Anda di halaman 1dari 15

RANGKUMAN MATERI

AL-ISLAM KEMUHAMMADIYAHAN IV

Disusun Oleh :

Nama : MELANA RINI SUTRA WARNI

NIM : 1802050241

Kelas : 4B - D3 Farmasi

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH LAMONGAN

TAHUN 2020
1. HUBUNGAN IPTEK DAN BUDAYA ISLAM

A. Pengertian Ilmu Pengetahuan


Pengetahuan adalah segala sesuatu yang diketahui manusia melalui panca indra, intuisi, dan
firasat. Ilmu adalah pengetahuan yang sudah diklasifikasikan, disistematisasi, dan diinterpretasi,
sehingga menghasilkan kebenaran objektif dan dapat diuji kebenarannya.
Dalam Islam, jelasnya, ada dua jenis ilmu, yaitu :
 Ilmu fardhu ‘ain dan fardhu kifayah (Al-Quran, hadis, fikih, tauhid, akhlaq, syariah, dan
cabang-cabangnya)
 Ilmu fardhu kifayah (kedokteran, matematika, psikologi, dan cabang sains lainnya)

B. Hubungan Antara Islam dengan IPTEK


Ada beberapa kemungkinan hubungan antara agama dan iptek :
(a) berseberangan atau bertentangan
(b) bertentangan tapi dapat hidup berdampingan secara damai
(c) tidak bertentangan satu sama lain
(d) saling mendukung satu sama lain, agama mendasari pengembangan iptek atau iptek
mendasari penghayatan agama.

Pola hubungan pertama adalah pola hubungan yang negatif, saling tolak. Apa yang
dianggap benar oleh agama dianggap tidak benar oleh ilmu pengetahuan dan teknologi,
demikian pula sebaliknya.
Pola hubungan ke dua adalah perkembangan dari pola hubungan pertama. Ketika
kebenaran iptek yang bertentangan dengan kebenaran agama makin tidak dapat disangkal
sementara keyakinan akan kebenaran agama masih kuat di hati, jalan satu-satunya adalah
menerima kebenaran keduanya dengan anggapan bahwa masing-masing mempunyai
wilayah kebenaran yang berbeda.
Pola ke tiga adalah pola hubungan netral. Dalam pola hubungan ini, kebenaran
ajaran agama tidak bertentangan dengan kebenaran ilmu pengetahuan tetapi juga tidak
saling mempengaruhi.
Pola hubungan yang ke empat adalah pola hubungan yang positif. Terjadinya pola
hubungan seperti ini mensyaratkan tidak adanya pertentangan antara ajaran agama dan
ilmu pengetahuan serta kehidupan masyarakat yang tidak sekuler.

C. Hakikat Ilmu Dan Fungsi Pengetahuan Dalam Islam


Islam sebagai agama yang sangat menghormati ilmu pengetahuan, tidak diragukan lagi.
Banyak argumen yang dapat dirujuk, di samping ada ayat-ayat al-Qur`an dan hadits Nabi saw.
yang mengangkat derajat orang berilmu, juga di dalam al-Qur`an mengandung banyak
rasionalisasi, bahkan menempati bagian terbesar. Hal ini diakui Meksim Rodorson  (seorang
penulis Marxis) ketika menelaah Q.S. Ali Imrân/3: 190-191 dan Q.S. Al-Baqarah/2: 164.
Menurutnya, dalam al-Qur`an kata ‘aqala  (mengandung pengertian menghubungkan sebagian
pikiran dengan sebagian yang lain dengan mengajukan bukti-bukti yang nyata sebagai
argumentasi yang harus dipahami secara rasional) disebut berulang kali, tidak kurang dari lima
puluh kali dan sebanyak tiga belas kali berupa bentuk pertanyaan sebagai protes yang mengarah
pada kajian ilmiyah, seperti “Apakah kamu tidak berakal?". Seandainya meneliti kata-kata
lainnya: nazhara (menganalisa), tafakkara (memikirkan), faqiha (memahami), ‘alima (mengerti,
menyadari), burhan (bukti, argumentasi), lubb (intelektual, cerdas, berakal) dan lain-lain, niscaya
akan menemukan banyak sekali nilai-nilai ilmiyah yang terdapat dalam al-Qur`an.
Maka dapat dikatakan bahwa ilmu itu membutuhkan pembuktian (dalil, hujjah atau
argumen) sebagai hasil dari sebuah pencarian, dan al-Qur`an mengisyaratkan mengenai hal ini.
Karena itu, ada beberapa definisi al-‘ilmu yang disodorkan para ulama sebagaimana
dikemukakan Syarief ‘Ali bin Muhammad al-Jarjani, yaitu: “keyakinan yang pasti sesuai dengan
kenyataan”, “sampainya gambaran sesuatu terhadap akal”, “hilangnya keraguan setelah
diketahui”, “hilangnya kebodohan”, “merasa cukup setelah tahu”. Dikatakan pula “sebagai sifat
yang mendalam yang dapat mengetahui perkara yang universal dan farsial” atau “sampainya
jiwa kepada sesuatu makna yang diketahui”. Adapula yang memberikan definisi dengan “ilmu
adalah istilah untuk menyebutkan terjadinya kesinambungan yang khusus antara subjek yang
berpikir dan objek yang dipikirkan”. Juga (pengertian yang lebih ringkas) “mengetahui sifat
persifat”. Disebut Ilmu al-Yaqin, adalah pengetahuan yang berdasarkan dalil dengan gambaran
berupa perkara yang meyakinkan.

D. Perkembangan IPTEK dalam Islam


Islam menjadi dasar dan pondasi yang menyangga bangunan peradaban modern.
Perkembangan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi telah muncul sejak manusia lahir, hal ini
karena manusia diberi akal dan kemampuan berfikir dari Allah SWT.
Konsep umum dari munculnya IPTEK awal mulanya adalah untuk memudahkan kehidupan
manusia dan untuk menjelaskan fenomena alam yang tadinya tidak dapat dijelaskan sehingga
manusia memiliki tingkat pemahaman yang lebih maju sekaligus komplek mengenai alam
semesta.
Dalam Islam diajarkan pun untuk menuntut ilmu yang mengindikasikan bahwa selama ilmu
tersebut bermanfaat bagi umatnya (dalam konteks positif) maka diwajibkan bagi umatnya
untuk mempelajarinya. Selain itu, juga diwajibkan untuk mengamalakan ilmu yang mereka
peroleh untuk kebaikan di dunia, yang realitasnya dalam bentuk teknologi serta pengajaran
akan ilmu tersebut.
Ini gambaran bahwa antara iman, ilmu, dan amal merupakan satu kesatuan yang utuh . iman
di identikkan dengan dengan akar pohon yang menopang tegaknya ajaran islam. Ilmu bagaikan
batang pohon yang mengeluarkan dahan dan cabang-cabang ilmu pengetahuan. Sedangkan
amal ibarat buah dari pohon yang di identikkan dengan teknologidan seni. Iptek yang
dikembangakan di atas nilai-nilai iman dan ilmu akan menghasilkan amal shalih, bukan
kerusakan alam.

E. Penerapan Islam dalam IPTEK


Teknologi hanyalah suatu keterampilan, hasil dari ilmu pengetahuan berkenaan dengan
teknik, serba mesin itu. Teknologi tidak berarti bila manusia dibelakang teknologi itu tidak
berfungsi, tidak berperan dan mati. Sebelum teknologi dihidupkan, wajib lebih dahulu
menghidupkan dhamir manusia yang akan mempergunakan perangkat teknologi, agar hasil yang
diperoleh bermanfaat untuk kehidupan manusia. Jangan sebaliknya merusak kehidupan itu
sendiri.
Pemilik ilmu pengetahuan dan pengguna teknologi mestinya mampu mencipta dan
menampilkan produk teknologi ditengah kehidupan dunia menyeluruh (global) tanpa merusak
harkat manusia melalui produk hasil ciptaan teknologi tersebut.
Di sini sebenarnya arti penerapan Iptek dari sudut pandang agama Islam. Iptek menjadi
musuh kemanusian bila hasilnya menghancurkan harkat (derajat) manusia. Iptek juga sangat
penting teramat berguna dalam meningkatkan taraf hidup manusia. Karena itu perlu ada
saringan pengguna iptek itu. Saringannya adalah agama, akal budi, dan di Minangkabau adalah
adat basandi syarak, syarak basandi Kitabullah.
F. Peran Pendidikan Islam Terhadap Perkembangan Teknologi
Pendidikan Islam berperan terhadap perkembangan teknologi, yaitu sebagai berikut :
a. Aqidah Islam Sebagai Dasar Iptek
Inilah peran pertama yang dimainkan Islam dalam iptek, yaitu aqidah Islam harus
dijadikan basis segala konsep dan aplikasi iptek. Inilah paradigma Islam sebagaimana yang
telah dibawa oleh Rasulullah Saw. Namun di sini perlu dipahami dengan seksama, bahwa
ketika Aqidah Islam dijadikan landasan iptek, bukan berarti konsep-konsep iptek harus
bersumber dari al-Qur`an dan al-Hadits, tapi maksudnya adalah konsep iptek harus
distandarisasi benar salahnya dengan tolok ukur al-Qur`an dan al-Hadits dan tidak boleh
bertentangan dengan keduanya.
b. Syariah Islam Standar Pemanfaatan Sains dan Teknologi
Peran kedua Islam dalam perkembangan iptek, adalah bahwa Syariah Islam harus
dijadikan standar pemanfaatan iptek. Ketentuan halal-haram (hukum-hukum syariah
Islam) wajib dijadikan tolok ukur dalam pemanfaatan iptek, bagaimana pun juga
bentuknya. Iptek yang boleh dimanfaatkan, adalah yang telah dihalalkan oleh syariah
Islam. Sedangkan iptek yang tidak boleh dimanfaatkan, adalah yang telah diharamkan
syariah Islam.

2. AYAT AL-QUR’AN DAN HADITS TENTANG IPTEK


Menurut Al-Qur’an, ilmu adalah rangkaian keterangan teratur dari Allah.
ٍ ‫) ال َّشمْسُ َو ْال َق َم ُر ِبح ُْس َب‬٤( ‫ان‬
َّ ‫) َوال َّنجْ ُم َو‬٥( ‫ان‬
ِ ‫الش َج ُر َي ْس ُج َد‬
1) )٦( ‫ان‬ َ ‫) َعلَّ َم ُه ْال َب َي‬٣( ‫ان‬َ ‫) َخلَقَ اإل ْن َس‬٢( ‫آن‬ َ ْ‫ َعلَّ َم ْالقُر‬ )١( ُ‫الرَّحْ َمن‬
‫ض‬َ ْ‫) َواألر‬٩( ‫ان‬ َ ‫يز‬ َ
َ ‫) َوأقِي ُم وا ْال َو ْز َن ِب ْالق ِْس طِ َوال ُت ْخ ِس رُوا ْال ِم‬٨( ‫ان‬
ِ ‫ِيز‬ ْ َ
َ ‫) أال َتطغَ ْوا فِي ْالم‬٧( ‫ان‬ َ ‫ض َع ْالم‬
َ ‫ِيز‬ َ ‫َوال َّس َما َء َر َف َع َها َو َو‬
)١٣( ‫ان‬ ِّ َ ُ ُ َ َ ْ ُ ْ ْ ُ َ ْ َّ ٌ
ِ ‫)ف ِبأيِّ آال ِء َر ِّبك َما تكذ َب‬١٢( ُ‫) َوال َحبُّ ذو ال َعصْ فِ َوالرَّ ي َْحان‬١١( ‫) فِي َها فا ِك َهة َوالنخ ُل ذات األك َم ِام‬١٠( ‫ض َع َها لِأل َن ِام‬
َ َ ‫َو‬
(Q.S. Al-Rahman : 1-13).

Artinya : (Allah) Yang Maha Pengasih(1), Yang telah mengajarkan Al-Qur’an(2), Dia
menciptakan manusia(3), mengajarnya pandai berbicara(4), Matahari dan bulan beredar
menurut perhitungan(5), dan tetumbuhan dan pepohonan, keduanya tunduk (kepada-Nya)
(6), dan langit telah ditinggikan-Nya dan Dia menciptakan keseimbangan(7), agar kamu
jangan merusak keseimbangan itu(8), Dan tegakkanlah keseimbangan itu dengan adildan
janganlah kamu mengurangi keseimbangan itu(9), Dan bumi telah ada buah-buahan dan
pohon kurma yang mempunyai kelopak mayang(10), didalamnya ada buah-buahan dan
pohon kurma yang mempunyai kelopak mayang(11), dan biji-bijian yang berkulit dan bunga-
bunga yang harum baunya(12), Maka nikmat Tuhanmu yang manakah yang kamu dustakan?
(13).

2) ‫) َعلَّ َم اإْل ِ ْنسَانَ َما لَ ْم يَ ْعلَ ْم‬4( ‫) الَّ ِذي َعلَّ َم بِ ْالقَلَ ِم‬1( ‫) ا ْق َر ْأ َو َربُّكَ اأْل َ ْك َر ُم‬2( ‫ق‬
ٍ َ‫ق اإْل ِ ْنسَانَ ِم ْن َعل‬ َ ِّ‫ا ْق َر ْأ بِاس ِْم َرب‬
َ َ‫ك الَّ ِذي َخل‬
َ َ‫) َخل‬3( ‫ق‬
Wahyu yang pertama sekali diturunkan oleh Allah SWT kepada nabi Muhammad saw adalah
perintah untuk membaca/belajar (QS 96 : 1-5) dan menggunakan akal, bukan perintah untuk
shalat, puasa, atau dzikrullah. Hal ini menunjukkan perhatian Islam yang besar terhadap ilmu
pengetahuan.

3) ‫ك ال ِع ْل َم لَنَا‬ َ َ‫ ْب َحان‬J ‫ قَالُوا ُس‬J )31( َ‫صا ِدقِين‬ َ ‫ال أَ ْنبِئُونِي بِأ َ ْس َما ِء هَؤُال ِء إِ ْن ُك ْنتُ ْم‬ َ َ‫ضهُ ْم َعلَى ْال َمالئِ َك ِة فَق‬
َ ‫َوعَلَّ َم آ َد َم األ ْس َما َء ُكلَّهَا ثُ َّم ع ََر‬
‫ْب‬ َ ُ َ َ
َ ‫لْ لَ ُك ْم إِنِّي أ ْعلَ ُم َغي‬JJ‫ال ألَ ْم أق‬ َ َ‫)ق‬33( ‫م‬Jْ ‫ قَا َل يَا آ َد ُم أنبِئهُ ْم بِأ ْس َمائِ ِه ْم فَلَ َّما أنبَأهُ ْم بِأ ْس َمائِ ِه‬J )32( ‫ك أَ ْنتَ ْال َعلِي ُم ْال َح ِكي ُم‬
َ َ ْ َ َ ْ ْ َ َ َّ‫إِال َما عَلَّ ْمتَنَا إِن‬
َ‫ض َوأَ ْعلَ ُم َما تُ ْب ُدونَ َو َما ُك ْنتُ ْم تَ ْكتُ ُمون‬
ِ ْ‫ت َواألر‬ ِ ‫ال َّس َما َوا‬
Allah SWT mengangkat manusia sebagai khalifah-Nya di muka bumi, bukan para malaikat-
Nya, karena manusia memiliki ilmu pengetahuan (QS 2 : 31-33). Dengan kelebihan ilmu
pengetahuan itu juga, Allah SWT memuliakan Adam as sehingga malaikat bersujud padanya.

4) ‫شزُوا يَ ْرفَ ِع هَّللا ُ الَّ ِذينَ آ َمنُوا‬ُ ‫شزُوا َفا ْن‬ ُ ‫ح هَّللا ُ لَ ُك ْم ۖ َوإِ َذا قِي َل ا ْن‬ َ ‫س فَا ْف‬
َ ‫س ُحوا يَ ْف‬
ِ ‫س‬ َّ َ‫يَا أَ ُّي َها الَّ ِذينَ آ َمنُوا إِ َذا قِي َل لَ ُك ْم تَف‬
ِ ِ‫س ُحوا ِفي ا ْل َم َجال‬
ُ
ٍ ‫ِم ْن ُك ْم َوالَّ ِذينَ أوتُوا ا ْل ِع ْل َم َد َر َجا‬
‫ت ۚ َوهَّللا ُ بِ َما تَ ْع َملُونَ َخبِي ٌر‬
Manusia yang memiliki derajat yang paling tinggi disisi Allah SWT adalah manusia yang
memiliki iman dan ilmu (QS 58 : 11). Iman membawa manusia pada ketinggian di akhirat,
dan ilmu membawa manusia pada ketinggian di dunia.

ِ ‫ َعةً ِمنَ ْال َم‬J‫ك ِم ْنهُ َولَ ْم ي ُْؤتَ َس‬


5) ‫ال‬J ِ ‫ق بِ ْال ُم ْل‬
ُّ ‫ك َعلَ ْينَا َونَحْ نُ أَ َح‬ ُ ‫ث لَ ُك ْم طَالُوتَ َملِ ًكا قَالُوا أَنَّى يَ ُكونُ لَهُ ْال ُم ْل‬
َ ‫ال لَهُ ْم نَبِيُّهُ ْم إِ َّن هَّللا َ قَ ْد بَ َع‬
َ َ‫َوق‬
‫هَّللا‬ ْ َ ْ ْ ‫هَّللا‬ ْ ْ ْ ً َ َ‫ز‬ ُ َ
‫قا َل إِن َ اصْ طفاهُ َعل ْيك ْم َو ا َدهُ بَ ْسطة فِي ال ِعل ِم َوال ِجس ِْم َو ُ يُؤتِي ُملكهُ َمن يَشَا ُء َو ُ َوا ِس ٌع َعلِي ٌم‬ َ َ ‫هَّللا‬ َّ َ
Syarat untuk menjadi pemimpin dalam Islam ada 2 hal, yaitu ilmu yang tinggi dan fisik yang
sehat (QS 2 : 247). Ini menunjukkan betapa tingginya penghargaan Islam kepada nilai-nilai
ilmu dan kesehatan.

ْ ‫ص َر َوا ْلفُؤَ ا َد ُك ُّل أُو ٰلَئِ َك َكانَ َع ْنهُ َم‬


6) ‫سئُو ًل‬ َ َ‫س ْم َع َوا ْلب‬
َّ ‫س لَ َك بِ ِه ِع ْل ٌم ۚإِنَّ ال‬
َ ‫َواَل تَ ْقفُ َما لَ ْي‬
Allah SWT melarang manusia untuk melakukan suatu pekerjaan tanpa memiliki ilmunya (QS
17 : 36). Islam sangat menghargai spesialisasi dalam berbagai bidang ilmu dan menganjurkan
umatnya untuk menjadi seseorang yang profesional sesuai dengan bidangnya masing-
masing.

HADIS TENTANG IPTEK


Contoh- contoh bukti sunnah sebagai sumber ilmu pengetahuan :
1) Bintang – bintang di langit
Nabi bersabda:
‫ت َف ِأ َذا لِل َّس َما ِء أَ َم َن ٌة ال ُّنج ُْو ُم‬
ِ ‫ُت ْو َعد ُْو َن َما ال َّس َما َء أَ َتى ال ُّنج ُْو ُم َذ َه َب‬
ُ
‫َب فَأِ َذا أِل َّمتِى أَ َمنَةٌ َوأَصْ َحابِى‬ َ ‫أَتَى أَصْ َحابِى َذه‬ ‫ْت فَأِ َذا أَصْ َحابِى أَ َمنَةٌ أَنَا َو‬
ُ ‫يُوْ َع ُدوْ نَ َما أَصْ َحابِى أَتَى َذهَب‬

‫يُوْ َع ُدوْ نَ َما أُ َّمتِى‬

“ Bintang-bintang adalah pengaman bagi langit, jika bintang mati, maka datanglah pada
langit sesuatu yang mengancamnya. Dan aku adalah pengaman bagi sahabatku, jika aku
mati, maka datanglah kepada para sahabat sesuatu yang mengancam mereka. Sahabatku
adalah pengaman umatku, jika mereka mati, maka datanglah kepada umatku sesuatu yang
mengancam mereka.” (HR. Imam Muslim).

Ø Penjelasan
Dalam hadits ini hanya mambahas satu larik saja , yaitu sabda Nabi : “bintang-
bintang adalah pengaman langit. Jika bintang mati, maka datanglah pada langit sesuatu yang
mengancamnya.”
Maksud dari kematian bintang adalah meredup dan memudarnya sinar bintang.
Sedang maksud dari “sesuatu yang mengancam langit” adalah tersingkap, terpecah, terbuka,
dan perubahan langit menjadi sesuatu yang tidak terurus, ditelantarkan, dan dipenuhi asap
dan kabut.

2) Pembelahan Bulan
Nabi Bersabda :
ِ ‫اق ْال َق َم ِر َك َر َم ًة ل َِرس ُْو ِل‬
‫هللا‬ ُ ‫ِا ْنشِ َق‬
“ Terbelahnya bulan merupakan karamah Rasulullah “. (HR. Imam Al-Bukhori ).

Ø Penjelasan

Hadits ini diriwayatkan oleh oleh Imam Al Bukhori dalam Shahihnya kitab Al-
Maghazy. Maksud dari hadits ini adalah terbelahnya bulan ini adalah peristiwa . ini
merupakan representasi dari salah satu kemukjizatan indrawi yang muncul sebagai penguat
bagi Rasulullah dalam menghadapi kaum kafir dan musyrik Mekah dan pengingkaran mereka
atas kenabian Nabi SAW.
Mukjizat adalah peristiwa adikodrati yang keluar dari ketentuan Sunnatullah. Oleh
karena itu, aturan-aturan duniawi tidak mungkin bisa memahami terjadinya mukjizat.
Seandainya mukjizat pembelahan bulan menjadi dua ini tidak disebutkan dalam Al-Qur’an
dan sejarah Rasulullah, tentu kaum muslimin sekarang tidak akan mengimaninya. Jadi, fungsi
hadits di atas adalah untuk menguatkan bahwa Rasulullah benar-benar mempunyai mukjizat
yaitu salah satunya membelah bulan jadi dua.

3) Siklus Hujan
Nabi Bersabda :
ٍ ‫َام بِأَقَ َّل َمطَرًا ِم ْن ع‬
‫َام‬ ٍ ‫َما ِم ْن ع‬
“Tidak ada tahun yang lebih sedikit curah hujannya daripada tahun yang lain”

Ø Penjelasan
Al – Baihaqi meriwayatkan hadis ini dalam As-Sunan Al-kubra dari Ibnu Mas’ud Ra,
dari Rasulullah dengan teks hadis “tidak ada tahun yang lebih sedikit curah hujannya
daripada tahun yang lain”.
Kendati nash hadis berhenti (mauquf) pada Ibnu Mas’ud, sehingga mendorong
beberapa pengkaji hadis untuk melemahkan statusnya (dhaif) karena tidak dapat memahami
petunjuk ilmiahnya, namun hadis ini tetap mempresentasikan sebuah gebrakan ilmiah yang
mendahului khazanah sains modern sejak tahun 1400 tahun silam. Di samping itu, hadis ini
merupakan salah satu representasi kemukjizatan sains dalam hadits-hadits Nabi SAW.
Sehingga meski berstatus dho’if, hadis itu pun tetap kuat dan diperhitungkan.

4) Dari Abud Darda` radhiyallahu ‘anhu berkata: Aku mendengar Rasulullah Shallallahu ‘alaihi
wa sallam bersabda:
ْ َ‫ فِ ْي ِه ي‬،‫ك ِع ْل ًما‬
‫طلُبُ ْيقًا طَ ِر َسلَكَ َم ْن‬ َ َ‫ِم ْن طَ ِر ْيقًا بِ ِه لهُ ا َسل‬
ِ ‫ طُر‬،‫ض ُع ْال َمالَئِ َكةَ َوإِ َّن ْال َجنَّ ِة‬
‫ُق‬ َ َ‫ب أَجْ نِ َحتَهَا لَت‬
ِ ِ‫ لِطَال‬،‫ْال ِع ْل ِم‬

‫ت فِي َم ْن لَهُ لَيَ ْستَ ْغفِ ُر ْال َعالِ َم َوإِ َّن‬ ِ ْ‫األَر‬
ِ ‫ فِي َو َم ْن ال َّس َم َوا‬،‫ض‬

ُ‫ف َجوْ فِي َو ْال ِح ْيتَان‬


ِ ،‫ْال َعابِ ِد َعلَى ْال َعالِ ِم فَضْ َل َوإِ َّن ْال َما ِء‬

‫ َسائِ ِر َعلَ ْىلبَ ْد ِر لَ ْيلَةَ ْالقَ َم ِر َكفَضْ ِل‬،‫ب‬


ِ ‫ْال ُعلَ َما َء َوإِ َّن ْال َك َوا ِك‬
ُ‫ َو َرثَة‬،‫ َوالَ ِد ْينَارًا ي َُو ِّرثُوْ ا لَ ْم األَ ْنبِيَا َء َوإِ َّن األَ ْنبِيَا ِء‬،‫ِدرْ هَ ًما‬

‫ َو َّرثُوا إِنَّ َما‬،‫ظ أَ َخ َذ أَخَ َذهُ فَ َم ْن ْال ِع ْل َم‬


ٍّ ‫َوافِ ٍر بِ َح‬

“Barangsiapa menempuh suatu jalan yang padanya dia mencari ilmu, maka Allah akan
mudahkan dia menempuh jalan dari jalan-jalan (menuju) jannah, dan sesungguhnya para
malaikat benar-benar akan meletakkan sayap-sayapnya untuk penuntut ilmu, dan
sesungguhnya seorang penuntut ilmu akan dimintakan ampun untuknya oleh makhluk-
makhluk Allah yang di langit dan yang di bumi, sampai ikan yang ada di tengah lautan pun
memintakan ampun untuknya. Dan sesungguhnya keutamaan seorang yang berilmu atas
seorang yang ahli ibadah adalah seperti keutamaan bulan pada malam purnama atas seluruh
bintang, dan sesungguhnya ulama adalah pewaris para Nabi, dan para Nabi tidaklah
mewariskan dinar ataupun dirham, akan tetapi mereka hanyalah mewariskan ilmu, maka
barangsiapa yang mengambilnya maka sungguh dia telah mengambil bagian yang sangat
banyak.” (HR. Abu Dawud no.3641, At-Tirmidziy no.2683, dan isnadnya hasan, lihat Jaami’ul
Ushuul 8/6)

3. HUBUNGAN ILMU, ISLAM DAN BUDAYA


A. Pengertian Islam Menurut Bahasa dan Istilah Dalam Al Quran
Islam adalah agama yang diturunkan kepada Nabi Muhammad Saw sebagai nabi dan rasul
terakhir untuk menjadi pedoman hidup seluruh manusia hingga akhir zaman.
Pengertian Islam secara  harfiyah artinya damai, selamat, tunduk, dan bersih. Kata Islam
terbentuk dari tiga huruf, yaitu S (sin), L (lam), M (mim) yang bermakna dasar “selamat”
(Salama).
Pengertian Islam Menurut Bahasa, Islam berasal dari kata aslama yang berakar dari
kata salama. Kata Islam merupakan bentuk mashdar (infinitif) dari kata aslama ini.
‫اإلسالم مصدر من أسلم يسلم إسالما‬
Ditinjau dari segi bahasanya yang dikaitkan dengan asal katanya, Islam memiliki beberapa
pengertian, diantaranya adalah:
a. Berasal dari ‘salm’ (‫س ْلم‬
َّ ‫ )ال‬yang berarti damai.
b. Berasal dari kata ‘aslama’ (‫سلَ َم‬ ْ َ‫ )أ‬yang berarti menyerah.
c. Berasal dari kata istaslama–mustaslimun : penyerahan total kepada Allah.
d. Berasal dari kata ‘saliim’ (‫سلِ ْي ٌم‬
َ ) yang berarti bersih dan suci.
e. Berasal dari ‘salam’ (‫سالَ ٌم‬َ ) yang berarti selamat dan sejahtera.

B. Ilmu Pengetauan Dan Teknologi Dalam Pandangan Islam


Ilmu adalah bagian dari pengetahuan yang terklasifikasi, tersistem, dan terukur serta
dapat dibuktikan kebenarannya secara empiris. Ilmu menurut Al-Qur’an adalah rangkaian
keterangan yang bersumber dari Allah yang diberikan kepada manusia baik melalui Rasulnya
atau langsung kepada manusia yang menghendakinya tentang alam semesta sebagai ciptaan
Allah yang bergantung menurut ketentuan dan kepastian-Nya.
Sementara itu, pengetahuan adalah keseluruhan pengetahuan yang belum tersusun,
baik mengenai metafisik maupun fisik. Dapat juga dikatakan pengetahuan adalah informasi yang
berupa common sense, sedangkan ilmu sudah merupakan bagian yang lebih tinggi dari itu
karena memiliki metode dan mekanisme tertentu. Jadi ilmu lebih khusus daripada pengetahuan,
tetapi tidak berarti semua ilmu adalah pengetahuan. Menurut Sutrisno Hadi, ilmu  kumpulan
dari pengalaman-pengalaman dan pengetahuan-pengetahuan dari sejumlah orang-orang yang
dipadukan secara harmonis dalam suatu bangunan yang teratur. Sedangkan teknologi adalah
kemampuan teknik yang berlandaskan pengetahuan ilmu eksakta dan berdasarkan proses
teknis.
C. IPTEK dilihat dari pandangan Islam
Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK) menurut pandangan Al-Qur’an  mengundang kita
untuk menengok sekian banyak ayat Al-Qur’an yang berbicara tentang alam raya. Menurut
ulama terdapat 750 ayat Al-Qur’an yang menjelaskan tentang alam beserta fenomenanya dan
memerintahkan manusia untuk mengetahui dan memanfaatkannya. Allah SWT berfirman dalam
QS Al-Baqarah ayat 31 yang artinya :“Dan dia ajarkan kepada Adam nama-nama (benda)
semuanya, kemudian diperintahkan kepada malaikat-malaikat, seraya berfirman “Sebutkan
kepadaku nama semua (benda) ini, jika kamu yang benar”. Dari ayat di atas yang dimaksud
nama-nama adalah sifat, ciri, dan hukum sesuatu. Ini berarti manusia berpotensi mengetahui
rahasia alam semesta. Adanya potensi tersebut, dan tersedianya lahan yang diciptakan Allah,
serta ketidakmampuan alam untuk membangkang pada perintah dan hukum-hukum Tuhan,
menjadikan ilmuwan dapat memperoleh kepastian mengenai hukum-hukum alam. Karenanya,
semua itu menghantarkan pada manusia berpotensi untuk memanfaatkan alam itu merupakan
buah dari ilmu pengetahuan dan teknologi. Al-Qur’an memerintahkan manusia untuk terus
berupaya meningkatkan kemampuan ilmiahnya. Jangankan manusia biasa, Rasul Allah
Muhammad SAW pun diperintahkan agar berusaha dan berdoa agar selalu ditambah
pengetahuannya  (QS Yusuf : 72).
Hal ini dapat menjadi pemicu manusia untuk terus mengembangkan teknologi dengan
memanfaatkan anugerah Allah yang dilimpahkan kepadanya. Karena itu, laju IPTEK memang
tidak dapat dibendung, hanya saja mabusia dapat berusaha mengarahkan diri agar tidak
diperturutkan nafsunya untuk mengumpulkan harta dan IPTEK yang dapat membahayakan
dirinya dan yang lainnya.

D. Seni Dalam Perspektif Islam


Ta`rifat
Seni ialah: Penciptaan dari segala macam hal atau benda yang karena keindahan bentuknya
orang senang melihatnya atau mendengarnya.
Dalam Ensiklopedi Indonesia disebutkan bahwa seni adalah: Penjelmaan rasa indah yang
terkandung dalam jiwa manusia, dilahirkan dengan perantaraan alat komunikasi kedalam bentuk
yang dapat ditangkap oleh indra pendengar (seni suara), penglihatan (seni lukis) atau dilahirkan
dengan perantaraan gerak (seni tari, drama).
Seni adalah: satu kalimat terkait yang menunjukkan makna luas. Seni yang indah mempunyai
beberapa macam ma`na, diantaranya; melukis, menggambar, dan musik. Ada juga yang
berma`na sesuatu yang biasa dilakukan oleh manusia seperti seni bertanam, berdagang,
dongeng, memasak dan pengetahuan. Oleh karena banyaknya perbedaan tentang makna
tersebut maka ia mempunyai satu arti atau satu makna dasar yaitu (‫) الحذق‬ yang berarti : mahir,
cakap dan ulet. Atau kemampuan yang diperoleh seseorang melalui cara pentadaburan dan
angan-angan.
Adapun seni itu mempunyai dua arti : umum dan khusus, umum ialah : mencakup suatu
perbuatan atau tingkah laku manusia yang tersusun dengan rapi dan dimaksudkan pada tujuan-
tujuan tertentu, baik berupa kecakapan, keuletan dan kepandaian. Adapun makna khusus ialah :
setiap perbuatan yang timbul dan ditujukan pada kemunculan hal-hal yang indah baik berupa ;
gambar, suara, gerakan dan perkataan.

E. Landasan Hukum Dalam Menyikapi Seni


a) Perhatian Islam pada kebutuhan manusia.
Islam merupakan agama realistis, yang  memperhatikan tabiat dan kebutuhan manusia, baik
jasmani, rohani, akal dan perasaannya. Sesuai dengan kebutuhan dalam batasan-batasan yang
seimbang.
Jika olah raga merupakan kebutuhan jasmani, beribadah sebagai kebutuhan rohani, ilmu
pengetahuan sebagai kebutuhan akal, maka seni merupakan kebutuhan rasa (intuisi ) yaitu : seni
yang dapat meningkatkan derajat dan kemulyaan manusia, bukan seni yang dapat
menjerumuskan manusia dalam kehinaan.
b) Pandangan Al quran pada keindahan alam
Seni adalah perasaan dalam menikmati keindahan, dan inilah yang diungkapkan dalam al
quran untuk di perhatiakan dan di renungkan, yaitu merenungkan keindahan makhluq ciptaan
Allah, dan mengambil manfaat yang di kandungnya, seperti Q.S. an nahl : 5-6, al a'rof : 26.
c) Apresiasi mukmin terhadap keindahan alam.
Jika kita mentadaburi ayat-ayat al quran akan terlihat jelas bahwa al quran ingin menggugah
akal dan hati setiap mukmin untuk menyelami keindahan alam semesta, di angkasa, dasar
samudra dan seisinya, bumi, langit, flora, fauna dan manusia.
d) Al quran mukjizat yang indah.
Al quran adalah bukti yang agung dalam Islam, dan mukjizat terbesar bagi Rasulullah
Salallahu alaihi wasallam, dengan kata lain mukjizat yang sangat indah, di samping sebagia
mukjizat yang rasional, al quran telah melemahkan kesombongan bangsa arab dengan kindahan
ungkapannya, sya'ir dan uslub katanya, serta menpunyai lirik dan lagu tersendiri, sehingga
sebagian mereka menganggapnya sihir.

F. Pandangan Islam Terhadap Musik Dan Lagu


 Definisi Ma`azif (alat musik)
Ma`azif merupakan jama` dari ma`zafah yang berarti Alat-alat yang melalaikan ataupun
suara-suara yang melalaikan.Ada juga yang mengatakan bahwa ia adalah alat-alat yang
melalaikan yang mana kebanyakan ulama` menghukuminya dengan haram. Tidak
diperbolehkannya kecuali memukul Ad-duuf (rebana) itu pun dikhususkan  bagi wanita (anak
kecil) untuk mengumumkan pernikahan ketika walimatul ursy, demikian juga pada hari raya
serta untuk menyambut kedatangan orang yang kembali dari perantauan yang
jauh.Diharamkannya ma`azif berikut juga diharamkannya memperdagangkannya (jual maupun
beli) memakainya, mendengarnya (mendengar musik) demikian juga tidak boleh disibukkan
olehnya ataupun mencari rizqi melauinya, mempelajarinya (sebagaimana sekarang banyak
didirikannya sekolah-sekolah musik ), demikian juga dilarang mendirikan sekolah-sekolah musik
ataupun belajar di dalamnya.
 Definisi Al ghina` (lagu ataupun nyanyian)
Menurut al qomus dan syarahnya al ghina' berarti suara yang dilantunkan. Dalam as sihah al
ghina' berarti sesuatu yang didengarkan. Dalam an niyahah yaitu meninggikan suara dan
mengaturnya. Abu Sulaiman Al Khotobi mengatakan " bahwa setiap yang meninggikan suaranya
secara berkesinambungan dengan sesuatu dan menyusun temponya secara teratur, maka itulah
yang disebut lagu oleh orang arab, kebanyakan terbentuk dari permisalan, sajak dari sebuah lirik
dan nadhom.. Adapun bagi pemakai ma`azif maka tidak diragukan lagi keharamannya.
Sedangkan lagu yang tanpa di iringi dengan musik adakalannya ia bermuatan perkataan yang
baik maka ia menjadi baik, kalau ia bermuatan perkataan jelek maka ia menjadi jelek. Tetapi
sekalipun ia baik kalau terlalu banyak mendngarkannya maka ia menjadi makruh hukumnya.
Biasanya orang-orang salaf terdahulu menamainya dengan AT TAGHBIR, mereka mencelanya di
sebabkan menyita perhatiannya dari mendengar Al quran dan mentadaburinya. Adapun AT
TAGHBIR pada hari ini senada dengan apa yang dinamakan dengan NASYID-NASYID ISLAMI (lihat
majmu fatawa, Ibnu Taimiyah 5/83-84) Sedangkan dari salaf ada yang membolehkan itupun
dikhususkan(seperti hanya untuk menggembalakan onta-onta mereka menuju tempat
pengembalaan) bukan sebagaimana lagu-lagu yang ada sekarang.
 Bagaimana pandangan Islam tentang musik dan lagu.
Pertanyaan ini sering muncul setiap sa'at di banyak tempat. Pertanyaan ini menimbulkan
jawaban beragam dan sikap yang berbeda menurut pendapatnya masing-masing, ada yang
membuka telinganya untuk semua jenis lagu dan semua corak musik karena beranggapan bahwa
itu dibolehkan dan termasuk kepada kebaikan duniawi yang dibolehkan oleh Allah bagi hamba-
Nya.
Ada juga yang mematikan radio atau menutup telinganya ketika mendengar sayub-sayub
suara nyanyian dengan mengtakan nyanyian adalah serulingnya setan dan perkataan yang sia-
sia, penghalang dzikir dan sholat, apalagi penyanyinya seorang wanita, menurutnya suara wanita
itu aurot, mereka berargumentasi dengan ayat al quran, al hadist dan beberapa pendapat
ulama'.
Hal terpenting dalam masalah ini kita harus melihat benang merah yang membedakannya
dan kita cari penjelasan yang dapat menyingkap titik permasalahan, sehingga dapat
membedakan mana yang halal dari yang haram dengan mengikuti argumentasi yang benar,
bukan taklid kepada orang lain, dengan demikian akan jelas duduk permasalahannya dan
terbukalah mata hati untuk menerima kebenaran agama

G. Pengertian Dan Hakikat Seni Dan Budaya Dalam Islam


Di dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia disebutkan bahwa : budaya adalah pikiran, akal
budi, adat istiadat. Bahasa inggris sering menggunakan istillah  Culture dan Civilization  untuk
merujuk arti budaya. Sedangkan daalm bahasa arab, terdapat istillah al-tsaqafah dan al-
hadlarah. Para ahli sosial cenderung berpendapat bahwa kata al-tsaqafah menunjuk pada aspek
ide. Sedangkan kata al-hadlarah menunjuk kepada aspek material. Maka al-hadlarah lebih tepat
sebagai terjemahan dari civilization, sementara kata al-tsaqafah lebih tepat diterjemahkan
sebagai culture. Sedang kan kebudayaan adalah hasil kegiatan dan penciptaan batin ( akal budi )
manusia, seperti kepercayaan, kesenian dan adat istiadat. Ahli sosiologi mengartikan
kebudayaan dengan keseluruhan kecakapan ( adat, akhlak, kesenian , ilmu dll). Sedang ahli
sejarah mengartikan kebudaaan sebagai warisan atau tradisi. Bahkan ahli Antropogi melihat
kebudayaan sebagai tata hidup, way of life, dan kelakuan.

H. Prinsip-Prinsip Kebudayaan Islam


Suatu kebudayaan bisa bergerak kearah yang lebih maju atau bergerak mundur. Dalam
istillah lain, suatu kebudayaan bisa bergerak kearah yang lebih baik atau bergerak ke arah yang
lebih buruk. Dalam hal ini tergantung pada aktor-aktor penggeraknya.
Prinsip kebudayaan dalam islam adalah salah satu di antara dua alternatif. Sepanjang sejarah
umat manusia, kebudayaan hanya mempunyai dua model tersebut yaitu membangun atau
merusak. Kedua model kebudayaan itu hidup dan berkembang saling berganti (al-anbiya:104).
Di samping itu, prinsip kebudayaan dalam pandangan islam adalah adanya ruh (jiwa) di
dalamnya dan ruh itu tidak lain adalah wahyu allah (al-quran menurut sunnah rasul-nya), seperti
yang dinyatakan oleh surat asy-syuraa: 52 dan 53. Selain itu tentu saja ada ruh di luar wahyu.
Jika ruh budaya adalah wahyu allah, maka kebudayaan bergerak ke arah membangun.
Seperti yang dibuktikan oleh para rasul allah sejak adam sampai nabi muhammad saw.
Sebaliknya jika ruh budaya adalah bukan wahyu allah, maka kebudayaan bergerak ke arah yang
merusak. Itulah model kebudayaan yang digerakkan fir’aun, qorun, para kapitalis, dan komunis.

I. Hubungan  Antara Agama Dan Budaya


Sebagian ahli kebudayaan memandang bahwa kecenderungan untuk berbudaya meupakan
dinamika ilahi. Bahkan menurut Hegel, keseluruhan karya sadar insane yang beupa ilmu, tata
hokum, tata Negara, kesenian, dan filsafat tak lain daipada proses realisasi diri dari ruh ilahi.
Sebaliknya, menurut kaum rohaniawan (terutama dari kalangan Katolik), menyatakan bahwa
tidak ada hubungannya antara agama dan budaya, karena menurutnya, agama merupakan
keyakinan hidup rohani pemeluknya, sebagai jawaban atas panggilan ilahi. Keyakinan ini disebut
Iman, dan Iman merupakanpemberian dari Tuhan, sedang kebudayaan merupakan karya
manusia. Sehingga keduanya tidak bisa ditemukan. Adapun menurut para ahli antropologi,
bahwa agama merupakan salah satu unsure kebudayaan. Hal itu, karena para ahli antropologi
mengatakan bahwa manusia mempunyai akal pikiran dan mempunyai sistem pengetahuan yang
digunakan untuk menafsirkan berbagai gejala serta simbol – simbol agama. Pemahaman
manusia sangat terbatas dan tidak mampu mencapai hakekat dari ayat-ayat dalam kitab suci
masing-masing agama. Mereka hanya dapat menafsirkan ayat-ayat suci tersebut sesuai dengan
kemampuan nalanya.
Disinilah bahwa agama telah menjadi hasil kebudayaan manusia. Berbagai tingkah laku
keagamaan, menurut ahli antropologi, bukanlah diatur oleh ayat-ayat dari kitab suci, melainkan
oleh interpretasi mereka terhadap ayat-ayat suci tersebut. Dari keterangan diatas dapat
disimpulkan bahwa para ahli kebudayaan mempunyai pendapat yang berbeda di dalam
memandang hubungan antara agama dan kebudayaan.
Sebagai sebuah kenyataan, agama dan kebudayaan dapat saling mempengaruhi kaena
keduanya terdapat nilai dan simbol. Agama dalah simbol yang melambangkan nilai ketaatan
kepada Tuhan. Kebudayaan juga mengandung nilai dan simbol supaya manusia bisa hidup di
dalamnya. Agama memerlukan sistem simbol, dengan kata lain agama memerlukan kebudayaan.
Tetapi keduanya perlu dibedakan. Agama adalah sesuatu yang final, universal, abadi, dan tidak
mengenal perubahan (absolut). Sedangkan kebudayaan bersifat particular, relative dan
temporer. Agama tanpa kebudayaan memang dapat berkembang sebagai agama pribadi, tetapi
tanpa kebudayaan agama sebagai kolektivitas tidak akan mendapat tempat.
Interaksi antara agama dan kebudayaan itu dapat terjadi dengan :
 Agama mempengaruhi kebudayaan dalam pembentukannya, nilainya adalah agama, tetapi
simbolnya adalah kebudayaan.
Contoh: bagaimana solat mempengaruhi bangunan.
 Agama dapat mempengaruhi simbol agama.
Contoh : kebudayaan Indonesia mempengaruhi Islam dengan pesantren dan kiai yang
berasal dari padepokan.
 Kebudayaan dapat menggantikan sistem nilai dan simbol agama.Agama dan kebudayaan
mempunyai dua persamaan yaitu, keduanya adalah sistem nilai dan sistem simbol dan
keduanya mudah sekali terancam setiap kali ada peubahan.

J. Nilai-Nilai Islam Dalam Budaya Indonesia


Islam masuk ke Indonesia lengkap dengan budayanya. Oleh karena itu Islam besar dari
negeri Arab, maka Islam yang masuk ke Indonesia tidak terlepas dari budaya Arab. Pada awalnya
masuknya dakwah islam ke Indonesia, dirasakan sangat sulit membedakan mana jaran islam dan
mana budaya arab. Sebagaimana para wali di tanah jawa yang mendakwahkan ajaran islam
melalui bahasa dan budaya. Lebih jauh lagi nilai-nilai islam sudah menjadi bagian yang tidak
dapat di pisahkan dari kebudayaan mereka. Seperti upacara adat dan penggunaan bahasa
sehari-hari. Istilah-istilah arab yang masuk ke dalam budaya jawa, seperti dalam pewayangan
actor janoko yang tidak lain dalam bahasa Arab adalah jannaka. Empat sekawan semar, gareng,
petruk, dan bagong merupakan produk personifikasi dari ucapan Ali Bin Abi thalib  “itsmar
khairan,fatruk ma bagha”(berbuatlah kebaikan, tinggalkan perbuatan sia-sia). Dan masih banyak
lagi istilah-istilah dalam bahasa arab lainnya, yang diadopsi menjadi bahasa indonesia.

4. HUKUM SUNNATULLAH (KAUSALITAS)


A. Pengertian Sunnatullah
Sunnatullâh merupakan istilah dari bahasa arab yang terdiri dari dua kata, yaitu sunnah ( ‫)ﺔﻨﺳ‬
dan Allah (‫)ﻪﻠﻟﺍ‬. Dengan digabungkannya dua kata tersebut, maka menjadi susunan iḍafiah (
‫)ﺔﻴﻓﺎﺿﺇ‬, susunan kata yang terdiri dari kata yang berpredikat sebagai mudlof (kata yang
disandari) dan mudlof ilaihi (kata yang disandarkan). Kata sunnat berkedudukan sebagai mudlof
(‫ )ﻑﺎﻀﻣ‬dan kata Allah berkedudukan sebagai mudlof ilaihi (‫ )ﻪﻴﻟﺍﻑﺎﻀﻣ‬nya.
Di dalam bahasa arab, kata sunnat dengan fi'il madli (kata kerja untuk masa lampau)nya
sannaini mempunyai beberapa arti. Diantaranya adalah, tharīqat (jalan, cara, metode), as-sīrat
(peri kehidupan, perilaku), thabī'at (tabiat, watak), asy-syrī'at (syariat, peraturan, hukum) atau
dapat juga berarti suatu pekerjaan yang sudah menjadi tradisi (kebiasaan).
Menurut Syaikh al Islam Ibnu Taimiyah, sunnat adalah kebiasaan yang dilakukan kedua
kalinya seperti apa yang dilakukan pertama kalinya. Sedangkan menurut Ar Razi, sunnat adalah
jalan yang lurus dan tauladan yang diikuti.
Sedangkan kata Allah adalah nama bagi Dzat Tuhan Yang Maha Esa, Sang Pencipta dan Maha
Adil, dan Maha Segalanya. Setiap nama Allah mencakup diriNya dan juga yang lainnya. Bersifat
hakiki untuk-Nya dan majazi bagi yang lainnya. Di dalamnya terkandung makna rubūbiyah
(ketuhanan) dan seluruh makna itu tercakup di dalamnya.
Nadhr Bin Syāmil berkata, kata Allah diambil dari kata at-ta'alluh (‫ )ﻪﻠﻌﺘﻟﺍ‬yang berarti ibadah.
Ulama yang lain berkata, kata itu diambil dari kata alilāh yang berarti menjadi sandaran. Dan
ada juga yang mengatakan bahwa kata itu berarti al- muhtajib (‫)ﺐﺠﺘﺤﻤﻟﺍ‬, yang menutupi.
Jadi, sunnatullāh dapat diartikan sebagai cara Allah memperlakukan manusia, yang dalam
arti luasnya bermakna ketetapan-keteapan atau hukumhukum Allah yang berlaku untuk alam
semesta.
Sedangkan, di antara beberapa pengertian secara terminologis Sunnatullāh adalah sebagai
jalan yang dilalui dalam perlakuan Allah terhadap manusia sesuai dengan tingkah laku,
perbuatan dan sikapnya terhadap syariat Allah dan Nabi-Nya dengan segala implikasi nilai
akhir di di dunia dan akhirat.

B. Persoalan-Persoalan Penting Sekitar Sunnatullah


1) Sifat dan Karakteristik Sunnatullah
a. Konsisten
Penetapan ini didasarkan pada penelitian beberapa ayat yang dapat diasumsikan sebagai
yang menjelaskan sifat dan karakteristik sunnatullah.
Misalnya ayat:

"… Maka sekali-kali kamu tidak akan mendapatkan pergantian dalam sunnah Allah, dan sekali-
kali tidak akan pula menemui penyimpangan", (Q.s. Fathir/35: 43).
Dari ayat ini, paling tidak, ada dua kata yang digunakan al-Qur‘an untuk menyifati
sunnatullah, yaitu lā tabdīl dan lā tahwīl. Yang dimaksud dengan tabdīl adalah bahwa tidak ada
seorang pun yang mampu merubah ketetapan Allah ini, yaitu azab Allah atas orang-orang kafir.
Sedangkan tahwīl adalah bahwa ketetapan Allah tersebut tidak mungkin dipindahkan kepada
orang lain.
b. Universal
Sifat universalitas sunnatullah adalah didasarkan pada penggunaan redaksi nakirah (tabdīl
dan tahwīl) dalam bentuk nafī (lan), menurut Ibn `Asyur, menunjukkan makna umum. Artinya,
ketetapan Allah yang tidak berubah dan pasti ini, berlaku bagi umat-umat masa lalu, umat yang
hidup pada saat turunnya al-Qur‘an, dan umat setelahnya. Yang dikehendaki dengan ‘universal‘
ini adalah bahwa manusia diposisikan sama.
Artinya, jika sunnatullah itu terjadi, maka tidak ada seorang pun mampu menghindar dari
padanya. Sebab, ketetapan Allah (sunnatullah) ini akan menimpa seluruh umat manusia tanpa
membedakan ras, suku, golongan, ideologi, dan lain-lain.

2) Hukum Kausalitas dan Usaha Manusia


Sunnatullah, dalam konteks hukum kemasyarakatan, merupakan hukum sebab-akibat,
sebagaimana yang terjadi pada fenomena alam. Dengan demikian, hukum kausalitas dalam
konteks sunnatullah ini bersifat dialektika, yaitu bersifat rasional dan bukan kebetulan, yang
terkait dengan perkembangan alam, masyarakat dan ide.
Artinya, ketika sebab itu muncul maka sebagai konsekwensi logisnya, akan segera disusul
dengan munculnya akibat. Namun, hukum kausalitas ini tidak bisa secara saklek diberlakukan di
dalam kehidupan kesejarahan manusia, seperti pada fenomena alam. Sebab manusia bukanlah
makhluk yang dipaksa, sebagaimana alam, tetapi mereka diberi hak untuk memilih.

3) Fenomena Alam dalam Konteks Sunnatullah


Pada hakikatnya, seluruh alam semesta, baik manusia maupun makhluk lainnya, mengabdi
kepada Allah dengan caranya masing-masing. Sebagaimana diisyaratkan oleh firman Allah:

“Bertasbih kepada-Nya, tujuh langit dan bumi, serta makhluk yang berada didalam keduanya”.
Dan tidaklah dari masing-masing itu kecuali bertasbih dengan senantiasa memuji-Nya. Akan
tetapi, kalian tidak memahami tasbih mereka…” (Q.s. al-Isra‘/17: 44).
Kata tasbīh, yang berarti menyucikan Allah, pada mulanya berarti bersegera dalam
menyembah Allah. Kemudian dijadikan sebagai simbol dari segala bentuk perbuatan baik.
Namun, secara umum, tasbīh mengacu kepada makna ibadah dalam arti yang luas, baik
berupa ucapan, perbuatan, maupun niat; dan termasuk di dalamnya, segala bentuk pujian
kepada-Nya. Dari sinilah kemudian bisa dipahami bahwa seluruh makhluk itu beribadah atau
mengabdi kepada-Nya dengan caranya masingmasing. Namun, antara manusia dan alam
(alkaun/univers), dalam konteks pengabdian kepada Allah, memiliki perbedaan karakter.

4) Relativitas Waktu dalam Sunatullah


Hal terpenting yang perlu diketahui dalam pembahasan sunnatullah adalah persoalan waktu.
Sebab, perubahan sejarah manusia tidak terjadi secara tiba-tiba; akan tetapi, setelah
terhimpunnya sebab-sebab yang terjadi secara perlahan-lahan kamudian berakhir dengan
perubahan yang besar dalam rentang waktu yang sangat panjang. Oleh karena itu, waktu dalam
konteks ini harus dilihat dalam hukum kesejarahan manusia, yang tentunya berbeda dengan
waktu yang dipahami secara umum, satu hari sebanding dengan 24 jam. Ini didasarkan pada
firman Allah:

“Mereka meminta kepadamu agar disegerakan turunnya azab. Padahal, Allah tidak akan
pernah menalahi janji-Nya. Hanya saja, sesungguhnya satu hari di sisi Tuhanmu sebanding
dengan seribu tahun menurut perhitunganmu. Dan berapa banyak negeri yang Aku tangguhkan
(azab-Ku) kepadanya, padahal penduduknya berbuat zhalim.”
DAFTAR PUSTAKA

 Yohan Lupita, dkk. 2015. Islam dan Iptek. Malang. Politeknik Negeri Semarang.
 Tria Agustin, dkk. 2016. Islam, Iptek, Seni Budaya Dalam Ajaran Islam. Jambi. Fakultas
Pertanian Universitas Jambi.
 Hidayati T.N. 2015. Pengertian Umum Tentang Sunnatullah. Surabaya. Universitas Islam
Negeri Surabaya.

Anda mungkin juga menyukai