PENUNTUN PRAKTIKUM
ANALISIS MUTU MIKROBIOLOGI PANGAN
Tim Pengajar-SJMP:
C.C. Nurwitri
Neny Mariyani
Ai Imas Faidoh Fatimah
Made Gayatri Anggarkasih
SEKOLAH VOKASI
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2021
KATA PENGANTAR
Penulis
b. Praktikan wajb membawa masker, sarung tangan (jika diperlukan), lap, tissue dan
korek api.
c. Praktikan wajib mengerjakan pre-lab, diagram alir dan menghitung kebutuhan alat
dan bahan serta membuat prosedur kerja (diagram alir) yang tertera pada modul
praktikum sebelum praktikum dimulai.
d. Praktikan harus mencatat data pengamatan dan catatan lain yang berhubungan
dengan praktikum pada buku kerja.
e. Laporan praktikum dibuat per kelompok dan dikumpulkan 1 minggu setelah hari
pengamatan.
g. Pemeriksaan alat dilakukan pada awal dan akhir setiap kali praktikum.
l. Praktikum wajib dihadiri 100%; jika berhalangan hadir dengan alasan yang dapat
dipertanggungjawabkan, maka praktikan wajib mengganti praktikum sesuai
dengan aturan Sekolah Vokasi IPB.
PRE-LAB
1. Mengapa bahan pangan yang diperkirakan mengandung lebih dari 300 sel
mikroba per ml, per g, atau per cm permukaan, memerlukan perlakuan
pengenceran sebelum ditumbuhkan pada medium agar?
PENDAHULUAN
Metode hitungan cawan (Total Plate Count atau TPC) adalah salah satu
metode yang dapat digunakan untuk menentukan jumlah mikroba di dalam bahan
pangan. Prinsip dari metode hitungan cawan adalah jika sel mikroba yang masih hidup
ditambahkan pada medium agar, maka sel mikroba tersebut akan berkembang biak
dan membentuk koloni yang dapat dilihat langsung dengan mata tanpa menggunakan
mikroskop. Metode hitungan cawan dapat dibedakan atas dua cara yaitu metode tuang
(pour plate) dan metode permukaan (surface/spread plate).
Bahan pangan yang diperkirakan mengandung mikroba lebih dari 250 per ml,
per gram atau per cm2, memerlukan perlakuan pengenceran sebelum
menumbuhkannya pada medium agar di dalam cawan petri, sehingga setelah inkubasi
akan terbentuk koloni cawan tersebut dalam jumlah yang dapat dihitung. Larutan yang
digunakan untuk pengenceran dapat berupa larutan buffer fosfat, larutan garam
fisiologis 0.85% atau larutan Ringer.
Untuk melaporkan suatu hasil analisa mikrobiologi digunakan suatu standar
yang disebut Standard Plate Count yang menjelaskan mengenai cara menghitung
koloni pada cawan serta memilih data yang ada untuk menghitung koloni pada cawan
serta memilih data yang ada untuk menghitung jumlah koloni dalam suatu contoh.
TUJUAN
Untuk memberikan pemahaman mengenai penghitungan mikroba menggunakan
metode hitungan cawan
PERLAKUAN
Kelompok Bahan Pengenceran Pemupukan
1 dan 2 Es campur 10-1 - 10-4 10-3 - 10-5
3 dan 4 Kaldu daging 10-1 - 10-3 10-2 - 10-4
5 dan 6 Gado-gado 10-1 - 10-3 10-2 - 10-4
CARA KERJA
Metode Tuang
a. Siapkan dan beri label larutan pengencer dan cawan petri sesuai dengan
pengenceran dan pemupukan yang ditetapkan
b. Gunakan 2 cawan (duplo) untuk setiap pengenceran. Kemudian buat
pengenceran contoh dengan jumlah pengenceran sesuai dengan yang
ditetapkan
c. Pipet 1 ml contoh yang telah diencerkan masing-masing ke dalam 2 cawan
petri, dimulai dari pengenceran terendah yang ditetapkan untuk pemupukan
d. Untuk menghemat penggunaan larutan pengencer dan pipet, contoh yang
akan dimasukkan ke dalam cawan petri yang terakhir (pengenceran tertinggi)
dapat diambil dengan cara memipet sebanyak 0.1 ml dari pengenceran satu
desimal di bawahnya. Penghematan juga dapat dilakukan dengan
menggunakan pipet yang sama untuk pemipetan ke dalam cawan, dengan
syarat berasal dari pengenceran yang sama
e. Tuangkan 15 ml PCA cair ke dalam cawan dan goyangkan secara mendatar
di atas meja supaya contoh menyebar rata. Setelah agar membeku,
inkubasikan dengan posisi terbalik pada suhu 30 °C selama 2 hari. Hitung
jumlah koloni yang tumbuh pada cawan
f. Tuliskan hasil perhitungan sebagai jumlah koloni per ml menurut standar yang
ditetapkan
Metode Permukaan
a. Siapkan dan beri label larutan pengencer dan cawan petri sesuai dengan
pengenceran dan pemupukan yang ditetapkan
b. Gunakan 2 cawan (duplo) untuk setiap pengenceran. Kemudian buat
pengenceran contoh dengan jumlah pengenceran sesuai dengan yang
ditetapkan
c. Buatlah agar cawan PCA yaitu 5 ml PCA cair dituangkan ke dalam cawan
petri steril, ditutup dibiarkan hingga agar membeku
d. Pipet 0.1 ml contoh yang telah diencerkan masing-masing ke dalam 2 cawan
agar, dimulai dari pengenceran terendah yang ditetapkan untuk pemupukan
e. Celupkan ujung batang gelas ke dalam etanol, tunggu kering lalu pijarkan
beberapa saat hingga nyala api di batang gelas padam
g. Setelah batang gelas dingin digunakan untuk meratakan contoh di atas agar
cawan, lalu inkubasikan dengan posisi terbalik pada suhu 30 °C selama 2 hari
h. Hitung jumlah koloni yang tumbuh. Harus diingat bahwa jumlah contoh yang
ditumbuhkan adalah 0.1 ml sehingga harus dimasukkan dalam perhitungan
total count sesuai standar yang ditetapkan
DIAGRAM ALIR
Buatlah diagram alir untuk metode tuang dan metode permukaan!
HASIL PENGAMATAN
PERHITUNGAN
PEMBAHASAN
KESIMPULAN
PERTANYAAN
1. Jelaskan kelebihan dan kelemahan metode hitungan cawan dibandingkan
metode lain untuk menentukan jumlah mikroba?
2. Hitunglah jumlah mikroba berikut!
Hasil perhitungan (koloni/ml)
10-1 10-2 10-3 10-4 10-5 10-6
Metode Baru Metode Lama
750 264 57 5
670 201 58 8
743 178 69 11
875 232 86 1
838 215 90 0
765 198 77 6
TBUD 146 43 9
765 97 48 14
HITUNGAN MIKROSKOPIS
LANGSUNG
(METODE PETROFF-HAUSSER)
PRE-LAB
1. Sebutkan contoh hitungan mikroskopik langsung dan tidak langsung!
2. Sebutkan alat yang digunakan untuk menghitung spora kapang atau sel
khamir!
PENDAHULUAN
Pengukuran kuantitatif populasi mikroba sering diperlukan dalam berbagai
penelaahan mikrobiologik. Pada umumnya terdapat 2 macam pengukuran dasar
populasi mikroba, yaitu penentuan jumlah sel dan penentuan massa sel. Pengukuran
jumlah sel biasanya dilakukan untuk mikroba bersel tunggal (misalnya bakteri),
sedangkan penentuan massa sel dapat dilakukan tidak hanya bagi organisme bersel
tunggal, tetapi juga bagi organisme berfilamen (misalnya jamur).
Ada beberapa cara mengukur jumlah sel, antara lain dengan hitungan
mikroskopik langsung (direct microscopic count), secara elektronik dengan bantuan
alat colony counter (penghitung koloni) dan MPN (Most Probable Number). Metode
Petroff-Hausser untuk menghitung jumlah mikroba dengan satuan isi yang sangat kecil.
Metode ini dengan menggunakan kaca obyek khusus yang bergaris (Petroff-Hausser
atau Neubauer) berbentuk bujur sangkar. Jumlah cairan yang terdapat antara kaca
obyek dan kaca penutup mempunyai volume tertentu, sehingga satuan isi yang
terdapat dalam satu bujur sangkar juga tertentu.
Dalam metode ini, hitungan mikroskopik dilakukan dengan pertolongan kotak-
kotak skala, di mana dalam setiap ukuran skala seluas 1 mm2 terdapat 25 buah kotak
besar dengan luas 0.04 mm2 dan setiap kotak besar terdiri dari 16 kotak-kotak kecil.
Tinggi sampel yang terletak diantara gelas obyek dengan gelas penutup berbeda-beda
sesuai dengan jenis haemacytometer. Jumlah sel dalam beberapa kotak besar dihitung,
kemudian dihitung jumlah sel rata-rata dalam kotak besar.
TUJUAN
Mengenal konstruksi haemacytometer dan menggunakannya untuk menghitung sel
mikroba (khususnya khamir) dengan bantuan mikroskop.
CARA KERJA
1. Dibersihkan permukaan haemacytometer kaca penutup dengan kertas lensa
yang telah dibasahi dengan setetes air suling sampai tidak ada lagi sisa-sisa
minyak pada permukaannya
Jumlah sel/mm2
Jumlah sel/mm3
Jumlah sel/cm3 (ml)
DIAGRAM ALIR
Buatlah diagram alir hitungan mikrosopis langsung dengan metode petroff-hausser!
HASIL PENGAMATAN
Contoh Jumlah sel di Kotak Besar
1 2 3 4 5 dst Jumlah sel khamir
per ml sampel
Suspensi
khamir
PEMBAHASAN
KESIMPULAN
PERTANYAAN
1. Sebutkan keuntungan dan kelemahan metode hitungan mikroskopis langsung!
PRE-LAB
1. Sebutkan perbedaan antara analisis secara kualitatif dan kuantitatif!
PENDAHULUAN
Bahan pangan maupun produk olahannya umumnya dapat ditumbuhi oleh satu
atau lebih jenis mikroba. Adanya mikroba pada pangan kemungkinan dapat
menyebabkan kerusakan pangan atau bahkan dapat membahayakan kesehatan
konsumen jika pada pangan tersebut terdapat mikroba patogen. Untuk mengetahui
adanya mikroba pada pangan, maka dapat dilakukan analisis secara kualitatif atau
kuantitatif. Masalah yang muncul di laboratorium mikrobiologi adalah adanya standar
analisis yang biasanya tidak sama. Oleh sebab itu suatu program analisis yang efektif
seharusnya dapat dikontrol dari berbagai faktor antara lain perencanaan analisis,
sistem pengambilan sampel, penanganan sampel, metode analisis, preparasi media
dan peralatan gelas maupun peralatan pendukung lainnya, pengamatan hasil analisis,
pengolahan data hingga pelaporan hasil yang akurat.
Uji kualitatif mikrobiologi pada pangan umumnya dilakukan untuk uji bakteri
patogen yang tidak boleh terdapat pada pangan maupun produk olahannya. Sebagai
contoh, sesuai dengan berbagai standar mutu pangan yang tercantum di dalam SNI
(standar Nasional Indonesia) maka Salmonella tidak boleh ada (harus negatif) per 25
gram pangan. Selain untuk uji mikroba patogen, uji kualitatif dapat juga digunakan
untuk mengetahui kemampuan mikroba memecah komponen pangan, misalnya
dilakukan uji mikroba yang bersifat proteolitik (kemampuan mikroba memecah protein),
amilolitik (memecah karbohidrat atau pati) ataupun lipolitik (memecah lemak). Jika
diinginkan lebih lanjut, maka dapat pula dilakukan analisis kuantitatif terhadap mikroba
yang mampu memecah komponen pangan tersebut.
TUJUAN
Praktikum ini bertujuan untuk merancang keperluan media, peralatan, dan
bahan pangan yang dianalisis, serta merencanakan persiapan dan pelaksanaannya
sesuai dengan jenis analisis secara mikrobiologis.
PROSEDUR KERJA
1. Tentukan jenis bahan pangan dan produk olahannya yang telah beredar di
pasaran.
2. Carilah informasi tentang mutu mikrobiologis untuk bahan pangan dan produk
olahannya, misalnya informasi dari SNI (Standar Nasional Indonesia).
3. Tentukan 5 (lima) lokasi pengambilan sampel dengan 3 (tiga) kali ulangan.
4. Prediksikan jarak dan waktu tempuh pengambilan sampel dari lokasi
pengambilan sampel hingga ke laboratorium.
5. Tentukan cara pengamanan sampel tersebut dari lokasi pengambilan sampel
hingga ke laboratorium agar mikroba yang terdapat dalam sampel relatif stabil
(mikroba dalam sampel tidak mati ataupun berkembangbiak dengan cepat),
sehingga data yang diperoleh tetap akurat.
6. Tentukan 4-5 jenis analisis kuantitatif berdasarkan jenis dan sifat bahan pangan
ataupun produk olahannya dari sampel terpilih (gunakan acuan SNI).
7. Tentukan pula 2-3 jenis analisis kualitatif (misalnya mikroba lipolitik atau
proteolitik)
8. Hitunglah jumlah minimal sampel (berdasarkan berat atau volume atau satuan
lainnya) yang harus diambil pada setiap pengambilan sampel di lokasi terpilih.
9. Hitunglah jenis dan volume media yang diperlukan sesuai dengan jenis
analisisnya.
10. Prediksilah jumlah mikroba (sesuai dengan jenis analisisnya) yang mungkin
terdapat pada bahan pangan maupun produk olahannya.
11. Tentukan tingkat pengenceran yang akan dilakukan berdasarkan prediksi
jumlah mikroba pada tiap-tiap jenis analisisnya.
12. Dari sampel yang tersedia, tentukan jumlah sampel yang diperlukan untuk
pengenceran awalnya, sehingga diperoleh suspensi sampel (untuk selanjutnya
disebut sampel).
13. Tentukan jumlah sampel yang diambil pada setiap tahap pengenceran
berikutnya, sehingga dapat ditentukan volume larutan pengencer yang
diperlukan.
14. Gunakan larutan pengencer garam fisiologis (NaCl 0.85%).
15. Tentukan jumlah dan volume larutan pengencer (dalam botol sampel atau
tabung reaksi) pada setiap tingkat pengenceran berdasarkan jumlah sampel
yang diambil untuk setiap jenis analisis.
16. Hitunglah total larutan pengencer yang diperlukan.
PERLAKUAN
Tentukan jenis sampel yang akan dianalisis serta uji mikrobiologisnya!
DIAGRAM ALIR
Buatlah diagram alir untuk setiap analisis kualitatif maupun kuantitatif terhadap pangan
dan produk olahannya!
Waktu
Kegiatan
Senin Selasa Rabu Kamis Jumat Sabtu Senin, dst
Persiapan
2. Media A √
3. Media B, dst √
6.
7.
Pelaksanaan
1. Pengambilan sampel √
2. Pengamanan sampel √
3. Dst
PERTANYAAN
1. Jelaskan alasan mengapa kelompok anda memilih produk pangan tersebut
untuk dilakukan analisis secara mikrobiologis?
IKAN
PRE LAB
1. Sebutkan jenis mikroba yang sering tumbuh pada daging dan ikan!
PENDAHULUAN
Daging dan ikan sering ditumbuhi oleh mikroba yang tergolong mikroba
psikrofilik; yaitu yang memiliki suhu optimum pertumbuhan 5-150C, dengan suhu
minimum 00C dan suhu maksimum sekitar 200C. Daging dan ikan yang dijual di pasar
tanpa diberi perlakuan sering terkontaminasi oleh mikroba mesofilik. Oleh karena itu,
untuk menghitung jumlah mikroba pada daging dan ikan digunakan suhu 200C. Hal ini
dengan tujuan mikroba psikrofilik dan mesofilik dapat tumbuh dengan baik.
Pengambilan sampel biasanya dilakukan dengan metode oles dan jumlah mikroba
dinyatakan dalam jumlah koloni per cm2.
TUJUAN
1. Mempelajari mutu mikrobiologi daging dan hasil perikanan dengan cara
pengambilan contohnya
2. Menguji mutu mikrobiologi daging dan hasil perikanan
C. Alat
Gelas objek Mikroskop
Jarum ose Batang pengoles steril = …... buah
Bunsen Cawan Petri steril = …… buah
Pinset
Pisau
Pipet 1 ml steril = …… buah
Inkubator suhu 20-220C
CARA KERJA
A. Metode Swab
1. Basahi batang pengoles dengan 8 ml air pengencer steril
2. Oleskan batang swab pada permukaan sampel seluas 3 cm x 5 cm ke
kiri dan ke kanan masing-masing sebanyak tiga kali
3. Rendam batang pengoles dalam 8 ml air pengencer steril. Batang
pengoles diputar-putar dan diperas pada dinding tabung reaksi untuk
melepaskan mikroba yang melekat pada batang pengoles
4. Buatlah pengenceran hingga 10-4 atau seterusnya, tergantung dari mutu
daging dan ikan yang diuji. Semakin rendah mutu daging atau ikan,
memerlukan pengenceran yang semakin tinggi
5. Buatlah pemupukan dengan menggunakan medium PCA dan VRBA
(overlay) masing-masing 2 cawan (duplo)
6. Inkubasikan pada suhu 20-220C selama 2-3 hari
7. Hitunglah jumlah koloni yang tumbuh pada medium PCA dan VRB Agar.
Agar VRB akan menghambat pertumbuhan bakteri gram positif
sehingga yang tumbuh hanya bakteri gram negatif
Jumlah koloni per 15 cm2 permukaan = jumlah koloni dalam 8 ml suspensi olesan
= 8 x jumlah koloni/ml suspensi olesan
= 8 x jumlah koloni per cawan x 1/pengenceran
Jumlah koloni per cm2 = 1/15 x 8 x jumlah koloni per cawan x 1/pengenceran
B. Pewarnaan Gram
Buatlah pewarnaan gram dengan mengambil sampel lender atau cairan
yang terdapat pada permukaan daging dan ikan. Amati di bawah mikroskop
menggunakan lensa minyak imersi. Setelah mengamati beberapa bidang
pandang, nyatakan presentase jumlah bakteri gram negatif dan bakteri
gram positif yang terdapat pada permukaan sampel tersebut.
DIAGRAM ALIR
Buatlah diagram alir uji mikrobiologi daging dan ikan : metode swab dan pewarnaan
gram!
HASIL PENGAMATAN
PEMBAHASAN
KESIMPULAN
PERTANYAAN
1. Bagian-bagian manakah pada daging dan ikan yang biasanya mengandung
mikroba dalam jumlah yang besar?
2. Apa saja yang dapat menjadi sumber kontaminasi pada daging dan ikan?
3. Sebutkan cara--cara yang dapat dilakukan untuk meminimalisir terjadinya
kontaminasi pada daging dan hasil perikanan!
PRE-LAB
1. Sebutkan bakteri-bakteri yang menyebabkan mastitis!
2. Bahan kimia apa saja yang dipergunakan untuk melakukan metode biru
metilen dan metode breed!
PENDAHULUAN
Infeksi mastitis dapat disebabkan oleh inflamasi kelenjar atau puting susu
hewan ternak oleh bakteri pathogen atau campuran beberapa bakteri patogen. Bakteri
yang sering menyebabkan mastitis pada sapi perah misalnya beberapa spesies
streptokoki yang bersifat hemofilik, stapilokoki yang bersifat koagulase positif, kadang-
kadang Pseudomonas, koliform dan beberapa basili gram negatif lainnya.
TUJUAN
Untuk mengetahui cara pengujian susu dari sapi yang terkena mastitis
A. UJI VISUAL
1. PERLAKUAN
a. Susu segar
b. Susu yang terkena mastitis
2. ALAT DAN BAHAN
a. Susu
b. Penangas air (Hot plate)
c. Jarum ose
3. CARA KERJA
a. Amati adanya serpihan fibrin yang berwarna kekuning-kuningan serta
liat dan menggulung jika diaduk
4. DIAGRAM ALIR
Buatlah diagram alir uji visual terhadap susu segar maupun susu mastitis!
5. PENGAMATAN
B. ISOLASI BAKTERI
1. UJI PERLAKUAN
a. Susu yang digunakan :
Susu segar
Susu yang terkena mastitis
b. Media yang digunakan :
5% Blood Agar
Manitol Salt Agar atau Vogel Johnson Agar
EMB Agar
2. ALAT DAN BAHAN
a. Jarum ose e. 5% Blood Agar (agar cawan) = …… ml
b. Bunsen f. EMB Agar (agar cawan) = ……. ml
c. Inkubator 370C g. Manitol Salt Agar
d. Susu = ….. ml atau VJA (agar cawan) = ….. ml
3. CARA KERJA
a. - Ambil 1 ml contoh susu ke dalam 3 cawan petri. Tuangkan dengan
5% Blood Agar, EMB Agar dan Manitol Salt Agar atau VJA
- Buat goresan pada tiga jenis agar cawan, yaitu : 5% Blood Agar,
EMB Agar dan Manitol Salt Agar atau VJA
b. Inkubasi pada suhu 370C
c. Amati koloni yang tumbuh
4. DIAGRAM ALIR
Buatlah diagram alir isolasi bakteri terhadap susu segar maupun susu
mastitis!
r 2 2
= cm
100
Dimana r = jari-jari areal pandang mikroskop (mm). Karena contoh susu yang
disebarkan pada gelas objek seluas 1 cm2 adalah 0.01 ml, maka :
Jumlah susu per areal pandang mikroskop = πr2/100 x 0.01 ml
= πr2/100 x 1/100 ml
= πr2/10.000 x ml
Dengan kata lain, untuk mendapatkan 1 ml contoh susu dapat diperoleh dari
10.000/πr2 x areal pandang mikroskop. Angka 10.000/πr2 disebut juga Faktor
Mikroskopik (FM) dan dapat digunakan untuk mengubah jumlah bakteri per areal
pandang mikroskop menjadi jumlah bakteri per ml.
Jumlah bakteri per areal pandang dihitung dari rata-rata pengamatan areal pandang.
Jumlah areal pandang yang harus diamati tergantung dari jumlah rata-rata bakteri per
areal pandang dan ditentukan sebagai berikut :
Tabel 2. Jumlah mikroba dan jumlah areal pandang yang harus diamati
1. PERLAKUAN
a. Susu segar
2. ALAT DAN BAHAN
a. Susu
b. Pewarna biru metilen
c. Pipet Breed ukuran 0.01 ml atau mikro pipet ukuran 0.01 ml
d. Gelas objek
e. Kartu penolong berukuran 1 cm2
f. Bunsen
g. Jarum ose
h. Mikroskop
3. CARA KERJA
1. Letakkan gelas objek di atas kartu penolong ukuran 1 cm2, satu gelas
objek dapat digunakan untuk membuat 2-3 sebaran susu
2. Pipet 0.01 ml contoh susu dan sebarkan pada gelas objek sehingga
mencapai luas 1 cm2
3. Keringkan di udara dan difiksasi
4. Teteskan pewarna biru metilen di atas preparat dan biarkan selama 2
menit
5. Buanglah kelebihan zat warna dengan menyerapnya menggunakan
kertas serap
6. Biarkan sampai kering, bilas dengan air dan dikeringkan di udara
7. Amati di bawah mikroskop menggunakan lensa minyak imersi dan
hitunglah rata-rata jumlah bakteri per areal pandang
4. DIAGRAM ALIR
Buatlah diagram alir isolasi bakteri terhadap susu segar!
5. PENGAMATAN
1. PERLAKUAN
a. Susu segar
b. Susu yang terkena mastitis
2. ALAT DAN BAHAN
a. Susu = …… ml
b. Larutan biru metilen tiosianat = ….. ml
c. Penangas air bersuhu 360C
d. Tabung reaksi steril bertutup ulir = …… tabung
e. Pipet steril 10 ml = …… buah
3. CARA KERJA
a. Pipet 10 ml contoh susu yang telah dikocok ke dalam tabung reaksi
steril bertutup ulir
b. Tambahkan 1 ml larutan biru metilen tiosianat dan dihangatkan sampai
suhu 360C
c. Balikkan tabung reaksi perlahan-lahan sebanyak 3 kali untuk
mencampur biru metilen tiosianat dengan susu
d. Tempatkan tabung reaksi tersebut di dalam penangas air 360C dengan
segera dan catat waktu dimulainya percobaan
e. Setelah 5 menit, balikkan tabung reaksi sekali lagi untuk mencampur zat
warna. Setelah itu tabung tidak boleh dibalikkan lagi atau diaduk
f. Amati perubahan warna setiap 30 menit (7 kali pengamatan)
g. Catat MBRT (Methylene Blue Reduction Test) yaitu waktu dimana 4/5
bagian contoh susu di dalam tabung setelah berubah warnanya menjadi
putih
h. Tentukan mutu susu berdasarkan klasifikasi sebagai berikut :
Kelas 1 : Sangat Baik, tidak berubah warnanya setelah 8 jam
Kelas 2 : Baik, berubah warnanya dalam waktu 6 jam sampai kurang
dari 8 jam
Kelas 3 : Sedang, berubah warnanya dalam waktu 2 jam sampai
kurang dari 6 jam
Kelas 4 : Buruk, berubah warnanya dalam waktu 2 jam setelah
dimulai uji
4. DIAGRAM ALIR
Buatlah diagram alir uji biru metilen terhadap susu segar dan susu mastitis!
5. PENGAMATAN
PEMBAHASAN
KESIMPULAN
PERTANYAAN
1. Mengapa metode breed tidak dapat dilakukan terhadap susu yang telah
mengalami pasteurisasi?
2. Sebutkan kelebihan dan kelemahan metode breed dan uji biru metilen?
PRE-LAB
1. Mengapa produk-produk karbohidrat (misalnya gula, tepung) dan produk
berkadar gula tinggi (selai, sirup) sering terkontaminasi oleh mikroba?
PENDAHULUAN
Gula dan tepung sering mengandung bakteri termofilik (bakteri yang tumbuh
pada suhu 40-600C atau lebih). Selain itu kapang dan khamir juga sering
menyebabkan kerusakan pada produk berkadar gula tinggi. Bacillus dan Clostridium
(tergolong bakteri pembentuk spora) merupakan bakteri termofilik penyebab kerusakan
makanan. Spora-spora termofilik yang sering mengkontaminasi produk-produk
karbohidrat dan produk berkadar gula tinggi diantaranya penyebab kebusukan spesifik,
yaitu :
a. Spora penyebab kebusukan asam tanpa gas (flat sour), misalnya Bacillus
coagulans (tumbuh pada produk makanan asam pH kurang dari 4.5).
Sedangkan yang tumbuh pada produk berasam rendah (pH 4.0-4.5) adalah
B.stearothermopillus.
b. Spora bakteri anaerobik penyebab kebusukan sulfida (sulfide spoilage),
yaitu memproduksi H2S, misalnya Clostridium nigrificans dan yang bersifat
anaerobik fakultatif, misalnya B. betanigrificans.
c. Spora bakteri anaerobik yang tidak memproduksi H2S (thermopillus
anaerobik spoilage), misalnya :
- C. botulinum dan C. thermosaccharolyticum : bersifat thermofilik
- C. sporogenes : bersifat mesofilik
Kontaminasi bakteri thermofilik pada produk-produk karbohidrat dapat
menimbulkan masalah terutama jika produk tersebut digunakan untuk bahan dasar
pengolahan makanan kaleng.
TUJUAN
Untuk mengetahui cara pengujian pada produk sumber karbohidrat dan produk
berkadar gula tinggi
CARA KERJA
1. Persiapan Bahan atau Sampel
a. Dibuat pengenceran 1:10 untuk sampel tepung (10 g tepung
ditambahkan larutan pengencer steril/aqua destilata hingga 100 ml)
b. Dibuat pengenceran 1 : 5 untuk sampel gula (20 g gula dilarutkan dalam
air steril sampai volume 100 ml)
c. Untuk larutan tepung, dikocok selama 2 menit
d. Untuk larutan gula, dimasukkan ke dalam penangas dan dibiarkan
selama 8 menit. Setelah pemanasan gula selesai, ditambahkan larutan
pengencer steril sampai batas 100 ml untuk menggantikan kehilangan
air yang terjadi selama pengukusan
2. Uji Spora Penyebab Busuk Asam
Bahan Tepung
P.S. Supervisor Jaminan Mutu Pangan
Sekolah Vokasi IPB 34
Penuntun Praktikum Analisis Mutu Mikrobiologi Pangan
Bahan Gula
a. Dipipet sebanyak 2 ml larutan gula ke dalam 5 cawan petri steril
b. Dituangkan DTBPA cair ke dalam masing-masing cawan petri dan
diratakan
c. Setelah membeku, cawan diinkubasi pada suhu 550C selama 2-3 hari
dengan posisi ke atas
d. Dihitung koloni yang tumbuh dan dikelilingi oleh areal berwarna kuning
e. Jumlah spora penyebab busuk asam per 10 ml sampel dihitung seperti
pada perhitungan untuk tepung
Keterangan :
n = 2.5 (untuk sampel gula)
n = 5.0 (untuk sampel tepung)
DIAGRAM ALIR
HASIL PENGAMATAN
PEMBAHASAN
KESIMPULAN
PERTANYAAN
1. Sebutkan dan jelaskan sumber-sumber kontaminasi bakteri termofilik pada
tepung dan gula!
2. Jelaskan tujuan pengukusan contoh pada analisa/uji bakteri termofilik pada
tepung dan gula!
PRE-LAB
1. Menurut kalian, apakah cara pengujian untuk makanan kaleng normal dan
makanan kaleng rusak berbeda? Jelaskan alasan anda!
PENDAHULUAN
Dalam pengolahan makanan kaleng terdapat dua prinsip utama pengawetan, yaitu
pengawetan dengan suhu tinggi dan penyimpanan anaerobik di dalam wadah
tertutup. Makanan kaleng dapat mengalami kerusakan atau kebusukan selama
transport atau penyimpanan. Kerusakan makanan kaleng terdiri dari 3 macam,
yakni (1) kerusakan fisik, (2) kerusakan kimia, dan (3) kerusakan mikrobiologis.
1. Kerusakan Fisik Makanan Kaleng
Kerusakan fisik yang terjadi pada makanan pada umumnya tidak
membahayakan konsumen, meskipun pada akhirnya produk mungkin
menjadi tidak dapat dikonsumsi karena penampakannya yang tidak baik.
Kerusakan secara fisik misalnya kaleng berkarat dan penyok karena
benturan keras.
2. Kerusakan Kimia Makanan Kaleng
Kerusakan ini dapat berupa kerusakan zat-zat gizi atau nutrient, atau
penggunaan wadah kaleng yang tidak sesuai sehingga terjadi reaksi kimia
antara kaleng dengan makanan di dalamnya. Kerusakan kimia yang terjadi
misalnya kerusakan kembung hydrogen (hydrogen swells), pembentukan
warna hitam (black stains), pemudaran warna (discoloration) atau karena
terjadinya reaksi antara kaleng dengan senyawa lain yang bersifat korosif
sehingga menyebabkan pengkaratan.
3. Kerusakan Mikrobiologis Makanan Kaleng
Kerusakan mikrobiologi makanan kaleng dapat dibedakan atas dua
kelompok, yaitu (1) tidak terbentuk gas, dan (2) terbentuk gas. Salah satu
contoh kerusakan makanan kaleng yang disebabkan oleh mikroba yang
tidak membentuk gas misalnya kerusakan “flat sour” (busuk asam tanpa
gas), di mana kaleng terlihat normal (flat), namun produk di dalamnya
TUJUAN
1. Mengetahui dan membedakan jenis kerusakan makanan kaleng
2. Melakukan analisa mikrobiologi makanan kaleng (yang normal dan yang
rusak), baik untuk makanan yang berasam rendah maupun yang berasam
tinggi
BAHAN DAN ALAT
1. Bahan
Satu makanan kaleng yang terlihat normal
Satu makanan kaleng yang rusak (kembung atau bocor)
2. Media
DTBPA (Dextrose Tryptone Brom Cresol Purple Agar) cair = …… ml
CARA KERJA
1. Pemeriksaan Luar Kaleng
1. Dicatat keterangan-keterangan penting yang terdapat pada label sampel
makanan kaleng, seperti : nama produk, merek, isi kaleng/komposisi
produk, tanggal pembuatan, tanggal kadaluarsa, nama dan alamat
pabrik, ukuran kaleng dan sebagainya
2. Dilepas label sampel makanan kaleng dan diberi tanda (spidol)
3. Diamati adanya kerusakan pada bagian luar kaleng, meliputi : penyok
karena benturan, adanya bagian kaleng yang berkarat, kembung (flipper,
springer, soft swells atau hard swells), penutupan yang tidak baik/tidak
rapat atau kebocoran, sambungan tepi kaleng lepas dan sebagainya
2. Persiapan Uji Mikrobiologi Makanan Kaleng
a. Dibersihkan bagian luar kaleng dari kontaminasi sebelum dilakukan uji
mikrobiologi dengan sabun dan dibilas air (jangan dilakukan terhadap
kaleng yang bocor/berlubang)
b. Dilalukan bagian bawah kaleng di atas api dengan cara memutar-mutar
sehingga panasnya merata
DIAGRAM ALIR
HASIL PENGAMATAN
UJI Kaleng Normal Kaleng Rusak
1. Keterangan label :
- Nama produk
- Merek
- Isi kaleng
- Tanggal pembuatan
- Tanggal kadaluarsa
- Nama pabrik
- Ukuran kaleng
2. Penampakan luar
3. Litmus Milk :
- 300C
- 550C
4. Nutrient Broth (kualitatif) :
- 300C
- 550C
5. Thioglycollate Medium (kualitatif) :
- 300C
- 550C
6. DTPBA (Unit koloni/ml) :
- 300C
- 550C
7. Sulfite Agar (Unit koloni/ml) :
- 300C
- 550C
8. Pewarnaan Gram
PEMBAHASAN
KESIMPULAN
PERTANYAAN
1. Jelaskan mengapa makanan kaleng yang dari luar terlihat rusak tetapi setelah
dilakukan pengujian mikrobiologi menunjukkan bahwa isi kaleng tersebut
tetap steril!
2. Sebutkan keuntungan dan kerugian pengawetan makanan dengan
pengalengan dibandingkan dengan cara pengawetan lainnya.
PRE-LAB
1. Sebutkan jenis komponen bioaktif yang terdapat pada bahan berikut ini :
kencur, cengkeh, lada, pekak, sirih, pandan, bunga pala biji dan daun
kemangi!
PENDAHULUAN
Bumbu dan rempah telah lama digunakan dalam berbagai masakan di
Indonesia. Adanya komponen bioaktif yang terkandung dalam bumbu/rempah
berpeluang untuk menghambat beberapa jenis mikroba. Untuk menguji kekuatan
berbagai macam bumbu/rempah dalam menghambat pertumbuhan mikroba dapat
digunakan metode cakram kertas saring (Filter paper disc method). Pada kertas
cakram dibasahi dengan berbagai ekstrak rempah (konsentrasi tertentu), kemudian
diletakkan pada lempengan agar yang telah diinokulasi mikroba. Cara pengerjaan ini
sama dengan pengujian antibiotika. Lempengan agar kemudian diinkubasikan selama
48 jam. Bila bumbu/rempah tersebut menghambat pertumbuhan mikroba, maka akan
terlihat zona jernih di sekeliling kertas cakram, dinamakan juga zona hambat. Luas
daerah terang ini menjadi ukuran kekuatan daya kerja dari berbagai macam
bumbu/rempah.
TUJUAN
1. Mempelajari sifat dan efektivitas beberapa jenis bumbu/rempah
2. Mempelajari penerapan metode cakram kertas saring untuk mengevaluasi
aktivitas dan efektivitas beberapa jenis bumbu/rempah
PERLAKUAN
a. Jenis bumbu/rempah :
kencur cabe biji pala daun pandan adas manis
ketumbar lengkuas salam cengkeh lada putih
bawang merah pekak seledri angkak wijen
bawang putih kunyit sereh daun jeruk jinten
kayu manis bunga pala oregano lada hitam dll
jahe kemangi rosella daun bawang
b. Jenis mikroba
Grup 1 Grup 2 Grup 3 Grup 4 Grup 5 Grup 6
Bacillus subtilis Escherichia coli Staphylococcus Bacillus Pseudomonas Alcaligenes
aureus cereus
CARA KERJA
1. Inokulasikan masing-masing 0.1 ml suspensi kultur ke dalam cawan petri
steril
2. Tuang NA cair ke dalam cawan petri steril tersebut, homogenkan dan
biarkan memadat
3. Celupkan masing-masing kertas saring ke dalam ekstrak bumbu/rempah,
tiriskan dan letakkan setiap kertas saring tersebut pada permukaan media
NA
4. Untuk setiap cawan letakkan 4 kertas saring yang mengandung ekstrak
bumbu/rempah dan 1 kertas saring kontrol, yaitu yang dicelupkan pada air
steril
5. Inkubasikan pada suhu 37°C selama 2 hari
6. Amati penghambatan pertumbuhan mikroba dan ukur zona penghambatan
yang terbentuk yang ditandai dengan tidak terdapatnya pertumbuhan
mikroba di sekeliling kertas cakram
DIAGRAM ALIR
Buatlah diagram alir uji antimikroba komponen bioaktif asal bumbu/rempah dengan
metode cakram kertas saring!
Keterangan:
1 = B. subtilis 4 = B. cereus
2 = E. coli 5 = Pseudomonas
3 = S. aureus 6 = Alcaligenes
PEMBAHASAN
KESIMPULAN
PERTANYAAN
1. Jelaskan apa yang dimaksud dengan komponen bioaktif!
PRE-LAB
1. Sebutkan jenis komponen bioaktif yang terdapat pada bahan berikut ini :
lengkuas, jahe, bawang merah, bawang putih, angkak, daun salam dan
kayu manis.
PENDAHULUAN
Untuk menguji kekuatan berbagai macam bumbu/rempah dalam menghambat
pertumbuhan mikroba dapat juga digunakan metode difusi sumur (well difussion
methode). Pada metode ini secara aseptik dibuat lubang pada media agar cawan yang
telah diinokulasi mikroba uji. Ke dalam lubang sumur dimasukkan sejumlah ekstrak
bumbu/rempah dengan konsentrasi tertentu dan diinkubasikan selama 48 jam. Bila
ekstrak bumbu/rempah tersebut dapat menghambat pertumbuhan mikroba, maka akan
terlihat zona jernih di sekeliling lubang sumur, dinamakan juga zona hambat. Luas
daerah terang ini menjadi ukuran kekuatan daya kerja dari berbagai bumbu/rempah.
TUJUAN
1. Mempelajari sifat dan efektivitas beberapa jenis bumbu/rempah
2. Mempelajari penerapan metode difusi sumur untuk mengevaluasi aktivitas dan
efektivitas beberapa jenis bumbu/rempah
PERLAKUAN
a. Jenis bumbu/rempah :
kencur cabe biji pala daun pandan adas manis
ketumbar lengkuas salam cengkeh lada putih
bawang merah pekak seledri angkak wijen
bawang putih kunyit sereh daun jeruk jinten
kayu manis bunga pala oregano lada hitam dll
jahe kemangi rosella daun bawang
b. Jenis mikroba
Grup 1 Grup 2 Grup 3 Grup 4 Grup 5 Grup 6
Bacillus subtilis Escherichia coli Staphylococcus Bacillus Pseudomonas Alcaligenes
aureus cereus
CARA KERJA
1. Buatlah suspensi kultur murni pada larutan pengencer (2-3 ose kultur murni
dalam agar miring dimasukkan ke dalam 10 ml larutan pengencer)
2. Buatlah pengenceran kultur murni hingga pengenceran 10-1
3. Ambillah 0,1 ml suspensi kultur yang telah diencerkan dan dimasukkan ke
dalam cawan petri steril
4. Tuang NA cair ke dalam cawan petri steril yang telah berisi suspensi kultur,
goyangkan sejenak cawan petri tersebut dan biarkan memadat
5. Buatlah 5 lubang sumur pada permukaan agar NA dengan menggunakan alat
pembuat lubang, beri kode lubang 1 sampai dengan lubang 5
6. Ambil 10 µl ekstrak bumbu/rempah (2 jenis @ 2 konsentrasi) dan masukkan
masing-masing ke dalam 4 lubang tersebut. Sebagai kontrol, ambil 10 µl air
steril dan masukkan ke dalam lubang 5
7. Inkubasikan pada suhu 37°C selama 2 hari
8. Amati penghambatan pertumbuhan mikroba yang terjadi dan ukur zona
penghambatan yang terbentuk yang ditandai dengan tidak terdapatnya
pertumbuhan mikroba di sekeliling lubang dengan menggunakan mikrometer
sekrup
DIAGRAM ALIR
Buatlah diagram alir uji antimikroba komponen bioaktif asal bumbu dan rempah
dengan metode difusi sumur!
Keterangan:
1 = B. subtilis 4 = B. cereus
2 = E. coli 5 = Pseudomonas
3 = S. aureus 6 = Alcaligenes
PEMBAHASAN
KESIMPULAN
PRE-LAB
1. Sebutkan jenis komponen bioaktif yang terdapat pada bahan berikut ini :
sereh, cabe, ketumbar, daun jeruk, oregano, seledri, bunga rosella, jinten,
adas manis dan kucai (daun/umbi).
PENDAHULUAN
Untuk menguji kekuatan berbagai macam bumbu/rempah dalam menghambat
pertumbuhan mikroba dapat juga digunakan metode gores. Ke dalam cawan petri steril
dimasukkan sejumlah ekstrak bumbu/rempah dan ditambahkan media NA atau PCA.
Setelah media membeku, bakteri yang akan diujikan digoreskan pada permukaan agar
kemudian diinkubasikan selama 48 jam, pengamatan dilakukan secara kualitatif.
Terhambatnya pertumbuhan bakteri pada cawan menunjukkan adanya aktivitas
antimikroba dari bumbu/rempah.
TUJUAN
1. Mempelajari sifat dan efektivitas beberapa jenis bumbu/rempah
2. Mempelajari penerapan metode gores untuk mengevaluasi aktivitas dan
efektivitas beberapa jenis bumbu/rempah
PERLAKUAN
a. Jenis bumbu/rempah :
kencur cabe biji pala daun pandan adas manis
b. Jenis mikroba
Grup 1 Grup 2 Grup 3 Grup 4 Grup 5 Grup 6
Bacillus subtilis Escherichia coli Staphylococcus Bacillus Pseudomonas Alcaligenes
aureus cereus
CARA KERJA
1. Buatlah suspensi kultur murni pada larutan pengencer (2-3 ose kultur murni
dalam agar miring dimasukkan ke dalam 10 ml larutan pengencer)
4. Setelah NA padat, baliklah cawan petri dan beri tanda (spidol permanen),
bagi
menjadi 2 bagian
5. Goreskan secara langsung biakan mikroba pada kedua bagian media
6. Inkubasikan pada suhu 37°C selama 2 hari
7. Amati ada tidaknya pertumbuhan mikroba (+/-)
DIAGRAM ALIR
Buatlah diagram alir uji antimikroba komponen bioaktif asal bumbu dan rempah
dengan metode gores!
Keterangan:
1 = B. subtilis 4 = B. cereus
2 = E. coli 5 = Pseudomonas
3 = S. aureus 6 = Alcaligenes
PEMBAHASAN
KESIMPULAN
PRE-LAB
1. Sebutkan sifat-sifat fisiologis dari bakteri koliform!
3. Apa jenis media yang dapat digunakan untuk metode MPN? Berilah
contohnya!
PENDAHULUAN
Koliform termasuk salah satu bakteri indikator sanitasi selain Streptococcus
faecalis dan Clostridium perfringens. Adanya koliform di dalam makanan atau
minuman menunjukkan kemungkinan adanya mikroorganisme yang bersifat
enteropatogenik dan atau enterotoksigenik yang berbahaya bagi kesehatan.
Escherichia coli (koliform fekal) merupakan bakteri yang berasal dari kotoran hewan
maupun manusia. Sedangkan Enterobacter aerogenes (koliform nonfekal) ditemukan
pada hewan atau tanaman-tanaman yang telah mati.
Uji koliform secara lengkap terdiri dari 3 tahap, yaitu uji penduga, uji penguat
dan uji pelengkap. Untuk mengetahui jenis koliform di dalam contoh (uji identifikasi
koliform) dilakukan uji IMViC. Uji IMViC merupakan bagian dari uji pelengkap.
Uji penduga merupakan uji spesifik untuk menentukan bakteri koliform. Pada
uji ini akan dilihat kemampuan koliform dalam menggunakan laktosa sebagai sumber
karbon. Untuk contoh bahan pangan (makanan/minuman) digunakan media BGLBB
(Brilliant Green Lactose Bile Broth). BGLBB dapat menghambat pertumbuhan Gram
positif dan memacu bakteri Gram negatif seperti koliform. Adanya gas dalam tabung
durham merupakan uji penduga kehadiran koliform dalam contoh dan jumlah bakteri
dapat diduga dengan metode MPN.
TUJUAN
Mengetahui cara pengujian bakteri koliform secara lengkap dan untuk menentukan
ada/tidaknya bakteri koliform dalam contoh minuman
PERLAKUAN
Jenis sampel yang dianalisis :
Kelompok Contoh
I Es jeruk
II Es campur
III Susu segar
IV Es buah
V Es kelapa
VI Es doger
CARA KERJA
Uji Penduga
a. Terhadap contoh minuman dilakukan uji koliform menggunakan 3 seri tabung
-1 -4
pada tingkat pengenceran 10 sampai 10
-1
b. Untuk membuat pengenceran 10 , maka diambil contoh sebanyak 10 ml
dimasukkan ke dalam 90 ml larutan pengencer steril, selanjutnya dilakukan
pengenceran desimal
c. Dipipet 1 ml dari setiap pengenceran dan masing-masing dimasukkan ke
dalam 3 tabung berisi media BGLBB
d. Semua tabung diinkubasikan pada suhu 37°C selama 2 hari
e. Dihitung jumlah tabung positif yang ditandai dengan adanya pembentukan
gas pada tabung Durham (minimal terdapat gas ± 10% volume tabung)
f. Hasil pengamatan dicocokkan dengan tabel MPN 3 seri, dihitung dan
dinyatakan dalam MPN koliform penduga/100 ml contoh
Uji Penguat
a. Dipilih tabung positif dari uji penduga, diambil 1-2 ose dan digoreskan pada
cawan EMBA
b. Cawan diinkubasikan pada suhu 37°C selama 2 hari
c. Diamati adanya bakteri koliform fekal yang berbentuk koloni berwarna gelap
dengan sinar hijau metalik berdiameter sekitar 0.5-1.5 mm dan koloni bakteri
koliform non fekal yang membentuk koloni warna merah muda berdiameter
1.0-3.0 mm dengan bintik hitam/gelap di bagian tengahnya seperti mata ikan
Uji Pelengkap
a. Inokulasikan satu koloni yang terpisah dari EMBA ke dalam media LB dan
gores juga pada media NA miring
b. Inkubasikan semua tabung pada suhu 37°C selama 1-2 hari
c. Diamati adanya pembentukan gas pada tabung Durham (minimal terdapat
gas ± 10% volume tabung)
d. Lakukan pewarnaan gram dari kultur NA miring
Identifikasi Koliform
a. Dipilih satu koloni fekal dan satu koloni non fekal
b. Masing-masing koloni disuspensikan ke dalam 2 ml larutan pengencer
c. Sebanyak 0.5 ml suspensi bakteri tersebut diinokulasikan masing-masing ke
dalam 1 tabung berisi 10 medium Tryptone Broth, 2 tabung berisi 10 ml
medium MRVP dan 1 tabung berisi medium Koser Sitrat
d. Sebagai kontrol, diinokulasikan juga kultur murni E. coli ke dalam ketiga
macam media tersebut (Tryptone Broth, MRVP dan Koser Sitrat)
e. Semua tabung diinkubasi pada suhu 37°C selama 2 hari, kecuali 1 tabung
MR-VP diinkubasi selama 5 hari
f. Selanjutnya dilakukan uji IMViC dengan menambahkan pereaksi sebagai
berikut :
Tabel 4. Hasil uji IMVIC untuk Identifikasi E.coli dan Enterobacter aerogenes
Kontrol Indole Methyl Red Voges Proskauer Citrat
Escherica. coli + + - -
Enterobacter
- - + +
aerogenes
DIAGRAM ALIR
Buatlah diagram alir uji koliform: uji penduga, uji penguat, uji pelengkap dan identifikasi
koliform!
HASIL PENGAMATAN
UJI PENDUGA
Pengenceran Kombinasi
Contoh -1 -2 -3 -4 MPN count/100 ml
Terpilih
10 10 10 10
Es jeruk
Es campur
Susu segar
Es buah
Es kelapa
Es doger
UJI PENGUAT
UJI PELENGKAP
Contoh LB (+) atau (-) Pewarnaan Gram
Es jeruk
Es campur
Susu segar
Es buah
Es kelapa
Es doger
UJI IMVIC
IMVIC
Contoh Jenis Koliform
Indol Merah Voges Sitrat
Metil Proskauer
Es jeruk
Es campur
Susu segar
Es buah
Es kelapa
Es doger
Kontrol
PERHITUNGAN
PEMBAHASAN
KESIMPULAN
PERTANYAAN
1. Apakah yang dimaksud dengan koliform fekal dan koliform non fekal?
2. Mengapa untuk contoh minuman (es campur, susu dan sebagainya)
digunakan BGLBB?
3. Apakah yang dimaksud dengan bakteri enteropatogenik?
DAFTAR PUSTAKA
Mitchell, R. (ed). 1992. Environmental Microbiology. New York : John Wiley and
Sons, Inc
Waluyo, L. 2008. Teknik dan Metode Dasar dalam Mikrobiologi. UMM Press.
Malang
LAMPIRAN
Istilah Pengertian
Aerob Organisme yang memerlukan oksigen. Bandingkan dengan anaerob
Aflatoksin Toksin yang dihasilkan oleh beberapa galur cendawan Aspergillus
flavus : suatu karsinogen
Agar-agar Suatu ekstrak polisakarida kering dari ganggang merah
(Rhodophyceae) digunakan sebagai bahan pemadat dalam medium
mikrobiologis. Biasanya disebut agar
Anaerob Suatu organisme yang tumbuh tanpa oksigen molekular. Bandingkan
dengan aerob
Anaerob Suatu bakteri yang tumbuh dalam keadaan aerobik atau anaerobik
fakultatif
Antibiotik Suatu substansi yang dihasilkan mikroorganisme, yang dalam jumlah
amat sedikit menunjukkan kegiatan antimikroba
Antiseptik Bekerja melawan sepsis, putrefaksi, atau pembusukan dengan cara
mencegah atau mengehentikan pertumbuhan mikroorganisme
Asepsis Suatu kondisi tidak adanya mikroorganisme yang berbahaya. Kata
sifat: aseptic
Autoklaf Suatu alat yang menggunakan uap bertekanan untuk sterilisasi
Bahan sanitasi Suatu bahan yang mengurangi flora mikroorganisme di dalam bahan
atau benda seperti peralatan makan sampai suatu taraf yang dinilai
aman oleh para petugas kesehatan masyarakat
Bakteri Gram- Bakteri yang tampak merah setelah mengalami pewarnaan gram
negatif
Bakteri Gram- Bakteri yang tampak biru atau ungu setelah mengalami pewarnaan
positif gram
Bakteriostasis Penghambatan pertumbuhan dan reproduksi bakteri tanpa
mematikan mereka
Bakterisida Suatu zat yang menghancurkan bakteri
Biakan Suatu populasi mikroorganisme yang dibiakkan dalam medium
Biakan murni Suatu biakan yang mengandung hanya satu spesies organisme
Biakan stok Spesies-spesies mikroorganisme yang telah dikenal yang dipelihara
di dalam laboratorium untuk berbagai pengujian dan penelaahan
Daya pisah Kemampuan peralatan optik yang secara kuantitatif dapat diukur
untuk menghasilkan bayangan-bayangan terpisah yang berasal dari
titik-titik berbeda yang terletak berdekatan pada suatu benda
Dekstran Suatu polisakaride (polimer glukose) yang dihasilkan oleh suatu
kisaran luas mikroorganisme, kadang-kadang dalam jumlah besar
Denaturasi Modifikasi, melalui kerja fisik atau kimiawi, struktur bahan organik,
terutama protein, untuk mengubah beberapa sifat substansi tersebut,
seperti misalnya daya larut
Desinfektan Suatu bahan yang membebaskan benda dari infeksi dengan cara
mematikan sel vegetatif suatu mikroorganisme
Eksoenzim Suatu enzim yang diekskresikan oleh mikroorganisme ke dalam
lingkungan. Juga disebut enzim ekstraselular
Endospora Spora berdinding tebal yang terbentuk di dalam sel bakteri
Endotoksin Suatu toksin yang dihasilkan di dalam mikroorganisme dan hanya
dibebaskan bila organisme tersebut hancur
Enterik Berkenaan dengan usus
Enteropatogen Suatu organisme yang menyebabkan penyakit usus
Enterotoksin Suatu toksin yang spesifik bagi sel-sel usus. Toksin ini menimbulkan
gejala peracunan makanan
Istilah Pengertian
Fermentasi Oksidasi anaerobik senyawa-senyawa oleh kerja enzim
mikroorganisme, gas oksigen, tidak terlibat di dalam proses yang
membangkitkan energi ini. Penerima elektronnya ialah senyawa
organik
Fluoresens Dipancarkannya cahaya dengan panjang gelombang yang lebih
(pendarfluor) panjang oleh suatu substansi yang telah menyerap radiasi dari suatu
sumber cahaya berpanjang gelombang lebih pendek
Fungisida Suatu bahan yang mematikan atau menghancurkan fungi
Gastroenteritis Peradangan selaput lendir perut dan usus
Gerak Brown Gerak menari-nari yang khas yang dipertunjukkan oleh partikel-
partikel halus dan bakteri dalam suspensi, disebabkan pukulan
bertubi-tubi oleh molekul-molekul fluida
Germisida Suatu bahan yang mampu mematikan kuman, biasanya
mikroorganisme patogenik
Halofil Suatu mikroorganisme yang pertumbuhannya dipercepat oleh atau
bergantung kepada konsentrasi garam yang tinggi
Inkubasi Dalam mikrobiologi, dikenakannya kondisi (terutama suhu) yang baik
bagi pertumbuhan terhadap biakan-biakan mikroorganisme
Inokulasi Dimasukkannya suatu mikroorganisme atau substansi secara buatan
ke dalam tubuh atau ke dalam medium biakan
Inokulum Substansi yang mengandung mikroorganisme atau bahan lain yang
dimasukkan pada proses inokulasi
In situ Pada lokasi asli atau alamiah
In vitro Secara harfiah, ”dalam gelas”. Berkenaan dengan percobaan biologis
yang dilakukan di dalam tabung reaksi atau wadah-wadah laboratoris
lainnya. Bandingkan dengan in vivo
In vivo Di dalam organisme hidup; berkenaan dengan pengujian laboratoris
bahan di dalam organisme hidup. Bandingkan dengan in vitro
Kapang Suatu cendawan yang dicirikan oleh struktur seperti benang
Kapsul Suatu sampul atau lapisan lendir yang mengelilingi dinding sel jasad-
jasad renik tertentu
Khamir Sejenis cendawan yang uni selular dan tidak dicirikan oleh adanya
miselium khas
Koloni Pertumbuhan mikroorganisme pada medium biakan padat yang
secara makroskopis kasat mata (dapat dilihat dengan mata kecil)
Kontaminasi Masuknya organisme yang tidak dikehendaki ke dalam beberapa
bahan atau benda
Larutan Substansi di dalam fluida yang cenderung untuk menahan perubahan
penyangga pH bila ada penambahan asam atau basa
(buffer)
Liofilisasi Pengawetan spesimen biologis dengan cara pembekuan cepat dan
pengeringan cepat di dalam keadan vakum yang tinggi
Litmus Suatu ekstrak tanaman yang digunakan sebagai indikator bagi pH
dan oksidasi atau reduksi
Mikotoksin Suatu zat beracun yang dihasilkan oleh cendawan
Mikroaerofil Mikroorganisme yang tumbuh paling baik bila ada sejumlah kecil
oksigen atmosferik
Mikroskopi Mikroskopi yang mikroorganismenya diwarnai dengan suatu zat
fluoresens warna yang berpendar dan diamati dengan iluminasi cahaya
ultraviolet
Pasteurisasi Proses pemanasan makanan cair atau minuman pada suhu
terkendali untuk meningkatkan kualitas penyimpanan dan
memusnahkan mikroorganisme yang berbahaya
Patogen Organisme yang mampu menyebabkan penyakit
Istilah Pengertian
Pengenceran Pengenceran suatu spesimen dengan beberapa tahapan berturut-
serial turut. Jadi, pengenceran 1:100 diperoleh dengan cara
menggabungkan satu bagian dari pengenceran 1:10 (satu bagian
spesimen ditambah sembilan bagian pengencer, seperti misalnya air
steril) dengan sembilan bagian pengencer
Permeabilitas Batas yang memungkinkan berbagai macam molekul lewat melalui
membran selular
Pewarnaan Suatu prosedur yang menggunakan sederetan larutan pewarna atau
diferensial reagen pewarnaan untuk menampakkan perbedaan-perbedaan di
dalam sel-sel mikroba
Pewarnaan Suatu pewarnaan diferensial yang mengelompokkan bakteri menjadi
Gram gram positif dan gram negatif bergantung kepada kemampuan
bakteri yang bersangkutan untuk menahan pewarna primer (ungu
kristal) ketika megalami perlakuan dengan bahan pemucat
Pewarnaan Diwarnainya bakteri atau organisme lain dengan cara menggunakan
sederhana satu larutan pewarna tunggal pada suatu lapisan tipis terfiksasi atau
olesan
Salmonelosis Suatu infeksi oleh Salmonella spp. yang menyerang saluran
pencernaan
Sterilisasi Proses untuk membuat keadaan menjadi steril; mematikan semua
bentuk kehidupan
Sterilisasi Sterilisasi bahan dengan cara memanaskan sampai 100oC selama
fraksinal tiga hari berturut-turut diselingi dengan periode inkubasi di antaranya
Teknik aseptik Cara-cara pencegahan untuk mencegah kontaminasi
Terapeutik Berkenaan dengan pengobatan atau penyembuhan suatu penyakit
Termodurik Mampu bertahan bila dikenai suhu tinggi
Uji IMViC Sekelompok uji yang digunakan untuk membedakan Escherichia coli
dari Enterobacter aerogenes
Viabilitas Kemampuan untuk hidup, tumbuh, dan berkembang
Waktu Selang waktu yang diperlukan bagi sebuah sel untuk membelah diri
generasi
B. Gram Negatif
1. glukosa difermentasi
a. nitrat direduksi....................................................................... Neisseria mucosa
b. nitrat tidak...............................................................................................N. sicca
2. glukosa tidak difermentasi................................................................ .N. flavescens
B. Gram negatif
1. glukosa tidak difermentasi
a. oksidase positif, glukosa dioksidasi
(1) koagulasi, peptonisasi dan reduksi Litmus Milk....Pseudomonas aeruginosa
(2) membasakan Litmus Milk........................................................P. fluorescens
b. oksidase negatif
(1) menghidrolisis gelatin
(a) koloni berwarna putih................................................ Alcaligenes faecalis
(b) koloni berwarna kuning........................................................A. paradoxus
(2) tidak menghidrolisis gelatin...................................................A. aquamarinus
2. glukosa difermentasi, oksidase negatif
a. asam dan gas dari laktosa
(1) menggunakan sitrat
(a) M-R negatif, V-P positif........................................Enterobacter aerogenes
(b) M-R positif, V-P negatif.............................................. Citrobacter freundii
(2) tidak menggunakan sitrat.................................................... .Escherichia coli
b. tidak memfermentasi laktosa
(1) pigmen merah dihasilkan pada suhu 25°C.....................Serratia marcescens
(2) tidak ada pigmen merah
(a) menghasilkan indol
a.1. menghasilkan H2S..................................................... Proteus vulgaris
a.2. tidak menghasilkan H2S.................................... .Morganella morganii
(b) tidak menghasilkan indol..........................................................P. mirabilis
Perubahan warna
Kode indikator
Keterangan
uji
dari menjadi
GLU Asam dari glukosa merah kuning
GAS Gas hasil fermentasi glukosa terperangkap dan
menyebabkan pemisahan lapisan
LYS Lysine decarboxylase kuning ungu
ORN Ornithine decarboxylase kuning ungu
H2S Ion besi bereaksi dengan ion sulfida membentuk
endapan hitam
IND Untuk mendeteksi indol, pereaksi Kovacs Beige merah
ditambahkan ke dalam H2S/IND compartment
LAC Fermentasi laktosa merah kuning
ARAB Fermentasi arabinosa merah kuning
SORB Fermentasi sorbitol merah kuning
V-P Media Voges-Proskaueur untuk mendeteksi asetoin Beige merah
PA Asam piruvat yang dihasilkan dari fenilalanin setelah
deaminasi bergabung dengan garam besi membentuk
endapan hitam
UREA Amonia merubah pH medium kuning pink
CIT Asam sitrat digunakan sebagai sumber karbon hijau biru