Disusun Oleh :
Kelompok : A6 – A7 – A8
Kelas : A ( Kamis Pagi)
Anggota Kelompok :
Shinta Kusuma (051211131002)
Ariani Rahayu S (051211132082)
Claudia Tiffany (051211133097)
Alvia Muri P (051211132107)
Feby Neisya Attachmida (051211133001)
Yesinta Kurniawati (051211133006)
M. Aziz Anshori (051211133013)
Rianur Oktavia (051211133014)
Ayu Rohmawati (051211133007)
Departemen Farmasetika
FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS AIRLANGGA
SURABAYA
2015
KEMASAN DAN WADAH
I. PENGERTIAN KEMASAN DAN WADAH
1. Wadah dosis tunggal, adalah suatu wadah yang kedap udara yang mempertahankan jumlah
obat steril yang dimaksudkan untuk pemberian parenteral sebagai dosis tunggal dan yang bila
dibuka tidak dapat ditutup rapat kembali yang dengan jaminan tetap steril. Contoh: ampul.
2. Wadah dosis ganda, adalah wadah kedap udara yang memungkinkan pengambilan isinya
perbagian berturut-turut tanpa terjadi perubahan kekuatan, kaulitas atau kemurnian bagian
yang tertinggal. Contoh: vial atau botol serum
Dalam industri farmasi, kemasan yang terpilih harus cukup melindungi kelengkapan
suatu produk. Karenanya seleksi kemasan dimulai dengan penetuan sifat-sifat fisika dan
kimia dari produk itu, keperluan melindunginya, dan tuntutan pemasarannya. Secara umum,
hal-hal penting yang harus diperhatikan dari wadah adalah:
1. Harus cukup kuat untuk menjaga isi wadah dari kerusakan
2. Bahan yang digunakan untuk membuat wadah tidak bereaksi dengan isi wadah
3. Penutup wadah harus bisa mencegah isi:
Kehilangan yang tidak diinginkan dari kandungan isi wadah
Kontaminasi produk oleh kotoran yang masuk seperti mikroorganisme atau uap yang akan
mempengaruhi penampilan dan bau produk.
4. Untuk sediaan jenis tertentu harus dapat melindungi isi wadah dari cahaya
5. Bahan aktif atau komponen obat lainnya tidak boleh diadsorpsi oleh bahan pembuat wadah
dan penutupnya, wadah dan penutup harus mencegah terjadinya difusi melalui dinding wadah
serta wadah tidak boleh melepaskan partikel asing ke dalam isi wadah
6. Menunjukkan penampilan sediaan farmasi yang menarik
Bahan kemas yang kontak langsung dengan bahan yang dikemas, dinyatakan dengan
bahan kemas primer, sebaliknya pembungkus selanjutnya, seperti kotak terlipat, karton dan
sebagainya dinamakan sebagai bahan kemas sekunder. Untuk menjamin stabilitas produk,
harus ditetapkan syarat yang sangat tegas terhadap bahan kemas primer, yang seringkali
menyatu dengan seluruh bahan yang diisikan baik berupa cairan dan semi padatan. Bahan
kemas sekunder pada umumnya tidak berpengaruh terhadap stabilitas.
Jenis kemasan primer dalam sediaan steril terdapat wadah gelas, wadah plastik, wadah
metal, wadah karet.
WADAH KACA
I. PENGERTIAN DAN KONSEP
Kaca merupakan produk leburan senyawa organik yang didinginkan tanpa terjadinya
kristalisasi atau dapat disebut cairan kaku. Kaca digunakan sebagai bahan wadah pilihan
untuk sediaan Parenteral. Terutama terdiri dari silikon dioksida dengan jumlah yang
bervariasi dari oksida yang lain seperti natrium, kalium, maupun kalsium.
Wadah kaca yang baik, dapat digambarkan berikut :
a) Wadah kaca harus mampu menahan tekanan, khususnya selama siklus sterilisasi dengan
autoklaf.
b) Wadah juga harus transparan sehingga mudah untuk melakukan pemeriksaan terhadap isi
wadah.
c) Mempunyai ketahanan kimia terhadap interaksi dengan isi serta tidak mengabsorbsi atau
mengeluarkan bahan organic.
d) Mudah dibersihkan karena mempunyai permukaan yang licin.
Gelas yang digunakan untuk kemasan dalam mengemas sediaan farmasi digolongkan
menjadi empat kategori tergantung pada bahan kimia dari gelas tersebut dan kemampuannya
untuk mencegah peruraian, yaitu :
Pada proses pembuatan sebagian besar alkali dan kation tanah diganti oleh boron
dan atau alumunium serta zink. Mempunyai daya tahan kimiawi yang sangat baik sehingga
tidak mempengaruhi preparat parenteral yang sangat peka, lebih baik daripada gelas natrium
karbonat. Umumnya digunakan untuk sediaan parenteral.
b. Tipe II – treated soda lime glass (gelas soda kapu yang diproses)
Adalah gelas soda kapur silikat yang sudah mengalami pengerjaan permukaan pada
bagian yang berhubungan dengan isinya dan mempengaruhi preparat farmasi yang dikemas.
Umumnya digunakan untuk sediaan parenteral bersifat asam dan netral.
c. Tipe III – regular soda lime glass (gelas soda kapur biasa)
Adalah gelas soda kapur silikat yang mempunyai daya tahan kimiawi yang cukup
sehingga tidak mempengaruhi preparat farmasi yang dikemas. Biasanya tidak digunakan
untuk sediaan parenteral, kecuali jika data uji stabilitas yang sesuai menunjukkan bahwa
kaca Tipe III memenuhi untuk sediaan parenteral yang dikemas di dalamnya.
d. Tipe NP – general purpose soda lime glass (gelas soda kapur untuk penggunaan umum)
Adalah gelas soda kapur silikat yang digunakan untuk produk non parenteral yang
dimaksud untuk pemakaian penggunaan oral dan topical.
Gelas Komposisi Sifat-sifat Aplikasi
Tipe 1 Borosilikat Resistensi terhadap Sediaan parenteral asidik dan
hidrolisis tinggi,eksporasi netral, bisa juga untuk sediaan
termal rendah alkali yang sama
Tipe II Kaca soda kapur Resistensi hidrolitik relatif Sediaan parenteral asidik dan
(diperlukan tinggi netral, bisa juga untuk sediaan
dealkalisasi) alkalin yang sesuai
Tipe III Kaca soda kapur Sama dengan tipe II, tapi Cairan anhidrat dan produk
(tidak mengalami dengan pelepasan oksida kurang, sediaan parenteral jika
perlakuan sesuai
Tipe NP Kaca soda kapur Resistensi hidrolitik sangat Hanya digunakan untuk
(penggunaan rendah sediaaan non parenteral (oral,
umum) topikal, dsb)
Wadah yang biasa menggunakan gelas adalah botol, pot, vial, dan ampuls. Kemasan
gelas dibuat dari tiga tipe gelas, yaitu gelas netral (Tipe I) bersifat kurang alkali dan lebih
banyak aluminium, gelas surface treated/borosilikat (Tipe II) bersifat kurang alkali dan lebih
banyak aluminium, sangat baik dan harganya sangat mahal, dan gelas soda / alkali (Tipe III)
digunakan untuk bahan padat kering dan cairan bukan air.
Untuk sediaan dengan berat di atas 2 g, biasa digunakan pot dari gelas. Gelas
melindungi dengan baik dan cocok dengan banyak produk. Untuk produk yang dipengaruhi
oleh cahaya, seperti salep yang mengandung fenol aktif atau garam merkuri, gelas yang
berwarna kuning - sawo matang (coklat) sering digunakan untuk mencegah perubahan warna
dari zat aktif. Tutup harus dapat mencegah sediaan menjadi kering atau penguapan air dan zat
aktif yang mudah menguap.
Kelebihan menggunakan gelas antara lain, inert, kedap udara, dibuat dari bahan yang
relatif murah, tidak mudah terbakar, bentuknya tetap, mudah diisi, mudah ditutup, dapat
dikemas menggunakan packaging line, mudah disterilisasi, mudah dibersihkan dan dapat
digunakan kembali.
Kekurangan gelas sebagai wadah untuk menyimpan sediaan semisolid dibandingkan
dengan logam dan plastik adalah lebih rapuh (mudah pecah) dan lebih berat untuk
pengiriman. Kemasan untuk konsumen yang terbuat dari gelas bukan merupakan wadah yang
paling higienis karena wadah akan sering dibuka berulang – ulang oleh konsumen, dimana
tangannya tidak selalu bersih.
Oksida yang terkandung dalam formulasi kaca dapat tercuci ke dalam larutan pada
kontak dengan kaca, terutama selama peningkatan reaktivitas sterilisasi termal. Oksida yang
terlarut dapat:
a) menghidrolisis untuk menaikkan pH larutan.
b) mengkatalisis reaksi atau masuk ke dalam reaksi.
c) Selain itu, beberapa senyawa gelas dapat terdesak oleh larutan dan serpihan kaca masuk ke
dalam larutan.
Keterangan : hal tersebut dapat diminimalkan dengan pemilihan komposisi kaca yang tepat.
III. VALIDASI
jumlah cahaya yang ditransmisi oleh wadah sediaan farmasi yang terbuat dari bahan gelas.
Penyiapan contoh:
Potong wadah kaca dengan gergaji melingkar yang dipasang dengan roda abrasif basah,
seperti suatu roda berlian. Wadah dari kaca tiup dipilih bagian yang mewakili ketebalan rata-
rata dinding dan potong secukupnya hingga dapat sesuai untuk dipasang dalam
spektrofotometer. Wadah gelas tadi dicuci dan dikeringkan dengan hati-hati untuk
menghindari adanya goresan pada permukaan. Gelas contoh kemudian dibersihkan dengan
kertas lensa dan dipasang pegangan contoh dengan bantuan paku lilin.
Prosedur:
Potongan diletakkan dalam spektrofotometer denagn sumbu silindris sejajar terhadap
bidang celah dan lebih kurang di tengah celah. Jika diletakkan dengan benar, sorotan cahaya
normal terhadap permukaan potongan dan kehilangan pantulan cahaya minimum. Ukur
tranmitans potongan dibandingkan dengan udara pada daerah spektrum yang diinginkan
terus-menerus dengan alat perekam atau pada interval lebih kurang 20 nm dengan alat
manual pada daerah panjang gelombang 290 nm—450nm.
Batas:
Transmisi cahaya yang diukur tidak melewati batas yang tertera pada tabel 1, untuk
wadah sediaan parenterral. Transmisi cahaya wadah kaca atau gelas tipe NP untuk sediaan
oral atau topikal tidak lebih dari 10% pada setiap panjang gelombang dalam rentang 290nm
—450nm.
1 50 25
2 45 20
5 40 15
10 35 13
20 30 12
50 15 10
Catatan setiap wadah dengan ukuran antara seperti yang tertera pada tabel di atas
menunjukkan transmisi tidak lebih dari wadah ukuran lebih besar seperti yang terterapada
tabel. Untuk wadah lebih dari 50 ml, gunakan batas untuk 50 ml.
Prinsip:
Alat Pereaksi
1) 1. Otoklaf dengan suhu yang dipertahankan 121 1) Air kemurnian tinggi dengan
2) 2,0 dan mampu menampung 12 wadah diatas konduktivitas 0,15m
3) permukaan air. 2) Larutan merah metil
2) 2. Lumpang dan alu yang terbuat dari baja-diperkeras
3) 3. Pengayak terbuat dari baja tahan karat ukuran 20,3
cm yaitu nomor 20,40 dan 50
4) 4. Labu erlenmeyer 250ml terbuat dari kaca tahan
lekang
5) 5. Palu 900 g
6) 6. Magnit permanen
7) 7. Desikator
8) 8. Alat volumetrik secukupnya
Menetapkan daya tahan wadah kaca atau gelas baru (yang belum pernah digunakan)
terhadap air. Tingkat ketahanan ditentukan dari jumlah alkali yang terlepas dari kaca karena
pengaruh media pada kondisi ynag telah ditentukan. Pengujian dilakukan di ruangan yang
relatif bebas dari asap dan debu berlebihan.
Prosedur
Bahan uji ditambahkan 5 tetes indikator dn memerlukan tidak lebih dari 0,020ml
natrium hidroksida 0,020 N LV untuk mengubah warna indikator dan ini terjadi pada pH 5,6.
Prosedur :
Timbang contoh uji, masukkan ke dalam labu erlenmeyer 250 ml yang diekstraksi
dengan air kemurnian tinggi dalam tangas air pada suhu 90 selama tidak kurang dari 24 jam
atau pada suhu 121 selama 1 jam. Tambahkan 50,0 ml air kemurnian tinggi ke dalam labu
dan ke dalam labu lain untuk blanko. Tutup semua labu dengal gelas piala terbuat dari
borosilikat yang sebelumnya telah diperlakukan seperti ditetapkan denagn ukuran sedemikian
hingga dasar gelas piala menyentuh bagian tepi labu. Letakkan wadah dalam otoklaf dan
tutup hati-hati, biarkan lubang ventilassi terbuka. Panaskan hingga uap keluar dan lanjutkan
pemanasan selama 10 menit. Tutup lubang ventilasi dan atur suhu 121 . Pertahankan suhu
pada 121 2 selam 30 menit dihitung saat suhu tercapai. Kurangi panas hingga otoklaf
mendingin dan mencapai tekanan atmosfer dalam 38 menit hingga 46 menit, jika perlu buka
lubang ventilasi untuk mencegah terjadinya hampa udara. Dinginkan segera labu dalam air
mengalir, enaptuangkan air dalam labu ke dalam bejana sesuai yang bersih dan cuci sisa
serbuk kaca 4 kali , tiap kali dengan 15 ml air kemurnian tinggi.
Tambahkan 5 tetes larutan merah metil dan titrasi segera dengan asam sulfat 0,020 N
LV. Catat volume asam sulfat 0,020 N yang digunakan untuk menetralkan ekstrak dari 10 g
contoh uji, lakukan titrassi blanko. Volume tidak lebih dari yang tertera pada tabel tipe kaca
dan tabel uji untuk tipe gelas yang diuji.
Penyiapan contoh:
Pilih secara acak 3 atau lebih wadah bilas 2 kali dengan air kemurnian tinggi.
Prosedur :
Isi setiap wadah dengan air kemurnian tinggi hingga 90% dari kapasitas penuh dan
lakukan prosedur seperti yang tertera pada uji serbuk kaca mulai dengan “Tutup semua
labu…..”, kecuali waktu pemansan dengan otoklaf 60 menit bukan 30 menit dan diakhiri
dengan “untuk mencegah terjadinya hampa udara”. Kosongkan isi dari 1 atau lebih wadah ke
dalam gelas ukur 100 ml. Jika wadah lebih kecil, gabungkan isi dari beberapa wadah untuk
memperoleh voluyme 100 ml. Masukkan kumpulan contoh dalam labu erlenmeyer 250 ml
terbuat dari kaca tahan bahan kimia, tambahkan 5 tetes larutan metil merah, titrasi dalam
keadaan hangat dengan asam sulfat 0,020N LV. Selesaikan titrasi dalam waktu 60 menit
setelah otoklaf dibuka. Catat volume asam sulfat 0,020 N yang digunakan , lakukan titrasi
blanko dengan 100 ml air kemurnian tinggi pada suhu yang sama dan dengan jumlah
indikator yang sama. Volume tidak lebih dari yang tertera pada tabel tipe kaca dan batas uji
untuk tipe kaca yang diuji.
5. Uji Arsen
Arsen tidak lebih dari 0,1 bpj;gunakan sebagai larutam uji 35 ml air dari 1 wadah kaca
tipe I, atau jika wadah lebih kecil , 35 ml dari kumpulan isi dari beberapa wadah kaca tipe I,
yang disiapkan sesuai prosedur seperti yang tertera pada ketahanan terhadap Air pada suhu
121.
Source : Departemen Kesehatan RI. Farmakope Indonesia edisi IV. Departemen Kesehatan
Republik Indonesia, Jakarta. 1995.
WADAH PLASTIK
Bahan plastik telah banyak digunakan sebagai wadah untuk berbagai produk. Saat ini,
plastik juga telah dikembangkan untuk pengemasan produk-produk parenteral termasuk
cairan infus dan injeksi volume kecil. Plastik yang digunakan sebagai wadah untuk berbagai
produk, baik sediaan farmasi maupun produk lainnya, harus memiliki kriteria berikut:
1. Komponen produk yang bersentuhan langsung dengan bahan plastik tidak diadsorpsi secara
signifikan pada permukaan plastik tersebut dan tidak bermigrasi ke atau melalui plastik
2. Bahan plastik tidak melepaskan senyawa-senyawa dalam jumlah yang dapat mempengaruhi
stabilitas produk atau dapat menimbulkan risiko toksisitas
II. JENIS PLASTIK
Terdapat dua jenis plastik yang digunakan dalam pengemasan sediaan parenteral, yaitu :
1. Termoset, yaitu jenis plastik yang stabil pada pemanasan dan tidak dapat dilelehkan sehingga
tidak dapat dibentuk ulang. Plastik termoset digunakan untuk membuat penutup wadah gelas
atau logam.
2. Termoplastik, yaitu jenis plastik yang menjadi lunak jika dipanaskan dan akan mengeras jika
didinginkan. Dengan kata lain, termoplastik adalah jenis plastik yang dapat dibentuk ulang
dengan proses pemanasan. Polimer termoplastik digunakan dalam pembuatan berbagai jenis
wadah sediaan farmasi.
Wadah plastik untuk sediaan farmasi dibuat dari satu atau lebih polimer dengan
berbagai bahan tambahan. Dengan penambahan bahan tambahan, karakteristik penampilan
dari polimer dapat diperbaiki. Bahan tambahan tersebut dapat berupa cairan, padatan atau
serbuk halus. Bahan tambahan yang digunakan tergantung dari jenis polimer dan metode
produksi yang digunakan. Bahan tambahan yang umumnya digunakan dalam wadah plastik
adalah antioksidan, stabilizer, lubricant, plastikizer, pengisi, dan pewarna.
IV. BAHAN TAMBAHAN
1. Antioksidan
Polimer sering kali terurai dengan adanya panas, cahaya, ozon dan tekanan mekanik
yang menimbulkan udara yang terperangkap selama proses pembuatan dan penggunaan akhir.
Reaksi oksidasi dapat menghasilkan bentuk radikal bebas yang dikontribusikan secara
bergiliran untuk degradasi polimer yang menyebabkan plastik kehilangan fisik penting dan
sifat mekanik. Dengan adanya antioksidan di dalam formulasi plastik akan mengurangi
tingkat degradasi secara significant dan memperpanjang umur penggunaan wadah plastik
tersebut.
Ada dua tipe antioksidan, yaitu:
Antioksidan primer: merupakan ujung rantai radikal bebas. Pada dasarnya antioksidan primer
merupakan donor hydrogen yang dapat mengakhiri reaksi penggabungan radikal bebas.
Contoh: arilamin sekunder.
Antioksidan sekunder: dapat merusak peroksida dan hal ini menyebabkan eliminasi
pembentukan radikal bebas. Contoh: fosfat dan tioester.
Sering kali lebih dari satu antioksidan digunakan dalam suatu polimer untuk mendapatkan
efek yang sinergis dari kombinasi beberapa antioksidan.
2. Stabilizer
Berguna untuk mencegah degragasi polimer oleh panas dan cahaya. Selain itu juga
dapa berguna untuk memperpanjang umur polimer. Contoh: garam asam lemak, oksida
anorganik, organometalik.
3. Lubricant
Lubricant digunakan untuk memodifikasi karakteristik permukaan dari polimer yang
dicetak dan membantu proses pencetakan. Penambahan lubricant pada polimer secara umum
mengurangi viskositas dari polimer tersebut, yakni menyenyebabkan polimer lebih mudah
mengalir selam rposes pencetakan. Lubricant juga memodifikasi permukaan polimer yang
dibuat agar polimer tersebut tidak melekat pada mesin pencetak. Lubricant yang paling
banyak dipakai adalalah asam lemak, logam stearat, lemak paraffin, silicon, fatty alcohol,
fatty esters, fatty amides.
4. Plasticizer
Plasticizer digunkan untuk memperbaiki daya kerja dari polimer, fleksibilitas,
ekstensibilitas, daya banting, dan kelenturan. Disamping itu penamabahan plasticizer dapat
mengurangi daya rentang polimer. Plasticizer yang sering dipakai adalah dialkil phtalat,
polimer dengan BM kecil.
Polyolefins
1. Polypropylene
Polypropylene adalah polyolefin yang paling banyak digunakan. Polyethylene berbentuk
linear. Struktur kimianya disusun secara komplit oleh carbon dan hidrogen.
-(- CH2 – CH(CH3) – CH2 – CH(CH3) -)-n
Pengulangan dari struktur ini memberikan struktur kristal yang tinggi. Dalam susunan kristal,
gugus-CH3 menambah kekakuan dari polimer. Polypropylene memiliki daya rentang yang
tinggi yang mampu menahan tekanan. Daya rentang yang tinggi, dalam hubungannya dengan
titik leleh yang tinggi pula yaitu 165C, sangat penting untuk manufaktur LVP karena wadah
yang dibuat dari polypropylene memiliki kemapuan untuk menahan temperatur tinngi pada
proses sterilisasi tanpa terurai.
Polypropylene sangat resisten terhadap hampir semua pelarut organik pada temperatur
kamar, asam dan basa kuat. Polypropylene merupakan barier yang baik terhadap gas dan uap
air. Selain itu juga wadah yang terbuat dari polypropylene memberikan kejernihan yang
memuaskan. Kelemahan yang dimiliki polypropylene adalah rapuh pada temperatur kamar.
2. Polyethylene
Low density atau polyethylene yang bercabang adalah polimer etilen bercabang yang
dikomersialkan pertama kali. Polyethylene tipe ini disebut juga LDPE (Low Density
Polyethylene). Pada penggunaannya LDPE ini digantikan oleh linear low density
polyethylene (LLDPE) yang sedikit lebih mahal dan memiliki properti yang lebih diinginkan.
3. Copolymer
Kopolimer dari ethylene dan propylene telah banyak digunakan sebagai wadah
sediaan LVP. Dalam kenyataannya, polypropylene dan kopolimer dari etilen-propilen
merupakan polyolefins yang paling banyak digunakan sebagai wadah LVP.
Dengan pepaduan sedikit fraksi etilen sebagai kompleks polimer dengan propilen,
sejumlah sifat yang diinginkan dapat diperoleh. Penggabungan etilen mengurangi kekakuan
atau kekerasan dari propilen, memperbaiki pengolahan, dan sedikit mengurangi titik leleh
dari propilen. Titik lelehnya berkisar antara 145 dan 150C. Hal ini membuat kopolimer ethyl
propylene (EP) cocok untuk digunakan pada sterilisasi uap.
a
phr = parts per hundred parts of resin by weight
1. PVC
Polystyrene
Rigid, plastik kristal yang jernih, tidak bermanfaat untuk produk cair.
Transmisi uap air tinggi dan permeabilitas terhadap oksigen tinggi.
Wadah mudah tergores dan mudah retak bila jatuh.
Titik lelh rendah (190F) tidak dapat untuk bahan panas.
Tahan terhaadp asam (kecuali asam oksidator kuat) dan basa, dipengaruhi oleh bahan
senyawa kimia dan menyebabkan mudah retak.
2. Nylon
Dibuat dari asam dibasa dan diamin (Nylon 6/10 : 6 atom karbon dalam diamin dan 10
dalam asam).
Nylon dan poliamin tertentu dapat dibuat menjadi wadah dinding tipis.
Dapat di sterilisasi dengan autoclave, sangat kuat dan cukup sulit dirusak secara
mekanik.
Tahan terhadap berbagai bahan organik dan anorganik.
Impermiabilitasnya tinggi terhadap oksigen.
Bukan barier yang baik terhadap uap air.
3. Polycarbonate
Rigid seperti gelas dan dapat disterilkan berulang.
Cukup tahan terhadap bahan kimia.
Barier yang cukup terhadap kelembaban.
Tahan terhadap asam encer, zat oksidator dan reduktor, garam, minyak, minyak
pelumas, dan hidrokarbon alifatik.
Dipengaruhi oleh alkali, amin, keton, ester, hidrokarbon aromatik, dan beberapa
alkohol.
Mahal
4. Acrylic multi polymer (Nitrile Polymers)
Mewakili monomer acrylo nitrile atau methaacrylo nitrile.
Barier yang baik terhadap gas, tahan terhadap bahan kimia.
Kekuatan sangat bagus dan aman dimusnahkan dengan incinerator
Standar keamanan FDA: residu monomer acrylo nitrile kurang dari 11 ppm dengan
migrasi yang diizinkan kuang dari pada 0,3 ppm untuk semua produk makanan.
5. Polyethylene Terephtalate (PET)
Polimer kondensai dibentuk oleh reaksi asam terephtalat atau dimetil terephtalat
dengan ethylene glycol dengan adanya katalis.
Barier yang baik terhadap gas dan aroma.
Kekuatan sangat baik.
VI. CONTOH WADAH PLASTIK
https://www.ismp.org/newsletters/acutecare/articles/200 http://www.indiamart.com/vishwa-
20515.asp enterprise-ahmedabad/plastic-
ampoul-cover.html
com.tr
VII. EVALUASI DAN UJI PLASTIK UNTUK LVP
2. Uji Fisika
Uji fisika dilakukan pada wadah plastik LVP untuk memeriksa
spesifikasi ukuran, ketahanan penutupan, dan design wadah yang sesuai.
a. Uji resin (Resin testing)
Berdasarkan penerimaan karet mentah, manufaktur farmasi
mencatat banyaknya jumlah dari karet mentah dan percaya tingkat
spesifikasi penerimaan ditetapkan oleh manufakture resin. Uji fisik yang
dilakukan meliputi ukuran titik leleh dan ukuran endapan spesifik.
b. Uji wadah (Package testing)
Uji fisika pada wadah yang berisi komplit merupakan cara yang
paling banyak dilakukan. Pengujian biasanya meliputi uji visual, seperti
kejernihan, lapisan tambahan, uji tetesan, dan uji kebocoran. Uji integritas
fisik meliputi uji kebocoran wadah, kebocoran tutup dan integritas, uji
dimensional (ukuran), dan kerusakan label.
c. Pemeriksaan visual pada kejernihan dan lapisan tambahan
Standard untuk kejernihan wadah telah ditetapkan oleh manufaktur
farmasi. Kejernihan ini mengungkinkan untuk pemeriksaan.
d. Keretakan wadah atau Paneling
Wadah dapat menjadi rapuh karena sterilisasi atau proses
manufaktur yang tidak sesuai. Pemeriksaan visual dilakukan pada waktu
yang sama dengan pemeriksaan kejernihan produk. Paneling adalah
peristiwa dimana wadah rata atau memipih pada salah satu sisi dari botol.
e. Kebocoran wadah (Body leakage)
Uji integritas setelah produk diisikan ke dalam LVP, dapat dilakukan
secara manual maupun menggunakan instrumentasi elektronik, dilakukan
untuk mengukur ketahanan yang berkurang ketika melewati jembatan
voltase. Cara ini medeteksi media cairan yang meninggalkan wadah. LVP
ditolak bila terjadi kebocoran pada wadah.
f. Kebocoran tutup dan Integritas (Closure leakage and integrity)
Sisi dari wadah biasanya disegel dengan menggunakan tutup karet
untuk menutup rongga udara. Tutup ini harus menjamin integritas dari
wadah. Berdasarkan validasi siklus sterilisasi untuk LVP khusus, bagian ini
harus diperhatikan karena bila terjadi kebocoran, maka akan berpengaruh
pada sterilitas.
g. Pemeriksaan ukuran (Demensional testing)
Ukuran dan berat dari wadah harus diperiksa sebelum wadah
diterima. Volume juga harus diperiksa seperti pada integritas wadah.
h. Pelabelan (labeling)
Label harus dilihat untuk memeriksa kelengkapan dari label pada
wadah, termasuk expiration date, penjelasan mengenai komposisi. Jika
label stampel panas dicetak pada wadah atau botol maka harus dilakukan
uji kebocoran dan integritas untuk menegaskan bahwa tidak ada kerusakn
pada wadah setelah pencetakan.
3. Uji Kimia
Uji kimia dari wadah LVP dan bahan polimer mentah itu sendiri
dilakukan tergantung pada polimer yang digunakan dan sifat yang
dinginkan pada wadah. Umumnya, pemeriksan kimia dari polimer yang
digunakan pada wadah LVP dilakukan oleh supplier/pemasok polimer.
Pemeriksaan tersebut meliputi analisis berat molekul, sisa pijar,
presentase logam berat dan pemeriksaan bahan tambahan seperti
sterarat atau antioksidan. Pemeriksaan QC meliputi:
a. IR spectra.
Identifikasi polimer dengan menggunakan spektroskopi IR sudah
biasa dilakukan. Sampel disiapkan pada pellet KBr atau tekanan kuat
hingga menjadi lapisan yang tipis. Gugus seperti –OH, C=O, dan –CH
dapat identifikasi berdasarkan pita serapan yang khas.
b. Uji logam berat
Kalsium (Ca) dan seng (Zn) merupakan logam yang sering diuji,
biasanya dilakukan dengan menggunakan AAS (Atomic Absorption
Spectrum). Logam berat ini ditambahkan pada formula polimer LVP
sebagai stabilizer (logam oksida), mold releasing agent (zinc stearat),
pewarna, seperti kalsium karbonat.
c. Pengisi tambahan
Pengisi ini merupakan bahan khusus yang harganya murah dan
berguna untuk memperpanjang polimer dan mengurangi harga plastik.
Pengisi memiliki efek menguatkan dam mengurangi penyusutan pada
cetakan serta meningkatkan koefisien panas. Pengisi yang sering
digunakan adalah kalsium karbonat dan talc. AAS dapat digunakan untuk
mendeteksi adanya kalsium dari kalsium karbonat dan analisis
thermogravimetric dapat digunakan untuk mengevaluasi jumlah talc yang
diisikan pada polimer.
d. Plasticizer
Plasticizer seperti senyawa phtalat (DEHP, di-2-ethyl-hexylphtalate
sering digunakan pada wadah PVC) harus diperiksa untuk melihat apakah
terjadi leaching dari wadah parenteral ke larutan dengan akumulasi lebih
lanjut di jaring tubuh dan organ pasien.
e. Antioksidan
Produk polyolefin mengandung antioksidan tertentu, seperti BHT
(butylated hydroxytoluene) dan DLPTDP (dilauril thiopropionate). Untuk
mengekstraksi antioksidan ini dapat digunkan kloroform sebagai pelarut.
Saat ini, ketika bahan plastik digunakn untuk wadah LVP, QC testing akan
menghitung secara kuantitatif antioksidan yang lepas atau migrasi dari
wadah ke cairan LVP untuk memeriksa bahwa senyawa yang lepas masih
di bawah tingkat toksik.
Prosedur
Penyiapan sampel untuk ekstrak. Lakukan prosedur seperti yang tertera
pada Uji Reaktivitas secara Biologi in-vivo.
Penyiapan ekstrak. Lakukan penyiapan ekstrak seperti yang tertera pada
Uji Reaktivitas secara Biologi in-vivo, menggunakan larutan ijeksi Natrium
Klorid (natrium klorida 0,9%) atau media biakan sel mamalia bebas serum
sebagai pelarut ekstraksi. (Catatan bila ekstraksi dilakukan pada suhu
37C selama 24 jam, dalam inkubator, gunakan mdia biakan yang
ditambah serum. Kondisi ekstraksi tidak boleh menyebabkan perubahan
fisik seperti fusi atau pelelehan potongan kecuali sedikit pelengketan.
TUTUP KARET
I. ELASTOMERIC CLOSURE
Karet merupakan bahan polimer yang dapat ditarik/diregangkan sampai minimal dua
kali dari panjang dan akan kembali ke panjang semula jika dilepas, pada suhu kamar. Karet
merupakan bahan yang kompleks, terbentuk dari dua sampai 10 bahan dasar. Komponen
utama dari karet adalah elastomer. Tutup elastomerik dapat berasal dari bahan alam atau
sintetis. Sifat tutup elastomerik tidak hanya bergantung pada bahan-bahan di atas, tetapi juga
pada prosedur pembuatan seperti pencampuran, penggilingan, bahan pengabu yang
digunakan, pencetakan dan pemasakan. Contoh sifat yang diinginkan dari elastomer adalah
kompresibilitas dan kemampuan untuk menutup kembali.
Terdapat dua macam klasifikasi elastomer, yaitu jenuh dan tidak jenuh, tergantung
pada ikatan rangkap yang reaktif pada rantai utama atau rantai samping dari elastomer.
Derajat dari ikatan tak jenuh menunjukkan sifat fisik dan kimia dari elastomer yang nantinya
akan mempengaruhi sifat karet.
2. Accelerators
Bahan ini berfungsi untuk mempercepat proses curing/vulkanisasi
3. Activator
Berfungsi untuk meningkatkan kecepatan penggabungan dengan cara bereaksi dengan
accelerator. Contoh : ZnO, asam stearat
4. Antioksidan-antiozon
Merupakan bahan antidegradasi. Bahan ini digunakan untuk meningkatkan ketahanan
dari elastomer tak jenuh. Terdapat dua macam antidegradan, yaitu :
a. Antidegradant kimia yang melindungi dengan cara teroksidasi terlebih dahulu,
missal fenol, amina.
b. Antidegradant fisika yang akan membentuk lapisan pelindung pada permukaan
karet, missal : lilin.
5. Plasticizers, lubrikan
Bahan ini digunakan untuk membantu proses pencampuran atau pembentukan karet,
melunakkan karet yang divulkanisir. Contoh : lilin paraffin, silicone oil, parrafinic oil,
organophospate.
6. Filler
Filler digunakan untuk memperbaiki karakteristik fisik; ketahanan terhadap gesekan;
densitas, serta mengurangi biaya. Contoh : carbon black, aliminium silikat (clay),
BaSO4, Magnesium silikat (talc), ZnO, silica. Yang perlu diperhatikan adalah : jumlah
filler, aktivitas permukaan dari filler, ukuran partikel (15-500 nm) dan bentuk.
7. Pigment
Bahan ini digunakan untuk keperluan estetika, memudahkan identifikasi produk.
Umumnya merupakan garam anorganik, ZnO, carbon black, pewarna organic.
Titanium oksida menghasilkan warna putih. FeO, CrO menghasilkan warna kuning,
merah, hijau. Phthalocyanine, ultramarine blue menghasilkan warna hijau dan biru.
Interaksi yang mungkin terjadi antara tutup wadah dengan sediaan obat adalah:
a. Adsorpsi dari bahan yang berada pada permukaan tutup.
b. Absorbsi yang terjadi setelah adsorpsi
c. Permeasi, jika terjadi absorbs diikuti oleh perpindahan bahan ke dalam tutup.
d. Leaching jika bahan bergerak dari tutup ke sediaan obat.
Interaksi dipengaruhi oleh formulasi dari sediaan obat dan sistem dari tutup karet,
misal : suhu, luas permukaan, volume, pH, konsentrasi, tekanan lingkungan luar.
Contoh : absorbsi dari pengawet (benzyl alkohol, klorobutanol, metilparaben oleh
karet alam, karet neoprene, karet butyl).
Peralatan
Otoklaf. Gunakan otoklaf yang dapat mempertahankan suhu 105 O ± 2O, yang
dilengkapi dengan thermometer, pengukur tekanan, dan rak yang sesuai untuk
tempat wadah pengujian di atas permukaan air.
Oven. Gunakan oven yang dapat mempertahankan suhu 105O ± 2O.
Alat refluks. Gunakan alat refluks yang sesuai, mempunyai kapasitas lebih kurang
500 mL.
Prosedur
Penyiapan, contoh : Letakkan dalam wadah ekstraksi yang sesuai sejumlah tutup
elastomeric yang memberikan luas permukaan 100 cm2. Tambahkan 300 ml air
murni P ke dalam masing-masing wadah, tutup dengan gelas piala yang dibalik
dan masukkan dalam otoklaf pada suhu 121 oC ± 0,5o , selama 30 menit. (Catatan :
atur kenaikan suhu dengan cepat, sebaiknya dalam waktu 2 menit sampai 5
menit). Enaptuangkan, menggunakan penapis baja tahan karat, sehingga tutup
tertahan dalam wadah. Cuci dengan 100 ml air murni, goyangkan perlahan dan
buang air cucian. Ulangi pencucian dengan 100 ml air murni P. Lakukan prosedur
yang sama untuk wadah blangko.
Ekstrak (dengan Larutan Pengekstraksi A). Masukkan sejumlah contoh yang telah
dipersiapkan pada Penyiapan contoh, dengan luas permukaan 100 cm2, ke dalam
wadah yang sesuai, tambahkan 200 ml air murni. Tutup dengan gelas piala yang
dibalik dan ekstraksi dengan pemanasan dalam otoklaf pada suhu 121 o selama 2
jam, biarkan sekama waktu secukupnya hingga cairan dalam wadah mencapai
suhu ekstraksi. Biarkan otoklaf mendingin dengan cepat dan dinginkan hingga
suhu kamar. Lakukan prosedur yang sama terhadap wadah blangko.
Ekstrak (dengan Larutan Pengekstraksi B atau Larutan Pengekstraksi C).
Masukkan sejumlah contoh yang telah dipersiapkan pada Penyiapan contoh
dengan luas permukaan 100 cm2, ke dalam alat refluks yang sesuai berisi 200 ml
Larutan Pengekstraksi B atau Larutan Pengekstraksi C, dan refluks selama 30
menit. Lakukan prosedur yang sama terhadap wadah blangko.
Kekeruhan (Gunakan Ekstrak yang disiapkan dengan larutan pengekstraksi A,
Larutan pengekstraksi B, atau Larutan Pengekstraksi C). Goyangkan wadah,
masukkan sejumlah ekstrak ke dalam sel, jika perlu encerkan dengan
pengekstraksi, dan ukur kekeruhannya dengan nefelometer yang sesuai seperti
yang tertera pada Spektrofotometri dan Hamburan Cahaya, terhadap baku tetap
yang reprodusibel (baku Nefelos). Kekeruhan adalah perbedaan antara harga yang
diperoleh untuk blangko dan contoh yang dinyatakan dalam unit Nefelos, suatu
skala numeric linier arbitari, menunjukkan rentang kekaburan dari kejernihan
mutlak sampai daerah kekeruhan.
Zat mereduksi (Gunakan ekstrak yang disiapkan dengan Larutan Pengekstraksi
A). Goyangkan wadah, pindahkan 50 ml ekstrak contoh ke dalam wadah yang
sesuai, dan titrasi dengan iodium 0,01 N LV, menggunakan 3 ml kanji LP sebagai
indikator. Lakukan penetapan blangko dan contoh dinyatakan dalam ml iodium
0,01 N.
Logam berat (Gunakan Ekstrak yang disiapkan dengan Larutan Pengekstraksi A
atau Larutan Pengekstraksi B). Masukkan 20 ml esktrak blangko dan ekstrak
contoh ke dalam tabung pembanding warna yang terpisah. Masukkan 2 ml, 6 ml
dam 10 ml Larutan baku timbal ke dalam tiga tabung pembanding warna yang
berbeda, tambahkan 2 ml asam asetat 1N pada tiap tabung, dan tambahkan air
hingga 25 ml. Tambahkan 10 ml hidrogen sulfida LP yang dibuat segar ke dalam
tiap-tiap tabung, campur, diamkan selama 5 menit dan amati dari atas ke bawah di
atas permukaan putih. Tetapkan jumlah logam berat dalam blangko dan dalam
contoh. Kandungan logam berat adalah perbedaan antara blangko dan contoh.
Perubahan pH (Gunakan ekstrak yang disiapkan dengan larutan pengekstraksi A
atau Larutan Pengekstraksi B. Tambahkan Kalium Klorida P secukupnya ke dalam
ekstrak A hingga kadar 0,1%). Tetapkan pH dari contoh ekstrak A dan ekstrak B
secara potensiometrik; lakukan penetapan blangko ekstrak A dan blangko ekstrak
B. Perubahan pH adalah perbedaan pH antara blanko dan contoh.
Bahan terekstraksi total (Gunakan Ekstrak yang disiapkan dengan Larutan
Pengekstraksi A, Larutan pengekstraksi B atau Larutan Pengekstraksi C).
Goyangkan wadah, masukkan 100 ml blangko dan contoh ke dalam cawan
penguap yang terpisah dan telah ditara. Uapkan diatas tangas uap hingga kering
atau dalam oven pada suhu 100o , keringkan pada suhu 105o selama 1 jam,
dinginkan dalam desikator dan timbang (Catatan : untuk ekstrak yang disisipkan
dengan Larutan pengekstraksi C tidak boleh diuapkan dalam oven). Hitung bahan
terekstraksi total, dalam mg dengan rumus :
2(WU – WB)
WU = bobot residu dari contoh ekstrak dalam mg
WB= bobot residu blangko dalam mg.
c. Uji Mekanik untuk Tutup Karet
1. Needle penetration
Mengukur daya yang diperlukan jarum suntik untuk menembus tutup karet
2. Resealability
Mengamati kemampuan lubang dari tutup karet untuk menutup kembali setelah
ditembus jarum suntik.
DAFTAR PUSTAKA
Keputusan Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia Nomor HK.00.05.4.1745
SK Menkes No.193/Kab/B/VII/71
Anonim. 2007. United States Pharmcopeia 30 - National Formulary 25. United States: The
United States Pharmacopeial Convention.
Anonim. 1995. Farmakope Indonesia Edisi IV. Jakarta: Departemen Kesehatan Republik
Indonesia