Anda di halaman 1dari 9

LAPORAN PRAKTIKUM

TEKNOLOGI PENGEMASAN DAN PENYIMPANAN


( KEMASAN KAYU DAN LOGAM )

Oleh :
ALPIN ADAM
E1F115002

JURUSAN TEKNOLOGI INDUSTRI PERTANIAN


FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
BANJARBARU
2017
PENDAHULUAN

Latar Belakang

Kayu sebagai material pengepakan, penyangga, pelindung dan pembungkus


barang sering digunakan dalam perdagangan internasional, baik ekspor, impor
maupun yang dilalulintaskan antar area. Penggunaan kayu tersebut sering kali di
gunakan berulang kali, di daur ulang dan dirakit kembali sebagai fungsi
pengepakan termasuk sebagai penyangga forklift (dunnage). Kegunaan fungsi
kayu tersebut akhirnya tercampur dengan kayu lainnya baik dari luar negeri
maupun kayu lokal sehingga tidak diketahui asal usul kayu tersebut serta sulit
sekali diidentifikasi. Dengan demikian status kesehatan tumbuhan menjadi tidak
jelas dan menjadi media pembawa organisme pengganggu tumbuhan karantina
(OPTK). Pembuatan kayu sebagai penyangga, pada umumnya menggunakan kayu
bekas, atau kayu karet, kayu albasia yang standarnya masih kurang memadai
(FAO, 2002).
Kayu merupakan bahan pengemas tertua yang diketahui oleh manusia, dan
secara tradisional digunakan untuk mengemas berbagai macam produk pangan
padat dan cair seperti buah-buahan dan sayuran, teh, anggur, bir dan minuman
keras. Kayu adalah bahan baku dalam pembuatan palet, peti atau kotak kayu di
negara-negara yang mempunyai sumber kayu alam dalam jumlah banyak. Tetapi
saat ini penyediaan kayu untuk pembuatan kemasan juga banyak menimbulkan
masalah karena makin langkanya hutan penghasil kayu. Kemasan kayu yang
berbentuk peti, krats atau tong kayu merupakan bentuk kemasan yang umum
untuk pengangkutan berbagai komoditas dalam perdagangan inernasional.
Penggunaan peti kayu untuk transportasi botol minuman baik untuk melindungi
botol agar tidak pecah. Pengemasan buah segar dalam transportasi hingga saat ini
juga masih banyak dilakukan. Kemasan kayu biasanya digunakan sebagai
kemasan tersier yaitu kemasan yang digunakan untuk mengemas kemasan lain
yang ada di dalamnya. (Syarief, 1989).
Kemasan logam yamg paling banyak penggunaannya adalah kaleng.
Umumnya kaleng ini digunakan untuk produk-produk yang disterilisasi dengan
panas dan dibuat dari tinplate yang terdiri dari lembaran dasar baja dilapisi
dengan timah secara hot dipping (pencelupan dalam timah cair panas) atau
dengan proses elektrolit. Jumlah lapisan timah tergantung pada prosesnya dan
jenis kaleng (Suyitno, 1990).
Kemasan logam merupakan konduktor (peghantar panas yang baik).
Kemasan logam memiliki kelebihan tersendiri jika dibandingkan dengan kemasan
nonlogam, antara lain dapat ditempa dan dibengkokkan dalam keadaan padat jika
dipanaskan dengan suhu tinggi, mempunyai kilap logam, tidak tembus pandang,
dan bentuknya padat. Kemasan logam yang paling dikenal adalah dalam bentuk
wadah kaleng. Menurut cara dan tujuannya terdapat dua jenis kaleng. Jenis yang
pertama yaitu kaleng untuk pengemasan steril. Kaleng ini ditutup sampai kedap
udara dengan alat khusus sehingga diperoleh sambungan ganda (double seam).
contohnya tin plate, tin free steel dan alumunium. Jenis yang kedua yaitu kaleng
tidak untuk proses steril, kaleng ini biasanya tidak ditutup dengan alat khusus
sehingga tidak ada sambungan double seam pada batas badan dan tutup kaleng.
Beberapa keuntungan dari wadah kaleng yaitu mempunyai sifat sebagai pelindung
atau barrier yang baik khususnya terhadap gas, daya toksisitas yang rendah, tahan
perubahan suhu ekstrim, memiliki permukaan yang ideal untuk dekorasi dan
labeling (Marleen, 2008).
Kaleng tinplate banyak digunakan dalam industri makanan dan komponen
utama untuk tutup botol atau jars. Kaleng alumunium banyak digunakan dalam
industri minuman. Alumunium foil banyak digunakan sebagai bagian dari
kemasan bentuk kantong bersama-sama/dilaminasi dengan berbagai jenis plastik,
dan banyak digunakan oleh industri makanan ringan, susu bubuk dan sebagainya
(Herman, 1990).

Tujuan

Tujuan dari praktikum ini adalah agar mahasiswa dapat mengenal berbagai
kemasan kayu dan logam, mahasiswa dapat mengidentifikasi komponen penyusun
kemasan logam, serta mahasiswa dapat mengidentifikasi bentuk dan bahan
pengikat kemasan kayu serta simbol-simbol yang terdapat pada kemasan kayu.
METODOLOGI

Waktu dan Tempat

Praktikum kali ini dilaksanakan pada hari Jumat, 17 Maret 2017 pukul
14.00 WITA - selesai bertempat di Laboratorium Analisis Kimia dan Lingkungan
Fakultas Pertanian, Universitas Lambung Mangkurat Banjarbaru.

Alat dan Bahan

Alat alat yang digunakan dalam praktikum ini adalah penggaris, timbangan
dan kamera.
Bahan bahan yang digunakan dalam praktikum ini adalah berbagai jenis
kemasan kayu dan logam baik untuk pangan maupun non pangan.

Prosedur Kerja

Prosedur kerja pada praktikum kali ini dapat dilihat dalam diagram
alirdibawah ini :

Diamati warna kemasan

Diamati bentuk kemasan

Diamati bahan yang dikemas

Dukur berat kemasan

Diamati penggunaan kemasan

Diukur pola kemasan logam dan kayu

Diamati simbol-simbol yang terdapat pada kemasan


kayu
Diamati bahan pengikat kemasan kayu

Hasil
DAFTAR PUSTAKA

FAO, Rome. 2002. ISPM Pub. No. 15 Guidelines for Regulating Wood
Packaging. Material in International Trade.
Herman, A.S., 1990. Kandungan Timah Putih (Sn) Dalam Makanan
kaleng.Didalam : S.Fardiaz dan D.Fardiaz (ed), Risalah Seminar
Pengemasan dan Transportasidalam Menunjang Pengembangan Industri,
Distribusi dalam Negeri dan Ekspor Pangan. Jakarta
Marleen, Herudiyanto. 2008. Teknologi Pengemasan Pangan. Widya Padjadjaran,
Jatinangor.

Nurcholis, M. 2006. Teknologi Pengemasan Produk Pangan. Gramedia. Jakarta.

Syarief, R. 1989. Teknologi Pengemasan Pangan. Laboratorium Rekayasa Proses


Pangan. PAU Pangan dan Gizi. IPB.
Suyitno, 1990. Bahan-bahan Pengemas. Pusat antar Pangan dan Gizi UGM,
Yogyakarta
Pembahasan

Kemasan kayu, merupakan bahan pengemas tertua yang diketahui oleh


manusia. Kemasan tersebut dapat digunakan untuk mengemas produk berbahan
padat ataupun cair. Seperti sayuran, buah-buahan, kecap gelas, minuman gelas.
Kayu banyak digunakan sebagai bahan pengemas di negara-negara penghasil
kayu. Namun, saat ini bahan tersebut susah didapatkan karena semakin langkanya
hutan penghasil kayu. Kemasan kayu umumnya digunakan sebagai kemasan
tersier yaitu melindungi kemasan lain yang ada didalamnya. Kelebihan kemasan
kayu adalah memberikan perlindungan mekanis yang baik terhadapbahan yang
dikemas, karakteristik tumpukan yang baik dan mempunyai rasio kompresi daya
tarikterhadap berat yang tinggi. Penggunaan kemasan kayu untuk anggur dan
minuman-minumanb eralkohol dapat meningkatkan mutu produk karena adanya
transfer komponen aroma dari kayu ke produk. Penggunaan peti kayu untuk
kemasan teh di beberapa negara juga masih lebih murah dibandingkan bahan
pengemas lain. Kelemahan lain dari penggunaan kayu sebagai kemasan adalah
ketidakcukupan pengetahuanakan teknik dasar seperti struktur kayu, metode
perakitan dan sebagainya.
Pada praktikum ini dilakukan pengamatan dan pengukuran terhadap
kemasan kayu pangan dan non pangan, serta kemasan logam pangan dan non
pangan. Dari mengidentifikasi warna kemasan, bentuk kemasan, bahan yang
dikemas, berat kemasan, penggunaan kemasan, pola kemasan logam dan kayu,
simbol-simbol yang terdapat pada kemasan kayu, serta bahan pengikat kemasan
kayu. Sampel yang digunakan pada pengamatan kemasan logam adalah produk
pangan dan nonpangan. Produk pangan yaitu fanta, carnation, oran, gudeg, dan
sardine Dari masing-masing produk tersebut memiliki warna kemasan yang
berbeda-beda yaitu, carnation, oran dan sardine warna silver, fanta warna kuning,
serta gudeg berwarna emas. Bentuk kemasan untuk semua sampel produk
memiliki bentuk kemasan yang sama, yaitu berbentuk tabung karena hampir
semua sampel produk yang digunakan berbentuk cairan dan makanan terkecuali
oran yang berbentuk bulat. Pada pengukuran berat kemasan logam, kemasan yang
paling berat adalah kemasan oran dengan berat 357,53 g sedangkan kemasan yang
paling ringan adalah kemasan fanta 14,80 g. Pola kemasan logam dari semua
sampel yang digunakan memiliki kesamaan bentuk pola, semua sampel yang
digunakan merupakan kemasan yang tidak dapat digunakan lagi, kemasan hanya
bisa digunakan dalam sekali pakai karena pada saat kemasan dibuka untuk
digunakan bahan yang dikemas, tutup kemasan sudah tidak bisa kembali lagi
dalam keadaan awal.
Menurut Nurcholis (2006), logam termasuk kemasan kaku (rigid). Kekuatan
mekanis yang baik. Logam yang biasa digunakan untuk membuat kemasan adalah
baja dan kaleng logam. Baja sebagai pengemas produk cair, semi padat, tepung.
Kemudian baja bisa juga digunakan pada minyak saus, manisan buah yang
dikalengkan, pelarut organik. Sedangkan kaleng logam dibuat dari plat timah (plat
baja dilapisi timah dikedua sisinya). Tebal plat 0,25 mm, lapisan timah 0,00025
mm.
Pada identifikasi kemasan pengamatan dilakukan terhadap lima sampel
kemasan kayu yang mana masing-masing produk memiliki simbol-simbol dengan
tujuan tertentu. Warna kemasan kayu tersebut hampir semua berwarna coklat,
hanya saja ada sedikit perbedaan warna dikarenakan bahan kayu yang digunakan
untuk membuat kemasan tersebut. Pada praktikum ini sampel yang digunakan
merupakan kemasan kayu yang mengemas bahan pangan dan non pangan, yaitu
pada kemasan pembungkus buah mengemas buah dan sayur, kemasan kotak
perhiasan mengemas perhiasan, kemasan tempat jam tangan mengemas jam
tangan, kemasan kacamata mengemas kacamata. Bentuk kemasan berupa kubus
kotak dan persegi panjang serta bulat, tidak semua kemasan kayu ini dapat
digunakan berulang kali.
Kemasan kayu umumnya menggunakan bahan pengikat paku, skru, lem
kayu dan karet tebal. Paku yang banyak digunakan adalah paku kepala rata.
kepalanya besar, rata dan tidak boleh dibenamkan ke bawah permukaan kayu
digunakan untuk kerja untuk cantuman yang lebih kukuh dan kuat. Skru adalah
bahan pengikat kayu yang digunakan untuk melekatkan kepingan kayu,
menguatkan tanggam, dan memasang engsel dan kunci serta penyangga paku.
Skru biasanya diperbuat daripada keluli lembut, tembaga atau loyang. Skru yang
sering digunakan adalah skru kepala benam, yatu untuk mengikat kayu yang lebih
tebal, memasang kunci dan engsel pada kemasan kayu dan kepalanya terbenam di
bawah permukaan kayu. Lem kayu yang digunakan untuk merekatkan bagian
bagian kayu pada sisi sisi kerangka kemasan dalam berbentuk persegi panjang
seperti kotak yang melindungi seluluh produk yang akan dikemas didalam pack
kayu.
Menurut Nurcholis (2006), kayu termasuk kemasan kaku (rigid). Pengemas
untuk bahan pangan yang memiliki bobot besar dan beresiko rusak tinggi.
Pemanfaatan untuk produk berukuran kecil dan sedikit yang berarti kurang
ekonomis, kekuatan menumpuk baik, pengemas yang baik saat distribusi, kurang
kedap air, dan membutuhkan ruang penyimpanan yang besar. Contoh : kayu
(lumber veneer, plywood) untuk krat, dilengkapi pengencang kawat, pita baja, dan
paku.
KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

Dari praktikum yang didapatkan dapat disimpulkan bahwa :


1. Kemasan logam merupakan suatu kemasan biasanya dalam bentuk kaleng
aluminium foil dan kaleng tinplate.
2. Teknik pengalengan tersebut bertujuan untuk pengawetan bahan atau produk
yang akan dikemas.
3. Kemasan kayu merupakan salah satu alternatif kemasan yang masih banyak
digunakan untuk pengangkutan komoditas hortikultura, misalnya untuk
mengemas buah jeruk, salak, tomat dan komoditi lainnya.
4. Kemasan kayu (pack kayu) digunakan untuk menghindari resiko seperti pecah
dan retak serta melindungi produk dengan kemasan dari goncangan,
tumpukan, dan gesekan.

Saran

Dalam melakukan identifikasi kemasan kayu sebaiknya memperhatikan


simbol simbol yang terdapat pada kemasan, sehingga praktikan mengetahui arti
dari simbol tersebut.

Anda mungkin juga menyukai