Anda di halaman 1dari 5

JENIS KEMASAN

Berdasarkan urutan dan jaraknya dengan produk, kemasan dapat dibedakan


ataskemasan primer, sekunder dan tersier.
1. Kemasan primer adalah kemasan yang langsung bersentuhan dengan produk,
sehingga bisa saja terjadi migrasi komponen bahan kemasan ke produk yang
berpengaruh terhadap kualitas produk.
a. Kemasan gelas
Gelas umumnya digunakan untuk kemasan dalam farmasi, karena memiliki mutu
perlindungan yang unggul, ekonomis, dan wadah tersedia dalam berbagai ukuran dan
bentuk. Gelas pada dasarnya bersifat inert secara kimiawi, tidak permeable, kuat,
keras dan disetujui FDA. Gelas tidak menurun mutunya pada penyimpanan, dan
dengan sistem penutupan seperlunya dapat menjadi penghalang yang sangat baik
terhadap hampir setiap unsur, kecuali sinar. Gelas berwarna dapat memberi
pelindungan terhadap cahaya bila diperlukan. Kekurangan utama dari gelas sebagai
kemasan adalah karena mudah pecah dan berat.
 Komposisi gelas
Gelas terutama tersusun dari pasir (silica yang hampir murni), soda abu (natrium
karbonat), batu kapur (kalsium karbonat), dan cullet (pecahan gelas yang dicampur
dengan batch pembuatan dan berfungsi sebagai bahan penyatu untuk seluruh
campuran).  Kation yang paling umum didapatkan dalam bahan gelas farmasi adalah
silicon, alumunium, boron, natrium, kalium, kalsium, magnesium, zink, dan barium.
Satu-satunya anion yang penting adalah oksigen. Boron oksida ditambahkan untuk
membantu proses pencairan. Timah dalam jumlah kecil membuat gelas jernih dan
berkilau. Alumina (Alumunium oksida) sering digunakan menambah kekerasan dan
keawetan serta menambah ketahanan terhadap reaksi kimia.
 Tipe Gelas
Gelas yang digunakan untuk kemasan dalam mengemas sediaan farmasi
digolongkan menjadi empat kategori tergantung pada bahan kimia dari gelas tersebut
dan kemampuannya untuk mencegah peruraian, yaitu
1. Tipe I – borosilicate glass (gelas borosilikat dengan daya tahan tinggi)
Pada proses pembuatan sebagian besar alkali dan kation tanah diganti oleh boron
dan atau alumunium serta zink. Mempunyai daya tahan kimiawi yang sangat baik
sehingga tidak mempengaruhi preparat parenteral yang sangat peka, lebih baik
daripada gelas natrium karbonat. Umumnya digunakan untuk sediaan parenteral.
2.  Tipe II – treated soda lime glass (gelas soda kapur yang diproses)
Adalah gelas soda kapur silikat yang sudah mengalami pengerjaan permukaan
pada bagian yang berhubungan dengan isinya dan mempengaruhi preparat farmasi
yang dikemas. Umumnya digunakan untuk sediaan parenteral bersifat asam dan
netral
3. Tipe III – regular soda lime glass (gelas soda kapur biasa)
Adalah gelas soda kapur silikat yang mempunyai daya tahan kimiawi yang cukup
sehingga tidak mempengaruhi preparat farmasi yang dikemas. Biasanya tidak
digunakan untuk sediaan parenteral, kecuali jika data uji stabilitas yang sesuai
menunjukkan bahwa kaca Tipe III memenuhi untuk sediaan parenteral yang
dikemas di dalamnya.
4. Tipe NP – general purpose soda lime glass (gelas soda kapur untuk
penggunaan umum)
Adalah gelas soda kapur silikat yang digunakan untuk produk non parenteral yang
dimaksud untuk pemakaian penggunaan oral dan topical.

Wadah yang biasa menggunakan gelas adalah botol, pot, vial, dan ampuls.
Kemasan gelas dibuat dari tiga tipe gelas, yaitu  gelas netral (Tipe I) bersifat kurang
alkali dan lebih banyak aluminium, gelas surface treated/borosilikat (Tipe II) bersifat
kurang alkali dan lebih banyak aluminium, sangat baik dan harganya sangat mahal,
dan gelas soda / alkali (Tipe III) digunakan untuk bahan padat kering dan cairan
bukan air.

b. Kemasan plastik
Bahan plastik telah banyak digunakan sebagai wadah untuk berbagai produk. Saat ini,
plastik juga telah dikembangkan untuk pengemasan produk-produk parenteral termasuk
cairan infus dan injeksi volume kecil. Plastik yang digunakan sebagai wadah untuk
berbagai produk, baik sediaan farmasi maupun produk lainnya, harus memiliki kriteria
berikut:
1. Komponen produk yang bersentuhan langsung dengan bahan plastik tidak diadsorpsi
secara signifikan pada permukaan plastik tersebut dan tidak bermigrasi ke atau
melalui plastik
2. Bahan plastik tidak melepaskan senyawa-senyawa dalam jumlah yang dapat
mempengaruhi stabilitas produk atau dapat menimbulkan risiko toksisitas

Terdapat dua jenis plastik yang digunakan dalam pengemasan sediaan parenteral, yaitu :

1. Termoset, yaitu jenis plastik yang stabil pada pemanasan dan tidak dapat dilelehkan
sehingga tidak dapat dibentuk ulang. Plastik termoset digunakan untuk membuat
penutup wadah gelas atau logam.
2. Termoplastik, yaitu jenis plastik yang menjadi lunak jika dipanaskan dan akan
mengeras jika didinginkan. Dengan kata lain, termoplastik adalah jenis plastik yang
dapat dibentuk ulang dengan proses pemanasan. Polimer termoplastik digunakan
dalam pembuatan berbagai jenis wadah sediaan farmasi.
c. Kemasan Metal
Penggunaan pengemas metal dalam farmasi relatif terbatas, akan tetapi bentuk
dan sifat tertentu dari kemasan metal menyebabkan kemasan metal sukar diganti
dengan kemasan lain. Kontener metal digunakan terutama bila diperlukan kekuatan
dan sifat dapat dikempa dari material kemasan, yang merupakan reaktifitas terhadap
bermacam gas dan bahan kimia.
Tiga metal yang biasa digunakan untuk kemasan farmasi ialah timah,
aluminium, dan baja. Oleh karena mudah teroksidasi dan membentuk korosi (karat),
baja harus digalvanisasi atau disalut dengan  epoksi sebelum digunakan. Aplikasinya
terutama untuk tromol atau drum, ruahan material dimana diperlukan kekuatan yang
besar.
Metal dapat pula dibentuk menjadi silinder bertekanan tinggi untuk
menyimpan produk gas.Timah sering digunakan untuk produksi kaleng erosol dengan
cara electroplating menjadi bentuk lembaran baja untuk meningkatkan resistensi
terhadap korosi dan untuk memfasilitasi penyolderan. Sebaliknya aluminium
digunakan dalam bentuk murni sebagai foil. Aluminium foilsering digunakan sebagai
lapisan impermeable dalam laminat multilapis yang dapat menyertakn pula kertas dan
plastik. Foil aluminium dapat dibentuk menjadi kontener kaku, kontener semi kaku,
konstruksi olister atau laminat.

i. Kemasan sekunder adalah kemasan lapis kedua setelah kemasan primer, dengan


tujuan untuk lebih memberikan perlindungan kepada produk.
ii. Kemasan tersier adalah kemasan lapis ketiga setelah kemasan sekunder, dengan
tujuan untuk memudahkan proses transportasi agar lebih praktis dan efisien. Kemasan
tersier bisa berupa kotak karton atau peti kayu.
Berdasarkan proses pengemasannya, kemasan dibedakan atas kemasan
aseptikdan non-aseptik.
1. Kemasan aseptik adalah kemasan yang dapat melindungi produk dari berbagai
kontaminasi lingkungan luar. Pengemasan jenis ini biasanya dipakai pada bahan
pangan yang diproses dengan teknik sterilisasi.
2. Kemasan non-aseptik, kontaminasi mudah terjadi, sehingga masa simpan produk
umumnya relatif lebih rendah. Untuk memperpanjang masa simpan, produk dapat
ditambahkan gula, garam atau dikeringkan hingga kadar air tertentu.

Pembagian wadah untuk injeksi dibagi menjadi dua macam yaitu:


1. Wadah dosis tunggal, adalah suatu wadah yang kedap udara yang mempertahankan
jumlah obat steril yang dimaksudkan untuk pemberian parenteral sebagai dosis
tunggal dan yang bila dibuka tidak dapat ditutup rapat kembali yang dengan jaminan
tetap steril. Contoh: ampul
2. Wadah dosis ganda, adalah wadah kedap udara yang memungkinkan pengambilan
isinya perbagian berturut-turut tanpa terjadi perubahan kekuatan, kaulitas atau
kemurnian bagian yang tertinggal. Contoh vial atau botol serum

Berdasarkan pertimbangan tentang kondisi penutupan dalam Farmakope Indonesia,


penyimpan obat dikelompokkan :

1. Wadah tertutup baik, yaitu wadah yang dapat melindungi isinya dari zat padat dari
luar dan dari hilangnya obat pada kondisi pengangkutan, pengapalan, penyimpanan
dan distribusi yang lazim.
2. Wadah tertutup baik terlindung dari cahaya
3. Wadah tertutup rapat, yaitu wadah yang dapat melindungi isinya dari kontaminasi
cairan-cairan, zat padat atau uap dari luar, dari hilangnya obat tersebut, dan dari
pengembangan, pencairan, atau penguapan pada kondisi pengangkutan, pengapalan,
penyimpanan, dan distribusi yang lazim. Suatu wadah tertutup rapat ditutup kembali
sehingga kemampuan yang sama seperti sebelum dibuka.
4. Wadah tertutup rapat terlindung dari cahaya
DAPUS : Asry, Muhammad. 2014. Kemasan dalam Sediaan Steril. Yogyakarta: Instalasi
Farmasi RS Bethesda Yogyakarta.

Anda mungkin juga menyukai