Anda di halaman 1dari 14

LAPORAN PRAKTIKUM

INTERPRETASI DATA KLINIK


“ PEMERIKSAAN GULA DARAH “

Oleh :
SARAH AMELIA AZHAR
1701081 / S1-VII B

Dosen Pembimbing Praktikum :

Dra. apt. Syilfia Hasti, M.Farm.

Asisten Dosen :
Yulinda Anggraini,S.Farm
Yeni Suryaningsih

PROGRAM STUDI S1 FARMASI


SEKOLAH TINGGI ILMU FARMASI RIAU
YAYASAN UNIVERSITAS RIAU
PEKANBARU
2020
PERCOBAAN IV
PEMERIKSAAN GULA DARAH

I. Tujuan Praktikum
Untuk menentukan adanya glukosa dalam darah

II. Prinsip Praktikum


Metode GOD-PAP, Glukosa diukur kadarnya setelah dioksidasi
secara enzimatis mengguunakan enzim GOD atau glukosa oksidase.
Peroksida (H2O2) yang terbentuk kemudian bereaksi dengan fenol dan 4-
aminokuinon dengan katalis enzim peroksidase (POD) yang membentuk
kuinonimin. Intensitas warna yang terbentuk sebanding dengan kadar
glukosa dalam sampel.

III. Tinjauan Pustaka


Glukosa adalah suatu aldoheksosa dan sering disebut dekstrosa,
karena mempunyai sifat dapat memuta cahaya terpolarisasi ke arah kanan.
Di alam, glukosa terdapat dala buah-buahan dan madu lebah. Darah
manusia normal mengandung glukosa dalam jumlah atau konsentrasi tetap,
yaitu antara 70 – 100 mg tiap 100 ml darah. Glukosa darah dapat bertambah
setelah kita makanmakanan sumber karbohidrat, namun kira-kira 2 jam
setelah itu, jumlah glukosa darah akan kembali pada keadaan semula. Pada
penderita diabetes melitus, jumlah glukosa darah lebih besar dari 130 mg
per 100 ml darah ( Podjiadi, 1994).
Gula Darah Gula darah adalah istilah yang mengacu kepada tingkat
glukosa di dalam darah. Konsentrasi gula darah atau tingkat glukosa serum,
diatur dengan ketat di dalam tubuh. Glukosa yang dialirkan melalui darah
adalah sumber utama energi untuk sel-sel tubuh. Umumnya tingkat gula
darah bertahan pada batas-batas yang sempit sepanjang hari yaitu 4-8
mmol/l ( mg/dl). Apabila tingkat glukosa tinggi (hiperglikemia) dapat
merupakan tanda penyakit diabetes mellitus. Gula darah yang tinggi lambat
laun dapat merusak mata, saraf, ginjal atau jantung. Sedangkan, bila tingkat
glukosa rendah (hipoglikemia) dapat menimbulkan gejala-gejala seperti
perasaan lelah, fungsi mental yang menurun, rasa mudah tersinggung, dan
kehilangan kesadaran.
Pada orang sehat, gula darah dikendalikan oleh insulin. Insulin
adalah hormon yang dibuat oleh pankreas. Insulin membantu glukosa
bergerak dari darah masuk ke sel untuk menghasilkan tenaga. Gula darah
yang tinggi menunjukkan bahwa pankreas tidak dapat membuat cukup
insulin. Namun beberapa orang dapat membuat cukup banyak insulin tetapi
tubuhnya tidak menanggapinya secara normal. Kondisi ini disebut resistansi
insulin. Apa pun alasannya, sel tidak memperoleh glukosa yang cukup
untuk dijadikan tenaga dan glukosa menumpuk dalam darah.
Gula darah pada orang sehat dikendalikan oleh insulin. Insulin
adalah horm yang dibuat oleh pankreas. Insulin membantu glukosa dalam
darah masuk ke sel untuk menghasilkan tenaga. Gula darah yang tinggi
dapat berarti bahwa pankreas tidak memproduksi cukup insulin, atau jumlah
insulin cukup namun tidak bereaksi secara normal. Hal ini disebut dengan
resistensi insulin ( Girindra, 1989).
Level gula darah menurun terlalu rendah, berkembanglah kondisi
yang bisa fatal, yang disebut dengan hipoglikemia, yang mempunyai gejala
perasaan lelah, fungsi mental yang menurun, rasa mudah tersinggung dan
kehilangan kesadaran. Apabila levenya tetap tinggi, disebut dengan
hiperglikemia, nafsu makan akan tertekan untuk waktu yang singkat.
Hiperglikemia dalam jangka panjang dapat menyebabkan masalah-masalah
kesehatan, berkaitan dengan diabetes, termasuk pada mata, ginjal dan saraf
Tingkat gula darah diatur melalui umpan balik negatif untuk
mempertahankan keseimbangan di dalam tubuh. Level glukosa di dalam
darah dimonitor oleh pankreas. Bila konsentrasi glukosa menurun, karena
dikonsumsi untuk membutuhkan energi tubuh, pankreas melepaskan
glukagon, hormon yang menargetkan sel-sel di hati, kemudian sel-sel in
mengubah glikogen menjadi glukosa.
Metode pemeriksaan darah meliputi metode induksi enzimatik dan
lainnya. Metode yang paling sering digunakan adalah metode enzimatik,
yaitu metode Glukosa Oksidase (GOD) dan metode heksokinase. Metode
GOD banyak digunakan pada saat ini. Akurasi dan presisi yang baik (
karena enzim GOD spesifik untuk reaksi pertama). Tetapi reaksi kedua
rawan interfen ( tak spesifik). Interfen yang bisa menggangu antara lain
bilirubin, asam urat dan asam askorbat. Harga normal dalam menentukan
kadar glukosa darah adalah :
 Kadar gula darah sewaktu : 60 – 120 mg/dl;
 Kadar gula darah puasa : 50 – 100 mg/dl ( Hendromartono, 1998).
Macam-macam pemeriksaan glukosa darah:
1. Glukosa darah sewaktu
Pemeriksaan gula darah yang dilakukan setiap waktu sepanjang hari
tanpa memperhatikan makanan terakhir yang dimakan dan kondisi
tubuh orang tersebut.
2. Glukosa darah puasa dan 2 jam setelah makan
Pemeriksaan glukosa darah puasa adalah pemeriksaan glukosa yang
dilakukan setelah pasien berpuasa selama 8-10 jam, sedangkan
pemeriksaan glukosa 2 jam setelah makan adalah pemeriksaan yang
dilakukan 2 jam dihitung setelah pasien menyelesaikan makan.
Nilai Normal Glukosa Dalam Darah Nilai normal glukosa dalam
darah dapat dihitung dengan berbagai cara dan kriteria yang berbeda.
Berikut ini tabel penggolongan kadar glukosa dalam darah dengan
metode enzimatik.
3. Tes toleransi glukosa
Tes ini dimulai dengan tes gula darah puasa. Kemudian kita
diberikan minuman yang manis yang mengandung gula dengan ukuran
tertentu. Tingkat gula darah lalu diukur dengan memakai beberapa
contoh darah yang diambil pada jangka waktu yang tertentu.

Metode pemeriksaan Untuk mengukur kadar glukosa dipakai terutama


dua macam teknik. Cara-cara kimia memanfaatkan sifat mereduksi molekul
glukosa yang tidak spesifik. Pada caracara enzimatik, glukosa oksidase
bereaksi dengan substrat spesifiknya,yakni glukosa,dengan membebaskan
hidrogen peroksida yang banyaknya diukur secara tak langsung. Nilai-nilai
yang ditemukan dalam cara reduksi adalah 5-15 mg/dl lebih tinggi dari yang
didapat dengan cara-cara enzimatik, karena disamping glukosa terdapat zat-
zat mereduksi lain dalam darah. Sistem-sistem indikator yang dipakai pada
berbagai metode enzimatik yang otomatik berpengaruh kepada hasil
penetapan,jadi juga kepada nilai rujukan.
Metode-metode pemeriksaan glukosa darah :
1. Metode Folin Prinsip
dari pemeriksaan ini adalah filtrat darah bebas protein dipanaskan
dengan larutan CuSO4 alkali. Endapan CuO yang dibentuk glukosa akan
larut dengan penambahan larutan fosfat molibdat. Larutan ini
dibandingkan secara kolorimetri dengan larutan standart glukosa.
2. Metode Samogyi-Nelson
Prinsip dari pemeriksaan ini adalah filtrat mereduksi Cu dalam
larutan alkali panas dan Cu direduksi kembali oleh arseno molibdat
membentuk warna ungu kompleks.
3. Ortho – tholuidin
Prinsipnya adalah dimana glukosa akan bereaaksi dengan ortho –
tholuidin dalam asam acetat panas membentuk senyawa berwarna hijau.
Warna yang terbentuk diukur serapannya pada panjang gelombang 625
nm.
4. Glukosa oksidase/peroksidase
Glukosa oksidase adalah suatu enzim bakteri yang merangsang
oksidasi denganmenghasilkanH2O2. Dengan adanya enzim peroksidase
oksigen dari peroksid ini dialihkan ke acceptor tertentu menghasilkan
suatu ikatan berwarna. Metodemetode pemeriksaan glukosa
oksidase/peroksidae.
Secara umum ada 2 macam metode yang berlainan untuk
menentukan kadar glukosa, yaitu:
1. Metode Kimia
 Reduksi (Glukc-DH®).
Metode ini adalah sebuah metode rutin enzimatik oleh karena
spesifikasinya yang tinggi, kepraktisan dan keluwesannya.
Pengukuran dilakukan pada daerah UV. Prinsip metode ini adalah
glukosa dehidrogenase mengkatalisis oksidasi dari glukosa. Metode
Gluck-DH® dapat digunakan pada bahan sampel yang
dideproteinisasi atau yang tidak dideproteinisasi serta untuk
hemolysate(Poedjiadi, A. 1994)
 Metode Kondensasi Gugus Amino (O-Toluidine). Prinsip metode
ini adalah glukosa bereaksi dengan Otoluidin dalam asam asetat
panas dan menghasilkan senyawa berwarna hijau yang dapat
ditentukan secara fotometer. Penentuan glukosa dengan O-toluidin
dapat digunakan untuk bahan sampel yang dideproteinisasi maupun
yang tidak di-deproteinisasi. Beberapa kelemahan / kekurangannya
adalah metode kimia ini memerlukan langkah pemeriksaan yang
panjang dengan pemanasan, sehingga kemungkinan terjadi
kesalahan lebih besar. Selain itu reagen pada metode ortho-toluidin
bersifat korosif (Poedjiadi, A. 1994)
2. Metode Enzimatik
 Metode Glukosa Oksidase (GOD-PAP) Prinsip: Enzim glukosa
oksidase menkatalisis reaksi oksidasi glukosa menjadi
glukonolakton dan hydrogen peroksida. Glukosa + O2 → glukosa
oksidase → O-glukono-δlakton + H2O2 Penambahan enzim
perokidase dan aseptor oksigen kromogenik seperti Odianisidine.
O-dianisidine (red) +H2O2 peroksidase → O-dianiside (oks) +
H2O. Enzim glukosa oksidase yang digunakan pada reaksi pertama
menyebabkan sifat reaksi pertama spesifik untuk glukosa,
khususnya B-D glukosa, sedangkan reaksi kedua tidak spesifik,
karena zat yang bisa teroksidasi dapat menyebabkan hasil
pemeriksaan lebih rendah. Asam urat, asam askorbat, bilirubin dan
glutation menghambat reaksi karena zat-zat ini akan berkompetisi
dengan kromogen bereaksi dengan hidrogen peroksida sehingga
hasil pemeriksaan akan lebih rendah. Keunggulan dari metode
glukosa oksidase adalah karena murahnya reagen dan hasil yang
cukup memadai.(Price, S. 2006)
 Metode Heksokinase Prinsip: Heksokinase akan mengkatalis reaksi
fosforilasi glukosa dengan ATP membentuk glukosa 6-fosfat dan
ADP. Enzim kedua yaitu glukosa 6-fosfat dehidrogenase akan
mengkatalis oksidasi glukosa 6-fosfat dengan nikolinamide adnine
dinueleotide phosphate (NAPP+) Glukosa + ATP peroksidase
Glukosa-6-fosfat + ADP Glukosa-6-fosfat +NAD (P) G-6-PD 6-
fosfoglukonat + NAD(P)H + H+ 3)
 Reagen Kering (Gluco DR) Adalah alat pemeriksaan glukosa darah
secara invitro, dapat dipergunakan untuk mengukur kadar glukosa
darah secara kuantitatif, dan untuk screening pemeriksaan kadar
glukosa darah. Sampel dapat dipergunakan darah segar kapiler atau
darah vena, tidak dapat menggunakan sampel berupa plasma atau
serum darah. Prinsip : Tes strip menggunakan enzim glukosa
oksidase dan didasarkan pada teknologi biosensor yang spesifik
untuk pengukuran glukosa, tes strip mempunyai bagian yang dapat
menarik darah utuh dari lokasi pengambilan / tetesan darah kedalam
zona reaksi. Glukosa oksidase dalam zona reaksi kemudian akan
mengoksidasi glukosa di dalam darah. Intensitas arus electron
terukur oleh alat dan terbaca sebagai konsentrasi glukosa di dalam
sampel darah.(Price, S. 2006)
Sumber glukosa dalam darah:
1. Usus Gula darah akan meningkatkan setelah makan yang berasal dari
usus, tapi akan normal kembali setelah kurang lebih 2 jam.
2. Glikogen
Glikogen merupakan cadangan karbohidrat dalam tubuh yang
dengan cepat dapat dimobilisasi bila kadar gula darah mulai menurun
dalam sirkulasi terutama untuk kepentingan energi tubuh pada waktu
lapar.
3. Asam lemak
Lemak merupakan cadangan berikunya setelah glikogen. Melalui
proses lipolilisis, yang kemudian masuk jalur glukoneogenesis yang
akhirnya menjadi glukosa.
4. Protein
Protein digunakan untuk keperluan energi akan terjadi pada
kelaparan yang telah lanjut. Melalui proses deaminasi asam amino akan
terbentuk glukosa baik asam amino ketogenik ataupun glukogenik.
Pemakaian Gula Darah:
1. Gula darah merupakan sumber energi yang paling aktif digunakan oleh
tubuh melalui glikolisis lengkap (Embden Meyerhof, Kreb cycle).
2. Selain untuk energi. Glukosa disintesa menjadi asam lemak melalui
malonil pathway dan kemudian dengan gliserol akan membentuk
trigliserida.
3. Disamping glukosa disimpan sebagai lemak cadangan melalui
lipogenesis, glukosa dapat juga digunakan sebagai bahan dasar untuk
sintesa asam amino nonesensial melalui proses animasi asam keto.
4. Glukosa juga dapat disintesa menjadi bahan aktif lain seperti golongan
glikolipid atau glikoprotein dan lain-lain.
5. Sebaliknya bila pemakaian glukosa mengalami hambatan seperti
kekurangan insulin atau reseptor pada dinding sel akan berakibat
meningkatnya gula darah yang disebut hiperglikemi, bila kadar gula
tersebut telah melewati ambang kemampuan ginjal, akan keluar keurin
sebagai glikosuria.

IV. Alat dan bahan


 Alat:
1. Buret Micro 2 ml
2. Tes tube
3. Blood lancet
4. Kapas, funnel
5. Penangas air (Waterbath)
 Bahan-bahan:
1. Serum Darah
2. Reagen GOD-POD Enzymatic photometri
3. Aquadest
4. Standar glukosa 100 mg/dl

V. Cara Kerja
1. Pemeriksaan Metode GOD-POD
 Reagen 2500 µL ditambah dengan aquadest 25 µL → Blanko, aduk
homogen kemudian inkubasi selama 10 menit dengan suhu 370𝐶 .
 Reagen 2500 µL ditambah dengan standar 25 µL → Standar, aduk
homogen kemudian inkubasi selama 10 menit dengan suhu 370𝐶.
 Reagen 2500 µL ditambah dengan Sampel 25 µL → Sampel uji,
aduk homogen kemudian inkubasi selama 10 menit dengan suhu
370𝐶 .
 Sampel yang telah diinkubasi diukur absorbansi nya untuk
menentukan nilai konsentrasi.

VI. Hasil
 Absorbansi standar = 0,489
 Standar = 100 mg/ml
Absorbansi sampel Grup 2
1 0,325
2 0,467
3 0.543
4 0,376
5 0,298
6 0,383

𝑨𝒃𝒔𝒐𝒃𝒂𝒏 𝑺𝒂𝒎𝒑𝒆𝒍
C Sampel = 𝑨𝒃𝒔𝒐𝒓𝒃𝒂𝒏 𝑺𝒕𝒂𝒏𝒅𝒂𝒓 𝒙 𝑪 𝒔𝒕𝒂𝒏𝒅𝒂𝒓

 Sampel 1
𝟎,𝟑𝟐𝟓
C Sampel = 𝟎,𝟒𝟖𝟗 𝒙𝟏𝟎𝟎 𝒎𝒈/𝒅𝒍 = 66,46 mg/dl
 Sampel 2
𝟎,𝟒𝟔𝟕
C Sampel = 𝒙𝟏𝟎𝟎 𝒎𝒈/𝒅𝒍 = 95,50 mg/dl
𝟎,𝟒𝟖𝟗

 Sampel 3
𝟎,𝟓𝟒𝟑
C Sampel = 𝟎,𝟒𝟖𝟗 𝒙𝟏𝟎𝟎 𝒎𝒈/𝒅𝒍 = 111,04 mg/dl

 Sampel 4
𝟎,𝟑𝟕𝟔
C Sampel = 𝟎,𝟒𝟖𝟗 𝒙𝟏𝟎𝟎 𝒎𝒈/𝒅𝒍 = 76,89 mg/dl

 Sampel 5
𝟎,𝟐𝟗𝟖
C Sampel = 𝟎,𝟒𝟖𝟗 𝒙𝟏𝟎𝟎 𝒎𝒈/𝒅𝒍 = 60,94 mg/dl

 Sampel 6
𝟎,𝟑𝟖𝟑
C Sampel = 𝟎,𝟒𝟖𝟗 𝒙𝟏𝟎𝟎 𝒎𝒈/𝒅𝒍 = 78,32 mg/dl

VII. Pembahasan

Pada praktikum kali ini dilakukan percobaan pemeriksaan kadar


glukosa darah terhadap serum. Tujuan praktikum ini dilakukan untuk
menentukan kadar glukosa dalam darah dengan metode enzimatik dan
menginterpretasikan hasil yang diperoleh serta menghubungkan dengan
keadaan patologi klinik.
Pada percobaan ini, dilakukan prosedur untuk pengujian kadar
glukosa darah dengan metode GOD-PAP. Metode GOD banyak
digunakan pada saat ini. Akurasi dan presisi yang baik ( karena enzim
GOD spesifik untuk reaksi pertama). Glukosa diukur kadarnya setelah
dioksidasi secara enzimatis mengguunakan enzim GOD atau glukosa
oksidase. Peroksida (H2O2) yang terbentuk kemudian bereaksi dengan
fenol dan 4-aminokuinon dengan katalis enzim peroksidase (POD) yang
membentuk kuinonimin. Intensitas warna yang terbentuk sebanding
dengan kadar glukosa dalam sampel.
Hidrogen peroksida adalah produk lain yang terbentuk dari hasil
perombakan glukosa menjadi asam glukonat dengan katalisasi enzim
glukosidase. Hidrogen peroksida yang terbentuk adalah sebanding dengan
glukosa yang menjadi prekursor awalnya. Kemudian dengan
menambahkan aseptor oksigen kedalam reaksinya, dalam hal ini
aminofenazon, kadar glukosa dapat diukur dengan melihat reaksi yang
terjadi pada hidrogen peroksida yang dikatalisasi enzim peroksidase,
pengamatan dibantu oleh indikator merah-violet.
Pemeriksaan dengan metode GOD-PAP memiliki kelebihan, yaitu :
presisi tinggi, akurasi tinggi, spesifik, relatif bebas dari gangguan (kadar
hematokrit, vitamin C, lipid, volume sampel, dan suhu). Sedangkan
kekurangannya adalah memiliki ketergantungan pada reagen,
pemeliharaan alat dan reagen dan membutuhkan biaya yang cukup mahal.
Sampel yang digunakan adalah darah yang diambil yaitu bagian
serumnya. Serum lebih banyak mengandung air dari pada darah lengkap,
sehingga serum berisi lebih banyak glukosa dari pada darah lengkap.
Darah manusia normal mengandung glukosa dalam konsentrasi yang
konstan yaitu antara 70 – 100 mg/dL darah. Para penderita diabetes
memiliki jumlah glukosa darah lebih besar dari 130 mg/dL. Diabetes
sendiri terjadi jika tubuh tidak menghasilkan insulin -hormon yang
memberikan sinyal agar gula darah dalam tubuh diubah menjadi glikogen
yang cukup untuk mempertahankan kadar gula darah yang normal atau
jika sel tidak memberikan respon yang tepat terhadap insulin (Adnan,
2013).
Dalam percobaan pengukuran kadar glukosa darah ini dilakukan
beberapa tahap. Tahap awal yaitu pencampuran serum dengan reagen
GOD-PAP. Setelah tercampur lalu diinkubasi pada suhu 37°C selama 10
menit, lalu diukur nilai absorbansinya dengan menggunakan
spektrofotometer UV – Vis. Namun sebelum pengukuran sampel,
dilakukan pengukuran terhadap larutan standard dan larutan blanko
dengan instrumen spektrofotometer UV – Vis dengan panjang gelombang
( λ ) 510 nm. Kemudian nanti akan didapatkan data berupa nilai
absorbansi.
Pengukuran dilakukan pada panjang gelombang maksimum 510 nm
karena pada panjang gelombang ini, hasilnya akan terdeteksi, sesuai
dengan teori, bahwa hasil yang terjadi adalah warna merah-violet. Tujuan
penetapan panjang gelombang maksimum yaitu untuk mengetahui
panjang gelombang yang merupakan serapan terbesar, yaitu pada saat
senyawa berwarna yang terbentuk telah optimum, sehingga diperoleh
kepekaan yang maksimum. Serapan dibaca pada panjang gelombang
500nm sesuai dengan panjang gelomban reagen GOD-PAP.
Parameter stabil yaitu jika pada waktu tertentu lerutan menunjukkan
serapan yang bernilai sama berturut-turut. GOD-PAP merupakan enzim
yang memerlukan waktu tertentu untuk bereaksi optimum, sehingga
dibutuhkan waktu inkubasi. Jika waktu inkubasi kurang dari waktu
inkubasi optimum / operating time-nya, maka enzim tidak akan bereaksi
sempurna. Sedangkan apabila waktu inkubasi lebih dari waktu inkubasi
optimum / operating time, maka senyawa yang terbentuk akan
terdegradasi.Hasil absorbansi yang telah diperoleh kemudian dimasukkan
ke dalam persamaan kurva standar dengan sumbu x merupakan panjang
gelombang, dan sumbu y merupakan absorbansi (A) sehingga dapat
diperoleh kadar glukosanya.
Sebelum melakukan pengukuran absorbansi serum sampel pada
spektrofotometer, dilakukan pengukuran terlebih dahulu untuk baku.
Tujuan pengukuran baku ini untuk melihat apakah reagen yang dipakai
murni atau tidak terkontaminasi oleh zat lain. Kemudian, dilakukan
pengukuran terhadap larutan standar. Konsentrasi larutan standar yang
digunakan adalah sebesar 5.55 mmol/L atau 100 mg/dl. Adapun batasan
nilai normal konsentrasi glukosa standar yakni dari skala 60-110 mg/dl
atau 3,3-6,10 mmol/l.
Absorbansi dapat diukur karena pada pengukuran glukosa metode
GOD – PAP dihasilkan suatu derivat senyawa 4 – (-p-benzoquinone-
mono-imino) fenazon yang berwarna merah violet. Hasil absorbansi untuk
larutan standar adalah sebesar 0,489.
Adapun hasil absorbansi pada sampel 1 sampai 6 nilainya bervariasi
yaitu 0,325 , 0,467 , 0,543 , 0,376 , 0,298 , 0,383.
Setelah dilakukan pemeriksaan nilai absorbansi terhadap sampel,
maka selanjutnya dilakukan perhitungan pada sampel. Hal ini dilakukan
agar nilai glukosa dalam sampel dapat diketahui. Panjang gelombang
sampel mempunyai nilai sebesar 510 nm. Perhitungan dilakukan dengan
menggunakan rumus, yakni:
𝑨𝒃𝒔𝒐𝒃𝒂𝒏 𝑺𝒂𝒎𝒑𝒆𝒍
C Sampel = 𝑨𝒃𝒔𝒐𝒓𝒃𝒂𝒏 𝑺𝒕𝒂𝒏𝒅𝒂𝒓 𝒙 𝑪 𝒔𝒕𝒂𝒏𝒅𝒂𝒓

Maka nilai glukosa yang didapat pada sampel 1 adalah


sebesar 66,46 mg/dl, pada sampel 2 adalah 95,50 mg/dl, pada sampel 3
sebesar 111,04 mg/dl, pada sampel 4 sebesar 76,89 mg/dl, pada sampel 5
sebesar 60,94 mg/dl dan pada sampel 6 sebesar 78,32 mg/dl
Pada sampel 1 dan 5 yang diuji memiliki nilai konsentrasi glukosa
yang sangat rendah dengan nilai sebesar 66,46 mg/dl dan60,96 mg/dl.
Konsentrasi glukosa serum sampel jauh dari rentang batas normal nilai
glukosa darah yakni 70 – 110 mg/dl. Hal tersebut menandakan bahwa
sampel menunjukkan kondisi hipoglikemia karena nilai glukosa darah di
dibawah 70 mg/dl.
Pada sampel 2,4 dan 6 yang diuji memiliki nilai konsentrasi glukosa
yang normal karna masuk rentang batas normal nilai glukosa darah yakni
70 – 110 mg/dl.
Pada sampel 3 yang diuji memiliki nilai konsentrasi glukosa yang
sangat tinggi dengan nilai sebesar 111,04 mg/dl. Konsentrasi glukosa
serum sampel jauh dari rentang batas normal nilai glukosa darah yakni 70
– 110 mg/dl. Hal tersebut menandakan bahwa sampel menunjukkan
kondisi hiperglikemia karena nilai glukosa darah di atas 110 mg/dl.
Kesalahan yang mungkin terjadi pada pengukuran kadar glukosa
darah dengan metode GOD-PAP ini adalah pemipetan serum dan reagen
yang kurang benar, ketidakbersihan alat sehingga menyebabkan terjadinya
kontaminasi, serta waktu dan suhu inkubasi yang kurang tepat.

VIII. Kesimpulan
 Glukosa darah adalah gula yang terdapat dalam darah yang
terbentuk dari karbohidrat dalam makanan dan disimpan sebagai
glikogen di hati dan otot rangka.
 Pada percobaan ini, dilakukan prosedur untuk pengujian kadar
glukosa darah dengan metode GOD-PAP
 batas normal nilai glukosa darah yakni 70 – 110 mg/dl.
 Pada sampel 1 dan 5 konsentrasi glukosa yang sangat rendah, jauh
dari rentang batas normal nilai glukosa darah yakni 70 – 110 mg/dl.
Hal tersebut menandakan bahwa sampel menunjukkan kondisi
hipoglikemia karena nilai glukosa darah di dibawah 70 mg/dl.
 Pada sampel 2,4 dan 6 yang diuji memiliki nilai konsentrasi glukosa
yang normal karna masuk rentang batas normal nilai glukosa darah
yakni 70 – 110 mg/dl.
 Pada sampel 3 yang diuji memiliki nilai konsentrasi glukosa yang
sangat tinggi, jauh dari rentang batas normal nilai glukosa darah
yakni 70 – 110 mg/dl. Hal tersebut menandakan bahwa sampel
menunjukkan kondisi hiperglikemia karena nilai glukosa darah di
atas 110 mg/dl.

IX. Daftar Pustaka

Anna Poedjiadi, 1994. Dasar-Dasar Biokimia. Penerbit UI-Press: Jakarta


Girinda A. 1989. Biokimia Patologi. Bogor: IPB
Hendromartono, Consensus on the Management of Diabetes Mellitus
(Perkeni 1998). In Surabaya Diabetes Update. VI. Eds
Tjokroprawiro A, Hendromartono, dkk. Surabaya 1999 : 1 – 14
Lehninger, Albert L. 1994. Dasar-Dasar Biokimia Jilid 3. Jakarta:
Erlangga
Price, Wilson. 2006. Patofisiologi Vol 2 ; Konsep Kllinis Proses-proses
Penyakit. Penerbit Buku Kedokteran. EGC. Jakarta

Anda mungkin juga menyukai