DISUSUN
OLEH :
ZAHRA ARINI
2004060
PROGRAM STUDI
DIPLOMA III
BUDIDAYA TANAMAN PERKEBUNAN
POLITEKNIK LPP
YOGYAKARTA
2023
HALAMAN PENGESAHAN
NIM : 2004060
Disetujui,
Diketahui,
NIDN. 05260337901
i
DAFTAR ISI
ii
DAFTAR TABEL
Tabel 1 Luas Areal Lahan Tebu TS dan TR PT. PG Candi Baru. ......................2
Tabel 2 Produksi Per Hektar di PG Candi Baru ................................................. 2
Tabel 3 Timeline Studi Kasus .............................................................................6
Tabel 4 Penggunaan pupuk PG Candi Baru ....................................................... 8
Table 5 Sampel Kebun Lebo .............................................................................. 8
Tabel 6 Sampel Kebun Ploso ..............................................................................9
Tabel 7 Sampel Kebun Kerjeni .........................................................................10
Tabel 8 Sampel Kebun Guyangan .................................................................... 11
Tabel 9 Kalkulasi seluruh Rerata ......................................................................12
Tabel 10 Hasil Perhitungan Protas dan Hablur .................................................13
i
DAFTAR GAMBAR
i
RINGKASAN
ii
BAB I
PENDAHULUAN
1
Tabel 1 Luas Areal Lahan Tebu TS dan TR PT. PG Candi Baru.
Tahun
No Kebun
2018 2019 2020 2021 2022
1 TS 417 493 556 473 450
TR KSU
2 3.463 3.556 2.769 2.667 3.148
A
TR KSU
3 1.138 1.333 823 1.298 1.741
B
Tahun
No Kebun
2018 2019 2020 2021 2022
1 TS 104,9 96,6 83,5 76,1 88,9
2 TR KSU A 63,6 61,8 77,3 75,0 77,1
3 TR KSU B 85,5 82,5 87,3 83,1 78,9
2
1.3 Tujuan Penelitian
1. Untuk mengetahui kadar rendemen pada batang bawah tebu yang
tertinggal di lahan.
2. Untuk mengetahui optimalisasi kegiatan tebang di PT. PG Candi
Baru.
3
BAB II
METODE PENELITIAN
4
a. Bersihkan lensa digital brix meter dengan tisu untuk
menghilangkan debu/kotoran yang menempel.
b. Teteskan aquades ke lensa untuk mengkalibrasi,
tekan ‘START’, tunggu beberapa saat jika angka yang
muncul adalah 0 maka dapat dapat dilanjutkan
pengukuran brix.
c. Bersihkan sisa aquades yang terdapat di lensa,
teteskan sedikit nira mentah, lalu tekan ‘START’
tunggu beberapa saat maka akan terlihat angka yang
menunjukkan kadar gula di sampel tersebut.
d. Ulangi hingga semua sampel telah diukur
G. Mengukur jumlah gula dalam bentuk gram menggunakan
polarimeter;
a. Bersihkan tabung tempat sampel dan kemudian isilah
dengan nira yang telah diendapkan hingga penuh (tidak
ada lagi gelembung udara di dalam tabung).
b. Masukan tabung kedalam polarimeter dengan bagian
yang besar diatas
c. Aturlah jalannya sinar, sehingga sinar teramati oleh
mata melalui teropon.
d. Putarlah analisator kekanan/ kekiri sampai terlihat
medan cahaya sama gelap, angka yang terbaca
menyatakan titik nol dari polarimeter.
e. Ulangi hingga semua sampel telah diukur.
H. Menghitung nilai rendemen yang tersisa pada tunggak
berdasarkan nilai brix dan pol yang telah diukur
menggunakan rumus yang berlaku.
2.4 Pengambilan Data
Pengambilan data menggunakan cara pengamatan visual,
dokumentasi, dan pengambilan sampel tunggak tebu secara langsung di
lapangan sebelum dilakukannya keprasan lahan tebu. Pengambilan data
dilakukan pada lahan tebu yang sudah ditebang. Berikut variabel
5
pengambilan data:
a. Kadar gula tebu
Mengukur kadar gula di setiap rumpun yang tertinggal di
pangkal batang yang telah ditebang.
b. Berat batang perjuring
Menimbang berat sampel batang tunggak perjuring lalu
dianalisis untuk mendapatkan kadar gula yang tertinggal
dan dimasukkan ke dalam rumus losses
2.5 Analisis Data
Pengamatan akan dianalisis dengan menggunakan Analisis
Uji T dengan taraf 5%.
6
BAB III
HASIL DAN PEMBAHASAN
7
Tabel 4 Penggunaan pupuk PG Candi Baru
Pupuk ku/Ha
ZA 6,0
NPK 5,0
KCL 2,5
8
Pada Kebun Lebo rerata tunggak paling tinggi terdapat pada
juring 1 namun menghasilkan rendemen yang rendah dibanding jurimg 2.
hal ini disebabkan oleh penggunaan varietas yang tidak seragam dan sudah
dilakukan keprasan lebih dari 3 kali sehingga menyebabkan penurunan
terhadap kualitas rendemen.
9
3.1.3 Kebun Kerjeni
1 0.5 0.65
2 0.7 0.48
3 0.8 1.06
4 0.7 0.18
5 0.7 0.02
TOTAL 3.4 2.39
Pada Kebun Kerjeni rerata tunggak paling tinggi terdapat pada juring
2 namun menghasilkan rendemen yang rendah dibanding jurimg 3. hal ini
disebabkan oleh penggunaan varietas yang tidak seragam dan sudah
dilakukan keprasan lebih dari 3 kali sehingga menyebabkan penurunan
terhadap kualitas rendemen.
10
3.1.4 Kebun Guyangan
1 1.0 0.75
2 1.4 0.43
3 0.4 0.85
4 1.1 1.108
5 0.8 1.08
TOTAL 4.7 4.218
11
3.2 Pembahasan Umum
Tabel 9 Kalkulasi seluruh Rerata
Kebun Berat (Kg) Rendemen(%)
Kebun 1
2.50 5.57
Lebo
Kebun 2
4.5 1.91
Ploso
Kebun 3
3.4 2.39
Kerjeni
Kebun 4
4.7 4.22
Guyangan
12
telah dilakukan pada Kebun Lebo memiliki rerata tunggak paling tinggi dan
rendemen paling banyak dibanding kebun yang lain. Hal ini dipengaruhi
beberapa faktor, seperti irigasi, sanitasi kebun, dan SOP TMA yang akan
mempengaruhi kualitas panen.
Tabel 10 Hasil Perhitungan Protas dan Hablur
Nama Kebun Protas (ton/ha) Hablur
Kebun 1 Lebo 1 5,57
Kebun 2 Ploso 1,8 3,44
Kebun 3 Kerjeni 1,36 3,25
Kebun 4 Guyangan 1,88 7,93
13
Menurut Anonim tahun 1992 semakin panjang sisa pangkal batang
yang dibiarkan atau tertinggal di lahan maka semakin banyak pula jumlah
gula yang tertinggal. Rata rata losses yang diamati di kebun melebihi
standar maksimal dibandingkan dengan negara produsen. Menurut Zahro
(2022) ada beberapa faktor yang menyebabkan sisa batang tebu yang
tertinggal di lahan, seperti :
1. Kurangnya persiapan tebang terhadap kondisi kebun yaitu karena
klentek 3 tidak dilakukan karena batang tebu yang roboh dapat mempersulit
pekerja melakukan pengelentekan, alat yang digunakan untuk klentek 3
yaitu alat khusus pengait karena tinggi batang tebu yang lebih dari 3 meter.
Sekalipun dilakukan pengelentekan, seresah yang telah diklentek tidak
dibuang keluar oleh pekerja, sehingga pangkal batang tebu tidak
terlihat oleh penebang pada saat panen, dan tumbuhnya sogolan setelah
klentek 3 karena tidak dilakukannya bumbun III, menyebabkan seresah
yang ada dikebun terangkat keatas dan bertambah banyak, itu juga dapat
menyulitkan para penebang menentukan tinggi rendahnya tebangan pada
pangkal batang tebu. Dapat diketahui bahwa pemeliharaan kebun sangat
mempengaruhi hasil produksi kebun tersebut.
2. Pemahaman tenaga kerja mengenai penebangan yang baik kurang,
sehingga berdasarkan pengamatan di lapangan beberapa tenaga tebang tidak
sepenuhnya paham mengenai SOP penebangan tebu yang baik dan benar.
3. Optimalisasi pengawasan oleh PLPG, Petugas Tebang Angkut
(PTA) dan mandor tebang terhadap hasil kerja para pekerja. Karena
banyaknya lahan yang ditebang PTA juga harus mengontrol lahan yang lain
dan tidak selalu berada di lahan yang sama. Oleh karena itu pengawasan
terhadap pekerja tidak maksimal.
4. Alat yang digunakan oleh para pekerja saat ini sebagian besar
menggunakan sabit atau arit, namun terkadang tidak diasah dan akan
menjadikan arit tersebut tumpul. Jadi, pada saat menebang batang tebu
batang yang tertebang tidak mapak tanah, bahkan sampai meninggalkan
batang tebu > 5 cm, yang sesuai SOP harus < 5 cm. Selain itu, alat sabit
atau arit yang digunakan juga tidak tajam yang menyebabkan pemotongan
14
tebu tidak sempurna dan tidak dapat memotong sampai pangkal tebu karena
keras.
Oleh karena itu sisa pangkal batang tebu yang ada dilahan setelah
panen dapat meningkatkan potensi kehilangan rendemen sebuah pabrik gula,
maka untuk menekan potensi tersebut harus melakukan suatu upaya agar
meminimalisir banyaknya sisa batang tebu yang tertinggal dilahan dengan
lebih meningkatkan kegiatan sosialisasi terhadap para tenaga kerja tebang
maupun tenaga kerja pemeliharaan kebun, pemeliharaan kebun sesuai
dengan SOP, alat yang digunakan saat tebang harus benar dan tajam, dan
tebu yang dimuat ke truk diikat dengan benar. Semua itu dilakukan
bertujuan untuk memaksimal atau meningkatkan produksi pabrk gula dan
menurunkan kerugian yang dialami pabrik gula.
15
BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN
4.1 Kesimpulan
1. Rerata panjang tunggak paling panjang terdapat pada Kebun
Guyangan 69,56 cm dengan berat 4,7 kg akan mendapatkan rerata
rendemen 4,13. Lalu Kebun Kerjeni memiliki rerata panjang
tunggak sebesar 59,1 cm dengan berat 3,4 kg dan rerata
rendemennya 2,39. Kebun Ploso memiliki rerata panjang tunggak
sebesar 55,8 cm dengan berat 4,5 kg dan rerata rendemennya 1,91.
Dan yang terakhir pada Kebun Lebo memiliki rerata panjang
tunggak paling rendah yaitu 50,07 cm dengan berat 2,5 kg dan
rendemen sebesar 5,57.
2. Berdasarkan hasil perhitungan didapatkan protas dan hablur setiap
kebun yaitu, Kebun Guyangan dengan protas 1 ton/ha dan hablur
5,57. Kebun Ploso dengan protas 1,8 ton/ha dan hablur 3,44. Kebun
Kerjeni dengan protas 1,36 ton/ha dan hablur 3,25. Dan Kebun
Guyangan dengan protas 1,88 ton/ha dan hablur 7,93.
4.2 Saran
Dari hasil studi kasus di atas sampel yang digunakan kurang atau
tidak mencapai 50% dari total luas lahan yang dimiliki oleh PG
Candi Baru, sehingga studi kasus tersebut tidak dapat dijadikan
acuan, karena sampel yang kurang akan terjadi eror pada data yang
didapat.
16
DAFTAR PUSTAKA
Gomathi, R., Rao, P.N.G., Rakkyappan, D., Sundara, B.P. and Shiyamala,
S., 2013. Physiological studies on ratoonability of sugarcane varieties under
tropical indian condition. American Journal of Plant Science, 4, pp. 274–
281.
Junejo, S., Kaloi, G.M., Panhwar, R.N., Chohan, M., Junejo, A.A. and
Soomro, A.F.,2010 . Performance of newly developed sugarcane genotypes
for some qualitative an quantitative traits under thatta conditions. Journal of
Animal & Plant Sciences, 20 (1), pp. 40–43.
Muttaqin, L., Kastono, D., & Sulistyono, W. (2016). Pengaruh Jarak Tanam
terhadap Pertumbuhan Awal Lima Klon Tebu ( Saccharum oficinarum L .)
Asal Bibit Mata Tunas Tunggal di Lahan Kering Alfisol Effect of Intra-Row
ii
Spacing on Early Growth of Bud Chip Seedlings of Five Sugarcane
( Saccharum officinarum L . Vegetalika, 5(2), 49–61.
Diketahui :
10.000 �2 10.000 �2
a. Faktor juring = ���
=
1,00 �
= 10.000 m
10.000 m
h. Losses Kebun 1 Lebo = 5×5
× 2,5 kg
= 1000 kg/ha
= 1 ton/ha
= 1 ton/ha × 5,57
= 5,57
10.000 m
i. Losses Kebun 2 Ploso = 5×5
× 4,5 kg
= 1.800 kg/ha
= 1,8 ton/ha
= 1,8 ton/ha × 1,91
= 3,44
10.000 m
j. Losses Kebun 3 Kerjeni = 5×5
× 3,4 kg
= 1.360 kg/ha
= 1,36 ton/ha
= 1,36 ton/ha × 2,39
= 3,25
10.000 m
k. Losses Kebun 4 Guyangan = 5×5
× 4,7 kg
ii
= 1.880 kg/ha
= 1,88 ton/ha
= 1,88 ton/ha × 4,22
= 7,93
ii