Anda di halaman 1dari 10

111

Buana Sains Vol 16 No 2: 111-120, 2016

POTENSI KOMODITAS TERNAK SAPI POTONG DAN DAYA


DUKUNG LIMBAH TANAMAN PADI DI KABUPATEN
SUKOHARJO

Kharisma Imam Adinata, Sunarso, Wulan Sumekar


Fakultas Peternakan dan Pertanian Universitas Diponegoro

Abstract
The aim of research were to determine 1) the main source of development of Cattle
raising in Sukoharjo Regency, 2) to analyse population structure of beef cattle in
Sukoharjo Regency, and 3) to analyse paddy straw as animal feed sources in Sukoharjo
Regency. Method were use in this research was a survey method. Data analysis such as
follows potential development beef cattle in Sukoharjo Regency, and cattle population
structure in animal unit (AU). Secondary data were collected from official of agriculture
Sukoharjo Regency, National Statistical Board, and Board of National Land, and analyse
in accordance with descriptive analysis. Cattle density appertain rare with score 33,43
and 2) density of exertion farmer appertain dense with score 40,85, and 3) density of
region appertain average with score 0,35. Maximum potential of land resources is
42.297,3 animal unit (AU), capacity increased cattle population based on land resources
is 23.230,05 animal unit, capacity increased cattle population by the head of family
farmers is 14.490,75 animal unit. The value of land capability index was 1,95.
Keywords : potential comodity, cattle, capability index

PENDAHULUAN alih fungsi lahan pertanian, serta


Pengembangan pertanian secara perubahan pola budidaya menjadi salah
keseluruhan meliputi program satu penyebab menurunnya populasi
intensifikasi, rehabilitasi, sampai pada ternak. Sementara itu subsektor
tahap diversifikasi dan salah satu peternakan diharapkan mampu
subsektor pada sektor pertanian yang memenuhi permintaan akan protein
mendapatkan prioritas utama hewani yang semakin meningkat,
pengembangan adalah peternakan dan bertambahnya penyerapan tenaga kerja
perikanan (Saragih, 1997). Subsektor dan PDRB, hal ini berarti menuntut sub-
peternakan khususnya ternak sapi potong sektor peternakan untuk dapat memacu
adalah salah satu sumber pertumbuhan produksinya baik kuantitas maupun
ekonomi baik secara regional dan kualitas. Disisi lain, sub-sektor
nasional (Syahrani, 2001), oleh karena peternakan dihadapkan kepada semakin
itu, pemerintah Republik Indonesia menyempitnya lahan usaha akibat
sangat menaruh perhatian besar persaingan yang semakin meningkat baik
meningkatkan intensitas produksi antar sektor maupun antar sub-sektor
komoditas ternak sapi potong (King, dalam penggunaan lahan.
2007). Provinsi Jawa Tengah menjadi salah
Menurut Haryanto et al. (2002), satu wilayah provinsi yang padat
menurunnya daya dukung sumberdaya penduduknya dan menempati urutan
alam (pakan) untuk usaha ternak karena ketiga secara nasional (Ditjennak, 2013).
112

K. I. Adinata, Sunarso dan W. Sumekar / Buana Sains Vol 16 No 2: 111-120, 2016

Posisi Jateng berada pada tempat yang pertanian komersial (commercial farming
strategis yang merupakan wilayah system/CFS) diantaranya ketersediaan
penyangga untuk pangan secara nasional pangan lebih aman dan menciptakan
dan juga merupakan wilayah lalu lintas pendapatan yang lebih tinggi (US$
transportasi antar barang di Pulau Jawa. 3480/usahatani IFS dibandingkan US$
Peranan Jawa Tengah masih cukup baik 2006/usahatani CFS) hal ini dikarenakan
dan dari sektor pertanian telah lebih tingginya total output dan hasil dari
menyumbang produk domestik regional IFS yang berhubungan dengan skala
bruto sekitar 10,12%. Kekuatan Jawa usaha dan tenaga kerja (labour supply).
Tengah sebagai penyangga pangan Ternak sapi potong merupakan salah
dikhawatirkan semakin berkurang, karena satu aset daerah dibidang peternakan
salah satu input dasar lahan semakin yang dimiliki Pemda Kabupaten
tahun telah berkurang luasnya. Sebab Sukoharjo yang cukup besar potensinya,
utama adalah perubahan alih fungsi lahan sehingga perlu dikembangkan dan
pertanian yang cepat, yang diperuntukkan dilestarikan. Keberadaan sapi potong di
sebagai kawasan pemukiman penduduk. wilayah ini dapat digali potensinya untuk
Penjabaran keterkaitan pembangunan dikembangkan sebagai penghasil daging,
pertanian secara terpadu perlu meningkatkan lapangan kerja,
dilaksanakan lebih konkrit di daerah. pendapatan, kesejahteraan petani
Kabupaten Sukoharjo adalah salah peternak, dan menambah pemasukan
satu wilayah di Propinsi Jawa Tengah PAD (Pendapatan Asli Daerah) (Sumadi
yang memiliki potensi dalam et al., 2007).
pengembangan sektor pertanian dan Kabupaten Sukoharjo merupakan
peternakan. Luas wilayah Kabupaten salah satu wilayah yang masyarakatnya
Sukoharjo adalah 466,66 km2, pada tahun banyak memelihara ternak sapi potong.
2012 produktivitas padi berhasil Usaha sapi potong berpotensi untuk
mencapai 6,649 ton/ha, dengan produksi dikembangkan di Kabupaten Sukoharjo,
sebesar 346.039 ton dan luas panen selain masih mengandalkan sektor
sebesar 52.041 ha, dimana dalam kurun 5 pertanian sebagai penyumbang PDRB
tahun Kabupaten Sukoharjo dapat (Pendapatan Domestik Regional Bruto)
meningkatkan produksi padi sebesar utama juga dapat dilakukan sistem
2,6%. Keberhasilan inovasi sektor pengembangan sistem integrasi sapi-padi
pertanian ini membuka peluang atau SIPT (Sistem Integrasi Padi Ternak)
pengembangan inovasi di subsektor dengan mengacu pada konsep LEISA
peternakan, dengan dicanangkannya (Low External Input Sustainable Agriculture).
Program Swasembada Daging Sapi Usaha sapi potong di Kabupaten
(PSDS). Pengembangan agribisnis pola Sukoharjo masih didominasi oleh sistem
integrasi tanaman ternak dan optimalisasi pemeliharaan induk-anak (pembibitan)
pemanfaatan limbah atau dikenal dengan sebagai penyedia bakalan (cow calf
Low External Input Sustainable Agriculture operation), sesuai dengan pernyataan
(LEISA) dan Integrated Farming System Sunarso (2003), yaitu sebuah wilayah
(IFS) sangat terbuka di Kabupaten yang memiliki iklim yang relatif kering
Sukoharjo. Menurut Tipraqsa et al. (2007) dengan curah hujan dan jumlah hari
berdasarkan penelitian di Thailand Timur hujan yang rendah maka tipe usaha
Laut disimpulkan bahwa keunggulan agribisnis yang paling sesuai adalah usaha
sistem pertanian terpadu (integrated farming pembibitan.
system/IFS) dibandingkan dengan sistem
113

K. I. Adinata, Sunarso dan W. Sumekar / Buana Sains Vol 16 No 2: 111-120, 2016

Usaha CCO (cow calf operation) tersebut Metode Penelitian


dilakukan oleh peternakan rakyat yang Pendekatan Penelitian
pada umumnya belum menerapkan
sistem usaha yang intensif. Menurut Penelitian ini dilaksanakan pada bulan
laporan Adnyana (2003), sistem Desember 2014 –Januari 2015 di
agribisnis ternak sapi potong dengan Kabupaten Sukoharjo, Provinsi Jawa
memanfaatkan hasil limbah pertanian di Tengah. Pengumpulan data dan
provinsi Jawa Tengah dan Jawa Timur informasi dilakukan dengan cara
mampu meminimalisir penggunaan menelaah, memahami, dan melakukan
pupuk anorganik sebesar 25-35% dan kajian dari sumber-sumber yang
meningkatkan performans ternak sebesar berkaitan dengan subsektor peternakan
29-35%. yang dirilis oleh Pemerintah Provinsi
Peternakan sapi potong di Jawa Tengah, Pemerintah Kabupaten
Kabupaten Sukoharjo mempunyai Sukoharjo diantaranya stakeholder yang
potensi besar untuk dikembangkan. terkait dengan bidang peternakan yaitu
Berdasarkan data statistik Kabupaten Dinas Pertanian, Badan Pusat Statistik,
Sukoharjo tahun 2013, maka kurang Badan Perencanaan Daerah, Badan Arsip
lebih 63% luas wilayah Kabupaten Daerah, jurnal pendukung, dan artikel
Sukoharjo merupakan lahan pertanian yang berhubungan bidang sub sektor
berupa sawah, dan tegalan/kebun, hal ini peternakan yang mempunyai kesesuaian
menjadi salah satu pendukung untuk dengan problema yang dikaji dalam
pengembangan budidaya ternak sapi penelitian ini, yang didapatkan melalui
potong di Kabupaten Sukoharjo. perpustakaan daerah atau sumber
Bertitik tolak dari kondisi diatas, jaringan internet.
kajian mengenai potensi bidang Analisis Data
peternakan sapi potong dan daya dukung
limbah tanaman pertanian sebagai Data yang diperoleh dianalisis
makanan utama ternak sapi potong di menggunakan prosedur-prosedur
Kabupaten Sukoharjo perlu dilakukan berikut, yaitu:
sebagai bahan pertimbangan dalam 1. Potensi Pengembangan Ternak Sapi
melakukan perencanaan pengembangan Potong di Kabupaten Sukoharjo
ternak sapi potong, agar pengembangan Metode ini digunakan untuk menganalisis
yang dilakukan pada gilirannya menjadi keadaan apakah suatu kegiatan/wilayah
lebih terarah. merupakan sektor basis atau non basis
Tujuan dari penelitian ini adalah : 1) khususnya dalam hal populasi ternak
mengkaji potensi pengembangan sapi potong, dalam suatu kecamatan
peternakan sapi potong di Kabupaten (Warpani, 1984). Besarnya nilai LQ
Sukoharjo, 2) menganalisis struktur diperoleh dari persamaan berikut :
populasi ternak sapi potong di
Kabupaten Sukoharjo, 3) mengkaji daya LQ =
Xij / Xi
.................................(1)
dukung limbah pertanian tanaman padi X.i / X..
sebagai rofase makanan ternak utama
dan daya dukungnya di Kabupaten Keterangan :
Sukoharjo. Xij = Kepadatan ekonomi ternak sapi
potong di kecamatan A
Xi = Jumlah kepadatan ekonomi
peternakan di Kecamatan A
114

K. I. Adinata, Sunarso dan W. Sumekar / Buana Sains Vol 16 No 2: 111-120, 2016

X.i = Jumlah kepadatan ekonomi ternak mengkonsumsi rofase sebanyak 7,5 – 9,0
sapi di Kabupaten Sukoharjo kg per hari (0,25 ST) (Suastina dan
X.. = Jumlah kepadatan ekonomi Kayana, 2005).
seluruh peternakan di Kabupaten 3. Potensi Daya Dukung Limbah
Sukoharjo Tanaman Padi Sebagai Pakan Sapi
Potong
Angka LQ memberikan indikasi sebagai Potensi daya dukung limbah tanaman
berikut : padi sebagai pakan sapi potong di kaji
a. LQ>1, menunjukkan komoditas dengan Potensi Maksimum Sumber Daya
tersebut termasuk komoditas basis Lahan tanaman padi, Kapasitas
b. LQ<1, menunjukkan komoditas Peningkatan Populasi Ternak Sapi
tersebut termasuk komoditas non Potong berdasarkan nilai sumber daya
basis lahan, Potensi Maksimum berdasarkan
c. LQ=1, menunjukkan komoditas Rumah Tangga Peternak,
tersebut tersebut hanya dapat Analisis Peningkatan Populasi
mencukupi daerah/wilayah itu sendiri Ternak Sapi Potong berdasarkan rumah
tangga peternak, dan Analisis Indeks
Asumsi yang digunakan dalam kajian ini Daya Dukung Lahan Pertanian Tanaman
adalah : (1) Kondisi geografis relatif Padi (Ashari et al., 1995). Berdasarkan
seragam, (2) pola-pola aktifitas seragam nilai indeks daya dukung akan diperoleh
(Panuju dan Rustiadi, 2003). kriteria status daya dukung limbah jerami
padi seperti pada (Tabel 1). Indeks daya
2. Struktur Populasi Sapi Potong dalam
dukung mencerminkan tingkat keamanan
Satuan Ternak (ST)
pakan khususnya jerami padi pada suatu
Analisis jumlah keseluruhan populasi sapi
wilayah, terutama untuk mendukung
potong dalam satuan ternak (ST)/Animal
kehidupan ternak sapi potong.
Unit, dikaji dengan menghitung populasi
sapi potong berdasarkan struktur
Tabel 1. Kriteria Jerami Padi berdasarkan
populasi (ekor) dikalikan dengan nilai
standar satuan ternak. Standar satuan Indeks Daya Dukung
ternak yang dimaksud adalah berdasarkan
satu ekor sapi yang sudah memasuki usia
dewasa kelamin atau sudah pada tahap Indeks Daya
No Kriteria
siap untuk bereproduksi. Satu ekor sapi Dukung
dewasa (umur > 2 tahun) memiliki nilai
(1 ST), sapi muda (umur1-2 tahun)
bernilai (0,5 ST), dan pedet (umur 0,5-1 1 >2 Aman
tahun) setara dengan (0,25 ST) (Haryanto
et al., 2004).
Satu ekor sapi dewasa yang 2 >1,5-2 Rawan
berumur lebih dari dua tahun akan
mengkonsumsi rumput atau rofase 3 >1-1,5 Kritis
sebanyak 30 – 35 kg per hari (1 ST).
Seekor ternak muda umur 1 – 2 tahun
mengkonsumsi rofase 15 – 17,5 kg per 4 <1 Sangat
hari (0,5 ST) dan seekor pedet umur Kritis
kurang dari satu tahun akan Sumber : Ashari et al., 1995.
115

K. I. Adinata, Sunarso dan W. Sumekar / Buana Sains Vol 16 No 2: 111-120, 2016

ternak sapi potong di setiap kecamatan se


Hasil dan Pembahasan
Kabupaten Sukoharjo disajikan pada
Potensi Ternak Sapi Potong Tabel 2.
Analisis basis ekonomi digunakan untuk Berdasarkan pada Tabel 2
melihat seberapa besar pengaruh menunjukkan bahwa ternak ruminansia
populasi ternak sapi dalam pertumbuhan khususnya peternakan sapi potong
ekonomi daerah. Metode yang digunakan merupakan sektor basis atau terjadi
adalah metode Location Quotient (LQ) pemusatan aktifitas beternak sapi di
yaitu dengan membandingkan nilai Kecamatan Polokarto, Weru,
produksi pada wilayah yang diteliti Tawangsari, dan Nguter, dimana pada
(Kecamatan di Kabupaten Sukoharjo) kecamatan tersebut diperoleh nilai LQ
dengan wilayah di atasnya (Kabupaten >1. Nilai LQ paling tinggi terdapat di
Sukoharjo). Hasil perhitungan LQ Kecamatan Polokarto diikuti oleh
(Location Quotient) terhadap populasi Kecamatan Weru.

Tabel 2. Perhitungan LQ komoditas ternak Tiap Kecamatan di Kabupaten Sukoharjo.


Nilai LQ jenis ternak

No Kecamatan LQ LQ LQ
LQ LQ
Sapi Ayam Ayam LQ Itik
Kambing Domba
Potong Ras Buras

1 Weru 1,20 1,38 0,56 0,33 3,2 1,2

2 Bulu 0,6 1,96 0,70 0,09 8,67 2,48

3 Tawangsari 1,20 1,16 0,68 0,43 2,04 2,31

4 Sukoharjo 0,93 2,12 1,02 0,44 2,66 0,86

5 Nguter 1,16 1,25 1,35 1,46 0,79 0,31

6 Bendosari 0,82 1,36 1,54 1,64 0,61 0,82

7 Polokarto 2,35 0,49 0,76 2,88 0,42 0,24

8 Mojolaban 0,72 0,45 1,13 0,63 1,53 1,4

9 Grogol 0,51 0,72 2,13 0,92 0,83 4,7

10 Baki 0,3 1,64 1,36 0,33 2,63 2,49

11 Gatak 0,23 1,11 2,32 0,07 2,16 16,70

12 Kartasura 0,18 2,04 1,20 1,39 0,16 1,26

Sumber : Analisis data sekunder, 2015.


116

K. I. Adinata, Sunarso dan W. Sumekar / Buana Sains Vol 16 No 2: 111-120, 2016

Struktur Populasi Sapi Potong dalam Satuan Dispertan (2015) struktur populasi sapi
Ternak (ST) potong di kabupaten Sukoharjo tahun
Struktur populasi sapi potong 2014 terdiri dari sapi dewasa setara 1 ST
dapat diketahui dengan beberapa cara (76%), sapi muda setara 0,5 ST (15%),
yaitu kepadatan ternak, kepadatan dan pedet setara 0,25 ST (8,4%).
usahatani, dan kepadatan wilayah. Kajian Kepadatan ternak sapi potong di
FAO dalam Thapa dan Paudel (2000), Kabupaten Sukoharjo secara rinci
pada negara padat populasinya seperti ditampilkan pada Tabel 3.
Bangladesh kepadatan ternaknya 4 ekor
ternak per hektar sementara di Nepal
terdapat 7 ekor/ha. Menurut laporan

Tabel 3. Pertumbuhan pemotongan ternak sapi potong yang tercatat di Kabupaten


Sukoharjo

Ternak 2012 2013 2014

Sapi potong 8.01 8.32 8.44


Pertumbuhan/tahun (%) 3,6 1,3
Rataan Pemotongan (%) +4,9
Rataan (ekor) 8.26
Sumber : Dinas Pertanian Sukoharjo (2015), diolah.

Tabel 4. Struktur populasi dan kepadatan ternak berdasar kriteria ternak, usahatani, dan
wilayah di Kabupaten Sukoharjo tahun 2014.

Kepadatan Kepadatan
Keterangan Kepadatan Ternak
usahatani wilayah

Nilai 33,43 40,85 0,35

Kategori Jarang Padat Sedang

Sumber : Dinas Pertanian Kabupaten Sukoharjo (2015) (diolah).

Potensi maksimum Daya Dukung sumberdaya lahan peternakan sapi


Kabupaten Sukoharjo Berdasarkan potong di Kabupaten Sukoharjo.
Sumber Daya Alam (PMSL). Tabel 5 menunjukkan bahwa
Potensi Maksimum Sumber Daya Kabupaten Sukoharjo berpotensi untuk
Alam (PMSL) merupakan salah satu cara mendukung ternak sapi potong sebanyak
untuk menentukan seberapa banyak 42.297,3 ST. Nilai ini diperoleh dari
satuan ternak yang dapat didukung oleh penjumlahan daya dukung lahan
satu wilayah berdasarkan potensi yang pertanian dengan daya dukung rofase
dapat disediakan oleh wilayah tersebut. tanaman rumput selama setahun.
Tabel 4 memperlihatkan potensi
117

K. I. Adinata, Sunarso dan W. Sumekar / Buana Sains Vol 16 No 2: 111-120, 2016

Tabel 5. Hasil Analisis Potensi Tabel 6. Kapasitas peningkatan Populasi


maksimum Sumber Daya lahan (PMSL) Ternak Sapi Potong berdasarkan Sumber
Daya Alam (KPPTR SL).
Variabel Kabupaten Sukoharjo
Variabel Kabupaten Sukoharjo

A 0,8 PMSL 42.297,3

LP 52.041 POPRIL 19.067,25

B 0,5 KPPTR 23.230,05


(SL)

PR 1.329
Keterangan : PMSL= Potensi maksimum
berdasarkan satuan ternak (ST);
PMSL 42.297,3 POPRIL= Populasi sebenarnya ternak
sapi potong (ST) pada Kabupaten
Sukoharjo; KPPTR (SL)= Peningkatan
Keterangan: A= Koefisien berdasarkan kapasitas populasi sapi potong (ST)
rasio ternak ruminansia berdasarkan berdasarkan sumber daya lahan. Sumber :
satuan ternak (ST) dengan wilayah yang Dinas Pertanian Kabupaten Sukoharjo
dapat ditanami tanaman padi (0,8 (2015) (diolah).
ST/Ha); LP = Area tanaman padi (ha);
B= Koefisien kapasitas tanaman rumput Berdasarkan Tabel 6 dapat
(0,5 ST/Ha); B: Koefisien area tanaman diketahui bahwa total nilai kapasitas
rumput; PMSL= Potensi Maksimum peningkatan populasi ternak sapi potong
Sumber Daya Lahan. Sumber : Dinas berdasarkan sumberdaya lahan (KPPTR
Pertanian Kabupaten Sukoharjo (2015) SL) di Kabupaten Sukoharjo adalah
(diolah). 23.230,05 ST. Nilai tersebut
menunjukkan bahwa secara teori
Kapasitas Peningkatan Populasi Kabupaten Sukoharjo dapat
Ternak Ruminansia Berdasarkan menyediakan pakan yang berasal dari
Sumber Daya Lahan (KPPTR SL) jerami padi untuk ternak sapi potong
Berdasarkan perhitungan daya dukung sebesar nilai KPPTR (SL) yaitu
Kabupaten Sukoharjo, dapat didukung 23.230,05.
kapasitas peningkatan populasi ternak
ruminansia (sapi potong) berdasarkan Potensi Maksimum Berdasarkan
sumberdaya alam. Sebagaimana disajikan Rumah Tangga Peternak (PMKK)
pada Tabel 6 : PMKK merupakan teknik untuk
menentukan banyaknya rumah tangga
pemilik ternak sapi potong dalam suatu
wilayah penelitian. Pada Tabel 7 berikut
dapat dilihat daya dukung wilayah rumah
tangga peternak di Kabupaten Sukoharjo.
118

K. I. Adinata, Sunarso dan W. Sumekar / Buana Sains Vol 16 No 2: 111-120, 2016

Tabel 7. Hasil Analisis Potensi Tabel 8. Hasil analisis kapasitas


maksimum berdasarkan rumah tangga peningkatan populasi ternak sapi potong
peternak berdasarkan kepala rumah tangga
peternak
Variabel Kabupaten Sukoharjo
Variabel Kabupaten Sukoharjo
D 2
PMKK 33.558
KK 16.779
POPRIL 19.067,25

KPPTR 14.490,75
PMKK 33.558 (KK)

Keterangan : D= koefisien berdasarkan Keterangan: Potensi Maksimum (ST)


nilai ternak yang dipelihara oleh rumah berdasarkan Kepala RTP; POPRIL=
tangga peternak tanpa menggunakan jasa Populasi sebenarnya ternak sapi potong
tenaga kerja (3 ST/KK); KK= Kepala (ST) pada area penelitian; KPPTR (KK)
keluarga peternak sapi potong; PMKK= = kapasitas peningkatan sapi potong (ST)
potensi maksimum (ST) berdasarkan berdasarkan kepala RTP. Sumber : Dinas
kepala keluarga peternak sapi potong. Pertanian Kabupaten Sukoharjo (2015)
Sumber : Dinas Pertanian Kabupaten (diolah).
Sukoharjo (2015) (diolah).
Pada Tabel 8 dapat diketahui nilai
Pada keterangan Tabel 7 diatas total kapasitas populasi ternak sapi
menunjukkan bahwa PMSL (KK) potong berdasarkan kepala rumah tangga
Kabupaten Sukoharjo sebesar 33.558 ST. peternak (KPPTR KK) di Kabupaten
Nilai ini diperoleh dari multiplikasi antara Sukoharjo adalah 14.490,75 ST. Bahtiar
koefisien nilai ternak yang dipelihara oleh (1991), menjelaskan bahwa suatu wilayah
RTP (rumah tangga peternak) terhadap mempunyai potensi pengembangan
jumlah kepala keluarga yang memelihara wilayah peternakan antara lain jumlah
ternak sapi potong. populasi ternak yang dikaitkan dengan
kepadatan ternak, jumlah peternak serta
Kapasitas Peningkatan Populasi luas areal yang mendukung
Ternak Sapi Potong berdasarkan pengembangan ternak tersebut, sarana
Rumah Tangga Peternak (KPPTR dan prasarana pendukung tingkat
KK). produktifitas atau adanya peluang pasar.
Dengan mengetahui nilai awal daya
dukung Kabupaten Sukoharjo, dapat Indeks Daya Dukung Limbah
diketahui kapasitas peningkatan populasi Tanaman Padi (IDD)
ternak sapi potong berdasarkan kepala Ketersediaan rofase makanan
rumah tangga peternak. Secara jelas dapat ternak dapat diketahui berdasarkan daya
dilihat pada Tabel 8: dukung rofase dan indeks daya dukung,
perhitungan luas, nilai daya dukung.
indeks daya dukung, dan jenis
penggunaan lahan. Nilai indeks daya
119

K. I. Adinata, Sunarso dan W. Sumekar / Buana Sains Vol 16 No 2: 111-120, 2016

dukung limbah tanaman padi dapat KESIMPULAN DAN SARAN


dilihat pada Tabel 9. Berdasarkan hasil penelitian,
Tabel 9. Hasil analisis indeks kapabilitas menunjukkan bahwa Kabupaten
limbah tanaman padi Sukoharjo memiliki Kepadatan ternak
sapi potong tergolong jarang dengan nilai
33,43 dan kepadatan usahatani tergolong
Kabupaten
Variabel padat dengan nilai 40,85, sedangkan
Sukoharjo
kepadatan wilayahnya tergolong sedang
dengan nilai sebesar 0,35. Potensi
PMSL 42297,3 maksimum sumberdaya lahan adalah
sebesar 42.297,3 unit ternak (UT).
K 1,14 Kapasitas peningkatan populasi ternak
sapi berdasarkan sumberdaya lahan
POPRIL 19.067,25 sebesar 23.230,05 UT. Potensi
maksimum berdasarkan kepala keluarga
TK (k x POPRIL) 21736,665 petani adalah sebesar 14.490,75 UT. Nilai
indeks daya dukung lahan sebesar 1,95.
IDD 1,95
DAFTAR PUSTAKA
Keterangan : Potensi maksimum Ashari, E. Juarini, B. Sumanto, Wibowo,
berdasarkan satuan ternak (ST); k= nilai Suratman dan Subagjo. 1995. Pedoman
BK tercerna pada satu unit ternak. Analisis Potensi Wilayah Penyebaran dan
Kapasitas peningkatan Populasi Ternak Pengembangan Peternakan. Balai
Penelitian Ternak dan Direktorat Bina
Ruminansia berdasarkan Sumber Daya
Penyebaran dan Pengembangan
Alam (KPPTR SL), yakni: 1,14; POPRIL Peternakan Direktorat Jenderal
= Populasi sebenarnya ternak sapi Peternakan dan Kesehatan Hewan,
potong (ST) pada area penelitian; TK= Jakarta.
total keperluan pakan sapi potong. Bahtiar. 1991. Analisis Sektor Unggulan
Sumber : Dinas Pertanian Kabupaten Pertanian dan Sektor Lainnya di Provinsi
Sukoharjo (2015) (diolah). Kalimantan Tengah. Tesis S-2. Program
Pasca Sarjana Universitas Gadjah Mada.
Dengan total produksi jerami padi Yogyakarta.
segar sebanyak 42.297,3 ton maka nilai Dinas Pertanian Kabupaten Sukoharjo. 2015.
IDDLP sebesar 1,95 yang berarti Sukoharjo dalam Angka. Dispertan data
Statistik Sukoharjo.
termasuk kategori rawan. Dari Tabel 9
Direktorat Jenderal Peternakan dan
dapat diketahui total nilai kapasitas Kesehatan Hewan. 2013. Pusat Data dan
peningkatan populasi ternak ruminansia Info Pertanian. Data Sensus Pertanian
berdasarkan sumber daya alam (KPPTR tahun 2013. Departemen Pertanian.
SL) di Kabupaten Sukoharjo adalah Jakarta.
935.167 ST. nilai ini menunjukkan bahwa Haryanto, B, I. Inonou, I-G.M. Budiarsana
secara teori Kabupaten Sukoharjo dan K. Diwyanto. 2002. Panduan Teknis
mampu menyediakan pakan ternak Sistem Integrasi Padi-Ternak. Bogor,
berupa rumput dan limbah pertanian Badan Penelitian dan Pengembangan
untuk ternak ruminansia sebesar nilai Pertanian. Departeman Pertanian, Jakarta.
KPPTR (ST) yaitu 934.167 ST. King G. 2007. Livestock in the future.
Animal Sciences 6:109‐130.
120

K. I. Adinata, Sunarso dan W. Sumekar / Buana Sains Vol 16 No 2: 111-120, 2016

D.R. Panuju, Rustiadi, E. S, Sunsun,. 2003. Sunarso. 2003. Konsep Zero Waste dalam
Perencanaan dan Pengembangan Sistem Integrasi Ternak Tanaman Pakan.
Wilayah. Insan Regional Press. Bogor. Pidato Pengukuhan Guru Besar
Saragih B. 1997. Tantangan dan Strategi Universitas Diponegoro.
Pengembangan Agribisnis Indonesia. Tipraqsa, P., E.T. Craswell, A.D. Noble and
Jurnal Agribisnis 1(2): 16-28. D.S. Vogt. 2007. Resource Integration for
Suastina, I.G.P.B. dan I.G.N Kayana. 2005. Multiple Benefit: Multifunctionality of
Analisis Finansial Usaha Agribisnis Integrated Farming System in Northeast
Peternakan Sapi Daging. Majalah Ilmiah Thailand. Agricultural System 94: 694 –
Peternakan 8(2). 703.
Sumadi. 2007. Sebaran Populasi Sapi Potong Warpani S. 1984. Analisis Kota dan Daerah.
di Pulau Jawa dan Pulau Sumatera. Institut Teknologi Bandung, Bandung.
Kerjasama APFINDO dengan Fakultas
Peternakan Universitas Gadjah Mada.
Yogyakarta.

Anda mungkin juga menyukai