OLEH:
NI MADE INTEN KUSUMA DEWI
(1411105039)
Sumber : (Semon, M., Patterson, M., Wyborney, P., Blumfield, A. and Tageant, A, 2006)
Menurut Ketaren, S. 1986 menyatakan bahwa kadar minyak kedelai relatif lebih
rendah dibandingkan dengan jenis kacang-kacangan lainnya, tetapi lebih tinggi daripada
kadar minyak serelia. Kelebihan kedelai ada pada kadar protein yang tinggi sehingga kedelai
lebih banyak digunakan pada produk sumber protein nabati tinggi.jika kedelai dijadikan
sebagai minyak makan, perlu diketahui sifat fisiko-kimia dari minyak kedelai tersebut. Sifat
fisiko-kimia minyak kedelai ditampilkan dalam tabel dibawah ini.
Tabel 1.2 Sifat Fisiko-Kimia Minyak Kedelai
Sifat Nilai
Bilangan asam 0,3-3,000
Bilangan penyabunan 189-195
Bilangan iod 117-141
Bilangan thiosianogen 77-85
Bilangan hidroksil 4-8
Bilangan Reichert Meissl 0,2-0,7
Bilangan Polenske 0,2-1,0
Bahan yang tak tersabunkan 0,5-1,6%
Indeks bias (25oC) 1,471-1,475
Bobot jenis (25/ 25oC) 0,916-0,922
Titer (oC) 22-27
Sumber : (Semon, M., Patterson, M., Wyborney, P., Blumfield, A. and Tageant, A, 2006)
Berdasarkan penjabaran di atas, maka minyak kedelai memliki kandungan gizi yang
baik sehingga jika dikonsumsi tidak akan menjadi masalah untuk manusia sebagai konsumen.
Minyak kedelai juga sering dijadikan sebagai bahan tambahan untuk pakan hewan uji coba
agar terjaga kolesterol hewan uji coba tersebut. Setelah mengetahui nilai gizi dari minyak
kedelai, perlu diketahui proses pembuatan minyak kedelai.
Pembuatan minyak kedelai dilakukan dalam beberapa tahap. Tahap pertama adalah
perlakuan pendahuluan untuk kedelai itu sendiri yakni kedelai harus dibersihkan dan dikuliti
terlebih dahulu. Biji kedelai dihancurkan kemudian dipisahkan dari kulitnya. Penghancuran
kedelai dilakukan pada suhu sekitar 74-79oC selama 30-60 menit agar kulit kedelai dapat
mengelupas. Proses kimia yang terjadi adalah denaturasi dan koagulasi protein sehingga
mengurangi afinitas minyak menjadi padat yang akan memudahkan pada proses ekstraksi.
Ekstraksi dilakukan dengan pemanasan secara tidak langsung untuk mengatur kelembapan
dan suhu. Setelah tahap ekstraksi, minyak kedelai kasar terdiri dari kotoran tidak terlarut
dalam minyak dan yang terlarut dalam minyak. Kotoran ini harus dibuang dengan cara
pemurnian. Sebelum dimurnikan, ada tahapan proses pemisahan getah atau lendir-lendir yang
terdiri dari fosfotida, protein, residu, karbohidrat, air dan resin tanpa mengurangi jumlah
asam lemak bebas dalam minyak. Kotoran yang tersisa perlu diberikan tahapan penyaringan
alkali untuk memindahkan objek kotoran yang dapat mempengaruhi kualitas minyak.
Selanjutnya dilakukan proses pemucatan untuk menghilangkan zat-zat warna yang tidak
disukai dalam minyak. Jika warna minyak sudah pucat perlu dilakukan tahap hidrogenasi
dengan jalan menambahkan hidrogen pada ikatan rangkap dari asam lemak. Selanjutnya
adalah proses deodorisasi (menghilangkan bau dan rasa yang tidak enak dalam minyak) dan
proses winterisasi (pemisahan bagian gliserida jenuh atau bertitik cair tinggi dari trigliserida
bertitik cair rendah). Terakhir adalah proses dewaxing dan pelarut terfraksinasi digunakan
untuk menjernihkan minyak dengan memeras atau menekan minyak dari lemak padat.
Pembuatan minyak kedelai memang memerlukan beberapa tahap, namun hasilnya
akan memuaskan. Saat ini sudah tersebar minyak kedelai yang dibuat khusus untuk pangan
dan juga sejak tahun 1998 sudah ada SNI yang mengatur kandungan minyak kedelai yang
aman untuk pangan. Kesesuaian produk yang beredar dan SNI yang sudah ada perlu
diidentifikasi kembali agar pangan yang beredar sudah disesuaikan dengan standar yang
sudah dibuatkan oleh negara
1.2 Tujuan
Adapun tujuan yang diharapkan dalam penelitian ini adalah:
1. Bagaimana penerapan SNI pada produk minyak kedelai berlogo SNI?
BAB II
PEMBAHASAN