Anda di halaman 1dari 16

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Kesehatan Masyarakat

Kesehatan Masyarakat adalah ilmu dan seni dalam mencegah

penyakit, memperpanjang hidup manusia dan mempertinggi derajat serta

efisiensi melalui usaha-usaha masyarakat yang terorganisir dengan

menciptakan lingkungan hidup yang sehat, memberantas penyakit menular,

pendidikan dalam soal kebersihan perorangan, pengorganisasian usaha-usaha

kedokteran dan perawatan serta mengembangkan organisasi-organisasi

kesejahteraan masyarakat untuk memelihara kesehatan.4

B. Kesehatan Lingkungan

Kesehatan lingkungan adalah cabang ilmu kesehatan masyarakat yang

berkaitan dengan aspek dari alam dan lingkungan yang dapat mempengaruhi

kesehatan manusia. Kesehatan lingkungan didefinisikan oleh World Helath

Organization (WHO) sebagai aspek-aspek kesehatan manusia dan penyakit

yang disebabkan oleh faktor-faktor dalam lingkungan. Suatu keseimbangan

ekologi yang harus ada antara manusia dan lingkungan. Hal ini juga mencakup

pada teori dan praktek dalam menilai dan mengendalikan faktor-faktor dalam

lingkungan yang dapat berpotensi mempengaruhi kesehatan. Kesehatan

lingkungan mencakup efek patologis langsung bahan kimia, radiasi, dan

beberapa agen biologis, dan dampak (sering tidak langsung) di bidang

10
kesehatan dan kesejahteraan fisik yang luas, psikologis, sosial, dan estetika

lingkungan termasuk perumahan, pembangunan lahan dan transportasi.5

Kesehatan lingkungan pada hakikatnya adalah kondisi atau keadaan

yang optimal sehingga berpengaruh positif terhadap terwujudnya status

kesehatan yang optimum. Ruang lingkup kesehatan lingkungan antara lain

mencakup: perumahan, pembuangan kotoran manusia (tinja), penyediaan air

bersih, pembuangan sampah, pembuangan air kotor (limbah) dan sebagainya.

Adapun yang dimaksud dengan usaha kesehatan lingkungan adalah suatu

usaha untuk memperbaiki atau mengoptimalkan lingkungan hidup manusia

agar menjadi media yang baik untuk mewujudkan kesehatan yang optimum

bagi manusia yang hidup di dalamnya.5

Di Indonesia, ruang lingkup kesehatan lingkungan diterangkan dalam

Pasal 22 ayat (3) No.23 tahun 1992 mencakup antara lain: (1) Penyehatan air

dan udara; (2) Pengamatan limbah padat/sampah; (3) Pengamanan limbah

cair; (4) Pengamanan limbah gas; (5) Pengamanan radiasi; (6) Pengamanan

kebisingan; (7) Pengamanan vektor penyakit; (8) Penyehatan dan pengamanan

lainnya. Adapun yang dimaksud dengan usaha kesehatan lingkungan adalah

suatu usaha untuk memperbaiki atau mengoptimalkan lingkungan hidup

manusia agar terwujudnya kesehatan yang optimum bagi manusia yang hidup

di dalamnya.6

Masalah kesehatan lingkungan merupakan masalah yang kompleks

untuk diatasi dimana dibutuhkan integrasi dari berbagai sektor terkait. Di

Indonesia permasalahan dalam kesehatan lingkungan antara lain pembuangan

11
kotoran manusia (tinja), penyediaan air bersih, pembuangan sampah dan

pembuangan air kotor (limbah).5

Sanitasi merupakan salah satu komponen penting dari kesehatan

lingkungan. Definisi sanitasi menurut WHO adalah usaha pencegahan /

pengendalian semua faktor lingkungan fisik yang dapat memberikan pengaruh

terhadap manusia terutama yang sifatnya merugikan atau berbahaya terhadap

perkembangan fisik, kesehatan dan kelangsungan hidup manusia. Belum

optimalnya sanitasi di Indonesia ini ditandai dengan masih tingginya angka

kejadian penyakit infeksi dan penyakit menular di masyarakat. 5

Definisi Tempat-Tempat Umum (TTU) adalah suatu tempat dimana

semua orang dapat masuk ke tempat tersebut untuk berukumpul mengadakan

kegiatan baik secara insidentil maupun terus-menerus. Suatu tempat dikatakan

tempat umum bila memenuhi kriteria seperti diperuntukkan oleh masyarakat

umum, mempunyai bangunan tetap atau permanen, memiliki aktivitas

pengelola, pengunjung atau pengusaha, dan tersedianya fasilitas seperti

fasilitas kerja pengelola, dan fasilitas sanitasi seperti penyediaan air bersih,

bak sampah, WC/urinoir, kamar mandi, dan pembuangan limbah.2

Sehingga sanitasi tempat-tempat umum adalah suatu usaha untuk

mengawasi dan mencegah kerugian akibat dari tempat-tempat umum terutama

yag erat hubungannya dengan timbulnya atau menularnya suatu penyakit.

Usaha-usaha yang dilakukan dalam sanitasi tempat-tempat umum dapat

berupa pengawasan dan pemeriksaan terhadap faktor manusia yang

melakukan kegiatan pada tempat-tempat umum. Dapat juga dilakukan

12
penyuluhan terhadap masyarakat terutama yang menyangkut pengertian dan

kesadaran masyarakat terhadap bahaya-bahaya yang timbul di tempat-tempat

umum.2

C. Program Kesehatan Lingkungan Puskesmas

1. Program Kesehatan Lingkungan oleh Puskesmas

Program kesehatan lingkungan adalah upaya untuk menciptakan kondisi

lingkungan yang mampu menopang kesimbangan ekologi yang dinamis

antara manusia dan lingkungan untuk mendukung tercapainya kualitas

hidup manusia yang sehat dan bahagia.4

2. Tugas Pemegang Program Kesehatan Lingkungan Puskesmas

Tugas pokok pemegang program: sebagai pelaksana pengamatan

kesehatan lingkungan, pengawasan kesehatan lingkungan, dan

pemberdayaan masyarakat dalam rangka perbaikan kualitas kesehatan

lingkungan untuk dapat memelihara, melindungi dan meningkatkan cara-

cara hidup bersih dan sehat.4

Berikut ini merupakan sanitasi luar gedung:

1. Tempat-Tempat Umum dan Industri (TTU dan I):

a. Tempat-tempat Umum (TTU)

b. Tempat Penyimpanan Penjualan Pestisida (TP3)

c. Lingkungan kerja industri dan lingkungan kerja perkantoran.

2. Tempat-Tempat Pengolahan Makanan (T2PM)

3. Sarana Air Bersih dan penyehatan Lingkungan Pemukiman.

13
a. Inspeksi Sanitasi Rumah

b. Inspeksi Sanitasi Sarana Air Minum/Air Bersih

c. Inspeksi Sanitasi Jamban keluarga (SAMIJAGA) dan Saluran

Pembuangan Air Limbah (SPAL)

d. Pemantauan Jentik Bekala

e. Inspeksi Sanitasi Tempat Penampungan Sampah.

D. Persyaratan Kondisi Masjid Sehat

1) Persyaratan Kesehatan Lingkungan dan Bangunan Umum3

a. Lokasi masjid tidak terletak di daerah banjir.

b. Bersih dan tertata rapi dan sistem drainase berfungsi dengan baik.

c. Tidak terdapat genangan air di lingkungan/halaman masjid

d. Terdapat pagar yang kuat dan terpelihara dengan baik

e. Lantai masjid bersih, kuat, kedap air, tidak licin, dan permukaannya

rata.

f. Dindig masjid bersih, kuat, kedap air, tidak licin dan permukaannya

rata

g. Atap ruangan masjid harus kuat, tidak bocor serta tidak

memungkinkan terjadinya genangan air

h. Langit-langit masjid harus memiliki tinggi dari lantai minimal 2,5

meter, kuat serta berwarna terang.

i. Pencahayaan dalam ruangan masjid harus cukup terang

j. Memiliki ventilasi yang dapat mengatur sirkulasi udara baik ventilasi

alami maupun buatan, sehingga kondisi ruangan menjadi terasa

nyaman.

14
2) Fasilitas Sanitasi

a. Tersedia air bersih dalam jumlah yang cukup, kualitas air memenuhi

persyaratan air bersih atau air minum dan tersedia setiap saat, dan air

wudhu keluar dari kran-kran khusus.3

b. Air kotor/limbah mengalir dengan lancar, saluran bersambung dengan

saluran pembuangan air kotor umum yang kedap air. Apabila tidak

ada, dita pungan dalam bak yang tertutup dan kedap air.3

c. Tersedia tempat sampah yang tertutup, rapat, kedap air dan mudah

dibersihkan, mudah diangkat, jumlah dan kapasitas disesuaikan dengan

kebutuhan, serta disediakan TPS yang memenuhi syarat.3

E. Pengetahuan dan Sikap

1. Pengetahuan

a. Definisi

Pengetahuan merupakan hasil dari tahu dan terjadi setelah orang

melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan

terjadi melalui panca indera manusia, yaitu: indera penglihatan,

pendengaran, penciuman, rasa, dan raba. Pengetahuan merupakan domain

yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan seseorang. Pengetahuan

diperlukan sebagai dukungan dalam terbentuknya tindakan seseorang.

Pengetahuan diperlukan sebagai dukungan dalam menumbuhkan rasa

percaya diri maupun sikap dan peilaku setiap hari. Secara etimologi

pengetahuan berasal dari kata dalam bahasa inggris yaitu knowledge.

Dalam Encyclopedia of Philosophy dijelaskan bahwa pengetahuan adalah

15
kepercayaan yang benar (knowledge is justified true belief). Pengetahuan

itu adalah semua milik atau isi pikiran. Dengan demikian, pengetahuan

merupakan hasil proses dari usaha manusia untuk tahu. Dalam kamus

filsafat, dijelaskan bahwa pengetahuan adalah proses kehidupan yang

diketahui manusia secara langsung dari kesadarannya sendiri. Dalam

peristiwa ini yangmengetahui (subjek) memiliki yang diketahui (objek) di

dalam dirinya sendiri sedemikian aktif sehingga yang mengetahui itu

menyusun yang diketahui pada dirinya sendiri dalam kesatuan aktif.8

b. Tingkat Pengetahuan

Notoatmodjo mengemukakan yang dicakup dalam domain kognitif

yang mempunyai enam tingkatan, pengetahuan mempunyai tingkatan

sebagai berikut:8

1) Tahu (Know): Kemampuan untuk mengingat suatu materi yang

telah dipelajari, dari seluruh bahan yang dipelajari atau rangsangan

yang diterima. Cara kerja untuk mengukur bahwa orang tahu tentang

apa yang dipelajari antara lain: menyebutkan, menguraikan,

mengidentifikasikan dan mengatakan.

2) Memahami (Comprehension): Kemampuan untuk menjelaskan

secara benar tentang objek yang diketahui dan dapat

menginterpretasikan materi tersebut secara benar.

3) Aplikasi (Application): Kemampuan untuk menggunakan materi

yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi yang sebenarnya.

Aplikasi dalam hal ini dapat diartikan sebagai pengguna hukum-

hukum, rumus, metode, prinsip-prinsip dan sebagainya.

16
4) Analisis (Analysis): Kemampuan untuk menjabarkan materi atau

suatu objek dalam suatu komponen-komponen, tetap masih dalam

struktur organisasi dan masih ada kaitannya satu sama lain.

Kemampuan analisis dapat dilihat dari penggunaan kata kerja

seperti kata kerja mengelompokkan, menggambarkan, memisahkan.

5) Sintesis (Synthesis): Kemampuan untuk menghubungkan bagiann-

bagian dalam bentuk keseluruhan yang baru, dengan kata lain

sintesis dadalah suatu kemampuan untuk menyusun formulasi baru

dari formulasi yang ada.

6) Evaluasi (Evaluation): Kemampuan untuk melakukan penelitian

terhadap suatu materi atau objek tersebut bersdasarkan suatu cerita

yang sudah ditentukan sendiri atau mengguanakan kriteria yang

sudah ada.

c. Pengukuran Pengetahuan

Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan wawancara atau

angket tentang isi materi yang akan diukur dari subjek penelitian atau responden.

Kedalaman pengetahuan yang ingin kita ketahui atau kita ukur dapat kita

sesuaikan dengan tingkatan-tingkatan berikut:8

1. Tingkat pengetahuan baik bila skor > 75% - 100%

2. Tingkat pengetahuan cukup bila skor 60% - 75%

3. Tingkat pengetahuan kurang bila skor < 60%

17
2. Sikap

a. Definisi

Masih menurut Notoatmodjo (2007), sikap merupakan reaksi atau

respon yang masih tertutup dari seseorang terhadap suatu stimulus atau

objek. Dapat disimpulkan bahwa manifestasi sikap itu tidak dapat

langsung dilihat, tetapi hanya dapat ditafsirkan terlebih dahulu. Sikap

belum merupakan suatu tindakan atau aktivitas, akan tetapi merupakan

predisposisi tindakan suatu perilaku. Alport (1954) yang dikutip

Notoatmodjo (2007) menjelaskan bahwa sikap itu mempunyai 3

komponen pokok yaitu

Kepercayaan (keyakinan), ide dan konsep terhadap suatu objek

Kehidupan emosional atau evaluasi terhadap suatu objek

Kecenderungan untuk bertindak (tend to be have)

b. Tingkat Pengetahuan

1) Menerima (receiving), yaitu sikap dimana seseorang atau

subjek mau dan memperhatikan stimulus yang diberikan

(objek)

2) Menanggapi (responding), yaitu sikap memberikan jawaban

atau tanggapan terhadap pertanyaan atau objek yang dihadapi

Universitas Sumatera Utara

3) Menghargai (valuing), yaitu sikap dimana subjek atau

seseorang memberikan nilai yang positif terhadap objek atau

stimulus. Dalam arti membahasnya dengan orang lain dan

bahkan mengajak atau mempengaruhi orang lain merespon

18
4) Bertanggungjawab (responsible), sikap yang paling tinggi

tindakannya adalah bertanggungjawab terhadap apa yang

diyakininya

c. Penilaian Sikap

Penilaian sikap dapat dilakukan dengan angket tentang pernyataan

materi yang akan diukur dari subjek penelitian atau responden.

Sikap responden dinilai menggunakan skala Likert, yaitu:8

Sangat Setuju (SS)

Setuju (S)

Netral (N)

Tidak Setuju (TS)

Sangat Tidak Setuju (STS)

G. ANALISIS MASALAH

Masalah adalah suatu kesenjangan antara keadaan yang diharapkan dengan

keadaan yang dihasilkan atau didapatkan, yang menimbulkan rasa ketidakpuasan.9

Ciri-ciri masalah adalah :

1. Menyatakan hubungan dua atau lebih variabel

2. Dapat diukur

3. Dapat diatasi

Urutan dalam siklus pemecahan masalah antara lain :

19
Gambar 1. Siklus Pemecahan Masalah

1. Identifikasi / Inventarisasi masalah

Menetapkan keadaan spesifik yang diharapkan, yang ingin dicapai,

menetapkan indikator tertentu sebagai dasar pengukuran kinerja, kemudian

mempelajari keadaan yang terjadi dengan menghitung dan mengukur hasil

pencapaian. Yang terakhir membandingkan antara keadaan nyata yang

terjadi, dengan keadaan tertentu yang diinginkan atau indikator tertentu

yang sudah ditetapkan.9

2. Penentuan penyebab masalah

Penentuan penyebab masalah didapat berdasarkan data atau

kepustakaan dengan curah pendapat. Untuk membantu menentukan

kemungkinan penyebab masalah dapat dipergunakan diagram tulang ikan

(Fish Bone Diagram) yang terdiri dari input (5M), Proses (P1, P2, P3) dan

Lingkungan. Fish bone diagram untuk menentukan penyebab masalah

20
berdasar pendekatan sistem. Masalah terletak pada output yang

didukung oleh bukti data dan konfirmasi.9

3. Menentukan alternatif pemecahan masalah

Seringkali pemecahan masalah dapat dilakukan dengan mudah dari

penyebab yang sudah diidentifikasi. Jika penyebab sudah jelas maka dapat

4langsung pada alternatif pemecahan.9

4. Penetapan pemecahan masalah terpilih

Setelah alternatif pemecahan masalah ditentukan, maka dilakukan

pemilihan pemecahan terpilih. Apabila diketemukan beberapa alternatif

maka digunakan Hanlon kualitatif untuk menentukan/memilih pemecahan

terbaik.9

5. Penyusunan rencana penerapan

Setelah pemecahan masalah terpilih ditentukan, langkah

selanjutnya adalah menentukan kegiatan-kegiatan dalam rangka

pemecahan masalah. Rencana penerapan pemecahan masalah dibuat dalam

bentuk POA (Plan of Action atau Rencana Kegiatan).9

6. Monitoring dan evaluasi

Ada dua segi pemantauan yaitu apakah kegiatan penerapan pemecahan

masalah yang sedang dilaksanakan sudah diterapkan dengan baik dan

menyangkut masalah itu sendiri, apakah permasalahan sudah dapat

dipecahkan.9

H. ANALISIS PENYEBAB MASALAH

Untuk menganalisis penyebab masalah manajemen puskesmasn digunakan

pola pendekatan sistem. Pendekatan sistem meliputi input (Man, Money,

21
Machine, Material, Methode), proses (Perencanaan (P1), Penggerakkan dan

Pelaksanaan (P2), Pengawasan, Pengendalian, dan Penilaian (P3)), dan

lingkungan.9

Untuk analisis masalah digunakan metode pendekatan sistem guna mencari

kemungkinan penyebab dan menyusun pendekatan-pendekatan masalah.

Kemudian dari pendekatan sitem ini kita telusuri hal-hal yang mungkin jadi

penyebab terjadinya masalah TP2M khususnya warung makan yang tidak

memenuhi syarat di Desa Ngargogondo, Kecamatan Borobudur, Kabupaten

Magelang.9

Kemudian untuk menganalisis penyebab masalah digunakan metode Fish

Bone. Untuk mengetahui penyebab masalah tersebut digunakan analisis

pendekatan sistem.9

22
INPUT PROCESS OUTPUT

Man P1 P2 P3 Cakupan
Kegiatan &
Money & Mutu
Material Manajemen
Mutu
Method

Machine

LINGKUNGAN
OUTCOME
Fisik

Kependudukan

Sosial Budaya

Sosial Ekonomi
IMPACT

Gambar 2. Kerangka Pikir Pendekatan Sistem

23
PROSES LINGKUNGAN

P1
P3

P2

MASALAH

MAN
MONEY
MATERIALS
METHOD
MACHINE

INPUT

Gambar 3. Diagram Fish bone

PENENTUAN ALTERNATIF PEMECAHAN MASALAH

Setelah melakukan analisis penyebab masalah maka langkah selanjutnya,

yaitu menyusun alternatif pemecahan masalah.9

I. PENENTUAN PRIORITAS PEMECAHAN MASALAH

Setelah menentukan alternatif pemecahan masalah, maka selanjutnya

dilakukan penentuan prioritas alternatif pemecahan masalah dengan

menggunaka rumus :9

M.I.V

24
M = Magnitude, besarnya penyebab masalah yang dapat diselesaikan,

semakin besar penyebab yang dapat diselesaikan dengan

pemecahan masalah, maka semakin efektif

I = Importancy, pentingnya penyelesaian masalah, makin penting

cara penyelesaian dalam mengatasi penyebab masalah maka

semakin efektif

V = Vulnerability, sensitifitas cara penyelesain masalah, makin

sensitive bentuk penyelesaian masalah maka semakin efektif

C = Cost, biaya

Skor :

1 = Sangat kurang efektif

2 = Kurang efektif

3 = Cukup efektif

4 = Efektif

5 = Sangat efektif

J. PEMBUATAN PLAN OF ACTION DAN GANN CHART

Setelah melakukan penentuan pemecahan masalah maka selanjutnya

dilakukan pembuatan plan of action serta Gann Chart, hal ini bertujuan untuk

menentukan perencanaan kegiatan.9

25

Anda mungkin juga menyukai