Anda di halaman 1dari 54

• Kelompok 4

Pemeriksaan Mikrobiologi • S1-7B

Dean Pratama Putra (1701053)


Dechania Samura (1701054)
Indah Septia (1701066)
Jihan Fahira Sasmito (1701067)
Sarah Amelia (1701081)
Septia Nurbaiti (1701082)
Zufithri Mutyara R (1701093)
Definisi Mikrobiologi

Mikrooganisme hidup yang berukuran


sangat kecil dan hanya dapat diamati
dengan menggunakan mikroskop.
Contoh : bakteri, virus, fungi, parasit

Mikrobiologi adalah ilmu tentang


kehidupan mikroorganisme antara lain
morfologi, fisiologi,reproduksi, dan
penyebaran mikroorganisme
(bahasa Yunani: mikros = kecil, bios=
hidup, logos= kata atau ilmuu
Macam –Macam Mikroba

BAKTERI FUNGI

VIRUS PROTOZOA
1. Bakteri
Bakteri adalah oragnisme ber sel
tunggal yang hidup bebas dan mampu 
bereproduksi sendiri tanpa menggunakan 
hewan sebagai pejamu untuk
mendapatkan makanan.
Bakteri tidak memiliki inti sel. Bakteri
terdiri atas sitoplasma yang dikelilingi
oleh sebuah dinding sel yang saku yang
terbuat darisuatu zat khusus yang disebut
peptidoglikan. Di dalam sitoplasma
terdapatterdapat materi genetik, baik
DNA maupun RNA, dan struktur intrasel
yangdiperlukan untuk metabolisme energi
(Corwin, 2009)
• Penggolongan
Bakteri

a. Berdasarkan
pewarnaan
b.Berdasarkan
kebutuhan
Bakteri Aerob Kokus
Bakteri Gram Negatif
oksigen c.Berdasarkan
strukturnya
Bakteri Anaerob Basil
Bakteri Gram Positif

Bakteri Mikroaerofil Spiral


2. Virus

• Virus adalah parasit berukuran


mikroskopik yang menginfeksi sel
organisme biologis. Virus hanya dapat
bereproduksi di dalam material hidup
dengan menginvasi dan mengendalikan
sel makhluk hidup karenavirus tidak
memiliki perlengkapan selular untuk
bereproduksi sendiri
3.Fungi

• Menurut Tainter  (dalam Pratiwi,


2007) fungi marupakan sebuah
mikroorganisme yang tidak
mengandung klorofil di dalam
struktur tubuhnya. Fungi itu
sendiri tidak berkembang
dengan cara membentuk akar,
batang, dan juga daun seperti
halnya pada tumbuhan yang
bentuknya tinggi.
4.Protozoa

• Protozoa secara umum dapat dijelaskan


bahwa protozoa adalah berasal dari bahasa
yunani yaitu protos artinya pertama dan
zoon artinya menjadi
• Protozoa adalah hewan pertama.Protozoa
merupakan kelompok lain protista
eukariotik kadangkadang antara algae
dan protozoa kurang jelas
perbedaannya Protozoa termasuk kelompok
protista yang mirip Protozoa di&edakan dari
%rokariot karena ukurannya yang lebih
besar dan selnya eukariotik.
Pemeriksaan Mikrobiologi

Pemeriksaan Mikrobiologi adalah satu pemeriksaan yang sangat penting


dalam menunjang penegakkan diagnosis serta terapi penyakit infeksi
terutama dalam penanganan infeksi Nosokomial
Manfaat Pemeriksaan Mikrobiologi
02
Mengetahui
01 sensitivitas
03
Mengetahui mikroorganisme Menentukan
etiologi penyakit terhadap agnesia jenis
tertinggi pengobatan

05
04 Analisa kualitatif
Untuk penelitian (isolasi dan
di bidang identifikasi) dan
mikrobiologi kuantitatif
mikroorganisme
Pemeriksaan Mikrobiologi

Metode Pemeriksaan Mikrobiologi

TIDAK
LANGSUNG LANGSUNG

1. Sediaan atau 2. Teknik 3. Teknik


1. Uji Kultur 2. Tes 4. Uji
Preparat Pewarnaan Biologi
atau Biakan Imunologis Biokimia
Lekapan Basah Preparat Molekuler
Pemeriksaan langsung

1. Sediaan / preparat lengkapan basah

Prinsip : Bahan pemeriksaan diletakkan pada obyek glass


dan diberi larutan garam fisiologis atau pewarna tunggal
seperti eosin, yodium, metilen blue, lactofenol cotton blue
(untuk px jamur) KOH 10% (kerokan kulit), KOH 20%
( kuku) lalu ditutup gelas penutup lalu diamati dengan
mikroskop
Kegunaan : untuk pemeriksaan protozoa, cacing dan jamur
Contoh Pewarnaan Preparat:
Pemeriksaan langsung
2. Teknik pewarnaan preparat

• Metode Pewarnaan Gram


Kegunaan : untuk menentukan bakteri gram negatif atau positif
Prinsip : Ungu kristal mewarnai semua bakteri menjadi ungu, Larutan iodin menahan zat
warna violet secara lebih kuat atau lemah, tergantung jenis bakterinya. Etanol 95%
memudarkan warna bakteri ketika ungu kristal tidak terikat kuat oleh larutan iodin. Larutan
fuksin karbol, merah netral, atau safranin (berwarna pink) dengan mewarnai ulang (pink)
bakteri yang warnanya dipudarkan oleh etanol. Gram positif terwarnai warna ungu
(streptococcus, pneumococcus) dan Gram negatif terwarnai warna merah
(meingokokus, gnokokus)

• Metode Ziehl-Neelsesen (terbaru)


Kegunaan : untuk mendeteksi bakteri tahan asam (BTA) pada sputum
Prinsip : dari teknik pewarnaan Ziehl-Neelseen diamana bakteri yang tahan asam (BTA)
akan memberikan warna merah, dan pemeriksaan ini untuk mendeteksi mycobacterium
tubercolosis
2. Teknik pewarnaan preparat

• PEWARNAAN FIELD PADA SEDIAAN DARAH TEBAL

PEWARNAAN FIELD SERING DIGUNAKAN UNTUK DIAGNOSA


PENYAKIT MALARIA
Penyakit ini bersifat akut yang dapat menjadi kronis disertai serangan
berulang yang menyebabkan kelemahan (malaise). Analisis darah akan
memperlihatkan anemia dan adanya parasit (Plasmodium). Bentuk sel
masing-masing parasit berbeda sehingga pemeriksaan hapusan darah dapat
digunakan untuk mengidentifikasi jenis Plasmodium penyebab infeksi.
Pemeriksaan hapusan darah dengan mikroskop akan memberikan informasi
tentang ada tidaknya parasit malaria, menentukan spesiesnya, stadium
plasmodium, dan kepadatan parasitemia.
2. Teknik pewarnaan preparat

• PEWARNAAN GIEMSA UNTUK PROTOZOA


DALAM DARAH
• Merupakan metode pilihan untuk mengidentifikasi
pasien dengan infeksi parasit darah, termasuk malaria,
babesiosis, tripanosomiasis dan filariasis. Pada
pemeriksaan ini harus disiapkan apusan tipis dan apusan
tebal dari darah segar atau yang telah mendapatkan
antikoagulan EDTA.

• PEWARNAAN WRIGHT UNTUK SEDIAAN DARAH


TUJUAN untuk pemeriksaan pada bakteri, protozoa dan jamur.
Menggunakan spesimen jaringan darah guna mendiagnosa
penyakit malaria.
Pemeriksaan Tidak
Langsung
1. Uji Kultur atau Biakan

-
  Metode ini pertama kali dikembangkan 1. Bactec TB 460
menggunakan pendekatan semi-automatik
untuk mendeteksi kuman mycobactera dengan
menggunakan instrument radiometrik dan
media modifikasi Middlebrook 7H9 yang berisi
asam palmitat yang di-radiolabel dengan C.
- Mycobacteria yang viabel akan terdeteksi
dalam tabung bila radiolabel asam palmitat
dimetabolisir dan radioaktif dibebaskan dalam
fase gaseous yang kemudian mesin dapat
mendeteksinya.
- Pembacaan hasilnya dapat dilakukarı dua kali
seminggu pada 15 hari pertama dan tiap
minggu hingga minggu ke 42
2. BACTEC MGIT 960

- Medium MGIT Bactec 960 dibuat sebagai


tabung indikator pertumbuhan Mycobacteria,
dan 960 menandakan jumlah total tabung
kultur ini yang dapat diperoleh setiap waktu
- Sistem bactec MGIT 960 instrumen diagnostik
in vitro sebagai pendeteksi cepat Mycobacteria
dari contoh klinis selain dari darah. Tabung
kultur MGIT berisi PANTA dan OADC.
- Medium MGIT merupakan medium cair yang
baru dikembangkan dimana medium ini dapat
mendeteksi kuman Mycobacterium dalam
waktu singkat yaitu dalam waktu 1 minggu
Lanjutan...

- Tabung MGIT mengandung oxygen-  


quenched fiuorochrome yang ditanam - Alat ini dirancang untuk dapat mendeteksi
pada silicon di bagian bawah tabung. peningkatan flouroresensi setiap 60 menit
- Bila terdapat pertumbuhan bakteri yang menunjukkan adanya pertumbuhan
mycobacterium pada tabung, oksigen mikroorganisme.
digunakan dan diganti oleh - Sebuah tabung yang positif mengandung
karbondioksida. sekitar- koloni per milliliter ( CFU/ml).
- Oksigen yang berkurang menyebabkan Tabung yang negatif selama 42 hari
Fuorochrome tidak lagi dihambat ( sampai 56 hari) dan tidak menunjukkan
sehingga menghasilkan fluoresen pada tanda-tanda positif dikeluarkan dari mesin
tabung MGIT yang dapat dilihat pada alat sebagai hasil negatif dan dibuang.
BACTEC microMGIT reader.

Metode ini menggunakan teknologi yang hampir


sama dengan Bactec TB-460, namun tidak lagi
memakai radiometrik, tapi menggunakan
ruthenium salt yang dilengketkan pada dasar
tabung menggunakan silicon
3. Metode kultur BacT/alert 3D

 - Metode BacT/Alert 3D (bioMe’rieux Inc,


Durham, NC) yang sebelumnya MB/BACT
(Organon Teknika Boxtet, Belanda) didasarkan
pada deteksi karbon dioksida () yang
dikeluarkan oleh mycobacteria yang sedang
berkembang biak aktif.
- Konsentrasi yang tinggi menurunkan pH dalam
medium yang pada gilirannya menghasilkan
perubahan warna sensor dalam botol, yang
dideteksi oleh unit reflectometric dalam alat.
- The BacT/ALERT otomatis melakukan
pembacaan setiap 10 menit, dan semua data
yang ditransfer disimpan dalam BacT / VIEW
sistem data manajemen.
Lanjutan...

Prinsipnya menggunakan sensor , pada bagian


dasarnya sehingga bila ada mycobacteria yang
PRINSIP tumbuh maka akan menghasilkan , dari hasil
metabolismenya, kemudian akan terdeteksi
dengan media ini. Hasil positif atau
terdeteksinya viabel mycobacteria apabila
terjadi perubahan wama karena sensor ini dari
wama biru menjadi kuning.
2. Tes Imunologis

Prosedur pemeriksaan Imunoflueresensi


A. Imunoflueresensi Langsung:
1. Persiapkan apusan spesimen pada kaca
1.Pemeriksaan imunofluresensi langsung (DFA) objek
yang antigen dan antibodi nya yang telah di 2. Fiksasi apusan dengan metanol atau
konjungasikan dengan zat warna fluoresen aseton selama 1 menit
bereaksi, di gunakan secara ekslusif untuk 3. Aliri apusan dengan konjugat
mendeteksi antigen. antibodi.bilas bersih dengan penyangga
2.Pemeriksaan imunofluiresensi tidak langsung FA.
(IFA). Pada pemeriksaan ini antigen dan 4. Periksa apusan secara mikroskopis di
antibodi bereaksi, diikuti reaksi dengan bawah pencahayaan ultraviolet untuk
konjugat antibodi yang di tujukan terhadap mencari fluoresensi spesifik-antigen
antibodi pertama, digunakan untuk mendeteksi
antigen dan antibodi.
2. Tes Imunologis

B. Aglutinasi Partikel Prosedur Aglutinasi Partikel.


1. Campur 50 ul spesimen dengan 10
sampai 25 ul partikel uji yang telah
dilapisi oleh antibodi dan partikel
Spesimen yang dapat digunakan kontrol yang telah di lapisi oleh
untuk pemeriksaan PA meliputi urine, antibodi pada kaca objek atau
cairan tubuh yang tidak kental, dan karton
ekstrak spesimen cair (misal ekstrak 2. Putar kaca objek secara mekanis
asam nitrosa terhadap usap faring atau manual
untuk deteksi antigen Streptococus 3. Periksa masing-masing campuran
grup A). untuk melihat ada tidaknya
aglutinasi (penggumpalan) partikel.
Hasil positif ditandai dengan
aglutinasi partikel uji dan tidak ada
aglutinasi pada partikel kontrol.
2. Tes Imunologis

• Enzime immunoassay (EIA) dapat di buat


C. Enzyme Immunoassay
untuk mendeteksi antigen atau antibodi.
• Prosedur EIA untuk mendeteksi antigen
mikroba di mulai dari perlekatan antibodi Prosedur Immunoassay Enzim.
spesifik ke suatu fase padat, seperti 1. Campur spesimen dengan fase padat
membran nitroselulosa, suatu dipstick yang mengandung antibodi
plastik, buter plastik, atau dinding bagian penangkap antigen. Bilas dengan
dalam tabung plastik atau sumur baki bersih.
mikrotiler. 2. Aliri fase padat dengan konjugat
• Titik akhir pemeriksaan yang positif biasanya enzim-antibodi. Bilas dengan bersih.
adalah perubahan substrat yang tidak 3. Aliri fase padat dengan substrat
berwarna menjadi produk-akhir berwarna enzim. Bilas dengan bersih.
yang terdeteksi dengan mata telanjang atau 4. Periksa fase padat untuk melihat
dengan bantuan spektrofotometer. adanya pembentukan warna.
2. Tes Imunologis

Prinsip : metode ini mencakup reaksi antigen D. Imunokromatografi


mikroba dengan antibodi yang dikonjugasikan ke
partikel berwarna.
Prosedur :
1. Ambil sampel darah (5μl)
Tes terbaru imunokromatografi : denganmenggunakan pipet
CareStart ™ Malaria RDTs (rapid diagnostic test) yang disediakan atau
Prinsip : Pada beberapa titik di kertas mikropipet.
nitroselulosa diletakkan antibodi monoklonal 2. Tambahkan 5 μl darah utuh
spesifik terhadap antigen lactate dehydrogenase ke dalam sumur 'S'.
(pLDH) yang diproduksi oleh P. falciparum dan pan 3. Tambahkan 60 μl larutan
LDH yang diproduksi oleh P. vivax, P. falciparum, pelarut assay ke dalam
P. ovale, dan P. malariae. sumur "A".Mulai timer
Fungsi : untuk mendiagnosa infeksi malaria dari 4. Baca hasilnya dalam 20
seluruh darah pasien dalam 20 menit. menit.
3. Teknik Biologi Molekuler

Teknik Biomolekuler / Genetik


o Digunakan berdasarkan sifat molekuler dari gen (DNA, RNA)
protein atau asam amino dari substansi penyusun dari antigen
antibodi, komponen sel, enzim, toksin, dan lain-lain.

o Teknik biomolekuler lain yang dapat digunakan adalah PCR


(Polymerase Chain Reaction), sekuensing DNA, elektroforesis
protein, imunoblotting, hibridisasi DNA, DNA microarray,
DNA finger printing dan lain-lain.
4.Uji Biomolekuler / Genetik

PCR (Polymerase Chain Reaction)


PCR adalah suatu teknik ilmiah pada biologi molekuler untuk
menganalisa suatu DNA maupun beberapa salisannya melalui
beberapa proses, menghasilkan ribuan maupun jutaan urutan DNA
tertentu. PCR saat ini sangat umum dan sering digunakan dan
penting pada laboratorium penelitian medis dan biologi.
Tahapan PCR & Metode Deteksi PCR

• Tahapan PCR :
a.Denaturasi
b.Penempelan Primer
c.Reaksi Polimerisasi (extension)

• Metode Deteksi PCR


Pada biologi molekuler, rantai polymerase real time adalah teknik
laboratorium berdasarkan PCR, dimana digunakan untuk perbanyakan dan
menganalisa target molekul DNA.Secara tradisional PCR dilakukan pada
tube dan ketika reaksi selesai (Perbanyakan fragmen DNA) dan dianalisa
dan visualisasi menggunakan gel elektroforesis.
4. Uji Biokimia

Macam uji Biokimia


o Uji biokimia dapat digunakan
untuk identifikasi 1. Uji MR (Metil Red)
mikroorganisme secara
fisiologis, berdasarkan reaksi 2. Uji VP (Voge Proskauer)
biokimia. Macam atau jenis 3. Uji PAD (Phenilalanine deaminase)
biokimia dapat dipenagruhi 4. Uji Citrat
oleh faktor atau sifat
mikroorganisme, jenis media, 5. Uji Urea
dan faktor lingkungan 6. Uji Sulfida, Asam, Gas
7. Uji Sulfida, Indol, Motilitas
8. Uji Deaminasi dan Dekarboksilasi Lisin
1. Uji MR (Metil Red)

• Tujuan : mengetahui terbentuk nya asam hasil fermentasi karbohidrat.


• Cara pengujian : Media MR cair di inokulasi dengan bakteri uji lalu di
inkubasi .media di tambah 5 tetes indikator merah metil (Metil Red).
• Hasil : Uji positif terbentuk warna merah uji negatif terbentuk warna
kuning
• Reaksi biokimia
Bakteri tertentu dapat menfermentasi karbohidrat (glukosa)
menghasilkan asam (Pada familia enterobacteriacea melalui jalur asam
campur). Ada nya asam akan menyebabkan pH media 7.0 menjadi 4.4
sehingga terbentuknya asam dapat diketahui dari warna indikator
merah metil (trayek pH 4.2 -6.3) yaitu terbentuk nya warna merah.
2. Uji VP (Voge Proskauer)

• Tujuan : Untuk mengetahui terbentuknya acetoin (asetil metil karbinol).


• Cara Pengujian : Media VP (voge proskauer) cair diinokulasi dengan
bakteri uji lalu diinkubasi. Media ditambah 5 tetes KOH 40% lalu dikocok
kuat dan tambah 5 tetes reagen Barrit atau reagen O’meara.
• Hasil : Apabila hasilnya positif terebentuk warna merah, dan apabila
negatif terbentuk warna kuning.
• Reaksi Biokimia
Bakteri tertentu dapat menfermantasi glukosa menjadi acetoin melalui
jalur fermentasi Butanadiol. Dalam suasana basa serta penggojogan
yang kuat maka acetoin dan butanadiol akan dioksidasi menjadi diasetil.
Diasetil akan beraksi dengan alfa naftol ( dalam reagen barrit) atau
kreatin ( dalam reagen o’meara) yang memberi warna merah.
3. Uji PAD (Phenilalanine deaminase)

• Tujuan : Mengetahui adanya deaminasi fenilalanin


• Cara uji : Media PAD cair di inokulasi dengan bakteri uji lalu di inkubasi
media di tambah HCl 0,1 N Sampai tepat warna kuning lalu di tambah
reagen Fecl3 10%.
• Hasil : Uji positif terbentuk warna hijau, dan negatif terbentuk warna
kuning
• Reaksi biokimia
Bakteri tertentu (contoh proteus mirabilis ) dapat melakukan
deaminasi fenilalanin menjadi fenil piruvat yang akan bereaksi dengan
Fecl3 sehingga terbentuk warna hujau semi permanen.
4. Uji Citrat

• Tujuan : Mengetahui apakah bakteri dapat menggunakan citrat sebagai


carbon tunggal.
• Cara uji : Media citrat (slan agar) di inokulasi secara gorek dan tusukan
lalu inkubasi.
• Hasil : Uji positif media berwarna biru, dan negatif tetap berwarna
hijau
• Reaksi biokimia
• Jika bakteri dapat menggunakan natrium citrat sebagai sumber
carbon tunggal maka akan di bebaskan ion hidroksida yang bersifat
basah. Dalam media citrat mengandung indikator BTB (Bromo Thymol
Blue) dengan trayek pH (6.0-7.6) sehingga dalam suasana basah maka
media berubah yang semula warna hijau menjadi warna biru.
5. Uji Deaminasi dan Dekarboksilasi Lisin

• Tujuan : Mengetahui terbentuknya sulfida, deaminasi atau dekarbok-silasi lisin.


• Cara uji : Media LIA (lysin indol aar ) slant agar diinokulasi secara tusukan lalu
inkubasi.
• Hasil : Sulfida, uji positif terbentuk warna/endapan hitam. Deaminasi lisin, uji
positif, media berwarna merah coklat(R). Dekarboksilasi lisin, uji positif media
berwarna ungu.
• Reaksi biokimia
• Jika mikrob mereduksi natrium tiosulfat dalam media maka akan terbentuk H 2S yang akan
bereaksi dengan ion Fe2+ maka akan terbentuk FeS (Endapan hitam ).
• Deaminasi lisin, terjadi karena bakteri tertentu dapat melakukan deaminasi lisin
menghasilkan asam amino kaproat sebagai asam karboksilat yang akan bereaksi dengan ion
Fe dan adanya pengaruh oksigen akan terbentuk warna merah coklat.
• Dekaboksilasi lisin, terjadi karena bakteri tertentu dapat melakukan dekarboksilasi lisin
menghasilkan cadaverine (pentametilene deamine) yang bersifat basa sehingga adanya
indikator BCP ( bromo creasol purple) trayek pH 5.2 -6.8 akan berwarna ungu.
6. Uji Sulfida,Indol,Motilitas
• Tujuan : Mengetahui terbentuk nya sulfida, indol dan motilitas.
• Cara uji : Media SIM (sulfida indol motilitas) agar tegak diinokulasi secara tusukan
lalu inkubasi.
• Hasil :
• Sulfida : uji positif, terbentuk warna/endapan hitam.
• Indol : di tambah 5 tetes reagen erlich A dan 5 tetes erlich B. Uji positif
terbentuk warna merah,
• Motilitas : uji positif terjadi pertumbuhan koloni merata pada media, uji
negatif hanya ada pertumbuhan koloni di bekas tusukan.
• Reaksi biokimia
• Sulfida (H5S) atau terjadi reaksi antara ion S2- dan ion Fe3+ maka akan
terbentuk Fe2S3 (endapan hitam ). Indol, triptophan dalam media dengan H2S
dan ensim triptophanase akan terbentuk indol + piruvat + NH3 reagen kovacs
(erlich) membentuk para dimetil aminobenzaldehide yang berwarna merah.
7. Uji Sulfida, Asam, Gas
• Tujuan: Mengetahui tebentuk nya sulfida , asam dan gas .
• Cara uji : Media KIA (Kliger’s Iron Agar) slant agar diinokulasi secara
gores dan tusukan lalu inkubasi.
• Hasil : Sulfida : uji positif, terbentuk warna /endapan hitam. Uji
negatif, tidak terbentuk warna hitam sedangkan Asam : uji positif,
media akan berwarna kuning.
• Reaksi biokimia
• Sulfida (H2S) atau terjadi reaksi antara ion S2- dan ion Fe3+ maka akan
terbentuk Fe2S3 (endapan hitam )
• Asam, bakteri dapat yang dapat memfermentasi glukosa dan laktosa
dalam media menjadi asam. Dalam media KIA mengandung indikator
phenol red (merah phenol) dengan trayek ph (6.8-8.4) sehingga
suasana asam maka media akan berubah yang semula warna orange
menjadi kuning.
8. Uji Urea

• Tujuan : Mengetahui adanya enzim uraease yang di hasilkan mikrob


• Cara uji : Media urea agar (agar tegak) diinokulasi secara tusukan
dengan bakteri uji lalu di inkubasi.
• Hasil : Uji positif media berwarna merah dan uji negatif media berwarna
kuning.
• Reaksi biokimia
• Bakteri tertentu dapat menghasilkan enzim urease yang akan
menghidrolisis urea menjadi CO2 dan NH3. Akumulasi NH3
menyebabkan suasana basah, sihingga media yang mengandung
indikator phenol red akan berubah yang semulah kuning menjadi
merah.
Alat-alat pada Pemeriksaan Mikrobiologi
Secara Molekuler

1.Polymerase Chain Reaction (PCR) Komponen- komponen yang


diperlukan pada proses PCR adalah
• Polymerase Chain Reacton (PCR) adalah templat DNA; sepasang primer, yaitu
suatu teknik sintesis dan amplifikasi DNA suatu oligonukleotida pendek yang
secara in vitro. Teknik ini pertama kali mempunyai urutan nukleotida yang
dikembangkan oleh Karry Mullis pada tahun komplementer dengan urutan
1985. Teknik PCR dapat digunakan untuk nukleotida DNA templat;dNTPs
mengamplifikasi segmenDNA dalam jumlah (Deoxynucleotide triphosphates);
jutaan kali hanya dalam beberapa jam.
buffer PCR; magnesium klorida
(MgCl2)dan enzim polimerase DNA
Metode analisis PCR: 

1. Konvensional (elektroforesis gel agarosa)


Contoh pada pemeriksaan bakteri yang
menyebabkan penyakit Tifus
: Salmonella sp.
 
2. qPCR/ real time PCR
Contoh pada pemeriksaan bakteri meningitis : N.
meningitidis, S. pneumoniae, dan H. influenza
(Wagner et al,2018).
Prinsip PCR adalah terjadinya reaksi akibat adanya sifat
komplementasi (berpadanan) rantai DNA dengan pasangannya
dan dimanipulasi melalui tiga tahap suhu :

Prinsip PCR adalah terjadinya reaksi akibat adanya sifat

komplementasi (berpadanan) rantai DNA dengan pasangannya dan

dimanipulasi melalui tiga tahap suhu :


 Denaturasi ( pemisahan rantai) pada suhu 90 C
 Annealing ( penempelan primer) pada suhu 60 C
 Perpanjangan rantai oleh DNA Polimerase pada suhu 75 C
Biosensor

• Biosensor adalah alat


pendeteksi/penyelidik yang
menggabungkan komponen biologis
(mis.mikroba, jaringan, sel, bakteri,
protein, enzim, antibodi) dan elektronis
untuk menghasilkan sinyal yang terukur,
yg dapat mendeteksi, mencatat, dan
mengirimkan informasi secara cepat.
Prinsip kerja alat Biokatalis/bioreseptor adalah senyawa aktif

biologi(mikroorganisme) akan berinteraksi dengan substansi/zat kimia yang

akan dideteksi (sampel analit/molekul target). Hasil interaksi yang berupa

besaran fisik seperti panas, arus listrik, potensial listrik atau lainnya akan

dimonitor oleh transduser. Besaran tersebut kemudian diproses sebagai sinyal

sehingga diperoleh hasil yang dapat dipahami pada suatu layar

monitor/recorder/computer.
Penyakit yang Disebabkan
oleh Mikroorganisme
Pemeriksaan Malaria

-Rapid Diagnostic Test (RDT)


• Merupakan alat yang mendeteksi antigen malaria pada
sampel darah yang sedikit dengan tes imunokromatografi.
• Tes diagnosis cepat (rapid diagnostic test) ini mendeteksi
antigen histidinerich protein 2 dari P.falciparum, parasite
lactatedehydrogenase (p-LDH), dan aldolase.
• Hasil :
a. Garis C dan1 : positif P.palciparum
b. Garis C dan2 : positif p.vivax,p.ovale, p.malariae
c. Garis C dan1 dan 2 : positif campuran parasit
Pemeriksaan Demam tifoid

-Tes Widal
• Prinsipnya yaitu reaksi Aglutinasi. tingkat antibodi aglutinasi terhadap
antigen O dan H diukur dengan menggunakan pengenceran serum ganda.
pada hari ke 6-10Biasanya antibodi O akan muncul dan pada hari ke 10-12
antibodi H setelah onset penyakit.
• Hasil : Apabila hasil titer antibodi antara serum kovalesen empat kali lipat
dibandingkan serum akut, maka Demam tifoid terdiagnosa misalnya: titer
antibodi 1/80 pada fase akut menjadi 1/320 pada fase kovalesen
(recovery).
-Tes diagnostik terbaru
• adalah, Typidot dari Malaysia, IDL Tubex dari Swedia,dan dipstik tes yang
dikembangkan di Belanda.
• Prinsip pemeriksaan Tubex®TF untuk deteksi igM spesifik Salmonella typhi.
Interpretasi Data Pemeriksaan Tubex® TF

Hasil Interpretasi Arti klinis


<2 Negative Tidak menunjukkan adanya infeksi Demam
Tifoid Akut
3 Borderline Hasil pemeriksaan masih meragukan dan
belum dapat disimpulkan . Perlu
pemeriksaan ulang beberapa hari kemudian.
4-5 Positive Menunjukkan adanya infeksi Demam Tifoid
Akut
>6 Positive Indikasi kuat adanya infeksi Demam Tifoid
Akut
Pemeriksaan Kandiasis

1.Pemeriksaan langsung dengan larutan KOH


• dilakukan dengan cara melakukan pemeriksaan sediaan bahan
yang dicurigai terinfeksi dermatofita dibawah mikroskop setelah
sebelumnya sediaan dilarutkan dengan larutan KOH 10-20%.
2. Pemeriksaan kultur
• Prosedur : mengambil sampel cairan atau kerokan sampel pada
tempat infeksi, diletakkan pada media kultur. kemudian diperiksa
secara berturutan menggunakan Sabouraud’s dextrose broth
(SDB) kemudian Sabouraud’s dextrose agar plate (SDA).
Pembuatan SDB dapat ditempat dalam tabung atau plate dan
diinkubasi pada suhu 37oC selama 24-48 jam, setelah 3 hari
tampak koloni C. albicans sebesar kepala jarum pentul, 1-2 hari
kemudian koloni dapat dilihat dengan jelas. Kemudian jamur
dimurnikan.
• HASIL : Koloni C. albicans berwarna putih kekuningan,
menimbul di atas permukaan media, mempunyai permukaan yang
pada permulaan halus dan licin dan dapat agak keriput dengan
bau ragi yang khas.
3. Pemeriksaan CHROMagar Candida
•Media CHROMagar Candida per liternya
mengandung pepton 10 g, glukosa, 20 g, agar 15 g,
chlorampenicol 0.5 g, dan campuran kromogenik 2 g.
•Sampel diinkubasikan selama 24-48 jam pda suhu
37˚C. Hasil positif memperlihatkan koloni terlihat
berwarna hijau kemilau.
Pemeriksaan HIV

1. ELISA/EIA
• Tes Antibodi HIV (penapisan HIV)
• Tes penapisan antibodi terhadap virus penyebab AIDS, HIV1. Sebagian besar tes
penapisan juga meliputi HIV2. Antibodi (Ab) muncul setelah seseorang terinfeksi
selama 4-8 minggu.
• Prinsip :timbulnya reaksi warna pada Ikatan Ag-Ab yang dievaluasi sebagai negatif,
positif, atau tidak dapat ditetapkan. Hasil tes positif dan tidak dapat ditetapkan harus
diulang dan kemudian dikonfirmasi dengan tes Western Blot.
• apabila pasien menerima imunoglobulin hepatitis B dalam 6 minggu, wanita
multigravida, dan adanya faktor-faktor reumatoid maka akan didapat Hasil ELISA
negatif palsu dan pada stadium lanjut HIV Hasil ELISA positif palsu atau awal infeksi
(sebelum terbentuk antibodi)
2. SD BIOLINE HIV 1/2 3.0 kit
• Prinsip : Reaksi antigen dan antibodi antara antibodi dalam sampel dengan antigen
dalam plat
• Hasil :
• Negative jika hanya garis c yang muncul
• Positif HIV 1 jika garis C dan 1 muncul
• Positif HIV 2 jika garis C dan 2 muncul
3. Tes Western Blot
Memisahkan antigen (lisat virus) dengan menggunakan sodium Dodecyl Sulfat (SDS)
Polyacrylamide Gel Elektoforesis (PAGE)
• Memindahkan (Blotting) antigen yang sedah dipisahkan ke suatu membrane
nitroselulose
• Pemeriksaan sampel menggunakan membrane nittoselulose dengan metode ELISA.
Pemeriksaan Covid-19

hasil rapid test


1. RAPID TEST
• digunakan untuk mendeteksi immunoglobulin (IgM dan IgG).
• antibodi akan terbentuk pada seseorang yang telah terinfeksi yang
disebut immunoglobulin yang bisa dideteksi dalam darah.
• Cara: mengambil sampel darah lalu diteteskan ke alat uji dan
ditambahkan cairan ke sampel.
2. PCR TEST/SWAB
• digunakan untuk mendeteksi virus dari cairan lendir dari hidung
atau tenggorokan. Dua lokasi ini dipilih karena menjadi tempat
virus akan menggandakan dirinya.
• Cara: mengusapkan ke bagian belakang hidung dan tenggorokan
kemudian dimasukkan sampel kedalam tabung dan sampel di uji lab
Interpretasi hasil laboratorium
THANK YOU , ANY QUESTIONS?

Anda mungkin juga menyukai