Disusun oleh :
NIM : 202211101083
Adapun menurut Simamora, kemasan yang diberikan pada suatu produk memiliki
fungsi sebagai fungsi protektif dan fungsi promosional. Fungsi protektif adalah kemasan yang
digunakan berfungsi sebagai pelindung atau digunakan untuk menjaga keamanan suatu
produk dari hal-hal yang dapat merusak produk seperti ilkim, suhu, proses distribusi dan lain-
lain. Sedangkan yang dimaksud dengan fungsi promosional adalah kemasan digunakan
sebagai media promosi atau pemasaran yang dapat menarik perhatian konsumen. Selain itu,
fungsi lainnya dari bahan pengemas adalah:
Pemilihan kemasan untuk suatu produk farmasi perlu diperhatikan dengan baik dan
benar karena dapat mempengaruhi stabilitas dan mutu akhir dari suatu produk. Adapun untuk
menjamin stabilitas dari suatu produk, pemilihan material yang digunakan harus sesuai
dengan produk yang akan dikemas. Beberapa bahan dasar yang digunakan dalam
pengemasan adalah plastik, gelas, elastik atau karet dan logam atau paduan logam. Bahan
pengemas harus memenuhi persyaratan sebagai berikut:
1. Harus tidak reaktif, additif atau absortif sehingga tidak mempengaruhi keamanan,
identitas, kekuatan dan kemurnian dari suatu produk
2. Harus dapat melidungi produk dari faktor luar selama penyimpanan dan penggunaan yang
dapat menkontaminasi produk
3. Harus terjaga kebersihannya, apabila digunakan untuk produk steril maka perlu dilakukan
sterilisasi dan dibebas patogenkan untuk menjamin kebersihannya.
Gelas
Gelas merupakan satu bahan pengemas yang bersifat inert secara kimiawi, tidak
permeable, kuat, keras dan telah mendapat persetujuan oleh FDA untuk digunakan sebagai
bahan pengemas produk. Kemasan gelas/ kaca memiliki sifat tembus pandang, kuat,
mudah dibentuk, lembab, tahan terhadap pemanasan, dapat melindungi dari kontaminasi
flavor, tidak dapat ditembus oleh gas, cairan dan padatan, dapat diberi warna dan dapat
digunakan kembali (Stefanus, 2006).
Penggunaan kemasan gelas memiliki kelebihan tidak menurunkan mutu produk
selama penyimpanan dan dengan penutupan yang baik dapat mencegah kontaminasi
produk dari unsur luar. Namun, gelas memiliki kekurangan dapat ditembus oleh cahaya
sehingga penyimpanan produk dengan bahan pengemas gelas perlu dijauhkan dari sinar
matahari secara langsung serta mudah pecah dan cenderung berat dibandingkan dengan
bahan pengemas lainnya. Contoh kemasan gelas/ kaca adalah botol, jar, vial, ampul,
tumbler dan lain-lain.
Untuk mengemas sediaan farmasi, gelas digolongkan menjadi 4 kategori berbeda
berdasarkan bahan kimia dan kemampuan dalam mencegah penguraiannya, antara lain:
Komposisi gelas Sifat Kegunaan
Tipe II (Kaca kapur soda) Memiliki resistensi terhadap Digunakan untuk sediaan
dengan dealkalisasi hidrolitik yang relatif tinggi parenteral asidik dan netral,
namun juga digunakan
unruk sediaan alkalin yang
sesuai
Tipe III (Kaca kapur soda) Memiliki resistensi rerhadap Digunakan untuk sediaan
tanpa dealkalisasi hidrolitik yang relatif tinggi carian anhidrat dan beberapa
dengan pelepasan oksida produk parenteral yang
sesuai
Plastik
Plastik merupakan padatan yang terdiri dari molekul dan diperoleh dengan cara
polimerasi, polikondensasi, poliadisi atau proses serupa lainnya dari monomer atau
oligomer. Penggunan bahan kemasan plastik memiliki keunggulan karena mudah
dibentuk, berbobot ringan, tidak mudah pecah, bersifat tembus pandang, mudah diberi
label, harga relatif murah dan dapat diproduksi secara masal. Namun demikian, plastik
memiliki kelemahan seperti tidak tahan panas, berpotensi melepaskan migran berbahaya
yang dapat berasal dari sisa monomer yang sulit terbiodegradasi sehingga dapat
mencemari lingkungan. Adapun beberapa jenis plastik yang banyak digunakan adalah:
a. Polietilen (PE) merupakan bahan pengemas yang banyak digunakan untuk sediaan oral
kering yang tidak direkonstruksi menjadi bentuk larutan
b. Polietilen tereftalat (PET) adalah polimer terkondensasi yang berbentuk kristalin yang
banyak digunakan sebagai kemasan minuman berkarbonatasi dan dapat digunakan
untuk pengemasan sediaan oral
c. Polipropilen (PP) merupakan jenis polimer yang digunakan untuk pengemasan sediaan
padat kering atau sediaan cair oral
d. Polivinil khlorida (PVC) adalah jenis kemasan yang banyak digunakan secara umum.
PVC digunakan terutama untuk membentuk kemasan kaku dan sebagian besar
digunakan sebagai bahan dasar kantong cairan intravena
- Jika dibandingkan dengan kemasan gelas/ kaca, kemasan plastik memiliki berat yang
cukup ringan serta lebih tahan lama terhadap benturan. Selain itu, biaya pembuatan
yang lebih murah dan minimal resiko kerusakan selama pengangkutan membuat
industri farmasi banyak mempertimbangkan penggunaan plastik sebagai bahan kemas.
- Desain kemasan beragam dan penerimaan terjadap pasien cukup baik
- Dalam beberapa bentuk sediaan, penggunaan bahan kemas plastik dapat memiliki
fungsi ganda selain sebagai wadah juga sebagai aplikator. Seperti obat mata, obat
hidung dan lotion
Karet
Karet merupakan bahan dasar pengemas yang memiliki ciri khas berupa elastisitas
tinggi yang jika ditarik dapat kembali menjadi bentuk semula dan banyak digunakan dalam
pengemasan sediaan seperti botol infus. Bahan pengemas ini dapat ternuat dari karet alam,
karet sintesis dan bahan dengan elastisitas tinggi lainnya. Elastisitas karet memiliki gaya tarik
yang relatif rendah sehingga dapat meregang dengan kuat.
Pengujian stabilitas
Identifikasi pilihan bentuk kemasan dilakukan untuk mengetahui ketahanan fisik dan
kimiawi dari suatu produk. selain itu, identifikasi pilihan bentuk kemasan dimaksudkan
untuk dapat melindungi produk dari hal-hal yang dapat mempengaruhi stabilitas suatu
produk seperti kelembaban, termal, stabilitas cahaya dan kompatibilitas terhadap cahaya.
Selain itu pemilihan bentuk kemasan juga disesuaikan dengan kebutuhan klinis dari
produk atau obat, kebutuhan pasien, kebutuhan komersil, kebutuhan produksi serta
regulasi.
Anonim. 1995. Farmakope Indonesia Edisi IV. Departemen Kesehatan RI: Jakarta.
Fatimah, R., D.A, R., & Priadytama, I. (2012). Perancangan Kemasan Obat Tradisional
Menggunakan Metode Quality Function Deployment (Qfd). Prosiding Seminar
Nasional Aplikasi Sains & Teknologi (SNAST) Periode III, 129–135.
Kurniawan, Dhadang Wahyu & Teuku Nanda, S. S. (2012) Teknologi Sediaan Farmasi.
Purwokerto: Laboratorium Farmasetika Unsoed.
RI, B. P. O. dan M. (2005). Peraturan Badan pengawas Obat dan Makanan Nomor 33 Tahun
2018. Peraturan Badan Pengawas Obat Dan Makanan Republik Indonesia, 53, 1689–
1699.
Syarief, R. (2007). Pengemasan dan perlindungan mutu Bahan Pangan. Pengemasan Pangan,
1–27.