Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH

HIDROPONIK DAN GREEN HOUSE

Disusun dalam rangka memenuhi tugas Mata Kuliah Ilmu Pengetahuan Laboratorium IPA
dengan Dosen Pengampu Samsul Bahri, S.Si, M.Pd
Disusun Oleh Kelompok 1:

1. Antonius Hardianto (E862020001)


2. Jalius Eferdi (E862020004)
3. Ivan Wahyui (E862020003)
4. Ilmelda Ria Ananda (E862020002)
Prodi : PGSD
Semester : II ( Dua )

LEMBAGA LAYANAN PENDIDIKAN WILAYAH XI KALIMANTAN SEKOLAH


TINGGI KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN (STKIP) MELAWI KAMPUS
WILAYAH PERBATASAN ENTIKONG
2021
KATA PENGANTAR

Dengan mengucapkan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa. Berkat rahmat dan
karruniannya -Nya kami dapat menyelesaikan makalah tepat pada waktunya.
Makalah ini disusun sehubungan dengan tugas mata kuliah Ilmu Pengetahuan Laboratorium
IPA dengan Bapak Samsul Bahri S.Si, M.Pd selaku dosen pengampu. Makalah ini
membahas hidroponik dan green house. Kami menyadari dalam penyusunan
makalah ini terdapat kekurangan. Oleh karena itu, kritik dan saran dari semua pihak
sangat membantu.kami berharap makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca.

Entikong, 14 Oktober 2021

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................................................... i

DAFTAR ISI.............................................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN ......................................................................................................... 1

1.1 LATAR BELAKANG................................................................................................. 1

1.2 TUJUAN ..................................................................................................................... 2

1.3 RUMUSAN MASALAH ............................................................................................ 2

1.4 MANFAAT ................................................................................................................. 2

BAB II KAJIAN PUSTAKA ................................................................................................... 3

BAB III PEMBAHASAN ........................................................................................................ 4

3.1 Hidroponik ............................................................................................................... 4

3.3 Beberapa Faktor Penting yang Harus Diperhatikan ................................................ 8

3.4 Green House ............................................................................................................ 8

3.5 Jenis Green House ................................................................................................. 12

3.6 Tipe Green House .................................................................................................. 13

BAB IV PENUTUP ................................................................................................................ 14

4.1. KESIMPULAN ......................................................................................................... 14

4.2. SARAN ..................................................................................................................... 14

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................................. 15

ii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG


Dunia sudah semakin canggih dengan teknologo-teknologi yang sangat membantu
manusia dalam beraktivitas, bahkan dari segi pemenuhan pangan. Namun, hal yang masih
selaras dengan perkembangan teknologi yaitu perkembangan jumlah kelahiran manusia,
sehilngga semakin berkurangnya lahan untuk pemenuhan dalam segi penanaman bahan
pangan, melainkan lahan sudah banyak diperuntukkan lahan pemukiman, dan bahkan
juga yang kita lihat deasa ini, yaitu pembukaan lahan untuk menanam tanaman yang
bukan bahan pangan pokok, melainkan hanya untuk memperkaya diri.
Bagaimana kita sebagai manusia yang masih ingin memenuhi kebutuhan pangan
menghadapi lahan tanam yang semakin berkurang?
Zaman yang serba modern ini bertanam tak lagi harus menggunakan tanah. Berbagai
metode bercocok tanam bisa digunakan bagi yang ingin menekuninya. Salah satunya
adalah bertanam secara hidroponik. Hidroponik sendiri adalah suatu cara bertanam tanpa
media tanah. Ketika dihadapkan pada masalah yang di hadapi di dunia berkaitan dengan
produksi pangan, berkebun dengan sistem hidroponik (hydroponic system) menawarkan
solusi yang menjanjikan. Di negara-negara miskin di mana tanah atau iklim tidak ramah
terhadap pertanian, hidroponik menawarkan cara untuk menumbuhkan tanaman pangan
dengan mudah. Juga, di daerah dimana tanah telah kehilangan nutrisi atau tanah subur
sulit didapat, hidroponik dapat menjadi alternatif ideal untuk bercocok tanam.
Green house atau yang dikenal dengan rumah kaca saat ini bukanlah barang baru bagi
pelaku agribisnis, terutama agribisnis hortikultura seperti sayuran dan tanaman hias.
Meskipun demikian, hal itu tidak menjamin bahwa semua petani Indonesia mengerti dan
mengetahui tentang green house ini. Jangankan tahu manfaatnya, bahkan mungkin
melihatnya saja belum pernah. Berdasarkan pertimbangan tersebut, dalam bahasan ini
akan diulas gambaran umum mengenai apa sebenarnya dan manfaat dari green house
sebagai penunjang agribisnis kita.
Dunia pertanian di Indonesia telah menjadi salah satu penghasil komoditas unggulan
baik untuk konsumsi dalam negeri maupun luar negeri. Hal ini menyebabkan semakin
banyaknya teknologi budidaya pertanian untuk terus dikembangkan. Salah satu teknologi
yang banyak digunakan adalah teknologi rumah kaca (Greenhouse).

1
Greenhouse untuk daerah tropis sangat memungkinkan dan mempunyai banyak
keuntungan dalam produksi dan budidaya tanaman. Produksi dapat dilakukan sepanjang
tahun, dimana produksi dalam lahan yang terbuka tidak memungkinkan karena adanya
hujan yang sering dan angin yang kencang. Struktur greenhouse di daerah tropis sering
menggunakan sisinya untuk melindungi dan mengontrol suhu dengan menggunakan
ventilasi alamiah maupun terkontrol dengan dilapisi jala (screens) yang mampu
mengurangi serangan serangga dan hama.

1.2 TUJUAN
1. Agar siswa mengetahui awal mula teknik budidaya hidroponik.
2. Agar siswa mengetahui pengertian hidroponik serta penjelasan mengenai hidroponik.
3. Agar siswa mengetahui macam-macam teknik budiadaya hidroponik.
4. Agar siswa mengetahui factor-faktor yang perlu diperhatikan dalam teknik budidaya
hidroponik.
5. Dapat mengetahui jenis-jenis green house
6. Dapat mengetahui tipe-tipe green house
1.3 RUMUSAN MASALAH
1. Bagaimana kilas balik awal mula Teknik Budidaya Hidroponik?
2. Apa pengertian hidroponik serta bagaimana penjelasannya?
3. Apa sajakah Teknik Hidroponik yang ada?
4. Apa saja jenis-jenis dari pembuatan green house?
5. Apa saja tipe-tipe dari pembutan green house?
1.4 MANFAAT
1. Agar mahasiswa bisa memahami Budidaya Hidroponik
2. Memberikan Pemahaman Mahasiswa Terhadap Penerapan Hidroponik Dan Green
House
3. Agar Mahasiswa Dapat Mengetahui Teknik Dan Tipe-Tipe Hidroponik Dan
Green House

2
BAB II
KAJIAN PUSTAKA

2.1. HIDROPONIK merupakan metode bercocok tanam tanpa tanah. Bukan hanya dengan
air sebagai media pertumbuhannya, seperti makna leksikal dari kata hidro yang berarti air,
tapi juga dapat menggunakan media-media tanam selain tanah seperti kerikil, pasir, sabut
kelapa, zat silikat, pecahan batu karang atau batu bata, potongan kayu, dan busa.
Mungkin, bagi sebagian besar orang tidak akan percaya di antara ratusan tomat yang
dimakan tidak tumbuh di atas tanah melainkan di air. Seperti percobaan yang yang
dilakukan salah satu bapak hidroponik, Dr.W.F.Gericke dari Universitas California pada
tahun 1930-an. Latar belakang Gericke meneliti sistem hidroponik ini, karena ia melihat
luas tanah di sekelilingnya terasa semakin menciut untuk ditumbuhi berbagai tanaman.
Menurut Nicholls (1986), semua ini dimungkinkan dengan adanya hubungan yang
baik antara tanaman dengan tempat pertumbuhannya. Elemen dasar yang dibutuhkan
tanaman sebenarnya bukanlah tanah, tapi cadangan makanan serta air yang terkandung
dalam tanah yang terserap akar dan juga dukungan yang diberikan tanah dan
pertumbuhan. Dengan mengetahui ini semua, di mana akar tanaman yang tumbuh di atas
tanah menyerap air dan zat-zat vital dari dalam tanah, yang berarti tanpa tanah pun, suatu
tanaman dapat tumbuh asalkan diberikan cukup air dan garam-garam zat makanan.
2.2. Green house atau yang dikenal dengan rumah kaca saat ini bukanlah barang baru bagi
pelaku agribisnis, terutama agribisnis hortikultura seperti sayuran dan tanaman hias.
Meskipun demikian, hal itu tidak menjamin bahwa semua petani Indonesia mengerti dan
mengetahui tentang green house ini. Jangankan tahu manfaatnya, bahkan mungkin
melihatnya saja belum pernah. Berdasarkan pertimbangan tersebut, dalam bahasan ini
akan diulas gambaran umum mengenai apa sebenarnya dan manfaat dari green house
sebagai penunjang agribisnis kita.

3
BAB III
PEMBAHASAN

3.1 Hidroponik
HIDROPONIK merupakan metode bercocok tanam tanpa tanah. Bukan hanya
dengan air sebagai media pertumbuhannya, seperti makna leksikal dari kata hidro
yang berarti air, tapi juga dapat menggunakan media-media tanam selain tanah
seperti kerikil, pasir, sabut kelapa, zat silikat, pecahan batu karang atau batu bata,
potongan kayu, dan busa.
Mungkin, bagi sebagian besar orang tidak akan percaya di antara ratusan tomat
yang dimakan tidak tumbuh di atas tanah melainkan di air. Seperti percobaan yang
yang dilakukan salah satu bapak hidroponik, Dr.W.F.Gericke dari Universitas
California pada tahun 1930-an. Latar belakang Gericke meneliti sistem hidroponik
ini, karena ia melihat luas tanah di sekelilingnya terasa semakin menciut untuk
ditumbuhi berbagai tanaman
Hasil penelitiannya yang mudah dan praktis ini pun cepat diketahui se-antero
Amerika. Bahkan tentara-tentara Amerika yang dinas di pulau-pulau gersang dan
terisolasi pun ikut menumbuhkan tanaman sayuran di ruang tertentu dengan
menggunakan sistem hidroponik. Begitu pula di Jepang, yang didirikan segera
setelah Perang Dunia II berakhir untuk persediaan makanan bagi tentara
pendudukan Amerika.
Sejak saat itu, banyak dibuat unit hidroponik yang berskala besar di Meksiko,
Puerto Rico, Hawaii, Israel, Jepang, India, dan Eropa. Dan lebih kompleks lagi,
hidroponik dijadikan sebagai bisnis besar dan diselenggarakan projek riset
terhadapnya, juga banyak berdiri perusahaan-perusahaan yang menaruh perhatian
pada bidang bercocok tanam paling logis di bumi dengan penduduk yang terus
bertambah.
Menurut Nicholls (1986), semua ini dimungkinkan dengan adanya hubungan
yang baik antara tanaman dengan tempat pertumbuhannya. Elemen dasar yang
dibutuhkan tanaman sebenarnya bukanlah tanah, tapi cadangan makanan serta air
yang terkandung dalam tanah yang terserap akar dan juga dukungan yang
diberikan tanah dan pertumbuhan. Dengan mengetahui ini semua, di mana akar
tanaman yang tumbuh di atas tanah menyerap air dan zat-zat vital dari dalam

4
tanah, yang berarti tanpa tanah pun, suatu tanaman dapat tumbuh asalkan
diberikan cukup air dan garam-garam zat makanan.
Manipulasi yang dapat dilakukan selain perlakuan di atas adalah pengontrolan.
Dengan perawatan rutin (sehari hanya memakan waktu maksimal 20 menit), kita
dapat menikmati bermacam buah-buahan, sayur-sayuran, dan rempah-rempah
tanaman obat.
Metode hidroponik “mengizinkan” orang-orang yang tinggal di rumah dengan
halaman yang sempit dan juga siswa yang bertempat di tempat kos untuk
menikmati buah dari tangan dingin di tempat sendiri. Karena, itu tadi, tidak perlu
tanah! Keuntungan yang diperoleh pun cukup berlimpah. Pada bidang tanah yang
sempit dapat ditumbuhi lebih banyak tanaman dari yang seharusnya. Lantas hasil
tanaman buah dapat menjadi lebih masak dengan cepat dan lebih besar. Air dan
pupuk dapat lebih awet karena dapat dipakai ulang. Nicholls (1986)
menambahkan pula, hidroponik memungkinkan kita untuk mengatur tanaman
lebih teliti dan menjamin hasil yang baik dan seragam.
Setelah ribuan tahun manusia menetap di muka bumi, dan seiring waktu yang
terus berjalan, dunia makin kecil dengan bertambahnya populasi bumi yang
melaju cepat. Tidak dapat dibayangkan jika Tuhan tidak memberi kita otak atau
akal. Apa yang akan terjadi dengan dunia? Tanah makin sedikit, banyak yang
dirombak untuk dibangun rumah-rumah masyarakat. Populasi tumbuhan pun
semakin berkurang.
Di sisi lain, sekarang sedang maraknya bioteknologi di berbagai bidang, salah
satunya bidang pertanian. Setelah melakukan berbagai penelitian, bioteknologi
merupakan satu jalan menuju kesejahteraan manusia mengingat lahan pertanian
Asia yang semakin kecil. Adapun tanaman-tanaman yang berhasil dimutasikan
gennya (transgenik) adalah kapas, jagung, buah-buahan yang memang menjadikan
kualitasnya lebih baik, tahan hama penyakit, dan hasilnya pun lebih banyak.
Namun bioteknologi tidak semulus kelihatannya, banyak pihak, terutama dari
perkumpulan lingkungan hidup semacam Greenpeace, percaya tanaman
transgenik justru akan mengembangkan virus penyakit yang lebih kebal.
Adanya bahaya hipotetik pada tanaman kapas, dan seperti yang dikatakan
Setyarini (2000), jagung transgenik akan dimakan hewan unggas. Dalam rantai
makanan, unggas tersebut akan dimakan manusia. Yang sangat dikhawatirkan

5
adalah dalam unggas tersebut terdapat genetically modified organism (GMO)
yang efeknya cukup riskan dalam tubuh manusia.
Masalah lainnya adalah potensinya dalam mengganggu keseimbangan lingkungan
antara lain serbuk sari jagung di alam dapat mengawini gulma-gulma liar,
sehingga menghasilkan gulma unggul yang sulit dibasmi.
Meskipun tanaman transgenik memiliki kehebatan yang menakjubkan,
berkualitas tinggi, kebal terhadap serangan hama hingga petani tidak perlu
menyemprot pestisida, serta meningkatkan swasembada pangan tanaman, dan
sebagainya, namun kita tetap harus mempertimbangkan kemungkinan besar lain,
yang tidak kalah penting hingga berpengaruh terhadap keseimbangan alam dan
kesehatan kita. Karena hal ini pun, sepertinya metode hidroponik merupakan
alternatif paling aman. Dan mungkin hidroponik ini tidak akan menarik jika
sistem tanah memiliki kualitas yang baik, konsisten, dan semua penanaman cukup
berinteraksi dengan tanah.
Tinggal dalam apartemen yang paling kecil sekalipun tidak menutup
kemungkinan kita dapat menanam bunga, buah, dan sayur-sayuran. Untuk
mencapainya dapat dilakukan dengan sistem hidroponik dalam pot yang kecil-
kecil. Intinya, saat ini bercocok tanam dengan hidroponik menjadi alternatif paling
realistis jika hidup di kota.
Jika kita sudah menaruh perhatian untuk menumbuhkan tanaman dengan
hidroponik, pengontrolan adalah hal yang penting dilakukan. Komposisi pupuk,
pemberian insektisida yang cukup (meskipun tak perlu yang manjur, karena hama
penyakit tanaman dari tanah tidak ada atau sedikit saja di media bukan tanah),
kesterilan media dan pengairan secara teratur harus disorot. Namun pada
hidroponik juga memiliki kelemahan, apalagi jika mengabaikan sistem
pengontrolan. Menanam di udara terbuka mendatangkan persoalan baru yaitu
kondisi cuaca yang selalu berubah.
3.2 Teknik Hidroponik
Terdapat dua teknik utama dalam cara bercocok tanam hidroponik. Yang
pertama menggunakan larutan dan satunya menggunakan media. Metode yang
menggunakan larutan tidak membutuhkan media keras untuk pertumbuhan akar,
hanya cukup dengan larutan mineral bernutrisi. Contoh cara dalam teknik larutan
yang umum dipakai adalah teknik larutan statis dan teknik larutan alir. Sedangkan
untuk teknik media adalah tergantung dari jenis media yang dipergunakan, bisa
6
berupa sabut kelapa, serat mineral, pasir, pecahan batu bata, serbuk kayu, dan lain-
lain sebagai pengganti media tanah.
Terlepas dari teknik yang diterapkan, kebanyakan tempat talangan
hidroponikterbuat dari plastik, tapi bahan lain juga bisa dipakai termasuk bak beton,
kaca, baja, kayu dan bahan solid lainnya. Tempat penampungan harus dijauhkan
daricahaya guna mencegah pertumbuhan lumur di dalam air bernutrisi yang telah
diisi.
Berikut uraian beberapa teknik hidroponik yang sering dipakai.
Teknik Larutan Statis
Teknik ini telah lama dikenal, yaitu sejak pertengahan abad ke-15 olehbangsa
Aztec. Dalam teknik ini, tanaman disemai pada media tertentu bisa berupaember
plastik, baskom, bak semen, atau tangki. Larutan biasanya dialirkansecara pelan-pelan
atau tidak perlu dialirkan. Jika tidak dialirkan, makaketinggian larutan dijaga serendah
mungkin sehingga akar tanaman berada di ataslarutan, dan dengan demikian tanaman
akan cukup memperoleh oksigen. Terdapatlubang untuk setiap tanaman.
Tempat bak bisa disesuaikan dengan pertumbuhantanaman. Bak yang tembus
pandang bisa ditutup dengan aluminium foil, kertaspembungkus makanan, plastik
hitam atau bahan lainnya untuk menghindari cahayasehingga dapat menghindari
tumbuhnya lumur di dalam bak. Untuk menghasilkangelembung oksigen dalam
larutan, bisa menggunakan pompa akuarium. Larutan bisadiganti secara teratur,
misalnya setiap minggu, atau apabila larutan turun dibawah ketinggian tertentu bisa
diisi kembali dengan air atau larutanbernurtrisi yang baru.
Teknik Larutan Alir
Ini adalah suatu cara bertanam hidroponik yang dilakukan dengan
mengalirkanterus menerus larutan nutrisi dari tangki besar melewati akar tanaman.
Teknikini lebih mudah untuk pengaturan karena suhu dan larutan bernutrisi
dapatdiatur dari tangki besar yang bisa dipakai untuk ribuan tanaman. Salah
satuteknik yang banyak dipakai dalam cara Teknik Larutan Alir ini adalah
tekniklapisan nutrisi (nutrient film technique) atau dikenal sebagai NFT, teknik
inimenggunakan parit buatan yang terbuat dari lempengan logam tipis anti karat,
dantanaman disemai di parit tersebut.
Di sekitar saluran parit tersebut dialirkanair mineral bernutrisi sehingga sekitar
tanaman akan terbentuk lapisan tipisyang dipakai sebagai makanan tanaman. Parit
dibuat dengan aliran air yangsangat tipis lapisannya sehingga cukup melewati akar
7
dan menimbulkan lapisannutrisi disekitar akar dan terdapat oksigen yang cukup untuk
tanaman.
Teknik Agregat Media
Teknik ini menggunakan media tanam berupa kerikil, pasir, arang sekam,
batubata, dan media lainnya yang disetrilkan terlebih dahulu sebelum
dipergunakanuntuk mencegah adanya bakteri di media. Pemberian nutrisi dilakukan
denganteknik mengairi media tersebut dengan pipa dari air larutan bernutrisi
yangditampung dalam tangki atau tong besar.
3.3 Beberapa Faktor Penting yang Harus Diperhatikan
Larutan Nutrisi, harus memperhatikan jumlah dan unsur pH yang sesuai.
UnsurpH berkisar 5,5 hingga 7,5. Larutan nutrisi ini mengandung konsentrasi N, P,
K,Ca, Mg, S, dalam jumlah yang besar, sedangkan unsur Fe, Mn, Zn, Cu, B, Mo,
danCl dalam jumlah yang kecil. Larutan hara dibuat dengan cara melarutkan garam-
garampupuk dalam air. Berbagai garam jenis pupuk dapat digunakan untuk larutan
hara,pilihan biasanya atas harga dan kelarutan garam pupuk tersebut.Media Tanam,
antara lain terdiri dari batu bata, pasir, kerikil, arangsekam, spons, batu apung, dll.
Air, harus diperhatikan kualitas air yang dipergunakan, tingkat salinitastidak melebihi
2500 ppm dan nilai EC tidak lebih dari 6,0 mmhos/cm. Air tidakboleh mengandung
terlalu banyak unsur logal berat.
Oksigen, memegang peranan penting dalam hidroponik. Kekurangan oksigen
akanmenyebabkan dinding sel sulit untuk ditembus, sehingga tanaman akan
kekuranganair. Dengan demikian tanaman akan cepat layu karena larutan tidak
mengandungoksigen. Pemberian oksigen ke dalam larutan dapat melalui gelembung
udaraseperti pompa air gelembung yang dipakai akuarium, penggantian larutan
nutrisisecara rutin, membersihkan atau mencabut akar tanaman yang terlalu panjang,
danmemberikan lubang ventilasi pada tempat penanaman.
3.4 Green House
Rumah kaca atau green house pada prinsipnya adalah sebuah bangunan yang terdiri
atau terbuat dari bahan kaca atau plastik yang sangat tebal dan menutup diseluruh
pemukaan bangunan, baik atap maupun dindingnya. Didalamnya dilengkapi juga
dengan peralatan pengatur temperature dan kelembaban udara serta distribusi air
maupun pupuk. Bangunan ini tergolong bangunan yang sangat langka dan mahal,
karena tidak semua tempat yang kita jumpai dapat ditemukan bangunan semacam ini.
Green house biasanya hanya dimiliki oleh Perguruan Tinggi atau lembaga pendidikan,
8
Balai Penelitian dan perusahaan yang bergerak dibidang bisnis perbenihan, bunga dan
fresh market hortikultura. Namun di negara-negara pertanian yang sudah maju seperti
USA, Australia, Jepang dan negara-negara Eropa sebagian besar tanaman
hortikulturanya ditanam di rumah kaca. Hal ini menunjukkan bahwa penggunaan
greenhouse di mancanegara sudah umum dilakukan. Bahkan mungkin sudah berpuluh
tahun sebelum negara kita mengadopsi tekhnologi tersebut.
Rumah kaca/green house yang digunakan di Indonesia sebagian besar digunakan
untuk penelitian percobaan budidaya, percobaan pemupukan, percobaan ketahanan
tanaman terhadap hama maupun penyakit, percobaan kultur jaringan, percobaan
persilangan atau pemuliaan, percobaan hidroponik dan percobaan penanaman tanaman
diluar musim oleh para mahasiswa , para peneliti, para pengusaha dan praktisi disemua
bidang pertanian.Green House sebagai Sarana Penunjang Agribisnis Hortikultura sangat
Mendukung Upaya Peningkatan Produksi dan Kontinyuitas Produk
Sebenarnya ide awal untuk pembuatan bangunan green house di Indonesia
dilatarbelakangi oleh kegiatan penelitian yang dilakukan lembaga penelitian maupun
dunia pendidikan. Kegiatan penelitian yang dimaksud disini adalah kegiatan mencari
jawaban atau mencari solusi / jalan keluar atau pemecahan terhadap suatu kasus.
Sebagai contoh, bila kita ingin mencari uji ketahanan tanaman terhadap serangan hama
dan penyakit tertentu. Adanya green house yang mampu menciptakan iklim yang bisa
membuat tanaman mampu berproduksi tanpa kenal musim ini ternyata juga mampu
menghindarkan dari serangan hama dan penyakit yang tidak diujikan. Selain itu dengan
adanya green house penyebaran hama dan penyakit yang diujicoba dapat dicegah.
Hal ini berbeda dengan percobaan yang dilakukan di luar green house dimana dalam
waktu yang sangat singkat hama dan penyakit dapat cepat menyebar luas karena
terbawa angin maupun serangga.
Secara umum green house dapat didefinisikan sebagai bangun kontruksi dengan atap
tembus cahaya yang berfungsi memanipulasi kondisi lingkungan agar tanaman di
dalamnya dapat berkembang optimal.
Manipulasi lingkungan ini dilakukan dalam dua hal, yaitu menghindari kondisi
lingkungan yang tidak dikehendaki dan memunculkan kondisi lingkungan yang
dikehendaki.
Kondisi lingkungan yang tidak dikehendaki antara lain :
1. Ekses radiasi sinar matahari seperti sinar ultra violet dan sinar infra merah.
2. Suhu udara dan kelembaban yang tidak sesuai.
9
3. Kekurangan dan kelebihan curah hujan.
4. Gangguan hama dan penyakit.
5. Tiupan angin yang terlalu kuat sehingga dapat merobohkan tanaman.
6. Tiupan angin dan serangga yang menyebabkan kontaminasi penyerbukan.
7. Ekses polutan akibat polusi udara.
Sementara kondisi lingkungan yang dikehendaki antara lain :
1. Kondisi cuaca yang mendukung rentang waktu tanam lebih panjang.
2. Mikroklimat seperti suhu, kelembaban dan intensitas cahaya sesuai dengan
kebutuhan pertumbuhan tanaman.
3. Suplai air dan pupuk dapat dilakukan secara berkala dan terukur.
4. Sanitasi lingkungan sehingga tidak kondusif bagi hama dan penyakit.
5. Kondisi nyaman bagi terlaksananya aktivitas produksi dan pengawasan mutu.
6. Bersih dari ekses lingkungan seperti polutan dan minimnya residu pestisida
7. Hilangnya gangguan fisik baik oleh angin maupun hewan.
Manfaat apa saja yang didapat jika menggunakan green house , hal ini dapat dijelaskan
sebagai berikut :
1. Pengaturan jadwal produksi.
Dunia pertanian kita masih demikian tergantungnya pada keadaan cuaca, bila
terjadi perubahan musim, apalagi bila tidak terprediksi akan menyebabkan sulitnya
menentukan jenis tanaman yang akan diproduksi. Jika musim hujan terlalu panjang
akan menyebabkan banyaknya penyakit termasuk pembusukan akar. Jika musim
terlalu kering akan menyebabkan tanaman kekurangan air, hama juga akan
menyerang yang dapat menimbulkan kerugian. Demikian pula pada saat tertentu
suatu komoditas sulit ditemui mengakibatkan harganya demikian tinggi, sementara
pada waktu lain kebanjiran produk menyebabkan harga anjlok, sehingga kerugian
segera tiba.
Untuk itu perlu sekali mengurangi ketergantungan pada lingkungan luar
menggantikan dengan mikroklimat yang diatur. Dengan demikian dapat dijadwalkan
produksi secara mandiri dan berkesinambungan. Sehingga konsumen tidak perlu
kehilangan komoditas yang dibutuhkan, juga kita tidak perlu membanjiri pasar
denganb jenis komoditas yang sama yang menyebabkan harga anjlok.
2. Meningkatkan hasil produksi
Pada luasan areal yang sama tingkat produksi budidaya di dalam green house lebih
tinggi dibandingkan di luar green house. Karena budidaya di dalam green house
10
kondisi lingkungan dan pemberian hara dikendalikan sesuai kebutuhan tanaman.
Gejala hilangnya hara yang biasa terjadi pada areal terbuka seperti pencucian dan
fiksasi, di dalam green house diminimalisir. Budidaya tanaman seperti ini dikenal
sebagai hidroponik.
Kondisi areal yang beratap dan lebih tertata menyebabkan pengawasan dapat lebih
intensif dilakukan. Bila terjadi gangguan terhadap tanaman baik karena hama,
penyakit ataupun gangguan fisiologis, dapat dengan segera diketahui untuk diatasi .
3. Meningkatkan kualitas produksi
Ekses radiasi matahari seperti sinar UV, kelebihan temperatur, air hujan, debu,
polutan dan residu pestisida akan mempengaruhi penampilan visual, ukuran dan
kebersihan hasil produksi.
Dengan kondisi lingkungan yang terlindungi dan pemberian nutrisi akurat dan tepat
waktu, maka hasil produksi tanaman akan berkwalitas. Pemasakan berlangsung lebih
serentak, sehingga pada saat panen diperoleh hasil yang lebih seragam, baik ukuran
maupun bentuk visual produk.
4. Meminimalisasi pestisida
Green house yang baik selain dirancang untuk memberikan kondisi mikroklimat
ideal bagi tanaman, juga memberikan perlindungan tanaman terhadap hama dan
penyakit. Perlindungan yang umum dilakukan adalah dengan memasang insect screen
pada dinding dan bukaan ventilasi di bagian atap. Insect screen yang baik tidak dapat
dilewati oleh hama seperti kutu daun.
Pada beberapa green house bagian pintu masuknya tidak berhubungan langsung
dengan lingkungan luar. Ada ruang kecil, semacam teras transisi yang dibuat untuk
menahan hama atau patogen yang terbawa oleh manusia. Pada lantai ruang ini juga
terdapat bak berisi cairan pencuci hama dan patogen. Untuk pintu dapat ditambahkan
lembaran PVC sheet.
5. Aset dan performance
Saat ini sangat biasa orang membangun green house dengan sistem knock down.
Dengan cara ini gren house bukanlah aset mati, manakala karena suatu hal ada
perubahan kebijakan, maka struktur green house tersebut dapat dipindahkan atau
mungkin dijual ke pihak lain yang memerlukan dengan harga yang proporsional.

11
Dengan adanya green house maka kesan usaha akan terlihat lebih modern dan padat
teknologi. Hal ini tentunya akan meningkatkan performance petani atau perusahaan
yang menggunakannya.
6. Sarana agrowisata
Green house banyak juga digunakan sebagai ruang koleksi berbagai jenis tanaman
bernilai tinggi. Di dalam green house pengunjung dapat melihat berbagai jenis
tanaman yang menarik, bahkan langka, sehingga dapat menjadi daya tarik. Ada yang
khusus mengkoleksi kaktus, anggrek atau berbagai jenis tanaman dengan suasana
dibuat seperti di alam bebas. Di Indonesia green house seperti ini banyak ditemukan
di berbagai kebun raya dan tempat agrowisata.
3.5 Jenis Green House
1) Green house bambu.
Green house jenis ini umumnya dipakai sebagai green house produksi. Green house
ini secara umum adalah jenis green house yang paling murah biaya pembuatannya dan
banyak dipakai oleh kalangan petani kita sebagai sarana produksi.
Namun kelemahan dari green house ini adalah umurnya yang relatif pendek dan
bahan materialnya dapat menjadi media timbulnya hama. Karena kekuatan struktur dan
juga masalah biaya, maka green house bambu atapnya terbatas menggunakan plastik
UV.
2) Green house kayu
Lebih baik dari green house bambu adalah gren house dengan material kayu, terutama
jenis kayu yang tahan air, seperti ulin dan bengkirai. Dibanding green house bambu
umur pakai green house kayu biasanya lebih panjang dan kondisi sanitasi lingkungan
lebih baik.
Beberapa jenis green house kayu, bagian dinding bawah dibuat dari pasangan bata
yang diplester. Jenis green house ini bahan atapnya sudah lebih bervariasi bisa plastik,
polykarbonat, PVC ataupun kaca.
3) Green house besi.
Dari segi umur pakai dan kwalitas, maka yang terbaik adalah green house yang
menggunakan struktur besi, terlebih besi yang telah di treatment “hot dipped galvanis”.
Struktur yang baik akan mengurangi frekuensi perawatan; sehingga tidak terjadi stagnan
kegiatan., walaupun pada keadaan tertentu perlu dilakukan sanitasi, tetapi sanitasi yang
terjadwal.
Dengan struktur yang kuat, maka
12
3.6 Tipe Green House
a. Tipe Tunnel
Tipe ini dari depan tampak seperti lorong setengah lingkaran. Kelebihannya
adalah memiliki struktur sangat kuat. Atapnya yang berbentuk melengkung
kebawah merupakan bentuk yang sangat ideal dalam menghadapi terpaan angin.
Sementara struktur busur dengan kedua kaki terpendam ketanah memegang
bangunan lebih kuat.
Kelemahan dari tipe ini adalah minimnya system ventilasi. Jika digunakan pada
daerah tropis dibutuhkan alat tambahan berupa exhaust fan atau cooling system
untuk mengalirkan dan menurunkan suhu udara di dalam green house.
b. Tipe Piggy back
Green house tipe ini banyak digunakan di daerah tropis, dapat dikatakan tipe ini
adalah tropical green house. Keunggulan tipe ini pada ventilasi udara yang sangat
baik. Banyak memiliki struktur bukaan, sehingga memberikan lingkungan
mikroklimat yang kondusif bagi pertrumbuhan tanaman.
Selain memiliki keunggulan, banyaknya struktur bukaan juga merupakan
kelemahan dari tipe ini. Pada daerah dengan tiupan angin yang kuat green house
tipe piggy back kurang disarankan. Karena dengan banyaknya struktur terbuka
menyebabkan struktur rentan terhadap terpaan angin. Selain itu dari segi biaya
dengan penggunaan material atap sama, greeen house type ini relatif lebih mahal
dibanding type lain karena penggunaan material struktur lebih banyak
c. Tipe Campuran ( Single span dan Multispan )
Desain tipe ini boleh dikatakan adalah campuran antara tipe tunnel dengan tipe
piggy back. Dari desainnya terlihat tampak, bahwa tipe ini seakan – akan paduan
(hybrid) antara tipe tunnel dengan tipe piggy back. Karena itu, maka tipe green
house ini memeliki kelebihan dari tipe tunnel dan tipe piggy back, yaitu strukturnya
kuat tetapi tetap memiliki ventilasi yang maksimal.
Kelebihan lain dari tipe ini adalah beberapa unit green house (Single Span)
dapat disatukan menjadi satu blok green house besar (Multispan) dimana hal ini
sulit dilakukan pada green house tipe tunnel.
Dibandingkan tipe piggy back, selain struktur lebih kuat biaya pembuatan tipe
campuran ini lebih hemat. Sehingga pada bidang kegiatan yang membutuhkan green
house luas, maka type multispan adalah type yang paling sesuai.

13
BAB IV
PENUTUP

4.1. KESIMPULAN
Hidroponik adalah suatu metode bercocok tanam tanpa menggunakan media tanah,
melainkan dengan menggunakan larutan mineral bernutrisi atau bahan lainnya yang
mengandung unsur hara seperti sabut kelapa, serat mineral, pasir, pecahan batubata,
serbuk kayu, dan lain-lain sebagai pengganti media tanah. Terdapat dua teknik utama
dalam cara bercocok tanam hidroponik. Yang pertama menggunakan larutan dan satunya
menggunakan media..
Green house merupakan suatu bangunan yang berkerangkah atau di bentuk
gelembung diselubungi bahan bening atau tembus cahaya yang dapat meneruskan cahaya
secara optimum untuk produksi atau melindungi tanaman dari kondisi iklim yang
merugikan bagi pertumbuhan tanaman.
Green house memiliki beberapa jenis yaitu Green house bambu umumnya dipakai
sebagai green house produksi. Green house ini secara umum adalah jenis green house
yang paling murah biaya pembuatannya dan banyak dipakai oleh kalangan petani kita
sebagai sarana produksi. Green house kayu Lebih baik dari green house bambu adalah
gren house dengan material kayu, terutama jenis kayu yang tahan air, seperti ulin dan
bengkirai. Dibanding green house bambu umur pakai green house kayu biasanya lebih
panjang dan kondisi sanitasi lingkungan lebih baik.
4.2. SARAN
. Kami menyarankan kepada pembaca, bahwa teknik budidaya secara hidroponik ini
sangat bagus jika diterapkan dalam penanaman tanaman, karena bisa kita lakukan
dimanapun.

14
DAFTAR PUSTAKA

Arifin, Budiman, S. 2010. Berkebun Stroberi Secara Komersial. Penebar Swadaya. Jakarta.
R. 2016. Bisnis Hidroponik Ala Roni Kebun Sayur. Agromedia Pustaka. Jakarta.

15

Anda mungkin juga menyukai