Anda di halaman 1dari 27

LAPORAN STUDI KASUS

POTENSI KEHILANGAN PROTAS DAN


HABLUR PADA KEGIATAN TEBANG
DI PG CANDI BARU SIDOARJO

DISUSUN
OLEH :

ZAHRA ARINI

2004060

PROGRAM STUDI
DIPLOMA III
BUDIDAYA TANAMAN PERKEBUNAN
POLITEKNIK LPP
YOGYAKARTA
2023
HALAMAN PENGESAHAN

Judul Laporan : Potensi Kehilangan Protas Dan Hablur Pada Kegiatan


Tebang Di PG Candi Baru Sidoarjo
Nama : Zahra Arini

NIM : 2004060

Tanggal Laporan Disetujui :

Disetujui,

Dosen Pembimbing/Penguji 1 Penguji 2

Ir. Pantja Siwi VR Ingesti, MP Agus Heri Setyo Wahyudi, S.P.,M.Si


NIDN. 0008036301

Diketahui,

Kepala Program Studi

Retno Muningsih, SP, M. Sc

NIDN. 05260337901

i
DAFTAR ISI

HALAMAN PENGESAHAN .................................................................................................... i


BAB I PENDAHULUAN ..........................................................................................................1
1.1 Latar Belakang .....................................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah ................................................................................................................2
1.3 Tujuan Penelitian ................................................................................................................. 3
BAB II METODE PENELITIAN ..............................................................................................4
2.1 Waktu dan Tempat Pelaksanaan. ......................................................................................... 4
2.2 Alat dan Bahan Penelitian. ...................................................................................................4
2.3 Metode Pengambilan Data. ..................................................................................................4
BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN ................................................................................... 6
3.1 Analisa Hasil Penelitian .......................................................................................................6
3.2 Pembahasan Umum ............................................................................................................. 9
DAFTAR PUSTAKA .............................................................................................................. 16

ii
DAFTAR TABEL

Tabel 1 Luas Areal Lahan Tebu TS dan TR PT. PG Candi Baru. ......................2
Tabel 2 Produksi Per Hektar di PG Candi Baru ................................................. 2
Tabel 3 Timeline Studi Kasus .............................................................................6
Tabel 4 Penggunaan pupuk PG Candi Baru ....................................................... 8
Table 5 Sampel Kebun Lebo .............................................................................. 8
Tabel 6 Sampel Kebun Ploso ..............................................................................9
Tabel 7 Sampel Kebun Kerjeni .........................................................................10
Tabel 8 Sampel Kebun Guyangan .................................................................... 11
Tabel 9 Kalkulasi seluruh Rerata ......................................................................12
Tabel 10 Hasil Perhitungan Protas dan Hablur .................................................13

i
DAFTAR GAMBAR

Gambar 1 Layout Pengambilan Sampel ............................................................. 6


Gambar 2 Grafik Kebun Lebo ............................................................................ 8
Gambar 3 Grafik Kebun Ploso .......................................................................... 9
Gambar 4 Grafik Kebun Kerjeni ...................................................................... 10
Gambar 5 Grafik Kebun Guyangan .................................................................. 12

i
RINGKASAN

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui potensi kehilangan protas


dan hablur. Penelitian ini dilaksanakan di PG Candi Baru Sidoarjo di Kebun
Lebo, Kebun Ploso, Kebun Kerjeni, dan Kebun Guyangan pada bulan Juni
sampai dengan bulan Juli. Penelitian ini menggunakan metode survei dan
pengambilan sampe secara langsung. Parameter yang digunakan dalam
penelitian ini adalah berat tunggak tebu yang tertinggal di lahan dan
rendemen dari tunggak tersebut. Dari hasil penelitian ini didapatkan protas
dan hablur setiap kebun yaitu, Kebun Guyangan dengan protas 1 ton/ha dan
hablur 5,57. Kebun Ploso dengan protas 1,8 ton/ha dan hablur 3,44. Kebun
Kerjeni dengan protas 1,36 ton/ha dan hablur 3,25. Dan Kebun Guyangan
dengan protas 1,88 ton/ha dan hablur 7,93.

ii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Tanaman Tebu ( Saccharum officinarum ) merupakan salah satu
tanaman yang sangat berguna bagi masyarakat karena sebagai bahan
baku untuk membuat gula pasir.Tanaman tebu merupakan tanaman yang
saat ini memiliki nilai ekonomi yang tinggi tanaman tebu sangat mudah
untuk ditemui di Indonesia. Tanaman tebu salah satu komoditas penting
dalam agribisnis pertanian lebih dari setengah produksi gula dunia
berasal dari tebu. Kebutuhan gula nasional baik untuk konsumsi
langsung rumah tangga maupun indrustri akan terus meningkat seiring
dengan meningkatnya jumlah penduduk.
Budidaya tebu yang baik dapat mempengaruhi keberhasilan produksi
tebu. Teknik budidaya tersebut meliputi pembibitan,
penanaman,pemeliharaan dan pemanenan. Penerapan Teknik
pemeliharaan yang baik akan meningkatkan produktivitas dan
rendemenya (Anwar, 2013). Aspek yang mempengaruhi kualitas
tersebut yaitu aspek tanaman tebu (on farm) dan aspek pabrik (off farm)
terkait teknis dan teknologi proses. Pada aspek on farm, peningkatkan
produksi per hektar dan peningkatan nilai rendemen dapat dilaksanakan
melalui penataan varietas, penyediaan bibit sehat dan murni,
optimalisasi waktu tanam, pengaturan kebutuhan air, pemupukan
berimbang, pengendalihan hama dan penyakit, penentuan awal giling
yang tepat, penentuan kebun tebu yang ditebang dengan menggunakan
analisis kemasakan, penebangan tebu secara bersih dan pengangukutan
tebu secara tepat (P3GI,2008).
Penelitian ini dilakukan di 4 Kebun Tebu Rakyat (TR) yaitu Lebo,
Ploso, Kerjeni, dan Guyangan. Berikut adalah tabel luas areal lahan TS
dan TR selama 5 tahun terakhir yang dikelola oleh PT. PG Candi Baru.

1
Tabel 1 Luas Areal Lahan Tebu TS dan TR PT. PG Candi Baru.
Tahun
No Kebun
2018 2019 2020 2021 2022
1 TS 417 493 556 473 450
TR KSU
2 3.463 3.556 2.769 2.667 3.148
A
TR KSU
3 1.138 1.333 823 1.298 1.741
B

Pemanenan tebu merupakan juga hal penting dalam keberhasilan


panen. Kebersihan tebu sangat berperan penting terhadap nilai rendemen.
Semakin besar presentase trash yang terdapat pada tebu yang akan
digiling maka rendemen yang dihasilkan akan menurun. Selain itu,
permasalahan yang terjadi pada proses tebang tebu adalah pada saat
tebang masih banyak tebu batang bawah yang tersisa yang seharusnya
batang tebu yang bawah memliki rendemen yang sangat tinggi. Berikut
adalah tabel produksi tebu per hektar selama lima tahun terakhir di PG
Candi Baru.
Tabel 2 Produksi Per Hektar di PG Candi Baru

Tahun
No Kebun
2018 2019 2020 2021 2022
1 TS 104,9 96,6 83,5 76,1 88,9
2 TR KSU A 63,6 61,8 77,3 75,0 77,1
3 TR KSU B 85,5 82,5 87,3 83,1 78,9

Tujuan penelitian ini adalah mengamati dan menghitung rendeman


sisa tebang tebu yang tertinggal dilahan di PG Candi Baru Sidoarjo.
1.2 Rumusan Masalah
1. Apakah terdapat kadar rendemen pada batang bawah tebu yang
tertinggal di lahan?
2. Apakah kegiatan tebang di PG Candi Baru sudah melakukan
optimalisasi sesuai dengan SOP?

2
1.3 Tujuan Penelitian
1. Untuk mengetahui kadar rendemen pada batang bawah tebu yang
tertinggal di lahan.
2. Untuk mengetahui optimalisasi kegiatan tebang di PT. PG Candi
Baru.

3
BAB II
METODE PENELITIAN

2.1 Waktu dan Tempat Pelaksanaan


Penelitian ini akan dilakukan pada tanggal 21 Juni sampai dengan 21
Juli 2023. Penelitian ini akan dilakukan di afdeling PG Candi Baru
Sidoarjo.
2.2 Alat dan Bahan Penelitian
Dalam melaksanakan penelitian ada alat dan bahan yang akan
digunakan antara lain;
1. Alat:
a. Sabit
b. Meteran
c. Penggaris
d. Alat tulis
e. Timbangan
f. Refraktometer/Brixmeter
g. Polarimeter.
2. Bahan:
a. Tunggak tebu
2.3 Cara Kerja
A. Mencari lahan yang sudah ditebang (H+1).
B. Mengukur 5 meter x 5 meter sebagai sampel, sebanyak 5
sampel perkebun.
C. Mengambil sisa tunggak dengan cara ditebang hingga
rapat tanah menggunkan sabit.
D. Mengukur panjang tunggak yang telah ditebang lalu
dirata-rata sebagai rata-rata panjang tunggak perjuring.
E. Menimbang berat tunggak yang tertinggal
perjuring/sampel lalu dirata-rata.
F. Mengukur kandungan kadar gula dalam batang tebu
menggunakan digital brix meter;

4
a. Bersihkan lensa digital brix meter dengan tisu untuk
menghilangkan debu/kotoran yang menempel.
b. Teteskan aquades ke lensa untuk mengkalibrasi,
tekan ‘START’, tunggu beberapa saat jika angka yang
muncul adalah 0 maka dapat dapat dilanjutkan
pengukuran brix.
c. Bersihkan sisa aquades yang terdapat di lensa,
teteskan sedikit nira mentah, lalu tekan ‘START’
tunggu beberapa saat maka akan terlihat angka yang
menunjukkan kadar gula di sampel tersebut.
d. Ulangi hingga semua sampel telah diukur
G. Mengukur jumlah gula dalam bentuk gram menggunakan
polarimeter;
a. Bersihkan tabung tempat sampel dan kemudian isilah
dengan nira yang telah diendapkan hingga penuh (tidak
ada lagi gelembung udara di dalam tabung).
b. Masukan tabung kedalam polarimeter dengan bagian
yang besar diatas
c. Aturlah jalannya sinar, sehingga sinar teramati oleh
mata melalui teropon.
d. Putarlah analisator kekanan/ kekiri sampai terlihat
medan cahaya sama gelap, angka yang terbaca
menyatakan titik nol dari polarimeter.
e. Ulangi hingga semua sampel telah diukur.
H. Menghitung nilai rendemen yang tersisa pada tunggak
berdasarkan nilai brix dan pol yang telah diukur
menggunakan rumus yang berlaku.
2.4 Pengambilan Data
Pengambilan data menggunakan cara pengamatan visual,
dokumentasi, dan pengambilan sampel tunggak tebu secara langsung di
lapangan sebelum dilakukannya keprasan lahan tebu. Pengambilan data
dilakukan pada lahan tebu yang sudah ditebang. Berikut variabel

5
pengambilan data:
a. Kadar gula tebu
Mengukur kadar gula di setiap rumpun yang tertinggal di
pangkal batang yang telah ditebang.
b. Berat batang perjuring
Menimbang berat sampel batang tunggak perjuring lalu
dianalisis untuk mendapatkan kadar gula yang tertinggal
dan dimasukkan ke dalam rumus losses
2.5 Analisis Data
Pengamatan akan dianalisis dengan menggunakan Analisis
Uji T dengan taraf 5%.

2.6 Timeline Studi Kasus


Tabel 3 Timeline Studi Kasus
NO Minggu Ke-
Kegiatan
1 2 3 4
1. Observasi
Pengambilan
2.
sampel
Pengolahan data
3.
sampel

2.7 Layout Pengamatan

Gambar 1 Layout Pengambilan Sampel

6
BAB III
HASIL DAN PEMBAHASAN

3.1 Analisa Hasil Penelitian

Pelaksanaan tebang, muat dan angkut tebu di PG Candi Baru diawali


dengan melaksanakan analisis pendahuluan yang dilakukan oleh QA
(Quality Assurance) untuk menilai faktor kemasakan, koefisien daya tahan
dan koefisien peningkatan, hasil analisis pendahuluan dijadikan dasar untuk
menentukan jadwal tebang.
Menurut Pakpahan & Purwono (2018), pelaksanaan tebang, muat
dan angkut dimulai dengan penerbitan SPA (Surat Perintah Angkut),
penerbitan dilakukan untuk memudahkan administrasi pembagian jatah
angkut masing-masing mandor. Tebang dan angkut dapat dilakukan apabila
mandor tebang sudah diberikan SPA. Pelaksanaan tebang, muat dan angkut
di PG Candi Baru dilakukan berdasarkan prinsip MBS (Manis, Bersih,
Segar). Dan pengawasan dilakukan oleh PLPG (Petugas Lapang Pabrik
Gula), PTA (Petugas Tebang Angkut) dan Mandor Tebang
. Pemanenan tebu dapat dilakukan secara mekanis atau manual.
Umumnya pemanenan tebu di Indonesia dilakukan secara manual karena
pembatasan penggunaan mesin atau secara mekanis. Namun pemanenan
secara manual juga menemui kendala yaitu kondisi fisik tenaga penebang
yang tidak stabil, sehingga akan menemukan titik lelah dan berpengaruh
pada kinerja para penebang. Misalnya, penebangan pekerjaan rapat tanah
dan terdapat batang dipangkal tebu atau tunggak yang tersisa > 5 cm.
Kelalaian dan kebiasaan penebang yang tidak menebang hingga rapat tanah
akan meninggalkan tunggak tertinggal yang masih mengandung sukrosa
atau gula. Pangkal bawah batang tebu adalah jalan awal sukrosa masuk ke
bagian-bagian tebu yang berasal dari zat hara seperti pupuk melalui akar
yang berfungsi sebagai penyimpan cadangan dan sumber makanan bagi
tanaman tebu.

7
Tabel 4 Penggunaan pupuk PG Candi Baru

Pupuk ku/Ha
ZA 6,0
NPK 5,0
KCL 2,5

Sumber: Data Administrasi

Pengamatan potensi kehilangan rendemen pada tunggak tebu


dilakukan pada empat kebun yang merupakan TR (Tebu Rakyat), berikut
adalah hasil analisisnya.
3.1.1 Kebun Lebo
Table 5 Sampel Kebun Lebo

JURING BERAT (Kg) RENDEMEN


1 0.7 0.48
2 0.4 2.77
3 0.5 1.75
4 0.5 0.08
5 0.4 0.49
TOTAL 2.50 5.57

Gambar 2 Grafik Kebun Lebo

8
Pada Kebun Lebo rerata tunggak paling tinggi terdapat pada
juring 1 namun menghasilkan rendemen yang rendah dibanding jurimg 2.
hal ini disebabkan oleh penggunaan varietas yang tidak seragam dan sudah
dilakukan keprasan lebih dari 3 kali sehingga menyebabkan penurunan
terhadap kualitas rendemen.

3.1.2 Kebun Ploso

Tabel 6 Sampel Kebun Ploso

JURING BERAT (Kg) RENDEMEN


1 1.30 0.49
2 0.70 0.28
3 0.50 0.83
4 0.60 0.02
5 1.40 0.29
TOTAL 4.5 1.91

Gambar 3 Grafik Kebun Ploso

Pada Kebun Ploso rerata tunggak paling tinggi terdapat pada


juring 1 namun menghasilkan rendemen yang rendah dibanding jurimg 3.
Hal ini disebabkan oleh penggunaan varietas yang tidak seragam dan sudah
dilakukan keprasan lebih dari 3 kali sehingga menyebabkan penurunan
terhadap kualitas rendemen.

9
3.1.3 Kebun Kerjeni

Tabel 7 Sampel Kebun Kerjeni

JURING BERAT (Kg) RENDEMEN

1 0.5 0.65
2 0.7 0.48
3 0.8 1.06
4 0.7 0.18
5 0.7 0.02
TOTAL 3.4 2.39

Gambar 4 Grafik Kebun Kerjeni

Pada Kebun Kerjeni rerata tunggak paling tinggi terdapat pada juring
2 namun menghasilkan rendemen yang rendah dibanding jurimg 3. hal ini
disebabkan oleh penggunaan varietas yang tidak seragam dan sudah
dilakukan keprasan lebih dari 3 kali sehingga menyebabkan penurunan
terhadap kualitas rendemen.

10
3.1.4 Kebun Guyangan

Tabel 8 Sampel Kebun Guyangan

JURING BERAT (Kg) RENDEMEN

1 1.0 0.75
2 1.4 0.43
3 0.4 0.85
4 1.1 1.108
5 0.8 1.08
TOTAL 4.7 4.218

Gambar 5 Grafik Kebun Guyangan

Pada Kebun Guyangan rerata tunggak paling tinggi terdapat pada


juring 3 namun menghasilkan rendemen yang rendah dibanding jurimg 4.
hal ini disebabkan oleh penggunaan varietas yang tidak seragam dan sudah
dilakukan keprasan lebih dari 3 kali sehingga menyebabkan penurunan
terhadap kualitas rendemen.

11
3.2 Pembahasan Umum
Tabel 9 Kalkulasi seluruh Rerata
Kebun Berat (Kg) Rendemen(%)
Kebun 1
2.50 5.57
Lebo
Kebun 2
4.5 1.91
Ploso
Kebun 3
3.4 2.39
Kerjeni
Kebun 4
4.7 4.22
Guyangan

Bobot tebu ditentukan oleh kemampuan tanaman dalam menyimpan


air dan membentuk biomassa (Muttaqin et al., 2016). Pertumbuhan batang
tebu akan merupakan fase yang penting dalam pertumbuhan tanaman tebu
karena menentukan besarnya hasil bobot tebu dan di fase pertumbuhan
anakan merupakan fase paling penting dalam menghasilkan bobot batang
tebu yang optimal (Harjanti et al., 2014).Berdasarkan tabel kalkulasi rerata
yang didapat dari empat kebun, rerata tunggak paling berat 4,7 kg, tunggak
yang tertinggal di lahan akan mengurangi bobot tebu saat penimbangan di
pabrik akan meninggalkan losses.
Salah satu indikator untuk mengukur kinerja pabrik gula adalah
dilihat dari tingkat losses yang dihasilkan. Rendemen yang tertinggal ini
akan mengurangi persentase hablur gula memiliki potensi untuk menjadi
gula akan tetapi tidak terikut diangkut ke pabrik untuk digiling. Tingginya
losses menunjukkan tingkat kinerja dan efisiensi pabrik gula. Oleh sebab itu,
perlunya untuk menganalisis dampak sisa batang tebu yang tertinggal
terhadap losses. Losses yang tidak teridentifikasi pada PG di Jawa Timur ini
relatif besar jumlahnya (Zainuddin et al., 2016). Hasil pengamatan yang

12
telah dilakukan pada Kebun Lebo memiliki rerata tunggak paling tinggi dan
rendemen paling banyak dibanding kebun yang lain. Hal ini dipengaruhi
beberapa faktor, seperti irigasi, sanitasi kebun, dan SOP TMA yang akan
mempengaruhi kualitas panen.
Tabel 10 Hasil Perhitungan Protas dan Hablur
Nama Kebun Protas (ton/ha) Hablur
Kebun 1 Lebo 1 5,57
Kebun 2 Ploso 1,8 3,44
Kebun 3 Kerjeni 1,36 3,25
Kebun 4 Guyangan 1,88 7,93

Produksi hablur menggambarkan hasil sukrosa yang diperoleh per


satuan luas lahan (Gomathi et al., 2013). Produktivitas tebu dan rendemen
adalah dua komponen utama yang menyusun produktivitas hablur (Dashora,
2012 dengan Junejo et al., 2010). Besarnya hasil tebu ditentukan oleh
jumlah batang dan bobot setiap batang. Ternyata di lahan terdapat banyak
hal yang tidak sesuai SOP seperti tidak menebang tebu sampai rata tanah
dan tunggak yang tersisa di lahan melebihi 5 cm sehingga diduga terdapat
banyak faktor kehilangan atau losses yang diderita petani apabila lahan TR
dan pabrik apabila lahan TS (Antika & Ingesti, 2020). Berdasarkan hasil
tabel di atas, pada Kebun 4 Guyangan memiliki rerata berat paling tinggi
namun rendemen yang lebih rendah dibanding Kebun 1 Lebo. Hal ini dapat
menggambarkan bahwa Kebun 4 Guyangan belum mengaplikasikan
kegiatan tebang yang sesuai dengan SOP karena hasil dari rerata panjang
dan berat yang tidak sesuai dengan hasil rendemen yang tertinggal di kebun
dan Kebun 4 Guyangan ini memiliki potensi kehilangan protas hablur yang
tinggi berdasarkan tunggak yang tertinggal di lahan. Kebun 1 Lebo yang
memiliki rendemen tertinggi namun hasil perhitungan losses tergolong
rendah dibanding kebun lainnya sehingga kebun iini memiliki potensi
rendah untuk kehilangan protas hablur dikarenakan berat yang lebih ringan
sehingga Kebun 1 Lebo lebih memperhatikan SOP saat kegiatan TMA
berlangsung.

13
Menurut Anonim tahun 1992 semakin panjang sisa pangkal batang
yang dibiarkan atau tertinggal di lahan maka semakin banyak pula jumlah
gula yang tertinggal. Rata rata losses yang diamati di kebun melebihi
standar maksimal dibandingkan dengan negara produsen. Menurut Zahro
(2022) ada beberapa faktor yang menyebabkan sisa batang tebu yang
tertinggal di lahan, seperti :
1. Kurangnya persiapan tebang terhadap kondisi kebun yaitu karena
klentek 3 tidak dilakukan karena batang tebu yang roboh dapat mempersulit
pekerja melakukan pengelentekan, alat yang digunakan untuk klentek 3
yaitu alat khusus pengait karena tinggi batang tebu yang lebih dari 3 meter.
Sekalipun dilakukan pengelentekan, seresah yang telah diklentek tidak
dibuang keluar oleh pekerja, sehingga pangkal batang tebu tidak
terlihat oleh penebang pada saat panen, dan tumbuhnya sogolan setelah
klentek 3 karena tidak dilakukannya bumbun III, menyebabkan seresah
yang ada dikebun terangkat keatas dan bertambah banyak, itu juga dapat
menyulitkan para penebang menentukan tinggi rendahnya tebangan pada
pangkal batang tebu. Dapat diketahui bahwa pemeliharaan kebun sangat
mempengaruhi hasil produksi kebun tersebut.
2. Pemahaman tenaga kerja mengenai penebangan yang baik kurang,
sehingga berdasarkan pengamatan di lapangan beberapa tenaga tebang tidak
sepenuhnya paham mengenai SOP penebangan tebu yang baik dan benar.
3. Optimalisasi pengawasan oleh PLPG, Petugas Tebang Angkut
(PTA) dan mandor tebang terhadap hasil kerja para pekerja. Karena
banyaknya lahan yang ditebang PTA juga harus mengontrol lahan yang lain
dan tidak selalu berada di lahan yang sama. Oleh karena itu pengawasan
terhadap pekerja tidak maksimal.
4. Alat yang digunakan oleh para pekerja saat ini sebagian besar
menggunakan sabit atau arit, namun terkadang tidak diasah dan akan
menjadikan arit tersebut tumpul. Jadi, pada saat menebang batang tebu
batang yang tertebang tidak mapak tanah, bahkan sampai meninggalkan
batang tebu > 5 cm, yang sesuai SOP harus < 5 cm. Selain itu, alat sabit
atau arit yang digunakan juga tidak tajam yang menyebabkan pemotongan

14
tebu tidak sempurna dan tidak dapat memotong sampai pangkal tebu karena
keras.
Oleh karena itu sisa pangkal batang tebu yang ada dilahan setelah
panen dapat meningkatkan potensi kehilangan rendemen sebuah pabrik gula,
maka untuk menekan potensi tersebut harus melakukan suatu upaya agar
meminimalisir banyaknya sisa batang tebu yang tertinggal dilahan dengan
lebih meningkatkan kegiatan sosialisasi terhadap para tenaga kerja tebang
maupun tenaga kerja pemeliharaan kebun, pemeliharaan kebun sesuai
dengan SOP, alat yang digunakan saat tebang harus benar dan tajam, dan
tebu yang dimuat ke truk diikat dengan benar. Semua itu dilakukan
bertujuan untuk memaksimal atau meningkatkan produksi pabrk gula dan
menurunkan kerugian yang dialami pabrik gula.

15
BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN

4.1 Kesimpulan
1. Rerata panjang tunggak paling panjang terdapat pada Kebun
Guyangan 69,56 cm dengan berat 4,7 kg akan mendapatkan rerata
rendemen 4,13. Lalu Kebun Kerjeni memiliki rerata panjang
tunggak sebesar 59,1 cm dengan berat 3,4 kg dan rerata
rendemennya 2,39. Kebun Ploso memiliki rerata panjang tunggak
sebesar 55,8 cm dengan berat 4,5 kg dan rerata rendemennya 1,91.
Dan yang terakhir pada Kebun Lebo memiliki rerata panjang
tunggak paling rendah yaitu 50,07 cm dengan berat 2,5 kg dan
rendemen sebesar 5,57.
2. Berdasarkan hasil perhitungan didapatkan protas dan hablur setiap
kebun yaitu, Kebun Guyangan dengan protas 1 ton/ha dan hablur
5,57. Kebun Ploso dengan protas 1,8 ton/ha dan hablur 3,44. Kebun
Kerjeni dengan protas 1,36 ton/ha dan hablur 3,25. Dan Kebun
Guyangan dengan protas 1,88 ton/ha dan hablur 7,93.
4.2 Saran
Dari hasil studi kasus di atas sampel yang digunakan kurang atau
tidak mencapai 50% dari total luas lahan yang dimiliki oleh PG
Candi Baru, sehingga studi kasus tersebut tidak dapat dijadikan
acuan, karena sampel yang kurang akan terjadi eror pada data yang
didapat.

16
DAFTAR PUSTAKA

Antika, L., & Ingesti, P. S. V. R. (2020). Analisis Lama Waktu Pangkal


Batang Tebu (Saccharum Officinarum L.) Tertinggal Di Lahan Terhadap
Nilai Rendemen. Vigor: Jurnal Ilmu Pertanian Tropika Dan Subtropika,
5(1), 19–23. https://doi.org/10.31002/vigor.v5i1.2414

Anwar. 2013. Budidaya Tanaman Tebu dan Cara Menanam Tebu.


www.bestbudidayatanaman.com diakses pada 31 Mei 2023.

Dashora, P., 2012. Productivity and sustainability of sugar (Saccharum


officinarum) genotypes under planting seasons and fertility levels in south-
east Rajasthan. Academia Arena, 4(1), pp. 37–41.

Gomathi, R., Rao, P.N.G., Rakkyappan, D., Sundara, B.P. and Shiyamala,
S., 2013. Physiological studies on ratoonability of sugarcane varieties under
tropical indian condition. American Journal of Plant Science, 4, pp. 274–
281.

Harjanti, R. A., Tohari, & Utami, S. N. . (2014). Pengaruh Takaran Pupuk


Nitrogen dan Silika terhadap Pertumbuhan Awal (Saccharum officinarum L.)
pada Inceptisol. Vegetalika, 3(2), 3–4.

Junejo, S., Kaloi, G.M., Panhwar, R.N., Chohan, M., Junejo, A.A. and
Soomro, A.F.,2010 . Performance of newly developed sugarcane genotypes
for some qualitative an quantitative traits under thatta conditions. Journal of
Animal & Plant Sciences, 20 (1), pp. 40–43.

Muttaqin, L., Kastono, D., & Sulistyono, W. (2016). Pengaruh Jarak Tanam
terhadap Pertumbuhan Awal Lima Klon Tebu ( Saccharum oficinarum L .)
Asal Bibit Mata Tunas Tunggal di Lahan Kering Alfisol Effect of Intra-Row

ii
Spacing on Early Growth of Bud Chip Seedlings of Five Sugarcane
( Saccharum officinarum L . Vegetalika, 5(2), 49–61.

Pakpahan, F. P., & Purwono, D. (2018). Pengelolaan Tanaman Tebu


(Saccharum officinarum L.) di Wilayah PG Madukismo dengan Aspek
Korelasi Pemupukan terhadap Produktivitas Management of Sugarcane
Plant (Saccharum officinarum L.) in PG Madukismo Area by Aspect
Correlation of fertilization on Productivity. In Bul. Agrohorti (Vol. 6, Issue
3).

P3GI. 2008. Konsep Peningkatan Rendemen. www.sugarresearch.org/wp-


content/konseppeningkatan-rendemen diakses pada tanggal 31 Mei 2023.

Zainuddin, A., Setyawati, I. K., & Wibowo, R. (2016). Ekonomi Losses


Pengolahan Tebu dan Implikasi Terhadap Kinerja dan Efisiensi Pabrik Gula.
Pengembangan Daya Saing Agribisnis Berkelanjutan Di Era Kompetisi
Global, 337–343.
LAMPIRAN

Bobot kehilangan hasil yang diperoleh dari 4 sampel kebun


dikonversikan ke hektar dengan menggunakan rumus sebagai berikut :
������ ������
Losses =������� ������ ������ × ��������� ������ ������ × Rata Rata Berat

Diketahui :
10.000 �2 10.000 �2
a. Faktor juring = ���
=
1,00 �
= 10.000 m

b. Panjang juring sampel = 5 m


c. Banyaknya juring sampel = 5 juring
d. Berat rata-rata Kebun 1 Lebo = 2,5 kg
e. Berat rata-rata Kebun 2 Ploso = 4,5 kg
f. Berat rata-rata Kebun 3 Kerjeni = 3,4 kg
g. Berat rata- rata Kebun 4 Guyangan = 4,7 kg

10.000 m
h. Losses Kebun 1 Lebo = 5×5
× 2,5 kg

= 1000 kg/ha
= 1 ton/ha
= 1 ton/ha × 5,57
= 5,57
10.000 m
i. Losses Kebun 2 Ploso = 5×5
× 4,5 kg

= 1.800 kg/ha
= 1,8 ton/ha
= 1,8 ton/ha × 1,91
= 3,44
10.000 m
j. Losses Kebun 3 Kerjeni = 5×5
× 3,4 kg

= 1.360 kg/ha
= 1,36 ton/ha
= 1,36 ton/ha × 2,39
= 3,25
10.000 m
k. Losses Kebun 4 Guyangan = 5×5
× 4,7 kg

ii
= 1.880 kg/ha
= 1,88 ton/ha
= 1,88 ton/ha × 4,22
= 7,93
ii

Anda mungkin juga menyukai