Anda di halaman 1dari 9

Nama : MELANA RINI SUTRA WARNI

NIM : 1802050241
Kelas : 4B-D3 Farmasi
RESUME PERTEMUAN 7
ISLAM & SAINS
A. PENDAHULUAN

Istilah sains diambil dari bahasa Latin scio, scire, scientia, yang bermakna ”aku tahu,
mengetahui, pengetahuan” tentang apapun oleh siapapun dengan cara apapun.

Sains berarti ilmu, sains juga dapat diartikan sebagai pengetahuan tentang suatu bidang
yang disusun secara bersistem menurut metode-metode tertentu yang dapat digunakan untuk
menerangkan gejala-gejala tertentu di bidang (pengetahuan) itu dan bersifat koheren, empiris,
sistematis, dapat diukur dan dibuktikan.

Islam adalah sebuah sistem agama, kebudayaan, dan peradaban secara menyeluruh. Ia
merupakan sistem holistik dan nilai-nilainya menyerap setiap aktivitas manusia, yang tentunya
sains termasuk di dalamnya.

B. DEFINISI DAN TUJUAN SAINS DALAM ISLAM


 Definisi Sains Dalam Islam

Sains dan agama merupakan dua hal yang menarik untuk diperbincangkan. Kedua
bidang ilmu ini memiliki cara pandang tersendiri dalam memaknai kehidupan dan alam.
Agama menggunakan kacamata spiritualitas, dan sains menggunakan kacamata empiris.

Yang dimaksudkan dengan "sains Islam" di sini adalah keseluruhan dari matematika dan
ilmu-ilmu alam, termasuk psikologi dan sains-sains kognitif, yang tumbuh dalam
kebudayaan dan peradaban Islam selama lebih dari satu millenium, dimulai sejak abad
ketiga Islam (abad kesembilan Kristen). “Dimana dalam mempelajarinya tidak akan pernah
bertentangan dengan hukum dan ajaran Islam. Karena sains itu sendiri dijadikan sarana
untuk beribadah kepadaNya, Sang Maha Pemilik Ilmu.
 Tujuan Sains Dalam Islam

Ilmu (sains) yang dipelajari haruslah bertujuan untuk mencerdaskan kehidupan bangsa,
menyejahterakan umat, dan mensyiarkan ajaran-ajaran agama Islam. Tidak dibenarkan,
apabila ada orang Islam yang menuntut ilmu pengetahuan hanya untuk mengejar pangkat,
mencari gelar, dan keuntungan pribadi. Selain itu, ilmu yang telah didapat harus disebarkan
(diajarkan kepada orang lain) dan diamalkan (tingkah lakunya sesuai dengan ilmunya).

C. KEDUDUKAN SAINS DALAM ISLAM

Ilmu syar’i adalah ilmu tentang agama Allah Ta’ala, yaitu ilmu yang bersumber dari
kitabullah (Al-Qur’an) dan hadits-hadits Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam (As-Sunnah).
Sebagaimana yang kita ketahui, hukum mempelajari ilmu agama (ilmu syar’i) adalah kewajiban
atas setiap muslim (fardhu ‘ain). Sebagaimana sabda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam,

ْ ‫ضةٌ َعلَى ُك ِّل ُم‬


‫سلِ ٍم‬ َ ‫ب ا ْل ِع ْل ِم فَ ِري‬
ُ َ‫طَل‬

”Menuntut ilmu (agama) itu wajib atas setiap muslim.”  (HR. Ibnu Majah no. 224. Dinilai
shahih oleh Syaikh Al-Albani).

Lalu, bagaimana dengan ilmu duniawi (ilmu sains)? Apakah mempelajari ilmu-ilmu tersebut
menjadi tidak berpahala alias perbuatan sia-sia?

Jika Mendatangkan Kebaikan untuk Umat Islam, Hukum Mempelajari Ilmu Duniawi adalah
Fardhu Kifayah. Bukan karena ilmu-ilmu tersebut termasuk dalam ilmu syar’i (ilmu agama yang
bersumber dari Al-Qur’an dan As-Sunnah), akan tetapi karena tidaklah maslahat bagi umat
(Islam) ini bisa terwujud kecuali dengan mempelajari ilmu-ilmu tersebut.

Kesimpulannya, hukum mempelajari ilmu duniawi (sains) sangat tergantung pada tujuan,
apakah untuk tujuan kebaikan atau tujuan yang buruk.

Oleh karena itu, ketika ilmu duniawi menjadi sarana untuk menegakkan kewajiban dalam
agama, maka hukum mempelajari ilmu tersebut juga wajib. Dan ketika menjadi sarana untuk
menegakkan perkara yang hukumnya sunnah dalam agama, maka hukum mempelajarinya juga
sunnah.
D. TEORI PENCIPTAAN ALAM SEMESTA DALAM PRESEPTIK SAINS DAN AL-QUR’AN

Jika sains dikaitkan dengan fenomena alam, maka dalam al-Qur’an lebih dari 750 ayat
menjelaskan tentang fenomena alam. Salah satunya adalah pada Surah Luqman, ayat 10.

Artinya: “Dia menciptakan langit tanpa tiang yang kamu melihatnya dan dia meletakkan
gunung-gunung (di permukaan) bumi supaya bumi itu tidak menggoyangkan kamu; dan
memperkembang biakkan padanya segala macam jenis binatang. dan kami turunkan air hujan
dari langit, lalu kami tumbuhkan padanya segala macam tumbuh-tumbuhan yang baik.”

Dalam ayat tersebut, menjelaskan tentang betapa besarnya kekuasaan Allah SWT dalam
menciptakan mahluk-mahlukNya. Kita juga diperintahkan untuk mempelajarinya. Hal ini telah
banyak dilakukan oleh orang (ilmuwan) Barat, dan kebanyakan dari kita hanya mengikuti apa
yang mereka katakan. Padahal, kita sebagai hambaNya seharusnya memiliki keharusan yang
lebih besar dari pada mereka. Karena bila diamati, tidak sedikit dari pandangan mereka
melenceng dari ajaran agama Islam. Bila kita hanya mengikuti mereka, dikhawatirkan kita akan
terjerumus kedalam jalan kesesatan bersama mereka.

Seperti contoh, pandangan Darwin tentang teori evolusi yang menyebutkan bahwa manusia
zaman dahulu memiliki bentuk fisik menyerupai kera, itu merupakan pendapat yang tidak
sesuai dengan al-Qur’an. Karena secara jelas, manusia pertama yang diciptakan Allah adalah
Nabi Adam AS.

Al - Quran adalah inspirator, maknanya bahwa dalam Al - Quran banyak terkandung ayat-
ayat yang mendorong manusia untuk melihat, memandang, berpikir, serta mencermati
fenomena - fenomena alam semesta ciptaan Tuhan yang menarik untuk diselidiki, diteliti dan
dikembangkan.
E. PARADIGMA ISLAM TENTANG ILMU SAINS DAN TEKNOLOGI
Pandangan islam terhadap sains dan teknologi adalah bahwa islam tidak pernah mengekang
umatnya untuk maju dan modern. Justru islam sangat mendukung umatnya untuk melakukan
penelitian dalam bidang apapun, termasuk sains dan teknologi. Masyarakat modern telah
berhasil mengembangkan sains dan teknologi canggih untuk mengatasi berbagai masalah
kehidupannya, namun disisi lain sains dan teknologi canggih tersebut tidak mampu
menumbuhkan moralitas (akhlak) yang mulia. Untuk itu, munculnya gagasan tentang Islamisasi
Sains dan Teknologi. Tujuan gagasan tersebut adalah agar sains dan teknologi dapat membawa
kesejahteraan bagi umat manusia. Epistimologi islam tersebut pada hakikatnya menghendaki,
bahwa sains dan teknologi harus mengakui adanya nilai-nilai kemanusiaan yang universal.
Prinsip -- prinsip pandangan islam tentang sains dan teknologi dapat diketahui dari analisis
wahyu pertama yang diterima oleh Nabi Muhammad SAW : "Bacalah dengan (menyebut) nama
Tuhanmu Yang Menciptakan. Dia menciptakan manusia dari segumpal darah. Bacalah dan
Tuhanmulah Yang Maha Pemurah. Yang Mengajar (manusia) dengan perantaraan kalam (tulis
baca). Dia Mengajarkan manusia apa yang tidak diketahuinya." (QS al-'Alaq: 1-5)
Ayat tersebut merupakan suatu dukungan yang Allah berikan kepada hambanya untuk terus
menggali, memperdalam dan memperhatikan apa yang ada di alam semesta termasuk sains
dan teknologi. Selain memuat banyak tentang pengembangan sains, Al-Quran juga dijadikan
inspirasi ilmu dan pedoman dalam pengembangan pemikiran sehingga dapat terciptanya
penemuan -- penemuan baru yang bermanfaat bagi kehidupan.
Dalam pandangan Islam sains dan teknologi juga di gambarkan sebagai cara mengubah
suatu sumber daya menjadi sumber daya lain yang lebih tinggi nilainya hal ini tercermin dalam
surat Ar Ra'd ayat 11 yaitu : "Sesungguhnya Allah tidak merobah keadaan sesuatu kaum
sehinggamereka merubah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri."
Dari ayat tersebut dapat disimpulkan bahwa pada dasarnya Al-Quran telah mendorong
manusia untuk berteknologi supaya kehidupan mereka meningkat. Upaya ini harus merupakan
rasa syukur atas keberhasilannya dalam merubah nasibnya. Dengan perkataan lain rasa syukur
atas keberhasilannya dimanifestasikan dengan mengembangkan terus keberhasilan itu
sehingga dari waktu ke waktu keberhasilan itu akan selalu maningkat terus. 
F. AYAT AL-QUR’AN DAN HADITS YANG RELEVAN

Sebenarnya, bila kita amati, antara ajaran Islam dengan pendidikan sains tidak ada
pertentangan, bahkan Islam mewajibkan umatnya untuk mencari ilmu. Salah satu dasar (dalil)
yang populer adalah hadits Rasulullah SAW.

َ ْ‫طَلَبُ ْال ِع ْل ِم فَ ِريــ‬  :‫ى هللا تــ َ َعالَى َعلَيــْ ِه َو َسلـ َّ َم‬


‫ضةٌ َعلَى ُك ِّل ُمســـلِ ٍم َو ُمسْـــلِ َم ٍة‬ َ ِ‫قَا َل َرسُوْ ُل هللا‬
َّ ‫صل‬

Artinya   : Rasulullah SAW. bersabda : “Mencari ilmu itu hukumnya wajib bagi setiap orang Islam
laki-laki dan perempuan.”

Dalam hadits tersebut memang jelas disebutkan bahwa hukum mencari ilmu adalah
fardhu ain (harus dilakukan per individu). Tapi, banyak pendapat yang muncul dalam
menentukan ilmu mana yang dimaksud dalam hadits tersebut. Para ahli ilmu kalam
memandang bahwa belajar teologi merupakan sebuah kewajiban, sementara para fuqaha’
berpikir bahwa ilmu fiqih dicantumkan dalam al-Qur’an. Sedangkan menurut Imam Ghazali,
ilmu yang wajib dicari menurut agama adalah terbatas pada pelaksanaan kewajiban syari’at
Islam yang harus diketahui dengan pasti. Misalnya, seseorang yang bekerja sebagai peternak
binatang, haruslah mengetahui hukum-hukum tentang zakat.

 )٦( ‫) َوالنَّجْ ُم َوال َّش َج ُر يَ ْس ُجدَا ِن‬٥( ‫) ال َّش ْمسُ َو ْالقَ َم ُر بِ ُح ْسبَا ٍن‬٤( َ‫) عَلَّ َمهُ ْالبَيَان‬٣( َ‫ق اإل ْن َسان‬
َ َ‫) خَ ل‬٢( َ‫ عَلَّ َم ْالقُرْ آن‬ )١( ُ‫الرَّحْ َمن‬
َ ْ‫) َواألر‬٩( َ‫) َوأَقِي ُموا ْال َو ْزنَ بِ ْالقِ ْس ِط َوال تُ ْخ ِسرُوا ْال ِميزَ ان‬٨( ‫َط َغوْ ا فِي ْال ِمي َزا ِن‬
‫ض‬ ْ ‫) أَال ت‬٧( َ‫ض َع ْال ِميزَ ان‬ َ ‫َوال َّس َما َء َرفَ َعهَا َو َو‬
)١٣( ‫ان‬ ِّ َ ‫) فَبِأ‬١٢( ُ‫ف َوال َّر ْي َحان‬
ِ َ‫ي آال ِء َربِّ ُك َما تُ َك ِّذب‬ ِ ْ‫) َو ْال َحبُّ ُذو ْال َعص‬١١( ‫ات األ ْك َم ِام‬
ُ ‫) فِيهَا فَا ِكهَةٌ َوالنَّ ْخ ُل َذ‬١٠( ‫ض َعهَا لِألن َِام‬
َ ‫َو‬
(Q.S. Al-Rahman : 1-13).

Artinya : (Allah) Yang Maha Pengasih(1), Yang telah mengajarkan Al-Qur’an(2), Dia
menciptakan manusia(3), mengajarnya pandai berbicara(4), Matahari dan bulan beredar
menurut perhitungan(5), dan tetumbuhan dan pepohonan, keduanya tunduk (kepada-Nya)
(6), dan langit telah ditinggikan-Nya dan Dia menciptakan keseimbangan(7), agar kamu
jangan merusak keseimbangan itu(8), Dan tegakkanlah keseimbangan itu dengan adildan
janganlah kamu mengurangi keseimbangan itu(9), Dan bumi telah ada buah-buahan dan
pohon kurma yang mempunyai kelopak mayang(10), didalamnya ada buah-buahan dan
pohon kurma yang mempunyai kelopak mayang(11), dan biji-bijian yang berkulit dan bunga-
bunga yang harum baunya(12), Maka nikmat Tuhanmu yang manakah yang kamu dustakan?
(13).

َ ُّ‫) ا ْق َر ْأ َو َرب‬2( ‫ق‬


 ‫) َعلَّ َم اإْل ِ ْن َسانَ َما لَ ْم يَ ْعلَ ْم‬4( ‫) الَّ ِذي َعلَّ َم بِ ْالقَلَ ِم‬1( ‫ك اأْل َ ْك َر ُم‬ ٍ َ‫ق اإْل ِ ْن َسانَ ِم ْن َعل‬ َ ِّ‫ا ْق َر ْأ بِاس ِْم َرب‬
َ َ‫ك الَّ ِذي خَ ل‬
َ َ‫) خَ ل‬3( ‫ق‬
Wahyu yang pertama sekali diturunkan oleh Allah SWT kepada nabi Muhammad saw adalah
perintah untuk membaca/belajar (QS 96 : 1-5) dan menggunakan akal, bukan perintah untuk
shalat, puasa, atau dzikrullah. Hal ini menunjukkan perhatian Islam yang besar terhadap ilmu
pengetahuan.

 ‫ك ال ِع ْل َم لَنَا إِال‬
َ َ‫) قَالُوا ُس ْب َحان‬31( َ‫صا ِدقِين‬ َ ‫ضهُ ْم َعلَى ْال َمالئِ َك ِة فَقَا َل أَ ْنبِئُونِي بِأ َ ْس َما ِء هَؤُال ِء إِ ْن ُك ْنتُ ْم‬ َ ‫َو َعلَّ َم آ َد َم األ ْس َما َء ُكلَّهَا ثُ َّم َع َر‬
َ ‫) قَا َل أَلَ ْم أَقُلْ لَ ُك ْم إِنِّي أَ ْعلَ ُم َغي‬33 ( ‫ ) قَا َل يَا آ َد ُم أَ ْنبِ ْئهُ ْم بِأ َ ْس َمائِ ِه ْم فَلَ َّما أَ ْنبَأَهُ ْم بِأ َ ْس َمائِ ِه ْم‬32( ‫َما َعلَّ ْمتَنَا إِنَّكَ أَ ْنتَ ْال َعلِي ُم ْال َح ِكي ُم‬
‫ْب‬
َ‫ض َوأَ ْعلَ ُم َما تُ ْب ُدونَ َو َما ُك ْنتُ ْم تَ ْكتُ ُمون‬
ِ ْ‫ت َواألر‬ َ ‫ال َّس َم‬
ِ ‫اوا‬
Allah SWT mengangkat manusia sebagai khalifah-Nya di muka bumi, bukan para malaikat-
Nya, karena manusia memiliki ilmu pengetahuan (QS 2 : 31-33). Dengan kelebihan ilmu
pengetahuan itu juga, Allah SWT memuliakan Adam as sehingga malaikat bersujud padanya.

 ‫شزُوا يَ ْرفَ ِع هَّللا ُ الَّ ِذينَ آ َمنُوا‬


ُ ‫شزُوا فَا ْن‬ ُ ‫ح هَّللا ُ لَ ُك ْم َۖوإِ َذا قِي َل ا ْن‬ َ ‫س فَا ْف‬
َ ‫س ُحوا يَ ْف‬
ِ ‫س‬ َّ َ‫يَا أَيُّ َها الَّ ِذينَ آ َمنُوا إِ َذا قِي َل لَ ُك ْم تَف‬
ِ ِ‫س ُحوا فِي ا ْل َم َجال‬
ٍ ‫ِم ْن ُك ْم َوالَّ ِذينَ أُوتُوا ا ْل ِع ْل َم َد َر َجا‬
‫ت َۚوهَّللا ُ ِب َما تَ ْع َملُونَ َخبِي ٌر‬
Manusia yang memiliki derajat yang paling tinggi disisi Allah SWT adalah manusia yang
memiliki iman dan ilmu (QS 58 : 11). Iman membawa manusia pada ketinggian di akhirat,
dan ilmu membawa manusia pada ketinggian di dunia.

 ‫ال‬ِ ‫ك ِم ْنهُ َولَ ْم ي ُْؤتَ َس َعةً ِمنَ ْال َم‬ ِ ‫ق بِ ْال ُم ْل‬
ُّ ‫ك َعلَ ْينَا َونَحْ نُ أَ َح‬ ُ ‫ث لَ ُك ْم طَالُوتَ َملِ ًكا قَالُوا أَنَّى يَ ُكونُ لَهُ ْال ُم ْل‬ َ ‫ال لَهُ ْم نَبِيُّهُ ْم إِ َّن هَّللا َ قَ ْد بَ َع‬
َ َ‫َوق‬
ِ ‫قَا َل إِ َّن هَّللا َ اصْ طَفَاهُ َعلَ ْي ُك ْم َوزَا َدهُ بَ ْسطَةً فِي ْال ِع ْل ِم َو ْال ِجس ِْم َوهَّللا ُ ي ُْؤتِي ُم ْل َكهُ َم ْن يَ َشا ُء َوهَّللا ُ َو‬
‫اس ٌع َعلِي ٌم‬
Syarat untuk menjadi pemimpin dalam Islam ada 2 hal, yaitu ilmu yang tinggi dan fisik yang
sehat (QS 2 : 247). Ini menunjukkan betapa tingginya penghargaan Islam kepada nilai-nilai
ilmu dan kesehatan.
ْ ‫ص َر َوا ْلفُ َؤا َد ُك ُّل أُو ٰلَئِ َك َكانَ َع ْنهُ َم‬
 ‫سئُو ًل‬ َ َ‫س ْم َع َوا ْلب‬
َّ ‫س لَكَ بِ ِه ِع ْل ٌم ۚإِنَّ ال‬
َ ‫َواَل تَ ْقفُ َما لَ ْي‬
Allah SWT melarang manusia untuk melakukan suatu pekerjaan tanpa memiliki ilmunya (QS
17 : 36). Islam sangat menghargai spesialisasi dalam berbagai bidang ilmu dan menganjurkan
umatnya untuk menjadi seseorang yang profesional sesuai dengan bidangnya masing-
masing.

 Hadist Terkait
1) Bintang – bintang di langit
Nabi bersabda:
‫ت فَأ ِ َذا لِل َّس َما ِء أَ َمنَةٌ النُّجُوْ ُم‬
ِ َ‫تُوْ َع ُدوْ نَ َما ال َّس َما َء أَتَى النُّجُوْ ُم َذهَب‬
‫َب فَأ ِ َذا أِل ُ َّمتِى أَ َمنَةٌ َوأَصْ َحابِى‬
َ ‫أَتَى أَصْ َحابِى َذه‬ َ ‫ْت فَأ ِ َذا أَصْ َحابِى أَ َمنَةٌ أَن‬
‫َاو‬ ُ ‫يُوْ َع ُدوْ نَ َما أَصْ َحابِى أَتَى َذهَب‬

‫يُوْ َع ُدوْ نَ َما أُ َّمتِى‬

“ Bintang-bintang adalah pengaman bagi langit, jika bintang mati, maka datanglah pada
langit sesuatu yang mengancamnya. Dan aku adalah pengaman bagi sahabatku, jika aku
mati, maka datanglah kepada para sahabat sesuatu yang mengancam mereka. Sahabatku
adalah pengaman umatku, jika mereka mati, maka datanglah kepada umatku sesuatu yang
mengancam mereka.” (HR. Imam Muslim).

o Penjelasan

Dalam hadits ini hanya mambahas satu larik saja , yaitu sabda Nabi : “bintang-bintang
adalah pengaman langit. Jika bintang mati, maka datanglah pada langit sesuatu yang
mengancamnya.”

Maksud dari kematian bintang adalah meredup dan memudarnya sinar bintang.
Sedang maksud dari “sesuatu yang mengancam langit” adalah tersingkap, terpecah,
terbuka, dan perubahan langit menjadi sesuatu yang tidak terurus, ditelantarkan, dan
dipenuhi asap dan kabut.
2) Pembelahan Bulan
Nabi Bersabda :
ِ‫ق ْالقَ َم ِر َك َر َمةً لِ َرسُوْ ِل هللا‬
ُ ‫اِ ْن ِشقَا‬
“ Terbelahnya bulan merupakan karamah Rasulullah “. (HR. Imam Al-Bukhori ).
o Penjelasan

Hadits ini diriwayatkan oleh oleh Imam Al Bukhori dalam Shahihnya kitab Al-Maghazy.
Maksud dari hadits ini adalah terbelahnya bulan ini adalah peristiwa . ini merupakan
representasi dari salah satu kemukjizatan indrawi yang muncul sebagai penguat bagi
Rasulullah dalam menghadapi kaum kafir dan musyrik Mekah dan pengingkaran mereka
atas kenabian Nabi SAW.

Mukjizat adalah peristiwa adikodrati yang keluar dari ketentuan Sunnatullah. Oleh
karena itu, aturan-aturan duniawi tidak mungkin bisa memahami terjadinya mukjizat.
Seandainya mukjizat pembelahan bulan menjadi dua ini tidak disebutkan dalam Al-Qur’an
dan sejarah Rasulullah, tentu kaum muslimin sekarang tidak akan mengimaninya. Jadi,
fungsi hadits di atas adalah untuk menguatkan bahwa Rasulullah benar-benar mempunyai
mukjizat yaitu salah satunya membelah bulan jadi dua.

3) Siklus Hujan
Nabi Bersabda :
ٍ ‫َام بِأَقَ َّل َمطَرًا ِم ْن ع‬
‫َام‬ ٍ ‫َما ِم ْن ع‬
“Tidak ada tahun yang lebih sedikit curah hujannya daripada tahun yang lain”

o Penjelasan

Al – Baihaqi meriwayatkan hadis ini dalam As-Sunan Al-kubra dari Ibnu Mas’ud Ra, dari
Rasulullah dengan teks hadis “tidak ada tahun yang lebih sedikit curah hujannya daripada
tahun yang lain”.

Kendati nash hadis berhenti (mauquf) pada Ibnu Mas’ud, sehingga mendorong
beberapa pengkaji hadis untuk melemahkan statusnya (dhaif) karena tidak dapat
memahami petunjuk ilmiahnya, namun hadis ini tetap mempresentasikan sebuah gebrakan
ilmiah yang mendahului khazanah sains modern sejak tahun 1400 tahun silam. Di samping
itu, hadis ini merupakan salah satu representasi kemukjizatan sains dalam hadits-hadits
Nabi SAW. Sehingga meski berstatus dho’if, hadis itu pun tetap kuat dan diperhitungkan.
4) Dari Abud Darda` radhiyallahu ‘anhu berkata: Aku mendengar Rasulullah Shallallahu ‘alaihi
wa sallam bersabda:
‫ك َم ْن‬ ْ َ‫ فِ ْي ِه ي‬،‫ك ِع ْل ًما‬
َ َ‫طلُبُ ْيقًا طَ ِر َسل‬ َ َ‫ِم ْن طَ ِر ْيقًا بِ ِه لهُ ا َسل‬

ِ ‫ طُر‬،‫َض ُع ْال َمالَئِ َكةَ َوإِ َّن ْال َجنَّ ِة‬


‫ُق‬ َ ‫ب أَجْ نِ َحتَهَا لَت‬
ِ ِ‫ لِطَال‬،‫ْال ِع ْل ِم‬

‫ت فِي َم ْن لَهُ لَيَ ْستَ ْغفِ ُر ْال َعالِ َم َوإِ َّن‬ ِ ْ‫األَر‬
ِ ‫ فِي َو َم ْن ال َّس َم َوا‬،‫ض‬

ُ‫ف َجوْ فِي َو ْال ِح ْيتَان‬


ِ ،‫ْال َعابِ ِد َعلَى ْال َعالِ ِم فَضْ َل َوإِ َّن ْال َما ِء‬

‫ َسائِ ِر َعلَ ْىلبَ ْد ِر لَ ْيلَةَ ْالقَ َم ِر َكفَضْ ِل‬،‫ب‬


ِ ‫ْال ُعلَ َما َء َوإِ َّن ْال َك َوا ِك‬

ُ‫ َو َرثَة‬،‫ َوالَ ِد ْينَارًا يُ َو ِّرثُوْ ا لَ ْم األَ ْنبِيَا َء َوإِ َّن األَ ْنبِيَا ِء‬،‫ِدرْ هَ ًما‬

‫ َو َّرثُوا إِنَّ َما‬،‫ظ أَ َخ َذ أَخَ َذهُ فَ َم ْن ْال ِع ْل َم‬


ٍّ ‫َوافِ ٍر بِ َح‬

“Barangsiapa menempuh suatu jalan yang padanya dia mencari ilmu, maka Allah akan
mudahkan dia menempuh jalan dari jalan-jalan (menuju) jannah, dan sesungguhnya para
malaikat benar-benar akan meletakkan sayap-sayapnya untuk penuntut ilmu, dan
sesungguhnya seorang penuntut ilmu akan dimintakan ampun untuknya oleh makhluk-
makhluk Allah yang di langit dan yang di bumi, sampai ikan yang ada di tengah lautan pun
memintakan ampun untuknya. Dan sesungguhnya keutamaan seorang yang berilmu atas
seorang yang ahli ibadah adalah seperti keutamaan bulan pada malam purnama atas
seluruh bintang, dan sesungguhnya ulama adalah pewaris para Nabi, dan para Nabi tidaklah
mewariskan dinar ataupun dirham, akan tetapi mereka hanyalah mewariskan ilmu, maka
barangsiapa yang mengambilnya maka sungguh dia telah mengambil bagian yang sangat
banyak.” (HR. Abu Dawud no.3641, At-Tirmidziy no.2683, dan isnadnya hasan.

Anda mungkin juga menyukai