NIM : 1802050241
RANGKUMAN 5
3) َ) قَالُوا ُس ب َْحانَك31( َصا ِدقِين َ ضهُ ْم َعلَى ْال َمالئِ َك ِة فَقَا َل أَ ْنبِئُونِي بِأ َ ْس َما ِء هَؤُال ِء إِ ْن ُك ْنتُ ْم َ َو َعلَّ َم آ َد َم األ ْس َما َء ُكلَّهَا ثُ َّم َع َر
ْ)قَا َل أَلَ ْم أَقُل33( ) قَا َل يَا آ َد ُم أَ ْنبِ ْئهُ ْم بِأ َ ْس َمائِ ِه ْم فَلَ َّما أَ ْنبَأَهُ ْم بِأ َ ْس َمائِ ِه ْم32( ك أَ ْنتَ ْال َعلِي ُم ْال َح ِكي ُم
َ َّال ِع ْل َم لَنَا إِال َما َعلَّ ْمتَنَا إِن
َض َوأَ ْعلَ ُم َما تُ ْب ُدونَ َو َما ُك ْنتُ ْم تَ ْكتُ ُمون
ِ ْت َواألر َ لَ ُك ْم إِنِّي أَ ْعلَ ُم َغي
ِ ْب ال َّس َما َوا
Allah SWT mengangkat manusia sebagai khalifah-Nya di muka bumi, bukan para
malaikat-Nya, karena manusia memiliki ilmu pengetahuan (QS 2 : 31-33). Dengan
kelebihan ilmu pengetahuan itu juga, Allah SWT memuliakan Adam as sehingga
malaikat bersujud padanya.
ِ )َش)زُوا يَ ْرف
4) ُ )ع هَّللا ُ ش)زُوا فَا ْن ُ ح هَّللا ُ لَ ُك ْم َۖوإِ َذا قِي َل ا ْن َ س ُحوا يَ ْف
ِ س َ س فَا ْف َّ َيَا أَيُّ َها الَّ ِذينَ آ َمنُوا إِ َذا قِي َل لَ ُك ْم تَف
ِ ِس ُحوا فِي ا ْل َم َجال
ٍ الَّ ِذينَ آ َمنُوا ِم ْن ُك ْم َوالَّ ِذينَ أُوتُوا ا ْل ِع ْل َم َد َر َجا
ت ۚ َوهَّللا ُ بِ َما تَ ْع َملُونَ َخبِي ٌر
Manusia yang memiliki derajat yang paling tinggi disisi Allah SWT adalah manusia
yang memiliki iman dan ilmu (QS 58 : 11). Iman membawa manusia pada ketinggian
di akhirat, dan ilmu membawa manusia pada ketinggian di dunia.
ِ ق بِ ْال ُم ْل
5) ًك ِم ْنهُ َولَ ْم ي ُْؤتَ َس َعة ُّ ك َعلَ ْينَا َونَحْ نُ أَ َح
ُ ث لَ ُك ْم طَالُوتَ َملِ ًكا قَالُوا أَنَّى يَ ُكونُ لَهُ ْال ُم ْل
َ ال لَهُ ْم نَبِيُّهُ ْم إِ َّن هَّللا َ قَ ْد بَ َع
َ ََوق
ال إِ َّن هَّللا َ اصْ طَفَاهُ َعلَ ْي ُك ْم َو َزا َدهُ بَ ْسطَةً فِي ْال ِع ْل ِم َو ْال ِجس ِْم َوهَّللا ُ ي ُْؤتِي ُم ْل َكهُ َم ْن يَ َشا ُء َوهَّللا ُ َوا ِس ٌع َعلِي ٌم ِ ِمنَ ْال َم
َ َال ق
Syarat untuk menjadi pemimpin dalam Islam ada 2 hal, yaitu ilmu yang tinggi dan
fisik yang sehat (QS 2 : 247). Ini menunjukkan betapa tingginya penghargaan Islam
kepada nilai-nilai ilmu dan kesehatan.
“ Bintang-bintang adalah pengaman bagi langit, jika bintang mati, maka datanglah
pada langit sesuatu yang mengancamnya. Dan aku adalah pengaman bagi sahabatku,
jika aku mati, maka datanglah kepada para sahabat sesuatu yang mengancam
mereka. Sahabatku adalah pengaman umatku, jika mereka mati, maka datanglah
kepada umatku sesuatu yang mengancam mereka.” (HR. Imam Muslim).
Penjelasan
Dalam hadits ini hanya mambahas satu larik saja , yaitu sabda Nabi :
“bintang-bintang adalah pengaman langit. Jika bintang mati, maka datanglah pada
langit sesuatu yang mengancamnya.”
Maksud dari kematian bintang adalah meredup dan memudarnya sinar
bintang. Sedang maksud dari “sesuatu yang mengancam langit” adalah tersingkap,
terpecah, terbuka, dan perubahan langit menjadi sesuatu yang tidak terurus,
ditelantarkan, dan dipenuhi asap dan kabut.
2) Pembelahan Bulan
Nabi Bersabda :
ِ اق ْال َق َم ِر َك َر َم ًة ل َِرس ُْو ِل
هللا ُ ِا ْنشِ َق
“ Terbelahnya bulan merupakan karamah Rasulullah “. (HR. Imam Al-Bukhori ).
Penjelasan
Hadits ini diriwayatkan oleh oleh Imam Al Bukhori dalam Shahihnya kitab Al-
Maghazy. Maksud dari hadits ini adalah terbelahnya bulan ini adalah peristiwa . ini
merupakan representasi dari salah satu kemukjizatan indrawi yang muncul sebagai
penguat bagi Rasulullah dalam menghadapi kaum kafir dan musyrik Mekah dan
pengingkaran mereka atas kenabian Nabi SAW.
Mukjizat adalah peristiwa adikodrati yang keluar dari ketentuan Sunnatullah.
Oleh karena itu, aturan-aturan duniawi tidak mungkin bisa memahami terjadinya
mukjizat. Seandainya mukjizat pembelahan bulan menjadi dua ini tidak disebutkan
dalam Al-Qur’an dan sejarah Rasulullah, tentu kaum muslimin sekarang tidak akan
mengimaninya. Jadi, fungsi hadits di atas adalah untuk menguatkan bahwa
Rasulullah benar-benar mempunyai mukjizat yaitu salah satunya membelah bulan
jadi dua.
3) Siklus Hujan
Nabi Bersabda :
ٍ َام بِأَقَ َّل َمطَرًا ِم ْن ع
َام ٍ َما ِم ْن ع
“Tidak ada tahun yang lebih sedikit curah hujannya daripada tahun yang lain”
Penjelasan
Al – Baihaqi meriwayatkan hadis ini dalam As-Sunan Al-kubra dari Ibnu
Mas’ud Ra, dari Rasulullah dengan teks hadis “tidak ada tahun yang lebih sedikit
curah hujannya daripada tahun yang lain”.
Kendati nash hadis berhenti (mauquf) pada Ibnu Mas’ud, sehingga
mendorong beberapa pengkaji hadis untuk melemahkan statusnya (dhaif) karena
tidak dapat memahami petunjuk ilmiahnya, namun hadis ini tetap
mempresentasikan sebuah gebrakan ilmiah yang mendahului khazanah sains
modern sejak tahun 1400 tahun silam. Di samping itu, hadis ini merupakan salah satu
representasi kemukjizatan sains dalam hadits-hadits Nabi SAW. Sehingga meski
berstatus dho’if, hadis itu pun tetap kuat dan diperhitungkan.
4) Dari Abud Darda` radhiyallahu ‘anhu berkata: Aku mendengar Rasulullah Shallallahu
‘alaihi wa sallam bersabda:
ْ َ فِ ْي ِه ي،ط ِر ْيقًا بِ ِه لهُ ا َسلَكَ ِع ْل ًما
طلُبُ ْيقًا طَ ِر َسلَكَ َم ْن َ ِم ْن
ت فِي َم ْن لَهُ لَيَ ْستَ ْغفِ ُر ْال َعالِ َم َوإِ َّن ِ ْاألَر
ِ فِي َو َم ْن ال َّس َم َوا،ض
ُ َو َرثَة، َوالَ ِد ْينَارًا يُ َو ِّرثُوْ ا لَ ْم األَ ْنبِيَا َء َوإِ َّن األَ ْنبِيَا ِء،ِدرْ هَ ًما
َو َّرثُوا إِنَّ َما،ظ أَ َخ َذ أَ َخ َذهُ فَ َم ْن ْال ِع ْل َم
ٍّ َوافِ ٍر بِ َح
“Barangsiapa menempuh suatu jalan yang padanya dia mencari ilmu, maka Allah
akan mudahkan dia menempuh jalan dari jalan-jalan (menuju) jannah, dan
sesungguhnya para malaikat benar-benar akan meletakkan sayap-sayapnya untuk
penuntut ilmu, dan sesungguhnya seorang penuntut ilmu akan dimintakan ampun
untuknya oleh makhluk-makhluk Allah yang di langit dan yang di bumi, sampai ikan
yang ada di tengah lautan pun memintakan ampun untuknya. Dan sesungguhnya
keutamaan seorang yang berilmu atas seorang yang ahli ibadah adalah seperti
keutamaan bulan pada malam purnama atas seluruh bintang, dan sesungguhnya
ulama adalah pewaris para Nabi, dan para Nabi tidaklah mewariskan dinar ataupun
dirham, akan tetapi mereka hanyalah mewariskan ilmu, maka barangsiapa yang
mengambilnya maka sungguh dia telah mengambil bagian yang sangat banyak.” (HR.
Abu Dawud no.3641, At-Tirmidziy no.2683, dan isnadnya hasan, lihat Jaami’ul Ushuul
8/6)
Ilmu tidak bebas nilai, ilmu itu selalu terkait dengan nilai-nilai. Perkembangan ilmu
selalu memperhatikan aspek nilai yang berlaku. Perkembangan nilai tidak lepas dari dari
nilai- nilai ekonomis, sosial, religius, dan nilai-nilai yang lainnya.
Ilmu bebas nilai mengemukakan bahwa antara ilmu dan nilai tidak ada kaitannya,
keduanya berdiri sendiri. Menurut pandangan ilmu bebas nilai, dengan tujuan
mengembangkan ilmu pengetahuan kita boleh mengeksplorasi alam tanpa batas dan tdak
harus memikirkan nilai-nilai yang ada, karena nilai hanya akan menghambat
perkembangan ilmu.
Situmorang (2012), menyatakan bahwa sekurang-kurangnya ada 3 faktor sebagai
indikator bahwa ilmu itu bebas nilai, yaitu:
a. Ilmu harus bebas dari pengendalian-pengendalian nilai. Maksudnya adalah bahwa
ilmu harus bebas dari pengaruh eksternal seperti faktor ideologis, religious, cultural,
dan sosial.
b. Diperlukan adanya kebebasan usaha ilmiah agar otonom ilmu terjamin. Kebebasan di
sini menyangkut kemungkinan yang tersedia dan penentuan diri.
c. Penelitian ilmiah tidak luput dari pertimbangan etis yang sering dituding
menghambat kemajuan ilmu, karena nilai etis sendiri itu bersifat universal.
D. PERLUNYA AKHLAK ISLAMI DALAM PENERAPAN IPTEK
Al-Qardhawi (1989), mengemukakan terkait dengan pentingnya akhlak Islami dalam
pengembangan ilmu, bahwa akhlak Islami yang harus diperhatikan dalam mengembangkan
ilmu pengetahuan adalah:
a. Rasa Tanggung Jawab Di Hadapan Allah.
Rasa tanggung jawab di hadapan Allah, sebab ulama merupakan pewaris para
anbiya. Tidak ada pangkat yang lebih tinggi daripada pangkat kenabian dan tidak ada
derajat yang ketinggiannya melebihi para pewaris pangkat itu.
b. Amanat Ilmiah.
Sifat amanah merupakan kemestian iman termasuk ke dalam moralitas ilmu, tak ada
iman bagi orang yang tidak memiliki sifat amanah. Dalam memberikan kriteria orang
beriman Allah menjelaskan dalam firmanNya sebagai berikut:
“Dan orang-orang yang memelihara amanat-amanat (yang dipikulnya) dan janjinya”
(Q.S. Al-Mu’minun [23]:8)
c. Tawadu’
Salah satu moralitas yang harus dimiliki oleh ilmuan ialah tawadu’. Orang yang benar
berilmu tidak akan diperalat oleh ketertipuan dan tidak akan diperbudak oleh
perasaan ‘ujub mengagumi diri sendiri, karena dia yakin bahwa ilmu itu adalah
laksana lautan yang tidak bertepi yang tidak ada seorang pun yang akan berhasil
mencapai pantainya.
d. Izzah
Perasaan mulia yang merupakan fadhilah paling spesifik bagi kaum muslimin secara
umum. Izzah di sini adalah perasaan diri mulia ketika menghadapi orang-orang yang
takabbur atau orang yang berbangga dengan kekayaan, keturunan, kekuatan atau
kebanggaan-kebanggaan lain yang bersifat duniawi. Izzah adalah bangga dengan
iman dan bukan dosa dan permusuhan. Suatu perasaan mulia yang bersumber dari
Allah dan tidak mengharapkan apapun dari manusia, tidak menjilat kepada orang
yang berkuasa.
Mengutamakan Dan Menerapkan Ilmu.
Salah satu moralitas dalam Islam adalah menerapkan ilmu dalam pengertian bahwa
ada keterkaitan antara ilmu dan ibadah. Kehancuran kebanyakan manusia adalah
karena mereka berilmu, tetapi tidak mengamalkan ilmu itu atau mengamalkan
sesuatu yang bertolak belakang dengan apa yang mereka ketahui, seperti dokter
yang mengetahui bahayanya suatu makanan atau minuman bagi dirinya tetapi tetap
juga dia menikmatinya karena mengikuti hawa nafsu atau tradisi.
f. Menyebarkan Ilmu.
Menyebarkan ilmu adalah moralitas yag harus dimiliki oleh para ilmuwan/ulama,
mereka berkewajiban agar ilmu tersebar dan bermanfaat bagi masyarakat. Ilmu yang
disembunyikan tidak mendatangkan kebaikan, sama halnya dengan harta yang
ditimbun.
g. Hak Cipta dan Penerbit.
Mengenai hak cipta dan penerbit digambarkan bahwa kehidupan para ilmuan tidak
semudah kehidupan orang lain pada umumnya, karena menuntut kesungguhan yang
khusus melebihi orang lain, seorang ilmuwan pengarang memerlukan perpustakaan
yang kaya dengan referensi penting dan juga memerlukan pembantu yang
menolongnya untuk menukil, mengkliping dan sebagainya dan memerlukan pula
orang yang mendapat menopang kehidupan keluarganya.
Dari uraian di atas, dapat dilihat betapa pentingnya akhlak Islami bagi
pengembangan ilmu, untuk menjaga agar ilmu itu tidak menjadi penyebab bencana bagi
kehidupan manusia dan kerusakan lingkungan serta kehancuran di muka bumi ini.