Anda di halaman 1dari 40

MAKALAH PRAKTIKUM STERIL

WADAH SEDIAAN PARENTERAL

Disusun Oleh :
Kelompok : A6 – A7 – A8
Kelas : A ( Kamis Pagi)
Anggota Kelompok :
Shinta Kusuma (051211131002)
Ariani Rahayu S (051211132082)
Claudia Tiffany (051211133097)
Alvia Muri P (051211132107)
Feby Neisya Attachmida (051211133001)
Yesinta Kurniawati (051211133006)
M. Aziz Anshori (051211133013)
Rianur Oktavia (051211133014)
Ayu Rohmawati (051211133007)

Departemen Farmasetika
FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS AIRLANGGA
SURABAYA
2015
KEMASAN DAN WADAH
I. PENGERTIAN KEMASAN DAN WADAH

Menurut keputusan kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik


Indonesia Nomor HK.00.05.4.1745, wadah adalah kemasan yang bersentuhan langsung
dengan isi. Menurut SK Menkes No.193/Kab/B/VII/71 peraturan tentang pembungkus dan
penandaan wadah, wadah adalah salah satu komponen yang penting untuk sediaan farmasi,
karena ketidaksesuaian wadah akan mempengaruhi obat secara keseluruhan termasuk
kestabilan dan efek terapi obat. Menurut USP, wadah adalah alat untuk menampung suatu
obat, atau mungkin dalam hubungan langsung dengan obat tersebut.
Pengemas diartikan sebagai wadah, tutup, dan selubung sebelah luar, artinya
keseluruhan bahan kemas, dengannya obat ditransportasikan dan/atau disimpan.
Kemasanadalah penyatuan dari bahan yang dikemas (bahan yang diisikan) dan pengemas.
Bahan kemas yang kontak langsung dengan bahan yang dikemas, dinyatakan sebagai bahan
kemas primer, sebaliknya pembungkus selanjutnya seperti kotak terlipat, karton dan
sebagainya dinamakan bahan kemas sekunder.

Pembagian wadah untuk injeksi dibagi menjadi dua macam yaitu:

1. Wadah dosis tunggal, adalah suatu wadah yang kedap udara yang mempertahankan jumlah
obat steril yang dimaksudkan untuk pemberian parenteral sebagai dosis tunggal dan yang bila
dibuka tidak dapat ditutup rapat kembali yang dengan jaminan tetap steril. Contoh: ampul.
2. Wadah dosis ganda, adalah wadah kedap udara yang memungkinkan pengambilan isinya
perbagian berturut-turut tanpa terjadi perubahan kekuatan, kaulitas atau kemurnian bagian
yang tertinggal. Contoh: vial atau botol serum
Dalam industri farmasi, kemasan yang terpilih harus cukup melindungi kelengkapan
suatu produk. Karenanya seleksi kemasan dimulai dengan penetuan sifat-sifat fisika dan
kimia dari produk itu, keperluan melindunginya, dan tuntutan pemasarannya. Secara umum,
hal-hal penting yang harus diperhatikan dari wadah adalah:
1. Harus cukup kuat untuk menjaga isi wadah dari kerusakan
2. Bahan yang digunakan untuk membuat wadah tidak bereaksi dengan isi wadah
3. Penutup wadah harus bisa mencegah isi:
 Kehilangan yang tidak diinginkan dari kandungan isi wadah
 Kontaminasi produk oleh kotoran yang masuk seperti mikroorganisme atau uap yang akan
mempengaruhi penampilan dan bau produk.
4. Untuk sediaan jenis tertentu harus dapat melindungi isi wadah dari cahaya
5. Bahan aktif atau komponen obat lainnya tidak boleh diadsorpsi oleh bahan pembuat wadah
dan penutupnya, wadah dan penutup harus mencegah terjadinya difusi melalui dinding wadah
serta wadah tidak boleh melepaskan partikel asing ke dalam isi wadah
6. Menunjukkan penampilan sediaan farmasi yang menarik

Berdasarkan pertimbangan tentang kondisi penutupan dalam Farmakope Indonesia,


penyimpan obat dikelompokkan :
1. Wadah tertutup baik, yaitu wadah yang dapat melindungi isinya dari zat padat dari luar dan
dari hilangnya obat pada kondisi pengangkutan, pengapalan, penyimpanan dan distribusi
yang lazim.
2. Wadah tertutup baik terlindung dari cahaya
3. Wadah tertutup rapat, yaitu wadah yang dapat melindungi isinya dari kontaminasi cairan-
cairan, zat padat atau uap dari luar, dari hilangnya obat tersebut, dan dari pengembangan,
pencairan, atau penguapan pada kondisi pengangkutan, pengapalan, penyimpanan, dan
distribusi yang lazim. Suatu wadah tertutup rapat ditutup kembali sehingga kemampuan yang
sama seperti sebelum dibuka.
4. Wadah tertutup rapat terlindung dari cahaya

Bahan kemas yang kontak langsung dengan bahan yang dikemas, dinyatakan dengan
bahan kemas primer, sebaliknya pembungkus selanjutnya, seperti kotak terlipat, karton dan
sebagainya dinamakan sebagai bahan kemas sekunder. Untuk menjamin stabilitas produk,
harus ditetapkan syarat yang sangat tegas terhadap bahan kemas primer, yang seringkali
menyatu dengan seluruh bahan yang diisikan baik berupa cairan dan semi padatan. Bahan
kemas sekunder pada umumnya tidak berpengaruh terhadap stabilitas.
Jenis kemasan primer dalam sediaan steril terdapat wadah gelas, wadah plastik, wadah
metal, wadah karet.

WADAH KACA
I. PENGERTIAN DAN KONSEP

Kaca merupakan produk leburan senyawa organik yang didinginkan tanpa terjadinya
kristalisasi atau dapat disebut cairan kaku. Kaca digunakan sebagai bahan wadah pilihan
untuk sediaan Parenteral. Terutama terdiri dari silikon dioksida dengan jumlah yang
bervariasi dari oksida yang lain seperti natrium, kalium, maupun kalsium.
Wadah kaca yang baik, dapat digambarkan berikut :
a) Wadah kaca harus mampu menahan tekanan, khususnya selama siklus sterilisasi dengan
autoklaf.
b) Wadah juga harus transparan sehingga mudah untuk melakukan pemeriksaan terhadap isi
wadah.
c) Mempunyai ketahanan kimia terhadap interaksi dengan isi serta tidak mengabsorbsi atau
mengeluarkan bahan organic.
d) Mudah dibersihkan karena mempunyai permukaan yang licin.

II. TIPE-TIPE WADAH KACA

Gelas yang digunakan untuk kemasan dalam mengemas sediaan farmasi digolongkan
menjadi empat kategori tergantung pada bahan kimia dari gelas tersebut dan kemampuannya
untuk mencegah peruraian, yaitu :

a. Tipe I – borosilicate glass (gelas borosilikat dengan daya tahan tinggi)

Pada proses pembuatan sebagian besar alkali dan kation tanah diganti oleh boron
dan atau alumunium serta zink. Mempunyai daya tahan kimiawi yang sangat baik sehingga
tidak mempengaruhi preparat parenteral yang sangat peka, lebih baik daripada gelas natrium
karbonat. Umumnya digunakan untuk sediaan parenteral.

b. Tipe II – treated soda lime glass (gelas soda kapu yang diproses)

Adalah gelas soda kapur silikat yang sudah mengalami pengerjaan permukaan pada
bagian yang berhubungan dengan isinya dan mempengaruhi preparat farmasi yang dikemas.
Umumnya digunakan untuk sediaan parenteral bersifat asam dan netral.

c. Tipe III – regular soda lime glass (gelas soda kapur biasa)
Adalah gelas soda kapur silikat yang mempunyai daya tahan kimiawi yang cukup
sehingga tidak mempengaruhi preparat farmasi yang dikemas. Biasanya tidak digunakan
untuk sediaan parenteral, kecuali jika data uji stabilitas yang sesuai menunjukkan bahwa
kaca Tipe III memenuhi untuk sediaan parenteral yang dikemas di dalamnya.

d. Tipe NP – general purpose soda lime glass (gelas soda kapur untuk penggunaan umum)

Adalah gelas soda kapur silikat yang digunakan untuk produk non parenteral yang
dimaksud untuk pemakaian penggunaan oral dan topical.
Gelas Komposisi Sifat-sifat Aplikasi
Tipe 1 Borosilikat Resistensi terhadap Sediaan parenteral asidik dan
hidrolisis tinggi,eksporasi netral, bisa juga untuk sediaan
termal rendah alkali yang sama
Tipe II Kaca soda kapur Resistensi hidrolitik relatif Sediaan parenteral asidik dan
(diperlukan tinggi netral, bisa juga untuk sediaan
dealkalisasi) alkalin yang sesuai
Tipe III Kaca soda kapur Sama dengan tipe II, tapi Cairan anhidrat dan produk
(tidak mengalami dengan pelepasan oksida kurang, sediaan parenteral jika
perlakuan sesuai
Tipe NP Kaca soda kapur Resistensi hidrolitik sangat Hanya digunakan untuk
(penggunaan rendah sediaaan non parenteral (oral,
umum) topikal, dsb)

Wadah yang biasa menggunakan gelas adalah botol, pot, vial, dan ampuls. Kemasan
gelas dibuat dari tiga tipe gelas, yaitu gelas netral (Tipe I) bersifat kurang alkali dan lebih
banyak aluminium, gelas surface treated/borosilikat (Tipe II) bersifat kurang alkali dan lebih
banyak aluminium, sangat baik dan harganya sangat mahal, dan gelas soda / alkali (Tipe III)
digunakan untuk bahan padat kering dan cairan bukan air.

Untuk sediaan dengan berat di atas 2 g, biasa digunakan pot dari gelas. Gelas
melindungi dengan baik dan cocok dengan banyak produk. Untuk produk yang dipengaruhi
oleh cahaya, seperti salep yang mengandung fenol aktif atau garam merkuri, gelas yang
berwarna kuning - sawo matang (coklat) sering digunakan untuk mencegah perubahan warna
dari zat aktif. Tutup harus dapat mencegah sediaan menjadi kering atau penguapan air dan zat
aktif yang mudah menguap.
Kelebihan menggunakan gelas antara lain, inert, kedap udara, dibuat dari bahan yang
relatif murah, tidak mudah terbakar, bentuknya tetap, mudah diisi, mudah ditutup, dapat
dikemas menggunakan packaging line, mudah disterilisasi, mudah dibersihkan dan dapat
digunakan kembali.
Kekurangan gelas sebagai wadah untuk menyimpan sediaan semisolid dibandingkan
dengan logam dan plastik adalah lebih rapuh (mudah pecah) dan lebih berat untuk
pengiriman. Kemasan untuk konsumen yang terbuat dari gelas bukan merupakan wadah yang
paling higienis karena wadah akan sering dibuka berulang – ulang oleh konsumen, dimana
tangannya tidak selalu bersih.
Oksida yang terkandung dalam formulasi kaca dapat tercuci ke dalam larutan pada
kontak dengan kaca, terutama selama peningkatan reaktivitas sterilisasi termal. Oksida yang
terlarut dapat:
a) menghidrolisis untuk menaikkan pH larutan.
b) mengkatalisis reaksi atau masuk ke dalam reaksi.
c) Selain itu, beberapa senyawa gelas dapat terdesak oleh larutan dan serpihan kaca masuk ke
dalam larutan.
Keterangan : hal tersebut dapat diminimalkan dengan pemilihan komposisi kaca yang tepat.

Source : STERILE DOSAGE FORMS (PARENTERALS)


By; Dr. Osama Amin Mahmoud
PAGE 22-24

 contoh wadah kaca


Gambar 1. Wadah Ampul

Gambar 2. Wadah Vial

III. VALIDASI

Tabel 1. Tipe gelas USP, Batas uji dan petunjuk pemilihan


Batas Uji
Ukuran H2SO4 0,020 N
Tipe Tipe Uji Pengunaan umum
(ml) (ml)
Tipe I Gelas yang Untuk larutan air, baik yang
Semua 1,0
Gelas borosilikat diserbuk didapar maupun tidak
100 atau
Larutan air yang didapar
Tipe II kurang dari
Serangan 0,7 dengan pH dibawah 7
Gelas soda kapur
100 Serbuk kering, larutan
air 0,2
yang diproses Lebih dari
minyak
100
Tipe III Gelas yang Serbuk kering, larutan
Semua 8,5
Gelas soda kapur diserbuk minyak
Bukan untuk sedian

NP parenteral, untuk tablet,


Gelas yang
Gelas soda kapur Semua 15,0 larutan oral, dan suspensi
diserbuk
tujuan umum oral, salep dan cairan untuk
obat luar

1. Uji Transmisi cahaya


Alat:
Spektrofotometer dengan kepekaan dan ketelitian yang sesuai untuk pengukuran

jumlah cahaya yang ditransmisi oleh wadah sediaan farmasi yang terbuat dari bahan gelas.

Penyiapan contoh:
Potong wadah kaca dengan gergaji melingkar yang dipasang dengan roda abrasif basah,
seperti suatu roda berlian. Wadah dari kaca tiup dipilih bagian yang mewakili ketebalan rata-
rata dinding dan potong secukupnya hingga dapat sesuai untuk dipasang dalam
spektrofotometer. Wadah gelas tadi dicuci dan dikeringkan dengan hati-hati untuk
menghindari adanya goresan pada permukaan. Gelas contoh kemudian dibersihkan dengan
kertas lensa dan dipasang pegangan contoh dengan bantuan paku lilin.

Prosedur:
Potongan diletakkan dalam spektrofotometer denagn sumbu silindris sejajar terhadap
bidang celah dan lebih kurang di tengah celah. Jika diletakkan dengan benar, sorotan cahaya
normal terhadap permukaan potongan dan kehilangan pantulan cahaya minimum. Ukur
tranmitans potongan dibandingkan dengan udara pada daerah spektrum yang diinginkan
terus-menerus dengan alat perekam atau pada interval lebih kurang 20 nm dengan alat
manual pada daerah panjang gelombang 290 nm—450nm.
Batas:
Transmisi cahaya yang diukur tidak melewati batas yang tertera pada tabel 1, untuk
wadah sediaan parenterral. Transmisi cahaya wadah kaca atau gelas tipe NP untuk sediaan
oral atau topikal tidak lebih dari 10% pada setiap panjang gelombang dalam rentang 290nm
—450nm.

Ukuran nominal Presentase maksimum Transmisi Cahaya


(dalam ml) pada panjang gelombang antara 290 dan 450
nm
Wadah segel-bakar Wadah segel tutup rapat

1 50 25
2 45 20
5 40 15
10 35 13
20 30 12
50 15 10

Catatan setiap wadah dengan ukuran antara seperti yang tertera pada tabel di atas
menunjukkan transmisi tidak lebih dari wadah ukuran lebih besar seperti yang terterapada
tabel. Untuk wadah lebih dari 50 ml, gunakan batas untuk 50 ml.

2. Uji Tahan Bahan Kimia

Prinsip:
Alat Pereaksi
1) 1. Otoklaf dengan suhu yang dipertahankan 121  1) Air kemurnian tinggi dengan
2) 2,0 dan mampu menampung 12 wadah diatas konduktivitas 0,15m
3) permukaan air. 2) Larutan merah metil
2) 2. Lumpang dan alu yang terbuat dari baja-diperkeras
3) 3. Pengayak terbuat dari baja tahan karat ukuran 20,3
cm yaitu nomor 20,40 dan 50
4) 4. Labu erlenmeyer 250ml terbuat dari kaca tahan
lekang
5) 5. Palu 900 g
6) 6. Magnit permanen
7) 7. Desikator
8) 8. Alat volumetrik secukupnya

Menetapkan daya tahan wadah kaca atau gelas baru (yang belum pernah digunakan)
terhadap air. Tingkat ketahanan ditentukan dari jumlah alkali yang terlepas dari kaca karena
pengaruh media pada kondisi ynag telah ditentukan. Pengujian dilakukan di ruangan yang
relatif bebas dari asap dan debu berlebihan.

Prosedur
Bahan uji ditambahkan 5 tetes indikator dn memerlukan tidak lebih dari 0,020ml
natrium hidroksida 0,020 N LV untuk mengubah warna indikator dan ini terjadi pada pH 5,6.

3. Uji Serbuk Kaca


Penyiapan contoh:
Pilih secara acak 6 atau lebih wadah, bilas dengan air murni, keringkan dengan udar
bersih dan kering. Hancurkan wadah hingga menjadi ukuran lebih kurang 25mm. Lalu
pecahan kaca dtumbuk dengan lumpang dan alu diteruskan dengan pengayakan nomor 20
setelah itu nomor 40. Ulangi
Tabel kembali
3. Alat penghancuran
dan pereaksi danbahan
untuk uji pengayakan.
kimia Kemudian pecahan
kaca diayak dengan ayakan yang menggunakan penggoyang mekanis selama 5 menit.
Pindahkan bagian yang tertinggal pada ayakan nomor 50, yang bobotnya harus lebih dari 10
g ke dalam wadah bertutup dan simpan dalam desikator hingga saat pengujian
Sebarkan contoh pada sehelai kertas kaca dan lewatkan magnit melalui contoh
tersebut untuk menghilangkan partikel besi yang terikut selama pengahancuran. Masukkan
contoh kedalam labu Erlenmeyer 250 ml terbuat dari kaca tahan bahan kimia dan cuci 6 kali,
tiap kali dengan dengan aseton. Keringkan labu dan isi pada suhu 140 selam 20 menit,
pindahkan butiran ke dalam botol timbang dan dinginkan dalam desikator. Contoh uji
digunakan dalam waktu 48 jam setelah pengeringan.

Prosedur :
Timbang contoh uji, masukkan ke dalam labu erlenmeyer 250 ml yang diekstraksi
dengan air kemurnian tinggi dalam tangas air pada suhu 90 selama tidak kurang dari 24 jam
atau pada suhu 121 selama 1 jam. Tambahkan 50,0 ml air kemurnian tinggi ke dalam labu
dan ke dalam labu lain untuk blanko. Tutup semua labu dengal gelas piala terbuat dari
borosilikat yang sebelumnya telah diperlakukan seperti ditetapkan denagn ukuran sedemikian
hingga dasar gelas piala menyentuh bagian tepi labu. Letakkan wadah dalam otoklaf dan
tutup hati-hati, biarkan lubang ventilassi terbuka. Panaskan hingga uap keluar dan lanjutkan
pemanasan selama 10 menit. Tutup lubang ventilasi dan atur suhu 121 . Pertahankan suhu
pada 121  2 selam 30 menit dihitung saat suhu tercapai. Kurangi panas hingga otoklaf
mendingin dan mencapai tekanan atmosfer dalam 38 menit hingga 46 menit, jika perlu buka
lubang ventilasi untuk mencegah terjadinya hampa udara. Dinginkan segera labu dalam air
mengalir, enaptuangkan air dalam labu ke dalam bejana sesuai yang bersih dan cuci sisa
serbuk kaca 4 kali , tiap kali dengan 15 ml air kemurnian tinggi.
Tambahkan 5 tetes larutan merah metil dan titrasi segera dengan asam sulfat 0,020 N
LV. Catat volume asam sulfat 0,020 N yang digunakan untuk menetralkan ekstrak dari 10 g
contoh uji, lakukan titrassi blanko. Volume tidak lebih dari yang tertera pada tabel tipe kaca
dan tabel uji untuk tipe gelas yang diuji.

4. Uji Ketahanan terhadap Air pada Suhu 121

Penyiapan contoh:
Pilih secara acak 3 atau lebih wadah bilas 2 kali dengan air kemurnian tinggi.

Prosedur :
Isi setiap wadah dengan air kemurnian tinggi hingga 90% dari kapasitas penuh dan
lakukan prosedur seperti yang tertera pada uji serbuk kaca mulai dengan “Tutup semua
labu…..”, kecuali waktu pemansan dengan otoklaf 60 menit bukan 30 menit dan diakhiri
dengan “untuk mencegah terjadinya hampa udara”. Kosongkan isi dari 1 atau lebih wadah ke
dalam gelas ukur 100 ml. Jika wadah lebih kecil, gabungkan isi dari beberapa wadah untuk
memperoleh voluyme 100 ml. Masukkan kumpulan contoh dalam labu erlenmeyer 250 ml
terbuat dari kaca tahan bahan kimia, tambahkan 5 tetes larutan metil merah, titrasi dalam
keadaan hangat dengan asam sulfat 0,020N LV. Selesaikan titrasi dalam waktu 60 menit
setelah otoklaf dibuka. Catat volume asam sulfat 0,020 N yang digunakan , lakukan titrasi
blanko dengan 100 ml air kemurnian tinggi pada suhu yang sama dan dengan jumlah
indikator yang sama. Volume tidak lebih dari yang tertera pada tabel tipe kaca dan batas uji
untuk tipe kaca yang diuji.

5. Uji Arsen

Arsen tidak lebih dari 0,1 bpj;gunakan sebagai larutam uji 35 ml air dari 1 wadah kaca
tipe I, atau jika wadah lebih kecil , 35 ml dari kumpulan isi dari beberapa wadah kaca tipe I,
yang disiapkan sesuai prosedur seperti yang tertera pada ketahanan terhadap Air pada suhu
121.

Source : Departemen Kesehatan RI. Farmakope Indonesia edisi IV. Departemen Kesehatan
Republik Indonesia, Jakarta. 1995.

WADAH PLASTIK

I. KRITERIA WADAH PLASTIK

Bahan plastik telah banyak digunakan sebagai wadah untuk berbagai produk. Saat ini,
plastik juga telah dikembangkan untuk pengemasan produk-produk parenteral termasuk
cairan infus dan injeksi volume kecil. Plastik yang digunakan sebagai wadah untuk berbagai
produk, baik sediaan farmasi maupun produk lainnya, harus memiliki kriteria berikut:
1. Komponen produk yang bersentuhan langsung dengan bahan plastik tidak diadsorpsi secara
signifikan pada permukaan plastik tersebut dan tidak bermigrasi ke atau melalui plastik
2. Bahan plastik tidak melepaskan senyawa-senyawa dalam jumlah yang dapat mempengaruhi
stabilitas produk atau dapat menimbulkan risiko toksisitas
II. JENIS PLASTIK

Terdapat dua jenis plastik yang digunakan dalam pengemasan sediaan parenteral, yaitu :
1. Termoset, yaitu jenis plastik yang stabil pada pemanasan dan tidak dapat dilelehkan sehingga
tidak dapat dibentuk ulang. Plastik termoset digunakan untuk membuat penutup wadah gelas
atau logam.
2. Termoplastik, yaitu jenis plastik yang menjadi lunak jika dipanaskan dan akan mengeras jika
didinginkan. Dengan kata lain, termoplastik adalah jenis plastik yang dapat dibentuk ulang
dengan proses pemanasan. Polimer termoplastik digunakan dalam pembuatan berbagai jenis
wadah sediaan farmasi.

Tabel 4: Contoh plastik yang digunakan untuk wadah sediaan parenteral


Sterile plastic device Plastic material
Container for blood products Polyvinyl chloride
Disposable syringe Polycarbonate, polyethylene, polypropylene
Irrigating solution container Polyethylene, polyolefins, polypropylene
IV infusion fluid container Polyvinyl chloride, polyester, polyolefins
Administration set Acrylonitrile butadiene styrene
Nylone (spike)
Polyvinyl chloride (tube)
Polymethylmetachrylate (needle adapter)
Polypropylene (clamp)
Catheter Teflon, polypropylene

III. KEUNTUNGAN DAN KERUGIAN

Beberapa keuntungan penggunaan plastik untuk kemasan adalah sebagai berikut :


1. Fleksibel dan tidak mudah rusak/pecah
2. Lebih ringan
3. Dapat disegel dengan pemanasan
4. Mudah dicetak menjadi berbagai bentuk
5. Murah
Di samping keuntungan-keuntungan di atas, penggunaan plastik untuk kemasan juga
memiliki berbagai kerugian, antara lain sebagai berikut :
1. Kurang inert dibandingkan gelas tipe I
2. Beberapa plastik mengalami keretakan dan distorsi jika kontak dengan beberapa senyawa
kimia
3. Beberapa plastik sangat sensitif terhadap panas
4. Kurang impermeabel terhadap gas dan uap seperti gelas
5. Dapat memiliki muatan listrik yang akan menarik partikel
6. Zat tambahan pada plastik mudah dilepaskan ke produk yang dikemas
7. Senyawa-senyawa seperti zat aktif dan pengawet dari produk yang dikemas dapat tertarik

Wadah plastik untuk sediaan farmasi dibuat dari satu atau lebih polimer dengan
berbagai bahan tambahan. Dengan penambahan bahan tambahan, karakteristik penampilan
dari polimer dapat diperbaiki. Bahan tambahan tersebut dapat berupa cairan, padatan atau
serbuk halus. Bahan tambahan yang digunakan tergantung dari jenis polimer dan metode
produksi yang digunakan. Bahan tambahan yang umumnya digunakan dalam wadah plastik
adalah antioksidan, stabilizer, lubricant, plastikizer, pengisi, dan pewarna.
IV. BAHAN TAMBAHAN

1. Antioksidan
Polimer sering kali terurai dengan adanya panas, cahaya, ozon dan tekanan mekanik
yang menimbulkan udara yang terperangkap selama proses pembuatan dan penggunaan akhir.
Reaksi oksidasi dapat menghasilkan bentuk radikal bebas yang dikontribusikan secara
bergiliran untuk degradasi polimer yang menyebabkan plastik kehilangan fisik penting dan
sifat mekanik. Dengan adanya antioksidan di dalam formulasi plastik akan mengurangi
tingkat degradasi secara significant dan memperpanjang umur penggunaan wadah plastik
tersebut.
Ada dua tipe antioksidan, yaitu:
 Antioksidan primer: merupakan ujung rantai radikal bebas. Pada dasarnya antioksidan primer
merupakan donor hydrogen yang dapat mengakhiri reaksi penggabungan radikal bebas.
Contoh: arilamin sekunder.
 Antioksidan sekunder: dapat merusak peroksida dan hal ini menyebabkan eliminasi
pembentukan radikal bebas. Contoh: fosfat dan tioester.

Sering kali lebih dari satu antioksidan digunakan dalam suatu polimer untuk mendapatkan
efek yang sinergis dari kombinasi beberapa antioksidan.
2. Stabilizer
Berguna untuk mencegah degragasi polimer oleh panas dan cahaya. Selain itu juga
dapa berguna untuk memperpanjang umur polimer. Contoh: garam asam lemak, oksida
anorganik, organometalik.
3. Lubricant
Lubricant digunakan untuk memodifikasi karakteristik permukaan dari polimer yang
dicetak dan membantu proses pencetakan. Penambahan lubricant pada polimer secara umum
mengurangi viskositas dari polimer tersebut, yakni menyenyebabkan polimer lebih mudah
mengalir selam rposes pencetakan. Lubricant juga memodifikasi permukaan polimer yang
dibuat agar polimer tersebut tidak melekat pada mesin pencetak. Lubricant yang paling
banyak dipakai adalalah asam lemak, logam stearat, lemak paraffin, silicon, fatty alcohol,
fatty esters, fatty amides.
4. Plasticizer
Plasticizer digunkan untuk memperbaiki daya kerja dari polimer, fleksibilitas,
ekstensibilitas, daya banting, dan kelenturan. Disamping itu penamabahan plasticizer dapat
mengurangi daya rentang polimer. Plasticizer yang sering dipakai adalah dialkil phtalat,
polimer dengan BM kecil.

5. Filler (Bahan Pengisi)


Penambahan bahan pengisi pada polimer memperbaiki fleksibilitas, ketahanan terhadap
bantingan, stabilitas terhadap panas, dan mengurangi biaya pembuatan. Penambahan bahan
pengisi biasanya tidak mengurangi transparansi dari wadah plastik.
6. Colorant (Bahan Pewarna)
Bahan pewarna ditambahkan untuk memberikan warna pada plastik.

V. PLASTIK YANG DIGUNAKAN UNTUK WADAH SEDIAAN


PARENTERAL VOLUME BESAR (LVP)

 Polyolefins
1. Polypropylene
Polypropylene adalah polyolefin yang paling banyak digunakan. Polyethylene berbentuk
linear. Struktur kimianya disusun secara komplit oleh carbon dan hidrogen.
-(- CH2 – CH(CH3) – CH2 – CH(CH3) -)-n
Pengulangan dari struktur ini memberikan struktur kristal yang tinggi. Dalam susunan kristal,
gugus-CH3 menambah kekakuan dari polimer. Polypropylene memiliki daya rentang yang
tinggi yang mampu menahan tekanan. Daya rentang yang tinggi, dalam hubungannya dengan
titik leleh yang tinggi pula yaitu 165C, sangat penting untuk manufaktur LVP karena wadah
yang dibuat dari polypropylene memiliki kemapuan untuk menahan temperatur tinngi pada
proses sterilisasi tanpa terurai.
Polypropylene sangat resisten terhadap hampir semua pelarut organik pada temperatur
kamar, asam dan basa kuat. Polypropylene merupakan barier yang baik terhadap gas dan uap
air. Selain itu juga wadah yang terbuat dari polypropylene memberikan kejernihan yang
memuaskan. Kelemahan yang dimiliki polypropylene adalah rapuh pada temperatur kamar.
2. Polyethylene
Low density atau polyethylene yang bercabang adalah polimer etilen bercabang yang
dikomersialkan pertama kali. Polyethylene tipe ini disebut juga LDPE (Low Density
Polyethylene). Pada penggunaannya LDPE ini digantikan oleh linear low density
polyethylene (LLDPE) yang sedikit lebih mahal dan memiliki properti yang lebih diinginkan.
3. Copolymer
Kopolimer dari ethylene dan propylene telah banyak digunakan sebagai wadah
sediaan LVP. Dalam kenyataannya, polypropylene dan kopolimer dari etilen-propilen
merupakan polyolefins yang paling banyak digunakan sebagai wadah LVP.
Dengan pepaduan sedikit fraksi etilen sebagai kompleks polimer dengan propilen,
sejumlah sifat yang diinginkan dapat diperoleh. Penggabungan etilen mengurangi kekakuan
atau kekerasan dari propilen, memperbaiki pengolahan, dan sedikit mengurangi titik leleh
dari propilen. Titik lelehnya berkisar antara 145 dan 150C. Hal ini membuat kopolimer ethyl
propylene (EP) cocok untuk digunakan pada sterilisasi uap.

 Poly (vinyl Chloride)


Poly(vinyl chloride) atau PVC memiliki monomer vinyl dari monokloroetan. PVC
dihasilkan dari polimerisasi gas vinyl klorida (CH2=CHCl) dengan inisiator seperti peroksida
organik atau persufat anorganik. Inisiator bekerja untuk menghasilkan radikal bebas dan
menggabungkan reaksi polimerisasi. Hal ini dapat digambarkan sebagai:
R1OOR2à R1O* + R2O*
Dimana R1OOR2 adalah peroksida organik. Setelah radikal bebas peroksida dibentuk, reaksi
dengan monomer vinyl terjadi dan kemudian digabungkan.
Semua produk yang terbuat dari PVC, 45% brsifat fleksibel. Sifat-sifat dari PVC antara lain
adalah sebagai berikut:
 Rusak pada pemanasan yang berlebihan mulai 280C
 Barier yang sangat baik terhadap minyak menguap, alkohol dan pelarut petrolatum.
 Menahan odors dan flavors.
 Barier yang baik terhadap oksigen, tidak dipengaruhi oleh asam, basa kecuali beberapa asam
oksidator.
 Memiliki kerapatan yang lebih tinggi (1,16–1,35 g/cm3) dibandingkan dengan polimer lain
seperti polyethylene (0,92–0,96 g/cm3) dan polypropylene (0,90 g/cm3).

Tabel 5. Formulasi komponen PVC


Component Level (phr)a
PVC resin 100
Plastikizer 30 – 40
Stabilizer 0,25 – 7

a
phr = parts per hundred parts of resin by weight
1. PVC

Polystyrene
 Rigid, plastik kristal yang jernih, tidak bermanfaat untuk produk cair.
 Transmisi uap air tinggi dan permeabilitas terhadap oksigen tinggi.
 Wadah mudah tergores dan mudah retak bila jatuh.
 Titik lelh rendah (190F) tidak dapat untuk bahan panas.
 Tahan terhaadp asam (kecuali asam oksidator kuat) dan basa, dipengaruhi oleh bahan
senyawa kimia dan menyebabkan mudah retak.
2. Nylon

 Dibuat dari asam dibasa dan diamin (Nylon 6/10 : 6 atom karbon dalam diamin dan 10
dalam asam).
 Nylon dan poliamin tertentu dapat dibuat menjadi wadah dinding tipis.
 Dapat di sterilisasi dengan autoclave, sangat kuat dan cukup sulit dirusak secara
mekanik.
 Tahan terhadap berbagai bahan organik dan anorganik.
 Impermiabilitasnya tinggi terhadap oksigen.
 Bukan barier yang baik terhadap uap air.
3. Polycarbonate
 Rigid seperti gelas dan dapat disterilkan berulang.
 Cukup tahan terhadap bahan kimia.
 Barier yang cukup terhadap kelembaban.
 Tahan terhadap asam encer, zat oksidator dan reduktor, garam, minyak, minyak
pelumas, dan hidrokarbon alifatik.
 Dipengaruhi oleh alkali, amin, keton, ester, hidrokarbon aromatik, dan beberapa
alkohol.
 Mahal
4. Acrylic multi polymer (Nitrile Polymers)
 Mewakili monomer acrylo nitrile atau methaacrylo nitrile.
 Barier yang baik terhadap gas, tahan terhadap bahan kimia.
 Kekuatan sangat bagus dan aman dimusnahkan dengan incinerator
 Standar keamanan FDA: residu monomer acrylo nitrile kurang dari 11 ppm dengan
migrasi yang diizinkan kuang dari pada 0,3 ppm untuk semua produk makanan.
5. Polyethylene Terephtalate (PET)
 Polimer kondensai dibentuk oleh reaksi asam terephtalat atau dimetil terephtalat
dengan ethylene glycol dengan adanya katalis.
 Barier yang baik terhadap gas dan aroma.
 Kekuatan sangat baik.
VI. CONTOH WADAH PLASTIK

https://www.ismp.org/newsletters/acutecare/articles/200 http://www.indiamart.com/vishwa-
20515.asp enterprise-ahmedabad/plastic-
ampoul-cover.html
com.tr
VII. EVALUASI DAN UJI PLASTIK UNTUK LVP

FDA telah memberikan batasan petunjuk masalah evaluasi dan uji


bahan polimer. Dengan penggunaan plastik sebagai bahan untuk wadah
LVP, berikut ini dapat dipertimbangkan kerangka dasar untuk melakukan
pengujian:
1. Pemeriksaan, menurut prosedur USP untuk uji biologi dan fisikokimia,
jumlah dan tipe senyawa yang potensial untuk leaching atau terlepas dari
wadah plastik.
2. Pemeriksaan integritas atau stabilitas dengan uji terhadap efek kondisi
penyimpanan, misal: waktu, suhu, cahaya, kelembaban dan efek siklus
sterilisasi terhadap sifat fisik, kimia dan biologi dari wadah.
3. Melakukan uji lainnya dan menghasilkan data perkiraan untuk menjamin
keamanan dari wadah.
Berbeda dengan bahan plastik, penggunaan gelas sebagai wadah
LVP telah diterima sejak dulu kala karena kebijakan lebih dahulu dan
penggunaan dalam waktu yang lama. Hal ini bukan berarti bahwa gelas
dapat digunakan pada aplikasi LVP tanpa deretan uji yang umum.
Walaupun keuntungan bahan gelas melebihi bahan plastik, penggunaan
bahan plastik didukung oleh spesifikasi pada USP. Secara umum berbagai
wadah atau komponen yang kontak langsung dengan cairan LVP harus
diveluasi dengan perhatian yang khusus.
Karena LVP dapat dinjeksikan secara langsung ke seluruh tubuh
melalui rute IV, quality control dari wadah LVP menjadi sangat penting.
Beberapa prosedur pengujian harus dilakukan untuk menjamin keamanan
dari bahan plastik yang digunakan. Quality contol wadah akan dilakukan
untuk memenuhi spesifikasi uji biologi, kimia dan fisika.

1. Uji Sterilitas dan Uji Pirogenitas


Untuk wadah plastik, sejumlah sterilizing agent telah ditambahkan
untuk menjaga sterilitas tapi sterilisasi yang umunya digunakan adalah
sterilisasi dengan menggunakan autoklaf dan pengaliran wadah kosong
dengan gas etilen oksida steril. Namun, autoklaf (sterilisasi uap) hanya
dapat digunakan pada sedikit polimer yang tahan terhadap pemanasan
tanpa terjadi penguraian.
Setelah sterilisasi dilakukan, maka perlu dilakukan uji pirogenitas
dan uji sterilitas sebagai bagian penting pada quality control. Uji
pirogenitas dilakukan untuk membatasi resiko dari reaksi alergi dari
produk yang diinjeksikan yang terjadi dalam tubuh pasien. Pada uji ini
dilakukan pengukuran kenaikan suhu kelinci di atas suhu normal pada
pemberian injeksi IV sebuah dosis berkekuatan tidak lebih dari 10 ml/kg
setelah 10 menit. Uji pirogenitas dimasukkan sebagai kriteria bebas untuk
sebuah produk, tapi tidak seperti sterilitas, uji pirogenitas jarang
digunakan sebagai kriteria uji setelah produk diterima.
Uji sterilitas untuk memeriksa adanya bakteri yang hidup, jamur
dan/atau kapang dalam system LVP (cairan steril dan wadah). Untuk
beberapa cairan LVP dalam plastik, sterilitas dimasukkan sebagai
stabilitas utama untuk melihat ketahanan wadah dalam interval waktu
tertentu. Uji ini akan menemukan daerah wadah yang rentan, tempat-
tempat yang bermasalah, seperti kehilangan tutup karet pada obat,
tempat rongga udara atau penyegelan tutup karet yang tidak tepat.

2. Uji Fisika
Uji fisika dilakukan pada wadah plastik LVP untuk memeriksa
spesifikasi ukuran, ketahanan penutupan, dan design wadah yang sesuai.
a. Uji resin (Resin testing)
Berdasarkan penerimaan karet mentah, manufaktur farmasi
mencatat banyaknya jumlah dari karet mentah dan percaya tingkat
spesifikasi penerimaan ditetapkan oleh manufakture resin. Uji fisik yang
dilakukan meliputi ukuran titik leleh dan ukuran endapan spesifik.
b. Uji wadah (Package testing)
Uji fisika pada wadah yang berisi komplit merupakan cara yang
paling banyak dilakukan. Pengujian biasanya meliputi uji visual, seperti
kejernihan, lapisan tambahan, uji tetesan, dan uji kebocoran. Uji integritas
fisik meliputi uji kebocoran wadah, kebocoran tutup dan integritas, uji
dimensional (ukuran), dan kerusakan label.
c. Pemeriksaan visual pada kejernihan dan lapisan tambahan
Standard untuk kejernihan wadah telah ditetapkan oleh manufaktur
farmasi. Kejernihan ini mengungkinkan untuk pemeriksaan.
d. Keretakan wadah atau Paneling
Wadah dapat menjadi rapuh karena sterilisasi atau proses
manufaktur yang tidak sesuai. Pemeriksaan visual dilakukan pada waktu
yang sama dengan pemeriksaan kejernihan produk. Paneling adalah
peristiwa dimana wadah rata atau memipih pada salah satu sisi dari botol.
e. Kebocoran wadah (Body leakage)
Uji integritas setelah produk diisikan ke dalam LVP, dapat dilakukan
secara manual maupun menggunakan instrumentasi elektronik, dilakukan
untuk mengukur ketahanan yang berkurang ketika melewati jembatan
voltase. Cara ini medeteksi media cairan yang meninggalkan wadah. LVP
ditolak bila terjadi kebocoran pada wadah.
f. Kebocoran tutup dan Integritas (Closure leakage and integrity)
Sisi dari wadah biasanya disegel dengan menggunakan tutup karet
untuk menutup rongga udara. Tutup ini harus menjamin integritas dari
wadah. Berdasarkan validasi siklus sterilisasi untuk LVP khusus, bagian ini
harus diperhatikan karena bila terjadi kebocoran, maka akan berpengaruh
pada sterilitas.
g. Pemeriksaan ukuran (Demensional testing)
Ukuran dan berat dari wadah harus diperiksa sebelum wadah
diterima. Volume juga harus diperiksa seperti pada integritas wadah.
h. Pelabelan (labeling)
Label harus dilihat untuk memeriksa kelengkapan dari label pada
wadah, termasuk expiration date, penjelasan mengenai komposisi. Jika
label stampel panas dicetak pada wadah atau botol maka harus dilakukan
uji kebocoran dan integritas untuk menegaskan bahwa tidak ada kerusakn
pada wadah setelah pencetakan.

3. Uji Kimia
Uji kimia dari wadah LVP dan bahan polimer mentah itu sendiri
dilakukan tergantung pada polimer yang digunakan dan sifat yang
dinginkan pada wadah. Umumnya, pemeriksan kimia dari polimer yang
digunakan pada wadah LVP dilakukan oleh supplier/pemasok polimer.
Pemeriksaan tersebut meliputi analisis berat molekul, sisa pijar,
presentase logam berat dan pemeriksaan bahan tambahan seperti
sterarat atau antioksidan. Pemeriksaan QC meliputi:
a. IR spectra.
Identifikasi polimer dengan menggunakan spektroskopi IR sudah
biasa dilakukan. Sampel disiapkan pada pellet KBr atau tekanan kuat
hingga menjadi lapisan yang tipis. Gugus seperti –OH, C=O, dan –CH
dapat identifikasi berdasarkan pita serapan yang khas.
b. Uji logam berat
Kalsium (Ca) dan seng (Zn) merupakan logam yang sering diuji,
biasanya dilakukan dengan menggunakan AAS (Atomic Absorption
Spectrum). Logam berat ini ditambahkan pada formula polimer LVP
sebagai stabilizer (logam oksida), mold releasing agent (zinc stearat),
pewarna, seperti kalsium karbonat.
c. Pengisi tambahan
Pengisi ini merupakan bahan khusus yang harganya murah dan
berguna untuk memperpanjang polimer dan mengurangi harga plastik.
Pengisi memiliki efek menguatkan dam mengurangi penyusutan pada
cetakan serta meningkatkan koefisien panas. Pengisi yang sering
digunakan adalah kalsium karbonat dan talc. AAS dapat digunakan untuk
mendeteksi adanya kalsium dari kalsium karbonat dan analisis
thermogravimetric dapat digunakan untuk mengevaluasi jumlah talc yang
diisikan pada polimer.
d. Plasticizer
Plasticizer seperti senyawa phtalat (DEHP, di-2-ethyl-hexylphtalate
sering digunakan pada wadah PVC) harus diperiksa untuk melihat apakah
terjadi leaching dari wadah parenteral ke larutan dengan akumulasi lebih
lanjut di jaring tubuh dan organ pasien.
e. Antioksidan
Produk polyolefin mengandung antioksidan tertentu, seperti BHT
(butylated hydroxytoluene) dan DLPTDP (dilauril thiopropionate). Untuk
mengekstraksi antioksidan ini dapat digunkan kloroform sebagai pelarut.
Saat ini, ketika bahan plastik digunakn untuk wadah LVP, QC testing akan
menghitung secara kuantitatif antioksidan yang lepas atau migrasi dari
wadah ke cairan LVP untuk memeriksa bahwa senyawa yang lepas masih
di bawah tingkat toksik.

4. Uji Biologi Plastik dan Polimer Lain


Uji ini terdiri dari dua tahap pengujian. Tahap pertama lakukan uji
biologis secara in-vitro sesuai prosedur seperti yang ertera pada Uji
Reaktivitas secara Biologi in-vitro. Bahan yang memerlukan uji in vitro
tidak memerlukan uji lanjutan. Tidak ada kelas plastik dinyatakan
termasuk golongan ini. Bahan yang tidak memenuhi persyaratan uji in-
vitro harus diuji tahap kedua yang dilakukan denga uji in-vivo seperti Uji
injeksi sistemik, Uji intra-kutan, dan Uji implantasi sesuai dengan prosedur
yang tertera pada Uji Reaktivitas secara Biologi in-vivo.

a. Uji Reaktivitas secara Biologi in-vitro


Uji berikut dirancang untuk menentukan reaktivitas biologik biakan
sel mamalia setelah kontak dengan plastik elastomer dan bahan polimer
lain yang kontak dengan penderita secara langsung, atau dengan ekstrak
khusus yang dibuat dari bahan uji. Hal yang penting adalah menyediakan
luas permukaan spesifik untuk ekstraksi. Jika luas permukaan specimen
tidak dapat ditentukan, gunakan 0,1 g elastomer atau 0,2 g plastik atau
bahan lain untuk setiap mL cairan ekstraksi. Juga penting untuk berhati-
hati dalam penyediaan bahan-bahan tersebut untuk menghindari
kontaminasi mikroba dan zat asing lain.

Prosedur
Penyiapan sampel untuk ekstrak. Lakukan prosedur seperti yang tertera
pada Uji Reaktivitas secara Biologi in-vivo.
Penyiapan ekstrak. Lakukan penyiapan ekstrak seperti yang tertera pada
Uji Reaktivitas secara Biologi in-vivo, menggunakan larutan ijeksi Natrium
Klorid (natrium klorida 0,9%) atau media biakan sel mamalia bebas serum
sebagai pelarut ekstraksi. (Catatan bila ekstraksi dilakukan pada suhu
37C selama 24 jam, dalam inkubator, gunakan mdia biakan yang
ditambah serum. Kondisi ekstraksi tidak boleh menyebabkan perubahan
fisik seperti fusi atau pelelehan potongan kecuali sedikit pelengketan.

b. Uji Reaktivitas secara Biologi in-vivo.


Uji berikut dirancang untuk menentukan respon biologik hewan
terhadap plastik elastomer dan bahan polimer lain yang kontak dengan
penderita secara langsung atau tidak langsung, atau dengan penyuntikan
ekstrak khusus yang dibuat dari bahan uji. Hal yang penting yaitu
menyediakan daerah permukaan spesifik untuk ekstraksi. Jila daerah
permukaan specimen tidak dapat ditentukan, gunakan 100 mg elastomer
atau 200 mg plastik atau bahan lain untuk tiap mL cairan ekstraksi. Juga
untuk berhati-hati dalam penyediaan bahan-bahan yang akan disuntikkan
atau diteteskan guna menghindari kontaminasi mikroba dan zat asing lain.

Klasifikasi Plastik. Plastik diklasifikasikan menjadi enam kelas seperti yang


terlihat pada Tabel 3. klasifikasi berdasarkan respon terhadap serangkaian
uji in vivo yang ditetapkan untuk berbagai ekstrak, bahan dan cara
pemberian. Uji ini berhubungan langsung dengan penggunaan akhir
wadah plastik. Cairan ekstrak yang dipilih mewakili pembawa dalam
sediaan yang akan kontak denga plastik tersebut. Klasifikasi pada Tabel
3 memberikan informasi untuk pemasok, pemakai dan pabrik plastik
berupa ringkasan uji yang ditentukan oleh FI untuk wadah injeksi dan alat
kesehatan.

Tabel 3. Klasifikasi plastik


Kelas Plastik Uji yang akan dilakukan
I I II I V V Bahan Uji Hew Dosis Prosed
I I V I an ur
X X X X X X Ekstrak Menc 50 mL/kg A (iv)
sampel it
X X X X X X dalam 0,2 B
Injeksi Kelin mL/ekor
Natrium ci pada tiap
Klorida 10
tempat
penyuntik
an
X X X X X Ekstrak Menc 50 mL/kg A (iv)
sampel it
X X X X X dalam 0,2 B
Larutan Kelin mL/ekor
Alkohol ci pada tiap
dalam 10
Larutan tempat
Injeksi penyuntik
Natrium an
Klorida 1
dalam 20
X X X Ekstrak Menc 10 g/kg A (ip)
sampel it
X X dalam 0,2 B
Polietilen Kelin mL/ekor
Glikol 400 ci pada tiap
10
tempat
penyuntik
an
X X X X Sampel Menc 50 mL/kg A (ip)
dalam it
X X X Minyak 0,2 B
Nabati Kelin mL/ekor
ci pada tiap
10
tempat
penyuntik
an
X X Sampel strip Kelin 4 C
implan ci strip/ekor
X = uji yang diperlukan untuk setiap kelas
A (ip) = uji injeksi sistemik (intraperitoneal)
A (iv) = uji injeksi sistemik (intravena)
B = uji intrakutan
C = uji implantasi (implantasi intramuskular)

Kecuali untuk uji implantasi, prosedur berdasarkan penggunaan ekstrak


yang tergantung pada daya tahan bahan terhadap panas, dilakukan pada
salah satu dari 3 suhu, yaitu 50, 70, dan 121C. Oleh karena itu
penandaan kelas plastik harus disertai dengan suhu ekstraksinya, misal IV
-121, yang menunjukkan plastik kelas IV yang diekstraksi paad suhu
121, aatau I - 50, yang menunjukkan plastik kelas I yang diekstraksi
pada suhu 50. Uji yang tertera pada UJi Reaktivitas secara Bilogi in-vitro
dapat berguna sebagai sarana penapisan utnuk mengeluarkan bahan
yang tidak dapat diterima. Akan tetapi plastik dapat diklasifikasikan
sebagai plastik BPFI Kelas I sampai Kelas VI apabila didasarkan pada
kriteria respon yang ditetapkan pada Tabel 3.

Klasifikasi tidak berlaku untuk plastik yang dimaksudkan untuk wadah


sediaan oral atau topikal, atau yang mungkin digunakan sebagai bagian
dari formulasi obat. Tabel 3 tidak berlaku utnuk elastomer alamiah yang
harus diuji dalam Injeksi Natrium Klorida dan Minyak Nabati saja.
Prosedur
Penyiapan sampel Uji Injeksi sistemik dan Uji Intrakutan dapat dilakukan
dengan menggunkan ekstrak yang sama, atau dibuat ekstrak yang
terpisah untuk masing-masing uji. Pilih dan bagi menjadi bagian-bagian
Sampel dengan ukuran yang tertera. Buang partikel seperti serat dan
partikel bebas dengan memperlakukan setiap bagian sampel atau kontrol
negatif dengan cara sebagai berikut: Masukkan ke dalam labu ukur 100
mL bertutup kaca yang terbuat dari kaca Tipe I, dan tambahkan lebih
kurang 70 mL air untuk injeksi P. Kocok selama lebih kurang 30 detik dan
buang airnya, ulangi pencucian dan keringkan potongan sampel untuk
ekstraksi dengan minyak nabati dalam oven pada suhu tidak lebih dari
50C. Catatan Tidak boleh membersihkan sampel dengan kain kering
atau basah atau membilas atau mencuci dengan pelarut organik,
surfaktan, dsb.

Penyiapan ekstrak Masukkan sampel uji yang telah disiapkan ke dalam


wadah ekstraksi dan tambahkan 20 mL media ekstraksi yang sesuai.
Ulangi cara ini untuk setiap media ekstraksi yang diperlukan untuk uji.
Juga siapkan 20 mL blanko setiap media untuk penyuntikan pararel dan
dengan cara yang sama sebagai pembanding. Ekstraksi dengan
memanaskan dalam otoklaf pada suhu 121C selama 60 menit, dalam
oven pada suhu 70C selama 24 jam, atau pada suhu 50C selam 72 jam.
Biarkan cairan dalam wadah beberapa lama untuk mencapai suhu
ekstraksi.
Catatan Kondisi ekstraksi tidak boleh menyebabkan perubahan fisik
seperti fusi atau lelhnya potongan sampel, yang menyebabkan
berkurangnya luas permukaaan yang tersedia. Sedikit pelengketan antara
potongan sampel dapat diterima. Masukkan potongan yang telah
dibersihkan satu per satu ke dalam media. Bila digunakan tabung biakan
bertutup ulir untuk ekstraksi dalam otoklaf dengan minyak nabati, tuutp
ulir harus rapat dengan pita tekanan.
Dinginkan sampai kira-kira suhu kamar tapi tidak kurang dari 20, kocok
kuat selama beberapa menit dan segera enaptuangkan setiap ekstrak
secara aseptik ke dalam wadah kering dan steril. Simpan ekstrak pada
suhu antara 20 dan 30, dan jangan digunakan untuk uji setelah lebih
dari 24 jam. Hal yang penting adalah kontak antara media ekstrasi
dengan daerah permukaan plastik yang tersedia, waktu dan suhu selama
ekstraksi, pendiginan yang semestinya, pengocokan dan proses enap
tuang, dan penanganan aseptik serta penyimpanan ekstrak setelah
ekstraksi.

TUTUP KARET
I. ELASTOMERIC CLOSURE

Karet merupakan bahan polimer yang dapat ditarik/diregangkan sampai minimal dua
kali dari panjang dan akan kembali ke panjang semula jika dilepas, pada suhu kamar. Karet
merupakan bahan yang kompleks, terbentuk dari dua sampai 10 bahan dasar. Komponen
utama dari karet adalah elastomer. Tutup elastomerik dapat berasal dari bahan alam atau
sintetis. Sifat tutup elastomerik tidak hanya bergantung pada bahan-bahan di atas, tetapi juga
pada prosedur pembuatan seperti pencampuran, penggilingan, bahan pengabu yang
digunakan, pencetakan dan pemasakan. Contoh sifat yang diinginkan dari elastomer adalah
kompresibilitas dan kemampuan untuk menutup kembali.
Terdapat dua macam klasifikasi elastomer, yaitu jenuh dan tidak jenuh, tergantung
pada ikatan rangkap yang reaktif pada rantai utama atau rantai samping dari elastomer.
Derajat dari ikatan tak jenuh menunjukkan sifat fisik dan kimia dari elastomer yang nantinya
akan mempengaruhi sifat karet.

Sifat-sifat tutup elastomerik yang baik :


a. Permukaan harus licin dan tidak berlubang agar dapat dicuci bersih.
b. Menutup rongga-rongga kecil pada permukaan, seperti leher bagian dalam vial
atau dinding-dinding bagian dalam syringe hipodermik. Bahan lain seperti
gelas, logam tak memiliki kemampuan ini.
c. Kekerasan dan elastisitasnya harus mencukupi sehingga ia dapat melewatkan
jarum suntik tanpa membuatnya menjadi tumpul.
d. Mudah ditembus oleh jarum syringe hipodermik dan menutup rapat kembali
dengan cepat setelah jarum ditarik.
e. Pada masuknya jarum inJeksi tidak ada partikel tutup elastomerik yang
mencapai ke dalam larutan injeksi.
f. Tak mengalami perubahan sifat akibat proses sterilisasi
g. Impermeabel terhadap udara dan lembab (untuk meghindari peruraian obat
yang sensitif terhadap udara.
Pada pembuatan karet, disamping elastomer sebagai bahan utama juga digunakan bahan
tambahan:
1. Bahan vulkanisir / curing agent
Bahan yang berfungsi untuk menggabungkan rantai elastomer menjadi jaringan tiga
dimensi. Vulkanisasi menunjukkan bahwa proses tersebut menggunakan panas. Proses
penggabungan dengan radiasi gamma atau electron juga disebut vulkanisasi
walaupun tanpa panas. Sifat yang diinginkan dari karet untuk keperluan farmasi
adalah bersih, baik dari ekstrak atau bahan menguap.

2. Accelerators
Bahan ini berfungsi untuk mempercepat proses curing/vulkanisasi

3. Activator
Berfungsi untuk meningkatkan kecepatan penggabungan dengan cara bereaksi dengan
accelerator. Contoh : ZnO, asam stearat
4. Antioksidan-antiozon
Merupakan bahan antidegradasi. Bahan ini digunakan untuk meningkatkan ketahanan
dari elastomer tak jenuh. Terdapat dua macam antidegradan, yaitu :
a. Antidegradant kimia yang melindungi dengan cara teroksidasi terlebih dahulu,
missal fenol, amina.
b. Antidegradant fisika yang akan membentuk lapisan pelindung pada permukaan
karet, missal : lilin.
5. Plasticizers, lubrikan
Bahan ini digunakan untuk membantu proses pencampuran atau pembentukan karet,
melunakkan karet yang divulkanisir. Contoh : lilin paraffin, silicone oil, parrafinic oil,
organophospate.
6. Filler
Filler digunakan untuk memperbaiki karakteristik fisik; ketahanan terhadap gesekan;
densitas, serta mengurangi biaya. Contoh : carbon black, aliminium silikat (clay),
BaSO4, Magnesium silikat (talc), ZnO, silica. Yang perlu diperhatikan adalah : jumlah
filler, aktivitas permukaan dari filler, ukuran partikel (15-500 nm) dan bentuk.
7. Pigment
Bahan ini digunakan untuk keperluan estetika, memudahkan identifikasi produk.
Umumnya merupakan garam anorganik, ZnO, carbon black, pewarna organic.
Titanium oksida menghasilkan warna putih. FeO, CrO menghasilkan warna kuning,
merah, hijau. Phthalocyanine, ultramarine blue menghasilkan warna hijau dan biru.

Contoh penggunaan tutup elastomerik :


1. Tutup vial
Tutup vial elastomer digunakan sebagai tutup primer vial parenteral dan
merupakan salah satu jenis bahan yang banyak digunakan sebagai tutup sediaan
farmasi. Karet dapat dibentuk menjadi tutup vial dalam berbagai bentuk dan
ukuran, dari unit-dose sampai tutup wadah bermuatan beberapa liter. Kedudukan
tutup vial dijaga oleh lapisan segel logam sampai ke leher vial.
2. Tutup univial
Zat aktif yang tidak stabil dalam bentuk larutan berada dalam bentuk kering
sampai pada saat akan digunakan. Serbuk zat aktif berada pada bagian bawah
vial sedangkan diluen steril berada pada bagian atas. Dua bagian vial ini dibatasi
oleh karet, yang akan bergeser akibat adanya tekanan hidrostatik dari tekanan
yang diberikan pada tutup univial. Saat karet tergeser, akan terjadi proses
pencampuran dan disolusi dari serbuk zat aktif pada kompartemen bagian
bawah.
II. INTERAKSI SEDIAAN OBAT DENGAN TUTUP KARET
Persyaratan utama dari tutup wadah adalah:
1. Melindungi dan menjaga formulasi obat sampai pada saat digunakan oleh pasien.
2. Bersifat inert, tidak mengadsorbsi bahan-bahan dari sediaan obat. Komponen dari
tutup karet tidak bereaksi secara kimia dengan bahan-bahan dan sediaan obat.
3. Bersifat selektif permeable, dapat ditembus jarum hipodermik jika digunakan
untuk tutup vial dan tidak dapat ditembus oleh gas dan uap air.
4. Bersifat fleksibel, elastis dan resilient.

Interaksi yang mungkin terjadi antara tutup wadah dengan sediaan obat adalah:
a. Adsorpsi dari bahan yang berada pada permukaan tutup.
b. Absorbsi yang terjadi setelah adsorpsi
c. Permeasi, jika terjadi absorbs diikuti oleh perpindahan bahan ke dalam tutup.
d. Leaching jika bahan bergerak dari tutup ke sediaan obat.

Interaksi dipengaruhi oleh formulasi dari sediaan obat dan sistem dari tutup karet,
misal : suhu, luas permukaan, volume, pH, konsentrasi, tekanan lingkungan luar.
Contoh : absorbsi dari pengawet (benzyl alkohol, klorobutanol, metilparaben oleh
karet alam, karet neoprene, karet butyl).

III. PENCUCIAN KARET


1. Direndam dalam larutan HCl 2% selama 2 hari
2. Direndam dalam (larutan tepol 1%, Na Karbonat 0,5%) satu hari.
3. Dididihkan dalam larutan tersebut diatas selama 15 menit.
4. Diulang dengan larutan yang baru
5. Diulangi sampai didapat larutan yang jernih.
6. Direndam dalam aquadest, otoklaf 110OC 20 menit (1 kali atau 2 kali). Lihat air
rendaman ad jernih.
7. Dibilas dengan spiritus dilutus-air aa (dalam beaker glass) ad jernih.
Catatan : Karet dengan kualitas baik : langkah 1 dan 2 tidak dilakukan.

IV. UJI TUTUP ELASTOMERIK UNTUK INJEKSI

a. Prosedur Uji Biologi


Ada 2 tahap pengujian. Tahap pertama adalah uji in-vitro sesuai dengan prosedur
uji yang tertera pada uji reaktivitas secara biologi in-vitro. Bahan yang memenuhi
syarat uji in-vitro, tidak perlu diuji tahap kedua. Bahan yang tidak memenuhi
syarat uji in-vitro, lanjutkan dengan pengujian tahap kedua yaitu uji invivo,
menurut Uji injeksi sistemik dan Uji Intrakutan seperti yang tertera pada Uji
Reaktivitas secara Biologi in-vivo.
b. Prosedur Uji Fisikokimia
Uji berikut ini dimaksudkan untuk menetapkan sifat fisikokimia yang
berhubungan dengan ekstraksi tutup elastomeric. Karena uji berdasarkan pada
ekstraksi elastomer, maka jumlah luas permukaan dari contoh yang diekstraksi
adalah penting. Dalam tiap pengujian ditetapkan luas permukaan untuk diekstraksi
pada suhu yang telah ditetapkan. Metode uji direncanakan untuk mengetahui
variasi utama yang diharapkan.
Larutan pengekstraksi
a. Air murni P
b. Pembawa obat (bila dapat digunakan)
c. Isopropanol P

Peralatan
Otoklaf. Gunakan otoklaf yang dapat mempertahankan suhu 105 O ± 2O, yang
dilengkapi dengan thermometer, pengukur tekanan, dan rak yang sesuai untuk
tempat wadah pengujian di atas permukaan air.
Oven. Gunakan oven yang dapat mempertahankan suhu 105O ± 2O.
Alat refluks. Gunakan alat refluks yang sesuai, mempunyai kapasitas lebih kurang
500 mL.
Prosedur
Penyiapan, contoh : Letakkan dalam wadah ekstraksi yang sesuai sejumlah tutup
elastomeric yang memberikan luas permukaan 100 cm2. Tambahkan 300 ml air
murni P ke dalam masing-masing wadah, tutup dengan gelas piala yang dibalik
dan masukkan dalam otoklaf pada suhu 121 oC ± 0,5o , selama 30 menit. (Catatan :
atur kenaikan suhu dengan cepat, sebaiknya dalam waktu 2 menit sampai 5
menit). Enaptuangkan, menggunakan penapis baja tahan karat, sehingga tutup
tertahan dalam wadah. Cuci dengan 100 ml air murni, goyangkan perlahan dan
buang air cucian. Ulangi pencucian dengan 100 ml air murni P. Lakukan prosedur
yang sama untuk wadah blangko.
Ekstrak (dengan Larutan Pengekstraksi A). Masukkan sejumlah contoh yang telah
dipersiapkan pada Penyiapan contoh, dengan luas permukaan 100 cm2, ke dalam
wadah yang sesuai, tambahkan 200 ml air murni. Tutup dengan gelas piala yang
dibalik dan ekstraksi dengan pemanasan dalam otoklaf pada suhu 121 o selama 2
jam, biarkan sekama waktu secukupnya hingga cairan dalam wadah mencapai
suhu ekstraksi. Biarkan otoklaf mendingin dengan cepat dan dinginkan hingga
suhu kamar. Lakukan prosedur yang sama terhadap wadah blangko.
Ekstrak (dengan Larutan Pengekstraksi B atau Larutan Pengekstraksi C).
Masukkan sejumlah contoh yang telah dipersiapkan pada Penyiapan contoh
dengan luas permukaan 100 cm2, ke dalam alat refluks yang sesuai berisi 200 ml
Larutan Pengekstraksi B atau Larutan Pengekstraksi C, dan refluks selama 30
menit. Lakukan prosedur yang sama terhadap wadah blangko.
Kekeruhan (Gunakan Ekstrak yang disiapkan dengan larutan pengekstraksi A,
Larutan pengekstraksi B, atau Larutan Pengekstraksi C). Goyangkan wadah,
masukkan sejumlah ekstrak ke dalam sel, jika perlu encerkan dengan
pengekstraksi, dan ukur kekeruhannya dengan nefelometer yang sesuai seperti
yang tertera pada Spektrofotometri dan Hamburan Cahaya, terhadap baku tetap
yang reprodusibel (baku Nefelos). Kekeruhan adalah perbedaan antara harga yang
diperoleh untuk blangko dan contoh yang dinyatakan dalam unit Nefelos, suatu
skala numeric linier arbitari, menunjukkan rentang kekaburan dari kejernihan
mutlak sampai daerah kekeruhan.
Zat mereduksi (Gunakan ekstrak yang disiapkan dengan Larutan Pengekstraksi
A). Goyangkan wadah, pindahkan 50 ml ekstrak contoh ke dalam wadah yang
sesuai, dan titrasi dengan iodium 0,01 N LV, menggunakan 3 ml kanji LP sebagai
indikator. Lakukan penetapan blangko dan contoh dinyatakan dalam ml iodium
0,01 N.
Logam berat (Gunakan Ekstrak yang disiapkan dengan Larutan Pengekstraksi A
atau Larutan Pengekstraksi B). Masukkan 20 ml esktrak blangko dan ekstrak
contoh ke dalam tabung pembanding warna yang terpisah. Masukkan 2 ml, 6 ml
dam 10 ml Larutan baku timbal ke dalam tiga tabung pembanding warna yang
berbeda, tambahkan 2 ml asam asetat 1N pada tiap tabung, dan tambahkan air
hingga 25 ml. Tambahkan 10 ml hidrogen sulfida LP yang dibuat segar ke dalam
tiap-tiap tabung, campur, diamkan selama 5 menit dan amati dari atas ke bawah di
atas permukaan putih. Tetapkan jumlah logam berat dalam blangko dan dalam
contoh. Kandungan logam berat adalah perbedaan antara blangko dan contoh.
Perubahan pH (Gunakan ekstrak yang disiapkan dengan larutan pengekstraksi A
atau Larutan Pengekstraksi B. Tambahkan Kalium Klorida P secukupnya ke dalam
ekstrak A hingga kadar 0,1%). Tetapkan pH dari contoh ekstrak A dan ekstrak B
secara potensiometrik; lakukan penetapan blangko ekstrak A dan blangko ekstrak
B. Perubahan pH adalah perbedaan pH antara blanko dan contoh.
Bahan terekstraksi total (Gunakan Ekstrak yang disiapkan dengan Larutan
Pengekstraksi A, Larutan pengekstraksi B atau Larutan Pengekstraksi C).
Goyangkan wadah, masukkan 100 ml blangko dan contoh ke dalam cawan
penguap yang terpisah dan telah ditara. Uapkan diatas tangas uap hingga kering
atau dalam oven pada suhu 100o , keringkan pada suhu 105o selama 1 jam,
dinginkan dalam desikator dan timbang (Catatan : untuk ekstrak yang disisipkan
dengan Larutan pengekstraksi C tidak boleh diuapkan dalam oven). Hitung bahan
terekstraksi total, dalam mg dengan rumus :
2(WU – WB)
WU = bobot residu dari contoh ekstrak dalam mg
WB= bobot residu blangko dalam mg.
c. Uji Mekanik untuk Tutup Karet
1. Needle penetration
Mengukur daya yang diperlukan jarum suntik untuk menembus tutup karet
2. Resealability
Mengamati kemampuan lubang dari tutup karet untuk menutup kembali setelah
ditembus jarum suntik.
DAFTAR PUSTAKA

Keputusan Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia Nomor HK.00.05.4.1745
SK Menkes No.193/Kab/B/VII/71

Keputusan Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia Nomor


HK.03.1.23.10.11.08481 tahun 2011 Tentang kriteria dan tata laksana registrasi obat

Anonim. 2007. United States Pharmcopeia 30 - National Formulary 25. United States: The
United States Pharmacopeial Convention.

Anonim. 1995. Farmakope Indonesia Edisi IV. Jakarta: Departemen Kesehatan Republik
Indonesia

Direktorat Jenderal Pengawasan Obat dan Makanan; 1995. hal. 977-978


Wadah plastik sediaan steril. http://ifhaa-jasmin.blogspot.co.id/2012/05/wadah-plastik-
steril.html diakses tanggal 8 Desember 2015

Amin Mahmoud, Osama Dr. .STERILE DOSAGE FORMS (PARENTERALS).Page 22-24

Anda mungkin juga menyukai