Anda di halaman 1dari 30

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pertanian merupakan sektor ekonomi yang utama di negara-negara

berkembang. Peranan sektor pertanian dalam pembangunan ekonomi suatu

negara menduduki posisi yang sangat penting. Indonesia memiliki luas lahan

dan kondisi iklim yang sangat potensial untuk dikembangkan sebagai usaha

pertanian. Potensi tersebut ditunjang dengan jumlah penduduk Indonesia yang

besar, sehingga dapat memaksimalkan potensi tersebut.

Pertanian dalam arti sempit merupakan suatu kegiatan bercocok

tanam, sedangkan pertanian dalam arti luas adalah segala kegiatan manusia

yang meliputi kegiatan bercocok tanam, perikanan, peternakan dan kehutanan

(Eva Banowati dan Sriyanto, 2013:4).

Perubahan masyarakat sudah menjadi perhatian para ahli ilmu sosial

sejak berabad-abad yang lalu. Munculnya teori-teori evolusi sosial menjadi

penanda hal tersebut. Sekalipun bersamaan dengan runtuhnya teori evolusi

fisik, teori evolusi sosial juga semakin tidak diminati, akan tetapi studi

perubahan masyarakat masih terus berlanjut. Salah satu faktor yang memantik

terjadinya perubahan dalam masyarakat adalah lingkungan.

Perubahan bukanlah merupakan hal yang baru di masyarakat,

sekalipun masyarakat tersebut diidentikkan dengan masyarakat yang terisolir

( Li, 1999). Kehidupan sosial ekonomi masyarakat yang tinggal di desa-desa

terpencil juga berjalan sama dinamisnya dengan kehidupan masyarakat-

1
masyarakat perkotaan ( Breman, 1980; Elson, 1997). Begitu juga dengan

keterlibatan masyarakat dalam perekonomian global, komunitas masyarakat

di desa-desa terpencil ataupun di pegunungan, sejak dulu tidak hanya

memanen kebutuhan dasar mereka saja tetapi juga terlibat dengan pasar

global dengan turut serta dalam pertanian komoditas seperti coklat dan

tembakau ( Boomgard, 1999; Hefner, 1990).

Perubahan mode ekonomi membawa konsekuensi tersendiri dalam

kehidupan masyarakat petani pedesaan. Perubahan tersebut diantaranya

berkaitan dengan upaya peningkatan produksi pertanian dan pengefektifan

tenaga kerja. Pada akhirnya, perubahan mode ekonomi produksi tersebut

mempengaruhi struktur sosial masyarakat yakni distribusi penguasaan tanah

yang berbeda dan meningkatnya angka kemiskinan di pedesaan. Hal yang

terjadi kemudian adalah munculnya peluang ekonomi lain (non-pertanian)

dengan memasuki sektor informal sebagai suatu strategi untuk meningkatkan

pendapatan (Pottier,2005; Tjondronegoro,2008; Sajogyo,2002).

Petani menurut Harris Hasyim (2010:22) adalah manusia yang

mencoba mengatur atau mengusahakan pertumbuhan tanaman dan hewan

untuk diambil hasilnya, merubah tumbuh-tumbuhan dan hewan serta

lingkungan agar dapat memenuhi kebutuhan manusia. Petani merupakan

pekerjaan yang sebagian besar dilakukan oleh penduduk pedesaan.

Penduduk di daerah pedesaan Waiheru ini, sering memiliki aneka jenis

usaha tani yang dilakukan seperti tanaman bahan makanan pokok seperti

padi dan tanaman perkebunan lainnya seperti kopi, cengkeh, kelapa,

2
pisang, teh selain itu juga jenis holtikultura atau sayuran antara lain tomat,

cabai, mentimun, bawang merah, bawang putih, labu, dan juga sawi.

Sawi merupakan tanaman hortikultura yang dapat memperbaiki dan

memperlancar pencernaan. Hampir setiap orang gemar akan sawi karena

rasanya segar dan banyak mengandung vitamin A, vitamin B dan sedikit

vitamin C (Yuniarti et al., 2000). Jadi bercocok tanam sayuran di desa

waiheru salah satunya adalah sayuran sawi merupakan sumber penghasilan

untuk pemenuhan kebutuhan hidup anggota keluarganya.

Petani di Desa Waiheru ini, bisa dikatakan sebagian besar

penduduknya rata-rata tamatan SD. Hal itu menyebabkan banyak diantara

mereka yang hanya bekerja sebagai petani, karena memang pendidikan

mereka tidak mencukupi untuk mendapat pekerjaan kantoran. Pentingnya

mengenyam pendidikan belum dirasakan oleh masyarakat desa tersebut,

dimana sebagian besar penduduknya hanya lulusan SD. Mereka berfikir tidak

perlu menyekolahkan anaknya tinggi-tinggi, asalkan anaknya sudah bisa

membantu orang tua mencari uang itu dirasa sudah cukup. Salah satu yang

melatarbelakangi mereka adalah masalah ekonomi. Hal itu yang menyulitkan

mereka untuk beralih profesi agar tidak seperti orang tuanya yang hanya

sebagai petani saja.

Dilihat dari jenis tanaman sayuran yang diusahakan dan luas

sempitnya lahan yang ada dan diusahakan setiap petani tersebut, akan

menentukan besar kecilnya penghasilan petani yang dihasilkan dari jenis

3
tanaman sayuran yang diusahakan dalam pemenuhan dan kelangsungan

hidup.

Berdasarkan uraian di atas, penulis tertarik untuk melakukan

penelitian dengan judul “Perkembangan Budidaya dan Perubahan Sosial

Ekonomi Petani Sayur Sawi di Pasar Waiheru Ambon”.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan di atas, maka

diperoleh identifikasi masalah sebagai berikut:

1. Pendapatan petani yang terpaksa tidak menyekolahkan anaknya tinggi-

tinggi.

2. Jenis sayuran dan sempitnya lahan yang menentukan besar kecilnya

pendapatan petani

C. Batasan Masalah

Permasalahan dalam penelitian ini akan dibatasi untuk menjaga

kualitas dan fokus dari penelitian yang akan dilakukan agar tetap konsisten

dalam kajian yang lebih jelas. Penelitian ini difokuskan pada Perubahan

Sosial Ekonomi Petani dalam mengembangkan Budidaya Sayur Sawi di Pasar

Waiheru Ambon

D. Rumusan dan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka dapat dirumuskan

beberapa sub pokok masalah yang akan dibahas dalam penelitian ini yaitu :

1. Bagaimana Perubahan Sosial Ekonomi Petani dalam mengembangkan

Budidaya Sayur Sawi di Pasar Waiheru Ambon?

4
2. Apa sajakah faktor - faktor yang menghambat Petani dalam

mengembangkan budidaya sayur sawi di Pasar Waiheru Ambon?

E. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui bagaimana Perubahan Sosial Ekonomi Petani

dalam mengembangkan Budidaya Sayur Sawi di Pasar Waiheru

Ambon

2. Untuk mengetahui Apa sajakah faktor-faktor yang menghambat

Petani dalam mengembangkan Budidaya Sayur Sawi di Pasar Waiheru

Ambon.

F. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Teoritis

a. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi

dan pengaruh positif bagi masyarakat khususnya Petani Sayur

Sawi di Pasar Waiheru Ambon.

b. Dapat menjadi referensi untuk penelitian selanjutnya yang lebih

baik dan lengkap.

2. Manfaat Praktis

a. Bagi Peneliti

Penelitian ini dapat dijadikan sebagai pengukur kemampuan

peneliti dalam menemukan suatu fenomena atau permasalahan

yang terjadi di masyarakat serta menganalisisnya

b. Bagi Pembaca

5
Penelitian ini dapat menjadi bahan informasi dan menambah

wawasan ilmu serta memperluas cakrawala pengetahuan tentang

Perkembangan Budidaya dan Perubahan Sosial Ekonomi Petani

Sayur Sawi.

c. Bagi Petani

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan

pemikiran dan menambah wawasan bagi para petani untuk dapat

mengembangkan budidaya sawi dengan tepat.

6
BAB II

KAJIAN PUSTAKA

1. Pengertian Budidaya

Budidaya adalah kegiatan untuk memproduksi biota (organisme)

akuatik di lingkungan terkontrol dalam rangka mendapatkan keuntungan

(profit).

A. Sarana dan Prasarana Budidaya

Sarana budidaya adalah semua fasilitas yang dimanfaatkan untuk

kegiatan operasional, baik secara langsung maupun tidak langsung. Sarana

dibagi menjadi sarana pokok dan sarana penunjang. Sarana pokok adalah

fasilitas yang digunakan secara langsung untuk kegiatan produksi, sedangkan

sarana penunjang adalah fasilitas yang tidak digunakan secara langsung untuk

proses produksi tetapi sangat menunjang kelancaran produksi.

B. Faktor yang Mempengaruhi Budidaya

a. Lingkungan

Ciri-ciri fisik lingkungan yang penting bagi pengembangan budidaya

perikanan sangat bergantung kepada ketersediaan dan kecocokan fisik

dari areal untuk pengembangan budidaya pertanian yaitu :

1) Tersedianya lahan;

2) Topografi dan elevasi lahan;

3) Sifat-sifat tanah, teristimewa komposisi, tekstur dan kemampuan

menahan air, sifat oseanografi perairan;

7
4) Frekuensi, jumlahdan disfiibusi hujan;

5) Mutu, kuantitas, ketersediaan dan aksesibilitas air;

6) Kondisi cuaca, seperti suhu, laju penguapan, perubahan musim,

frekuensi topan dan lamanya;

7) Kualitas dan kuantitas populasi;

8) Akses ke suplai dan pasar.

b. Faktor Manusia

Faktor manusia meliputi sikap, adat istiadat dan gaya hidup dari warga,

stabilitas dan kekuatan ekonomi serta politik dari pemerintah. Faktor-

faktor ini beragam dan kompleks, contohnya:

1) Sikap dan keterampilan produsen relatif terhadap mengadopsi tekno-

logi dan modal untuk ditanamkan dalam produksi;

2) Perminataan pasar, sikap konsumen, daya beli;

3) Kemauan dan kemampuan pemerintah melengkapi prasarana, kredit

dan sebagainya;

4) Kemampuan lembaga pemerintah melengkapi sistem dukungan pela-

yanan bagi pengembangan budidaya perikanan antara lain pelatihan

bagi profesional, penelitian guna mengembangkan teknologi baru, dan

penyuluhan.

2. Pengertian Petani

Pengertian petani dapat di definisikana sebagai pekerjan

pemanfaatan sumber daya hayati yang dilakukan manusia untuk

menghasilkan bahan pangan, bahan baku industri, atau sumber energi, serta

8
untuk mengelola lingkungan hidupnya guna memenuhi kebutuhan hidup

dengan mengunakan peralatan yang bersifat tradisional dan modern. Secara

umum pengertian dari pertanian adalah suatu kegiatan manusia yang

termasuk di dalamnya yaitu bercocok tanam, peternakan, perikanan dan juga

kehutanan.Petani dalam pengertian yang luas mencakup semua usaha

kegiatan yang melibatkan pemanfaatan makhluk hidup (termasuk tanaman,

hewan, dan mikroba) untuk kepentingan manusia. Ada beberapa jenis petani

yang ada di Indonesia:

a. Petani Gurem

Adalah petani kecil yang memiliki luas lahan 0,25 ha. Petani ini

merupakan kelompok petani miskin yang memiliki sumber daya terbatas.

b. Petani Modern

Merupakan kelompok petani yang menggunakan teknologi dan memiliki

orientasi keuntungan melalui pemanfaatan teknologi tersebut. Apabila

petani memiliki lahan 0,25 ha tapi pemanfaatan teknologinya baik dapat

juga dikatakan petani modern.

c. Petani Primitif

Adalah petani-petani dahulu yang bergantung pada sumber daya dan

kehidupan mereka berpindah-pindah.

Mengingat negara Indonesia adalah negara yang mayoritas penduduknya

sebagai petani maka memiliki beberapa bentuk pertanian diantaranya :

9
1) Sawah, sawah adalah suatu bentuk pertanian yang dilakukan di

lahan basah dan memerlukan banyak air baik sawah irigasi, sawah

lebak, sawah tadah hujan maupun sawah pasang surut.

2) Tegalan, tegalan adalah suatu daerah dengan lahan kering yang

bergantung pada pengairan air hujan, ditanami tanaman musiman

atau tahunan dan terpisah dari lingkungan dalam sekitar rumah.

Lahan tegalan tanahnya sulit untuk dibuat pengairan irigasi karena

permukaan yang tidak rata. Pada saat musim kemarau lahan tegalan

akan kering dan sulit untuk ditumbuhi tanaman pertanian.

3) Pekarangan, perkarangan adalah suatu lahan yang berada di

lingkungan dalam rumah yang dimanfaatkan untuk ditanami

tanaman pertanian seperti sayuran dan kacang-kacangan.

4) Ladang Berpindah, ladang berpindah adalah suatu kegiatan

pertanian yang dilakukan di banyak lahan hasil pembukaan hutan

atau semak di mana setelah beberapa kali panen / ditanami, maka

tanah sudah tidak subur sehingga perlu pindah ke lahan lain yang

subur atau lahan yang sudah lama tidak digarap.

5) Tanaman Keras, tanaman keras adalah suatu jenis varietas

pertanian yang jenis pertanianya adalah tanaman-tanaman keras

seperti karet, kelapa sawit dan coklat.

Menurut Mosher (1997:28), setiap petani memegang tiga peranan yaitu:

a. Petani Sebagai Juru Tani (Cultivator).

10
b. Yaitu seseorang yang mempunyai peranan memelihara tanaman dan

hewan guna mendapatkan hasil-hasilnya yang berfaedah.

c. Petani Sebagai Pengelola (Manager).

Yakni segala kegiatan yang mencakup pikiran dan didorong oleh kemauan

terutama pengambilan keputusan atau penetapan pemilihan dari alternatif-

alternatif yang ada.

d. Petani sebagai manusia

Selain sebagai juru tani dan pengelola, petani adalah seorang manusia

biasa. Petani adalah manusia yang menjadi anggota dalam kelompok

masyarakat, jadi kehidupan petani tidak terlepas dari masyarakat

sekitarnya. Apabila kita lihat pengertian petani menurut Mosher tersebut

maka titik tekanya adalah usaha taninya dan manusia sebagai anggota

masyarakat. Ini menunjukkan bahwa sebagai petani, ia juga sebagai

anggota yang tidak terlepas dari lingkungan sosialnya.

A. Luas Lahan Petani Sayuran

Menurut Hasan Shadily dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia

(2003:172) luas adalah ukuran panjang bidang lebar ruang atau lapangan

yang diukur oleh satuan luas. Sedang menurut Mubyarto (1989:70) Lahan

adalah tanah dengan segala ciri-ciri, kemampuan maupun sifatnya beserta

segala sesuatu yang terdapat diatasnya termasuk didalamnya kegiatan

manusia dalam memanfaatkan lahan. Lahan memiliki banyak fungsi

bagi kehidupan manusia untuk meningkatkan kualitas kehidupan. Salah

satunya yaitu fungsi produksi yang berkaitan dengan pertanian.

11
Lahan pertanian merupakan alat mutlak yang harus dimiliki oleh

petani. Hal ini seperti dengan yang dinyatakan oleh Mubyarto (1989:70)

bahwa modal utama dan satu-satunya petani adalah tanah. Lahan dapat

memproduksi sayuran yang dibutuhkan oleh manusia. Semakin luas lahan

yang dimiliki petani maka makin banyak hasil produksi pertanian yang

diperoleh oleh petani. M. Dawam Raharjo (1984:23) menggolongkan luas

lahan petani menjadi :

a. Sangat luas yang memiliki lahan pertanian diatas 5 ha.

b. Luas memiliki lahan pertanian 2 ha – 5 ha.

c. Sedang memiliki lahan antara 0,5 ha – 2,0 ha.

b. Sempit memiliki lahan 0,25 ha – 0,5 ha

c. Sangat sempit 0,10 ha - 0,25 ha

Dapat disimpulkan luas lahan pertani adalah luas tanah yang

diukur satuan luas dan digarap oleh petani dalam kurun waktu tertentu.

B. Modal Petani Sayuran

Menurut Mubyarto (1989:107) modal adalah sumber-sumber

ekonomi di luar tenaga kerja yang dibuat oleh manusia. Kadang-kadang

modal dilihat dalam arti uang atau dalam arti keseluruhan nilai sumber-

sumber ekonomi non-manusiawi termasuk tanah. Sedangkan modal

menurut ekonomi adalah barang atau uang yang bersama-sama produksi

tanah dan tenaga kerja menghasilkan barang-barang baru yaitu dalam hal

ini hasil pertanian, Murbyarto (1989:108). Modal petani antara lain :

tanah. uang, barang seperti cangkul, bajak, alat pertanian.

12
Dalam penelitian ini modal yang dimaksud adalah uang. Modal

yang diperoleh petani umumnya digunakan untuk membiayai

persiapan/penggarapan tanah, termasuk upah ternak, biaya untuk membeli

pupuk dan pestisida dan lain-lain. Modal sangat mempengaruhi

pengembangan usaha petani. Semakin besar modal yang dimiliki petani

maka semakin berkembang pula usaha pertanian petani tersebut. Hal ini

pun senada dengan pendapat Murbyarto (1989:107) petani yang maju akan

selalu berusaha agar modalnya makin lama makin baik dan makin

produktif. Modal yang produktif adalah modal yang menyumbang hasil

total sebanyak biayanya. Menurut pendapat diatas, modal pertanian adalah

segala sesuatu biaya dan dana yang dimiliki oleh petani dan dibutuhkan

oleh petani selama proses produksi pertanian berlangsung.

C. Pendapatan Bersih Petani Sayuran

Pendapatan bersih adalah pemasukan ekonomi dari hasil

penjualan selama satu periode yang telah dikurangi oleh biaya-biaya yang

diperlukan selama proses cocok tanam berlangsung. Senada oleh Ken

Suratiyah (2009:88) pendapatan bersih adalah selisih antara penerimaan

dengan total biaya produksi per usaha tani dengan satuan rupiah. Menurut

Totok Mardikanto ( 1990:24 ) pendapatan petani harus dihitung dalam

kurun waktu tahunan, karena pendapatan petani diperoleh pada saat panen

yang waktunya tidak tiap bulan.

13
3. Tinjauan Umum Tanaman Sawi

Sawi merupakan tanaman hortikultura yang dapat memperbaiki dan

memperlancar pencernaan. Hampir setiap orang gemar akan sawi karena

rasanya segar dan banyak mengandung vitamin A, vitamin B dan sedikit

vitamin C (Yuniarti et al., 2000).

Menurut Haryanto et al. (2003), klasifikasi sawi termasuk ke dalam

Kingdom: Plantae; Divisio: Spermatophyta; Kelas: Dicotyledonae; Ordo:

Rhoeadales; Family: Cruciferae; Genus: Brassica; Spesies : Brassica juncea

L.

Tanaman sawi mempunyai batang semu yang pendek hampir tidak

kelihatan karena dari pangkal batang tumbuh tangkai daun dan daunnya bulat

panjang dan berbulu halus. Tanaman sawi yang dimanfaatkan untuk sayuran

adalah daunnya. Jika dimasak dan dimakan terasa lunak dan segar. Tanaman

sawi memiliki akar tunggang (radix primaria) dan cabang akar yang

bentuknya bulat panjang (silindris) menyebar ke semua akar pada kedalaman

antara 30-50 cm. Akar-akar ini berfungsi antara lain untuk menyerap air dan

zat makanan dari dalam tanah, serta menguatkan berdirinya batang tanaman

(Yulia et al., 2011).

Batang sawi berfungsi sebagai alat pembentuk dan penopang daun.

Pada umumnya daun-daun sawi bersayap, bertangkai panjang yang

bentukknya pipih, mudah berbunga dan berbiji secara alami, baik di dataran

tinggi maupun di dataran rendah. Struktur bunga sawi tersusun dari dalam

tangkai bunga (inflorescentia), yang tumbuh memanjang (tinggi) dan

14
bercabang banyak. Tiap kuntum sawi terdiri atas empat helai daun kelopak,

empat helai daun mahkota, bunga berwarna kuning cerah, empat helai benang

sari, dan satu buah putik yang berongga dua (Rukmana, 1994).

Penyerbukan bunga sawi dapat berlangsung dengan bantuan

serangga lebah dan manusia. Hasil dari penyerbukan ini terbentuk buah

berupa biji. Buah sawi termasuk tipe buah polong, yakni bentuknya

memanjang dan berongga. Tiap buah (polong) berisi dua sampai delapan butir

biji. Biji sawi berbentuk bulat kecil yang berwarna coklat atau coklat

kehitam-hitaman. Produksi utama dari sawi adalah daun-daunnya. Sawi dapat

dikonsumsi dalam berbagai bentuk masakan, sebagai sayur daun (Rukmana,

1994).

Nazaruddin (2003) menyatakan bahwa ada tiga jenis sawi yang

banyak dibudidayakan. Pertama, sawi putih (sawi jabung), memiliki daun

berwarna hijau keputihan dan lebar, batang berwarna hijau dan pendek serta

tegap, rasa enak. Kedua, sawi hijau, sawi ini berbatang pendek dan tegap,

daunnya lebih hijau dari sawi putih, tangkai daun pipih, rasa agak pahit, tapi

banyak disukai konsumen. Ketiga, sawi huma (sawi ladang), memiliki batang

yang panjang dan langsing, daunnya panjang sempit, warnanya hijau keputih-

putihan. Jenis sawi ini lebih menyukai tanah yang kering atau ladang.

Menurut penelitian Nurshanti (2010), sawi varietas tropika merupakan

varietas terbaik untuk parameter tinggi tanaman, pertambahan jumlah daun,

bobot berangkasan basah, dan indeks panen yang masing-masing adalah

18,59 cm; 2,30 helai; 85,96 g; 83,52%.

15
Tanaman sawi dapat tumbuh baik di tempat yang berhawa panas

maupun berhawa dingin, sehingga dapat diusahakan di daerah dataran tinggi

maupun dataran rendah. Meskipun begitu, tanaman sawi akan lebih baik jika

ditanam di dataran tinggi. Daerah penanaman yang sesuai adalah mulai dari

ketinggian 5 m sampai 1200 m dpl. Namun biasanya tanaman ini

dibudidayakan pada daerah yang berketinggian antara 100 sampai 500 m dpl.

Sebagian besar daerah-daerah di Indonesia memenuhi syarat ketinggian

tersebut (Yulia et al., 2011).

Tanaman sawi juga tahan terhadap air hujan, sehingga dapat ditanam

sepanjang tahun. Pada musim kemarau, jika penyiraman dilakukan dengan

teratur dan dengan air yang cukup, tanaman ini dapat tumbuh sebaik pada

musim penghujan. Jadi, jika budidaya sawi dilakukan pada dataran tinggi,

tanaman ini tidak perlu air yang banyak, sebaliknya jika ditanam di dataran

rendah diperlukan air yang lebih banyak. Berhubung dalam pertumbuhannya

tanaman ini memerlukan hawa yang sejuk, maka akan lebih cepat tumbuh

apabila ditanam dalam suasana lembab. Akan tetapi tanaman ini juga tidak

senang pada air yang menggenang. Sehingga, tanaman sawi sesuai ditanam

pada akhir musim penghujan (Nurshanti, 2010).

Tanah yang sesuai untuk penanaman sawi adalah tanah gembur,

banyak mengandung humus, subur, serta drainase yang baik. Derajat

kemasaman (pH) tanah yang optimal untuk pertumbuhan tanaman sawi

berkisar antara 6-7 (Perwitasari et al., 2012).

16
A. Budidaya Tanaman Sawi

a. Benih

Perbanyakan tanaman sawi dilakukan dengan benih. Benih sawi

diperoleh dari tanaman yang dibiarkan hingga berkembang dan akhirnya

tua, berbuah dan menghasilkan benih. Kebutuhan benih sawi per hektar

hanya 700 gram. Sebelum dikebunkan benih sawi disemaikan dahulu pada

media tanam yang sesuai. Bibit yang sudah berdaun 4 helai dapat dipindah

ke lahan (Nazaruddin, 2003).

b. Penanaman

Akhir musim hujan merupakan pilihan yang tepat untuk bertanam

sawi. Apabila terpaksa, dapat juga ditanam pada musim kemarau, tetapi

harus bisa memberikan air dalam jumlah yang cukup bagi tanaman. Bibit

yang sudah layak pindah bisa langsung ditanam pada media yang

diinginkan. Angkat bibit dari media persemaian dengan tidak merusak

akarnya, kemudian ditanam dengan jarak tanam 30 x 40 cm. Penanaman

dilakukan sore hari (Yulia et al., 2011).

c. Pemeliharaan

Tindakan pemeliharaan untuk tanaman sawi yang rutin ialah

penyiraman. Penyiraman dilakukan sejak dari persemaian hingga di lahan.

Gunakan gembor yang air siramannya halus. Saat curah hujan sedikit,

penyiraman dilakukan pada pagi dan sore hari. Melakukan penyulaman

pada tanaman yang mati sangat perlu dilakukan paling tidak satu minggu

setelah tanam. Selanjutnya pembersihan lahan dari rumput yang

17
menganggu agar tidak ada persaingan dalam perebutan unsur hara.

Pembersihan dapat dilakukan secara manual dengan mencabut rumput

menggunakan tangan (Yuniarti et al., 2000).

d. Pemupukan

Tanaman sawi menyukai tanah yang gembur dan subur, maka

harus ditambahkan pupuk kandang sebanyak 10-15 ton/ha. Selain pupuk

kandang, sawi juga membutuhkan pupuk tambahan terutama yang banyak

mengandung unsur nitrogen, pupuk urea dengan dosis 3 gram per tanaman

sudah memadai. Dosis ini setara dengan 60 kg kadar nitrogen per hektar.

Pupuk KCl dan TSP juga bisa diberikan dengan dosis cukup sepertiganya.

Akan tetapi, yang lebih penting ialah pupuk urea saja karena penting untuk

pertumbuhan sayuran daun ini (Nazaruddin, 2003).

4. Kondisi Sosial Ekonomi

A. Pengertian Kondisi Sosial

Menurut Dalyono ( 2005 ) dalam Basrowi dan Juariyah ( 2010 )

Kondisi Soial adalah semua orang atau manusia lain yang mempengaruhi

kita. Kondisi sosial yang mempengaruhi individu melalui dua cara yaitu

langsung dan tidak langsung. Secara langsung yaitu seperti dalam

pergaulan sehari – hari baik dari keluarga, teman dan pekerjaan. Secara

tidak langsung melalui media masa baik cetak, audio maupun audio visual.

Selanjutnya juga dijelaskan lingkungan sosial yang sangat berpengaruh pada

proses dan hasil pendidikan adalah teman bergaul, lingkungan tetangga dan

aktivitas dalam masyarakat.

18
Linton (2000) dalam Basrowi dan Juariyah (2010) mengatakan

kondisi sosial masyarakat mempunyai lima indikator yaitu : umur dan

jenis kelamin, pekerjaan, prestise, family atau kelompok rumah tangga,dan

keanggotaan dalam kelompok perserikatan. Dari kelima indikator tersebut,

hanya indikator umur dan kelamin yang tidak terpengaruh oleh proses

pendidikan, sehingga hanya empat indikator yang perlu diukur tingkat

perbaikannya, guna mengetahui tingginya manfaat sosial bagi masyarakat.

Menurut Ihsan (2003) dalam Basrowi dan Juariyah (2010)

kondisi masyarakat di mana memiliki latar belakang pendidikan yang

cukup, terdapat lembaga – lembaga pendidikan dan sumber belajar

didalamnya akan memberikan pengaruh positif terhadap semangat dan

perkembangan belajar generasi muda.

Dalam hal ini di mana kondisi sosial ini berpengaruh secara

negatif terhadap pendidikan, maka kondisi ini menjadi pembatas

pendidikan. Orang tua sebagai pendidik secara kodrati harus mampu

mengantisipasi pengaruh yang ada karena tidak semua pengaruh kondisi

sosial merupakan pengaruh yang baik. Hal ini berarti bahwa lingkungan

sosial juga mempengaruhi pencapaian pendidikan anak. Kondisi sosial

masyarakat mempengaruhi proses dan hasil pendidikan.

B. Pengertian Kondisi Ekonomi

Menurut Sumardi dan Evers (2001) dalam Basrowi dan Juariyah

(2010) keadaan ekonomi adalah suatu kedudukan yang secara rasional dan

menetapkan seseorang pada posisi tertentu dalam masyarakat. Pemberian

19
posisi itu disertai pula dengan seperangkat hak dan kewajiban yang

harus dimainkan oleh si pembawa status.

C. Pengertian Kondisi Sosial Ekonomi

Menurut Mubyarto (2001) dalam Basrowi dan Juariyah

(2010) berpendapat tinjauan Sosial Ekonomi penduduk meliputi aspek

sosial, aspek sosial budaya, dan aspek Desa yang berkaitan dengan

kelembagaan dan aspek peluang kerja. Aspek ekonomi Desa dan peluang

kerja berkaitan erat dengan masalah kesejahteraan masyarakat Desa.

Kecukupan pangan dan keperluan ekonomi bagi masyarakat baru

terjangkau bila pendapatan rumah tangga mereka cukup untuk menutupi

keperluan rumah tangga dan pengembangan usaha – usahanya.

Menurut Sumardi dan Evers (2002) dalam Basrowi dan

Juariyah (2010) keadaan Sosial Ekonomi yaitu sebagai berikut :

a. Lebih berpendidikan.

b. Mempunyai status sosial yang ditandai dengan tingkat kehidupan,

kesehatan, pekerjaan, pengenalan diri terhadap lingkungan.

c. Mempunyai tingkat mobilitas ke atas lebih besar.

d. Mempunyai ladang luas.

e. Lebih berorientasi pada ekonomi komersial produk.

f. Mempunyai sikap yang lebih berkenaan dengan kredit.

g. Pekerjaan lebih spesifik.

20
Kondisi Sosial Ekonomi menurut Sastropradja (2000) dalam

Basrowi dan Juariyah (2010) adalah keadaan atau kedudukan seseorang

dalam masyarakat sekelilingnya.

Menurut Ahmed (2001) dalam Basrowi dan Juariyah (2010)

manfaat dalam konteks Sosial Ekonomi bagi masyarakat dari suatu

program pendidikan adalah berupa perbaikan dalam hal penghasilan,

produktivitas, kesehatan, nutrisi, kehidupan keluarga, kebudayaan, rekreasi,

dan partisipasi masyarakat. Perbaikan penghasilan dan sebagian

produktivitas adalah merupakan manfaat ekonomi bagi masyarakat.

Perbaikan dari sebagian produktivitas, kesehatan, makanan,

kehidupan keluarga, kebudayaan, rekreasi, dan partisipasi adalah

merupakan manfaat sosial bagi masyarakat.

Agar anak dapat memperoleh pendidikan yang baik maka orang tua

harus pandai mengarahkan agar anaknya tidak terpengaruh apabila

kondisi sosial mereka tidak mendukung tercapainya pendidikan dengan

baik. Orang tua juga harus mengusahakan agar lingkungan sosial di

sekitar dapat dijadikan sebagai pendukung tercapainya pendidikan yang

maksimal.

5. Tinjauan Tentang Perubahan Sosial Ekonomi

A. Konsep Perubahan Sosial

Perubahan sosial sebagai perubahan-perubahan sosial yang terjadi

dalam struktur dan fungsi masyarakat. Pandangan serupa dikemukakan oleh

Wilbert Moore yang memandang perubahan sosial sebagai perubahan struktur

21
sosial, pola perilaku dan interakasi sosial. Sedangkan Menurut Mac Iver,

perubahan sosial merupakan perubahan yang terjadi dalam hubungan sosial

atau sebagai perubahan terhadap keseimbangan (Robert H. Laurer, 1993:289).

Setiap manusia selama hidup pasti mengalami perubahan-perubahan.

Perubahan dapat berupa pengaruhnya terbatas maupun luas, perubahan yang

lambat dan ada perubahan yang berjalan dengan cepat. Perubahan dapat

mengenai nilai dan norma sosial, pola-pola perilaku organisasi, susunan

lembaga kemasyarakatan, lapisan-lapisan dalam masyarakat, kekuasaan dan

wewenang, interaksi sosial dan sebagainya. Perubahan- perubahan yang

terjadi pada masyarakat merupakan gejala yang normal. Pengaruhnya bisa

menjalar dengan cepat ke bagian-bagian dunia lain berkat adanya komunikasi

modern (Soerjono Soekanto, 2009:259).

Definisi perubahan sosial menurut beberapa ahli sosiologi: Soerjono

Soekanto (2009:262-263).

a. Kingsley Davis mengartikan “perubahan sosial sebagai perubahan-

perubahan yang terjadi dalam struktur dan fungsi masyarakat”

(Soerjono Soekanto, 2009:262).

b. MacIver mengatakan “perubahan-perubahan sosial merupakan sebagai

perubahan-perubahan dalam hubungan sosial (social relationships)

atau sebagai perubahan terhadap keseimbangan (equilibrium)

hubungan sosial” (Soerjono Soekanto, 2009:263).

c. JL.Gillin dan JP.Gillin mengatakan “perubahan-perubahan sosial

sebagai suatu variasi dari cara-cara hidup yang telah diterima, baik

22
karena perubahan-perubahan kondisi geografis, kebudayaan material,

komposisi penduduk, idiologi maupun karena adanya difusi ataupun

penemuan-penemuan baru dalam masyarakat”(Soerjono Soekanto,

2009:263).

d. Selo Soemardjan mengatakan rumusannya adalah “segala perubahan-

perubahan pada lembaga-lembaga kemasyarakatan di dalam suatu

masyarakat, yang mempengaruhi sistem sosialnya, termasuk di

dalamnya nilai-nilai, sikap dan pola perilaku di antara kelompok-

kelompok dalam masyarakat” (Soerjono Soekanto, 2009:263).

Dari definisi di atas dapat disimpulkan perubahan sosial adalah

perubahan yang terjadi dalam struktur masyarakat yang dapat

mempengaruhi pola interaksi sosial di dalam suatu yang dapat bersifat

membangun karakter manusia menuju proses yang lebih baik atau

malah sebaliknya.

B. Konsep Perubahan Ekonomi

Perubahan Ekonomi adalah adanya peningkatan maupun penurunan

sumber pendapatan. Total penghasilan, pengeluaran, simpanan dan

kepemilikan harta yang bernilai ekonomis untuk menentukan tingkat

kondisi ekonomi seseorang (Abdulsyani, 2008).

C. Faktor yang Mempengaruhi Status Sosial Ekonomi

Soekanto memiliki ukuran atau kriteria dalam menggolongkan

anggota masyarakat dalam suatu lapisan sosial, kriteria tersebut

diantaranya ukuran kekayaan, ukuran kekuasaan, ukuran kehormatan

23
dan ukuran ilmu pengetehuan. Namun status sosial ekonomi masyarakat

juga dapat dilihat dari beberapa faktor yang mempengaruhi, yaitu:

a. Pekerjaan

Manusia adalah makhluk yang berkembang dan makhluk

yang aktif. Manusia disebut sebagai makhluk yang suka bekerja,

manusia bekerja untuk memenuhi kebutuhan pokoknya yang terdiri dari

pakaian, sandang, papan, serta memenuhi kebutuhan sekunder seperti

pendidikan tinggi, kendaraan, alat hiburan dan sebagainya (Mulyanto,

1985:2).

Pekerjaan akan menentukan perubahan sosial ekonomi

karena dari bekerja segala kebutuhan akan dapat terpenuhi. Pekerjaan

tidak hanya mempunyai nilai ekonomi namun usaha manusia untuk

mendapatkan kepuasan dan mendapatkan imbalan atau upah, berupa

barang dan jasa akan terpenuhi kebutuhan hidupnya. Pekerjaan seseorang

akan mempengaruhi kemampuan ekonominya, untuk itu bekerja

merupakan suatu keharusan bagi setiap individu sebab dalam bekerja

mengandung dua segi, kepuasan jasmani dan terpenuhinya kebutuhan

hidup. Dalam kaitan ini Soeroto (1986:5) memberikan definisi

mengenai pekerjaan adalah kegiatan yang menghasilkan barang dan

jasa bagi diri sendiri atau orang lain, baik orang melakukan dengan

dibayar atau tidak.

Soeroto (1986:167) menjelaskan bahwa dengan bekerja orang

akan memperoleh pendapatan, dari pendapatan yang diterima orang

24
tersebut diberikan kepadanya dan keluarganya untuk mengkonsumsi

barang dan jasa hasil pembangunan dengan demikian menjadi lebih jelas,

barang siapa yang mempunyai produktif, maka ia telah nyata berpartisipasi

secara nyata dan aktif dalam pembangunan.

Ditinjau dari segi sosial, tujuan bekerja tidak hanya

berhubungan dengan aspek ekonomi/mendapatkan pendapatan (nafkah)

untuk keluarga saja, namun orang yang bekerja juga berfungsi untuk

mendapatkan status, untuk diterima menjadi bagian dari satu unit status

sosial ekonomi dan untuk memainkan suatu peranan dalam statusnya

(Kartono, 1991:21).

Dalam pedoman ISCO (International Standart Clasification

of Oecuption) pekerjaan diklasifikasikan sebagai berikut:

a) Profesional ahli teknik dan ahli jenis

b) Kepemimpinan dan ketatalaksana

c) Administrasi tata usaha dan sejenisnya

d) Jasa

e) Petani

f) Produksi dan operator alat angkut.

Dari berbagai klasifikasi pekerjaan diatas, orang akan dapat

memilih pekerjaan yang sesuai dengan kemampuan dan ketrampilan yang

dimilikinya. Dalam masyarakat tumbuh kecenderungan bahwa orang yang

bekerja akan lebih terhormat di mata masyarakat, artinya lebih dihargai

secara sosial dan ekonomi.

25
Jadi untuk menentukan status sosial ekonomi yang dilihat dari

pekerjaan, maka jenis pekerjaan dapat diberi batasan sebagai berikut:

a) Pekerjaan yang berstatus tinggi, yaitu tenaga ahli teknik dan ahli jenis,

pemimpin ketatalaksanaan dalam suatu instansi baik pemerintah

maupun swasta, tenaga administrasi tata usaha.

b) Pekerjaan yang berstatus sedang, yaitu pekerjaan di bidang penjualan

dan jasa.

c) Pekerjaan yang berstatus rendah, yaitu petani dan operator alat angkut

atau bengkel.

Adapun indikator lain yang menjadi faktor perubahan status sosial

ekonomi masyarakat antara lain adalah:

a. Pendidikan

b. Pendapatan

c. Status kepemilikan

d. Status dalam masyarakat

e. Partisipasi dalam masyarakat

26
BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Penelitian kualitatif merupakan suatu model penelitian yang bersifat

humanistik, dimana manusia dalam penelitian ini ditempatkan sebagai subyek

utama dalam suatu peristiwa sosial. Berdasarkan hal tersebut penelitian

kualitatif pada dasarnya adalah satu kegiatan sistematis untuk menemukan

suatu teori dalam sebuah realita sosial bukan menguji teori atau hipotesis.

Sehingga, secara epistemologis paradigma kualitatif senantiasa mengakui

adanya fakta empiris dilapangan yang dijadikan sumber pengetahuan akan

tetapi teori yang ada tidak dijadikan sebagai tolak ukur verifikasi.

B. Lokasi Penelitian dan Waktu Penelitian

Penelitian ini bertempat di Pasar Waiheru Ambon dan akan dilaksanakan

pada Mei 2019.

C. Sumber Data Penelitian

Data yang disajikan dari sumber-sumber data yang meliputi data primer dan

data sekunder. Adapun penjelasannya sebagai berikut :

a. Data Primer

Yaitu data yang diperoleh berupa fakta atau keterangan hasil penelitian

secara langsung di lokasi penelitian dan hasil wawancara dengan

narasumber yakni petani yang berdagang di Pasar Waiheru Ambon

b. Data Sekunder

27
Data yang diperlukan dalam penelitian ini adalah data sekunder yang

berupa bahan-bahan referensi seperti buku, jurnal, peneliti terdahulu, dan

pengkajian teori yang berkaitan dengan judul.

D. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini adalah :

1. Teknik Observasi

Dapat diartikan pengamatan dan pencatatan secara sistematik unsur-unsur

yang nampak dalam suatu gejala pada obyek penelitian. Observasi

merupakan salah satu teknik pengumpulan data dan pendukung untuk

mengumpulkan data yang diharapkan.

2. Teknik Wawancara

Kegiatan wawancara dalam penelitian ini dilakukan untuk memperoleh

gambaran mengenai pandangan atau respon subyek penelitian terhadap

isu, tema, atau topik penelitian. Teknik ini dilakukan melalui tanya jawab

secara lisan dan tatap muka langsung dengan informan yang telah

diidentifikasi sebelumnya.

3. Teknik Dokumentasi

Metode dokumentasi adalah mencari data atau hal-hal atau variabel

berupa catatan, transkrip, buku, surat kabar, majalah, prasasti, notulen,

legger, agenda dan sebagainya yang berkaitan dengan subjek & objek

penelitian tentang Petani Sayur Sawi.

28
E. Teknik Analisis Data

Miles dan Hubermen, mengemukakan bahwa aktivitas dalam analisis

data kualitatif dilakukan secara interaktif dan berlangsung secara terus

menerus sampai tuntas, sehingga datanya jenuh. Ukuran kejenuhan data

ditandai dengan tidak diperolehnya lagi data atau informasi baru. Aktivitas

dalam analisis meliputi reduksi data (reduction data ), penyajian data (display

data) serta Penarikan kesimpulan dan verifikasi (conclusion drawing

/verification ).

Analisis data kualitatif model Miles dan Hubermen terdapat 3 (tiga)

tahap:

1. Tahap Reduksi Data

Sejumlah langkah analisis selama pengumpulan data adalah

meringkaskan data kontak langsung dengan orang, kejadian dan

situasi di lokasi penelitian, pengkodean.

Dalam analisis selama pengumpulan data adalah pembuatan catatan

objektif, membuat catatan reflektif, membuat catatan marginal,

penyimpanan data, analisis data selama pengumpulan data merupakan

pembuatan memo, analisis antarlokasi, pembuatan ringkasan

sementara antar lokasi. Isinya lebih bersifat matriks tentang ada

tidaknya data yang dicari pada setiap lokasi.

2. Tahap Penarikan Kesimpulan dan Verifikasi

Tahap penarikan kesimpulan berdasarkan temuan dan melakukan

verifikasi data. Seperti yang dijelaskan di atas bahwa kesimpulan awal

29
yang dikemukakan masih bersifat sementara dan akan berubah bila

ditemukan bukti-bukti kuat yang mendukung tahap pengumpulan data

berikutnya.

Proses untuk mendapatkan bukti-bukti inilah yang disebut sebagai

verifikasi data. Apabila kesimpulan yang dikemukakan pada tahap awal

didukung oleh bukti-bukti yang kuat dalam arti konsisten dengan kondisi

yang ditemukan saat peneliti kembali ke lapangan maka kesimpulan yang

diperoleh merupakan kesimpulan yang kredibel.

30

Anda mungkin juga menyukai