Anda di halaman 1dari 12

Peranan Komoditas Tanaman Pangan Unggulan terhadap

Kesempatan Kerja dan Pendapatan di Kabupaten Sukoharjo


(Analisis Input-Output)
The Role of Leading Food Crop Commodities toward Job Opportunities
and Income in Sukoharjo Regency
(Input-Output Analysis)
Tuminem1, Suprapti Supardi2, dan Minar Ferichani3
1
Program Pascasarjana Agribisnis Universitas Sebelas Maret
Jl. Ir. Sutami No. 36A, Surakarta, Indonesia
2
Program Studi Agribisnis Universitas Sebelas Maret
Jl. Ir. Sutami No. 36A, Surakarta, Indonesia
Email : tumi.ferryanto@gmail.com

Diterima : 5 September 2018 Revisi : 6 Oktober 2018 Disetujui : 12 Desember 2018


ABSTRAK
Subsektor tanaman pangan merupakan subsektor yang strategis. Selain menyerap tenaga kerja
terbesar dalam kegiatan produksi, subsektor tanaman pangan juga menghasilkan produk yang menjadi
bahan pangan pokok bagi sebagian besar masyarakat Indonesia. Penelitian ini bertujuan untuk
mengidentifikasi komoditas tanaman pangan unggulan dan menganalisis peranan komoditas tanaman
pangan unggulan tersebut terhadap kesempatan kerja dan pendapatan di Kabupaten Sukoharjo. Data
yang digunakan adalah data produksi komoditas tanaman pangan tahun 2011‒2015 Kabupaten Sukoharjo
dan Jawa Tengah serta data tabel input-output Kabupaten Sukoharjo tahun 2012 transaksi total atas
dasar harga produsen. Metode analisis menggunakan Location Quotient (LQ), Shift Share Analysis (SSA),
dan Input-Output (IO). Hasil penelitian menunjukkan bahwa padi, kedelai, dan kacang tanah merupakan
komoditas basis di Kabupaten Sukoharjo. Padi, jagung, dan kedelai tumbuh cepat tetapi hanya padi yang
memiliki daya saing sehingga menjadi komoditas unggulan di Kabupaten Sukoharjo. Berdasarkan analisis
angka pengganda, padi memiliki angka pengganda pendapatan tertinggi yaitu sebesar 0,0325 sedangkan
angka pengganda kesempatan kerja padi peringkat ketiga setelah jagung dan kacang-kacangan.
kata kunci: tanaman pangan, pengganda pendapatan, pengganda kesempatan kerja.

ABSTRACT
Food crop is a strategic sub-sector. Besides absorbing labor in production activities, food crops sub-sector
also produces staple food for most of the Indonesian people. This study aims to determine leading food
crop commodities and to analyze the role of it toward job opportunities and income in Sukoharjo Regency.
This study used the data on the production of food crops in 2011‒2015 Sukoharjo Regency and Central
Java Province and Input-Output Table of Total Transaction Based on Producer Price in Sukoharjo Regency
at 2012. The results showed that paddy, soybeans, and peanuts were the base commodities in Sukoharjo
Regency. Paddy, corn, and soybeans were growing fastly, but only paddy had competitiveness so that it
becomes a leading commodity in Sukoharjo Regency. Based on multiplier analysis, paddy has the highest
income multiplier compared to other food crop commodities, which is 0.0325, whereas the number of
employment multipliers ranked third after corn and beans.
keywords: food crop, employment multiplier, job opportunities multiplier

I. PENDAHULUAN ekonomi yang setinggi-tingginya tetapi juga


menghapuskan atau mengurangi tingkat
M enurut pandangan ekonomi pembangunan,
tujuan utama dari pembangunan ekonomi
bukan hanya meningkatkan pertumbuhan
kemiskinan, penanggulangan ketimpangan
pendapatan, dan penyediaan lapangan kerja

Peranan Komoditas Tanaman Pangan Unggulan terhadap Kesempatan Kerja dan Pendapatan di Kabupaten Sukoharjo (Analisis Input-Output) 203
Tuminem, Suprapti Supardi, dan Minar Ferichani
dalam konteks perekonomian yang terus dalam menentukan biaya hidup di Indonesia
berkembang (Nurman, 2015). Pembangunan sedemikian rupa, sehingga memungkinkan
pertanian menjadi salah satu bagian dari pangsa biaya tenaga kerja dalam struktur biaya
pembangunan ekonomi yang mempunyai produksi barang dan jasa tergolong terendah
tujuan tidak hanya mengejar tingkat produksi di dunia (Saragih, 2010). Dalam UU Nomor
pertanian yang tinggi tetapi juga meningkatkan 18 Tahun 2012 tentang Pangan, disebutkan
taraf hidup dan kesejahteraan petani serta bahwa penyelenggaraan pangan bertujuan
menyerap tenaga kerja. Meskipun kontribusi untuk meningkatkan kemampuan memproduksi
sektor pertanian di suatu negara mengalami pangan secara mandiri, menyediakan pangan
penurunan, sektor pertanian tetap mempunyai yang beraneka ragam, dan memenuhi
peran penting dalam menyediakan lapangan persyaratan keamanan, mutu, dan gizi bagi
kerja yang besar (Giap Tan, dkk., 2015). Rata- konsumsi masyarakat, mewujudkan tingkat
rata penduduk Indonesia yang bekerja di sektor kecukupan pangan, terutama pangan pokok
pertanian selama periode 2011‒2016 mencapai dengan harga yang wajar dan terjangkau sesuai
38,73 juta orang dan merupakan yang tertinggi dengan kebutuhan masyarakat. Selain itu juga
dibandingkan sektor lain seperti pada Gambar untuk mempermudah atau meningkatkan akses
1. pangan bagi masyarakat, terutama masyarakat
Gambar 1. Rata-rata Jumlah Penduduk 15 Tahun ke Atas yang Bekerja menurut Lapangan Pekerjaan
Utama di Indonesia, 2011‒2016

Sumber: BPS-RI, 2018 (diolah)

Berdasarkan Sensus Pertanian 2013, Tabel 1. Jumlah Petani Menurut Subsektor di


sektor pertanian yang menyerap tenaga kerja Indonesia
paling banyak di Indonesia adalah subsektor
tanaman pangan. Jumlah tenaga kerja
yang bekerja di sektor pertanian sebanyak
31.705.337 orang dan dari jumlah tersebut yang
bekerja di subsektor tanaman pangan adalah
sebanyak 20.399.139 orang (64,34 persen). Hal
ini menunjukkan pentingnya peranan subsektor
tanaman pangan dalam menyerap tenaga kerja.
Secara rinci pada Tabel 1.
Kegiatan ekonomi yang berbasis pada Sumber: Laporan Hasil Sensus Pertanian 2013, BPS
tanaman pangan merupakan kegiatan yang Ket : Satu orang petani dapat mengusahakan lebih
sangat penting (strategis) di Indonesia. Hal dari 1 subsektor usaha pertanian, sehingga
ini terjadi karena komoditas tanaman pangan secara keseluruhan di Sektor Pertanian bukan
menjadi bahan pangan pokok bagi sebagian merupakan penjumlahan petani dari masing-
besar masyarakat di Indonesia. Sebagai masing subsektor
bahan pangan pokok, produk tanaman rawan pangan dan gizi, meningkatkan nilai
pangan, dan hortikultura menjadi faktor utama tambah dan daya saing komoditas pangan

204 PANGAN, Vol. 27 No. 3 Desember 2018 : 203 – 214


di pasar dalam negeri dan luar negeri, Sulawesi Selatan menunjukkan bahwa usaha
meningkatkan pengetahuan dan kesadaran tani kedelai di tiga agroekosistem tersebut cukup
masyarakat tentang pangan yang aman, efisien dan keunggulan kompetitifnya cukup
bermutu, dan bergizi bagi konsumsi masyarakat. memadai sebagai substitusi impor (Sarwono
Tujuan penting lainnya juga meningkatkan dan Pratama, 2014). Pengembangan kedelai di
kesejahteraan bagi petani, nelayan, pembudi wilayah Afrika Sub Sahara yang didominasi oleh
daya ikan, dan pelaku usaha pangan, serta negara-negara miskin juga cukup menjanjikan
melindungi dan mengembangkan kekayaan (Khojely, dkk., 2017). Menurut penelitian
sumber daya pangan nasional. Asnawi dan Mejaya (2016) yang dilakukan di
Terkait daya saing, Coronado, dkk. (2017) Kabupaten Lampung Tengah, ubi kayu lebih
telah mengidentifikasi bahwa potensi sumber menguntungkan untuk diusahakan dengan nilai
daya alam yang memengaruhi produktivitas R/C tertinggi dibandingkan jagung dan kedelai.
pertanian di Peru dengan penggunaan air,
Kabupaten Sukoharjo merupakan salah
tanah, produksi, pendapatan, dan jumlah
satu kabupaten penyangga pangan di Jawa
penduduk pedesaan menentukan daya saing
Tengah. Menurut BPS, tahun 2016 produktivitas
suatu daerah/wilayah. Penelitian terkait daya
padi mencapai 72,08 kuintal/ha dan menjadi
saing komoditas tanaman pangan sudah
yang tertinggi di Jawa Tengah dengan produksi
dilakukan oleh beberapa peneliti, diantaranya
Nurmalina (2008) menyebutkan bahwa terdapat mencapai 391.675 ton. Selain padi, komoditas
tujuh faktor dominan yang sangat berpengaruh tanaman pangan lain yang diusahakan di
dalam sistem ketersediaan beras yaitu produksi, Kabupaten Sukoharjo yaitu jagung, kedelai,
produktivitas, konversi lahan, pencetakan kacang tanah, kacang hijau, ubikayu, dan
sawah, kesesuaian lahan, konsumsi per kapita, ubijalar. Diantara komoditas tanaman pangan,
dan jumlah penduduk. Lebih lanjut Azahari padi merupakan komoditi dengan produksi
dan Hadiutomo (2013) menyebutkan beras paling tinggi sedangkan ubijalar paling rendah
Indonesia mempunyai daya saing yang sangat seperti pada Tabel 2.
rendah dan terus mengalami penurunan daya Luas panen komoditas tanaman pangan
saing dari tahun ke tahun serta tidak mempunyai di Kabupaten Sukoharjo berfluktuatif dan pada
daya saing di pasar dunia. Hasil kajian yang tahun 2012 mengalami peningkatan yang
dilakukan oleh Suryana dan Agustian (2014) signifikan yang disumbang oleh luas panen
menunjukkan bahwa usaha tani jagung di padi. Luas panen komoditas tanaman pangan
Indonesia menguntungkan secara finansial dan tahun 2013‒2015 cenderung stabil dan masih
ekonomi serta secara nasional juga memiliki didominasi oleh padi seperti pada Gambar 2.
daya saing kuat. Hasil penelitian kedelai di tiga
agroekosistem yang berbeda yaitu di lahan sawah Adanya persaingan lahan antar komoditas
irigasi, sawah tadah hujan, dan lahan tegalan di tanaman pangan maupun dengan komoditas
3 Provinsi yaitu Jawa Barat, Jawa Timur, dan subsektor pertanian lain mendorong pemerintah
Tabel 2. Produksi Komoditas Tanaman Pangan di Kabupaten Sukoharjo (Ton), 2011‒2015

Sumber: Sukoharjo dalam Angka 2018, diolah

Peranan Komoditas Tanaman Pangan Unggulan terhadap Kesempatan Kerja dan Pendapatan di Kabupaten Sukoharjo (Analisis Input-Output) 205
Tuminem, Suprapti Supardi, dan Minar Ferichani
Gambar 2. Luas Panen Komoditas Tanaman Pangan di Kabupaten Sukoharjo Tahun 2011‒2015

daerah untuk memprioritaskan komoditas Raya. Jenis data yang digunakan dalam
yang menjadi unggulan. Selain itu dalam penelitian ini adalah data sekunder yaitu data
menentukan komoditas prioritas juga harus produksi komoditas tanaman pangan tahun
mempertimbangkan dampak pengembangan 2011‒2015 di Kabupaten Sukoharjo dan
komoditas tersebut terhadap pendapatan dan Jawa Tengah, Tabel Input-Output Kabupaten
kesejahteraan petani. Mulyono dan Munibah Sukoharjo Tahun 2012: Transaksi Total Atas
(2016) telah melakukan analisis penentuan Dasar Harga Produsen (Juta Rupiah) Klasifikasi
komoditas tanaman pangan unggulan di 33 Sektor, dan data penduduk usia 15 tahun
Kabupaten Bantul dengan menggunakan ke atas yang bekerja menurut lapangan usaha
analisis Location Quotient (LQ), Shift Share utama di Kabupaten Sukoharjo tahun 2012. Data
Analysis (SSA), dan Zona Agroekologi (ZAE). tersebut bersumber dari Bapeda Kabupaten
Selanjutnya Keratorop, dkk. (2016) telah Sukoharjo, BPS Kabupaten Sukoharjo, dan
melakukan penelitian untuk mengkaji arahan BPS Provinsi Jawa Tengah.
pengembangan komoditas tanaman pangan
2.1. Location Quotient (LQ)
di Kabupaten Boven Digoel Provinsi Papua
dengan menggunakan analisis Location LQ digunakan untuk mengetahui konsentrasi
Quotient (LQ), Shift Share Analysis (SSA), dan dan/atau penyebaran aktivitas produksi di suatu
Delinasi Lahan tersedia. Berdasarkan uraian wilayah dan menggambarkan keunggulan
di atas, perlu kiranya dilakukan analisis terkait komparatif memproduksi suatu komoditas di
peranan komoditas tanaman pangan unggulan suatu wilayah (Saragih, 2015).
di Kabupaten Sukoharjo dengan menggunakan Rumusan LQ yang digunakan dalam
analisis Location Quotient (LQ), Shift Share penentuan sektor basis dan non basis dinyatakan
Analysis (SSA), dan Analisis Input Output dengan persamaan (Widodo, 2006):
(angka pengganda/multiplier effect pendapatan
dan kesempatan kerja) untuk menentukan ……………………..………………..(1)
komoditas tanaman pangan unggulan yang
Keterangan :
memiliki multiplier effect yang besar terhadap
pendapatan dan kesempatan kerja. LQ = Koefisien Location Quotient (LQ)
II. METODOLOGI Vij = Produksi komoditas i di wilayah j
Vj = Produksi total komoditas tanaman
Penelitian ini menggunakan metode pangan di wilayah j
deskriptif analitis dengan alat analisis Location
Vin = Produksi komoditas i di wilayah
Quotient (LQ), Shift Share Analysis (SSA), dan
referensi
Input-Output (IO). Penentuan lokasi penelitian
dilakukan secara sengaja (purposive), yaitu di Vn = Produksi total komoditas tanaman
wilayah Kabupaten Sukoharjo dimana sektor pangan di total wilayah referensi
pertaniannya memiliki kontribusi terkecil Apabila hasil perhitungan menunjukkan:
dibandingkan kabupaten lain di wilayah Solo
LQ > 1 berarti komoditas tersebut merupakan

206 PANGAN, Vol. 27 No. 3 Desember 2018 : 203 – 214


komoditas basis (wilayah j lebih berspesialisasi Y’I = Produksi komoditas i wilayah
dalam memproduksi komoditas i dibandingkan referensi pada tahun akhir analisis
wilayah referensi).
Y = Produksi total komoditas tanaman
LQ < 1 berarti komoditas tersebut pangan wilayah referensi pada tahun
merupakan komoditas non basis (wilayah dasar analisis
j tidak berspesialisasi dalam memproduksi Y’ = Produksi total komoditas tanaman
komoditasidibandingkan wilayah referensi). pangan wilayah referensi pada tahun
akhir analisis
LQ = 1 berarti baik wilayah j maupun wilayah
Kriteria:
referensi sama derajat spesialisasinya dalam
memproduksi komoditas i. Pertama, apabila PPij > 0 (menunjukkan
bahwa komodits i pada wilayah ke-j
2.2. Shift-Share Analysis (SSA)
pertumbuhannya cepat); PPij < 0 ( menunjukkan
SSA digunakan untuk mengetahui bahwa komoditas i pada wilayah ke-j
perubahan dan pergeseran struktur ekonomi pertumbuhannya lambat).
wilayah j dikaitkan dengan perekonomian
Kedua, apabila PPWij > 0 (komoditas i di
daerah yang menjadi referensi. Analisis shift
di wilayah i mempunyai daya saing yang baik
share digunakan dengan pendekatan yang
apabila dibandingkan dengan wilayah referensi)
menggabungkan dua hal pokok yaitu unsur
sedangkan apabila PPWij < 0, (komoditas i
spasial dan unsur sektoral yang diterapkan
di wilayah j tidak memiliki daya saing apabila
dalam kerangka dimensi waktu. Ketiga
dibandingkan dengan wilayah referensi).
komponen pertumbuhan secara matematik
dapat dinyatakan sebagai berikut (Budiharsono, 2.3. Analisis Angka Pengganda (Multiplier
2005): Effect)
ΔYij = PNij + PPij +PPWij……………………..(2) Analisis angka pengganda dapat menjelas-
kan dampak yang terjadi terhadap variabel-
PNij = Yij (Ra-1)………………………………..(3)
variabel ekonomi seperti produksi, kesempatan
PPij = Yij (Ri-Ra)………………………………(4) kerja atau pendapatan regional apabila terjadi
PPWij = Yij (ri – Ri)……………………………(5) perubahan variabel-variabel eksogen, seperti
permintaan akhir (Widodo, 2006). Analisis angka
dan ri = Y’ij/ Yij pengganda yang dilakukan meliputi:
Ri = Y’i/ Yi 2.3.1. Analisis Angka Pengganda Output
Ra = Y’/ Y Angka pengganda output (suatu sektor)
Keterangan: adalah nilai total dari output yang dihasilkan oleh
perekonomian untuk memenuhi (atau akibat)
ΔYij = Total Komponen Pertumbuhan
adanya perubahan satu unit uang permintaan
PNij = Komponen Pertumbuhan Nasional akhir dari sektor tersebut (Kuncoro, 2010).
PPij = Komponen Pertumbuhan Proporsional Adanya peningkatan permintaan akhir (final
PPWij = Komponen Pertumbuhan Pangsa demand) pada suatu sektor akan meningkatkan
Wilayah output sektor itu sendiri dan sektor-sektor lain
dalam perekonomian. Peningkatan output
Keterangan:
sektor-sektor lain ini tercipta akibat adanya efek
ΔYij = Komponen pertumbuhan komoditas i langsung dan tidak langsung (hubungan teknis
di wilayah j antar sektor) dari peningkatan permintaan
Yij = Produksi komoditas i wilayah j pada akhir. Besarnya angka pengganda output untuk
tahun dasar analisis sektor ke-n di dalam perekonomian dihitung dari
Y’ij = Produksi komoditas i wilayah j pada penjumlahan kolom ke-n dari matriks Kebalikan
tahun akhir analisis Leontif untuk perekonomian yang bersangkutan.
Yi = Produksi komoditas i wilayah Angka Pengganda Output sektor ke j dapat
referensi pada tahun dasar analisis dinotasikan dengan Oj dan dirumuskan sebagai

Peranan Komoditas Tanaman Pangan Unggulan terhadap Kesempatan Kerja dan Pendapatan di Kabupaten Sukoharjo (Analisis Input-Output) 207
Tuminem, Suprapti Supardi, dan Minar Ferichani
berikut (Widodo, 2006): satu unit perubahan permintaan akhir di suatu
sektor produksi terhadap perubahan lapangan
……………………..……………..(6)
pekerjaan di seluruh perekonomian, diperlukan
Keterangan : jumlah lapangan pekerjaan awal, atau jumlah
αij = elemen matriks kebalikan Leontif tenaga kerja awal pada masing-masing sektor
produksi yang memang telah digunakan untuk
2.3.2. Analisis Angka Pengganda Pendapatan melakukan proses produksi. Data tersebut
Angka pengganda pendapatan rumah digunakan untuk menghitung berapa kontribusi
tangga suatu sektor menunjukkan jumlah setiap pekerja, secara rata-rata, dalam
pendapatan rumah tangga total yang tercipta memproduksi output sektornya masing-masing.
akibat adanya tambahan satu unit permintaan Jika nilai rata-rata output setiap pekerja di sektor
akhir di sektor tersebut (Kuncoro, 2010). j dinotasikan Wj maka diperoleh :
Jika terdapat perubahan permintaan akhir, ……………......………………………...(8)
terjadi pula perubahan output yang diproduksi
oleh setiap sektor produksi yang terkait di Keterangan:
perekonomian. Hal ini ditunjukkan oleh angka
Lj = jumlah pekerja di sektor j
pengganda output. Perubahan jumlah output
yang diproduksi tersebut tentunya akan pula Xj = total output di sektor j
mengubah permintaan tenaga kerja yang
Tambahan permintaan akhir di sektor j akan
dibutuhkan. Karena balas jasa tenaga kerja
menyebabkan tambahan output tidak saja di
tersebut merupakan sumber pendapatan rumah
sektor j, tetapi juga tambahan output di sektor i.
tangga (upah), maka perubahan permintaan
Pada gilirannya, tambahan output di sektor j tadi
kerja akan mempengaruhi pendapatan rumah
akan meningkatkan permintaan tenaga kerja
tangga. Hubungan antara total output setiap
untuk sektor j tersebut. Sedangkan tambahan
sektor dengan balas jasa tenaga kerja tersebut
output di sektor i, akibat tambahan permintaan
ditunjukkan oleh baris ke (n+1) dari matriks
akhir di sektor j tadi, akan meningkatkan tenaga
input output tersebut (yang tidak lain adalah
kerja di sektor i pula. Oleh karena itu, efek
komponen upah dan gaji di matriks input primer).
lapangan pekerjaan dari penambahan atau
Biasanya hal ini disebut sebagai koefisien upah
perubahan satu unit output di sektor j adalah
dan gaji yang besarnya adalah rasio antara
sebesar angka pengganda kesempatan kerja
nilai upah dan gaji dengan nilai total inputnya.
sektor j. Angka pengganda kesempatan kerja
Angka pengganda pendapatan diperoleh dari
didapatkan dari perkalian koefisien tenaga
perkalian antara koefisien pendapatan dengan
kerja dengan angka pengganda outputnya
angka pengganda output. Angka pengganda
dimana koefisien tenaga kerja merupakan rasio
pendapatan sektor j dapat dinotasikan dengan
antara jumlah tenaga kerja sektoral dengan
Hj dan dirumuskan sebagai berikut (Widodo,
total inputnya. Angka pengganda kesempatan
2006):
kerja sektor j dapat dinotasikan dengan Ej dan
………………..…………… (7) dirumuskan sebagai berikut (Widodo, 2006):
Keterangan: ……………………..………(9)
αij = unsur matriks kebalikan Leontif Keterangan :
2.3.3. Analisis Angka Pengganda Kesempatan αij = unsur matriks kebalikan Leontif
Kerja
III. HASIL DAN PEMBAHASAN
Angka pengganda kesempatan kerja
3.1. Analisis Location Quotient (LQ)
adalah efek total dari perubahan lapangan kerja
di perekonomian akibat adanya satu unit uang Perhitungan analisis LQ menggunakan
perubahan permintaan akhir di suatu sektor perbandingan data produksi komoditas
(Kuncoro, 2010). Akibat adanya peningkatan tanaman pangan (padi, jagung, kedelai, kacang
produksi akan meningkatkan permintaan tanah, kacang hijau, ubikayu, dan ubijalar) di
tenaga kerja. Untuk dapat menangkap efek dari Kabupaten Sukoharjo dengan Jawa Tengah.

208 PANGAN, Vol. 27 No. 3 Desember 2018 : 203 – 214


Tabel 3. Nilai LQ Komoditas Pangan di Kabupaten Sukoharjo

Sumber: Hasil Analisis, 2018

Hasil perhitungan LQ menunjukkan komoditas bagian untuk memenuhi permintaan di wilayah


yang mempunyai produksi berlebih atau sebagai Kabupaten Sukoharjo sedangkan sisanya yaitu
komoditas unggulan di Kabupaten Sukoharjo. 3,03 bagian untuk memenuhi permintaan dari
Komoditas dengan nilai LQ>1 menunjukkan luar wilayah kabupaten Sukoharjo (ekspor).
bahwa komoditas tersebut merupakan komoditi Komoditas kedua yang menjadi basis yaitu
basis, artinya produksi yang dihasilkan mampu kedelai, hal ini sesuai dengan penelitian Barokah
untuk memenuhi kebutuhan daerah tersebut, (2011) bahwa Kabupaten Sukoharjo merupakan
bahkan mampu mengekspor ke luar wilayah. salah satu sentra kedelai di Jawa Tengah selain
Sebaliknya komoditi non basis hasil produksinya Kabupaten Grobogan dan Wonogiri dimana
belum mampu memenuhi permintaan dalam petani kedelainya mengusahakan lahan rata-
wilayah tersebut sehingga harus mengimpor rata 0,057 ha. Padi merupakan komoditi basis
dari luar wilayah. ketiga dengan nilai LQ sebesar 1,38, artinya
dari produksi padi yang dihasilkan di Kabupaten
Nilai LQ pada Tabel 3 menunjukkan pada
Sukoharjo, satu (1) bagian untuk memenuhi
subsektor tanaman pangan terdapat tiga (3)
permintaan di dalam wilayah sedangkan
komoditi yang menjadi komoditas basis di
sisanya sebanyak 0,38 bagian diekspor keluar
Kabupaten Sukoharjo yaitu padi, kedelai, dan
wilayah. Meskipun luas wilayah Kabupaten
kacang tanah. Komoditas tanaman pangan
Sukoharjo terkecil kedua di Jawa Tengah, tetapi
yang memiliki nilai LQ tertinggi yaitu kacang
produktivitas padi tertinggi sehingga menjadi
tanah dengan nilai LQ sebesar 4,03 artinya satu
Tabel 4. Analisis Shift Share Komoditas Tanaman Pangan di Kabupaten Sukoharjo, 2011 dan 2015

Sumber: Hasil Analisis, 2018


*) Angka dalam kurung menyatakan nilai negatif
Keterangan :
PNij = Komponen Pertumbuhan Nasional Komoditas i di Kabupaten Sukoharjo
PPij = Komponen Pertumbuhan Proporsional Komoditas i di Kabupaten Sukoharjo
PPWij = Komponen Pertumbuhan Pangsa Wilayah Komoditas i di Kabupaten Sukoharjo
ΔYij = Total Komponen Pertumbuhan

Peranan Komoditas Tanaman Pangan Unggulan terhadap Kesempatan Kerja dan Pendapatan di Kabupaten Sukoharjo (Analisis Input-Output) 209
Tuminem, Suprapti Supardi, dan Minar Ferichani
salah satu kabupaten penyangga pangan Jawa Tabel 5. Nilai Angka Pengganda Output
Tengah (BPS, 2018). Komoditas Tanaman Pangan di Kabupaten
Sukoharjo
Sebagai komoditas basis, tanaman kedelai,
kacang tanah, dan padi di Kabupaten Sukoharjo
diharapkan mampu mendorong perkembangan
komoditas non basis. Produksi yang berlebih
yang dipasarkan di luar wilayah Kabupaten
Sukoharjo merupakan sumber pendapatan
bagi rumah tangga petani, yang digunakan
untuk konsumsi dan sebagian lagi untuk modal
usahatani. Dengan tersedianya modal, petani
Sumber: Tabel Input-Output Kabupaten Sukoharjo
dapat mengakses saprodi (pupuk, benih/ Tahun 2012 Klasifikasi 33 Sektor, diolah
bibit unggul, membayar sewa lahan) untuk
memproduksi baik komoditas basis maupun pangan di Kabupaten Sukoharjo adalah adanya
non basis. Hal yang harus diperhatikan dalam alih fungsi lahan pertanian produktif ke non
pengembangan komoditas basis adalah pertanian, dimana pada periode 2011‒2015
kemampuan pasar di luar wilayah tersebut telah terjadi penurunan luas baku lahan sawah
dalam menampung komoditas basis tersebut. sebesar 2 persen. Hal ini perlu mendapatkan
perhatian khusus dari pemerintah daerah,
3.2. Analisis Shift Share (SSA)
karena akan berpengaruh terhadap produksi
Perhitungan analisis Shift Share diperoleh komoditas pangan bahkan dalam jangka
dari data produksi tanaman pangan (padi, panjang akan berpengaruh terhadap ketahanan
jagung, kedelai, kacang tanah, kacang hijau, pangan. Hal ini sesuai dengan penelitian
ubikayu, dan ubijalar) Kabupaten Sukoharjo Wijaya (2017) bahwa konversi lahan pertanian
dibandingkan dengan data produksi komoditas ke non pertanian merupakan ancaman dalam
yang sama Jawa Tengah tahun 2011 dan 2015. pengembangan komoditas pangan unggulan.
Dengan demikian dapat dilihat pertumbuhan Menurut penelitian Sutomo dan Istiqomah
atau penurunan produksi pada komoditas (2015), alih fungsi lahan berpengaruh terhadap
tanaman pangan. tingkat ketahanan pangan rumah tangga petani
Hasil analisis Shift Share pada Tabel 4 di Kabupaten Karanganyar. Rumah tangga
menunjukkan bahwa komoditas tanaman pangan petani yang tidak melakukan alih fungsi lahan
yang mempunyai nilai komponen Pertumbuhan memiliki peluang yang lebih besar untuk akses
Proporsional (PPij) positif yaitu padi, jagung, dan pangan. Menurut Fagi (2013) alih fungsi lahan
kedelai, artinya pertumbuhan ketiga komoditas produktif menyebabkan ketidakseimbangan
ini lebih cepat dibandingkan komoditas yang antara suplly dan demand, serta ketergantungan
sama di Jawa Tengah. Komoditas tanaman terhadap pangan impor akan semakin besar
pangan yang mempunyai daya saing hanya sehingga alih fungsi lahan harus diatasi dengan
komoditi padi yang ditunjukkan dengan nilai reformasi agraria (Sucihatiningsih, 2014) agar
Pertumbuhan Pangsa Wilayah (PPWij) > 0 atau ada proporsi yang ideal antara lahan untuk
bernilai positif. Daya saing komoditas padi di subsektor tanaman pangan dan lahan untuk
Kabupaten Sukoharjo dipengaruhi oleh sarana sektor/subsektor lain. Selain alih fungsi lahan,
prasarana pendukung diantaranya jaringan penguasaan lahan yang sempit juga menjadi
irigasi. Menurut data BPS (2018), sekitar 70 masalah dalam pembangunan pertanian
persen lahan sawah di Kabupaten Sukoharjo (Nainggolan, 2008; Bantacut, 2014).
sudah beririgasi teknis sehingga mempengaruhi
3.3. Analisis Multiplier (Angka Pengganda)
IP padi. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian
Coronado dkk. (2017) bahwa ketersediaan air Analisis angka pengganda (multiplier
mempengaruhi daya saing pertanian. analysis) mencoba melihat apa yang terjadi
terhadap variabel-variabel endogen apabila
Permasalahan utama yang dihadapi dalam
terjadi perubahan variabel eksogen, seperti
pembangunan pertanian khususnya tanaman
permintaan akhir (final demand) di dalam

210 PANGAN, Vol. 27 No. 3 Desember 2018 : 203 – 214


perekonomian (Nazara, 2005). Komponen Sektor jagung memiliki keterkaitan yang tinggi
permintaan akhir meliputi konsumsi rumah dengan sektor peternakan, industri makanan,
tangga, pengeluaran pemerintah, investasi atau dan industri pakan.
pembentukan modal tetap, perubahan stok,
Berdasarkan hasil analisis angka pengganda
dan ekspor. Variabel yang menjadi perhatian
pendapatan rumah tangga pada Tabel 6
dalam analisis angka pengganda adalah output,
menunjukkan bahwa padi memiliki angka
pendapatan rumah tangga dan lapangan
pengganda pendapatan tertinggi yaitu 0,0325
pekerjaan. Adanya permintaan akhir terhadap
artinya setiap kenaikan satu unit rupiah permintaan
suatu sektor akan menyebabkan kenaikan
akhir (final demand) terhadap sektor padi akan
output, dengan adanya kenaikan output maka
meningkatkan pendapatan rumah tangga
permintaan tenaga kerja akan meningkat
total sebesar 0,0325 unit rupiah. Berdasarkan
yang diikuti oleh kenaikan pendapatan.
koefisien upah, padi memiliki koefisien tertinggi
Menurut Puspita (2015) kenaikan output akan
dibandingkan komoditas tanaman pangan yang
menyebabkan terserapnya tenaga kerja yang
lain. Sekitar 2,69 persen dari total output padi
diikuti dengan kenaikan PDRB dan penurunan
digunakan untuk membayar jasa tenaga kerja.
kemiskinan.
Sebaliknya ubikayu memiliki angka pengganda
Hasil analisis angka pengganda output pendapatan terendah yaitu sebesar 0,0058,
pada Tabel 5 menunjukkan bahwa jagung artinya setiap kenaikan satu (1) unit rupiah
memiliki angka pengganda output tertinggi yaitu permintaan akhir terhadap sektor ubikayu hanya
sebesar 1,2448, artinya setiap kenaikan satu (1) akan meningkatkan pendapatan rumah tangga
unit rupiah permintaan akhir terhadap jagung total sebesar 0,0058 unit rupiah. Hal ini berbeda
akan meningkatkan output total perekonomian dengan hasil penelitian Asnawi dan Mejaya
sebesar 1,2448 unit rupiah. Komoditas tanaman (2016) yang dilakukan di Kabupaten Lampung
pangan yang memiliki angka pengganda Tengah, dimana ubi kayu lebih menguntungkan
output terkecil yaitu ubikayu (ketela pohon) untuk diusahakan dibandingkan jagung dan
dengan nilai angka pengganda output sebesar kedelai. Hal ini disebabkan karena harga jual
1,1011. Padi yang merupakan komoditas ubikayu di Lampung Tengah relatif tinggi, mudah
unggulan memiliki angka pengganda output diusahakan, produksi tinggi, mudah dalam
peringkat ketiga dengan nilai sebesar 1,2070. penjualan, dan memiliki resiko kegagalan panen
Permintaan akhir terhadap padi tidak hanya lebih rendah dibandingkan dengan usahatani
akan meningkatkan output padi tersebut, tetapi jagung dan kedelai. Lebih lanjut hasil penelitian
juga akan meningkatkan output sektor-sektor Ullah dan Routray (2007) menyebutkan bahwa
lain dalam perekonomian. Sektor atau subsektor pendapatan rumah tangga ditentukan oleh
yang memiliki keterkaitan tinggi dengan luas kepemilikan lahan, tenaga kerja anggota
padi adalah sektor padi sendiri yaitu sebagai keluarga, morbiditas, dan kesempatan kerja.
benih, sektor peternakan dimana jerami padi
Padi memiliki keterkaitan yang kuat dengan
digunakan sebagai pakan, industri penggilingan
sektor hilirnya yaitu sebagai penyedia bahan
padi, industri makanan, dan perdagangan.
Tabel 6. Angka Pengganda Pendapatan Tabel 7.
Angka Pengganda Kesempatan
Komoditas Tanaman Pangan di Kerja Komoditas Tanaman Pangan di
Kabupaten Sukoharjo Kabupaten Sukoharjo

Sumber: Tabel Input-Output Kabupaten Sukoharjo Sumber: Tabel Input-Output Kabupaten Sukoharjo
Tahun 2012 Klasifikasi 33 Sektor, diolah Tahun 2012 Klasifikasi 33 Sektor, diolah

Peranan Komoditas Tanaman Pangan Unggulan terhadap Kesempatan Kerja dan Pendapatan di Kabupaten Sukoharjo (Analisis Input-Output) 211
Tuminem, Suprapti Supardi, dan Minar Ferichani
baku bagi industri penggilingan padi. Menurut khususnya subsektor tanaman pangan diarahkan
Susilawati, dkk. (2007) agroindustri makanan untuk meningkatkan pemerataan pembangunan
memberikan pemerataan pendapatan yang (pendapatan) maka pemberian stimulus atau
lebih baik dibandingkan industri non makanan investasi diprioritaskan untuk pengembangan
sedangkan jagung memiliki keterkaitan yang komoditas yang memiliki angka pengganda
kuat dengan industri hulunya terutama industri pendapatan tinggi. Sebaliknya apabila tujuan
pupuk. utama pembangunan tanaman pangan untuk
menyerap tenaga kerja dan mengurangi
Berdasarkan hasil analisis angka pengganda
pengangguran, maka investasi diprioritaskan
kesempatan kerja pada Tabel 7 jagung memiliki
untuk pengembangan komoditas yang memiliki
angka pengganda kesempatan kerja tertinggi
angka pengganda kesempatan kerja tinggi.
yaitu sebesar 0,0283, artinya setiap kenaikan
satu unit rupiah permintaan akhir terhadap IV. KESIMPULAN
jagung akan meningkatkan kesempatan kerja
Padi, kedelai, dan kacang tanah merupakan
total sebesar 0,0283 orang. Sebaliknya ubikayu
komoditas basis di Kabupaten Sukoharjo.
memiliki angka pengganda kesempatan kerja
Komoditas yang tumbuh lebih cepat adalah padi,
terendah yaitu sebesar 0,0251. Padi memiliki
jagung, dan kedelai tetapi yang memiliki daya
angka pengganda kesempatan kerja peringkat
saing hanya padi sehingga menjadi komoditas
ketiga yaitu sebesar 0,0275. Hal ini berbeda
unggulan di Kabupaten Sukoharjo. Berdasarkan
dengan hasil penelitian Oktavia, dkk. (2016)
analisis angka pengganda, padi memiliki angka
bahwa padi memiliki angka pengganda tenaga
pengganda pendapatan tertinggi dibandingkan
kerja tertinggi di Jawa Timur. Sektor jagung
komoditas pangan lainnya yaitu sebesar 0,0325
memiliki nilai keterkaitan yang tinggi dengan
meskipun angka pengganda kesempatan kerja
industri pakan ternak yaitu sebagai penyedia
hanya peringkat ketiga. Komoditas tanaman
bahan baku. Dengan berkembangnya industri
pangan yang memiliki angka pengganda
pakan maka akan membuka kesempatan
kesempatan kerja tertinggi adalah jagung.
kerja dan mengurangi jumlah pengangguran.
Tenaga kerja di sektor industri pakan tentu Apabila tujuan utama dari pembangunan
saja memerlukan keterampilan yang lebih subsektor tanaman pangan di Kabupaten
dibandingkan tenaga kerja on farm (buruh Sukoharjo adalah untuk pemerataan
tani). Aislabie dan Ip (1977) telah melakukan pembangunan (pendapatan) maka
penelitian dengan menggunakan teknik input- pengembangan komoditas padi harus
output untuk menyusun perencanaan kebutuha diprioritaskan karena memiliki daya saing
tenaga kerja dengan memilah data tenaga kerja komparatif dan kompetitif serta nilai angka
sesuai persyaratan yang dibutuhkan oleh sektor pengganda pendapatan tertinggi. Sebaliknya
industri (terampil, semi terampil, dan tidak apabila tujuan utama dari pembangunan
terampil). subsektor tanaman pangan adalah untuk
memacu pertumbuhan ekonomi dan menyerap
Daya saing suatu komoditas dapat dilihat
tenaga kerja sebanyak-banyaknya maka
dari dua indikator yaitu keunggulan komparatif
pengembangan komoditi jagung harus
dan keunggulan kompetitif. Komoditas
dipertimbangkan karena memiliki angka
yang memiliki keunggulan komparatif dan
pengganda output dan kesempatan kerja
kompetitif merupakan komoditas unggulan.
tertinggi. Tetapi hal yang tak kalah penting
Pengembangan komoditas unggulan belum
dan harus diperhatikan dalam pengembangan
tentu memiliki multiplier effect yang tinggi
komoditas tanaman pangan adalah potensi
terhadap pendapatan dan kesempatan kerja
daerah yang bersangkutan.
padahal tujuan pembangunan pertanian bukan
hanya mengejar produksi yang tinggi tetapi DAFTAR PUSTAKA
juga untuk meningkatkan kesejahteraan petani. Aislabie, C. J., dan Ip, P. C. 1977. Manpower Planning
Kesejahteraan petani dapat terwujud dengan Using Input–output Techniques. Economic
cara peningkatan pendapatan dan ketersediaan Analysis and Policy. Vol. 7 (2): 3‒24. https://doi.
lapangan kerja. Apabila pembangunan pertanian org/10.1016/ S0313-5926 (77) 50021‒5.

212 PANGAN, Vol. 27 No. 3 Desember 2018 : 203 – 214


Asnawi, R., dan Mejaya, M.J. 2016. Analisis http://journal.ipb.ac.id/index.php/jpsl/article/
Keunggulan Kompetitif Ubi Kayu terhadap view/12230/11203.
Jagung dan Kedelai di Kabupaten Lampung Khojely, D. M., Ibrahim, S. E., Sapeya, E., dan Han,
Tengah. Jurnal Penelitian Pertanian Tanaman T. 2017. History, Current Status, and Prospects
Pangan. Vol. 35 (3): 209‒216. http://dx.doi. of Soybean Production and Research in Sub-
org/10.21082/jpptp.v35n3. 2016. : 209‒215. Saharan. The Crop Journal. Vol. 6: 226‒235.
Azahari, D. H., dan Hadiutomo, K. 2013. Analisis https://doi.org/10.1016 /j.cj.2018.03.006.
Keunggulan Komparatif Beras Indonesia. Kuncoro, M. 2010. Masalah, Kebijakan, dan Politik
Analisis kebijakan Pertanian. Vol. 11 (1): Ekonomika Pembangunan. Jakarta: Erlangga.
61‒73. http://dx.doi.org/10.21082/akp.v11n1.
Mulyono, J., dan Munibah, K. 2016. Pendekatan
2013.61‒73.
Location Quotient dan Shift Share Analysis
Bantacut, T. 2014. Agenda Pembangunan Pertanian dalam Penentuan Komoditas Unggulan
dan Ketahanan Pangan 2014‒2019 (Agenda Tanaman Pangan di Kabupaten Bantul.
of Agricultural Development and Food Security Informatika Pertanian. Vol. 25 (2): 221‒230.
2014‒2019). Jurnal Pangan. Vol. 23 (3): http://ejurnal.litbang.pertanian.go.id/index.php/
278‒295. http://www.jurnalpangan.com/index. IP/article/view/8569.
php/pangan/article/view/98.
Nainggolan, K. 2008. Arah Kebijakan Penyediaan
Barokah, U. 2011. Analisis Biaya dan Pendapatan Pangan dalam Negeri. Jurnal Pangan. Vol. 17
Usaha Tani Kedelai di Kabupaten Sukoharjo. (1): 79‒91. http://www.jurnalpangan.com/index.
SEPA: Sosial Ekonomi Pertanian dan php/pangan/article/view/203.
Agribisnis. Vol. 8(1): 9‒13. http://agribisnis.
Nazara, S. 2005. Analisis Input-Output Edisi Kedua.
uns.ac.id/category/jurnal-sepa/vol-8-no-1-
Jakarta: Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi
september-2011.
Universitas Indonesia.
Badan Pusat Statistik (BPS). 2013. Laporan Hasil
Nurmalina, R. 2008. Analisis Indeks Dan Status
Sensus Pertanian 2013 (Pencacahan Lengkap).
Keberlanjutan Sistem Ketersediaan Beras
Jakarta: BPS.
Di Beberapa Wilayah Indonesia. Jurnal Agro
Badan Pusat Statistik Kabupaten Sukoharjo (BPS). Ekonomi. Vol. 26 (1): 47–79. http://dx.doi.
2018. Sukoharjo dalam Angka 2018. Sukoharjo: org/10.21082/jae.v26n1.2008.47‒79
BPS.
Nurman. 2015. Strategi Pembangunan Daerah.
Budiharsono, S. 2005. Teknik Analisa Pembangunan Jakarta: PT Raja Grafindo Perkasa.
Wilayah Pesisir dan Lautan. Jakarta: Pradnya
Oktavia, H.F., Hanani, N., dan Suhartini. 2016. Peran
Paramita.
Sektor Pertanian dalam Pembangunan Ekonomi
Coronado, F., Aguila D.,  Charles, V., dan Dwyer, J. di Provinsi Jawa Timur (Pendekatan Input-
2017. Measuring Regional Competitiveness Output). Jurnal Habitat. Vol. 27 (2): 72‒84. http://
through Agricultural Indices of Productivity: doi.org/ 10.21776/ub.habitat. 2016.027.2.9.
The Peruvian Case. World Journal of
Puspita, D. W. 2015. Analisis Determinan Kemiskinan
Entrepreneurship, Management and Sustainable
di Provinsi Jawa Tengah. JEJAK: : Journal of
Development. Vol. 13 (2): 78‒95.  https://doi.
Economics and Policy. Vol 8 (1): 100-107. http://
org/ 10.1108 /WJEMSD-06-2016-0031.
doi:10.15294/jejak. V8i1. 3858.
Fagi, A. M. 2013. Ketahanan Pangan Indonesia
Saragih, B. 2010. Agribisnis Paradigma Baru
dalam Ancaman: Strategi dan Kebijakan
Pembangunan Ekonomi Berbasis Pertanian.
Pemantapan dan Pengembangan. Analisis
Bogor: IPB Press.
Kebijakan Pertanian. Vol.11 (1): 11‒25. http://
dx.doi.org/10.21082/akp.v11n1. 2013. 11‒25. Saragih, J. R. 2015. Perencanaan Wilayah dan
Pengembangan Ekonomi Lokal Berbasis
Giap Tan, K., Rao, K.,  dan Rajan, R. 2015.
Pertanian (Teori dan Aplikasi). Yogyakarta:
How Productive is the Agricultural Sector
Pustaka Pelajar.
Across Indian states?.International Journal
of Development Issues. Vol. 14 (3): Sarwono dan Pratama, W. 2014. Analisis Daya Saing
231‒248. https://doi.org/10.1108/IJDI-01-2015 Kedelai Indonesia. JEJAK: Journal of Economics
0007. and Policy. Vol. 7 (2): 100‒202. http://dx.doi.
org/10.15294/jejak.v7i1. 3596.
Keratorop, M., Widiatmaka, dan Suwardi. 2016.
Arahan Pengembangan Komoditas Tanaman Sucihatiningsih, D. W. P. 2014. Strategy for Controlling
Pangan di Kabupaten Boven Digoel Provinsi Agricultural Land Conversion of Paddy by
Papua. Jurnal Pengelolaan Sumberdaya Using Analytical Hierarchy Process in Central
Alam dan Lingkungan. Vol. 6 (2): 141‒150. Java. Management of Environmental Quality:

Peranan Komoditas Tanaman Pangan Unggulan terhadap Kesempatan Kerja dan Pendapatan di Kabupaten Sukoharjo (Analisis Input-Output) 213
Tuminem, Suprapti Supardi, dan Minar Ferichani
An International Journal. Vol. 25 (5): 631‒647.
https://doi.org/10.1108/MEQ-07-2013-080. BIODATA PENULIS:
Suryana, A., dan Aguatian, A. 2014. Analisis Tuminem dilahirkan di Wonogiri tanggal 8 Juli
Dayasaing Usahatani Jagung di Indonesia. 1981. Penulis menyelesaikan pendidikan S1 pada
Analisis Kebijakan Pertanian. Vol. 12 (2): Jurusan Budidaya Pertanian Fakultas Pertanian,
143‒156. http://dx.doi.org/10.21082/akp. v12n2 Universitas Sebelas Maret Surakarta tahun
.2014.143-156 2005 dan Pendidikan S2 pada Program Studi
Susilawati, S. H., Sinaga M., Wilson, H.L., dan Agribisnis, Program Pascasarjana, Universitas
Erwidodo. 2007. Dampak Kebijakan Ekonomi Sebelas Maret Surakarta tahun 2015‒2018.
di Sektor Agroindustri terhadap Kemiskinan dan Suprapti Supardi dilahirkan di Sragen tanggal 8
Distribusi Pendapatan. Jurnal Agro Ekonomi. Agustus 1948. Penulis menyelesaikan pendidikan
Vol. 25 (1): 11‒36. http://dx.doi. Org/10.21082/ S1 Bidang Ilmu Pertanian di Universitas Gajah
jae.v25n1. 2007.11-36 Mada pada tahun 1974, pendidikan S2 Bidang
Sutomo, Y. P., dan Istiqomah, N. 2015. Analisis Ilmu Pertanian Universitas Gajah Mada tahun
Dampak Alih Fungsi Lahan terhadap Tingkat 1994, dan pendidikan S3 Bidang Ilmu Pertanian,
Ketahanan Pangan Rumah Tangga Petani di Universitas Gajah Mada tahun 2002.
Karanganyar, Jawa Tengah. AGRARIS. Vol. 1 Minar Ferichani dilahirkan di Yogyakarta
(2): 98‒107. http://DOI:10.18196/agr.1213. tanggal 31 Maret 1967. Penulis menyelesaikan
Ullah, A.K.M. Ahsan, dan Jayant K. Routray. 2007. pendidikan S1 di Bidang Ilmu Peternakan,
Rural Poverty Alleviation through NGO Universitas Gajah Mada tahun 1992, pendidikan
Interventions in Bangladesh: How far is the S2 Bidang Ilmu Pertanian Universitas Gajah
Achievement?.  International Journal of Social Mada tahun 1998, dan pendidikan S3 Bidang
Economics. Vol. 34 (4): 237‒248. https://doi. Ilmu Ekonomi Pertanian, Universitas Gajah Mada
tahun 2007.
org/10.1108/0306829071073428.
UU Nomor 18 Tahun 2012 tentang Pangan.
Wijaya, I. R. A., Masyhuri, Irham, dan Hartono,
S. 2014. Analisis Input Output Pengolahan
Tembakau di Provinsi Jawa Timur. Agro Ekonomi.
Vol. 24 (1): 1‒9. https://doi.org /10.22146/
agroekonomi.17355.
Wijaya, O. 2017. Strategi Pengembangan Komoditas
Pangan Unggulan dalam Menunjang Ketahanan
Pangan Wilayah (Studi Kasus di Kabupaten
Batang, Propinsi Jawa Tengah). AGRARIS. Vol.
3 (1): 48‒56. http://DOI: 10.18196/agr.3144.
Widodo, T. 2006. Perencanaan Pembangunan:
Aplikasi Komputer (Era Otonomi Daerah).
Yogyakarta: UPP STIM YKPN.

214 PANGAN, Vol. 27 No. 3 Desember 2018 : 203 – 214

Anda mungkin juga menyukai