Anda di halaman 1dari 44

TUGAS PRAKTIK MANDIRI

INSPEKSI SANITASI TEMPAT-TEMPAT UMUM

“REVIEW JURNAL SANITASI TEMPAT-TEMPAT UMUM”

Dosen Pengampu: Tri Marthy Mulyasari, S.SiT. dan Teguh Widiyanto, S.Sos, M.Kes.

Disusun oleh:

Annisa Mareta Zahru

P1337433119095

2B

PRODI SANITASI PROGRAM DIII

JURUSAN KESEHATAN LINGKUNGAN PURWOKERTO

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTRIAN KESEHATAN


SEMARANG

2021
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Sanitasi merupakan bagian dari ilmu kesehatan lingkungan yang meliputi cara dan
usaha individu atau masyarakat untuk mengontrol dan mengendalikan lingkungan hidup
eksternal yang berbahaya bagi kesehatan serta yang dapat mengancam kelangsungan hidup
manusia. Kecenderungan itu merupakan pertanda tingginya permintaan akan agrowisata dan
sekaligus membuka peluang bagi pengembangan produk-produk agrobisnis, baik dalam
bentuk kawasan ataupun produk pertanian yang mempunyai daya tarik spesifik.
Sanitasi tempat-tempat umum adalah suatu usaha pencegahan penyakit yang
menitikberatkan kegiatannya pada usaha-usaha kebersihan/ kesehatan tempat-tempat umum
(TTU) dalam melayani masyarakat umum sehubungan dengan aktivitas tempat-tempat
umum tersebut secara fisiologis, psikologis, mencegah terjadinya penularan penyakit atau
kecelakaan serta estetika, antar penghuni, pengguna, dan masyarakat sekitarnya.
Sanitasi adalah upaya pencegahan terhadap kemungkinan tumbuh dan berkembangnya
jasad renik pembusuk dan pathogen yang dapat membahayakan manusia. Sanitasi tempat-
tempat umum bisa diartikan sebagai usaha untuk mengawasi dan mencegah kerugian akibat
dari pemanfaatan tempat maupun hasil usaha (produk) oleh dan untuk umum terutama yang
erat hubungannya dengan timbulnya/menularnya suatu penyakit. Menurut Suparlan, ada
beberapa macam-macam tempat umum sebagai berikut: 1) Tempat-tempat umum
berhubungan dengan sarana transportasi, seperti terminal, stasiun, pelabuhan dan bandar
udara. 2) Tempat- tempat umum berhubungan dengan sarana perdagangan, seperti pasar,
supermarket, dan restauran. 3) Tempat-tempat umum berhubungan dengan sarana
pariwisata, seperti kolam renang, hotel, dan bioskop. 4) Tempat-tempat umum berhubungan
dengan sarana peribadatan, seperti masjid, gereja, dan pura. 5) Tempat-tempat umum
berhubungan dengan pelayanan jasa, seperti salon dan panti pijat. 6) Tempat-tempat umum
berhubungan dengan sarana sosial, seperti rumah sakit dan puskesmas.
Berdasarkan hasil observasi yang penulis lakukan pada Pura Tirta Sudamala
Permasalahan yang di dapat yaitu belum adanya pemeriksaan tentang keadaan fasilitas
sanitasi yakni pada fasilitas sanitasi di Pura Tirta Sudamala seperti: Keadaan pembuangan
sampah, WC umum, dan kantin / warung sehingga penulis mengambil karya tulis dengan
judul “Tinjauan Keadaan Fasilitas Sanitasi di Obyek Wisata Pura Tirta Sudamala,
Kelurahan Bebalang, Kabupaten Bangli Tahun 2017.
Terminal Tawang alun merupakan terminal utama terbesar di Kabupaten Jember
dengan tipe A dan melayani kendaraan umum untuk Angkutan Antar Provinsi (AKAP),
Angkutan Antar Kota Dalam Provinsi (AKADP), angkutan kota dan angkutan pedesaan.
Bangunan terminal tawang alun terdiri dari bangunan area pemberangkatan bis, area bus
menunggu, area kedatangan/penurunan penumpang, area lintas/keluar, area penumpang
menunggu, kantor pengawas/operator, kios pedagang, pintu masuk penumpang, peron, WC
umum dan kamar mandi, halaman parkir, pos pemeriksaan KPS, aula, dan tempat
peristirahatan penumpang [5]. Di terminal tawang alun masih terlihat keadaan sanitasi
terminal yang masih belum optimal, seperti kondisi tempat pengumpulan sampah sementara
(TPS), saluran pembuangan limbah cair dan drainase masih banyak sampah berserakan di
selokan. Untuk bagian Tempat Pengolahan Makanan (TPM), warung makan belum
menggunakan penutup makanan ataupun lemari, untuk pencahayaan dalam ruangan loket
dan ruangan tunggu belum optimal, untuk alat pemadam kebakaran tidak tersedia alat
pemadam kebakaran ditempat rawan terjadinya kecelakaan. Selain permasalahan diatas,
masih belum terlihat adanya sarana promosi higiene dan sanitasi yang terpasang pada tempat
strategis sehingga para pedagang, pengunjung dan juga petugas mengetahui, memahami,
dan mau membiasakan diri berperilaku hidup bersih dan sehat serta dapat memanfaatkan
fasilitas sanitasi dengan benar.
Pasar dapat menjadi jalur utama untuk penyebaran penyakit seperti kasus kolera di
Amerika Latin, SARS dan Flu Burung (Avian Influenza) di Asia. Untuk mencegah
penyebaran penyakit yang dapat terjadi di pasar, diperlukan pelaksanaan sanitasi lingkungan
pasar yang baik sesuai dengan Kepmenkes RI Nomor: 519/Menkes/SK/VI/2008.
Berdasarkan hasil pengamatan yang dilakukan penulis di Pasar Tanjung, diketahui bahwa
Pasar tanjung kurang terkelola dari segi sanitasi dan kesehatan dimana sampah-sampah
belum terkelola dengan baik, kondisi bangunan kamar mandi dan toilet yang banyak
terdapat lubang dan tidak terdapat tempat cuci tangan. Selain itu di lantai atas banyak
terdapat genangan air yang menyebabkan jalan-jalan antar gang menjadi becek, saluran
pembuangan air limbah yang kotor sehingga aliran air limbah menjadi tidak lancar.
B. Tujuan
1. Untuk mengetahui keadaan fasilitas Sanitasi Tempat Sampah di Obyek Wisata Pura Tirta
Sudamala, Kelurahan Bebalang, Kabupaten Bangli.
2. Untuk mengetahui keadaan fasilitas WC/ toilet umum di Obyek Wisata Pura Tirta
Sudamala, Kelurahan Bebalang, Kabupaten Bangli.
3. Untuk mengetahui keadaan fasilitas kantin/ warung di Obyek Wisata Pura Tirta
Sudamala, Kelurahan Bebalang, Kabupaten Bangli.
4. Untuk mengetahui keadaan sanitasi di Obyek Wisata Pura Tirta Sudamala, Kelurahan
Bebalang, Kabupaten Bangli.
5. Untuk mengetahui kondisi sanitasi di Terminal tawang alun Kabupaten Jember.
6. Untuk menggambarkan sanitasi pasar di Kabupaten Jember berdasarkan Keputusan
Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor: 519/Menkes/SK/VI/2008.
C. Manfaat
1. Mengetahui keadaan fasilitas Sanitasi Tempat Sampah, fasilitas WC/ toilet umum,
fasilitas kantin/ warung, dan keadaan sanitasi di Obyek Wisata Pura Tirta Sudamala,
Kelurahan Bebalang, Kabupaten Bangli.
2. Mengetahui kondisi sanitasi di Terminal tawang alun Kabupaten Jember.
3. Dapat menggambarkan sanitasi Pasar Tanjung di Kabupaten Jember.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Sanitasi Tempat-Tempat Umum


1. Pengertian Sanitasi Tempat-tempat Umum
Tempat umum atau sarana pelayanan umum adalah tempat yang memiliki fasilitas
dan berpotensi terhadap terjadinya penularan penyakit. Tempat-tempat umum
merupakan suatu tempat dimana banyak orang berkumpul untuk melakukan kegiatan
baik secara insidentil maupun terusmenerus, baik secara membayar maupun tidak, atau
suatu tempat dimana banyak orang berkumpul dan melakukan aktivitas sehari-hari
(Imam, 2017).
Pengertian sanitasi tempat-tempat umum (STTU) adalah suatu usaha untuk
mengawasi dan mencegah kerugian akibat dari tidak terawatnya tempattempat umum
tersebut yang mengakibatkan timbul menularnya berbagai jenis penyakit. STTU dapat
pula dipahami sebagai suatu upaya yang dilakukan untuk menjaga kebersihan tempat-
tempat yang sering digunakan untuk menjalankan aktivitas hidup sehari-hari agar
terhindar dari ancaman penyakit yang merugikan kesehatan.
Sanitasi Tempat – tempat Umum adalah suatu usaha untuk mengawasi, mencegah
dan mengendalikan kerugian akibat dari pemanfaatan tempat maupun hasil usaha
(produk) oleh dan untuk umum terutama yang erat hubungannya dengan timbulnya dan
menularnya penyakit serta kemungkinan terjadinya kecelakaan (Suparlan, 2012).
2. Tujuan Sanitasi Tempat-tempat Umum
Tujuan dari pengawasan sanitasi tempat-tempat umum, antara lain:
a. Untuk memantau keadaan sanitasi tempat-tempat umum secara berkala.
b. Untuk membina dan meningkatkan peran aktif masyarakat dalam menciptakan
lingkungan yang bersih dan sehat di tempat-tempat umum.
c. Untuk mencegah timbulnya berbagai macam penyakit menular (communicable
diseases) dan penyakit akibat kerja (occupational diseases).
3. Kriteria Sanitasi Tempat-tempat Umum
Adapun batas-batas ketentuan untuk menggolongkan sebuah tempat disebut sebagai
tempat-tempat umum. Kriteria sanitasi tempat-tempat umum, antara lain:
a. Tempat tersebut diperuntukkan bagi masyarakat umum bukan masyarakat khusus.
b. Terdapat tempat atau gedung yang bersifat permanen.
c. Dalam tempat tersebut dilakukan kegiatan atau aktivitas yang dapat menimbulkan
risiko terjadinya penularan penyakit, penyakit akibat kerja dan kecelakaan. Tempat
beraktivitas pengusaha, pegawai, dan pengunjung.
d. Memiliki fasilitas atau perlengkapan umum seperti Sarana Air Bersih (SAB), Water-
closet (WC), Urinoir, tempat sampah dll.
4. Jenis Sanitasi Tempat-tempat Umum
Ada beberapa jenis tempat umum, antara lain:
a. Hotel
b. Restoran
c. Kolam renang atau pemandian umum
d. Pasar dan Pusat Perbelanjaan (Supermarket)
e. Salon dan pangkas rambut
f. Tempat wisata atau tempat rekreasi atau taman hiburan
g. Terminal, bandar udara, stasiun, dan Pelabuhan
h. Tempat ibadah
i. Bioskop
j. Rumah sakit
k. Sekolah
l. Perkantoran atau industri
5. Ruang Lingkup Sanitasi Tempat-tempat Umum
Ruang lingkup sanitasi tempat-tempat umum dijabarkan secara spesifik menjadi
beberapa poin utama, yaitu:
a. Penyediaan air (Water Supply)
Pengawasan kualitas air sesuai dengan persyaratan. Jumlah kuantitas air yang cukup.
b. Pengelolaan sampah padat, air kotor, dan kotoran manusia (wastesdisposal sawage,
refuse, dan excreta)
Tempat penampungan sampah sesuai dengan persyaratan, jumlah yang cukup dan
mudah terjangkau. Terdapat Saluran Pengolahan Air Limbah (SPAL)
c. Hygiene dan sanitasi makanan (Food Hygiene and Sanitation)
Pencegahan kontaminasi dan keracunan makanan, kebersihan makanan,
penyimpanan makanan, dan kebiasaan penjamah Makanan.
d. Perumahan dan kontruksi bangunan (Housing and Contruction)
Lokasi dan konstruksi bangunan, ventilasi udara, pencahayaan ruang.
e. Pengawasan vektor (Vector Control)
Terbebas dari serangga pembawa penyakit dan rodentia.
f. Pengawasan pencemaran fisik (Physical Pollution)
Pengamanan sumber pencemaran dan jangkauan cemaran.
6. Kegiatan Sanitasi Tempat-tempat Umum
Adapun kegiatan yang mendasari sanitasi tempat-tempat umum, yaitu:
a. Pemetaan (Monitoring)
Meninjau atau memantau letak, jenis, dan jumlah tempat-tempat umum yang ada
kemudian disalin atau digambarkan kembali dalam bentuk peta sehingga
mempermudah dalam menginspeksi tempat-tempat umum tersebut.
b. Inspeksi (Inspection)
Penilaian serta pengawasan terhadap tempat-tempat umum dengan mencari
informasi kepada pemilik, penanggung jawab, atau pengelola baik dengan
wawancara maupun melihat langsung kondisi tempat umum untuk kemudian
diberikan masukan jika perlu apabila dalam pemantauan masih terdapat hal-hal yang
perlu mendapatkan pembenahan.
c. Penyuluhan (Education)
Penyuluhan terhadap masyarakat terutama untuk menyangkut pengertian dan
kesadaran masyarakat terhadap bahaya-bahaya yang timbul dari tempat-tempat
umum.
B. Sanitasi Tempat Wisata
Undang-undang No 10 tahun 2009 tentang Kepariwisataan menyatakan Destinasi
Pariwisata adalah kawasan geografis yang berada dalam satu atau lebih wilayah
administratif yang di dalamnya terdapat daya tarik wisata, fasilitas umum, fasilitas
pariwisata, aksesibilitas, serta masyarakat yang saling terkait dan melengkapi terwujudnya
kepariwisataan.
Terdapat lima faktor yang dapat menarik wisatawan untuk datang ke kawasan tempat
wisata, yaitu Natural and historic attractions, food, people, recreation facilities, marketed
image of the destination. Semua faktor tersebut tentunya merupakan produk pariwisata yang
memiliki keunikan dan ciri khas. Produk pariwisata yang unik tersebut apabila dimanfaatkan
dengan baik tentunya dapat memotivasi wisatawan untuk datang berkunjung ke destinasi
wisata. (Rahmadiyanti, 2018)
Pengertian sanitasi merupakan suatu usaha mengawasi beberapa faktor lingkungan
yang berpengaruh kepada manusia terutama terhadap hal-hal yang mempunyai efek
merusak perkembangan fisik, kesehatan, dan kelangsungan hidup. Tempat-tempat umum
terdiri dari berbagai macam jenis salah satunya adalah tempat wisata. Tempat wisata
merupakan suatu tempat berupa bangunan kuno yang terdiri dari peninggalan sejarah kuno,
bangunan moderen, pemancingan kebun binatang, dan lain-lain digunakan untuk kegiatan
pariwisata beserta kelengkapan lainnya yang dikelola secara profesional.
Tempat wisata adalah semua tempat atau keadaan alam yang memiliki sumber daya
wisata yang dibangun dan dikembangkan sehingga mempunyai daya tarik dan diusahakan
sebagai tempat yang dikunjungi wisatawan (Dwi Cakhyono & Lagiono, 2018). Sehingga
sanitasi tempat wisata dapat diartikan sebagai sebuah usaha atau upaya pencegahan,
pengawasan dan pemeliharaan terhadap lingkungan yang dapat berdampak pada kesehatan
di kawasan tempat wisata.
Dalam sanitasi tempat wisata terdapat dua faktor yang perlu diperhatikan yaitu
kebersihan lingkungan dan fasilitas keamanan. Kebersihan lingkungan diantaranya; Toilet
umum, Tempat sampah, Restoran/tempat makan yang layak dalam arti memenuhi syarat
hygiene dan sanitasi, fasilitas P3K yang bila memungkinkan dilengkapi Poliklinik dan
ambulance untuk kebutuhan mendesak (kritis). Untuk fasilitas keamanan seperti adanya
penjaga, batasbatas pagar maupun tanda-tanda keamanan. Untuk tempat wisata dengan
memiliki letak dan bangunan tetap persyaratan yang harus dipenuhi, antara lain: Perizinan
yang jelas, letak dan posisi menjamin keamanan, akses tempat yang mudah, kelengkapan
fasilitas, peralatan P3K dan keamanan diletakkan ditempat yang terlihat, petugas atau
penjaga yang tersertifikasi.
C. Sanitasi Terminal
Menurut Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 74 Tahun 2014 Tentang
Angkutan Jalan Terminal adalah pangkalan Kendaraan Bermotor Umum yang digunakan
untuk mengatur kedatangan dan keberangkatan, menaikkan dan menurunkan orang dan/atau
barang, serta perpindahan moda Angkutan. Terminal adalah sebuah prasarana transportasi
jalan untuk keperluan menurunkan dan menaikkan penumpang, perpindahan intra dan/atau
antar moda transportasi serta mengatur kedatangan dan pemberangkatan kendaraan umum.
Terminal angkutan darat sangat penting keberadaannya bagi masyarakat, karena
termasuk tempat umum yang banyak didatangi masyarakat, walau hanya untuk transit,
sanitasi dan kebersihannya harus dijaga. Terminal bus atau stasiun kereta api adalah suatu
tempat termasuk fasilitasnya yang didatangi oleh masyarakat untuk menunggu, naik dan
turun bus atau kereta api (Santoso, 2015). Secara garis besar persyaratan tempat-tempat
umum, khususnya terminal/ stasiun dapat dikelompokkan menjadi 2 bagian besar, yaitu
bagian luar (eksterior) dan bagian dalam (interior) yang dikelompokkan menjadi kelompok
kecil antara lain (Mukono, 2006):
1. Bagian luar (eksterior)
a. Tempat parkir
Adanya tempat parkir dihalamanterminal/stasiunmerupakan suatu keharusan.
Peraturan kendaraan ditempatparkir, harus rapi dan teratur yaitu terpisahnya tempat
parkir kendaraan roda dua dan roda empat. Di tempat parkir harus bersih dan tidak
terdapat sampah yang berserakan dan tidak ada genangan- genangan air. Dengan
adanya pemisahan tempat parkir, halaman parkir yang terpelihara dengan baik, maka
disamping kecelakaan dapat dihindari juga akan memberikan suasana rapi dan enak
untuk dipandang (Mukono, 2006). Persyaratan tempat parkir pada terminal (Santoso,
2015):
1) Terdapat tempat parkir kendaraan umum yang bersih.
2) Tidak terdapat sampah yang berserakan, genangan air, dan lain-lain.
b. Pembuangan sampah
Di halaman terminal/ stasiun kereta api hendaknya tersedia tempat pengumpulan
sampah sementara, sebelum sampah tersebut dibuang ke tempat sampah akhir. Syarat
tempat pembuangan sampah tersebut adalah tertutup dan kedap air. Mengingat tempat
sampah tersebut menampung seluruh sampah dari terminal/ statiun kereta api maka
pengambilan untuk dibuang tempat pembuangan akhir harus dilakukan setelah
sampah tesebut penuh (Mukono, 2006). Gangguan yang dapat ditimbulkan sebagai
akibat tidak terkelolanya sampah dengan baik adalah (Suparlan, 2012):
1) Tempat berkembangbiak dan sarang dari serangga terutama lalat dan tikus.
2) Dapat menjadikan sumber pengotoran tanah, sumber air permukaan, air tanah
maupun mencemari udara.
3) Menjadi tempat hidup serta sumber kuman-kuman penyakit yang membahayakan
kesehatan masyarakat.
4) Menimbulkan bau yang tidak sedap.
5) Mengganggu keindahan lingkungan hidup.
6) Dapat mengakibatkan penurunan produktifitas kerja.
Menurut Suparlan (2012), Tempat pengumpulan sampah sementara:
1) Dapat berupa tong-tong sampah yang terbuat dari besi/metal atau plastik dengan
isi 50-100 liter yang diletakkan didekat tempat produksi sampah, dipinggir jalan,
didepan rumah atau toko-toko agar mudah dilakukan pengambilan untuk diangkut
ketempat pengumpulan yang lebih besar. Tempat pengumpulan sampah ini
ditempatkan agar tersebar agar mudah dijangkau oleh orang-orang yang akan
membuang sampah.
2) Tempat pengumpulan sampah sementara diperbolehkan tertimbun paling lama 24
jam untuk selanjutnya dibuang ketempat pembuangan akhir. Tempat
pengumpulan sampah sementara hendaknya diberikan tutup agar:
a. Tidak mudah dijangkau atau dipakai untuk bersarangnya tikus dan
seranggaserangg, diantaranya: lalat, kecoa, atau oleh binatang-binatang besar
seperti: anjing, kucing, yang menyebabkan sampah berserakan. Sampah yang
terkumpul tidak mudah diterbangkan oleh angin, disamping itu dapat
mengurangi adanya bau.
b. Mengurangi minat bagi pencari-pencari barang bekas dan sisa-sisa makanan
oleh orang-orang gelandangan atau tuna wisma.
c. Penerangan
Menurut Keputusan Menteri Kesehatan No. 1405/MENKES/SK/XI/2002 tentang
persyaratan kesehatan lingkungan kerja perkantoran dan industri. Pencahayaan adalah
jumlah penyinaran pada suatu bidang kerja yang diperlukan untuk melaksanakan
kegiatan secara efektif. Pencahayaan dapat dibagi menjadi pencahayaan alami yang
sumbernya berasal dari sinar matahari, dan pencahayaan buatan sangat diperlukan
apabila posisi ruangan sulit dicapai oleh pencahayaan alami atau saat pencahayaan
alami tidak mencukupi.
Agar pencahayaan memenuhi persyaratan kesehatan perlu dilakukan tindakan
sebagai berikut (Handayani, Suyasa, 2015):
1) Pencahayaan alam maupun buatan diupayakan agar tidak menimbulkan kesilauan
dan memiliki intensitas sesuai dengan peruntukannya.
2) Penempatan bola lampu dapat menghasilkan penyinaran yang otpimum dan bola
lampu sering dibersihkan.
3) Bola lampu yang mulai tidak berfungsi dengan baik maka segera diganti.
Pencahayaan dapat dibagi menjadi dua yaitu, pencahayaan alami yang bersumber
dari sinar matahri dan pencahayaan buatan yang sangat diperlukan apabila dalam
posisi ruangan sulit dicapai oleh pencahayaan alami atau saat pencahyaan alami tidak
mencukupi. Intensitas cahaya diruang kerja perkantoran minimal 100 Lux. Maka di
terminal memerlukan pencahayaan yang cukup terutamanya di tempat parkir, pintu
masuk dan keluar terminal. Karena bus datang dan berangkat di terminal/ stasiun tidak
hanya pada siang hari saja tetapi juga pada malam hari. Dengan demikian halaman
perlu mendapat penerangan yang cukup dan tidak menyilaukan. Penerangan tersebut
harus ada ditempat parkir, baik untuk parkir kendaraan roda dua maupun roda empat
dan pintu masuk dan pintu keluar terminal (Mukono, 2006).
2. Bagian dalam (interior)
a. Gedung perkantoran
Kantor (dari bahasa Belanda kantoor, sendirinya dari bahasa Prancis comptoir)
adalah sebutan untuk tempat yang digunakan untuk perniagaan atau perusahaan yang
dijalankan secara rutin. Kantor bisa hanya berupa suatu kamar atau ruangan kecil
maupun bangunan bertingkat tinggi. Kantor sering dibagi kepada dua jenis; kantor
yang terbesar dan terpenting biasanya dijadikan kantor pusat, sedangkan kantor-
kantor lainnya dinamakan kantor cabang (Wikipedia,2019). Menurut Keputusan
Menteri Kesehatan Republik Indonesia nomor 1405 Tahun 2002 tentang Persyaratan
Kesehatan Lingkungan Kerja, perkantoran, dan industri. Adapun persyaratannya
sebagai berikut:
1) Konstruksi bangunan sebaiknya kuat, terpelihara, bersih, tidak memungkinkan
terjadinya gangguan kesehatan dan kecelakaan, serta tidak memungkinkan masuk
dan berkembang biaknya vektor dan reservoar penyakit ke dalam ruangan.
2) Langit-langit harus kuat, tidak bocor, berwarna terang, bebas sarang laba-laba,
mudah dibersihkan, dan mempunyai ketinggian minimal 2,70 meter dari lantai
guna menimbulkan rasa nyaman danaman.
3) Dinding bersih, berwarna terang, dan permukaan dinding yang selalu terkena
percikan air terbuat dari bahan yang kedap air dan tidak lembab karena dapat
mengakibatkan tumbuhnya jamur dan media tumbuh kembangnya kuman
pathogen.
4) Lantai dalam keadaan bersih, terbuat dari bahan yang kedap air dan tidak licin,
permukaan rata dan tidak mudah retak, mudah dibersihkan, dan pertemuan lantai
dengan dinding harus berbentuk lengkung (conus) agar memudahkan
dalampembersihannya.
5) Pencahayaan alami diupayakan agar tidak menimbulkan kesilauan minimal 100
lux.
b. Ruang tunggu
Selama menunggu keberangkatan, maka keberadaan ruang tunggu sangat di
perlukan terutama keadaan ruang tunggu yang nyaman dengan berbagai ruang
penunjang yang informatif sangat didambakan (Handayani, Suyasa, 2015).
Persyaratan dari ruang tunggu antara lain (Mukono, 2006):
1) Ruangan harus bersih dan suhu nyaman.
2) Tempat duduk harus bersih dan bebas dari kutu busuk.
3) Tempat duduk teratur rapi.
4) Penerangan yang cukup.
5) Tersedia tempat sampah yang tertutup dan terbuat dari bahan yang tidak mudah
terbakar.
6) Lantai terbuat dari bahan kedap air, tidak licin, dan mudah dibersihkan.
c. Jamban dan urinoir (pembuangan kotoran manusia)
Menurut Kusnoputranto (1997), pengertian jamban keluarga adalah suatu
bangunan yang digunakan untuk membuang dan mengumpulkan kotoran sehingga
kotoran tersebut tersimpan dalam suatu tempat tertentu dan tidak menjadi penyebab
suatu penyakit serta tidak mengotori permukaan. Jamban Sehat adalah fasilitas
pembuangan tinja yang efektif untuk memutus mata rantai penularan penyakit
(Siswanto, 2003). Dalam Ilmu kesehatan lingkungan dari berbagai jenis kotoran
manusia, yang lebih dipentingkan adalah tinja (feses) dan air seni (urine) karena kedua
bahan buangan ini memiliki karakteristik tersendiri dan dapat menjadi sumber
timbulnya berbagai macam penyakit saluran pencernaan (Handayani, Suyasa, 2015).
Menurut Santoso (2015), Jamban dan Urinoir:
1) Digunakan jamban tipe leher angsa.
2) Jamban untuk pria terpisah dengan jamban untuk wanita.
3) Jumlah jamban 1 buah untuk setiap 1-250 pengunjung pada suatu saat, dengan
jumlah minimal 2 buah.
4) Urinoir bersih, tidak berbau dan memiliki air pembersih yang memadai.
5) Terminal dengan kapasitas minimal 250 pengunjung harus memiliki 1 urinoir.
6) Jika pengunjung meningkat menjadi 500 orang, ditambah 1 urinoir.
d. Tempat cuci tangan
Tersedia minimal 1 buah tempat cuci tangan yang baik untuk umum yang
dilengkapi dengan sabun dan serbet/ lap (Santoso, 2015).
e. Pembuangan air kotor dan air hujan (limbah)
Memiliki sistem pembuangan yang baik, terhubung dengan saluran umum atau
dengan septic tank sendiri untuk pembuangan air kotor (Santoso, 2015). Berdasarkan
Soeparman (2001) limbah cair merupakan gabungan atau campuran dari air dan
bahan-bahan pencemar yang terbawa oleh air, baik dalam keadaan terlarut maupun
tersuspensi yang terbuang dari sumber domestik (perkantoran, perumahan, dan
perdagangan), sumber industri, dan pada saat tertentu tercampur dengan air tanah, air
permukaan, atau air hujan. meliputi berbagai proses, yakni penyaluran, pengumpulan,
pengolahan limbah cair, serta pembuangan lumpur yang dihasilkan. Pembuangan
limbah cair secara langsung ke badan air akan menimbulkan masalah kesehatan
sehingga perlu dibangun fasilitas pengolahan limbah cair. Penyaluran limbah cair
sebaiknya diawali oleh sistem perpipaan dari kamar mandi, wastafel, tempat cuci,
WC, dan urinoir yang menyalurkan limbah cair menuju saluran induk (Tri Utomo,
2015). Adapun persyaratannya sebagai berikut:
1) Saluran perpipaan harus bahan yang kuat, mudah dipelihara serta diperbaiki.
2) Selokan/ drainase sekitar tertutup dengan kisi yang terbuat dari logam sehingga
mudah dibersihkan.
3) Tidak menjadi tempat perindukan binatang seperti lalat, kecoa, tikus dan nyamuk.
4) Bangunan penampung harus kedap air dan udara agar terhindar dari kebocoran
limbah cair dan pengaruh bau.
f. Pemadam kebakaran
Untuk mencegah kemungkinan terjadinya kebakaran, maka setiap terminal harus
tersedia alat pemadam kebakaran yang dapat dilihat dan dicapai dengan mudah oleh
umum. Dan pada alat itu harus terdapat cara penggunaannya (Santoso, 2015).
g. Kotak P3K
Tempat umum seperti di terminal kemungkinan terjadinya kecelakaan masih
sangat besar. Maka dari itu perlu tersedianya fasilitas kotak P3K minimal 1 buah yang
berisi obat-obatan lengkap untuk P3K (Santoso, 2015). Tujuan dari pertolongan
pertama ini adalah untuk mencegah bahaya maut, mencegah kecelakaan, dan
mencegah terjadinya infeksi.
h. Pengeras suara
Pada terminal harus terdapat alat pengeras suara yang dapat dipergunakan untuk
memberikan penerangan kebersihan (Santoso, 2015).
i. Musholla atau tempat ibadah
Pada tempat umum seperti terminal perlu disediakan tempat ibadah atau
musholla, yang perlu diperhatikan untuk musholla ini adalah (Mukono, 2006):
1) Tempat harus saniter.
2) Tersedia tempat wudhu yang memenuhi syarat.
3) Tikar/ alas musholla harus bersih dan sering dijemur.
j. Tempat penjualan makanan/minuman (kantin)
Pada dasarnya tempat penjualan makanan/ minuman harus memenuhi syarat,
kebersihannya juga perlu diperhatikan karena dari tempat penjualan makanan/
minuman bisa menjadi tempat penularan penyakit. Kantin harus memiliki makanan
dan minuman yang bebas dari vektor pengganggu yaitu lalat dan lain sebagainya
karena hal tersebut dapat mempengaruhi kesehatan pengunjung dan membuat rasa
nyaman pada pengunjung (Handayani, Suyasa, 2015). Adapun persyaratannya
sebagai berikut (Suparlan, 2012):
1) Kontruksi bangunan dalam keadaan bersih.
2) Lantai dari bahan kedap air, tidak licin,
3) Dinding bagian bawah dilapisi bahan kedap air setinggi ± 1 ½ meter, dan dinding
dicat dengan warna muda yang terang.
4) Ruangan bebas dari tikus dan gangguan lalat, kecoa, dan serangga lainnya.
5) Untuk bahan mentah, makanan yang sudah masak dan alat-alat perlengkapan
disediakan tempat penyimpanan yang terpisah, bersih, dan teratur rapi.
6) Tersedia air bersih yang cukup untuk segala keperluan.
7) Pengelola makanan harus mempunyai kebiasan higiene yang baik mengenai cara
berpakaian rapi, rambut, tangan, dan kuku selalu terawat baik, selalu mencuci
tangan dengan sabun sebelum bekerja.
D. Sanitasi Pasar
Pasar adalah sekumpulan pembeli dan penjual dari sebuah barang atau jasa tertentu.
Para pembeli sebagai sebuah kelompok menentukan permintaan terhadap produk, dan para
penjual sebagai kelompok menentukan penawaran terhadap produk (Mankiw, 2003).
Sedangkan menurut Arifin (2009) pasar adalah suatu tempat tertentu, bertemunya antara
penjual dengan pembeli termasuk fasilitasnya dimana penjual dapat memperagakan barang
dagangannya dengan membayar restribusi.
Sanitasi pasar adalah usaha pengendalian melalui kegiatan pengawasan dan
pemeriksaan terhadap pengaruh-pengaruh yang ditimbulkan oleh pasar yang erat
hubunganya dengan timbul atau merabaknya suatu penyakit. Sedangkan, sesuai Keputusan
Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 519/MENKES/SK/VI/2008 pengertian pasar
sehat, merupakan tempat dimana semua 7 pihak-pihak terkait bekerjasama untuk
menyediakan pangan yang aman, bergizi dan lingkungan yang memenuhi persyaratan
kesehatan.
Persyaratan Kesehatan Lingkungan Pasar:
1. Lokasi
a. Lokasi sesuai dengan Rencana Umum Tata Ruang setempat.
b. Tidak terletak pada daerah rawan bencana alam seperti: bantaran sungai, aliran lahar,
rawan longsor, banjir, dan sebagainya.
c. Tidak terletak pada daerah rawan kecelakaan atau daerah jalur pendaratan
penerbangan termasuk sempadan jalan.
d. Tidak terletak pada daerah bekas tempat pembuangan akhir sampah atau bekas lokasi
pertambangan.
e. Mempunyai batas wilayah yang jelas, antara pasar dan lingkungannya.
2. Bangunan
a. Umum
Bangunan dan rancang bangun harus dibuat sesuai dengan peraturan perundang
undangan yang berlaku.
b. Penataan ruang dagang
1) Pembagian area sesuai dengan jenis komoditi, sesuai dengan sifat dan
klasifikasinya seperti: basah, kering, penjualan unggas hidup, pemotongan unggas.
2) Pembagian zoning diberi identitas yang jelas.
3) Tempat penjualan daging, karkas unggas, ikan ditempatkan di tempat khusus.
4) Setiap los (area berdasarkan zoning) memiliki lorong yang lebarnya minimal 1,5
meter.
5) Setiap los/ kios memiliki papan identitas yaitu nomor, nama pemilik dan mudah
dilihat.
6) Jarak tempat penampungan dan pemotongan unggas dengan bangunan pasar utama
minimal 10 m atau dibatasi tembok pembatas dengan ketinggian minimal 1,5 m.
7) Khusus untuk jenis pestisida, bahan berbahaya dan beracun (B3) dan bahan
berbahaya lainnya ditempatkan terpisah dan tidak berdampingan dengan zona
makanan dan bahan pangan.
c. Ruang kantor pengelola
1) Ruang kantor memiliki ventilasi minimal 20 % dari luas lantai.
2) Tingkat pencahayaan ruangan minimal 100 lux.
3) Tersedia ruangan kantor pengelola dengan tinggi langit-langit dari lantai sesuai
ketentuan yang berlaku.
4) Tersedia toilet terpisah bagi laki-laki dan perempuan.
5) Tersedia tempat cuci tangan dilengkapi dengan sabun dan air yang mengalir.
d. Tempat Penjualan Bahan Pangan dan Makanan
1) Tempat penjualan bahan pangan basah
- Mempunyai meja tempat penjualan dengan permukaan yang rata dengan
kemiringan yang cukup sehingga tidak menimbulkan genangan air dan tersedia
lubang pembuangan air, setiap sisi memiliki sekat pembatas dan mudah
dibersihkan dg tinggi minimal 60 cm dari lantai dan terbuat dari bahan tahan karat
dan bukan dari kayu.
- Penyajian karkas daging harus digantung.
- Alas pemotong atau telenan tidak terbuat dari bahan kayu, tidak mengandung
bahan beracun, kedap air dan mudah dibersihkan.
- Pisau untuk memotong bahan mentah harus berbeda dan tidak berkarat.
- Tersedia tempat penyimpanan bahan pangan, seperti: ikan dan daging
menggunakan rantai dingin (cold chain) atau bersuhu rendah (4-10º C).
- Tersedia tempat untuk pencucian bahan pangan dan peralatan.
- Tersedia tempat cuci tangan yang dilengkapi dengan sabun dan air yang mengalir.
- Saluran pembuangan limbah tertutup, dengan kemiringan sesuai ketentuan yang
berlaku sehingga memudahkan aliran limbah serta tidak melewati area penjualan.
- Tersedia tempat sampah kering dan basah, kedap air, tertutup dan mudah
diangkat.
- Tempat penjualan bebas vektor penular penyakit dan tempat perindukannya,
seperti: lalat, kecoa, tikus, nyamuk.
2) Tempat penjualan bahan pangan kering
- Mempunyai meja tempat penjualan dengan permukaan yang rata dan mudah
dibersihkan, dengan tinggi minimal 60 cm dari lantai.
- Meja tempat penjualan terbuat dari bahan yang tahan karat dan bukan dari kayu.
- Tersedia tempat sampah kering dan basah, kedap air, tertutup dan mudah
diangkat.
- Tersedia tempat cuci tangan yang dilengkapi dengan sabun dan air yang mengalir.
- Tempat penjualan bebas binatang penular penyakit dan tempat perindukannya
(tempat berkembang biak) seperti: lalat, kecoa, tikus, nyamuk.
3) Tempat penjualan makanan jadi/ siap saji
- Tempat penyajian makanan tertutup dengan permukaan yang rata dan mudah
dibersihkan, dengan tinggi minimal 60 cm dari lantai dan terbuat bahan yang
tahan karat dan bukan dari kayu.
- Tersedia tempat cuci tangan yang dilengkapi dengan sabun dan air yang mengalir.
- Tersedia tempat cuci peralatan dari bahan yang kuat, aman, tidak mudah berkarat
dan mudah dibersihkan.
- Saluran pembuangan air limbah dari tempat pencucian harus tertutup dengan
kemiringan yang cukup.
- Tersedia tempat sampah kering dan basah, kedap air, tertutup dan mudah
diangkat.
- Tempat penjualan bebas vektor penular penyakit dan tempat perindukannya,
seperti: lalat, kecoa, tikus, nyamuk.
- Pisau yang digunakan untuk memotong bahan makanan basah/ matang tidak
boleh digunakan untuk makanan kering/ mentah.
e. Area parkir
1) Adanya pemisah yang jelas pada batas wilayah pasar.
2) Adanya parkir yang terpisah berdasarkan jenis alat angkut, seperti: mobil, motor,
sepeda, andong/ delman dan becak.
3) Tersedia area parkir khususu untuk pengangkut hewan hidup dan hewan mati.
4) Tersedia area bongkar muat khusus yang terpisah dari tempat parkir pengunjung.
5) Tidak ada genangan air.
6) Tersedia tempat sampah yang terpisah antara sampah kering dan basah dalam
jumlah yang cukup, minimal setiap radius 10 meter.
7) Ada tanda masuk dan keluar kendaraan secara jelas, yang berbeda antara jalur
masuk dan keluar.
8) Adanya tanaman penghijauan.
9) Adanya area resapan air di pelataran parkir.
f. Konstruksi
1) Atap
- Atap harus kuat, tidak bocor dan tidak menjadi tempat berkembangbiaknya
binatang penular penyakit.
- Kemiringan atap harus sedemikian rupa sehingga tidak memungkinkan terjadinya
genangan air pada atap dan langit-langit.
- Ketinggian atap sesuai ketentuan yang berlaku.
- Atap yang mempunyai ketinggian 10 meter atau lebih harus dilengkapi dengan
penangkal petir.
2) Dinding
- Permukaan dinding harus bersih, tidak lembab dan berwarna terang.
- Permukaan dinding yang selalu terkena percikan air harus terbuat dari bahan yang
kuat dan kedap air.
- Pertemuan lantai dengan dinding, serta pertemuan dua dinding lainnya harus
berbentuk lengkung (conus).
3) Lantai
- Lantai terbuat dari bahan yang kedap air, permukaan rata, tidak licin, tidak retak
dan mudah dibersihkan.
- Lantai yang selalu terkena air, misalnya kamar mandi, tempat cuci dan sejenisnya
harus mempunyai kemiringan ke arah saluran dan pembuangan air sesuai
ketentuan yg berlaku sehingga tidak terjadi genangan air.
4) Tangga
- Tinggi, lebar dan kemiringan anak tangga sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
17.
- Ada pegangan tangan di kanan dan kiri tangga.
- Terbuat dari bahan yang kuat dan tidak licin.
- Memiliki pencahayaan minimal 100 lux.
5) Ventilasi
Ventilasi harus memenuhi syarat minimal 20 % dari luas lantai dan saling
berhadapan (cross ventilation).
6) Pencahayaan
- Intensitas pencahayaan setiap ruangan harus cukup untuk melakukan pekerjaan
pengelolaan bahan makanan secara efektif dan kegiatan pembersihan makanan.
- Pencahayaan cukup terang dan dapat melihat barang dagangan dengan jelas
minimal 100 lux.
7) Pintu
Khusus untuk pintu los penjualan daging, ikan dan bahan makanan yang berbau
tajam agar menggunakan pintu yang dapat membuka dan menutup sendiri (self
closed) atau tirai plastik untuk menghalangi binatang penular penyakit seperti lalat
atau serangga lain masuk.
3. Sarana Sanitasi
a. Air bersih
1) Tersedia air bersih dengan jumlah yang cukup setiap hari secara
berkesinambungan, minimal 40 liter per pedagang.
2) Kualitas air bersih yang tersedia memenuhi persyaratan.
3) Tersedia tendon air yang menjaminn kesinambungan ketersediaan air dan
dilengkapi dengan kran yang tidak bocor.
4) Jarak sumber air bersih dengan pembuangan limbah minimal 10 meter.
5) Kualitas air bersih diperiksa setiap enam bulan sekali.
b. Kamar mandi dan toilet
1) Harus tersedia toilet laki-laki dan perempuan yang terpisah dilengkapi dengan
tanda/simbol yang jelas.
2) Didalam kamar mandi harus tersedia bak dan air bersih dalam jumlah yang cukup
dan bebas jentik.
3) Didalam toilet harus tersedia jamban leher angsa, peturasan dan bak air.
4) Tersedia tempat cuci tangan dengan jumlah yang cukup yang dilengkapi dengan
sabun dan air yang mengalir.
5) Air limbah dibuang ke septic tank (multi chamber), riol atau lubang peresapan yang
tidak mencemari air tanah dg jarak 10 m dari sumber air bersih.
6) Lantai dibuat kedap air, tidak licin, mudah dibersihkan dengan kemiringan sesuai
ketentuan yang berlaku sehingga tidak terjadi genangan.
7) Letak toilet terpisah minimal 10 meter dengan tempat penjualan makanan dan
bahan pangan.
8) Luas ventilasi minimal 20 % dari luas lantai dan pencahayaan 100 lux.
9) Tersedia tempat sampah yang tertutup.
c. Pengelolaan sampah
1) Setiap kios/ los/ lorong tersedia tempat sampah basah dan kering.
2) Terbuat dari bahan kedap air, tidak mudah berkarat, kuat, tertutup, dan mudah
dibersihkan.
3) Tersedia alat angkut sampah yang kuat, mudah dibersihkan dan mudah
dipindahkan.
4) Tersedia TPS, kedap air, kuat, kedap air atau kontainer, mudah dibersihkan dan
mudah dijangkau petugas pengangkut sampah.
5) TPS tidak menjadi tempat perindukan binatang penular penyakit.
6) Lokasi TPS tidak berada di jalur utama pasar dan berjarak minimal 10 m dari
bangunan pasar.
7) Sampah diangkut minimal 1 x 24 jam.
d. Drainase
1) Selokan/ drainase sekitar pasar tertutup dengan kisi yang terbuat dari logam
sehingga mudah dibersihkan.
2) Limbah cair yang berasal dari setiap kios disalurkan ke instalasi pengolahan air
limbah (IPAL), sebelum akhirnya dibuang ke saluran pembuangan umum.
3) Kualitas limbah outlet harus memenuhi baku mutu sebagaimana diatur dalam
Keputusan Menteri Lingkungan Hidup nomor 112 tahun 2003 tentang kualitas air
limbah.
4) Saluran drainase memiliki kemiringan sesuai dengan ketentuan yang berlaku
sehingga mencegah genangan air.
5) Tidak ada bangunan los/ kios diatas saluran drainase.
6) Dilakukan pengujian kualitas air limbah cair secara berkala setiap 6 bulan sekali.
e. Tempat cuci tangan
1) Fasilitas cuci tangan ditempatkan di lokasi yang mudah dijangkau.
2) Fasilitas cuci tangan dilengkapi dengan sabun dan air yang mengalir dan limbahnya
dialirkan ke saluran pembuangan yang tertutup.
f. Binatang penular penyakit
1) Pada los makanan siap saji dan bahan pangan harus bebas dari lalat, kecoa dan
tikus.Pada area pasar angka kepadatan tikus harus nol.
2) Angka kepadatan kecoa maksimal 2 ekor per plate di titik pengukuran sesuai
dengan area pasar.
3) Angka kepadatan lalat di tempat sampah dan drainase maksimal 30 per gril net.
4) Container Index (CI) jentik nyamuk aedes aegypty tidak melebihi 5 %.
g. Kualitas Makanan dan bahan pangan
1) Tidak basi.
2) Tidak mengandung bahan berbahaya seperti pengawet borax, formalin, pewarna
textil yang berbahaya sesuai dengan peraturan yang berlaku.
3) Tidak mengandung residu pestisida diatas ambang batas.
4) Kualitas makanan siap saji sesuai dengan Kepmenkes nomor 942 tahun 2003
tentang makanan jajanan.
5) Makanan dalam kemasan tertutup disimpan dalam suhu rendah (4-10ºC), tidak
kadaluwarsa dan berlabel jelas.
6) Ikan, daging dan olahannya disimpan dalam suhu 0 s/d 4ºC; sayur, buah dan
minuman disimpan dalam suhu 10 ºC; telur, susu dan olahannya disimpan dalam
suhu 5-7 ºC.
7) Penyimanan bahan makanan harus ada jarak dengan lantai, dinding dan langit-
langit: jarak dengan lantai 15 cm, dengan dinding 5 cm, dengan langit-langit 60
cm.
8) Kebersihan peralatan makanan ditentukan angka total kuman nol maksimal 100
kuman per cm3 permukaan dan kuman Eschericia-coli adalah nol.
h. Desinfeksi pasar
1) Desinfeksi pasar harus dilakukan secara menyeluruh 1 hari dalam sebulan.
2) Bahan desinfektan yang digunakan tidak mencemari lingkungan.
4. Perilaku hidup bersih dan sehat
a. Pedagang dan Pekerja
1) Bagi pedagang karkas daging/unggas, ikan dan pemotong unggas menggunakan
alat pelindung diri sesuai dengan pekerjaanannya (sepatu boot, sarung tangan,
celemek, penutup rambut dll).
2) Berpola hidup bersih dan sehat cuci tangan dengan sabun, tidak merokok, mandi
sebelum pulang terutama bagi pedagang dan pemotong unggas, tidak buang
sampah sebarangan, tidak meludah dan buang dahak sembarangan dll.
3) Dilakukan pemeriksaan kesehatan bagi pedagang secara berkala, minimal 6 bulan
sekali.
4) Pedagang makanan siap saji tidak sedang menderita penyakit menular langsung,
seperti: diare, hepatitis, TBC, kudis, ISPA dll.
b. Pengunjung
1) Berpola hidup bersih dan sehat, seperti : tidak buang sampah sebarangan, tidak
merokok, tidak meludah dan buang dahak sembarangan dll.
2) Cuci tangan dengan sabun terutama setalah memegang unggas/hewan hidup,
daging, ikan.
c. Pengelola
Mempunyai pengetahuan dan keterampilan dibidang hygiene sanitasi dan keamanan
pangan.
5. Keamanan
a. Pemadam kebakaran
1) Tersedia peralatan pemadam kebakaran yang cukup dan berfungsi serta tidak
kadaluwarsa.
2) Tersedia hidran air dengan jumlah cukup menurut ketentuan berlaku.
3) Letak peralatan pemadam kebakaran mudah dijangkau dan ada petunjuk arah
penyelamatan diri.
4) Adanya petunjuk prosedur penggunaan alat pemadam kebakaran.
b. Keamanan
Tersedia pos keamanan dilengkapi dengan personil dan peralatannya.
6. Fasilitas lain
a. Tempat Sarana Ibadah
1) Tersedia tempat ibadah dan tempat wudhu dengan lokasi yang mudah dijangkau
dengan sarana yang bersih dan tidak lembab.
2) Tersedia air bersih dengan jumlah dan kualitas yang cukup.
3) Ventilasi dan pencahayaan sesuai dengan persyaratan.
b. Tempat Penjualan Unggas Hidup
1) Tersedia tempat khusus yang terpisah dari pasar utama.
2) Mempunyai akses masuk dan keluar kendaraan pengangkut unggas tersendiri.
3) Kandang tempat penampungan sementara unggas terbuat dari bahan yang kuat dan
mudah dibersihkan.
4) Tersedia fasilitas pemotongan unggas umum yang memenuhi persyaratan yang
ditetapkan oleh Departemen Pertanian.
5) Tersedia sarana cuci tangan dilengkapi dengan sabun dan air besih yg cukup.
6) Tersedia saluran pembuangan limbah cair khusus.
7) Tersedia penampungan sampah yang terpisah dari sampah pasar.
8) Tersedia peralatan desinfektan khusus untuk membersihkan kendaraan pengangkut
dan kandang unggas.
c. Tersedia pos pelayanan kesehatan yang mudah dijangkau dan peralatan pertolongan
pertama pada kecelakaan (P3K) yang memadai
BAB III
HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil
1. Obyek Wisata Pura Tirta Sudamala, Kelurahan Bebalang, Kabupaten Bangli Tahun
2017
1) Fasilitas sanitasi tempat sampah
No. Hasil Skor
Jenis item yang diperiksa
Ya Tidak

Tempat sampah kedap air dan udara v 1


1.

Tempat sampah ringan v 1


2.

Tempat sampah mudah di angkat v 1


3.

Tempat sampah tertutup v 1


4.

Tempat sampah tahan karat v 1


5.

Tempat sampah mudah dibersihkan v 1


6.

Tempat sampah mudah di peroleh v 1


7.
Pengumpulan dan pembuangan di lakukan
8. v 0
setiap hari secara rutin
Tempat sampah dibedakan warna, bahan,
9. v 0
dan bentuk
Tempat pengumpulan sampah sementara
10.
harus terletak di tempat yang mudah di v 0
jangkau oleh pengangkut sampah

7
Skor

Berdasarkan tabel 2 menunjukkan keadaan fasilitas Sanitasi Tempat Sampah di


Obyek Wisata Pura Tirta Sudamala, Kelurahan Bebalang, Kabupaten Bangli
memenuhi syarat dengan skor 7.
2) Fasilitas Sanitasi WC umum/ toilet
Keadaan Fasilitas Sanitasi WC umum / Toilet di Obyek Wisata Pura Tirta
Sudamala, Kelurahan Bebalang, Kabupaten Bangli tidak memenuhi syarat dengan
skor 14 karena tidak mempunyai setiptank.
3) Fasilitas Sanitasi Kantin
Keadaan Fasilitas Sanitasi Kantin di Obyek Wisata Pura Tirta Sudamala,
Kelurahan Bebalang, Kabupaten Bangli memenuhi syarat (skor 12).
4) Fasilitas Sanitasi Pura Tirta Sudamala
Keadaan Fasilitas Sanitasi di Obyek Wisata Pura Tirta Sudamala, Kelurahan
Bebalang, Kabupaten Bangli memenuhi syarat (skor 33), Fasilitas Sanitasi Tempat
Sampah memenuhi syarat (skor 7), Fasilitas Sanitasi Wc umum/ toilet tidak
memenuhi syarat (skor 14), Fasilitas Sanitasi Kantin memenuhi syarat (skor 12).
2. Terminal Tawang Alun Kabupaten Jember Tahun 2015
1) Gambaran Umum Tempat Penelitian
Terminal Tawang alun merupakan salah satu terminal utama terbesar yang
berlokasi di Kabupaten Jember yang sangat berpotensi melayani kebutuhan
masyarakat terhadap alat transportasi baik dalam kota maupun antar kota dan antar
provinsi. Terminal Tawang alun mulai dibangun pada tahun 1984 dan mulai
beroperasi pada tahun 1985 melayani kendaraan umum untuk Angkutan Antar
Provinsi (AKAP), Angkutan Antar Kota Dalam Provinsi (AKADP), angkutan kota,
dan angkutan pedesaan. Terminal Tawang alun beroperasi selama 24 jam setiap hari
tanpa mengenal hari libur.
2) Keadaan lingkungan luar terminal
Berdasarkan hasil penelitian pada keadaan lingkungan luar terminal Tawang
alun terdiri dari lingkungan luar bangunan dan halaman parkir kendaraan. Hasil
penilaian lingkungan luar bangunan dan lingkungan halaman parkir sudah
memenuhi syarat sanitasi, namun masih terdapatnya permukaan tanah yang tidak
rata dan menyebabkan terjadinya genangan air pada lingkungan luar bangunan dan
lingkungan halaman parkir kendaraan.
3) Keadaan lingkungan dalam terminal
Berdasarkan hasil penelitian pada keadaan lingkungan dalam terminal Tawang
alun terdiri dari ruang kantor petugas, ruang loket, ruang tunggu, dan tempat penjual
makanan matang. Hasil penilaian ruang petugas yang meliputi: kontruksi bangunan,
kondisi lantai dan kualitas ruangan seluruhnya sudah memenuhi syarat sanitasi.
Hasil penilaian keadaan ruangan ruang loket yang meliputi: kondisi lantai, dan
kualitas ruangan sudah memenuhi syarat sanitasi, namun keadaan permukaan
dinding ruang loket tidak berwarna terang dan pertemuan sudut lantai tidak
berbentuk lengkung (conus). Hasil penilaian kualitas ruang tunggu penumpang yang
meliputi: kondisi tempat duduk, dan kondisi lantai sudah memenuhi syarat sanitasi,
namun kondisi langit-langit ruang tunggu masih terlihat bocor. Hasil penilaian
tempat penjualan makanan matang pada kondisi lantai dan kondisi penjamah sudah
memenuhi syarat sanitasi, namun kondisi dinding bangunan kotor dan tidak
berwarna terang, ruangan tempat bahan mentah makanan belum tertata rapi.
4) Sarana sanitasi terminal
Berdasarkan hasil penelitian pada sarana sanitasi terminal Tawang alun terdiri
dari penyediaan air bersih, fasilitas kamar mandi dan toilet, fasilitas tempat cuci
tangan, fasilitas saluran limbah cair dan drainase, dan fasilitas pengelolaan sampah.
Hasil penilaian pada penyediaan air bersih sudah memenuhi syarat secara fisik,
namun tidak memenuhi syarat secara bakteriologi karena melebihi batas koliform air
bersih. Hasil penilaian fasilitas kamar mandi dan toilet pada desain toilet dan
kapasitas sudah memenuhi syarat sanitasi, namun masih berbau tidak sedap pada
lokasi toilet serta tidak terpisahnya toilet pria dan wanita. Hasil penilaian fasilitas
tempat cuci tangan pada penyediaan tempat cuci tangan sudah memenuhi syarat
sanitasi, namun tidak dilengkapi dengan sabun pencuci tangan dan alat pengering
tangan. Hasil penilaian fasilitas saluran limbah cair dan drainase pada kondisi
drainase sudah memenuhi syarat sanitasi, namun tidak terdapatnya bangunan
pengelolaan air limbah yang memenuhi syarat sanitasi. Hasil penilaian fasilitas
pengelolaan sampah pada kondisi tempat sampah sementara sudah memenuhi syarat
sanitasi, namun tidak terdapatnya tutup pada tempat pengumpul sampah sehingga
menjadi sarang vektor dan rodent penyakit.
5) Perilaku hidup bersih dan sehat di terminal
Berdasarkan hasil penelitian pada perilaku hidup bersih dan sehat terdiri dari
perilaku pedagang makanan matang, pengunjung, dan petugas terminal. Hasil
penilaian perilaku pedagang yang meliputi: mencuci tangan saat dan sesudah
menjamah makanan, membuang sampah pada tempatnya, tidak merokok saat
menjamah makanan seluruhnya sudah memenuhi syarat sanitasi. Hasil penilaian
perilaku pengunjung yang meliputi: mencuci tangan dengan baik dan benar, tidak
merokok sembarang tempat sudah memenuhi syarat sanitasi, namun pengunjung
masih membuang sampah dan meludah di sembarang tempat. Hasil penilaian
perilaku petugas tidak memenuhi syarat dikarenakan petugas masih tidak sadar akan
membuang sampah pada tempatnya, tidak membiasakan mencuci tangan saat dan
sesudah melakukan kegiatan, masih merokok dan meludah pada sembarang tempat.
6) Fasilitas kesehatan dan keselamatan di terminal
Berdasarkan hasil penelitian pada fasilitas kesehatan dan keselamatan di
terminal Tawang alun. Hasil penilaian fasilitas kesehatan yang meliputi tersedianya
pos pelayanan kesehatan dan tersedianya peralatan dan obat-obatan pokok P3K
seluruhnya tidak memenuhi syarat karena tidak tersedia di lingkungan terminal.
Hasil penilaian fasilitas keamanan terminal seluruhnya sudah memenuhi syarat
dikarenakan sudah tersedianya pos keamanan yang dilengkapi dengan personil
keamanan selama 24 jam.
7) Fasilitas penunjang terminal
Berdasarkan hasil penelitian pada tabel 6 fasilitas penunjang di terminal Tawang
alun terdiri dari fasilitas tempat ibadah dan fasilitas promosi kesehatan. Hasil
penilaian fasilitas sarana tempat ibadah yang meliputi: kondisi halaman, kondisi
tempat sampah sementara, saluran pembuangan, penyediaan air bersih, kondisi
sarana tempat ibadah, ruang wudhu, dan kualitas ruangan seluruhnya sudah
memenuhi syarat sanitasi. Hasil fasilitas promosi kesehatan yang meliputi promosi
kesehatan melalui media cetak dan elektronik tidak memenuhi syarat dikarenakan
tidak tersedianya sarana promosi kesehatan baik dalam bentuk media cetak dan
media elektronik.
3. Pasar Tanjung Jember Tahun 2014
1) Gambaran Umum Tempat Penelitian
Kabupaten Jember secara geografis terletak 11330 - 11345 Bujur Timur dan
800-830 Lintang Selatan. Wilayah Kabupaten Jember di sebelah utara berbatasan
dengan Kabupaten Bondowoso dan Kabupaten Probolinggo, sebelah timur
berbatasan dengan Kabupaten Banyuwangi sedangkan sebelah barat berbatasan
dengan Kabupaten Lumajang dan sebelah selatan berbatasan dengan Samudra
Hindia. Luas wilayah Kabupaten Jember 3.293,34 Km2 yang terbagi menjadi tiga
puluh satu kecamatan dan Jember menjadi pusatnya.
Pasar Tanjung merupakan salah satu pasar yang ada di kota Jember dan
merupakan satu-satunya pasar tradisional terbesar yang berlokasi di tengah-tengah
jantung kota Jember yang sangat berpotensi melayani kebutuhan, keperluan
masyarakat baik masyarakat perkotaan maupun pedesaan. Pasar Tanjung mulai
dibangun pada tanggal 19 April 1973 dan pada tanggal 22 April 1976 pasar Tanjung
baru mulai ditempati oleh penghuni pasar Tanjung. Pasar Tanjung buka selama 24
jam setiap hari tanpa mengenal hari libur. Bangunan pasar Tanjung terdiri dari 2
lantai. Lantai 1 terdiri dari toko konveksi dan barang elektronik sedangkan lantai 2
terdiri dari toko sembako, sayuran, daging sapi dan ayam, ikan basah dan kering,
dan lain-lain.
2) Lokasi Pasar Tanjung
Tabel 1. Lokasi Pasar Tanjung
No. Kategori Skor

Sesuai Rencana Umum Tata Ruang 100


1.

Tidak terletak pada daerah rawan bencana 100


2.

Tidak terletak pada daerah rawan kecelakaan 100


3.

Tidak terletak pada daerah bekas pembuangan akhir 100


4.

Mempunyai batas wilayah yang jelas. 100


5.

500
Total

Tabel 1 menunjukkan bahwa lokasi pasar Tanjung telah memenuhi semua


persyaratan yang ada dalam variabel lokasi pasar Tanjung dengan jumah skor pada
variabel lokasi adalah 500.
3) Bangunan Pasar Tanjung
Tabel 2. Bangunan pasar Tanjung
No. Kategori Skor

Penataan Ruang Dagang 240


1.

Ruang kantor pengelola 100


2.

Tempat penjualan bahan pangan dan makanan 659


3.

Area Parkir 65
4.

Konstruksi 315
5.
1379
Total

Tabel 2 menunjukkan total skor dari variabel bangunan pasar Tanjung adalah 1379.
4) Sanitasi Pasar Tanjung
Tabel 3. Sanitasi Pasar Tanjung
No. Kategori Skor

Air Bersih 360


1.

Kamar mandi dan toilet 260


2.

Pengelolaan sampah 200


3.

Drainase 60
4.

Tempat cuci tangan 0


5.

Binatang penular penyakit/ vektor 240


6.

Kualitas makanan dan bahan pangan 200


7.

Desinfeksi pasar 0
8.

1379
Total

Tabel 3 menunjukkan total skor dari variabel sanitasi pasar Tanjung adalah 1379.
5) Perilaku Hidup Bersih dan Sehat di Pasar Tanjung
Tabel 4. Perilaku Hidup Bersih dan Sehat
No. Kategori Skor

Pedagang dan Pekerja


1.
a. Pedagang daging/ unggas, ikan menggunakan alat pelindung diri 0
b. Berperilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) 450
c. Dilakukan pemeriksaan kesehatan bagi pedagang secara berkala
0
minimal 6 bulan sekali
d. Pedagang makanan siap saji tidak sedang menderita penyakit
600
menular langsung seperti: diare, hepatitis, TBC, kudis, dll
2. Pengunjung
a. Berperilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) 500
b. Cuci tangan dengan sabun setelah memegang unggas/ hewan
500
hidup, daging atau ikan

3. Pengelola

Memahami dan mempunyai ketrampilan tentang hygiene sanitasi


dan keamanan pangan (pernah mengikuti kursus/ pelatihan di bidang 0
sanitasi dan hygiene makanan dan pangan)

2050
Total

Tabel 4. menunjukkan bahwa hasil observasi Perilaku Hidup Bersih dan Sehat yang
terdapat di Pasar Tanjung menunjukkan dari 7 kategori yang diteliti ada 3 kategori
yang tidak memenuhi syarat yaitu pedagang daging/ unggas, ikan tidak
menggunakan alat pelindung diri, tidak adanya pemerikasaan kesehatan bagi
pedagang secara berkala minimal 6 bulan sekali, dan pengelola belum pernah
mengikuti kursus/ pelatihan di bidang sanitasi dan hygiene makanan dan pangan
sehingga pada tabel tersebut diatas menunjukkan skor 0, sedang 4 kategori yang lain
memenuhi syarat dengan total skor 2050.
6) Keamanan di Pasar Tanjung
Tabel 5. Keamanan di pasar Tanjung
No. Kategori Skor

Pemadam Kebakaran
1.
a. Tersedia peralatan pemadam kebakaran dengan jumlah cukup
120
dan berfungsi
b. Tersedia hidran air 0
c. Letak peralatan pemadaman kebakaran mudah dijangkau dan
0
ada petunjuk arah penyelamatan
d. Adanya petunjuk prosedur penggunaan alat pemadam
300
kebakaran

2. Keamanan
a. Ada pos keamanan 100
b. Ada personil/ petugas keamanan 100

Total 620

Tabel 5 menunjukkan bahwa hasil keamanan yang terdapat di Pasar Tanjung


menunjukkan dari 6 kategori yang diteliti ada 2 kategori yang tidak memenuhi syarat
yaitu tidak tersedia hidran air, letak peralatan pemadaman kebakaran tidak mudah
dijangkau dan tidak ada petunjuk arak penyelamatan sehingga pada tabel tersebut
diatas menunjukkan skor 0, sedangkan 4 kategori yang lain memenuhi syarat dengan
total skor 620.
7) Fasilitas Lain di Pasar Tanjung
Tabel 6. Fasilitas lain
No. Kategori Skor

Tempat/ sarana ibadah


1.
a. Tersedia tempat ibadah yang bersih dan tempat wudhu 80
b. Tersedia air dengan jumlah yang cukup 80
c. Ventilasi dan pencahayaan sesuai dengan persyaratan 40

2. Tempat penjualan unggas hidup 0

3. Tersedia pos pelayanan kesehatan dan Pertolongan


0
Pertama Pada Kecelakaan (P3K)

Total 200

Tabel 6 menunjukkan bahwa hasil fasilitas lain yang terdapat di Pasar Tanjung
menunjukkan dari 5 kategori yang diteliti ada 1 kategori yang tidak memenuhi syarat
yaitu tidak tersedia pos pelayanan kesehatan dan Pertolongan Pertama Pada
Kecelakaan sehingga pada tabel tersebut diatas menunjukkan skor 0, sedang 4
kategori yang lain memenuhi syarat dengan total skor 650.
8) Penilaian Status Sanitasi Pasar Tanjung Berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan
Nomor: 519/Menkes/SK/VI/2008
Tabel 7. Penilaian Status Sanitasi Pasar Tanjung berdasarkan Keputusan
Menteri Kesehatan Nomor: 519/Menkes/SK/VI/2008
No. Kategori Skor

Lokasi 500
1.

Bangunan 1379
2.

Sanitasi 1320
3.

Perilaku Hidup Bersih dan Sehat 1050


4.

Keamanan 620
5.

Fasilitas lain 200


6.

6069
Total

Berdasarkan tabel 7 dapat diketahui bahwa status sanitasi Pasar Tanjung termasuk
kategori kurang sehat, hal ini dikarenakan total skor dari penilaian variabel lokasi,
bangunan, sanitasi, perilaku hidup bersih dan sehat, keamanan, dan fasilitas lain
berjumlah 6069.
B. Pembahasan
1. Obyek Wisata Pura Tirta Sudamala, Kelurahan Bebalang, Kabupaten Bangli Tahun
2017
1) Fasilitas Tempat Sampah
Hasil penelitian menunjukkan bahwa tempat sampah yang tersedia di area Pura Tirta
Sudamala sudah mencukupi dan tersebar di beberapa titik yang mudah untuk di
peroleh oleh pengunjung. Tempat sampah tidak di bedakan berdasarkan warna,
bahan, dan bentuk yang bertujuan untuk mempermudah dalam pemilahan sampah.
Pengumpulan dan pembuangan belum di lakukan setiap hari secara rutin. Karena
penumpukan volume sampah hanya terjadi di hari-hari tertentu. Tempat
pengumpulan sampah sementara tidak tersedia, karena sampah yang di hasilkan
langsung di buang ke kebun atau langsung ke badan air.
2) Fasilitas WC Umum/ toilet
Pada fasilitas wc umum/ toilet di Pura Tirta Sudamala sudah tersedia dua jamban
untuk pengunjung, dimana jamban tersebut sudah di pisahkan antara pengunjung
laki-laki dan perempuan. Wc umum/ toilet di tirta sudamala air bersih sudah
mencukupi, lantai tidak licin, kedap air, mudah di bersihkan, tidak terjadi genangan
air dan tersedianya tempat sampah. Berdasarkan hasil wawancara dengan pengelola
Pura Tirta Sudamala Wc umum/ toilet masih belum memiliki setiptank. Karena Pura
Tirta Sudamala terletak di aliran sungai sehingga kekurangan lahan untuk membuat
sepictank maka dari itu limbah dari wc di alirkan langsung ke sungai. Tidak tesedia
sabun dan alat pengering di area wc umum/ toilet.
3) Fasilitas Sanitasi Kantin
Untuk sanitasi kantin di Pura Tirta Sudamala makanan dan minuman sudah tertutup
dan terbebas dari lalat, lantai kantin mudah di bersihkan, kedap air dan tersedia
tempat sampah di setiap kantin. Pedagang tidak menderita penyakit menular (diare)
pedagang berpakaian bersih, kuku bersih dan pendek. Namun kebanyakan pedagang
belum menggunakan celemek untuk menjaga kebersihan makanan yang di sajikan
dan beberapa kantin, masih belum memiliki bak tempat mencuci peralatan nya
karena keperluan air mengalir sudah mencukupi. Pedagang juga tidak menggunakan
penutup kepala/ rambut, makanan jadi dan bahan makanan tidak terpisah atau di
campur. Penjamah makanan menggunakan cicin saat mengolah makanan yang dapat
menkontaminasi makanan yang di sajikan nya. Pemisahan bahan makanan dengan
makanan jadi sangat penting, karena dapat meminimalisir terkontaminasinya
makanan. Semua pedagang tidak memiliki surat keterangan sehat. Lokasi untuk
mendirikan tempat pengelolaan makanan seperti rumah makan dan jasa boga lainnya
merupakan suatu langkah awal yang penting dalam menentukan kualitas makanan
yang akan di konsumsi oleh masyarakat. Jarak pengelolaan jasa boga harus jauh dari
sumber pencemaran seperti sampah umum, WC umum, kantin dan sumber
pencemaran lain.
4) Fasilitas Sanitasi Pura Tirta Sudamala
Fasilitas sanitasi yang tersedia di Pura Tirta Sudamala sudah memenuhi syarat
seperti tempat sampah yang memadai namun belum di pergunakan dengan baik dan
pengangkutan sampah masih belum teratur. Wc umum/ toilet yang bersih namun
jumlah wc yang masih kurang karena masih terbentur dengan tempat dan masih
dalam tahap pembangunan. Kantin yang tertata rapi dan di jaga kebersihan nya
dengan di sediakan nya tempat sampah di setiap kantin namun dalam menyajikan
makanan pedagang masih banyak yang belum menggunakan celemek untuk menjaga
kebersihan makanan. Menurut Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia
NO/288/MENKES/SK/III/2003 tentang pedoman penyehatan sarana dan bangunan
umum dalam rangka memfasilitasi penyelenggaraan otonomi daerah telah
diterbitkan beberapa Keputusan Menteri Kesehatan yang berkaitan dengan
kesehatan lingkungan pada sarana dan bangunan umum, di antaranya tentang
penyehatan hotel, rumah sakit, perumahan dan lingkungan kerja. Bahwa prasarana
harus tersedia untuk kawasan pariwisata seperti tong sampah yang lengkap sesuai
jenis sampah yang dihasilkan dan disediakan di tempat-tempat yang strategi
sehingga tidak menganggu kenyamanan pengunjung.
2. Terminal Tawang Alun Kabupaten Jember Tahun 2015
Hasil penelitian keadaan lingkungan luar bangunan dan halaman parkir kendaraan
terminal menunjukkan bahwa terdapat permukaan tanah yang tidak rata dan berlubang.
Hasil penelitian ini tidak sama dengan penilian menurut Kepmenkes RI No. 288 dalam
formulir inspeksi sanitasi tempat umum, bahwa kondisi bangunan dan jalanan harus
dalam keadaan terawat dan baik sehingga tidak menimbulkan kecelakaan bagi
pengunjung terminal. Kemungkinan yang menyebabkan adanya perbedaan adalah
belum masuknya laporan dalam hal perbaikan sarana dan prasarana terminal. Kondisi
jalanan yang baik pada tempat umum dapat meningkatkan rasa aman dan nyaman pada
pengunjung yang datang, tetapi berdasarkan hasil penelitian ini diketahui bahwa kondisi
jalanan bangunan luar terminal dan halaman parkir berlubang dan tidak rata dengan nilai
tidak memenuhi syarat (0%).
Hasil penelitian keadaan lingkungan dalam terminal didapatkan kondisi langit-
langit ruang loket masih terdapat sarang laba-laba. Hasil penelitian ini tidak sama
dengan penilaian menurut Kepmenkes RI No. 1405 bahwa kondisi langit-langit ruang
loket dalam keadaan bersih dari sarang laba-laba. Kemungkinan yang menyebabkan
adanya perbedaan adalah kurangnya kegiatan pembersihan secara rutin pada ruang loket
sehingga masih terdapat sarang laba-laba pada ruang tersebut. Kondisi langit-langit yang
bersih dapat menciptakan keadaan nyaman petugas saat bekerja dan memenuhi
persyaratan kesehatan.
Hasil penelitian pada keadaan fasilitas tempat penjual makanan matang didapatkan
kondisi dinding dapur tidak dilapisi bahan kedap air. Menurut Purnawijayanti, dinding
dapur sebaiknya berbahan kedap air agar mudah dalam pembersihan kotoran yang
menempel pada dinding. Kemungkinan yang menyebabkan adanya perbedaan adalah
kurangnya pengetahuan penjual makanan akan higiene sanitasi pada tempat pengolahan
makanan. Dinding dapur yang dilapisi ubin atau bahan kedap air memudahkan untuk
membersihkan dari kotoran dan dari segi estetika sedap dipandang. Meskipun demikian,
diperlukan pelatihan khusus kepada penjual makanan sekitar terminal Tawang alun
Jember.
Hasil penelitian pada pemeriksaan koliform air bersih didapatkan hasil 93/100ml
untuk air perpipaan dan 15/100ml untuk non perpipaan. Hasil penelitian ini tidak sesuai
dengan penilaian Permenkes RI No. 416, kriteria air bersih untuk air bukan perpipaan
jumlah total koliform 100ml adalah 50 dan non perpipaan 100ml adalah 10. Hasil
penelitian pada pemeriksaan koliform air bersih tidak memenuhi syarat air bersih secara
bakteriologi. Kemungkinan yang menyebabkan adanya perbedaan adalah kurangnya
pemeriksaan secara rutin air bersih dan perlu dikelola dengan baik sebelum digunakan
oleh penjual makanan sekitar terminal tawang alun Jember.
Hasil penelitian pada sarana tempat pencuci tangan atau wastafel didapatkan tidak
dilengkapi dengan sabun pencuci dan pengering tangan. Menurut Suparlan (2012),
fasilitas cuci tangan atau wastafel merupakan syarat mutlak harus tersedia di fasilitas
umum. Diletakkan pada lokasi yang mudah dijangkau dan dilengkapi dengan sabun dan
pengering tangan. Kemungkinan yang menyebabkan adanya perbedaan adalah
kurangnya pengetahuan petugas terminal tentang higiene sanitasi tempat-tempat umum
sehingga tidak menyediakan sabun dan pengering tangan pada setiap fasilitas pencuci
tangan atau wastafel.
Hasil penelitian pada perilaku hidup bersih dan sehat didapatkan 3 orang petugas
belum sadar membuang sampah pada tempatnya, merokok sembarang tempat yang bisa
menganggu pengunjun terminal. Untuk penjual makanan matang didapatkan hasil 4
pedagang belum sadar akan pentingnya mencuci tangan dengan sabun sebelum atau
sesudah menjamah makanan. Untuk pengunjung didapatkan hasil 10 pengunjung belum
sadar akan membuang sampah pada tempatnya. Menurut Permenkes No. 2269, kegiatan
perilaku hidup bersih dan sehat merupakan wujud keberdayaan masyarakat yang sadar,
mau dan mampu mempraktikkan pola hidup yang sehat. Perilaku hidup bersih dan sehat
dapat mencegah terjadinya penulran penyakit melalui kontak makanan, kulit maupun
udara, tetapi berdasarkan hasil penelitan ini diketahui bahwa pengunjung dan petugas
terminal masih belum mengetahui perilaku hidup bersih dan sehat di tempat-tempat
umum.
Hasil penelitian pada fasilitas kesehatan dan keselamatan terminal didapatkan
belum tersedianya fasilitas pos pelayanan kesehatan di terminal Tawang alun. Menurut
Mukono tentang prinsip dasar kesehatan lingkungan pada tempat umum, sebaiknya
tersedia fasilitas kesehatan dan keamanan untuk menciptakan rasa aman dan nyaman
kepada setiap pengunjung yang datang. Adanya fasilitas pos pelayanan kesehatan dan
obat-obatan P3K sangat membantu petugas saat memberikan pertolongan saat terjadinya
kecelakaan, tetapi berdasarkan hasil penelitian ini diketahui bahwa tidak tersedianya
fasilitas kesehatan pada terminal Tawang alun Jember.
Hasil penelitian pada sarana promosi kesehatan, masih belum adanya promosi
kesehatan baik menggunakan media poster, leaflet, dan elektronik di terminal Tawang
alun. Menurut Kepmenkes RI No.1204, penyampaian pesan tentang hygiene sanitasi
pada pedagang, pengunjung dan petugas agar mengetahui, memahami, dan
membiasakan diri berperilaku hidup bersih dan sehat. Fasilitas ini sangat penting
dikarenakan dapat mempengaruhi sikap untuk merubah gaya hidup menjadi lebih bersih,
sehat, dan positif tetapi berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa tidak tersedianya
fasilitas promosi kesehatan pada terminal Tawang alun. Kemungkinan yang
menyebabkan adanya perbedaan adalah kurangnya pengetahuan petugas akan sanitasi
pada tempat-tempat umum sehingga perlu diadakannya pelatihan kepada seluruh warga
terminal, seperti petugas, pengunjung dan penjual makanan matang di terminal Tawang
alun.
3. Pasar Tanjung Jember Tahun 2014
Dalam variabel bangunan pasar, terdapat beberapa kategori yang tidak sesuai
dengan Kepmenkes RI No 519/MENKES/SK/VI/2008, yaitu: pembagian area yang
sesuai dengan peruntukannya (zoning), pemberian identitas zoning, tempat cuci tangan
dilengkapi sabun dan air mengalir, tempat sesuai syarat, tidak ada genangan air di area
parkir, tersedia tempat sampah di area parkir tiap radius 10 meter, di area parkir terdapat
jalur dan tanda masuk dan keluar kendaraan yang jelas, kemiringan atap cukup dan tidak
memungkinkan genangan air, pertemuan lantai dengan dinding harus lengkung (conus),
dan pintu khusus kios/ los penjual daging, ikan, dan sejenisnya menggunakan pintu yang
dapat membuka dan menutup sendiri atau tirai plastik untuk menghalangi binatang atau
serangga penular penyakit.
Berdasarkan keterangan dari pengelola pasar, pembagian area di pasar Tanjung
yaitu: lantai 1 terdiri dari toko konveksi dan barang elektronik sedangkan lantai 2 terdiri
dari toko sembako, sayuran, daging sapi dan ayam, ikan basah dan kering. Tetapi
kenyataannya masih banyak pedagang yang menjual barang-barang dari plastik ataupun
alat-alat dapur yang menjual dagangannya di lantai dua yang seharusnya zona khusus
untuk bahan pangan dan makanan, dan masih banyak juga penjual buah-buahan dan
bumbu dapur yang menjual dagangannya di lantai satu yang seharusnya merupakan zona
non pangan. Hal ini tidak sesuai dengan kriteria yang ada dalam Kepmenkes RI No
519/MENKES/SK/VI/2008 yaitu dalam kategori pembagian area yang tidak sesuai
dengan peruntukannya (zoning).
Kategori lain yang tidak memenuhi syarat adalah belum ada pemberian identitas
zoning. Di pasar Tanjung Jember pemberian identitas zoning ini masih belum dilakukan
sehingga pengunjung khususnya yang baru pertama kali mengunjungi pasar Tanjung
bisa kebingungan mencari barang yang ingin dibeli padahal pasar Tanjung ini
merupakan pasar yang sangat luas.
Tempat cuci tangan yang baik menurut Kepmenkes RI No
519/MENKES/SK/VI/2008 harus dilengkapi dengan sabun dan air mengalir.
Berdasarkan hasil observasi, tempat cuci tangan yang ada di tempat penjualan bahan
pangan hanya berupa bak yang berisi air yang digunakan juga untuk mencuci peralatan
dan hanya sedikit kios yang menyediakan sabun untuk cuci tangan.
Saluran pembuangan di area tempat penjualan bahan pangan basah berupa selokan
terbuka dengan kemiringan cukup ditunjukkan dengan tidak adanya genangan air. Hal
ini masih belum sesuai dengan syarat yang ada di Kepmenkes RI No
519/MENKES/SK/VI/2008 yang mensyaratkan saluran pembuangan harus tertutup
untuk menghidari kecelakaan akibat terpeleset ke dalam saluran pembuangan.
Berdasarkan hasil observasi, tempat sampah yang ada di tempat pejualan bahan
pangan dan makanan berupa keranjang yang terbuat dari anyaman bambu, tidak tertutup,
tidak kedap air, dan tidak dipisahkan antara sampah basah dan kering. Keadaan ini tidak
sesuai dengan Kepmenkes RI No 519/MENKES/SK/VI/2008 yang mensyaratkan
tempat sampah di tempat penjualan bahan pangan harus terpisah antara sampah basah
dan kering, kedap air, dan tertutup.
Di area parkir pasar Tanjung banyak terdapat genangan air, terdapat tempat sampah
yang terbuat dari anyaman bambu (keranjang) tapi tidak tersedia dalam radius 10 meter.
Hanya area parkir motor sebelah barat yang memiliki jalur masuk dan keluar tetapi tidak
ada tanda jalur masuk dan keluar yang jelas. Padahal dalam Kepmenkes RI No
519/MENKES/SK/VI/2008 area parkir di pasar seharusnya tidak ada genangan air,
tersedia tempat sampah tiap radius 10 meter dan terdapat jalur dan tanda masuk dan
keluar kendaraan yang jelas.
Untuk konstruksi bangunan pasar Tanjung, atap bangunan pasar Tanjung terdapat
banyak pasir yang ditumbuhi alang-alang dimana ketika musim hujan dapat
menimbulkan genangan air. Sudut pertemuan lantai dengan dinding di pasar Tanjung
tidak dibuat lengkung (conus). Kios daging di pasar Tanjung tidak memiliki pintu yang
dapat menutup sendiri atau tirai plastik. Pintu kios daging pasar Tanjung berupa pintu
kayu yang membuka ke dalam. Khusus untuk pintu kios/los penjualan daging, ikan dan
bahan makanan yang berbau tajam agar menggunakan pintu yang dapat membuka dan
menutup sendiri (self closed) atau tirai. plastik untuk menghalangi binatang penular
penyakit (vektor) seperti lalat atau serangga lain masuk (Kepmenkes, 2008). Hal ini
tentu tidak sesuai dengan kriteria yang ada dalam Kepmenkes RI No.
519/MENKES/SK/VI/2008 yang mensyaratkan kemiringan atap cukup dan tidak
memungkinkan genangan air, pertemuan lantai dengan dinding harus lengkung (conus),
dan pintu khusus kios/los penjual daging, ikan, dan sejenisnya menggunakan pintu yang
dapat membuka dan menutup sendiri atau tirai plastic untuk menghalangi binatang atau
serangga penular penyakit.
Toilet yang ada di pasar harus terpisah antara laki-laki dan perempuan dan
jumlahnya cukup (Kepmenkes RI No 519/MENKES/SK/VI/2008). Menurut
Kepmenkes RI No. 519/MENKES/SK/VI/2008, kebutuhan toilet di pasar Tanjung
dengan jumlah pedagang sebesar 720 pedagang membutuhkan sekitar 9 toilet.
Berdasarkan hasil observasi, jumlah toilet di pasar Tanjung sudah mencukupi kebutuhan
yaitu berjumlah 12 toilet. Tetapi toilet di pasar Tanjung tidak ada pemisahan antara toilet
laki-laki dan toilet perempuan. Toilet digunakan secara bergantian antara laki-laki dan
parempuan.
Kamar mandi dan toilet di pasar harus memiliki tempat cuci tangan yang dilengkapi
sabun sehingga pedagang atau pengunjung yang selesai buang air bisa mencuci
tangannya. Berdasarkan hasil observasi, kamar mandi dan toilet di pasar Tanjung tidak
memiliki tempat cuci tangan dan sabun. Pedagang biasanya mencuci tangan dengan
menggunakan gayung untuk mengambil air di bak air. Di dalam kamar mandi/toilet juga
tidak tersedia sabun. Hal ini sangat beresiko menimbulkan kontaminasi tinja dari tangan
manusia yang tidak mencuci tangan dengan sabun setelah buang air besar.
Di kamar mandi dan toilet harus tersedia tempat sampah untuk membuang sampah
seperti tisu, bungkus sampo, bungkus sabun dan lain-lain, dan tempat sampah tersebut
harus tertutup (Kepmenkes RI No 519/MENKES/SK/VI/2008). Kenyataannya, di
kamar mandi dan toilet pasar Tanjung tidak tersedia tempat sampah. Sehingga pengguna
toilet biasanya membuang sampah langsung di lantai toilet.
Berdasarkan Kepmenkes RI No 519/MENKES/SK/VI/2008 letak toilet di pasar
minimal berjarak 10 meter dari tempat penjualan makanan dan bahan pangan. Tapi
menurut observasi yang telah dilakukan, letak toilet yang ada di lantai dua berjarak
kurang dari 10 meter bahkan ada penjual bahan pangan yang berada tepat di depan toilet.
Keadaan seperti ini dapat menyebabkan kontaminasi bahan pangan oleh bakteri
penyebab penyakit yang berasal dari kamar mandi dan toilet.
Letak TPS pasar Tanjung menjadi satu dengan bangunan pasar dan terletak di lantai
dua pasar yang merupakan tempat penjualan bahan pangan dan makanan. Hal ini tidak
sesuai dengan ketentuan yang ada dalam Kepmenkes RI No 519/MENKES/SK/VI/2008
yang mensyaratkan TPS tidak dijalur utama pasar dan berjarak minimal 10 meter dari
bangunan pasar. TPS yang terlalu dekat dengan pasar dapat menyebarkan bibit penyakit
yang dibawa melalui hewan vektor.
Dalam Kepmenkes RI No 519/MENKES/SK/VI/2008 limbah cair yang dihasilkan
harus diuji kualitasnya secara berkala untuk mengetahui apakah limbah cair tersebut
masih berada dalam ambang batas normal atau sudah melebihi ambang batas. Pada
kenyataannya pasar Tanjung tidak pernah mengadakan pengujian kualitas limbah cair
sehingga kita tidak tahu apakah limbah cair yang dihasilkan pasar Tanjung masih berada
dalam ambang batas normal atau sudah melebihi ambang batas. Limbah cair yang
dibuang tanpa dilakukan pengujian kualitas limbah cairnya dkhawatirkan dapat
mencemari lingkungan karena melebihi ambang batas normal.
Di pasar, angka kepadatan tikus harus nol yag artinya tidak boleh ada satupun tikus
di pasar (Kepmenkes RI No 519/MENKES/SK/VI/2008). Tapi menurut hasil
wawancara yang dilakukan kepada pedagang, pedagang di lantai satu pernah melihat
tikus berkeliaran di sekitar pasar. Hal ini tidak sesuai dengan ketentuan yang ada dalam
pedoman penyelenggaraan pasar sehat. Tikus tidak boleh ada di pasar karena selain
menyebarkan penyakit, tikus juga dapat merusak barang dagangan yang ada di pasar.
Hal ini karena tikus perlu mengerat untuk mencari pakan yang tersembunyi di dalam
kardus, kotak, atau tempat-tempat penyimpanan lainnya. Hal ini dapat menyebabkan
kerusakan pada barang dagangan sehingga pedagang dapat mengalami kerugian.
Makanan yang dijual di pasar tidak boleh mengandung bahan berbahaya seperti
pengawet borax, formalin, pewarna textil yang berbahaya. Bahan-bahan berbahaya
tersebut jika tertelan akan menimbulkan gangguan antara lain keracunan dan kanker.
Berdasarkan hasil observasi secara fisik yang dilakukan pada beberapa makanan dan
berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan sebelumnya, makanan siap saji yang
berupa jajanan yang dijual di pasar Tanjung masih ada yang mengandung bahan
berbahaya yaitu pewarna tekstil Rhodamin B (Vitantina, 2011). Makanan yang
mengandung Rhodamin B berwarna merah terang, terdapat bintik berwarna merah
terang dan terasa pahit bila dimakan. Rhodamin B merupakan zat perwarna yang toksik.
Gejala keracunan dari rhodamin B ditunjukkan dengan adanya iritasi pada paru-paru,
mata, tenggookan, hidung, dan usus (BPOM, 2004). Bahaya akut yang dapat disebabkan
oleh rhodamin B apabila tertelan yaitu dapat menimbulkan iritasi pada saluran
pencernaan dan air seni akan berwarna merah atau merah muda (BPOM, tanpa tahun).
Desinfeksi adalah menghancurkan atau membunuh kebanyakan organisme patogen
pada benda atau instrumen dengan menggunakan campuran zat kimia cair. Desinfeksi
di pasar penting dilakukan secara berkala minimal 1 hari dalam sebulan agar bakteri atau
jamur penyebab penyakit dapat dibasmi sehingga tidak menyebarkan penyakit kepada
pedagang ataupun pengunjung pasar. Menurut hasil wawancara kepada pengelola pasar,
di pasar Tanjung tidak melakukan desinfesi pasar secara berkala. Pasar Tanjung
melakukan desinfeksi berupa fogging hanya pada saat terdapat wabah demam berdarah.
Padahal desinfeksi secara berkala merupakan tindak pencegahan agar suatu penyakit
tidak pernah terjadi dan menyebar di pasar.
Bagi pedagang karkas daging/unggas, ikan dan pemotong unggas harus
menggunakan alat pelindung diri sesuai dengan pekerjaanannya (sepatu boot, sarung
tangan, celemek, penutup rambut dll). Hal ini selain untuk menjaga keselamatan
pedagang saat bekerja, juga untuk menjaga bahan pangan agar terhindar dari
kontaminasi dari pedagang. Berdasarkan hasil observasi di pasar Tanjung, pedagang
karkas daging/unggas di pasar Tanjung tidak menggunakan alat pelindung diri.
Dalam Kepmenkes RI No 519/MENKES/SK/VI/2008, harus ada pemerikasaan
kesehatan secara berkala bagi para pedagang minimal 6 bulan sekali. Tapi pada
kenyataannya di pasar Tanjung tidak ada pemeriksaan kesehatan secara berkala bagi
pedagang. Pemeriksaan berkala ini berguna untuk mendeteksi apakah ada pedagang
yang menderita penyakit menular sehingga bila terdeteksi adanya pedagang yang
menderita penyakit menular dapat segera diobati agar peyakitnya tidak menyebar.
Berdasarkan Kepmenkes RI No 519/MENKES/SK/VI/2008, pengelola pasar harus
memahami dan memiliki ketrampilan tentang hygiene sanitasi dan keamanan pangan
yang dibuktikan dengan pernah mengikuti kursus/pelatihan di bidang sanitasi dan
hygiene makanan dan pangan. Hal ini agar pengelola sadar akan pentingnya hygiene
sanitasi pangan dan dapat mengatur pelaksanaan hygiene sanitasi dan keamanan pangan
di pasar sesuai dengan ketentuan yang berlaku sehingga hygiene sanitasi dan keamanan
pangan di pasar dapat terpenuhi dengan baik. Pada kenyataanya berdasarkan hasil
wawancara, pengelola pasar Tanjung belum pernah mengikuti kursus/pealatihan di
bidang sanitasi dan hygene makanan dan pangan. Hal ini tidak sesuai dengan ketentuan
yang ada dalam Kepmenkes RI No 519/MENKES/SK/VI/2008.
Alat pemadam api di Pasar Tanjung hanya terdapat di kantor pasar yang letaknya
sulit dijangkau sehingga bila terjadi kebakaran yang letaknya jauh dari kantor pasar, api
akan membesar sebelum sempat dipadamkan menggunakan APAR. Selain itu di pasar
Tanjung juga tidak ada petunjuk arah penyelamatan. Petunjuk arah penyelamatan
berguna agar saat kebakaran terjadi, pedagang dan pengunjung dapat dengan mudah
menemukan jalan keluar sehingga mereka dapat menyelamatkan diri. Pasar Tanjung
juga tidak menyediakan hidran air. Bila di suatu bangunan umum seperti pasar tidak
tersedia hidran, pemadam kebakaran akan kesulitan untuk mencari sumber air yang
digunakan untuk memadamkan api sehingga api tidak sempat dipadamkan dan akan
membesar.
Tempat penjualan unggas hidup di pasar harus mendapat perhatian khusus dan
harus terpisah dengan bangunan pasar. Tempat penjualan unggas hidup dapat
menyebarkan beberapa penyakit yang dianataranya pernah menjadi wabah adalah flu
burung. Berdasarkan hasil observasi, pasar Tanjung tidak memiliki tempat penjualan
unggas hidup sehingga tidak perlu ada kekhawatiran adanya penyebaran penyakit yang
disebabkan oleh unggas hidup.
Pasar harus menyediakan pos pelayanan kesehatan dan Pertolongan Pertama Pada
Kecelakaan (P3K). Pos pelayanan kesehatan dan P3K ini berguna untuk memberikan
pertolongan pertama pada pedagang atau pengunjung yang mengalami kecelakaan atau
gangguan kesehatan selama ada di pasar. Berdasarkan hasil observasi, pasar Tanjung
tidak menyediakan pos pelayanan kesehatan dan P3K. Bila di pasar tidak terdapat pos
pelayanan kesehatan dan P3K, pedagang atau pengunjung yang mengalami kecelakaan
atau gangguan kesehatan akan terlambat menerima pertolongan sehingga ditakutkan
cedera atau gangguan kesehatan yang dialami dapat bertambah parah dan dapat
membahayakan nyawa.
BAB IV
PENUTUP

A. Kesimpulan
1) Fasilitas Sanitasi Tempat Sampah di Obyek Wisata Pura Tirta Sudamala, Kelurahan
Bebalang, Kabupaten Bangli memenuhi syarat Fasilitas Sanitasi Tempat Sampah dengan
skor 7.
2) Fasilitas Sanitasi WC umum / Toilet di Obyek Wisata Pura Tirta Sudamala, Kelurahan
Bebalang, Kabupaten Bangli tidak memenuhi syarat karena wc harus memiliki
septictank, dengan skor 14.
3) Fasilitas Sanitasi Kantin di Obyek Wisata Pura Tirta Sudamala, Kelurahan Bebalang,
Kabupaten Bangli memenuhi syarat Fasilitas Sanitasi Kantin dengan skor 12.
4) Fasilitas Sanitasi di Obyek Wisata Pura Tirta Sudamala, Kelurahan Bebalang, Kabupaten
Bangli memenuhi syarat Fasilitas Sanitasi sesuai dengan Keputusan Menteri Kesehatan
Republik Indonesia NO/288/MENKES/SK/III/2003 dengan skor 33.
5) Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan keadaan lingkungan luar terminal masih
adanya permukaan jalanan rusak dan tidak rata pada lingkungan luar bangunan dan
lingkungan halaman parkir kendaraan. Hasil penelitian keadaan lingkungan dalam
terminal didapatkan masih terlihat sarang laba-laba pada langit ruang kantor petugas dan
ruang loket, belum tersedianya air yang cukup bagi penjual makanan matang dan belum
dilapisinya dinding dengan bahan kedap air.
6) Hasil penelitian sarana sanitasi penyediaan air bersih di terminal belum memenuhi syarat
bakteriologi setelah dilakukan tes laboraturium. Hasil penelitian perilaku hidup bersih
dan sehat pengunjung belum sadar akan membuang sampah pada tempatnya, petugas
belum melakukan mencuci tangan dengan baik dan benar. Hasil penelitian fasilitas
kesehatan tidak tersedianya pos pelayanan kesehatan dan kurangnya tabung pemadam
kebakaran pada lokasi rawan kecelakaan. Hasil penelitian fasilitas penunjang tidak
terlihatnya sarana promosi kesehatan pada terminal Tawang alun Kabupaten Jember.
7) Berdasarkan hasil penelitian tentang identifikasi sanitasi pasar di kabupaten jember (studi
di Pasar Tanjung Jember) dapat diambil kesimpulan Pasar Tanjung termasuk dalam
kriteria pasar kurang sehat.
B. Saran
1) Bagi Pengelola Pura Tirta Sudamala Diharapkan agar segera melengkapi fasilitas sanitasi
tempat sampah seperti membedakan warna, bahan dan bentuk sampah. WC harus di
lengkapi dengan setiptank untuk memenuhi persyaratan sanitasi yang baik sehinga
derajat kesehatan terjaga dan terhindar dari penyakit berbasis lingkungan.
2) Bagi Pengunjung Diharapkan dapat ikut menjaga kebersihan, misalnya mempunyai
sampah jangan dibuang sembarangan sebaiknya disimpan dulu disaku, kalau sudah
menemukan tepat sampah yang disedikan dari petugas dari Pura Tirta Sudamala baru
disana dibuang supaya Pura Tirta Sudamala terjaga kebersihannya dan kehindahan
alamnya.
3) Bagi Peneliti Selanjutnya Dapat di jadikan bahan tambahan referensi dan bahan masukan
untuk penelitian selanjutnya yang terkait dengan penelitian ini.
4) Pihak terminal Tawang alun sebaiknya memperbaiki jalanan yang tidak rata pada
lingkungan luar bangunan dan halaman parkir kendaraan pengunjung,
5) Pihak terminal perlu mengadakan pembersihan rutin pada bangunan ruang kantor, ruang
tunggu penumpang dan ruang loket,
6) Pihak terminal perlu mengadakan pengujian kualitas air bersih secara berkala selama 3
bulan sekali untuk mencegah pencemaran lingkungan yang mungkin terjadi,
7) Perlu adanya pengadaan sarana pos kesehatan dan kotak P3K untuk memberikan
pertolongan pertama pada pengunjung terminal Tawang alun,
8) Pengelola terminal Tawang alun perlu mendapatkan pelatihan tentang hygiene sanitasi
dan keamanan pangan di terminal sesuai dengan ketentuan yang berlaku sehinggan dapat
terpenuhi dengan baik.
9) Pengelola Pasar Tanjung disarankan perlu menambah sarana sanitasi di Pasar Tanjung
berupa tempat sampah yang memenuhi syarat dan tempat cuci tangan untuk menjaga
kebersihan dan kesehatan pasar, perlu adanya pembersihan atap dimana banyak terdapat
pasir yang ditumbuhi alang-alang.
10) Pasar Tanjung perlu mengadakan pengujian kualitas air bersih dan air limbah untuk
mencegah pencemaran lingkungan yang mungkin terjadi. Drainase perlu diadakan
perbaikan dengan cara diberi tutup agar kotoran tidak mudah masuk ke dalam drainase
dan menyumbat aliran air limbah.
11) Pengelola Pasar Tanjung perlu mengadakan desinfeksi pasar secara berkala untuk
mencegah penyebaran penyakit, pengelola pasar perlu mengadakan promosi kesehatan
berupa pembuatan media poster tentang pentingnya perilaku hidup bersih dan sehat di
lingkungan pasar.
12) Pengelola pasar Tanjung perlu mendapat pelatihan tentang hygiene sanitasi dan
keamanan pangan, perlu adanya pengadaan sarana kesehatan berupa pos pelayanan
kesehatan dan kotak P3K untuk memberikan pertolongan pertama pada penghuni atau
pengunjung pasar Tanjung yang mengalami kecelakaan di pasar, perlu dilakukan
penelitian terkait kandungan bahan berbahaya (boraks, formalin, pestisida, dll) dalam
makanan yang dijual di pasar Tanjung, pengujian kualitas kimiawi dan biologis air bersih
yang digunakan di pasar Tanjung, serta pengujian kualitas air limbah yang dihasilkan
pasar Tanjung.
DAFTAR PUSTAKA

Depantara, G. A., & Mahayana, I. M. B. (2019). Tinjauan Keadaan Fasilitas Sanitasi Obyek
Wisata Pura Tirta Sudamala Kelurahan Bebalang, Kabupaten Bangli Tahun
2017. JURNAL KESEHATAN LINGKUNGAN (JOURNAL OF ENVIROMENTAL
HEALTH)(JKL), 9(1).

Nurcahya, K., Moelyaningrum, A. D., & Ningrum, P. T. (2014). Identifikasi Sanitasi Pasar di
Kabupaten Jember (Studi di Pasar Tanjung Jember)(Identification of Market Sanitation
In Jember (Studies in Tanjung Market Jember)). Pustaka Kesehatan, 2(2), 285-292.

Utomo, B. T. (2015). Identifikasi Kondisi Sanitasi Terminal Tawang Alun Kabupaten Jember
(Studi di Terminal Tawang alun Jember).

Anda mungkin juga menyukai