Anda di halaman 1dari 7

NAMA : MELANA RINI SUTRA WARNI

NIM : 1802050241

KELAS : 4B – D3 FARMASI

(TUGAS PERTEMUAN 4)

HAKIKAT MENUNTUT ILMU


A. DEFINISI ILMU

Ilmu adalah amal saleh yang paling utama dan juga merupakan salah satu ibadah
yang mulia. Ilmu termasuk dalam kategori jihad di jalan Allah, hal ini karena agama Allah
sendiri ditegakkan dengan dua perkara, yaitu ilmu (dalil/petunjuk) dan dengan pedang
(senjata/perang). Ilmu adalah perkara mulia yang membedakan antara orang yang tahu
dan tidak tahu. Ilmu merupakan kata yang berasal dari bahasa Arab ‫علم‬, masdar dari –‫َعـلِ َم‬
‫ َيـعْ ـلَ ُم‬yang berarti tahu atau mengetahui.
Secara bahasa ilmu adalah lawan kata bodoh/jahl, yaitu mengetahui sesuatu sebagai
mana mestinya dengan pengetahuan yang sempurna.
Secara istilah ilmu berarti sesuatu yang dengannya akan tersingkap secara sempurna
segala hakikat yang dibutuhkan.
Definisi ilmu menurut para ulama :
 Menurut Imam Raghib Al-Ashfahani dalam kitabnya Al-Mufradat Fi Gharibil Qur’an.
lmu adalah mengetahui sesuatu sesuai dengan hakikatnya. Hal tersebut terbagi
menjadi dua; pertama, mengetahui inti sesuatu itu dan kedua adalah menghukumi
sesuatu pada sesuatu yang ada, atau menafikan sesuatu yang tidak ada.
 Menurut Imam Muhammad bin Abdur Rauf Al-Munawi. 
Ilmu adalah keyakinan yang kuat yang tetap dan sesuai dengan realita. Atau ilmu
adalah tercapainya bentuk sesuatu dalam akal. Adapun menurut syari’at ilmu
adalah pengetahuan yang sesuai dengan petunjuk Rasulullah SAW dan diamalkan,
baik berupa amal hati, amal lisan, maupun amal anggota badan.
 Imam As-Syafi’i mengatakan : “Barang siapa menghendaki (kebaikan) dunia, maka
hendaklah ia menggunakan ilmu, dan barang siapa menghendaki kebaikan akhirat,
maka hendaklah menggunakan ilmu”.

B. TUJUAN MENUNTUT ILMU


1. Mengharab ridha Allah SWT
2. Untuk menghilangkan kekurangan dan kebodohan pada dirinya
3. Agar sukses dunia akhirat
4. Mengetahui cara mendekatkan diri dan beribadah kepada Allah SWT
5. Bermanfaat bagi banyak orang
6. Agar tidak melakukan hal-hal yang dilarang dalam agama
7. Mampu menyelesaikan berbagai macam permasalahan dalam kehidupan.
Menuntut ilmu agama hukumnya fardhu atau wajib 'ain bagi setiap umat islam.
Karena dengan ilmulah kita dapat mengetahui apa-apa yang Allah perintahkan dan
apa-apa yang Allah larang.

Sedangkan hukum menuntut ilmu dunia adalah fardhu kifayah. Misalkan


menuntut ilmu kedokteran dibutuhkan agar ada salah satu orang yang
mempelajarinya sehingga ketika ada orang sakit membutuhkan pertolongan maka
ada yang dapat menolong.

Sementara dalam memberikan penjelasan tentang ilmu-ilmu yang wajib `ain


untuk dipelajari, al-Gazālī sendiri memberikan batasan yang mencakup tiga hal,
yaitu:

a. I`tiqād (keyakinan/keimanan).
Setiap muslim wajib mempelajari dasar-dasar keimanan. Ketika seorang
muslim telah mencapai akil balig, ia wajib mempelajari makna dari kalimat
syahadat, yaitu pernyataan bahwa tiada Tuhan selain Allah dan Muhammad
adalah utusan-Nya, dan hal ini cukup dibenarkan dan diyakini dengan kuat tanpa
ada keraguan.
b. Fi`l (perbuatan). Perbuatan yang dimaksud di sini adalah bahwa setiap muslim,
selain wajib mempelajari dasar-dasar keimanan yang benar, ia juga wajib
mempelajari cara yang benar dalam melaksanakan perintah-perintah agama.
Menurut al-Gazālī, bisa saja terdapat perbedaan bagi setiap muslim dan keadaan
atau waktu dalam hal ini. Misalnya, cara puasa Ramadan wajib dipelajari oleh
seorang muslim bila ia telah wajib berpuasa dan hidup ketika Ramadan akan
tiba. Seorang muslim yang miskin tidak wajib mempelajari tata cara ibadah
zakat, ia cukup mengetahui bahwa zakat itu wajib dan ia akan berkewajiban
mempelajari tata cara zakat ketika ia sudah menjadi kaya.
c. Tarak (meninggalkan). Meninggalkan yang dimaksud di sini adalah bahwa setiap
muslim wajib mempelajari hal-hal yang dilarang atau diharamkan dalam ajaran
Islam, sehingga dengan mengetahui hal-hal tersebut, ia dapat meninggalkan hal-
hal yang dilarang tersebut. Dalam mempelajari larangan-larangan Allah tersebut,
juga terdapat perbedaan antara setiap individu muslim sesuai dengan
keadaannya. Misalnya seorang muslim yang bisu, maka tidaklah wajib baginya
mempelajari perkataan-perkataan apa yang diharamkan. Demikian pula halnya
dengan seorang muslim yang buta, maka tidaklah wajib baginya mempelajari
hal-hal apa saja yang diharamkan untuk dilihat.

Ilmu yang wajib kifāyah, yaitu ilmu yang apabila sebagian orang telah
menguasainya, maka gugurlah kewajiban semua orang yang lainnya, sekalipun
masyarakat di suatu daerah tidak menguasai ilmu itu secara bersama-sama,
melainkan hanya sebagian.
Hal ini senada dengan penjelasan al-Gazālī bahwa ilmu yang wajib kifāyah yaitu
ilmu yang apabila dalam suatu masyarakat tidak ada yang menguasainya maka
berdosalah seluruhnya, namun apabila sebagian dari masyarakat itu telah
menguasainya maka gugurlah dosa seluruhnya. Bukan saja ilmu-ilmu agama, namun
juga ilmu-ilmu non agama, seperti ilmu kedokteran, berhitung, pertanian,
pertenunan, perindustrian, keterampilan jahit menjahit, pembekaman dan lainnya.

C. AYAT-AYAT TENTANG ILMU PENGETAHUAN

َ ‫صاُل آْل َيا ِتلِ َق ْو ٍم َيعْ لَم‬


‫ُون‬ ِّ ‫اخلَ َقاللَّه َُذلِ َكإِاَّل ِب ْال َح ِّق ُي َف‬
َ ‫ازلَلِ َتعْ لَمُوا َع َددَال ِّسنِي َن َو ْال ِح َسا َب َم‬
ِ ‫ِيج َعاَل ل َّش ْم َسضِ َياء ًَو ْال َق َم َر ُنورً َاو َقد ََّر ُه َم َن‬
َ ‫ه َُوالَّذ‬

“Dialah yang menjadikan matahari bersinar dan bulan bercahaya, dan Dialah yang
menetapkan tempat-tempat orbitnya, agar kamu mengetahui bilangan tahun dan
perhitungan (waktu). Allah tidak menciptakan yang demikian itu melainkan dengan
benar. Dia menjelaskan tanda-tanda (kebesaran-Nya) kepada orang-orang yang
mengetahui”. – (Q.S Yunus: 5)

‫َقالَلَ ُهمُو َسى َهأْل َ َّت ِب ُع َك َعلَىأ َ ْن ُت َعلِّ َم ِن ِممَّا ُعلِّ ْم َت ُر ْش ًدا‬

Musa berkata kepadanya, “Bolehkah aku mengikutimu supaya engkau mengajarkan


kepadaku (ilmu yang benar) yang telah diajarkan kepadamu (untuk menjadi) petunjuk?”
– (Q.S Al-Kahfi: 66)

َ ‫َقااَل لَّذِي ِع ْن َد ُهع ِْل ٌم ِم َن ْال ِك َت ِابأ َ َناآتِي َك ِب ِه َق ْبأَل َ ْن َيرْ َتدَّإِلَ ْي َك َطرْ فُ َك َفلَم‬
‫َّارآ ُهمُسْ َتق ًِّراعِ ْن َد ُه َقالَ َه َذا ِم ْن َفضْ ل َِربِّيلِ َي ْبلُ َونِيأَأَ ْش ُكرُأَمْ أ َ ْكفُر َُو َم ْن َش َك َر َفإِ َّن َما َي ْش ُك ُر‬
‫لِ َن ْفسِ ِه َو َم ْن َك َف َر َفإِ َّن َربِّي َغ ِن ٌّي َك ِري ٌم‬

Seorang yang mempunyai ilmu dari Kitab berkata, “Aku akan membawakan singgasana
itu kepadamu sebelum matamu berkedip.” Maka ketika dia (Sulaiman) melihat
singgasana itu muncul di hadapannya, dia pun berkata, “Ini termasuk karunia Tuhanku
untuk mengujiku, apakah aku bersyukur ataukah mengingkari (nikmat-Nya). Barangsiapa
bersyukur, maka sesungguhnya dia bersyukur untuk (kebaikan) dirinya sendiri, dan
barangsiapa ingkar, maka sesungguhnya Tuhanku Maha Kaya lagi Maha Mulia.” – (Q.S
An-Naml: 40)

ْ ‫ًاو َك َذلِ َك َنجْ ِز‬


َ ‫يالمُحْ سِ ن‬
‫ِين‬ َ ‫ًاوعِ ْلم‬ ُ َ ‫َولَمَّا َبلَ َغأ‬
َ ‫ش َّده َُواسْ َت َوىآ َت ْي َنا ُهح ُْكم‬

“Dan setelah dia (Musa) sampai usia dewasa dan sempurna akalnya, Kami anugerahkan
kepadanya hikmah (kenabian) dan pengetahuan. Dan demikianlah Kami memberi
balasan kepada orang-orang yang berbuat baik”. – (Q.S Al-Qashas: 14)
َ ‫َوت ِْل َكاأْل َ ْم َثالُ َنضْ ِر ُب َهالِل َّناسِ َو َما َيعْ قِلُ َهاإِاَّل ْال َعالِم‬
‫ُون‬

“Dan perumpamaan-perumpamaan ini Kami buat untuk manusia. Dan tidak ada yang
bisa memahaminya kecuali mereka yang berilmu”. – (Q.S Al-Ankabut: 43)

‫ُون‬
َ ‫الظالِم‬ ْ ‫ورالَّذِي َنأُو ُت‬
َّ ‫واالع ِْل َم َو َما َيجْ َح ُد ِبآ َيا ِت َناإِاَّل‬ ُ ‫َب ْله َُوآ َيا ٌت َب ِّي َنا ٌتفِي‬
ِ ‫ص ُد‬

“Sebenarnya, (Al-Qur’an) itu adalah ayat-ayat yang jelas di dalam dada orang-orang yang
berilmu. Hanya orang-orang dzalim yang mengingkari ayat-ayat Kami”. – (Q.S Al-
Ankabut: 49)

‫يز ْال َحمِي ِد‬ ُ ْ ‫َو َي َرىالَّذِي َنأُو ُت‬


ِ ‫واالع ِْل َمالَّذِيأ ْن ِزإَل ِلَ ْي َك ِم ْن َر ِّب َكه َُو ْال َح َّق َو َي ْهدِيإِلَىصِ َراطِ ْال َع ِز‬

”Dan orang-orang yang diberi ilmu berpendapat bahwa (wahyu) yang diturunkan
kepadamu (Muhammad) dari Tuhanmu itulah yang benar dan memberi petunjuk (bagi
manusia) kepada jalan (Allah) Yang Maha Perkasa lagi Maha Terpuji”. – (Q.S Saba’: 6)

ْ ‫َيرْ َفعِاللَّهُالَّذِي َنآ َم ُنوا ِم ْن ُك ْم َوالَّذِي َنأُو ُت‬


‫واالع ِْل َم َد َر َجات ٍَواللَّه ُِب َما َتعْ َملُو َن َخ ِبي ٌر‬

“Allah akan mengangkat (derajat) orang-orang yang beriman dan berilmu di antaramu
beberapa derajat. Dan Allah Maha Teliti terhadap apa yang kamu kerjakan”. – (Q.S Al-
Mujadilah: 11)

َ ‫ِيخلَ َق * َخلَ َقاإْل ِ ْن َسا َن ِم ْن َعلَ ٍق * ا ْق َر ْأ َو َر ُّب َكاأْل َ ْك َر ُم * الَّذ‬


‫ِيعلَّ َم ِب ْال َقلَ ِم * َعلَّ َماإْل ِ ْن َسا َن َمالَمْ َيعْ لَ ْم‬ َ ‫ا ْق َر ْأ ِباسْ م َِر ِّب َكالَّذ‬

“Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang menciptakan, (1) Dia telah
menciptakan manusia dari segumpal darah. (2) Bacalah, dan Tuhanmulah Yang
Mahamulia, (3) Yang mengajar (manusia) dengan pena. (4) Dia mengajarkan manusia
apa yang belum diketahuinya”. (5) – (Q.S Al-‘alaq: 1-5)

Rasulullah SAW bersabda “ Barang siapa yang dikehendaki kebaikan oleh Allah, niscaya
Dia akan menjadikan paham (mengerti) dalam urusan agama.” [HR. Bukhori dan Muslim]

Rasulullah juga bersabda “Sesungguhnya para nabi tidak mewariskan uang dinar
ataupun dirham, akan tetapi sesungguhnya mereka mewariskan ilmu. Barangsiapa yang
dapat mengambilnya, maka ia telah mengambil untung yang sangat besar.” [HR. Abu
Daud]

Dari Abu Hurairah RA, Rasulullah SAW bersabda : “Jika anak Adam meninggal, maka
terputuslah semua amalnya kecuali dari tiga perkara, shadaqah jariyah, ilmu yang
bermanfaat dan anak shaleh yang mendoakannya.” [HR. Muslim]
D. KEUTAMAAN ORANG MENUNTUT ILMU
1. Amalan yang Tidak Akan Terputus
Mencari ilmu merupakan bentuk amalan yang tidak akan terputus. Sebagaimana
anjuran menuntut ilmu dari buaian hingga liang lahat, maka amalan ini
merupakan amalan yang harus terus dilakukan.
2. Dapat Menjadi Saksi Atas Kebenaran
Sebab didalamnya ilmu selalu mengandung nilai nilai akan kebenaran dan
kebaikan. Sehingga ilmu yang benar benar diterapkan akan memberikan nilai
kebenaran dan kebaikan
3. Perintah Allah SWT
Perintah menuntut ilmu menrupakan perintah langsung dari Allah kepada
nabinya Muhammad SAW untuk meminta ditambahkan ilmu seperti pada  tujuan
penciptaan manusia menurut Islam. Maka sebagai umatnya kita juga wajib
melaksanakan perintah ini.
4. Orang Berilmu Akan Diangkat Derajadnya
Dengan mencari ilmu, maka kita akan menjadi seornag yang berilmu dan sebagai
cara  sukses dunia akhirat menurut Islam. jangan lupa bahwa janji Allah yang
kepada mereka yang berilmu ialah menganggat derajad mereka.
5. Mereka yang Berilmu Akan Selaku Takut Kepada Allah
Ilmu mengandung nilai kebenaran, yakni bentuk apa yang boleh dilakukan dan
tidak sebgaimana dalamHukum menuntut ilmu dalam Islam. Tentu saja hal ini
berisi pengetahuan yang bermanfaat. Tentunya hal ini akan membuat mereka
yang belajar ilmu selalu merasa takut terutama untuk berbuat doa.
6. Keberadaan Ilmu Merupakan Sebuah Anugerah
Ilmu merupakan sebuah anugerah dan juga  dasar hukum Islam yang di
karuniakan Allah SWT .  Maka dari itu, mencari ilmu merupakan sebuah
keutamaan yang luar biasa.
7. Tanda Kebaikan dari Allah SWT
”Barang siapa yang Allah menghendaki kebaikan padanya, maka Allah akan
membuat dia paham dalam agama,” (HR Bukhari dan Muslim).
8. Jalan Menuju Surga
Ilmu pengetahuan yang bermanfaat merupakan jalan untuk mencapai
keridhoanNya sehingga menjadi jalan untuk mendapatkan surga. Nilai kebaikan
yang terkandung akan menuntun manusia untuk dapat menanamkan nilai
kebaikan dan kebenaran yang hakiki.
9. “Hasad” Kepada Mereka yang Ahli Ilmunya
Hasad merupakan sikap yang termasuk kedalam penyakit hati yang berbahaya
dan dapat merusak agama dan dunia seseorang ebgaimana Islam dan ilmu
pengetahuan. Namun sifat hasad ini diperbolehkan terutama terhadap mereka
yang memiliki ilmu yang ahli.
10. Penuntut Ilmu akan Dibentangkan Sayap Oleh Malaikat
”Sesungguhnya para malaikat benar-benar membentangkan sayapnya karena
ridho atas apa yang dicarinya,” (HR. Ahmad dan Ibnu majah).
11. Mendapatkan Pahala Jika Mengajarkannya
Hadis yang diriwayatkan oleh Muslim dari Abu Hurairah ra. Bahwa Rasulullah
saw. bersabda:“Barangsiapa yang mengajak orang lain untuk mengikuti
petunjuk, niscaya akan mendapatkan pahala yang sama dengan orang yang
mengikutinya tanpa mengurangi pahala mereka sedikit pun.”
12. Limpahan Pahala dari Allah SWT
Hadis yang diriwayatkan oleh Bukhari-Muslim dari Sahl bin Sa’d ra. bahwa Nabi
saw. pernah bersabda kepada ‘Ali:“Demi Allah, jika Allah memberi petunjuk
kepada satu orang melalui perantaraan dirimu, hal itu jauh lebih baik bagimu
daripada kekayaan yang sangat berharga.”
13. Menjalankan Kewajiban
Jika diingat kembali bahwa wahyu pertama yang diturunkan kepada Nabi
Muhammad SAW merupakan surat Al-alaq 1-5 yang didalamnya berisi perintah
untuk membaca. Dalam hal ini tentu sangat berkaitan dengan keutamaan
mencari ilmu, dimana tentunya hal ini merupakan sebuah bentuk kewajiban yang
harus dijalankan oleh semua umat muslim yang ada di dunia. Dimana untuk
senantiasa mencari ilmu agar memperoleh nilai nilai dan pengetahuan yang
bermanfaat.

E. KEDUDUKAN ULAMA DALAM ISLAM


Arti ulama berasal dari kata ‘alim’ yaitu orang yang memiliki banyak pengetahuan
atau seorang mujahid. Oleh karena itu seorang ulama harus memiliki syarat-syarat
tertentu :
a) Memahami Al-Qur’an dan Sunnah Rasulullah serta ulumuddin lainnya.
b) Memiliki kemampuan memahami situasi dan kondisi serta dapat
mengantisipasi perkembangan masyarakat dan dakwah Islam.
c) Mampu memimpin dan membimbing umat dalam melaksanakan kewajiban
“Hablum min-Allah, Hablu min-annas dan Hablu min-alam”.
d) Mengabdikan seluruh hidup dan kehidupannya hanya kepada Allah SWT.
e) Menjadikan pelindung, pembela, dan pelayan umat (Waliyul mukminin)
f) Menunaikan segenap tugas dan kewajibannya atas landasan iman dan taqwa
kepada Allah SWT, dengan penuh rasa tanggung jawab.
g) Berakhlak mulia, ikhlas, sabar, tawakal dan istiqamah. Berkepribadian siddiq,
amanah, fatonah dan tabliqh. Menunaikan segala perkara yang dicinta dan
meninggalkan segala perkara yang dibenci oleh Allah SWT.
h) Tidak takut selain kepada Allah SWT.
Fungsi dan Kewajiban Ulama :

1. Dakwah dan penegak Islam serta pembentuk kader penerus.


2. Pengkajian Islam dan pengembangannya
3. Perlindungan pembelaan terhadap Islam dan umat Islam.
4. Sebagai da’i penyiar agama Islam.
5. Sebagai pemimpin rohani.
6. Sebagai pengemban amanah Allah.
7. Sebagai pembina umat.
8. Sebagai penuntun umat.
9. Sebagai penegak kebenaran.

Bagi setiap muslim, maka tidak asing akan kedudukan ulama dan tokoh agama, serta
tingginya kedudukan, martabat dan kehormatan mereka dalam hal kebaikan mereka
sebagai teladan dan pemimpin yang diikuti jalannya serta dicontoh perbuatan dan
pemikiran mereka. Para ulama bagaikan lentera penerang dalam kegelapan dan menara
kebaikan, juga pemimpin yang membawa petunjuk dengan ilmunya, mereka mencapai
kedudukan al-Akhyar (orang-orang yang penuh dengan kebaikan) serta derajat orang-
orang yang bertaqwa. Dengan ilmunya para ulama menjadi tinggi kedudukan dan
martabatnya, menjadi agung dan mulia kehormatannya.

Para ulama telah mewarisi ilmu yang telah dibawa oleh para Nabi, dan melanjutkan
peranan dakwah di tengah-tengah umatnya untuk menyeru kepada Allah dan ketaatan
kepada-Nya. Juga melarang dari perbuatan maksiat serta membela agama Allah. Mereka
berkedudukan seperti rasul-rasul antara Allah dan hamba-hamba-Nya dalam memberi
nasehat, penjelasan dan petunjuk, serta untuk menegakkan hujjah, menepis alasan yang
tak berdalih dan menerangi jalan.

Dan di antara hak para ulama adalah mereka tidak diremehkan dalam hal keahlian
dan kemampuannya, yaitu menjelaskan tentang agama Allah, serta penetapan hukum-
hukum dan yang semisalnya dengan mendahului mereka, atau merendahkan
kedudukannya, serta sewenang-wenang dengan kesalahannya, juga menjauhkan
manusia darinya atau perbuatan-perbuatan yang biasa dilakukan oleh orang-orang jahil
yang tidak tahu akan kedudukan dan martabat para ulama.

Satu hal yang sudah maklum bagi setiap orang, bahwa mempercayakan setiap
cabang-cabang ilmu tidak dilakukan kecuali kepada para ahli dalam bidangnya. Jangan
meminta pendapat tentang kedokteran kepada makanik, dan jangan pula meminta
pendapat tentang senibena kepada para dokter, maka janganlah meminta pendapat
dalam suatu ilmu kecuali kepada para ahlinya.

Anda mungkin juga menyukai