Anda di halaman 1dari 45

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Sarana dan bangunan umum merupakan tempat dan atau alat yang

dipergunakan oleh masyarakat umum untuk melakukan kegiatannya, oleh

karena itu perlu dikelola demi kelangsungan kehidupan dan

penghidupannya untuk mencapai keadaan sejahtera dari badan, jiwa dan

sosial, yang memungkinkan penggunanya hidup dan bekerja dengan

produktif secara social ekonomis. Sarana dan bangunan umum dinyatakan

memenuhi syarat kesehatan lingkungan apabila memenuhi kebutuhan

fisiologis, psikologis dan dapat mencegah penularan penyakit antar

pengguna, penghuni dan masyarakat sekitarnya, selain itu harus memenuhi

persyaratan dalam pencegahan terjadinya kecelakaan.

Menurut laporan terbaru Organisasi Kesehatan Dunia (WHO)

tahun 2006 sebanyak 24 % dari penyakit global disebabkan oleh segala

jenis faktor lingkungan yang dapat dicegah serta lebih dari 13 juta

kematian tiap tahun disebabkan faktor lingkungan yang dapat dicegah.

Empat penyakit utama yang disebabkan oleh lingkungan yang buruk

adalah diare, infeksi Saluran Pernapasan Bawah, berbagai jenis luka yang

tidak intens, dan malaria.

Sanitasi merupakan salah satu tantangan yang paling utama bagi

negara negara berkembang. Menurut WHO, penyakit diare membunuh

satu anak di dunia ini setiap 15 detik, karena access pada sanitasi masih
terlalu rendah. Hal ini menimbulkan masalah kesehatan lingkungan yang

besar, serta merugikan pertumbuhan ekonomi dan potensi sumber daya

manusia pada skala nasional.

Penyakit-penyakit berbasis lingkungan masih penyebab utama

kematian di Indonesia. Kecenderungan ini juga semakin mendapatkan

legitimasi seiring dengan munculnya flu burung dan flu babi, dua penyakit

yang sangat berkaitan dengan sanitasi lingkungan. Di Pekanbaru sendiri,

data penyakit berbasis lingkungan pada tahun 2004, didapatkan data

malaria sebanyak 236 kasus, tahun 2005 198 kasus, tahun 2006 195 kasus.

TB paru pada tahun 2004 didapatkan 347 kasus, tahun 2005 633 kasus,

tahun 2006 287 kasus. DBD tahun 2004 253 kasus, tahun 2005 839, tahun

2006 347 kasus. Diare tahun 2006 1.059 kasus, ISPA tahun 2006 231

kasus. Oleh karena itu, ke depan semakin dibutuhkan upaya yang intensif

dan serius dari banyak pihak terkait untuk melakukan intervensi terahadap

faktor lingkungan.2 Program kesehatan lingkungan Puskesmas Umbulharjo

II telah melakukan kegiatan pendataan dan pengawasan sanitasi tempat-

tempat umum. Tempat – tempat umum tersebut antara lain : pasar, pusat

pembelajaan, sekolah, salon, tempat wisata dan tempat ibadah.

B. Tujuan

1. Tujuan Umum

Mahasiswa dapat melakukan pengamatan keadaan sanitasi tempat –

tempat umum sesuai dengan standar kualitas kesehatan yang ada.


2. Tujuan Khusus

a. Mengidentifikasi masalah kesehatan lingkungan pada tempat –

tempat umum.

b. Menyusun kesimpulan dan memberikan saran perbaikan keadaan

kesehatan lingkungan sesuai dengan permasalahan yang ada.

C. Manfaat

1. Bagi Masyarakat

Masyarakat terhindar dari penularan penyakit melalui tempat – tempat

umum yang sering dikunjungi atau digunakan oleh masyarakat

tertentu.

2. Bagi Pengelola

Dapat melakukan perbaikan dan peningkatan pelayanan kepada

masyarakat sehingga mendapatkan kepercayaan dari masyarakat dalam

menciptakan tempat – tempat umum yang sehat dan nyaman.

3. Bagi Puskesmas

Sebagai acuan Puskesmas dalam melakukan program pengawasan

sanitasi tempat – tempat umum.

4. Bagi Mahasiswa

Sebagai sarana dalam meningkatkan kualitas diri yaitu dalam

melaksanakan praktik sanitasi di tempat – tempat umum.


D. Sasaran

Sasaran praktik sanitasi tempat – tempat umum adalah tempat – tempat

umum di wilayah kerja Puskesmas Umbulharjo II, meliputi :

1. SD Negeri Tahunan

2. SMA Negeri 8 Yogyakarta

3. Salon Nava Green

4. Pasar Sanggrahan

5. Masjid Diponegoro

6. Gereja Advent Hari Ketujuh

7. Kebun Binatang Gembira Loka Zoo

8. Pamella Satu Supermarket

E. Waktu Pelaksanaan

Praktik inspeksi sanitasi tempat – tempat umum dilaksanakan pada tanggal

21 – 24 Oktober 2019.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengertian

Definisi sanitasi menurut WHO adalah usaha pencegahan/

pengendalian semua faktor lingkungan fisik yang dapat memberikan

pengaruh terhadap manusia terutama yang sifatnya merugikan/ berbahaya

terhadap perkembangan fisik , kesehatan dan kelangsungan hidup

manusia.

Definisi Tempat-Tempat Umum (TTU) adalah suatu tempat

dimana umum (semua orang) dapat masuk ke tempat tersebut untuk

berkumpul mengadakan kegiatan baik secara insidentil maupun terus

menerus, (Suparlan 1977).

Suatu tempat dikatakan tempat umum bila memenuhi kriteria :

1. Diperuntukkan masyarakat umum.

2. Mempunyai bangunan tetap/ permanen.

3. Tempat tersebut ada aktivitas pengelola,pengunjung/ pengusaha.

4. Pada tempat tersebut tersedia fasilitas :

a. Fasilitas kerja pengelola.

b. Fasilitas sanitasi, seperti penyediaan air bersih, bak sampah, WC/

Urinoir, kamar mandi, pembuangan limbah.

Jadi sanitasi tempat-tempat umum adalah suatu usaha untuk

mengawasi dan mencegah kerugian akibat dari tempat-tempat umum


terutama yang erat hubungannya dengan timbulnya atau menularnya suatu

penyakit. Untuk mencegah akibat yang timbul dari tempat-tempat umum.

Usaha-usaha yang dilakukan dalam sanitasi tempat-tempat umum dapat

berupa :

1. Pengawasan dan pemeriksaan terhadap factor lingkungan dan factor

manusia yang melakukan kegiatan pada tempat-tempat umum.

2. Penyuluhan terhadap masyarakat terutama yang menyangkut

pengertian dan kesadaran masyarakat terhadap bahaya-bahaya yang

timbul dari tempat-tempat umum.

Peran sanitasi tempat-tempat umum dalam kesehatan masyarakat adalah

usaha untuk menjamin :

1. Kondisi fisik lingkungan TTU yang memenuhi syarat :

a. Kualitas kesehatan.

b. Kualitas sanitasi.

2. Psikologis bagi masyarakat :

a. Rasa keamanan (security) : bangunan yang kuat dan kokoh

sehingga tidak menimbulkan rasa takut bagi pengunjung.

b. Kenyamanan (confortmity) : misalnya kesejukkan.

c. Ketenangan (safety) : tidak adanya gangguan kebisingan,

keramaian kendaraan.

B. Pemeriksaan Sanitasi Tempat-Tempat Umum

1. Pemeriksaan Sanitasi Tempat Ibadah (Masjid)

a. Pengertian Masjid
Masjid adalah suatu tempat termasuk fasilitasnya, dimana

umum pada waktu-waktu tertentu digunakan untuk melakukan

ibadah keagamaan Islam.

b. Persyaratan Kondisi Masjid

1) Persyartan Kesehatan Lingkungan dan bangunan Umum :

a) Lokasi masjid tidak terletak di daerah banjir dan

sesuai dengan perencanaan tata Kota Yogyakarta.

b) Bersih dan tertata rapi dan system drainase

berfungsi dengan baik.

c) Tidak terdapat genangan air di lingkungan/ halaman

masjid.

d) Terdapat pagar yang kuat dan terpelihara dengan

baik.

e) Lantai masjid bersih, kuat, kedap air, tidak licin dan

permukaanya rata.

f) Dinding masjid bersih berwarna terang dan

permukaan yang selalu kontak dengan air kedap air.

g) Atap ruangan masjid harus kuat, tidak tidak bocor

serta tidak memungkinkan terjadinya genangan air.

h) Langit-langit masjid harus memiliki tinggi dari

lantai minimal 2,5 meter, kuat serta berwarna

terang.
i) Pencahayaan dalam ruangan masjid harus cukup

terang.

j) Memiliki ventilasi yang dapat mengatur sirkulasi

udara baik ventilasi alami maupun buatan, sehingga

kondisi ruangan menjadi terasa nyaman.

k) Alat sholat bersih dan tidak lembab, selalu

dibersihkan dan dijemur secara periodic, bebas dari

kutu busuk dan serangga lainnya. sepanjang bagian

depan shaf dipasang kain putih yang bersih dengan

lebar 30 cm2 yang digunakan untuk tempat

bersujud.

2) Fasilitas Sanitasi :

a) Tersedia air bersih dalam jumlah yang cukup, kualitas

air memenuhi persyaratan air bersih atau air minum dan

tersedia setiap saat, dan air wudhu keluar dari kran-kran

khusus.

b) Air kotor/ limbah mengalir dengan lancar, saluran

bersambung dengan saluran pembuangan air kotor

umum yang kedap air. Apabila tidak ada, ditampungan

dalam bak yang tertutup dan kedap air.

c) Tersedia tempat sampah yang tertutup, rapat, kedap air

dan mudah dibersihkan, mudah diangkat, jumlah dan


kapasitas disesuaikan dengan kebutuhan, serta

disediakan TPS yang memenuhi syarat.

2. Pemeriksaan Sanitasi Pasar

a. Pengertian Pasar

Pasar adalah suatu tempat yang terdiri dari pelataran

terbuka dan sebagian lagi bangunan-bangunan yang digunakan

untuk menjual dan meragakan barang-barang dagangan kepada

masyarakat.

Macam-macam Pasar :

Pasar dapat dibedakan berdasarkan bentuk, letak,jenis

barang yang diperdagangkan dan waktu dibukanya.

1) Berdasarkan Bentuk

Berdasarkan bentuknya pasar dibedakan menjadi pasar

terbuka dan pasar tertutup.

2) Berdasarkan Letak

a) Pasar Kota, yaitu pasar-pasar yang terletak di ibukota

provinsi, kabupaten, kecamatan, atau pusat pemerintah.

Umumnya dibuka setiap hari.

b) Pasar Desa, yaitu pasar-pasar yang terletak di desa.

Umumnya dibuka pada hari-hari tertentu saja.

3) Berdasarkan Barang yang diperdagangkan

a) Pasar Hewan, yaitu pasar yang khusus untuk menjual

hewan.
b) Pasar Kembang, yaitu pasar yang khusus menjual bunga.

c) Pasar kelontong, yaitu pasar yang menjual barang-barang

kelontong.

d) Pasar biasa/umum, yaitu pasar yang menjual berbagai

macam barang dagangan (campuran).

4) Berdasarkan Waktu dibukanya

a) Pasar pagi, yaitu pasar yang dibuka pada pagi hari saja

antara jam 05.30 s/d 12.00.

b) Pasar Sore, yaitu pasar yang hanya dibuka pada sore hari

saja antara jam 14.00 s/d 18.00.

c) Pasar Malam, yaitu pasar yang hanya dibuka pada malam

hari saja setelah jam 18.00.

b. Hubungan Pasar dengan Kesehatan Manusia

Pasar perlu dilakukan pengawassan dan pemeriksaan

sanitasi kesehatan lingkungannya karena baik secara langsung

maupun tidak langsung pasar dapat berpengaruh terhadap

kesehatan lingkungan dan manusia. Adapun hubungan pasar

dengan kesehatan manusia adalah:

1) Pasar merupakan tempat yang paling baik sebagai tempat

penularan penyakit melalui :

a) Droplet Infection, percikan ludah, seperti TBC paru,

influenza, dsb.
b) Direct Contact (penularan langsung), missal karena

padatnya pasar para pengunjung berdesak-desakan

sehingga terjadi sentuhan maka akan terjadi penularan

secara langsung dari penderita penyakit kulit seperti rabies,

kusta, gudik, dsb.

c) Indirect Contact (penularan tidak langsung), yaitu melalui

air, alat makan, piring, sendok untuk mengambil jajanan,

dsb.

2) Pasar yang kurang diperhatikan kebersihannya, seperti

pembuangan sampah dan limbah, akan menjadi tempat yang

baik bagi berkembangbiaknya vector penyakit.

c. Persyaratan Kondisi Pasar

1) Persyaratan Kesehatan Lingkungan dan Bangunan Umum

a) Lokasi pasar tidak terletak di daerah banjir dan sesuai

dengan perencanaan tata kota Yogyakarta.

b) Bersih dan tertata rapi dan system drainase berfungsi

dengan baik.

c) Tidak terdapat genangan air di lingkungan/halaman pasar.

d) Susunan/ tata ruang bangunan diatur sedemikian rupa

sehingga lalu lintas orang lancar, permukaan bangunan

tempat jualan rata, miring dan lebih tinggi dari lantai.

e) Lantai tidak licin, bersih terbuat dari bahan yang cukup

kuat, kedap air dan permukaannya rata.


2)  Fasilitas Sanitasi

a) Air bersih tersedia dengan jumlah yang cukup dan

memenuhi persyartan fisik.

b) Tersedia jamban bagi para pedagang dan pengunjung, yang

bersih dan terpelihara. Jamban terhubung dengan saluran

air kotor kota atau septic tank.

c) Pembuangan limbah disalurkan melalui saluran tertutup,

kedap air dan air limbah mangalir lancar.

d) Tempat pembuangan sampah terbuat dari bahan yang kuat,

tahan karat, kedap air dan tertutup. Permukaan dalam rata

dan halus. Tersedia tempat sampah dalam jumlah yang

cukup dan TPS yang memenuhi syarat.

3) Lain-lain

a) Tersedia alat pembersih dengan jumlah yang cukup dan

berfungsi dengan baik.

b) Tersedia kotak P3K dengan obat-obatan yang masih dalam

keadaan baik.

c) Tersedia alat pemadam kebakaran yang berfungsi baik dan

mudah dijangkau serta terdapat penjelasan tentang cara

penggunaannya.

d) Tersedia alat pengeras suara untuk memberikan penerang/

pengumuman dan masih berfungsi dengan baik.


3. Pemeriksaan Sanitasi Salon

a. Pengertian Salon Kecantikan

Salon adalah sarana pelayanan untuk memelihara

kecantikan khususnya memelihara rambut dan kulit dengan

menggunakan kosmetik, manual, preparataif, aparatif dan dekoratif

tanpa melakukan operasi. Jenis-jenis salon kecantikan menurut

pelayanan yang dilakukan ada 3 macam, yaitu :

1) Salon kecantikan rambut.

2) Salon kecantikan kulit.

3) Salon kecantikan rambut dan kulit.

Menurut jenis bahan kosmetik yang digunakan ada 3 jenis, yaitu :

1) Salon kecantikan modern.

2) Salon kecantikan tradisional.

3) Salon kecantikan kombinasi.

Menurut tipenya salon diklasifikasikan menjadi 4 tipe, yaitu :

1) Salon kecantikan tipe D

Salon tipe D merupakan usaha kecil-kecilan dengan ciri fisik :

a) Rumah sendiri/ tempat lain dengan ukuran minimal 9 m2.

b) Jumlah kursi perawatan untuk rambut maksimal 4 kursi,

kulit maksimal 2 dipan.

Jenis kegiatan yang dapat dilayani pada salon ini adalah :

a) Tata kecantikan rambut.

b) Pencucian kulit kepala/rambut.


c) Pemangkasan/pemotongan dan pengeringan rambut.

d) Penataan rambut.

e) Pengeritingan.

f) Pengecatan (tanpa pemucatan).

g) Perawatan kulit kepala/ rambut (creambath).

h) Tata kecantikan kulit wajah, tangan (menikur) dan kaki

(pedikur) tanpa kelainan.

i) Merias wajah sehari-hari (pagi,siang,sore).

2)   Salon kecantikan tipe C

Salon tipe C memiliki ciri fisik :

a) Rumah sendiri/ tempat lain dengan ukuran minimal 30 m2.

b) Jumlah kursi perawatan untuk rambut maksimal 6 kursi,

kulit maksimal 3 dipan.

Jenis kegiatan yang dapat dilayani pada salon ini adalah :

a) Tata kecantikan rambut.

b) Pencucian kulit kepala/rambut.

c) Pemangkasan/pemotongan dan pengeringan rambut.

d) Penataan rambut.

e) Pengeritingan.

f) Pengecatan (dengan pemucatan).

g) Perawatan kulit kepala/ rambut (creambath).

h) Pelurusan.
i) Perawatan rambut dengan kelainan ringan (kebotakan,

ketombe, kerontokkan ).

j) Tata kecantikan

k) Merawat  kulit wajah, tangan (menikur) dan kaki (pedikur)

dengan kelainan.

l) Merias wajah sehari-hari (pagi,siang,sore), panggung,

disko, karakter, cacat dan usia lanjut.

m) Penambahan buku mata,

n) Menghilangkan bulu-bulu yang tidak dikehendaki.

o) Perawatan kulit dengan menggunakan alat listrik sederhana

(2 jenis seperti frimator dan sauna ).

3) Salon Kecantikan tipe B

Salon kecantikan kulit atau rambut tipe B memberikan

pelayanan kecantikan dan rambut dengan perawatan manual,

preparative, aparatif dan dekoratif. Disini alat kecantikan (alat

listrik) yang digunakan masih terbatas. Salon ini

diselenggarakan dengan manajemen yang baik yang memiliki

pimpinan, staf administrasi dan staf teknik, memiliki cirri-ciri

fisik, yaitu :

a) Rumah sendiri/ tempat lain dengan ukuran minimal 50 m2.

b) Jumlah kursi perawatan untuk rambut maksimal 8 kursi,

kulit maksimal 4 dipan.

Jenis kegiatan yang dapat dilayani pada salon ini adalah :


a) Tata kecantikan rambut.

b) Pencucian kulit kepala/rambut.

c) Pemangkasan/pemotongan dan pengeringan rambut.

d) Penataan rambut.

e) Pengeritingan.

f) Pengecatan (dengan pemucatan).

g) Perawatan kulit kepala/ rambut (creambath).

h) Pelurusan.

i) Perawatan rambut dengan kelainan ringan (kebotakan,

ketombe, kerontokkan ).

j) Penambahan rambut kepala.

k) Tata kecantikan

l) Merawat  kulit wajah, tangan (menikur) dan kaki (pedikur)

dengan kelainan.

m) Merias wajah sehari-hari (pagi,siang,sore), panggung,

disko, karakter, cacat dan usia lanjut.

n) Penambahan buku mata,

o) Menghilangkan bulu-bulu yang tidak dikehendaki.

p) Perawatan kulit dengan menggunakan alat listrik

q) Perawatan badan (body massage).

4) Salon Kecantikan tipe A

Salon kecantikan tipe A merupakan tempat pusat pelayanan

kecantikan kulit dan rambut (beauty center) yang member


pelayanan perawatan lengkap baik manual, preparative, aparatif

dan dekoratif ditambah perawatan khusus seperti obesitas, diet

dan seram. Peralatan listrik yang digunakan lebih lengkap.

Salon ini dikelola secara institusional dengan manajemen yang

baik seperti tipe B, tetapi disini lebih lengkap terutama staf ahli

teknis.

Jenis perawatan yang diberikan pada tipe A :

a) Tata kecantikan sama dengan salon kecantikan tipe B.

b) Tata kecantikan kulit seperti pada salon kecantikan tipe B

ditambah perawatan yang lebih luas baik secara tradisional

Indonesia (empiric timur) maupum modern (empiric barat)

seperti : Akupresur, aroma terapi, reflekzone.

c) Perawatan dengan alat listrik : helioterapy, hydrotherapy,

mekanoterapy dan elektroterapi.

d) Perawatan tradisional yang spesifik seperti :

perawatanpengantin, ibu hamil, ibu setelah melahirkan, dll.

b. Persyaratan Kondisi Salon

1) Persyaratan Kesehatan dan Bangunan

2) Fasilitas Sanitasi

3) Alat kerja dan Bahan

4) Karyawan

5) Lain-lain 

6)
4. Pemeriksaan Sanitasi Sekolah Dasar

a. Pengertian Sekolah Dasar

adalah proses pendidikan yang diberikan kepada anak didik

yang mendasari setiap pendidikan selanjutnya. Sekolah

merupakan tempat berkumpulnya siswa dan warga sekolah

dalam kegiatan proses belajar mengajar. Sebagian besar waktu

anak-anak dihabiskan di lingkungan sekolah. Oleh karenanya

lingkungan sekolah yang aman , nyaman dan sehat sangat

diperlukan untuk mendukung proses belajar mengajar.

Fasilitas Sanitasi sekolah yang meliputi Air bersih, Toilet

(Kamar mandi, WC dan Urinoir), sarana Pembuangan Air

Limbah, Sarana pembuangan Sampah dan Pengendalian Vektor

di lingkungan sekolah perlu mendapatkan perhatian . Fasilitas

Sanitasi atau kesehatan lingkungan yang tidak memadai

merupakan faktor risiko terjadinya berbagai gangguan

kesehatan termasuk kecelakaan dan berbagai penyakit berbasis

lingkungan.

b. Persyaratan Sanitasi Sekolah Dasar Meliputi :

a) Persyaratan lokasi dan bangunan

b) Persyaratan kesehatan ruang kelas

c) Persyaratan fasilitas sanitasi

d) Persyaratan fasilitas penunjang


5. Pemeriksaan Sanitasi Tempat Wisata (Kebun Binatang)

a. Pengertian Kebun Binatang

Kebun binatang (sering disingkat bonbin, dari kebon

binatang) atau taman margasatwa adalah tempat hewan

dipelihara dalam lingkungan buatan, dan dipertunjukkan

kepada publik. Selain sebagai tempat rekreasi, kebun

binatang berfungsi sebagai tempat pendidikan, riset, dan

tempat konservasi untuk satwa terancam punah. Binatang

yang dipelihara di kebun binatang sebagian besar adalah

hewan yang hidup di darat, sedangkan satwa air dipelihara di

akuarium.

b. Peraturan terkait pengelolaan kebun binatang

Dua peraturan perundangan yang melandasi pendirian kebun

binatang di Indonesia adalah:

a) Instruksi Menteri Dalam Negeri No. 35/1997 tentang

Pembinaan dan Pengelolaan Taman Flora Fauna di Daerah.

b) Surat Keputusan Menteri Kehutanan dan Perkebunan No.

479/Kpts – II/1998 tentang Lembaga Konservasi

Tumbuhan dan Satwa Liar.

Instruksi Menteri Dalam Negeri No. 35/1997 mengamanatkan agar

seluruh Gubernur dan Bupati di Indonesia melakukan pembinaan dan

pengelolaan terhadap flora dan fauna yang ada di daerahnya masing –

masing. Sedangkan Keputusan Menteri Kehutanan No. 479 tahun 1998


menjelaskan tentang perizinan, kriteria, persyaratan, hak dan kewajiban

kebun binatang. Pendirian kebun binatang di Indonesia harus seizin

Menteri Kehutanan dan mendapatkan rekomendasi dari pemerintah daerah

setempat serta PKBSI (Perkumpulan Kebun Binatang Se-Indonesia).

Pengelola kebun binatang juga diwajibkan untuk mengirimkan

laporan secara rutin tentang pengelolaan satwa (termasuk penambahan dan

pengurangan jumlah satwa) ke Menteri Kehutanan melalui Direktorat

Jenderal Perlindungan Hutan dan Konservasi Alam (PHKA). Biasanya

laporan tersebut dibuat setiap tiga bulan sekali. Dan setiap satu tahun

sekali, Kantor Wilayah Departemen Kehutanan akan melakukan evaluasi

terhadap keberadaan kebun binatang yang ada di daerahnya.

SK Menteri Kehutanan dan Perkebunan No. 479/Kpts-II/1998

tersebut juga menyebutkan bahwa tujuan utama kebun binatang (sebagai

lembaga konservasi ex-situ) adalah sebagai tempat pemeliharaan atau

pengembangbiakan satwa liar di luar habitatnya agar spesies tersebut tidak

punah. Artinya, fungsi utama kebun binatang adalah untuk konservasi

satwa. Dalam lampiran Instruksi Menteri Dalam Negeri juga disebutkan

bahwa tujuan dari taman satwa (kebun binatang) adalah untuk

melestarikan satwa tersebut dengan mengembangbiakannya dan

mempunyai empat pillar fungsi: konservasi, pendidikan, penelitian dan

sarana rekreasi. Hak dan kewajiban kebun binatang di Indonesia telah

diatur dalam Surat Keputusan Menteri Kehutanan dan Perkebunan di atas.


Dalam Pasal 9 Surat Keputusan tersebut dicantumkan bahwa kewajiban

kebun binatang, antara lain:

a. Membuat rencana karya pengelolaan

b. Menyediakan sarana dan prasarana pengelolaan

c. Memelihara dan menangkarkan jenis tumbuhan dan satwa sesuai

dengan ketentuan yang berlaku

d. Memperkerjakan tenaga ahli sesuai bidangnya

e. Membuat laporan pengelolaan secara berkala termasuk mutasi jumlah

dan jenis satwa – penambahan maupun pengurangan populasi

f. Dilarang memperjualbelikan satwa yang dillindungi.


BAB III

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Gambaran Umum Lokasi Kegiatan

Lokasi kegiatan sanitasi tempat – tempat umum yaitu di wilayah

kerja Puskesmas Umbulharjo II Yogyakarta. Puskesmas Umbulharjo II

merupakan salah satu dari dua puskemas yang terdapat di Kecamatan

Umbulharjo Kota Yogyakarta. Terletak di jalan Hibrida No,194 Miliran,

Kelurahan Muja – Muju, Kecamatan Umbulharjo. Wilayah kerja

Puskesmas Umbulharjo II terdiri dari 3 kelurahan, yaitu Kelurahan

Semaki, Kelurahan Tahunan dan Kelurahan Muja – Muju untuk masing –

masing kelurahan sebagaimana pada tabel berikut :

Tabel. Luas Wilayah Kerja Puskesmas Umbulharjo II Kota Yogyakarta.

Kelurahan Luas Wilayah Jumlah RT Jumlah RW

Semaki 65.9 ha 34 10

Muja - Muju 153.4397 ha 55 12

Tahunan 77.6425 ha 48 11

Sumber : Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kota Yogyakarta

Dari tabel diatas dapat diketahui bahwa total luas wilayah kerja Puskesmas

Umbulharjo II Kota Yogyakarta yaitu, 296,98 ha terdiri atas 33 RW dan 138 RT.
Tabel. Distribusi jumlah penduduk di wilayah kerja kerja Puskesmas

Umbulharjo II Kota Yogyakarta :

Jenis Kelamin Jumlah (Orang) Prosen (%)

Laki – laki 12.162 49,084

Perempuan 12.616 50,92

Jumlah 24.778 100

Tabel. Jenis – jenis tempat – tempat umum secara keseluruhan yang ada

di wilayah kerja Puskesmas Umbulharjo II Kota Yogyakarta antara lain :

No. Jenis tempat – tempat umum Jumlah


1. Musholla/Masjid 29
2. Gereja 5
3. Kelenteng 1
4. Hotel Melati 4
5. Salon 11
6. Pangkas Rambut 1
7. Pasar 2
8. Pusat Pembelanjaan 4
9. Pondok Pesantren 2
10. Rumah Sakit 2
11. Institusi (Kantor/Asrama) 12
12. Tempat Wisata 1
13. Tempat Pendidikan 34
14. Panti Pijat 2
15. Gedung Pertemuan/Pertunjukkan 4
16. Sekolah Dasar 8
17. SLTP 3
18. SLTA 9
Jumlah 134
Berdasarkan tabel diatas bahwa tempat – tempat umum yang ada di

wilayah kerja Puskesmas Umbulharjo II ada tempat – tempat umum.

Sedangkan di inspeksi sanitasi tempat – tempat umum yang dilakukan saat

praktik belajar lapangan sebanyak 8 (delapan) tempat – tempat umum,

yaitu meliputi Masjid, Gereja, Pasar, Sekolah, Salon dan Tempat Wisata.

Adapun penilaian Inspeksi dilakukan pada tanggal 21 – 24 Oktober 2019.

B. Pemeriksaan Tempat – Tempat Umum di Sekolah

a. Alamat :

1. SD Negeri Tahunan

Jl. Garuda No. 204, Tahunan, KecamatanUmbulharjo, Yogyakarta.

2. SMA Negeri 8 Yogyakarta

Jl. Sidobali No.1 Muja Muju, KecamatanUmbulharjo, Yogyakarta.

b. Nama Pengurus :

c. Tanggal Pemeriksaan : Senin, 21 Oktober 2019

d. Hasil Inspeksi

Tempat Skore Total Prosentase Batas Keterangan


Skore Skore
SD Negeri Tahunan 659.5 936

SMA Negeri 8 715.5 936

Yogyakarta
e. Pembahasan

1. SD Negeri Tahunan

Hasil dari inspeksi di SD Negeri Tahunan yang terletak Jl.

Garuda No. 204, Tahunan, KecamatanUmbulharjo, Yogyakarta

yaitu,

a. Pemeriksaan Fisik

Pada persyaratan kesehatan umum masih tercium bau kecoa

hal ini dapat diindikasikan bahwa di SD masih terdapat

kecoa. Kemudian dibeberapa titik masih terdapat lantai dan

dindinga yang kotor. Pada persyaratan khusus terdapat

tempat sampah yang masih terbuka banyak meja dan kursi

terdapat coretan. Gambar pada kelas dan gudang tidak tertata

rapi. Pada fasilitas sanitasi masih terdapat tempat sampah

yang terbuka dan tidak tersedia alat pembersih dan

pengelolaan sampah sudah dilakukan pemilahan akan tetapi

hanya berada di beberapa titik.

Pada pengelolaan makanan dan minuman ruang dapur di

tempat cuci memiliki lantai yang masih plester kasar

sehingga tidak mudah dibersihkan. Pada kantin sekolah

sirkulasi udara tidak lancar karena candela yang tidak

dibuka.Pada pos kesehatan tidak ada petugas yang selalu

menjaga, dan alat pemadam kebakaran terletak di titik yang

tidak mudah diliat.


b. Kebisingan

Pengukuran pada parameter kebisingan tempat umum

sekolah dilakukan dengan menggunakan alat Environmental

Meter setiap 5 detik selama 10 menit. Dari hasil pengukuran

tersebut diperoleh hasil sebesar 66,36 dB. Jika dibandingkan

dengan baku mutu Kepmenkes No. 1405/ Menkes / SK / XI /

2002 yaitu tidak lebih dari 85 dB. Jadi hasil pengukuran

tersebut masih aman atau tidak melebihi nilai ambang batas

yang ditentukan. Berdasarkan kenyataan di lapangan kondisi

di dalam SD Negeri Tahunan memang tidak terdapat sumber

kebisingan.

c. Suhu dan Kelembaban

Titik Jenis Hasil Standar

Pengukuran Pengukuran Minimal

Ruang Suhu (°C) 34,25 18-28

Guru Kelembaban (%) 50,55 40-60

Kelas Suhu (°C) 33,55 18-28

Kelembaban (%) 52 40-60

Pada pengukuruan suhu dan kelembaban yang dilakukan di

SD Negeri Tahunan alat yang digunakan berupa

Environmental meter, dengan pengulangan sebanyak 3 kali.

Pada setiap parameter suhu dan kelembaban udara diperoleh


rata-rata sebesar 34,25oC di ruang Guru dan 33,55oC di Kelas.

Sedangkan untuk kelembaban udara diperoleh rata-rata

sebesar 50,55% di ruang Guru dan 52% di Kelas. Menurut

Kepmenkes No. 1405/Menkes/SK/XI/2002 dengan nilai

ambang batas atau NAB suhu berkisaran 18-30oC dan

kelembaban berkisaran 40 – 60%. Berdasarkan hasil

pengukuran dapat disimpulkan bahwa suhu sudah melebihi

ambang batas dan kelembaban belum melebihi ambang batas.

Hal ini disebabkan karena pada saat pengukuran suhu cuaca

disekitar sedang kemarau dan suhu bumi tinggi.

d. Pencahayaan

Titik Hasil Standar Minimal


Pengukuran pengukuran (Lux)
1 77

2 75

3 75 100

4 78

5 75

Rata – Rata 76

Pada parameter pengukuran pencahayaan, dengan

menggunakan alat Environmental meter, yang dilakukan


pengulangan sebanyak 5 kali dan didapat rata – rata

keseluruhan.

Menurut Kepmenkes No. 1405/Menkes/SK/XI/2002 dengan

standar minimal pencahayaan yaitu 100 lux dan hasil

pengukuran pencahayaan di SD Negeri Tahunan sebesar 76

lux. Berdasarkan hasil pengukuran pencahayaan dapat

disimpulkan bahwa SD Negeri Tahunan tersebut tidak

memenuhi baku mutu pencahayaan.

2. SMA Negeri 8 Yogyakarta

Hasil dari inspeksi di SMA Negeri 8 Yogyakarta yang terletak

Jl. Sidobali No.1 Muja Muju, KecamatanUmbulharjo,

Yogyakarta yaitu :

a. Pemeriksaan Fisik

Pada persyaratan kesehatan umum diindikasikan bahwa di

SMA Negeri 8 Yogyakarta sudah memenuhi persyaratan

yang ada. Pada persyaratan khusus sudah memenuhi

persyaratan formulir inspeksi sanitasi sekolah. Gambar pada

kelas terjaga dan tertata rapi namun gudang tidak tertata rapi.

Pada fasilitas sanitasi untuk pengelolaan sampah sudah ada

pemilahan serta di dalam area sekolah terdapat bank sampah

yang dibuka setiap hari jumat. Selain itu untuk pengelolaan

sampah organik pihak sekolah memanfaatkan menjadi


kompos. Untuk pengelolaan makanan ruang dapur dan kantin

sekolah sudah memenuhi persyaratan.

e. Kebisingan

Pengukuran pada parameter kebisingan tempat umum

sekolah dilakukan dengan menggunakan alat Environmental

Meter setiap 5 detik selama 10 menit. Dari hasil pengukuran

tersebut diperoleh hasil sebesar 55,51 dB. Jika dibandingkan

dengan baku mutu Kepmenkes No. 1405/ Menkes / SK / XI /

2002 yaitu tidak lebih dari 85 dB. Jadi hasil pengukuran

tersebut masih aman atau tidak melebihi nilai ambang batas

yang ditentukan. Berdasarkan kenyataan di lapangan kondisi

di dalam SMA Negeri 8 Yogyakarta memang tidak terdapat

sumber kebisingan.

f. Suhu dan Kelembaban

Titik Jenis Hasil Standar

Pengukuran Pengukuran Minimal

Ruang Suhu (°C) 32,65 18-28

Guru Kelembaban (%) 40,9 40-60

Kelas Suhu (°C) 33,55 18-28

Kelembaban (%) 45,8 40-60


Pada pengukuruan suhu dan kelembaban yang dilakukan di

SMA Negeri 8 Yogyakarta dengan menggunakan alat yang

berupa Environmental meter, dengan pengulangan sebanyak

3 kali. Pada setiap parameter suhu dan kelembaban udara

diperoleh rata-rata sebesar 32,65oC di ruang Guru dan

33,55oC di Kelas. Sedangkan untuk kelembaban udara

diperoleh rata-rata sebesar 40,9% di ruang Guru dan 45,8% di

Kelas. Menurut Kepmenkes No. 1405/Menkes/SK/XI/2002

dengan nilai ambang batas atau NAB suhu berkisaran 18-

30oC dan kelembaban berkisaran 40 – 60%. Berdasarkan

hasil pengukuran dapat disimpulkan bahwa suhu sudah

melebihi ambang batas dan kelembaban belum melebihi

ambang batas. Hal ini disebabkan karena pada saat

pengukuran suhu cuaca disekitar sedang kemarau dan suhu

bumi tinggi.

g. Pencahayaan

Titik Hasil Standar Minimal


Pengukuran pengukuran (Lux)
1 121

2 157,5

3 112 100

4 111

5 123
Rata – Rata 123,4

Pada parameter pengukuran pencahayaan, dengan

menggunakan alat Environmental meter, yang dilakukan

pengulangan sebanyak 5 kali dan didapat rata – rata

keseluruhan.

Menurut Kepmenkes No. 1405/Menkes/SK/XI/2002 dengan

standar minimal pencahayaan yaitu 100 lux dan hasil

pengukuran pencahayaan di SMA Negeri 8 Yogyakarta

sebesar 123,4 lux. Berdasarkan hasil pengukuran

pencahayaan dapat disimpulkan bahwa SMA Negeri 8

Yogyakarta tersebut sudah memenuhi baku mutu

pencahayaan.

C. Pemeriksaan Tempat – Tempat Umum di Salon Nava Green

a. Nama Salon : Naava Green

b. Alamat : Jl. Kusumanegara No.183 UH Yogyakarta

c. Nama Pengelola : Azizah

d. Jumlah Karyawan : 27 Orang

e. Izin Nomor Usaha : 503/2449

f. Tanggal Pemeriksaan : Senin, 21 Oktober 2019

g. Hasil Pemeriksaan
Hasil dari inspeksi Kesehatan Lingkungan Salon kecantikan Naava

Green terletak di Jl. Kusumanegara No.183 UH Yogyakarta

Variabel Skore Total Prosentase Batas Keterangan


Skore Skore
I 290 290 100% 55% LAIK
SEHAT
II 260 260 100% 75% LAIK
SEHAT
III 350 350 100% 70% LAIK
SEHAT
IV 60 60 100% 60% LAIK
SEHAT
V 40 40 100 % 100% LAIK
SEHAT
TOTAL 1000 1000 100%

h. Pembahasan

Hasil inspeksi kesehatan lingkungan Salon kecantikan Naava Green

terletak di Jl. Kusumanegara No.183 UH Yogyakarta yaitu

1. Bagian Luar

a) Bagian luar

Salon Naava Green tidak terletak dibagian daerah rawan banjir

dan terhindar dari pencemaran lingkungan, karena bangunan

Salon tersebut jalannya miring dan di sebelah Timur Salon

terdapat sungai yang dapat menampung air ketika hujan.

b) Bagian dalam

1. Lantai
Lantai Salon Naava Green seluruhnya sudah terpasang

keramik dengan kondisi lantai bersih, kuat kedap air,

permukiman rata dan lantai tidak licin.

2. Dinding

Dinding yang dibangun Salon Naava Green bersih dan

seluruhnya sudah terplester permanen, warna cat yang

digunakan terang. Selain itu dinding kamar mandi dipasangi

keramik agar dinding kedap air.

3. Atap dan langit – langit

Kondisi langit – langit yang kami periksa di Salon Naava

Green bersih dan kuat/tidak bocor tingginya lebih dari 2,5

meter dalam dan di cat dengan warna terang. Atap yang

dipasang tidak memungkinkan terjadinya genangan air.

4. Pintu

Pintu yang terpasang di Salon Naava Green dalam kondisi

yang kuat dan dapat mencegah masuknya serangga dan

tikus.

5. Pagar

Pagar mengelilingi halaman salon dengan kondisi kuat dan

terpelihara dengan baik.

6. Pencahayaan
Pencahayaan yang terdapat di Salon Naava Green cukup

terang sehingga tidak menyilaukan jika digunakan untuk

perawatan dan tidak menyilaukan bagi pengunjung.

7. Ventilasi

Ventilasi terdapat perlengkapan untuk mengatur sirkulasi

udara dan terpasang dengan baik sehingga suasana ruangan

terasa nyaman.

c) Fasilitas Sanitasi

1. Penyediaan Air Bersih

Air bersih tersedia di Salon Naava Green dalam jumlah yang

cukup untuk memenuhi kebutuhan sehari – harinya dan

kualitas air memenuhi persyaratan air bersih.

2. Pembuangan Air Limbah

Air limbah yang dihasilkan dari kamar mandi disalurkan ke

saluran air limbah kota dengan saluran limbah yang kedap

air dan tertutup sehingga air limbah di salon mengalir

dengan lancar.

3. Toilet

Toilet yang tersedia di Salon Naava Green dalam keadaan

bersih, tidak berbau dan kuat. Lantai toilet kedap air dan

miring ke arah saluran pembuangan. Selain itu, toilet yang

tersedia sudah terpisah antara toilet pria dan wanita


4. Pembuangan Sampah

Tersedia beberapa tempat sampah dalam jumlah yang cukup

dan bahan yang kuat, kedap air dan tertutup.

d) Alat Kerja dan Bahan Alat Kerja

1. Alat yang berhubungan dengan kulit

Alat – alat yang digunakan dalam proses perawatan seperti

sisir, gunting, mesin cukur dan sabun selalu dalam kondisi

bersih dan baik.

2. Handuk

Handuk yang disediakan selalu bersih dan tersedia dalam

jumlah yang cukup (1 orang menggunakan 1 handuk )

3. Kain penutup

Kain penutup selalu dalam keadaan bersih, berwarna putih

dan tersedia dalam jumlah yang cukup.

e) Bahan – bahan

Bahan seperti pisau, gunting sebelum digunakan untuk

perawatan dilakukan desinfeksi dengan air panas dan) kosmetik

atau wangi – wangian diperoleh dari sumber yang dipercaya.

f) Karyawan

Petugas perawatan atau pemangkas rambut selalu dalam

keadaan sehat dan dilengkapi dengan pakaian kerja.

g) Lain – lain
Salon Naava Green menyediakan kotak P3K yang berisi obat –

obatan sederhana.

Berdasarkan hasil formulir inspeksi kesehatan lingkungan di

Salon Naava Green dinyatakan LAIK SEHAT karena variabel

totalnya telah memenuhi syarat, dengan variabel total sebesar

100%

i. Hasil Pengukuran

1) Suhu dan Kelembaban

Jenis Hasil Standar

Pengukuran Pengukuran Minimal

Suhu (°C) 24,2 18-28

Kelembaban (%) 46,1 40-60

Pada pengukuruan suhu dan kelembaban yang dilakukan di SMA

Negeri 8 Yogyakarta dengan menggunakan alat yang berupa

Environmental meter, dengan pengulangan sebanyak 3 kali. Pada

setiap parameter suhu dan kelembaban udara diperoleh hasil

pengukuran sebesar 24,2 oC. Sedangkan untuk kelembaban udara

diperoleh hasil pengukuran sebesar 46,1%. Menurut Kepmenkes

No. 1405/Menkes/SK/XI/2002 dengan nilai ambang batas atau

NAB suhu berkisaran 18-30oC dan kelembaban berkisaran 40 –


60%. Berdasarkan hasil pengukuran dapat disimpulkan bahwa suhu

dan kelembaban belum melebihi ambang batas.

2) Pencahayaan

Titik Hasil Standar Minimal


Pengukuran pengukuran (Lux)
1 122,4

2 107,3

3 131,4 100

4 111,6

5 127,2

Rata – Rata 119,98

Pada parameter pengukuran pencahayaan, dengan

menggunakan alat Environmental meter, yang dilakukan

pengulangan sebanyak 5 kali dan didapat rata – rata

keseluruhan. Menurut Kepmenkes No.

1405/Menkes/SK/XI/2002 dengan standar minimal

pencahayaan yaitu 100 lux dan hasil pengukuran

pencahayaan di Salon Naava Green sebesar 119,98lux.

Berdasarkan hasil pengukuran pencahayaan dapat

disimpulkan bahwa tersebut di Salon Naava Green sudah

memenuhi persyaratan.
3) Kebisingan

Pengukuran pada parameter kebisingan tempat umum sekolah

dilakukan dengan menggunakan alat Environmental Meter setiap 5

detik selama 10 menit. Dari hasil pengukuran tersebut diperoleh

hasil sebesar 63,3 dB. Jika dibandingkan dengan baku mutu

Kepmenkes No. 1405/ Menkes / SK / XI / 2002 yaitu tidak lebih

dari 85 dB. Jadi hasil pengukuran tersebut masih aman atau tidak

melebihi nilai ambang batas yang ditentukan. Berdasarkan

kenyataan di lapangan kondisi di dalam Salon Naava Green

memang tidak terdapat sumber kebisingan.

D. Pemeriksaan Tempat – Tempat Umum di Pasar Sanggrahan

a. Alamat : Sanggrahan RW 01 Kelurahan Semaki Yk

b. Nama Pengurus : Agnes Tantri

c. Tanggal Pemeriksaan : Selasa, 22 Oktober 2019

d. Jumlah Kios/Los : 21 kios

e. Jumlah Pedagang : 13 orang

f. Hasil Penelitian

Data Inspeksi Kesehatan Lingkungan Pasar Sanggrahan yang terletak

di Sanggrahan RW 01 Kelurahan Semaki Yogyakarta.

Variabel Skore Nilai


Maksimal
Lokasi 195 500
Bangunan Pasar 767,5 2000
Sanitasi 452 3000
Perilaku Hidup Bersih 250 3000
dan Sehat
Keamanan 0 1000
Fasilitas Lain 105 1000
Total Skore 1.809,5 10.500

Keterangan :

Tidak Sehat : total skore <6.000

Kurang Sehat : total skore 6.000 – 7.499

Sehat : total skore 7.500 – 10.000

f. Pembahasan

Hasil inspeksi kesehatan lingkungan di Pasar Sanggrahan yang

terletak Dusun Sanggrahan RW 01Kelurahan Semaki Yogyakarta

diperoleh hasil

1) Persyaratan Kesehatan Lingkungan dan Bangunan

a) Lokasi

Pasar Sanggrahan tidak terletak di daerah rawan banjir dan

sesuai dengan perencanaan tata kota

b) Lingkungan/Halaman
Halaman bersih dan tertata rapi serta tidak terdapat genangan

air

2) Konstruksi Umum

a) Bangunan

Susunan bangunan tata ruang Pasar Sanggrahan diatur

sedemikian rupa sehingga lalu lintas orang lancar, untuk

permukaan bangunan tempat penjualan rat, miring dan lebih

tinggi dari lantai serta terdapat pengelompokan untuk jenis

barang daging, sayuran dan lain – lain. Namun belum tersedia

jalur dan tanda masuk dan keluar kendaraan yang jelas.

b) Lantai

Kondisi lantai bersih dan tidak licin. Bahan kuat, kedap air,

permukaan rata serata miring kearah saluran pembuangan.

3) Fasilitas Sanitasi

a) Penyedian air bersih

Tidak tersedia penyediaan air bersih dalam jumlah yang

cukup ( minimal 40 liter per pedagang).

b) Kamar mandi dan toilet

Tidak tersedia kamar mandi dan toilet untuk pembuangan

tinja dan urin, karena sebagian rumah pedagang berdekatan

dengan pasar. Sehingga para pedagang lebih memilih untuk

pulang kerumah disaat ingin BAB/BAK.

c) Tempat sampah
Sudah tersedia tempat sampah yang kuat, tahan karat kedap

air dan tertutup serta permukaan dalam halus dan rata.

Jumlah tempat sampah yang tersedia cukup dan sudah dalam

kondisi yang terpilah. Namun tidak tersedia tempat

pembuangan sementara (TPS).

d) Drainage

Tidak tersedia drainage dan tidak ada pengujian kualitas

limbah cair secara berkala setiap 6 bulan sekali.

e) Tempat cuci tangan

Tersedia wastafel atau tempat cuci tangan di area pasar,

namun tidak tersedia sabun untuk cuci tangan.

f) Binatang penular penyakit (Vektor)

Masih terdapat tikus, kecoa serta lalat di area pasar,

dikarenakan masih terdapat sisa – sisa makanan yang dibuang

diarea kios bukan ditempat sampah.

g) Kualitas makanan dan bahan pangan

Untuk kualitas makanan siap saji sudah sesuai dengan

peraturan yaitu tertutup, namun untuk sayur dan buah tidak

simpan dalam suhu 10°C, telur, susu dan olahanya tidak

disimpan dalam suhu 5 – 7 °C,


h) Desinfeksi pasar

Tidak pernah dilakukan desinfeksi pasar secara menyeluruh 1

hari dalam sebulan.

4) Perilaku Hidup Bersih dan Sehat

Untuk perilaku hidup bersih dan sehat para pedagang dan

pengelola belum memahami dan tidak menerapkan PHBS serta

CTPS dalam kegiatan berdagang. Serta pedagang belum

melakukan melakukan pemeriksaan kesehatan secara berkala

minimal 6 bulan sekali.

5) Keamanan

Tidak tersedia peralatan pemadam kebakaran serta tidak ada pos

penjagaan oleh petugas keamanan.

6) Fasilitas lain

a) Tempat Ibadah

Tidak tersedia tempat ibadah di area pasar.

b) Tempat penjualan unggas

Tidak tersedia area tempat penjualan unggas, karena di pasar

Sanggrahan hanya menjual sayur, makanan jadi serta

sembako.

c) Pos pelayanan kesehatan

Tidak tersedia ruang/pos pelayanan kesehatan dan

pertolongan pertama pada kecelakaan (P3K).


h) Hasil Pengukuran

a) Suhu dan Kelembaban

Jenis Hasil Standar

Pengukuran Pengukuran Minimal

Suhu (°C) 31,45 18-28

Kelembaban (%) 57,3 40-60

Pada pengukuruan suhu dan kelembaban yang dilakukan di Pasar

Sanggrahan dengan menggunakan alat yang berupa Environmental

meter, dengan pengulangan sebanyak 3 kali. Pada setiap parameter

suhu dan kelembaban udara diperoleh hasil pengukuran sebesar

31,45oC. Sedangkan untuk kelembaban udara diperoleh hasil

pengukuran sebesar 57,3%. Menurut Kepmenkes No.

1405/Menkes/SK/XI/2002 dengan nilai ambang batas atau NAB

suhu berkisaran 18-30oC dan kelembaban berkisaran 40 – 60%.

Berdasarkan hasil pengukuran dapat disimpulkan bahwa suhu dan

kelembaban belum melebihi ambang batas.

b) Pencahayaan

Titik Hasil Standar Minimal


Pengukuran pengukuran (Lux)
1 72,3

2 71,7

3 67
100

4 75,2

5 74,8

Rata – Rata 72,2

Pada parameter pengukuran pencahayaan, dengan

menggunakan alat Environmental meter, yang dilakukan

pengulangan sebanyak 5 kali dan didapat rata – rata

keseluruhan. Menurut Kepmenkes No. 1405 / Menkes

/SK/XI/2002 dengan standar minimal pencahayaan yaitu 100

lux dan hasil pengukuran pencahayaan di Pasar Sanggrahan

sebesar 72,2lux. Berdasarkan hasil pengukuran pencahayaan

dapat disimpulkan bahwa tersebut di Pasar Sanggrahan tidak

memenuhi persyaratan.

c) Kebisingan

Pengukuran pada parameter kebisingan tempat umum

sekolah dilakukan dengan menggunakan alat Environmental

Meter setiap 5 detik selama 10 menit. Dari hasil pengukuran

tersebut diperoleh hasil sebesar 55,39 dB. Jika dibandingkan

dengan baku mutu Kepmenkes No. 1405/ Menkes / SK / XI /

2002 yaitu tidak lebih dari 85 dB. Jadi hasil pengukuran

tersebut masih aman atau tidak melebihi nilai ambang batas

yang ditentukan. Berdasarkan kenyataan di lapangan kondisi


di dalam Pasar Sanggrahan memang tidak terdapat sumber

kebisingan.

Anda mungkin juga menyukai