Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH

APOTEK RAKYAT

Dosen Pembimbing :

Arif Alfian Rahman, S.Farm., Apt.

Disusun oleh kelompok 6 :

1. Khofifatur Rohma (1802050205)


2. Lina Nurna Khumairo (1802050194)
3. Melana Rini Sutra Warni (1802050241)

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH LAMONGAN

FAKULTAS ILMU KESEHATAN

PROGRAM STUDI D3 FARMASI


KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat serta
hidayah-Nya, sehingga tugas makalah mata kuliah Farmakognosi ini dapat
terselesaikan dengan baik dan tepat waktu.

Tidak lupa kami ucapkan terima kasih kepada bapak Arif Alfian Rahman,
S.Farm., Apt. selaku dosen mata kuliah Perundang-undangan kesehatan dan etika
farmasi di Universitas Muhammadiyah Lamongan, yang telah memberikan materi
mengenai apotek rakyat.

Makalah berjudul “Apotek Rakyat” ini selain memuat tentang seluk


beluk apotek rakyat juga memuat tentang contoh kasus pelanggaran hukum
mengenai apotek rakyat yang pernah terjadi di Indonesia. Kami menyadari bahwa
makalah ini masih jauh dari sempurnah, oleh karena itu kami mengharapkan segala
bentuk kritik dan saran yang membangun dari berbagai pihak demi menjadikan
makalah ini lebih baik lagi. Kami berharap semoga makalah ini dapat memberikan
manfaat bagi kami dan pembaca.

Lamongan, 21 November 2019


DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .......................................................................................2

DAFTAR ISI ......................................................................................................3

BAB I PENDAHULUAN ..................................................................................4

Latar Belakang .......................................................................................4

Rumusan Masalah ..................................................................................5

Tujuan .....................................................................................................5

BAB II PEMBAHASAN ...................................................................................6

Definisi Apotek Rakyat ..........................................................................6

Tinjauan Permenkes Tentang Apotek Rakyat Terhadap PP No. 51 ......7

Tata Cara Memperoleh Izin Apotek Rakyat ..........................................8

Contoh Kasus .........................................................................................9

BAB III PENUTUP ...........................................................................................13

Kesimpulan .............................................................................................13

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................14


BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kesehatan merupakan unsur vital dan salah satu elemen konstitutif dari
kehidupan seseorang. Kesehatan sebagai hak asasi telah menjadi kebutuhan
mendasar dan tentunya menjadi kewajiban Negara dalam upaya
pemenuhannya. Salah satu strategi dalam meningkatkan derajat kesehatan
adalah mengupayakan pelayanan yang berkualitas kepada setiap masyarakat.
Sumber tenaga kesehatan dan sarana pelayanan kesehatan paling berperan
dalam peningkatan kualitas. Didalam mengoptimalisasikan derajat kesehatan
masyarakat tersebut, pembangunan kesehatan diimplementasikan dalam
bentuk pelayanan kesehatan, termasuk di dalamnya pelayanan kefarmasian.
Obat merupakan salah satu komponen yang tak tergantikan dan sangat
menunjang dalam rangka upaya pembangunan dan pelayanan kesehatan yang
baik. Obat dan perbekalan kesehatan merupakan kebutuhan dasar manusia
yang berfungsi sosial, sehingga tidak boleh dipergunakan sebagai komoditas
ekonomi semata, juga tidak dipromosikan secara berlebihan dan menyesatkan.
Akses terhadap obat terutama obat essensial merupakan salah satu hak asasi
manusia.
Semua obat yang beredar harus dijamin keamanan, khasiat, dan
mutunya agar benar-benar memberikan manfaat bagi kesehatan dan
kesejahteraan masyarakat serta tidak merugikan masyarakat. Keterjangkauan
dan penggunaan obat yang rasional merupakan bagian dan tujuan yang harus
dicapai.
Salah satu tempat distribusi atau beredarnya obat-obatan serta
perbekalan kesehatan masyarakat adalah apotek. Apotek merupakan Salah satu
realisasi pembangunan dibidang farmasi oleh pemerintah dan swasta yaitu
dengan menyediakan sarana pelayanan kesehatan salah satunya ialah apotek.
Sebagai perantara, apotek dapat mendistribusikan perbekalan farmasi
dan perbekalan kesehatan dari supplier kepada konsumen, memiliki beberapa
fungsi kegiatan yaitu: pembelian, gudang, pelayanan dan penjualan, keuangan,
dan pembukuan, sehingga agar dapat di kelola dengan baik, maka seorang
Apoteker Pengelola Apotek (APA) disamping ilmu kefarmasian yang telah
dikuasai, juga diperlukan ilmu lainnya seperti ilmu Pemasaran (marketing) dan
ilmu akuntansi (accounting).
Apotek rakyat dibentuk untuk memperluas akses obat murah dan
terjamin kepada masyarakat. Selain memperluas akses, apotek rakyat bertujuan
untuk menertibkan peredaran obat-obat palsu dan ilegal, serta memberikan
kesempatan para apoteker untuk memberikan pelayanan kefarmasian. Dalam
upaya usaha untuk memajukan kesejahteraan umum yang berarti mewujudkan
suatu tingkat kehidupan secara optimal, yang memenuhi kebutuhan manusia
termasuk kesehatan, perlu kita harus mengetahui apotek rakyat dan peranan
apoteker di dalam apotek rakyat.
Dengan demikian, seorang (APA) dalam menjalankan profesi
apotekernya di apotek tidak hanya pandai sebagai penanggung jawab teknis
kefarmasian saja, melainkan juga dapat mengelola apotek sesuai dengan
prinsip-prinsip bisnis tanpa memberikan keuntungan kepada pihak-pihak yang
memiliki kepentingan (stake holder) semata melainkan juga memiliki fungsi
sosial di masyarakat.

1.2 Rumusan Masalah


1. Bagaimana pengertian apotek rakyat ?
2. Bagaimana tinjauan Permenkes tentang apotek rakyat terhadap PP No. 51
Tahun 2009 ?
3. Bagaimana tata cara memperoleh izin apotek rakyat ?
4. Bagaimana kronologi contoh kasus pelanggaran mengenai apotek rakyat ?
1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian apotek rakyat.
2. Untuk mengetahui tinjauan Permenkes tentang apotek rakyat terhadap PP
No. 51 Tahun 2009.
3. Untuk mengetahui tata cara memperoleh izin apotek rakyat.
4. Untuk mengetahui kronologi contoh kasus pelanggaran mengenai apotek
rakyat.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Definisi Apotek Rakyat
Apotek rakyat adalah sarana kesehatan tempat dilaksanakannya
pelayanan kefarmasian, penyerahan obat dan perbekalan kesehatan, tetapi tidak
melakukan peracikan. Apotek rakyat didirikan dengan tujuan untuk
meningkatkan dan memperluas akses masyarakat untuk memperoleh obat serta
meningkatkan pelayanan kefarmasian. Oleh karena itu, perlu dibuka
kesempatan pengembangan pedagang eceran obat menjadi apotek rakyat.
Peraturan Menteri Kesehatan tentang Apotek Rakyat pasal 2 tentang
Pengaturan apotek rakyat bertujuan :
Ayat 1: untuk memberikan pedoman bagi toko obat yang ingin meningkatkan
pelayanan dan status usahanya menjadi Apotek Rakyat.
Ayat 2: pedoman bagi perorangan atau usaha kecil yang ingin mendirikan
Apotek Rakyat.
Ayat 3: melindungi masyarakat untuk dapat memperoleh pelayanan kefarmasian
yang baik dan benar.
Dalam pelayanan kefarmasian, apotek rakyat harus mengutamakan
pelayanan obat generik dan dilarang menyediakan narkotika, psikotropika,
meracik obat dan menyerahkan obat dalam jumlah yang besar. Serupa dengan
apotek pada umumnya, apotek rakyat harus memiliki 1 orang apoteker sebagai
penanggung jawab dan dibantu oleh asisten apoteker.
Pembinaan dan Pengawasan pelaksanaan Peraturan mengenai apotek
rakyat dilakukan oleh Departemen Kesehatan, Badan Pengawasan Obat dan
Makanan, Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota dengan mengikut sertakan
organisasi profesi, sesuai dengan tugas, fungsi dan kewenangan masing-masing.
Dalam memberikan pelayanan, seorang apoteker pada Apotek Rakyat
harus melakukan pemeriksaan resep dan sebelum obat diserahkan pada pasien
harus dilakukan pemeriksaan akhir terhadap kesesuaian antara resep dan obat.
Apotek Rakyat dilarang menyerahkan obat dalam jumlah besar, selain dilarang
menjual obat-obatan narkotika dan psikotropika.
Pembinaan dan pengawasan terhadap Apotek Rakyat dilakukan oleh
Depkes, Badan POM, Dinkes Kabupaten/kota dengan mengikutsertakan
organisasi profesi. Bila dalam pelaksanaannya ditemukan bahwa suatuApotek
Rakyat melakukan pelanggaran, maka dapat dikenakan sanksi berupa teguran
lisan, tertulis sampai dengan pencabutan ijin.
2.2 Tinjauan Permenkes Tentang Apotek Rakyat Terhadap PP No. 51
PP No.51 Bagian Ketiga tentang Pekerjaan Kefarmasian Dalam
Produksi Sediaan Farmasi, pasal 12 : Pekerjaan Kefarmasian yang berkaitan
dengan proses produksi dan pengawasan mutu Sediaan Farmasi pada Fasilitas
Produksi Sediaan Farmasi wajib dicatat oleh Tenaga Kefarmasian sesuai
dengan tugas dan fungsinya.

PerMenKes Pasal 1 ayat 1: apotek rakyat adalah saranan kesehatan


tempat dilaksanakannya pelayanan kefarmasian dimana dilakukan penyerahan
obat dan perbekalan kesehatan dan tidak melakukan peracikan.

PP no.51, pasal 24 Dalam melakukan Pekerjaan Kefarmasian pada


Fasilitas Pelayanan Kefarmasian, Apoteker dapat :

a. Mengganti obat merek dagang dengan obat generik yang sama komponen
aktifnya atau obat merek dagang lain atas persetujuan dokter dan/atau
pasien.
b. Menyerahkan obat keras, narkotika dan psikotropika kepada masyarakat
atas resep dari dokter sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan.

PerMenKes pasal 5 :

a. Apotek Rakyat dalam pelayanan kefarmasian harus mengutamakan obat


generik.
b. Apotek rakyat dilarang menyediakan narkotika dan psikotropika meracik
obat dan menyerahkan obat dalam jumlah besar.
Berdasarkan tinjauan permenkes terhadap PP 51, pekerjaan
kefarmasian berkaitan dengan proses produksidan pengawasan mutu sediaan.
Proses produksi menyangkut peracikan obat. Sedangkan berdasarkan
perMenKes pasal 1 ayat 1 menyatakan pelayanan kefarmasian dilakukan
penyerahan obat dan perbekalan kesehatan dan dilakukan peracikan obat. Bila
didirikan apotek rakyat, maka pekerjaan apoteker hanya terbatas pada
distribusi, pengecekan mutu obat sedangkan proses produksi tidka dapat
dilakukan.

Selain itu berdasarkan PP 51 menyatakan apoteker dapat menyerahkan


obat keras, narkotika dan psikotropika kepada masyarakat atas resep dari
dokter sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan sedangkan
Apotek rakyat dilarang menyediakan narkotika dan psikotropika meracik obat
dan menyerahkan obat dalam jumlah besar. apotek rakyat tidak dapat
menerima resep racikan dan resep yang mengandung obat narkotika dan
psikotropika, sehingga hanya pasien yang tidak menderita penyakit
komplikasi, kejiwaan dan penyakit yang membutuhkan penanganan khusus
yang dapat membeli obat-obat pada apotek ini.
2.3 Tata Cara Memperoleh Izin Apotek Rakyat
a. Permohonan Izin Rakyat diajukan Kepala Dinas Kesehatan
Kabupaten/Kota dengan menggunakan contoh Formulir Model APR-1.
b. Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota selambat-lambatnya 6 (enam)
hari kerja setelah menerima permohonan dapat meminta bantuan teknis
kepada Kepala Balai POM untuk melalukan pemeriksaan setempat terhadap
kesiapan Apotek untuk melakukan kegiatan.
c. Tim Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota atau Kepala Balai POM selambat-
lambatnya 6 (enam) hari kerja setelah permintaan bantuan teknis dari
Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota melaporkan hasil pemeriksaan
setempat dengan menggunakan contoh Formulir Model APR-2
d. Dalam hal pemeriksaan sebagaimana dimaksud dalam pasal 2 dan 3 tidak
dilaksanakan, Apoteker Pemohon dapat membuat surat pernyataan siap
melakukan kegiatan kepada Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota
setempat dengan tembusan kepada Kepala Dinas Propinsi dengan
menggunakan contoh Formulir Model APR-3
e. Dalam jangka waktu 12 (dua belas) hari kerja setelah diterima laporan hasil
pemeriksaan sebagaimana dimaksud angka 3, atau pernyataan dimaksud
angka 4, Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota setempat mengeluarkan
Surat Izin Apotek dengan menggunakan contoh Formulir Model APR-4
f. Dalam hal hasil pemeriksaan Tim Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota atau
Kepala Balai POM dimaksud angka 3 masih belum memenuhi syarat
Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota setempat dalam waktu 12 (dua
belas) hari kerja mengeluarkan Surat Penundaan dengan menggunakan
contoh Formulir Model APR-5 terhadap Surat Penundaan sebagai mana
dimaksud dalam ayat 6, apoteker diberi kesempatan untuk melengkapi
persyaratan yang belum dipenuhi selambat-lambatnya dalam jangka waktu
1 (satu) bulan sejak tanggal Surat Penundaan.
g. Terhadap permohonan izin Apotek Rakyat yang ternyata tidak memenuhi
persyaratan, atau lokasi Apotek tidak sesuai dengan permohonan, maka
Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota setempat dalam jangka waktu
selambat-lambatnya 12 (dua belas) hari kerja wajib mengeluarkan Surat
Penolakan disertai dengan alasan-alasannya dengan menggunakan contoh
Formulir Model APR-6.

2.4 Contoh Kasus


JAKARTA, KOMPAS — Sejumlah pelanggaran praktik kefarmasian
dilakukan pengelola apotek rakyat di beberapa tempat. Selain menjual bebas
obat-obatan yang seharusnya memakai resep dokter, apotek rakyat juga
menjadi tempat peredaran obat ilegal. Untuk itu, keberadaan apotek rakyat
diusulkan ditiadakan.

Kepala Dinas Kesehatan DKI Jakarta Koesmedi Priharto, Jumat (9/9),


mengatakan, usulan apotek rakyat dibubarkan dan pencabutan peraturan
menteri kesehatan (permenkes) tentang apotek rakyat sudah disampaikan
kepada Gubernur DKI Jakarta. ”Usulan pencabutan akan disampaikan kepada
Menteri Kesehatan,” ujarnya.
Usulan pencabutan permenkes itu disebabkan pelaku apotek rakyat
melakukan banyak pelanggaran aturan. Selain menjual bebas obat yang
seharusnya menggunakan resep dokter, ditemukan pula obat kedaluwarsa dan
obat ilegal yang dijual.

Apotek rakyat, kata Koesmedi, dulu diadakan karena belum ada sistem
Jaminan Kesehatan Nasional (JKN). Karena obat-obatan sudah ada dalam
layanan JKN yang dikelola Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS)
Kesehatan, apotek rakyat sebaiknya dihapus.

Saat dihubungi secara terpisah, Direktur Jenderal Kefarmasian dan Alat


Kesehatan Kementerian Kesehatan Maura Linda Sitanggang mengatakan,
pemerintah sudah merencanakan penghapusan status apotek rakyat. Selama ini,
apotek rakyat diizinkan dan diatur Permenkes Nomor 284/Menkes/SK/III/2007
tentang Apotek Rakyat.

Nantinya, pemilik apotek rakyat diminta meningkatkan status jadi


apotek atau menurunkan jadi toko obat sesuai ketentuan. Jadi, tempat layanan
farmasi yang bisa menjual obat keras (harus dengan resep dokter) nantinya
yang berstatus apotek, tak ada lagi apotek rakyat. Toko obat hanya boleh
menjual obat bebas dan obat bebas terbatas.

”Penghapusan akan diatur dalam permenkes,” ujar Linda. Targetnya,


peraturan itu terbit tahun ini. Perubahan dari apotek rakyat menjadi apotek atau
toko obat butuh masa transisi 3-6 bulan.

Pengawasan tak jalan

Menurut Koesmedi, pengawasan perdagangan obat-obatan di apotek


rakyat dilakukan suku dinas kesehatan. Pengawasan mutu dan izin edar
dilakukan Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM), sedangkan izin
apoteker, administrasi, dan pengadaan ada di dinas kesehatan.

Ia mengingatkan pedagang besar farmasi agar tak asal menjual obat


kepada pedagang tak jelas. Sementara pengelola rumah sakit dan klinik dokter
diminta mengadakan obat-obatan secara benar sesuai permenkes.
Ketua Himpunan Pedagang Farmasi Pasar Pramuka Ridwan
mengatakan, pengawasan obat di apotek rakyat tak berjalan. Sebab, para
apoteker tak pernah datang langsung ke apotek rakyat, tetapi hanya menyuruh
orang mengambil honor Rp 250.000 per apotek per bulan.

Dari pemeriksaan polisi pada seorang tersangka peredaran obat


kedaluwarsa, pemilik apotek rakyat di Pasar Pramuka, Jakarta Timur,
terungkap, pengawasan apotek rakyat tak berjalan.

”Tersangka membeli jasa apoteker hanya untuk memenuhi syarat legal


formal. Apoteker menagih uang setiap bulan Rp 800.000, tak mengontrol obat
yang datang atau disimpan di apotek rakyat,” kata Kepala Unit II Industri dan
Perdagangan Direktorat Reserse Kriminal Khusus Polda Metro Jaya Komisaris
Wahyu Nugroho.

Sementara Badan Reserse Kriminal Polri mengejar seorang pelaku


pembuatan obat ilegal. Pelaku adalah pemilik pabrik di Balaraja, Tangerang,
Banten. (JOG/SAN/HLN/WIN/WAD/MDN)

 Analisa kasus :
Dari hasil analisis kasus tersebut, pemilik terkena pasal tentang
penyalahgunaan aturan Apotek Rakyat, dimana pemilik apotek tidak
mempekerjakan seorang apoteker dan hanya menyewa ijazah seorang apoteker
untuk memperoleh izin mendirikan Apotek Rakyat, serta menjual obat-obat
ilegal dan juga obat kedarluwarsa, sementara itu seorang pelaku juga menjadi
tersangka dalam pembuatan obat ilegal. Selain itu apoteker yang bersangkutan
juga bersalah karena memberikan ijazahnya begitu saja, serta tidak menjalan
kewajibanya sebagai seorang apoteker yang seharusnya mengontrol obat yang
datang atau disimpan di Apotek Rakyat.
 Pasal dan sanksi terkait pelanggaran :
a. Pasal 197 Undang-Undang Kesehatan “ Setiap orang dengan sengaja
memproduksi atau mengedarkan sediaan farmasi atau alat kesehatan yang
tidak memiliki ijin edar sebagaimana dimaksud dalam pasal 106 ayat 1,
dipidana dengan pidana penjara paling lama 15 tahun dan denda paling
banyak Rp. 1.500.000.000,-.
b. Sanksi bagi pelaku usaha yang melanggar ketentuan dalam Pasal 15 UU
Perlindungan Konsumen, berdasarkan Pasal 62 ayat 1 UU Perlindungan
Konsumen adalah, dipidana dengan pidana penjara paling lama 5 tahun atau
pidana denda paling banyak Rp.2.000.000.000,-.
c. Izin Pendirian Apotek Rakyat diatur dalam PerMenKes RI
No.284/MENKES/Per/III/2007 Tentang Apotek Rakyat. Bagi yang
melanggar dapat dikenakan sanksi Tindakan Administratif berupa teguran
lisan, tertulis dan pencabutan izin pendirian.
d. Setiap pelanggaran terhadap ketentuan yang berlaku dapat dikenakan sanksi
, baik sanksi administratif maupun sanksi pidana. Sanksi administrasi yang
diberikan menurut Keputusan Menteri Kesehatan RI No.
1332/MENKES/SK/X/2002 dan PerMenKes No. 92/MENKES/Per/X/1993
adalah Peringatan secara tertulis kepada Apoteker secara tiga kali berturut-
turut dengan tenggang waktu masing-masing 2 bulan, teguran lisan,
pencabutan izin tenaga kesehatan, dan/atau pencabutan izin/ rekomendasi
klinik.
e. Jika seorang apoteker dengan sengaja maupun tak sengaja melanggar atau
tidak mematuhi Kode Etik Apoteker Indonesia, maka dia wajib mengakui
dan menerima sanksi dari pemerintah, ikatan atau organisasi profesi farmasi
yang menaunginya (IAI) dan mempetanggung jawabkannya kepada Tuhan
YME. Apabila apoteker melakukan pelanggaran kode etik apoteker, yang
bersangkutan dikenakan sanksi organisasi. Sanksi dapat berupa pembinaan,
peringatan, pencabuta keanggotaan sementara, dan pencautan keanggotaan
tetap.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Apotek rakyat adalah sarana kesehatan tempat dilaksanakannya
pelayanan kefarmasian, penyerahan obat dan perbekalan kesehatan, tetapi tidak
melakukan peracikan. Mengutamakan pelayanan obat generik dan dilarang
menyediakan narkotika, psikotropika, meracik obat dan menyerahkan obat
dalam jumlah yang besar. Apotek rakyat harus memiliki 1 orang apoteker
sebagai penanggung jawab dan dibantu oleh asisten apoteker.
Hasil analisa kasus apotek rakyat di Pasar Pramuka menunjukkan
bahwa pemilik terkena pasal tentang penyalahgunaan aturan Apotek Rakyat,
dimana pemilik apotek tidak mempekerjakan seorang apoteker dan hanya
menyewa ijazah seorang apoteker untuk memperoleh izin mendirikan Apotek
Rakyat, serta menjual obat-obat ilegal dan juga obat kedarluwarsa, sementara itu
seorang pelaku juga menjadi tersangka dalam pembuatan obat ilegal. Selain itu
apoteker yang bersangkutan juga bersalah karena memberikan ijazahnya begitu
saja, serta tidak menjalan kewajibanya sebagai seorang apoteker yang
seharusnya mengontrol obat yang datang atau disimpan di Apotek Rakyat.
Sanksi-sanksi yang dapat dibebankan kepada para pelaku pelanggaran
pada kasus tersebut yaitu :
a. Pengedaran obat ilegal, dipidana dengan pidana penjara paling lama 15
tahun dan denda paling banyak Rp. 1.500.000.000,-.
b. Perlindungan konsumen, dipidana dengan pidana penjara paling lama 5
tahun atau pidana denda paling banyak Rp.2.000.000.000,-.
c. Izin mendirikan apotek rakyat, sanksi tindakan administratif berupa teguran
lisan, tertulis dan pencabutan izin pendirian.
d. Pelanggaran kode etik apoteker, dikenakan sanksi organisasi. Sanksi dapat
berupa pembinaan, peringatan, pencabuta keanggotaan sementara, dan
pencabutan keanggotaan tetap. Peringatan secara tertulis kepada Apoteker
secara tiga kali berturut-turut dengan tenggang waktu masing-masing 2
bulan, teguran lisan, pencabutan izin tenaga kesehatan, pencabutan izin/
rekomendasi klinik.
DAFTAR PUSTAKA

Siswosoediro, Henry S., 2008, Buku Pintar Pengurusan Perizinan dan Dokumen,
Penerbit visimedia, Jakarta.
Spillane, James l., 2010, Ekonomi Farmasi, Yogyakarta, Penerbit Grasindo.
Suryadharma, B., 2009, Apotek Rakyat,
http://berlysuryadharma.blogspot.com/2009/06/apotik-rakyat.html, diakses
Kendari, 11 mei 2013.
Restiasari, Anggi., 2010, Tesis Kepastian Hukum Apotek Rakyat dan Pekerjaan
Kefarmasian, Semarang, Program Pasca Sarjana Magister Hukum Kesehatan
Universitas Katolik Soegijapranata.
http://amp.kompas.com/megapolitan/read/2017/10/05/15231211/inilah-alasan-
apotek-rakyat-pasar-pramuka-kembali-beroperasi.

Anda mungkin juga menyukai