Abstract
The aim of research were to determine 1) the main source of development of Cattle
raising in Sukoharjo Regency, 2) to analyse population structure of beef cattle in
Sukoharjo Regency, and 3) to analyse paddy straw as animal feed sources in Sukoharjo
Regency. Method were use in this research was a survey method. Data analysis such as
follows potential development beef cattle in Sukoharjo Regency, and cattle population
structure in animal unit (AU). Secondary data were collected from official of agriculture
Sukoharjo Regency, National Statistical Board, and Board of National Land, and analyse
in accordance with descriptive analysis. Cattle density appertain rare with score 33,43
and 2) density of exertion farmer appertain dense with score 40,85, and 3) density of
region appertain average with score 0,35. Maximum potential of land resources is
42.297,3 animal unit (AU), capacity increased cattle population based on land resources
is 23.230,05 animal unit, capacity increased cattle population by the head of family
farmers is 14.490,75 animal unit. The value of land capability index was 1,95.
Keywords : potential comodity, cattle, capability index
Posisi Jateng berada pada tempat yang pertanian komersial (commercial farming
strategis yang merupakan wilayah system/CFS) diantaranya ketersediaan
penyangga untuk pangan secara nasional pangan lebih aman dan menciptakan
dan juga merupakan wilayah lalu lintas pendapatan yang lebih tinggi (US$
transportasi antar barang di Pulau Jawa. 3480/usahatani IFS dibandingkan US$
Peranan Jawa Tengah masih cukup baik 2006/usahatani CFS) hal ini dikarenakan
dan dari sektor pertanian telah lebih tingginya total output dan hasil dari
menyumbang produk domestik regional IFS yang berhubungan dengan skala
bruto sekitar 10,12%. Kekuatan Jawa usaha dan tenaga kerja (labour supply).
Tengah sebagai penyangga pangan Ternak sapi potong merupakan salah
dikhawatirkan semakin berkurang, karena satu aset daerah dibidang peternakan
salah satu input dasar lahan semakin yang dimiliki Pemda Kabupaten
tahun telah berkurang luasnya. Sebab Sukoharjo yang cukup besar potensinya,
utama adalah perubahan alih fungsi lahan sehingga perlu dikembangkan dan
pertanian yang cepat, yang diperuntukkan dilestarikan. Keberadaan sapi potong di
sebagai kawasan pemukiman penduduk. wilayah ini dapat digali potensinya untuk
Penjabaran keterkaitan pembangunan dikembangkan sebagai penghasil daging,
pertanian secara terpadu perlu meningkatkan lapangan kerja,
dilaksanakan lebih konkrit di daerah. pendapatan, kesejahteraan petani
Kabupaten Sukoharjo adalah salah peternak, dan menambah pemasukan
satu wilayah di Propinsi Jawa Tengah PAD (Pendapatan Asli Daerah) (Sumadi
yang memiliki potensi dalam et al., 2007).
pengembangan sektor pertanian dan Kabupaten Sukoharjo merupakan
peternakan. Luas wilayah Kabupaten salah satu wilayah yang masyarakatnya
Sukoharjo adalah 466,66 km2, pada tahun banyak memelihara ternak sapi potong.
2012 produktivitas padi berhasil Usaha sapi potong berpotensi untuk
mencapai 6,649 ton/ha, dengan produksi dikembangkan di Kabupaten Sukoharjo,
sebesar 346.039 ton dan luas panen selain masih mengandalkan sektor
sebesar 52.041 ha, dimana dalam kurun 5 pertanian sebagai penyumbang PDRB
tahun Kabupaten Sukoharjo dapat (Pendapatan Domestik Regional Bruto)
meningkatkan produksi padi sebesar utama juga dapat dilakukan sistem
2,6%. Keberhasilan inovasi sektor pengembangan sistem integrasi sapi-padi
pertanian ini membuka peluang atau SIPT (Sistem Integrasi Padi Ternak)
pengembangan inovasi di subsektor dengan mengacu pada konsep LEISA
peternakan, dengan dicanangkannya (Low External Input Sustainable Agriculture).
Program Swasembada Daging Sapi Usaha sapi potong di Kabupaten
(PSDS). Pengembangan agribisnis pola Sukoharjo masih didominasi oleh sistem
integrasi tanaman ternak dan optimalisasi pemeliharaan induk-anak (pembibitan)
pemanfaatan limbah atau dikenal dengan sebagai penyedia bakalan (cow calf
Low External Input Sustainable Agriculture operation), sesuai dengan pernyataan
(LEISA) dan Integrated Farming System Sunarso (2003), yaitu sebuah wilayah
(IFS) sangat terbuka di Kabupaten yang memiliki iklim yang relatif kering
Sukoharjo. Menurut Tipraqsa et al. (2007) dengan curah hujan dan jumlah hari
berdasarkan penelitian di Thailand Timur hujan yang rendah maka tipe usaha
Laut disimpulkan bahwa keunggulan agribisnis yang paling sesuai adalah usaha
sistem pertanian terpadu (integrated farming pembibitan.
system/IFS) dibandingkan dengan sistem
113
X.i = Jumlah kepadatan ekonomi ternak mengkonsumsi rofase sebanyak 7,5 – 9,0
sapi di Kabupaten Sukoharjo kg per hari (0,25 ST) (Suastina dan
X.. = Jumlah kepadatan ekonomi Kayana, 2005).
seluruh peternakan di Kabupaten 3. Potensi Daya Dukung Limbah
Sukoharjo Tanaman Padi Sebagai Pakan Sapi
Potong
Angka LQ memberikan indikasi sebagai Potensi daya dukung limbah tanaman
berikut : padi sebagai pakan sapi potong di kaji
a. LQ>1, menunjukkan komoditas dengan Potensi Maksimum Sumber Daya
tersebut termasuk komoditas basis Lahan tanaman padi, Kapasitas
b. LQ<1, menunjukkan komoditas Peningkatan Populasi Ternak Sapi
tersebut termasuk komoditas non Potong berdasarkan nilai sumber daya
basis lahan, Potensi Maksimum berdasarkan
c. LQ=1, menunjukkan komoditas Rumah Tangga Peternak,
tersebut tersebut hanya dapat Analisis Peningkatan Populasi
mencukupi daerah/wilayah itu sendiri Ternak Sapi Potong berdasarkan rumah
tangga peternak, dan Analisis Indeks
Asumsi yang digunakan dalam kajian ini Daya Dukung Lahan Pertanian Tanaman
adalah : (1) Kondisi geografis relatif Padi (Ashari et al., 1995). Berdasarkan
seragam, (2) pola-pola aktifitas seragam nilai indeks daya dukung akan diperoleh
(Panuju dan Rustiadi, 2003). kriteria status daya dukung limbah jerami
padi seperti pada (Tabel 1). Indeks daya
2. Struktur Populasi Sapi Potong dalam
dukung mencerminkan tingkat keamanan
Satuan Ternak (ST)
pakan khususnya jerami padi pada suatu
Analisis jumlah keseluruhan populasi sapi
wilayah, terutama untuk mendukung
potong dalam satuan ternak (ST)/Animal
kehidupan ternak sapi potong.
Unit, dikaji dengan menghitung populasi
sapi potong berdasarkan struktur
Tabel 1. Kriteria Jerami Padi berdasarkan
populasi (ekor) dikalikan dengan nilai
standar satuan ternak. Standar satuan Indeks Daya Dukung
ternak yang dimaksud adalah berdasarkan
satu ekor sapi yang sudah memasuki usia
dewasa kelamin atau sudah pada tahap Indeks Daya
No Kriteria
siap untuk bereproduksi. Satu ekor sapi Dukung
dewasa (umur > 2 tahun) memiliki nilai
(1 ST), sapi muda (umur1-2 tahun)
bernilai (0,5 ST), dan pedet (umur 0,5-1 1 >2 Aman
tahun) setara dengan (0,25 ST) (Haryanto
et al., 2004).
Satu ekor sapi dewasa yang 2 >1,5-2 Rawan
berumur lebih dari dua tahun akan
mengkonsumsi rumput atau rofase 3 >1-1,5 Kritis
sebanyak 30 – 35 kg per hari (1 ST).
Seekor ternak muda umur 1 – 2 tahun
mengkonsumsi rofase 15 – 17,5 kg per 4 <1 Sangat
hari (0,5 ST) dan seekor pedet umur Kritis
kurang dari satu tahun akan Sumber : Ashari et al., 1995.
115
No Kecamatan LQ LQ LQ
LQ LQ
Sapi Ayam Ayam LQ Itik
Kambing Domba
Potong Ras Buras
Struktur Populasi Sapi Potong dalam Satuan Dispertan (2015) struktur populasi sapi
Ternak (ST) potong di kabupaten Sukoharjo tahun
Struktur populasi sapi potong 2014 terdiri dari sapi dewasa setara 1 ST
dapat diketahui dengan beberapa cara (76%), sapi muda setara 0,5 ST (15%),
yaitu kepadatan ternak, kepadatan dan pedet setara 0,25 ST (8,4%).
usahatani, dan kepadatan wilayah. Kajian Kepadatan ternak sapi potong di
FAO dalam Thapa dan Paudel (2000), Kabupaten Sukoharjo secara rinci
pada negara padat populasinya seperti ditampilkan pada Tabel 3.
Bangladesh kepadatan ternaknya 4 ekor
ternak per hektar sementara di Nepal
terdapat 7 ekor/ha. Menurut laporan
Tabel 4. Struktur populasi dan kepadatan ternak berdasar kriteria ternak, usahatani, dan
wilayah di Kabupaten Sukoharjo tahun 2014.
Kepadatan Kepadatan
Keterangan Kepadatan Ternak
usahatani wilayah
PR 1.329
Keterangan : PMSL= Potensi maksimum
berdasarkan satuan ternak (ST);
PMSL 42.297,3 POPRIL= Populasi sebenarnya ternak
sapi potong (ST) pada Kabupaten
Sukoharjo; KPPTR (SL)= Peningkatan
Keterangan: A= Koefisien berdasarkan kapasitas populasi sapi potong (ST)
rasio ternak ruminansia berdasarkan berdasarkan sumber daya lahan. Sumber :
satuan ternak (ST) dengan wilayah yang Dinas Pertanian Kabupaten Sukoharjo
dapat ditanami tanaman padi (0,8 (2015) (diolah).
ST/Ha); LP = Area tanaman padi (ha);
B= Koefisien kapasitas tanaman rumput Berdasarkan Tabel 6 dapat
(0,5 ST/Ha); B: Koefisien area tanaman diketahui bahwa total nilai kapasitas
rumput; PMSL= Potensi Maksimum peningkatan populasi ternak sapi potong
Sumber Daya Lahan. Sumber : Dinas berdasarkan sumberdaya lahan (KPPTR
Pertanian Kabupaten Sukoharjo (2015) SL) di Kabupaten Sukoharjo adalah
(diolah). 23.230,05 ST. Nilai tersebut
menunjukkan bahwa secara teori
Kapasitas Peningkatan Populasi Kabupaten Sukoharjo dapat
Ternak Ruminansia Berdasarkan menyediakan pakan yang berasal dari
Sumber Daya Lahan (KPPTR SL) jerami padi untuk ternak sapi potong
Berdasarkan perhitungan daya dukung sebesar nilai KPPTR (SL) yaitu
Kabupaten Sukoharjo, dapat didukung 23.230,05.
kapasitas peningkatan populasi ternak
ruminansia (sapi potong) berdasarkan Potensi Maksimum Berdasarkan
sumberdaya alam. Sebagaimana disajikan Rumah Tangga Peternak (PMKK)
pada Tabel 6 : PMKK merupakan teknik untuk
menentukan banyaknya rumah tangga
pemilik ternak sapi potong dalam suatu
wilayah penelitian. Pada Tabel 7 berikut
dapat dilihat daya dukung wilayah rumah
tangga peternak di Kabupaten Sukoharjo.
118
KPPTR 14.490,75
PMKK 33.558 (KK)
D.R. Panuju, Rustiadi, E. S, Sunsun,. 2003. Sunarso. 2003. Konsep Zero Waste dalam
Perencanaan dan Pengembangan Sistem Integrasi Ternak Tanaman Pakan.
Wilayah. Insan Regional Press. Bogor. Pidato Pengukuhan Guru Besar
Saragih B. 1997. Tantangan dan Strategi Universitas Diponegoro.
Pengembangan Agribisnis Indonesia. Tipraqsa, P., E.T. Craswell, A.D. Noble and
Jurnal Agribisnis 1(2): 16-28. D.S. Vogt. 2007. Resource Integration for
Suastina, I.G.P.B. dan I.G.N Kayana. 2005. Multiple Benefit: Multifunctionality of
Analisis Finansial Usaha Agribisnis Integrated Farming System in Northeast
Peternakan Sapi Daging. Majalah Ilmiah Thailand. Agricultural System 94: 694 –
Peternakan 8(2). 703.
Sumadi. 2007. Sebaran Populasi Sapi Potong Warpani S. 1984. Analisis Kota dan Daerah.
di Pulau Jawa dan Pulau Sumatera. Institut Teknologi Bandung, Bandung.
Kerjasama APFINDO dengan Fakultas
Peternakan Universitas Gadjah Mada.
Yogyakarta.