Anda di halaman 1dari 25

SANITASI TEMPAT-TEMPAT UMUM

Diajukan untuk Memenuhi Tugas


Mata Kuliah Dasar Kesehatan Lingkungan

DISUSUN OLEH :

 Anna Mutia Fildzah NPM. 155190005


 Delani Mutiara NPM. 155190132
 Heni Purmiasih Rahayu NPM. 155190034
 Jenny Fujianti NPM. 155190046
 Novita Sari Dewi NPM. 155190073
 Rina Ismiyati NPM. 155190143
 Ryan Ramadani NPM. 155190102
 Sri Wahyuni Nuryetti Lestari NPM. 155190107
 Vina Pury T. NPM. 155190114

FAKULTAS ILMU KESEHATAN MASYARAKAT


UNIVERSITAS RESPATI INDONESIA
JAKARTA
T.A 2015/2016
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami ucapkan kehadirat Allah SWT, karena atas berkat
rahmat dan hidayah-Nya kami dapat menyelesaikan tugas yang berjudul “SANITASI
TEMPAT-TEMPAT UMUM”.
Kami mengucapkan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah
bersedia meluangkan waktu, memberikan bantuan dan dorongan kepada kami
sampai terselesaikannya makalah ini. Ucapan terima kasih dan penghargaan ini
terutama kami sampaikan kepada: Bapak Zainal Abidin, M.Sc selaku dosen
pembimbing Mata Kuliah Dasar Kesehatan Lingkungan dan semua pihak yang telah
membantu.
Semoga makalah ini dapat bermanfaat dan menambah ilmu bagi penulis
khususnya dan dapat bermanfaat bagi para pembaca.

Jakarta, Januari 2016

Penyusun

1
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.............................................................................. 2
DAFTAR ISI........................................................................................... 3
BAB I PENDAHULUAN

A. Pengertian dan criteria tempat umum......................................... 4


B. Fasilitas sanitasi pada tempat umum......................................... 4

BAB II TINJAUAN TEORI

A. Sanitasi rumah sakit.................................................................... 6


B. Sanitasi tempat rekreasi............................................................. 12
C. Sanitasi pasar............................................................................. 16

BAB III PEMBAHASAN


A. Kesimpulan................................................................................. 24

DAFTAR PUSTAKA.............................................................................. 25

2
BAB I
PENDAHULUAN

A. Pengertian dan kriteria tempat umum


Tempat-tempat umum merupakan tempat kegiatan bagi umum yang
mempunyai tempat, sarana dan kegiatan tetap yang diselenggarakan oleh
badan pemerintah, swasta, dan atau perorangan yang dipergunakan
langsung oleh masyarakat. Setiap aktifitas yang dilakukan oleh manusia
sangat erat interaksinya dengan tempat-tempat umum, baik untuk bekerja,
melakukan interaksi sosial, belajar maupun melakukan aktifitas lainnya.
Tempat-tempat umum memiliki potensi sebagai tempat terjadinya
penularan penyakit, pencemaran lingkungan ataupun gangguan kesehatan
lainnya. Kondisi lingkungan tempat-tempat umum yang tidak terpelihara akan
menambah besarnya resiko penyebaran penyakit serta pencemaran
lingkungan sehingga perlu dilakukan upaya pencegahan dengan menerapkan
sanitasi lingkungan yang baik.
Mengingat banyaknya orang-orang yang akan berkumpul dan akan
melakukan suatu kegiatan berarti akan meningkatkan juga hubungan atau
kontak antara orang yag satu dengan yang lain, berarti kemungkinan
terjadinya penularan penyakit baik secara langsung atau tidak langsung yaitu
melalui perantara (berupa benda, alat-alat yang dipergunakan untuk
melakukan kegiatan) akan lebih meningkat.
Untuk mencegah penularan penyakit di tempat-tempat umum perlu
dilakukan pengawasan terhadap manusia sebagai pelaksana kegiatan, alat-
alat, bahan-bahan yang dipergunakan, tempat atau lingkungan dimana
kegiatan dilakukan. Tempat-tempat umum dapat berupa pasar, restoran,
bioskop, masjid, tempat rekreasi, dan lain-lain.
Kriteria suatu tempat umum adalah terpenuhinya beberapa syarat :
• Diperuntukkan bagi masyarakat umum
• Harus ada gedung atau tempat yang permanen
• Harus ada aktivitas (pengusaha, pegawai, pengunjung)
• Harus ada fasilitas (SAB, WC, Urinoir, tempat sampah, dan lain-lain)

B. Fasilitas sanitasi pada tempat umum


3
Sanitasi menurut WHO adalah suatu usaha untuk mengawasi
beberapa faktor lingkungan fisik yang berpengaruh kepada manusia,
terutama terhadap hal-hal yang mempunyai efek merusak perkembangan
fisik, kesehatan dan kelangsungan hidup.
Sanitasi Tempat-tempat Umum (STTU) adalah suatu usaha untuk
mengawasi dan mencegah kerugian akibat dari tempat-tempat umum
terutama yang erat hubungannya dengan timbulnya atau menularnya suatu
penyakit. STTU melaksanakan dua usaha yg dilakukan yaitu, pengawasan
dan pemeriksaan faktor lingkungan dari tempat-tempat umum dan faktor
manusianya sendiri yang melakukan kegiatan dan penyuluhan terhadap
masyarakat (edukasi), terutama yang menyangkut pengertian dan kesadaran
masyarakat terhadap bahaya-bahaya yang timbul dari tempat-tempat umum.
Pengawasan dan pemeriksaan meliputi, pemeriksaan terhadap faktor
lingkungan dan perlengkapan atau peralatan dari tempat-tempat umum,
misalnya : lingkungan pekarangan, bangunan, tempat perabotan, persediaan
air bersih, cara pembuangan sampah dan air kotor, perlengkapan WC, urinoir
dan melakukan pemeriksaan dengan maksud memberikan bimbingan dan
petunjuk-petunjuk kepada faktor manusia yang melakukan kegiatan pada
tempat-tempat umum.
Fasilitas sanitasi tempat umum dapat dikelompokkan atas fasilitas utama dan
fasilitas pendukung, semakin besar suatu terminal semakin banyak fasilitas
yang bisa disediakan. Fasilitas utama tersebut antara lain :
1. Tempat parkir kendaraan umum selama menunggu keberangkatan,
termasuk di dalamnya tempat tunggu dan tempat istirahat kendaraan
umum
2. Bangunan kantor
3. Tempat tunggu
4. Menara pengawas
5. Pelataran parkir kendaraan
6. Kamar kecil atau toilet

4
BAB II
TINJAUAN TEORI

A. Pengertian sanitasi rumah sakit


Rumah sakit adalah sebagai sarana pelayanan kesehatan, tempat
berkumpulnya orang sakit maupun orang sehat, atau dapat menjadi tempat
penularan penyakit serta memungkinkan terjadinya pencemaran lingkungan
dan gangguan kesehatan.
Menurut WHO, pengertian rumah sakit adalah suatu keadaan usaha
yang menyediakan pemondokan yang memberikan jasa pelayanan medis
jangka pendek dan jangka panjang yang terdiri atas tindakan observasi,
diagnostik, therapeutik dan rehabilitasi untuk orang-orang yang menderita
sakit, terluka dan untuk mereka yang mau melahirkan.
Sanitasi rumah sakit adalah suatu cara untuk mencegah berjangkitnya
suatu penyakit menular dengan jalan memutuskan mata rantai dari sumber.
Sanitasi merupakan usaha kesehatan masyarakat yang menitikberatkan pada
penguasaan terhadap berbagai faktor lingkungan yang mempengaruhi derajat
kesehatan.
Persyaratan kesehatan lingkungan rumah sakit berdasarkan
Permenkes No. 1204/Menkes/SK/X/2004 meliputi sanitasi pengendalian
berbagai faktor lingkungan fisik, kimiawi, biologi, dan sosial psikologi di rumah
sakit. Program sanitasi di rumah sakit terdiri dari penyehatan bangunan dan
ruangan, penyehatan makanan dan minuman, penyehatan air, penyehatan
tempat pencucian umum termasuk tempat pencucian linen, pengendalian
serangga dan tikus, sterilisasi atau desinfeksi, perlindungan radiasi,
penyuluhan kesehatan lingkungan, pengendalian infeksi nosokomial, dan
pengelolaan sampah atau limbah.
1. Bangunan dan ruangan rumah sakit
Bangunan rumah sakit harus direncanakan sesuai dengan
persyaratan ruang bangun yang bertujuan menciptakan
pengaturan yang nyaman, bersih dan sehat sehinggatidak memberikan
dampak negatif kepada pasien, pengunjung, dan tenaga kerja rumah
sakit. Kondisi ruangan sangat dipengaruhi oleh kualitas udara, situasi
bangunan
5
dan penggunaan ruangan. Lantai harus kedap air, tidak licin, dan muda
h dibersihkan. Pembersihan harus menghindarkan beterbangannya
debu dengan cara pembersihan basah menggunakan kain pel dan
antiseptik. Kain pel harus disediakan khusus, dibedakan untuk ruang
aseptik dan untuk ruangan umum. Angka kuman kebersihan lantai
yang masih bisa diterima adalah 0-5 mikroorganisme per cm untuk
lantai kamar operasi dan 5-10 mikroorganisme per cm untuk lantai
bangsal.
Untuk menjaga kualitas udara ruangan digunakan aerosol
gliserin atau penyinarandengan sinar ultra violet. Angka kuman di
udara yang masih bisa diterima di kamar operasi adalah 5-10
mikroorganisme per feet dan tidak boleh ada stafilococcushemolitikus,
sedangkan untuk udara ruangan bangsal angka kuman yang masih
bisaditerima adalah 10-20 mikroorganisme per feet
Jumlah tempat tidur jangan lebih dari empat bed per bangsal.
basinet bayi memerlukan luas lantai 24-30 feet, sedangkan untuk
isolasi diperlukan luas lantai 40 feet per basinet. Suhu dan kelembaban
ruangan harus di usahakan sedemikian sehingga terasa nyaman.
Pasokan (supply) udara untuk kamar exhausternya diletakkan 8 feet
dari permukaan tanah,dari atas 3 huruf feet dari atap. Untuk ruang ope
rasi pasokan udaradari atas dan exhauster di dekat lantai 3 inci dari
lantai. Pasokan udara menggunakan udara dari ruangan bebas jangan
dari koridor
2. Penerangan
Semua ruangan harus diberi penerangan. Ruangan perawatan
harus ada penerangan umum dan penerangan khusus untuk individu.
Sakelar untuk penerangan umum diletakkan di dekat pintu masuk,
sedangkan sakelar untuk individu diletakkan di dekat tempat tidur
pasien dan mudah dijangkau.
3. Kebisingan
Kebisingan diruang perawatan tidak boleh melebihi 45 dBA,
diruang poliklinik maksimum 80 dBA, laboratorium maksimum 68 dBA,
ruang cuci dapur maksimum 78dBA.
4. Penyediaan air bersih
6
Kegiatan pelayanan kesehatan di rumah sakit memerlukan air
bersih. Air ini bisa didapat dari air PAM. Apabila PDAM tidak dapat
memasok air cukup untuk rumah sakit maka bisa diambil dari air tanah.
Air tanah lebih mudah mengolahnya menjadi air yang memenuhi
persyaratan dibandingkan dengan apabila rumah sakit harus
menggunakan air permukaan. Kualitas dan kuantitas air yang
dibutuhkan rumah sakit harus terjamin sesuai
dengan persyaratan Peraturan Menteri Kesehatan No. 416 tahun 1990.
Kadang-kadang rumah sakit masih harus melakukan pengolahan
tambahan terhadap air bersih yang tersedia untuk keperluan khusus,
misalnya untuk mesin hemodialisa. Menurut perhitungan rumah sakit
setiap harinya membutuhkan minimal 500 liter pertempat tidur.
Menurut perhitungan dirumah sakit setiap harinya membutuhkan air se
banyak 220-300 liter per tempat tidur,untuk rumah sakit tertentu bisa
mencapai 500 liter per tempat tidur. Air panas
untuk badkuip jangan melebihi suhu 40°C, apabila yang tersedia
melebihi 40°C maka harus ada kran pencampur air dingin. Air panas
yang tersedia jangan melebihi 60°C. Kebutuhan air di kamar cuci
(laundry) sebanyak 40 liter/kg cucian, 60% dari jumlah ini berupa air
panas.
5. Pengawasan kualitas air di rumah sakit
Kualitas air dirumah sakit harus selalu dipantau secara terus
menerus agar persediaanair bersih tetap aman.Penurunan kualitas air
akan mengganggu dan membahayakan kesehatan.Harus dilakukan
perlindungan terhadap air mulai dari masuknya air PDAM ke recervoir
sampai ke tempat keluarnya air di kran dimana air diambil. Kegiatan
pokok pengawasan kualitas air adalah sebagai berikut :
 Inspeksi sanitasi, dimulai dengan pembuatan peta jaringan
distribusi air,melakukan pengamatan dimana kira-
kira tempat rawan yang mungkin akan terjadikontaminasi,mene
ntukan ditempat mana saja akan dilakukan pengambilan
sampel dan berapa kali frekuensi pengambilan sampel.

7
 Pemeriksaan sampel air, bisa dilakuakan di labor rumah sakit
atau di BLK (BalaiLaboratorium Kesehatan )
6. Limbah rumah sakit
Peraturan Pemerintah RI No. 19 Tahun 1994 tentang
pengolahan limbah
bahan berbahaya dan beracun menetapkan bahwa limbah hasil kegiat
an rumah sakit dan laboratoriumnya termasuk dalam daftar limah B3
dari sumber yang speseifik dengan kode limbah D227. Uraian
limbahnya adalah antibiotik kadaluarsa, peralatan medik yang
terkontaminasi,limbah infeksi dan kemasan obat-obatan
7. Limbah medik
Limbah medis atau limbah klinis adalah limbah yang berasal
dari pelayanan medis, perawatan, farmasi, laboratorium, radiografi,
dan penelitian. Limbah ini bersifat membahayakan dan perlu dilakukan
pengamanan terhadapnya. Limbah ini dapat digolongkan menjadi :
 Limbah benda tajam bisa berupa jarum, pipet, pecahan kaca,
pisau bedah. Kesemuanya adalah berbahaya dan berpotensi
menularkan penyakit
 Limbah infeksius dihasilkan oleh laboratorium,kamar isolasi,
kamar perawatan,sangat berbahaya bisa menularkan penyakit
 Limbah jaringan tubuh
berupa darah, anggota badan hasil amputasi,cairantubuh,plasen
ta.
 Limbah farmasi berupa obat atau bahan-bahan yang telah kadal
uarsa,obat yang terkontaminasi ,obat yang dikembalikan oleh
pasien atau tidak digunakan
 Limbah kimia ada yang berbahaya dan tidak
 Limbah radioaktif adalah bahan yang terkontaminasi dengan
radioisotop
8. Pembuangan air limbah
Untuk bisa yakin bahwa limbah yang dikeluarkan tidak
mengandung mikroorganisme berbahaya dan agar efisiensi biaya
sebaiknya limbah yang bisa disterilkan terlebih dahulu dicampur
dengan air limbah lain. Misalnya bahan-bahan pemeriksaan yang
8
mengandung kuman TB atau kuman polio disterilkan dengan otoklaf
kemudian baru masuk ke dalam septic tank
9. Pembuangan sampah padat
Rumah sakit menghasilkan sampah medis dan non medis.
Untuk usaha pengelolaannya terlebih dahulu ditentukan jumlah
sampah yang dihasilkan suatu rumah sakit.
10. Pemisahan limbah
Untuk memudahkan pengelolahan limbah maka limbah dipilah-
pilah untuk dipisahkan. Untuk memisahkan sampah ini digunakan
kantongan berwarna.
 Kantong hitam untuk limbah non medis.
 Kantong kuning untuk semua jenis yang akan dibakar.
 Kantong kuning dengan strip hitam untuk jenis limbah yang
dibakar atau ditanam.
 Kantong biru muda dengan strip biru tua untuk limbah yang
akan diotoklaf sebelum dibuang.
Untuk sampah yang berbahaya digunakan kantong dan
container standar, yaitu untuk :
 Sampah infeksius berupa kantong berwarna kuning dengan
simbol biohazard warna hitam.
 Sampah sitotosik berupa kantong berwarna ungu dengan simbol
berbentuk sel sedang dalam telofase.
 Sampah radioaaktif berupa kantong berwarna merah dengan
simbol radioaktif warnakuning
11. Penampungan sampah
Sampah untuk sementara (beberapa jam) ditampung di tempat
sampah. Tempat sampah ini harus tidak mudah berkarat, kedap air,
bertutup, mudah diangkut, mudah dikosongkan, mudah dibersihkan.
Untuk memudahkan pengosongan akan lebih baik bila digunakan
kantong plastic dalam tempat sampah. Sebaiknya radius 20 meter
harus tersedia satu tempat sampah.
12. Pengangkutan sampah
Sampah diangkut dari tempat sampah sementara ke
penampungan atau ke
9
tempat pemusnahan sampah. Yang perlu diingat dalam pengangkutan
sampah adalah adanya kemungkinan tercecer. Harus diusahakan agar
bahan-bahan yang berbahaya tidak mencemari jalan yang ditempuh ke
pembuangan.
13. Perlakuan sebelum sampah dibuang
Ada sampah yang bisa didaur ulang, misalnya perak nitrat
pembuangancairan pencuci film bisa diambil peraknya. Limbah infeksiu
s sering disterilkan dengan otoklaf.Untuk indikator pemanasan bisa
dengan pita otoklaf yang berubah warnanya bila panas yang
dimaksudkan tercapai dan diberikannya desinfektan.
14. Insenerator
Insenerator daalah alat untuk membakar sampah padat kering
maupun yang basah. Gas yang dipancarkan oleh sproeier bisa
mencapai suhu 700°C. Bahan (sampah) yang dibakar menghasilkan
panas yang ikut mempertahankan panas yang ada
15. Serangga
Manajemen rumah sakit mengusahakan agar di sekitar rumah
sakit tidak ada tempat perindukan untuk segala macam serangga baik
untuk nyamuk, lalat, maupun kecoa.
Untuk mengatasi lalat dari luar, untuk pintu dapur bisa
digunakan tabir angina tau wind screen, bisa juga dengan
mempergunakan pintu kawat kasa. Untuk mengurangi datangnya
kecoa bisa disemprot dengan insektisida malathion, fenitrothion,
lorsban dalam air dengan konsentrasi 0,5-1%. Pembasmian nyamuk
dengan fogging malathion, fenitrothion, lorsban dengan konsentrasi
2,0-2,5%.
16. Tikus
Agar diusahakan tidak ada tempat untuk bersarangnya tikus
dirumah sakit.Tempat yang disukai tikus untuk bersarang adalah
lubang di dinding atau di lantai,tumpukan sampah dan barang bekas.
Tikus tidak suka berkeliaran di tempat yang bersiholeh karena tidak
ada makanan yang dicarinya. Jangan sampai ada penumpukan
sisamakanan oleh karena ini akan menjadi tempat tikus berkumpul.
Pestisida yang disarankan adalah pestisida jenis anti koagulan seperti
10
warfarin, fumarin, dan pivol. Bisa jugadgunakan perangkap tikus dan
lem tikus.Untuk mengusir tikus bisa juga digunakan alat listrik
penimbul bunyi dengan frekuensi tinggi.
17. Kucing
Kucing sering berdatangan ke rumah sakit, berkembang biak
hingga menyebabkan bau kotoran kucing dan sering mencuri makanan
untuk pasien. Tempat sampah yang tidak ada tutupnya sering diporak-
porandakan kucing. Cara mengatasinya dengan membuangnya jauh-
jauh dari rumah sakit.

B. Sanitasi tempat rekreasi


Dasar pelaksanaan kegiatan pendataan dan pengawasan sanitasi
tempat-tempat umum adalah Kepmenkes 288/Menkes/SK/III/2003 tentang
Pedoman Penyehatan Sarana dan Bangunan Umum. Menurut Kepmenkes
tersebut, batasan pengertian penyehatan sarana dan bangunan umum,
adalah upaya kesehatan lingkungan, dalam pengendalian faktor risiko
penyakit pada sarana dan bangunan umum. Faktor resiko penyakit adalah
hal-hal yang memiliki potensi terhadap timbulnya penyakit.
Persyaratan sanitasi tempat rekreasi :
1. Tempat parkir
Fasilitas parkir adalah lokasi yang ditentukan sebagai tempat
pemberhentian yang bersifat tidak sementara untuk melakukan kegiatan
pada suatu kurun waktu. Tujuan fasilitas parkir adalah memberikan tempat
istirahat kendaraan
Persyaratan tempat parker :
a. Terdapat tempat parkir kendaraan umum yang bersih.
b. Tidak terdapat sampah berserakan, genangan air, dan lain-lain
2. Pembuangan sampah
Menurut definisi WHO, sampah adalah sesuatu yang tidak digunakan,
tidak dipakai, tidak disenangi, atau sesuatu yang dibuang yang berasal
dari kegiatan manusia dan tidak terjadi dengan sendirinya.
Sampah padat dapat dibagi menjadi beberapa kategori, seperti berikut :
a. Berdasarkan zat kmia yang terkandung di dalamnya.
 Organik, misalnya, sisa makanan, daun, sayur, dan buah.
11
 Anorganik, misalnya, logam, pecah-belah, abu, dan lain-lain.
b. Berdasarkan dapat atau tidaknya dibakar.
 Mudah terbakar, misalnya, kertas plastik, daun kering, kayu.
 Tidak mudah terbakar, misalnya, kaleng, besi, gelas, dan lain-
lain.
c. Berdasarkan dapat atau tidaknya membusuk.
 Mudah membusuk, misalnya, sisa makanan, potongan
daging, dan sebagainya.
 Sulit membusuk, misalnya, plastik, karet, kaleng, dan
sebagainya.
d. Berdasarkan ciri atau karakteristik sampah.
 Garbage, terdiri atas zat-zat yang mudah membusuk dan
dapat terurai dengan cepat, khususnya jika cuaca panas.
Proses pembusukkan sering kali menimbulkan bau busuk.
Sampah jenis ini dapat ditemukan di tempat pemukiman,
rumah makan, rumah sakit, pasar, dan sebagainya.
 Rubbish
 Ashes, semua sisa pembakaran dan industri.
 Street sweeping, sampah dari jalan atau trotoar akibat
aktivitas mesin atau manusia.
 Dead animal, bangkai binatang besar (anjing, kucing, dan
sebagainya) yang mati akibat kecelakaan atau secara alami.
 House hold refuse, atau sampah campuran (misalnya,
garbage, ashes, rubbish) yang berasal dari perumahan.
 Abandoned vehicle, berasal dari bangkai kendaraan
 Demolision waste, berasal dari hasil sisa-sisa pembangunan
gedung.
 Sampah industri, berasal dari pertanian, perkebunan, dan
industri.
 Santage solid, terdiri atas benda-benda solid atau kasar yang
biasanya berupa zat organik.
 Sampah khusus, atau sampah yang memerlukan
penanganan khusus seperti kaleng dan zat radioaktif.

12
Ada beberapa tahapan di dalam pengelolaan sampah padat yang baik,
diantaranya, tahap pengumpulan dan penyimpanan di tempat sumber; dan
tahap pengangkutan. Sampah yang ada di lokasi sumber (kantor, rumah
tangga, hotel, terminal dan sebagainya) ditempatkan dalam tempat
penyimpanan sementara, dalam hal ini tempat sampah. Sampah basah
dan sampah kering sebaiknya dikumpulkan dalam tempat yang terpisah
untuk memudahkan pemusnahannya.
3. Penerangan (pencahayaan)
Pencahayaan merupakan salah satu faktor untuk mendapatkan
keadaan lingkungan yang aman dan nyaman dan berkaitan erat dengan
produktivitas manusia. Pencahayaan yang baik memungkinkan orang
dapat melihat objek-objek yang dikerjakannya secara jelas dan cepat.
Menurut sumbernya, pencahayaan dapat dibagi menjadi pencahayaan
alami yang sumbernya berasal dari sinar matahari, dan pencahayaan
buatan yang sangat diperlukan apabila posisi ruangan sulit dicapai oleh
pencahayaan alami atau saat pencahayaan alami tidak mencukupi
4. Gedung perkantoran
Kantor adalah tempat dimana dilakukan berbagai macam kegiatan
pelaksanaan organisasi dalam rangka mencapai tujuannya, tempat yang
digunakan untuk perniagaan atau perusahaan yang dijalankan secara
rutin. Kantor bisa hanya berupa suatu kamar atau ruangan kecil maupun
bangunan bertingkat tinggi. Kantor sering dibagi kepada dua jenis, yaitu
kantor yang terbesar dan terpenting biasanya dijadikan kantor pusat,
sedangkan kantor-kantor lainnya dinamakan kantor cabang
Syarat dari gedung perkantoran ini antara lain :
a. Lantai dibuat dari bahan yang mudah dibersihkan, kuat dan tidak
meresap air.
b. Dinding dibuat dari bahan yang kuat dan tidak meresap air serta tidak
mudah terbakar.
c. Pintu dan jendela yang kuat, bagian luar diberi kawat kassa (kecuali
jika ada AC).
d. Penerangan harus cukup dan tidak silau.
e. Ventilasi harus cukup dan memenuhi persyaratan minimal (20% dari
luas lantai).
13
f. Disediakan telepon untuk komunikasi
5. Ruang tunggu
Persyaratan ruang tunggu :
a. Ruangan bersih.
b. Tempat duduk bersih dan bebas dari kutu busuk.
c. Penerangan yang cukup dan tidak menyilaukan.
d. Tersedia tempat sampah dan terbuat dari benda yang kedap air.
e. Lantai terbuat dari bahan kedap air, tidak licin, dan mudah dibersihkan
6. Jamban dan urinoir
Dalam ilmu kesehatan lingkungan dari berbagai jenis kotoran manusia,
yang lebih dipentingkan adalah tinja (feces) dan air seni (urine) karena
kedua bahan buangan ini memiliki karakteristik tersendiri dan dapat
menjadi sumber penyebab timbulnya berbagai macam penyakit saluran
pencernaan.
Namun, dewasa ini, teknik pembuangan tinja sudah berkembang
sangat pesat, sudah mempertimbangkan serta mengarah pada
pemenuhan berbagai keinginan berikut :
a. Sedapat mungkin pembuangan tinja dilakukan orang dengan
tenang, tanpa mengganggu privasinya.
b. Sedapat mungkin pembuangan tinja dilakukan orang dengan
nyaman dalam posisi dan suasana yang disukainya.
c. Sedapat mungkin pembuangan tinja dapat dilakukan oleh orang
yang sedang menderita penyakit saluran pencernaan dengan tidak
menimbulkan resiko bahaya penularan bagi orang lain.
d. Sedapat mungkin pembuangan tinja dilakukan orang dengan
semaksimal mungkin memperoleh manfaat dari tinja yang dibuang,
yang dapat diproses menjadi kompos atau gas bio.
e. Sedapat mungkin pembuangan tinja dilakukan orang di berbagai
daerah dengan teknik yang sesuai dengan kondisi setempat.
7. Pembuangan air hujan dan air kotor (limbah)
Menurut Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 82 Tahun
2001, air limbah adalah sisa dari suatu usaha dan atau kegiatan yang
berwujud cair. Air limbah dapat berasal dari rumah tangga (domestic)
maupun industri (industry). Air limbah dapat bersumber dari aktivitas
14
manusia (human sources) dan aktivitas alam (natural sources). Sistem
pengelolaan air limbah yang diterapkan harus memenuhi persyaratan
berikut
a. Tidak mengakibatkan kontaminasi terhadap sumber-sumber air
minum.
b. Tidak mengakibatkan pencemaran air permukaan.
c. Tidak menimbulkan pencemaran pada flora dan fauna yang hidup
di air dalam penggunaannya sehari-hari.
d. Tidak dihinggapi oleh vektor atau serangga yang menyebabkan
penyakit.
e. Tidak terbuka dan harus tertutup.
f. Tidak menimbulkan bau atau aroma tidak sedap.

C. Sanitasi pasar
Pasar adalah suatu tempat bertemunya penjual dengan pembeli,
dimana penjual dapat memperagakan barang dagangannya dan membayar
restribusi. Pasar merupakan salah satu tempat umum yang sering dikunjungi
oleh masyarakat, sehingga memungkinkan terjadinya penularan penyakit baik
secara langsung maupun tidak langsung melalui perantaraan vektor seperti
lalat .
Sanitasi pasar adalah usaha pengendalian melalui kegiatan
pengawasan dan pemeriksaan terhadap pengaruh-pengaruh yang
ditimbulkan oleh pasar yang erat hubunganya dengan timbul atau
merebaknya suatu penyakit. Sedangkan pengertian Pasar sehat , merupakan
tempat dimana semua pihak-pihak terkait bekerjasama untuk
menyediakan pangan yang aman, bergizi dan lingkungan yang memenuhi
persyaratan kesehatan.
Oleh karena itu, pasar harus memenuhi persyaratan kesehatan baik
dari segi sanitasi maupun dari konstruksi. Adapun persyaratan kesehatan
pasar mengacu pada Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia
Nomor 519/MENKES/SK/VI/2008 Tentang Pedoman Penyelenggaraan Pasar
Sehat, sebagai berikut :
a. Lokasi
 Lokasi sesuai dengan Rencana Umum Tata Ruang setempat (RUTR)
15
 Tidak terletak pada daerah rawan bencana alam seperti: bantaran
sungai, aliran lahar, rawan longsor, banjir dsb
 Tidak terletak pada daerah rawan kecelakaan atau daerah jalur
pendaratan penerbangan termasuk sempadan jalan
 Tidak terletak pada daerah bekas tempat pembuangan akhir sampah
atau bekas lokasi pertambangan
 Mempunyai batas wilayah yg jelas, antara pasar dan lingkungannya
b. Bangunan
Secara umum, bangunan dan rancang bangun harus dibuat sesuai
dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Sedangkan syarat
pada penataan ruang dagang, antara lain :
 Pembagian area sesuai dengan jenis komoditi, sesuai dengan sifat dan
klasifikasinya seperti : basah, kering, penjualan unggas hidup,
pemotongan unggas
 Pembagian zoning diberi indentitas yg jelas
 Tempat penjualan daging, karkas unggas, ikan ditempatkan di tempat
khusus
 Setiap los (area berdasarkan zoning) memiliki lorong yg lebarnya
minimal 1,5 meter
 Setiap los/kios memiliki papan identitas yaitu nomor, nama pemilik dan
mudah dilihat
 Jarak tempat penampungan dan pemotongan unggas dengan
bangunan pasar utama minimal 10 m atau dibatasi tembok pembatas
dengan ketinggian minimal 1,5 m
 Khusus untuk jenis pestisida, bahan berbahaya dan beracun (B3) dan
bahan berbahaya lainnya ditempatkan terpisah dan tidak
berdampingan dengan zona makanan dan bahan pangan
Ruang Kantor Pengelola
1. Ruang kantor memiliki venilasi minimal 20 % dari luas lantai
2. Tingkat pencahayaan ruangan minimal 200 lux
3. Tersedia ruangan kantor pengelola dengan tinggi langit2 dari lantai
sesuai ketentuan yang berlaku
4. Tersedia toilet terpisah bagi laki2 dan perempuan

16
5. Tersedia tempat cuci tangan dilengkapi dengan sabun dan air yang
mengalir
Tempat penjualan bahan pangan basah
1. Mempunyai meja tempat penjualan dengan permukaan yang rata
dengan kemiringan yg cukup shg tidak menimbulkan genangan air dan
tersedia lubang pembuangan air, setiap sisi memiliki sekat pembatas
dan mudah dibersihkan dg tinggi minimal 60 cm dari lantai dan terbuat
dari bhn tahan karat dan bukan dari kayu
2. Penyajian karkas daging harus digantung
3. Alas pemotong (telenan) tidak terbuat dari bahan kayu, tidak
mengandung bahan beracun, kedap air dan mudah dibersihkan
4. Pisau untuk memotong bahan mentah harus berbeda dan tidak
berkarat
5. Tersedia tempat penyimpanan bahan pangan, seperti : ikan dan daging
menggunakan rantai dingin (cold chain) atau bersuhu rendah (4-10ºC)
6. Tersedia tempat untuk pencucian bahan pangan dan peralatan
7. Tersedia tempat cuci tangan yg dilengkapi dg sabun dan air yg
mengalir
8. Saluran pembuangan limbah tertutup, dg kemiringan sesuai ketentuan
yg berlaku sehingga memudahkan aliran limbah serta tidak melewati
area penjualan
9. Tersedia tempat sampah kering dan basah, kedap air, tertutup dan
mudah diangkat
10. Tempat penjualan bebas vektor penular penyakit dan tempat
perindukannya, seperti : lalat, kecoa, tikus, nyamuk
Tempat penjualan bahan pangan kering
1. Mempunyai meja tempat penjualan dengan permukaan yg rata dan
mudah dibersihkan, dengan tinggi minimal 60 cm dari lantai
2. Meja tempat penjualan terbuat dari bahan yg tahan karat dan bukan
dari kayu
3. Tersedia tempat sampah kering dan basah, kedap air, tertutup dan
mudah diangkat
4. Tersedia tempat cuci tangan yg dilengkapi dg sabun dan air yg
mengalir
17
5. Tempat penjualan bebas binatang penular penyakit (vektor) dan tempat
perindukannya (tempat berkembang biak) seperti : lalat, kecoa, tikus,
nyamuk
Tempat penjualan makanan jadi atau siap saji
1. Tempat penyajian makanan tertutup dengan permukaan yg rata dan
mudah dibersihkan, dengan tinggi minimal 60 cm dari lantai dan
terbuat bahan yg tahan karat dan bukan dari kayu
2. Tersedia tempat cuci tangan yg dilengkapi dg sabun dan air yg
mengalir
3. Tersedia tempat cuci peralatan dari bahan yg kuat, aman, tidak mudah
berkarat dan mudah dibersihkan
4. Saluran pembuangan air limbah dari tempat pencucian harus tertutup
dengan kemiringan yg cukup
5. Tersedia tempat sampah kering dan basah, kedap air, tertutup dan
mudah diangkat
6. Tempat penjualan bebas vektor penular penyakit dan tempat
perindukannya, seperti : lalat, kecoa, tikus, nyamuk
7. Pisau yg digunakan untuk memotong bahan makanan basah/matang
tidak boleh digunakan untuk makanan kering atau mentah
c. Area parkir
 Adanya pemisah yg jelas pada batas wilayah pasar
 Adanya parkir yg terpisah berdasarkan jenis alat angkut, seperti :
mobil, motor, sepeda, andong/delman dan becak
 Tersedia area parkir khususu untuk pengangkut hewan hidup dan
hewan mati
 Tersedia area bongkar muat khusus yg terpisah dari tempat parkir
pengunjung
 Tidak ada genangan air
 Tersedia tempat sampah yg terpisah antara sampah kering dan basah
dalam jumlah yg cukup, minimal setiap radius 10 m
 Ada tanda masuk dan keluar kendaraan secara jelas, yg berbeda
antara jalur masuk dan keluar
 Adanya tanaman penghijauan
 Adanya area resapan air di pelataran parkir
18
d. Konstruksi
Atap
1. Atap harus kuat, tidak bocor dan tidak menjadi tempat
berkembangbiaknya binatang penular penyakit
2. Kemiringan atap harus sedemikian rupa sehingga tidak memungkinkan
terjadinya genangan air pada atap dan langit2
3. Ketinggian atap sesuai ketentuan yang berlaku
4. Atap yg mempunyai ketinggian 10 m atau lebih harus dilengkapi
dengan penangkal petir
Dinding
1. Permukaan dinding harus bersih, tidak lembab dan berwarna terang
2. Permukaan dinding yg selalu terkena percikan air harus terbuat dari
bahan yg kuat dan kedap air
3. Pertemuan lantai dengan dinding, serta pertemuan dua dindinglainnya
harus berbentuk lengkung (conus)
e. Lantai
1. Lantai terbuat dari bahan yg kedap air, permukaan rata, tidak licin,
tidak retak dan mudah dibersihkan
2. Lantai yg selalu terkena air, misalnya kamar mandi, tempat cuci dan
sejenisnya harus mempunyai kemiringan ke arah saluran dan
pembuangan air sesuai ketentuan yg berlaku sehingga tidak terjadi
genangan air
f. Tangga
a. Tinggi, lebar dan kemiringan anak tangga sesuai dengan ketentuan
yang berlaku
b. Ada pegangan tangan di kanan dan kiri tangga
c. Terbuat dari bahan yg kyat dan tidak licin
d. Memiliki pencahayaan minimal 100 lux
g. Ventilasi
Ventilasi harus memenuhi syarat minimal 20 % dari luas lantai dan saling
berhadapan.
Pencahayaan

19
 Intensitas pencahayaan setiap ruangan harus cukup untuk melakukan
pekerjaan pengelolaan bahan makanan secara efektif dan kegiatan
pembersihan makanan.
 Pencahayaan cukup terang dan dapat melihat barang dagangan
dengan jelas minimal 100 lux
h. Pintu
Khusus untuk pintu los penjualan daging, ikan dan bahan makanan
yang berbau tajam agar menggunakan pintu yg dapat membuka dan
menutup sendiri (self closed) atau tirai plastik untuk menghalangi binatang
penular penyakit (vektor) seperti lalat atau serangga lain masuk.
i. Air bersih
 Tersedia air bersih dengan jumlah yg cukup setiap hari secara
berkesinambungan, minimal 40 liter per pedagang
 Kualitas air bersih yg tersedia memenuhi persyaratan
 Tersedia tendon air yang menjaminn kesinambungan ketersediaan air
dan dilengkapi dengan kran yg tidak bocor
 Jarak sumber air bersih dengan pembuangan limbah minimal 10 m
 Kualitas air bersih diperika setiap enam bulan sekali
j. Kamar mandi dan toilet
1. Harus tersedia toilet laki-laki dan perempuan yg terpisah dilengkapi
dengan tanda atau simbol yg jelas dengan proporsi, setiap
penambahan 40-100 orang harus ditambah satu kamar mandi dan satu
toilet
2. Didalam kamar mandi harus tersedia bak dan air bersih dalam jumlah
yang cukup dan bebas jentik
3. Didalam toilet harus tersedia jamban leher angsa, peturasan dan bak
air
4. Tersedia tempat cuci tangan dengan jumlah yg cukup yg dilengkapi
dengan sabun dan air yg mengalir
5. Air limbah dibuang ke septic tank (multi chamber), riol atau lubang
peresapan yg tidak mencemari air tanah dg jarak 10 m dari sumber air
bersih
6. Lantai dibuat kedap air, tidak licin, mudah dibersihkan dg kemiringan
sesuai ketentuan yg berlaku sehingga tidak terjadi genangan
20
7. Letak toilet terpisah minimal 10 meter dengan tempat penjualan
makanan dan bahan pangan
8. Luas ventilasi minimal 20 % dari luas lantai dan pencahayaan 100 lux
9. Tersedia tempat sampah yg cukup
k. Pengelolaan Sampah
 Setiap kios tersedia tempat sampah basah dan kering
 Terbuat dari bahan kedap air, tidak mudah berkarat, kuat, tertutup, dan
mudah dibersihkan
 Tersedia alat angkut sampah yg kuat, mudah dibersihkan dan mudah
dipindahkan
 Tersedia tempat pembuangan sampah sementara (TPS), kedap air,
kuat, kedap air atau kontainer, mudah dibersihkan dan mudah
dijangkau petugas pengangkut sampah
 TPS tidak menjadi tempat perindukan binatang (vektor) penularan
penyakit
 Lokasi TPS tidak berada di jalur utama pasar dan berjarak minimal 10
m dari bangunan pasar
 Sampah diangkut minimal 1 x 24 jam
l. Drainase
1. Selokan/drainase sekitar pasar tertutup dengan kisi yg terbuat dari
logam sehingga mudah dibersihkan
2. Limbah cair yg berasal dari setiap kios disalurkan ke instalasi
pengolahan air limbah (IPAL), sebelum akhirnya dibuang ke saluran
pembuangan umum
3. Kualitas limbah outlet harus memenuhi baku mutu sebagaimana diatur
dalam Keputusan Menteri Lingkungan Hidup nomor 112 tahun 2003
tentang kualitas air limbah
4. Saluran drainase memiliki kemiringan sesuai dg ketentuan yg berlaku
sehingga mencegah genangan air
5. Tidak ada bangunan los/kios diatas saluran drainase
6. Dilakukan pengujian koalitas air limbah cair secara berkala setiap 6
bulan sekali
m. Tempat cuci tangan
1. Fasilitas cuci tangan ditempatkan di lokasi yg mudah dijangkau
21
2. Fasilitas cuci tangan dilengakpi dengan sabun dan air yg mengalir dan
limbahnya dialirkan ke saluran pembuangan yg tertutup
n. Binatang penular penyakit (vektor)
1. Pada los makanan siap saji dan bahan pangan harus bebas dari lalat,
kecoa dan tikus
2. Pada area pasar angka kepadatan tikus harus nol
3. Angka kepadatan kecoa maksimal 2 ekor per plate di titik pengukuran
sesuai dengan area pasar
4. Angka kepadatan lalat di tempat sampah dan drainase maksimal 30
per gril net
5. Container Index (CI) jentik nyamuk aedes aegypty tidak melebihi 5 %
o. Kualitas Makanan dan Bahan Pangan
 Tidak basi
 Tidak mengandung bahan berbahaya seperti pengawet borax,
formalin, pewarna textil yang berbahaya sesuai dengan peraturan yg
berlaku
 Tidak mengandung residu pestisida diatas ambang batas
 Kualitas makanan siap saji sesuai dengan Kepmenkes nomor 942 tahu
2003 tentang makanan jajanan
 Makanan dalam kemasan tertutup disimpan dalm suhu rendah (4-
10ºC), tidak kadaluwarsa dan berlabel jelas
 Ikan, daging dan olahannya disimpan dalam suhu 0 s/d 4ºC; sayur,
buah dan minuman disimpan dalam suhu 10ºC; telur, susu dan
olahannya disimpan dalam suhu 5-7 ºC
 Penyimpanan bahan makanan harus ada jarak dg lantai, dinding dan
langit-langit : jarak dengan lantai 15 cm, dengan dinding 5 cm, dengan
langit-langit 60 cm
 Kebersihan peralatan makanan ditentukan angka total kuman nol
maksimal 100 kuman per cm3 permukaan dan kuman Eschericia coli
adalah nol
p. Desinfeksi Pasar
1. Desinfeksi pasar harus dilakukan secara menyeluruh 1 hari dalam
sebulan
2. Bahan desinfektan yg digunakan tidak mencemari lingkungan
22
BAB III
PEMBAHASAN

A. Kesimpulan
Tempat-tempat umum merupakan tempat kegiatan yang
mempunyai terdiri dari tempat, sarana dan kegiatan aktifitas yang
dilakukan oleh manusia. Tempat-tempat umum memiliki potensi
sebagai tempat terjadinya penularan penyakit, pencemaran lingkungan
ataupun gangguan kesehatan lainnya. Kondisi lingkungan tempat-
tempat umum yang tidak terpelihara akan menambah besarnya resiko
penyebaran penyakit serta pencemaran lingkungan sehingga perlu
dilakukan upaya pencegahan dengan menerapkan sanitasi lingkungan
yang baik.
Sehingga, untuk menciptakan lingkungan yang baik dan sehat,
dperlukan upaya dari berbagai pihak untuk memenuhi beberapa syarat
tempat umum sesuai dengan yang telah ditetapkan oleh Menteri
Kesehatan agar terhindar dari berbagai macam penyakit dan memutus
mata rantai vektor penularan penyakit untuk menciptakan derajat
kesehatan yang tinggi.

23
DAFTAR PUSTAKA

Aboejoewono, A. 1985. Pengelolaan Sampah Menuju ke Sanitasi Lingkungan dan


Permasalahannya.
Pedoman Sanitasi Rumah Sakit di Indonesia
Depkes RI. Keputusan Menteri Kesehatan RI No.288/MENKES/SK/III/2003 Tentang
Pedoman Penyehatan Sarana Dan Bangunan Umum. Jakarta : 2003

24

Anda mungkin juga menyukai