Nomor HK.00.05.4.1745, wadah adalah kemasan yang bersentuhan langsung dengan isi.
Menurut SK Menkes No.193/Kab/B/VII/71peraturan tentang pembungkus dan penandaan
wadah, wadah adalah salah satu komponen yang penting untuk sediaan farmasi, karena
ketidaksesuaian wadah akan mempengaruhi obat secara keseluruhan termasuk kestabilan dan
efek terapi obat. Menurut USP, wadah adalah alat untuk menampung suatu obat, atau mungkin
dalam hubungan langsung dengan obat tersebut.
Pengemas adalah salah satu komponen penting dari bentuk sediaa farmasi. Menurut
ketentuan yang berlaku diseluruh dunia, pengujian stabilitas sediaan farmasi harus dilakukan
dalam pengemas akhir yang akan dipasarkan. Pengemas terdiri dari berbagai material (gelas,
logam, plasti, karet) yang tidak selalu inert terhadap obat yang dikemas, karena secara sederhana
dapat menyebabkan terjadinya adsorpsi dan desorpsi dari pengemas menuju obat disamping
kemungkinan terjadinya interaksi.
Selain daripada itu secara fungsional, pengemas memberikan pula proteksi terhadap
ancaman fisika, iklim, biologi dan kimia. Dan yang tidak kalah pentingnya, adakalanya bentuk
pengemas akan memberikan ciri khusus terhadap bentuk sediaan farmasi yang dihasilkan oleh
suatu industri.
Pengemas dibedakan menjadi 2 macam, yaitu :
· Bahan pengemas primer : merupakan bahan kemas yang langsung kontak dengan sediaan
farmasi. Contoh : blister, strip, botol, ampul, vial, dll.
· Bahan pengemas sekunder : merupakan kemas yang membungkus pengemas primer. Contoh :
kardus pengemas botol, karton, dll.
Fungsi bahan pengemas :
· Sebagai wadah selama penyimpanan, distribusi atau transportasi.
· Melindungi produk di dalamnya.
· Memberikan penampilan yang lebih menarik.
· Memudahkan untuk penggunaannya.
· Memberikan identifikasi dan informasi.
· Memberikan kenyamanan penggunaannya.
Persyaratan untuk bahan pengemas yang digunakan sebagai pengemas produk farmasi :
1. Harus tidak reaktif, additif atau absortif sehingga dapat mempengaruhi keamanan, identitas,
kekuatan dan kemurnian dari produk.
2. Harus dapat melindungi produk terhadap faktor luar selama penyimpanan dan penggunaan, yang
dapat mempengaruhi atau mengkontaminasi produk.
3. Harus bersih dan bila untuk produk steril harus disterilkan dan dibebas patogenkan untuk
menjamin kesesuaian dengan pengguaannya.
Bahan pengemas sebelum digunakan harus memiliki rancang bangun yang tergantung pada :
1. Jenis produk.
2. Cara pemberian.
3. Ketersediaan bahan dan kompaktibilitasnya terhadap produk yang dikemas.
4. Bagaimana pengemasan dilaksanakan.
5. Bagaimana membuktikan konsistensi kualitas produk yang dapat dicapai.
Bahan-bahan yang digunakan sebagai pengemas :
· Gelas
Gelas merupakan barier yang bagus untuk semua jenis gas, cair dan kontaminan mikroba. Gelas
dapat berwarna. Kelemahan pengguanaan gelas untuk pengemas adalah pada tutup (kecuali pada
ampul), apabila tutup yang digunakan tidak tersegel secara rapat, maka dimungkinkan
kontaminan bisa masuk. Terlalu seringnya tutup dibuka dan atau kurang rapatnya tutup, juga
akan memungkinkan kontaminan masuk ke dalam gelas.
Contoh : botol, vial, ampul, syringe.
· Metal
Metal merupakan barier yang bagus untuk semua jenis gas, cairan dan kontaminan mikroba.
Kelemahan metal sebagai pengamas adalah pada tutup, beberapa dapat berkarat pada kondisi
lembab dan adanya oksigen. Contoh : kaleng, tutup, foil.
· Kertas dan karton
Kertas dan karton lebih banyak digunakan untuk bahan pengemas sekunder dan tersier seperti
label, leaflet, karton dan kotak.
· Plastik
Contoh : botol, jar, ampul, tutup, film, sheet, label, shrink sleeve, tube.Sifat barier sangat
beragam bergantung pada jenis plastiknya. Sebelum menggunakan plastik untuk pengemas,
harus diketahui bagaimana sifat barier terhadap kelembaban, uap dan gas agar diperoleh pilihan
pengemas yang tepat.
Kriteria pemilihan bahan pengemas primer :
1. Komposisi kemasan harus mempunyai sifat maksimum kompatibel (secara fisika dan kimia)
terhadap formulasi produk dan tidak menyebabkan formulasi berubah (stabil).
2. Penanganan apa yang akan atau harus dilakukan terhadap kemasan sebalum digunakan.
3. Komposisi formulasi produk.
4. Harus cukup kuat untuk menjaga isi wadah dari kerusakan.
5. Bahan yang digunakan untuk membuat wadah tidak bereaksi dengan isi wadah.
6. Penutup wadah harus bisa mencegah isi :
o Kehilangan yang tidak diinginkan dari kandungan isi wadah.
o Kontaminasi produk oleh kotoran yang masuk seperti mikroorganisme atau uap yang akan
mempengaruhi penampilan dan bau produk.
7. Untuk sediaan jenis tertentu harus dapat melindungi isi wadah dari cahaya.
8. Bahan aktif atau komponen obat lainnya tidak boleh diadsorpsi oleh bahan pembuat wadah dan
penutupnya, wadah dan penutup harus mencegah terjadinya difusi melalui dinding wadah serta
wadah tidak boleh melepaskan partikel asing ke dalam isi wadah.
9. Menunjukkan penampilan sediaan farmasi yang menarik.
Pengemasan obat memang merupakan suatu metode terkordinir yang dibuat untuk mempersiapkan
obat supaya siap untuk ditransportasikan, disimpan, dipasarkan, dan digunakan.
Manfaat yang bisa diambil dengan adanya packaging atau pembungkus pada obat, salah satunya
adalah bisa mendukung obat supaya terhindar dari resiko kerusakan disaat proses distribusi
berlangsung.
Tidak hanya itu saja, kemasan obat juga dapat mengamankan obat dari bahaya pencemaran serta
gangguan fisik lainnya, mulai dari yang berupa gesekan, benturan, dan getaran.
Disamping itu, pengemasan juga berguna untuk menaruh suatu hasil olahan, ataupun produk industri
supaya mempunyai bentuk yang dapat memudahkan proses penyimpanan, pengiriman, dan
penyaluran kepada para pengguna.
Nah, apabila dilihat dari sisi pemasaran, kemasan obat tentu sangat berperan penting, dan menjadi
unsur primer yang perlu diperhatikan kembali untuk para produsen.
Selain dapat meningkatkan keinginan para pengguna untuk membelinya, kemasan obat juga bisa
menambah kesan yang lebih di mata para konsumen kalau dibandingkan dengan merk obat yang
tidak menggunakannya.
Karena itulah bentuk, warna, dan dekorasi dari suatu kemasan harus dibuat sebaik mungkin, dan
diperhatikan pula dalam proses perencanaannya.
Kalau dilihat, fungsi dari pengemasan pada bahan pangan terbagi ke beberapa poin, diantaranya
adalah:
1.Sebagai tempat sebuah produk selama proses distribusi, mulai dari pembuat produk, hingga sampai
ke tangan pembeli.
2.Melindungi dan mengawetkan obat, contohnya seperti dapat melindungi dari cahaya ultraviolet,
panas matahari, kelembapan udara, unsur O2, tekanan, serta pencemaran dari polusi ataupun
mikroba yang bisa merusak & mengurangi kualitas dari sebuah obat.
3.Sebagai branding dari obat, dalam konteks ini, packaging dapat digunakan untuk media petunjuk
kepada para pelanggan melalui label yang dapat ditemukan pada pack obat tersebut.
5.Melindungi dari pengaruh yang tidak baik dari sekitar, dan melindungi pula dari unsur mengganggu
yang ada di dalam produk.
Misalnya seperti produk-produk yang berbau tajam, atau produk yang berbahaya seperti air keras, gas
beracun, dan yang lainnya.
Atau bisa juga produk yang dapat memengaruhi warna dan aroma, maka dengan mengemas produk
dengan baik tentunya dapat melindungi produk-produk lain yang ada di sekitarnya.
6.Memperluas penggunaan dan penjualan produk, misalnya penjualan obat yang meningkat sejak
penerapan pada kemasan obat.
Untuk menentukan peranan perlindungan dari kemasan obat, maka dibutuhkan juga dipertimbangkan
aspek-aspek kualitas obat yang nantinya akan dilindungi.
Karena mutu dari sebuah obat ketika sudah mencapai tangan konsumen sangat tergantung pada
kondisi bahan mentah, cara pengolahan, dan kondisi penyimpanan dari obat yang akan dikemas.
Dengan demikian, fungsi dari kemasan harus memenuhi beberapa kualifikasi persyaratan sebagai
berikut:
1.Kapasitas/ daya kemas yang baik untuk memudahkan dalam proses penanganan, pengangkutan,
pengedaran, penyimpanan, serta penumpukan obat.
2.Mempunyai kapabilitas untuk mengamankan isi produknya dari berbagai macam risiko yang datang
dari luar, contohnya perlindungan dari dampak udara panas ataupun dingin, sinar matahari, benda
berbau asing, benturan ataupun tekanan mekanis, dan kontaminasi mikroorganisme.
Dalam perkara ini, pengenalan obat, informasi dan tampilan seperti bentuk, warna, dan keindahan
bahan kemasan wajib di prioritaskan.
4.Persyaratan ekonomi, artinya, kapabilitas dalam memenuhi keinginan pasar, targetnya yang berupa
masyarakat, dan tempat tujuan konsumen.
5.Mempunyai ukuran, bentuk, dan bobot yang sesuai dengan pola atau standar yang ada, mudah
dibuat ataupun dicetak, dan mudah juga untuk dibuang.
Nah, tentu dengan adanya persyaratan yang harus dipenuhi pada kemasan tersebut, maka
kesalahan-kesalahan ketika memilih bahan pokok, kesalahan-kesalahan dalam memilih desain
kemasan, dan kesalahan-kesalahan dalam memilih bentuk kemasan pun dapat diminimalisasi.
Terlebih, apabila Anda menggunakan mesin dari Ramesia yang tentunya memiliki kualitas tinggi.
Sudah dapat dipastikan, untuk soal proses pastinya akan jauh lebih cepat dan efektif, serta
kekurangan-kekurangan yang prosedur pengemasan bisa dihilangkan.
Selain itu, ada pula beberapa syarat-syarat yang dibutuhkan untuk sebuah kemasan supaya bisa
disebut kemasan yang memadai untuk digunakan.
Untuk bisa memenuhi persyaratan-persyaratan tersebut, maka setidaknya sebuah kemasan harus
mempunyai sifat-sifat sebagai berikut:
1.Kedap terhadap udara, baik itu oksigen maupun gas yang lainnya.
2.Bersifat tidak beracun dan inert (tidak bereaksi ataupun menyebabkan reaksi kimia) sehingga dapat
mempertahankan kualitas aroma, warna, dan cita rasa dari produk yang dikemas.
3.Kedap terhadap air (dapat menahan air atau kelembaban udara yang ada di sekitarnya).
Yang tidak lain tujuannya adalah supaya makanan atau bahan pangan, baik yang sudah diolah
maupun yang belum, dapat sampai ke pihak konsumen dengan “selamat”, secara kuantitas maupun
kualitas.
Untuk masalah kemas-mengemas obat supaya berkualitas, sudah bisa dipastikan kalau mesin-mesin
kemasan dari Ramesia.com sangat bisa dijamin kualitasnya.