garam ini larut lebih baik daripada bahan padat yang dinginkan sehinga
terjadi desakan dan membuat baha padat menjadi terkristalisasi.
d. Proses Kristalisasi Pada Pembekuan (Fase Cair-Padat)
1) Dalam keadaan cair atom-atom tidak memiliki susunan teratur dan selalu mudah
bergerak, temperaturnya relative lebih tinggi dan memiliki energi yang cukup
untuk mudah bergerak.
2) Dengan turunnya temperatur maka energi atom aka semakin rendah, makin sulit
bergerak dan mulai mengatur kedudukannya relatif terhadap atom lain, mulai
membentuk inti kristal pada tempat yang relative leih tinggi.
3) Inti akan menjadi pusat kristalisasi, dengan makin turun temperature makin
banyak atom yang ikut bergabung dengan inti yang sudah ada atau membentuk
inti baru.
e. Ukuran Kristal
Ukuran kristal tergantung dari kecepatan pembentukkan inti kristal (partikel kristal
yang amat kecil, yang terbentuk secara spontan akibat dari keadaan larutan yang
lewat jenuh) dan pertumbuhan kristal, artinya tergantung pada kondisi kristalisasi.
f. Herkristalisasi
Herkristalisasi adalah pemurnian suatu zat padat dari campuran/pengotornya
dengan cara mengkristalkan kembali zat tersebut setelah dilarutkan dalam pelarut
yang cocok. Prinsip herkristalisasi adalah perbedaan kelarutan antara zat yang akan
dimurnikan dengan kelarutan zat pencampur/pencemarnya. Larutan yang terjadi
dipisahkan satu sama lain, kemudian larutan zat yang diinginkan dikristalkan
dengan cara menjenuhkannya.
g. Langkah-langkah Kristalisasi
1) Larutan sample zat padat dilarutkan dalam pelarut panas.
2) Bubuhkan sedikit norit.
3) Larutan tersebut dijenuhkan kembali.
4) Saring kembali dengan pemanas air.
5) Didinginkan larutan tersebut hingga es mencair.
6) Saring kristal tersebut.
h. Prinsip Kristalisasi dapat dianalisa melalui sudut pandang yaitu:
1) Kemurnian hasil
Sebagian besar cairan induk yan terkandung terpisah (dipisahkan) dari kristal
dengan cara filtrasi dan sentry fungsi, sedang sisanya dikeluarkan dengan
mencucinya dengan pelarut encer. Efekifitas langkah pemurnian tergantung
pada ukuran dan keseragaman Kristal.
2) Perolehan
Pada kebanyakan proses kristalisasi , kristal dan cairan induk berada pada waktu
yang cukup lama sehingga mencapai keseimbangan, dan cairan induk itu jenuh
pada suhu akhir proses itu. Perolehan dari proses itu dapat dihitung dari
konsentrasi larutan awal dan kelarutan pada suhu akhir. Selama proses itu terjadi
penguapan yang cukp besar, kuantitasnya harus diketahui atau dapat
diperkirakan, oleh karena kuantitas yang terakhir ini tetap berada dalam fase zat
cair selama berlangsungnya kristalisasi.
3) Laju nukleasi
Adalah banyaknya partikel baru yang terbentuk persatuan waktu persatuan
volume magma atau larutan induk bebas zat padat. Nukleasi digolongkan
menjadi 3 kelompok yaitu nukleasi palsu, nukleasi primer, dan nukleasi
sekunder.
4) Laju pertumbuhan
Adalah suatu proses difusi, yang dimofikasi oleh pengaruh permukaan padat
pada tempat pertumbuhan itu berlangsung. Molekul-molekul atau ion-ion zat
terlarut mencapai muka kristal yang tumbuh itu dengan cara difusi melalui fase
zat cair.
3. Benzene
V = 20 cm3 = 20 ml
= 81,70 %
X. PEMBAHASAN
Asetilasi didalam praktikum ini merupakan proses substitusi gugus atom H dan
NH2 pada anilin dengan gugus asetil yang berasal dari gugus anhibrida.bahan baku yang
digunakan adalah aniline (sebagai katalis tipe homogen karena fasenya sama-sama cair
yang memberikan reaksi alternatif untuk mendapatkan jalan reaksi dengan energi aktivasi
yang lebih rendah).
Sintesis asetanilida dilakukan dengan mencampurkan 5gr/5ml aniline, 6 gr / 5,55
ml asetat anhidrida, 20 ml benzene kedalam labu alas bulat 500 ml yang dilengkapi
dengan pendingin.
Proses selanjutnya yaitu campuran tersebut direfluks selama 30 menit.proses
refluks memiliki dua fungsi yaitu untuk mempecepat reaksi
karena adanya proses pemanasan, pemanasan akan meningkatkan suhu dalam sistem
sehingga tumbukan antara molekul akan lebih banyak dan cepat yang menyebabkan
reaksi berlangsung cepat. Fungsi yang kedua yaitu untuk menyempurnakan reaksi. Pada
saat pelarut yang digunakan mulai menguap maka konsentrasi larutan dalam labu akan
meningkat.
Setelah proses refluks selesai tuangkan larutan sambil diaduk secara cepat kedalam
beaker glass yang berisi es agar diperoleh kristal asetanilida. Tujuan pendinginan dengan
air ini agar diperoleh padatan kristal asetanilida. Pada proses ini diperoleh kristal
berwarna kekuning-kuningan yang mengindikasikan adanya pengotor didalamnya, yaitu
sisa reaktan ataupun hasil samping reaksi.asetanilida yang telah larut kemudian
ditambahkan karbon aktif. Kemudian larutan dijenuhkan dengan cara dipanaskan diatas
pemanas kaki tiga. Larutan ini dijenuhkan agar memenuhi syarat kristalisasi.lalu setelah
jenuh larutan dipisahkan pada saat penyaringan panas menggunakan corong yang telah
dipanaskan dan dilengkapi kertas saring.
Rekristalisasi dilakukan untuk memurnikan zat yang telah didapatkan dimana
asetanilida yang diperoleh masih mengandung pengotor. Pada proses rekristalisasi
kelarutan pengotor lebih kecil daripada senyawa yang dimurnikan sehinnga pengotor
dapat dipisahkan dengan kertas saring pada penyaring panas. Penyaringan dilakukan
pada kondisi panas agar produk hasil sintestis yang berupa kristal tidak ikut tersaring
karena larut pada suhu tersebut sehingga hanya tersisa pengotor pada kertas saring. Filtrat
yang diperoleh kemudian didinginkan dengan pelan-pelan dan dimasukan kedalam
beaker glass berisi es. Bila selama pendinginan selama 25 menit tidak muncul kristal,
maka gores-goreskan dinding erlenmeyer untuk merangsang terbentuknya kristal.
Kristal yang terlah terbentuk disaring menggunakan corong gelas dilengkapi
kertas saring. Kristal yang diperoleh selanjutnya dikeringkan dengan oven pada suhu
1000C selama 5-10 menit untuk menghilangkan uap air yang masih terkandung dalam
kristal. Kristal asetanilida yang telah kering ditimbang untuk mengetahui beratnya. Hasil
akhir berat kristal asetanilida sebesar 5,93 gram sempel yang diperoleh berupa kristal
berwarna putih salju yang menandakan asetanilida yang diperoleh murni.
XI. KESIMPULAN
1. Acetanilide pada praktikum ini dibuat dari reaksi antara anilin dengan asam asetat
anhidrat dan (benzene sebagai katalis). Produknya berupa kristal yang dimurnikan
dengan kristalisasi.
2. Asetilasi merupakan proses substitusi gugus atom H dari NH2 pada aniline dengan
gugus asetil yang berasal dari gugus anhibrida.
3. Pemurnian kristal asetanilid dilakukan dengan proses herkristalisasi dan
menggunakan karbon aktif atau norit sebagai pengikat kotoran.
4. Penggunaan karbon aktif (norit) harus secara tepat dan dalam jumlah yang sesuai agar
dapat bekerja optimum untuk menarik zat warna dan kotoran yang tercampur dalam
larutan.
5. Pada penggunaan corong panas , corong harus dalam kondisi yang benar-benar panas
agar kotoran dan zat warna dapat disaring dengan sempurna dan kristal tidak tertinggal
di dalam corong.
6. Pemasangan dan penggunaan alat harus secara tepat agar didapat hasil yang baik.
7. Hasil rendemen yang diperoleh adalah 81,70% dimana dihasilkan sebanyak 5,93 gram
kristal acetanilide secara praktis dan 7,29 gram secara teoritis.
8. Asetanilida yang dihasilkan murni karena berwarna putih. Asetanilida digunakan
sebagai anti piretik (zat penurun panas), zat analgesik.