Anda di halaman 1dari 8

Rabu, 29 Januari 2014 - 12:32:41 WIB

Teknologi Pembuatan Kompos Jerami Padi


Diposting oleh : Administrator
Kategori: Informasi - Dibaca: 6978 kali
Share on facebook Share on twitter Share on google Share on favorites More Sharing
Services 0

Sehabis panen padi, biasanya sebagian besar petani membakar jeraminya di lahan
sawah karena jerami dianggap mengganggu dalam pengolahan lahan terutama jika
menggunakan traktor. Sebagian petani ada juga yang meletakkan jeraminya diatas pematang-
pematang, yang apabila sering turun hujan maka tanah pada pematang tersebut malah
tanahnya menjadi terbis karena tergerus air hujan. Petani tidak menyadari bahwa dengan
pembakaran jerami, akan terjadi kehilangan bahan organik pada lahannya, yang jika
dilakukan pada setiap musim tanam maka kandungan bahan organik tanah sawah tersebut
menjadi semakin berkurang. Disamping itu, pembakaran jerami juga menghasilkan asap dan
CO2 yang kurang baik bagi kesehatan.

Di dalam jerami terdapat beberapa unsur hara yang berguna untuk tanaman seperti
Nitrogen dan Kalium. Dengan membakar jerami berarti sama saja dengan membakar uang
karena jerami yang dibakar tersebut sebenarnya dapat membantu menggantikan pupuk KCl
sebanyak 1 sak (50 kg). Berapa rupiah yang dibakar petani karena ketidaktahuannya? Dengan
mengembalikan jerami padi ke lahan sawah, petani tidak perlu lagi memberikan pupuk KCl.
Dengan demikian akan menghemat biaya produksi.

Selain dikembalikan langsung ke lahan sawah,. jerami padi dapat juga dijadikan
sebagai bahan baku pembuatan pupuk organik (kompos). Jika petani menganggap jerami
menyulitkan dalam pengolahan menggunakan traktor maka lebih baik dibuat kompos saja.
Untuk membuat kompos yang berkualitas, diperlukan decomposer yang sesuai dengan tujuan
pemberian kompos. Jika menginginkan kompos untuk menyuburkan tanah sekaligus
mengendalikan hama penyakit, khususnya penyakit yang disebabkan oleh jamur, maka dapat
digunakan decomposer Trichoderma.

Cara pembuatan kompos jerami dengan menggunakan dekomposer Trichoderma adalah


sebagai berikut:
Bahan yang diperlukan :

jerami padi segar 1 m3 (1 m x 1 m X 1m), Urea 2 kg, SP-36 1 kg, Kapur 1 kg, pupuk kandang
20 kg dan starter trichoderma 0,5 kg.

Cara Pembuatan:

1. Jerami segar direndam selama 1 malam. Perendaman ini bertujuan agar jerami tetap
lembab.
2. Bahan aktif (Urea, SP-36, kapur, pupuk kandang, starter trichoderma) dicampur dan
diaduk sampai rata dan dibagi atas 4 bagian.
3. Jerami ditumpuk 1 m3 dibagi atas 4 lapisan
4. Pada lapisan jerami pertama (1/4 bagian jerami) ditaburkan bahan aktif ¼ bagian dan
dipercikkan air untuk menjaga kelembabannya.
5. Setelah itu, tumpukkan kembali lapisan jerami kedua (1/4 bagian jerami) dan taburkan
kembali bahan aktifnya ¼ bagian. Demikian seterusnya hingga jerami habis. Tinggi
tumpukan jerami sebaiknya kurang dari 1,5 m agar memudahkan dalam
pembalikannya
6. Tutup tumpukan dengan plastik agar terlindung dari hujan dan panas, atau dapat
diletakkan ditempat yang terlindung
7. Lakukan pembalikkan tumpukan jerami setiap minggu
8. Kelembaban tumpukan jerami dijaga agar kadar airnya 60 – 80 % dengan cara
menyiram/memercikkan air (kalau diremas jeraminya maka air tidak menetes)
9. Kompos siap digunakan setelah 3 – 4 minggu.

Ciri-ciri Kompos yang sudah siap digunakan:

1. Berwarna coklat gelap sampai hitam, remah/gembur


2. Bersuhu dingin
3. Tidak berbau atau berbau daun lapuk
Mutu atau kualitas kompos

Kualitas kompos sangat tergantung kepada teknis pembuatan di lapangan. Untuk itu beberapa
hal harus diperhatikan:

1. Starter/biang trichoderma yang digunakan harus yang berkualitas baik. Trichoderma


bisa diperoleh dari laboratorium BPTP/BPTPH/Dinas Pertanian/Perguruan tinggi atau
di kios saprodi .
2. Pembalikan kompos dilakukan tiap minggu karena mikro-organisme pengurai jerami
yaitu trichoderma perlu aerasi atau penghawaan agar dapat bekerja secara optimal
3. Selain itu trichoderma juga memerlukan kelembaban yang tinggi untuk
mengomposkan jerami.

Kandungan Beberapa Unsur Hara untuk 1 Ton Kompos Jerami Padi

Dari 1 ton jerami padi dapat diperoleh ½ ton sampai 2/3 ton kompos. Dengan demikian jika
kita ingin membuat 1 ton kompos, maka bahan baku jerami yang disiapkan sekitar 1,5-2 ton
jerami. Kandungan beberapa unsur hara untuk 1 ton kompos jerami padi adalah : unsur
makro Nitrogen (N) 2,11 %, Fosfor (P2O5) 0,64%, Kalium (K2O) 7,7%, Kalsium (Ca)
4,2%, serta unsur mikro Magnesium (Mg) 0,5%, Cu 20 ppm, Mn 684 ppm dan Zn 144 ppm.

Sumber : Ir. Sri Suryani M.R., M.Agr (DPW PERHIPTANI Provinsi Bengkulu)
Membuat Pupuk Organik Jerami di Sawah!

Prinsip Bertani untung adalah penghematan biaya produksi, jika hemat biaya produksi

tetap - untung, jika produksi naik - semakin untung.

Dengan selalu menggunakan teknologi ramah lingkungan dan berkelanjutan.

Semoga Para Sahabat Petani sudi memahami dan menghayati prinsip ini.

Salam lestari

Merugi..! Membakar Jerami di Sawah!

Jika jerami tidak diberikan untuk pakan ternak, dan atau dijual, janganlah dibakar! Dibanding

keuntungannya, membakar jerami di sawah mempunyai kerugian dan dampak negatif bagi

lahan dan ekosistem.

Pembakaran jerami, disadari atau tidak merugikan petani karena:

1. menimbulkan pencemaran udara serta berakibat pd penipisan lapisan ozon pelindung bumi

2. mengurangi ketersediaan bahan organik dalam tanah

3. mempercepat proses tanah/lahan menjadi kritis/tandus/sakit/tidak subur

3. pemakaian pupuk menjadi boros

3. membunuh mikroba tanah yg menguntungkan yg berada dilapisan olah tanah/top soil

4. menghilangkan potensi unsur hara makro & mikro yang bisa dipasok melalui jerami (N, P,

K, Si dll)
Potensi panen jerami adalah 1,4 kali dari hasil panen padi (Kim & Dale - 2004),

sehingga jika panen padi 8 ton gabah akan diperoleh jerami sebanyak 11,2 ton jika setahun

panen padi dua kali potensi jerami ada 22,4 ton, jika selama 10 tahun, 2.240 ton jerami,

wow, fantastis!

Kandungan unsur hara jerami (belum dikomposting) di Indonesia rerata adalah berkisar N

0.4%; P 0.02%; K 1,4%; dan Si 5,6% dan unsur hara lainnya.

Hasil analisis laboratorium terhadap kompos jerami (jerami yang sudah dikomposting) yang

dibuat dengan menggunakan berbagai bioactivator berbeda-beda nilai haranya. Hal ini

tergantung dari jenis mikroba yang digunakan, komposisi bahan, cara dan perlakuan saat

pembuatannya. Namun demikian umumnya perbedaan tersebut tidak terlalu signifikan. Data

berikut adalah salah satu dari hasil analisis kompos jerami dengan penggunaan bioactivator

"PROMI" dari Balai Penelitian Bioteknologi Perkebunan Indonesia, dari mas Isroi.

- Rasio C/N: 21; C-Organik: 35,11%; Nitrogen (N): 1,86%; Fosfor (P2O5): 0,21%; Kalium

(K2O): 5,35%; Kalsium (Ca): 4,2%; Magnesium (Mg): 0,5%; Tembaga (Cu): 20 ppm;

Mangan (Mn): 684 ppm; Zing (Zn): 144 ppm.

dari hasil analisis tersebut jika terdapat satu ton pupuk jerami/kompos jerami padi maka akan

memiliki kandungan hara setara dengan kurang lebih 41,3kg urea, 5,8 kg SP36, dan 89,17kg

KCl.

Membuat Kompos Jerami/Pupuk Organik Jerami

Berikut kiat mengomposkan jerami di lahan sawah petani dalam waktu 2-3 minggu tanpa

proses penutupan "Terpal/plastik" dan tanpa "pembalikan":

1. siapkan activator "ragi kompos", buat larutan activator dalam ember.

2. kumpulkan jerami padi di pinggir lahan atau tengah lahan (mana yang paling mudah),

tumpuk setinggi 10-15cm, padatkan dgn cara diinjak2, siram dengan larutan bio-activator
sampai basah/lembab. Ulangi langkah tersebut sampai bahan jerami habis.

3. ukuran petakan dari tumpukan jerami panjang dan lebarnya bebas, namun tinggi tumpukan

HARUS diusahakan minimum 80cm (agar diperoleh energi panas untuk proses deomposisi).

4. Bagian atas tumpukan jerami ditutup dengan tanah dari lahan tsb (seperti plesteran semen).

Tipis saja tidak perlu tebal-tebal selain sebagai pemberat agar tumpukan tidak kabur tertiup

angin, juga mampu mempertahankan kelembaban tumpukan tetap stabil. Keliling tumpukan

tidak perlu diplester. Pertimbangan lain jika ditutup dengan terpal (takutnya terpalnya

hilang!)

5. Amati proses pengomposan 5 hari sekali, SELALU USAHAKAN agar kondisi tumpukan

LEMBAB, jika agak kering siram/percikan dengan air biasa secukupnya.

Jika kelembaban terjaga maka dalam waktu 2 minggu tinggi tumpukan akan menyusut 50%

(separonya), dan jerami telah menjadi kompos dgn ciri coklat kehitaman, lunak, siap

disebarkan merata ke lahan.

Kiat ini telah kami berikan pada teman-teman petani di wilayah DIY, Jateng. salam

Perlu diketahui dari pengalaman di lapangan bahwa proses pembuatan jerami dari bahan

sebanyak 1 ton ternyata hanya menghasilkan 500-600 kg (terjadi penyusutan sekitar 40-50%).

Pupuk organik/kompos jerami meskipun mengandung unsur hara lengkap (makro & mikro)

namun memang ketersediaannya relatif kecil, meskipun demikian hal yg lebih penting dari

penyediaan pupuk organik/kompos jerami adalah peranannya dalam menghasilkan asam-

asam organik yang dihasilkan dari aktivitas mikroba pengurai. Oleh karena itu alangkah

baiknya untuk terus menganjurkan memberikan bahan organik (matang) ke lahan oleh para

petani, karena sebetulnya jika kandungan bahan organik pada lahan bisa 5% tanah sudah

hidup dan subur.


Beberapa Kendala-kendala

Budihardjo Soegiarto: Saya pernah tanya ke petani di jalur pantura Jabar, kenapa mereka

sering membakar jerami koq ga dikembalikan ke sawah. Jawabannya mereka mengejar waktu

tanam, kalo jerami dikembalikan ke sawah nanti ngolah tanahnya berat karena jeraminya

belum hancur waktu pembajakan akan dimulai. Di jalur pantura ini ada pembagian waktu

pengairan sehingga jadwalnya cukup ketat, kalo kita telat ya bisa pada masa akhir akan

kekeringan. Di sini juga budaya ternak tidak seperti di Jawa Tengah belum banyak, sehingga

jerami ga laku kalo dijual untuk pakan. Kalo dibakar, mereka cepet ngolah tanah mengejar

waktu tanam tetapi masih bisa mengembalikan unsur K ke tanaman. Jadi rasanya ga semua

petani yaang bakar jerami ga ngerti pentingnya pengembalian jerami ke sawah, adakah

teknologi pengomposan yang sangat cepat yang bisa menggugaah petani untuk

mengembalikan jeraminya ke sawah. Teknologi pengomposan yang didemonstrasikan ke

petani memang bisa mempercepat pengomposan tetapi masih relatif lama kalo mau mengejar

waktu tanam. Kalo setelah padi padi kemudian tanam kedelai,mereka menutup lobang

kedelai dengan abu jerami tersebut katanya untuk mempertahankan kelembaban tanah agar

benih tumbuh baik, kenyataanya benih yang ditutup abu jerami itu tumbuhnya lebih baik.

sekedar informasi yang saya dapat yang mungkin bisa menambah wawsan kita

Yang diajarkan ke petani selain ditutup terpal juga mesti dibalik balik Mas, jadi kalo skalnya

untuk jerami satu hektar mereka merasa repot membalikknya bahkan ada yg ngajari jerinya di

cacah, komentar petaninya kapan nyacahnya, dah tolong dibuat komposnya nanti tak beli aja

komposnya, eh yang ngaajarin/demo ga menimpali

“ kita memang harus memahami posisi petani yang karena telah dirasuki "budaya instan"

membuat para petani selesai panen tergopoh-gopoh untuk segera mengolah lahannya untuk

ditanami kembali. Beberapa kasus malah menjelang panen para petani sudah membuat
persemaian padi, sehingga lahan memang tidak ada kesempatan untuk istirahat. Peluang

membuat kompos dari bahan jerami untuk saat ini memang mensyaratkan agar ada jeda

lahan (masa istirahat) selama minimum 3-4 minggu. Jika alokasi waktu istirahat sangat

pendek misal 1-2 minggu, nyaris sangat sulit untuk mengajak petani mengomposkan jerami

pada lahan, meskipun dengan teknik sederhana, tidak perlu menggunakan metode

"penutupan dan pembalikan bahan"

Sumber: http://tanonmandiritaniorganik.blogspot.com

Anda mungkin juga menyukai