1. Pengertian Tempat Dan Fasilitas Umum (TFU) Pengertian Tempat Dan Fasilitas Umum (TFU) adalah suatu tempat yang umumnya terdapat banyak orang yang berkumpul untuk melakukan suatu kegiatan baik secara sementara maupun secara terus menerus dan baik membayar maupun tidak membayar. Tempat umum juga dapat diartikan sebagai sarana yang diselenggarakan oleh pemerintah, swasta atau perorangan yang digunakan untuk kegiatan bagi masyarakat demi kenyamanan bersama. Pengawasan tempat dan fasilitas umum adalah suatu usaha untuk mengawasi dan mencegah kerugian akibat dari tidak terawatnya tempat fasilitas umum tersebut yang mengakibatkan timbulnya berbagai jenis penyakit. Pengawasan TFU dapat pula dipahami sebagai suatu upaya yang dilakukan untuk menjaga kebersihan tempat-tempat yang sering digunakan untuk menjalankan aktivitas hidup sehari-hari agar terhindar dari ancaman penyakit yang merugikan kesehatan. Pengertian yang lain dari Sanitasi Tempat Fasilitas Umum adalah suatu usaha untuk mengawasi, mencegah dan mengendalikan kerugian akibat dari pemanfaatan tempat maupun hasil usaha (produk) oleh dan untuk umum terutama yang erat hubungannya dengan timbulnya dan menularnya penyakit serta kemungkinan terjadinya kecelakaan. (Suparlan, 2012) 2. Tujuan Pengawasan Tempat Dan Fasilitas Umum (TFU) Tujuan dari pengawasan TFU, antara lain : a. Untuk memantau keadaan sanitasi tempat dan fasilitas umum secara berkala. b. Untuk membina dan meningkatkan peran aktif masyarakat dalam menciptakan lingkungan yang bersih dan sehat di tempat dan fasilitas umum. c. Untuk mencegah timbulnya berbagai macam penyakit menular (communicable diseases) dan penyakit akibat kerja (occupational diseases). d. Untuk memberikan rekomendasi dan tindak lanjut dalam perbaikan sarana dan prasarana sanitasi di tempat dan fasilitas umum kepada user
3. Kriteria Tempat Dan Fasilitas Umum (TFU)
Adapun batas-batas ketentuan untuk menggolongkan sebuah tempat disebut sebagai tempat dan fasilitas umum. Kriteria sanitasi tempat fasilitas umum, antara lain : a. Tempat tersebut diperuntukkan bagi masyarakat umum bukan masyarakat khusus. b. Terdapat tempat atau gedung yang bersifat permanen. c. Dalam tempat tersebut dilakukan kegiatan atau aktivitas yang dapat menimbulkan risiko terjadinya penularan penyakit, penyakit akibat kerja dan kecelakaan. Tempat beraktivitas pengusaha, pegawai, dan pengunjung. d. Memiliki fasilitas atau perlengkapan umum seperti Sarana Air Bersih (SAB), Water-closet (WC), Urinoir, tempat sampah dll 4. Jenis Tempat Dan Fasilitas Umum (TFU) Ada beberapa jenis tempat umum, antara lain : a. Hotel b. Restoran c. Kolam renang atau pemandian umum d. Pasar dan Pusat Perbelanjaan (Supermarket) e. Salon dan pangkas rambut f. Tempat wisata atau tempat rekreasi atau taman hiburan g. Terminal, bandar udara, stasiun, dan pelabuhan h. Tempat ibadah i. Bioskop j. Rumah sakit k. Sekolah l. Perkantoran atau industri
5. Ruang Lingkup Tempat Dan Fasilitas Umum (TFU)
Ruang lingkup Tempat Dan Fasilitas Umum (TFU) dijabarkan secara spesifik menjadi beberapa poin utama, yaitu : a. Media Air Pengawasan kualitas air sesuai dengan persyaratan. Jumlah kuantitas air yang cukup. b. Media Udara Pengamanan sumber pencemaran dan jangkauan cemaran c. Media Tanah Pengelolaan sampah padat, air kotor, dan kotoran manusia (wastesdisposal sawage, refuse, dan excreta) Tempat penampungan sampah sesuai dengan persyaratan, jumlah yang cukup dan mudah terjangkau. Terdapat Saluran Pengolahan Air Limbah (SPAL) d. Media Pangan Penerapan Hygiene dan sanitasi makanan (Food Hygiene and Sanitation) diperlukan dalam pencegahan kontaminasi dan keracunan makanan, kebersihan makanan, penyimpanan makanan, dan kebiasaan penjamah makanan e. Media Sarana Bangunan Lokasi dan konstruksi bangunan, ventilasi udara, pencahayaan ruang f. Media Vektor dan Binatang Pengganggu Pengawasan vektor (Vector Control) Terbebas dari serangga pembawa penyakit dan rodentia Adapun kegiatan yang mendasari Tempat Dan Fasilitas Umum (TFU), yaitu : a. Pemetaan (Monitoring) Meninjau atau memantau letak, jenis, dan jumlah tempat-tempat umum yang ada kemudian disalin atau digambarkan kembali dalam bentuk peta sehingga mempermudah dalam menginspeksi tempat-tempat umum tersebut. b. Inspeksi (Inspection) Penilaian serta pengawasan terhadap tempat- tempat umum dengan mencari informasi kepada pemilik, penanggung jawab, atau pengelola baik dengan wawancara maupun melihat langsung kondisi tempat umum untuk kemudian diberikan masukan jika perlu apabila dalam pemantauan masih terdapat hal-hal yang perlu mendapatkan pembenahan. c. Intervensi dalam bentuk rekomendasi kepada pihak terkait. d. Penyuluhan (Education) Penyuluhan terhadap masyarakat terutama untuk menyangkut pengertian dan kesadaran masyarakat terhadap bahaya-bahaya yang timbul dari tempat-tempat umum.
Prioritas pengawasan tempat fasilitas umum, sesuai dengan sasaran
program ; 1. Pasar 2. Sekolah/ sarana Pendidikan 3. Puskesmas.
1. Pengawasan Kesehatan lingkungan Pasar
Sekitar 60% masyarakat Indonesia memperoleh bahan pangan dan kebutuhan sehari-harilainnya dari pasar rakyat dan hamper 13 juta pedagang melakukan kegiatan usaha didalamnya. Berdasarkan data survei (LSI,2013) pasar rakyat di Indonesia terus menurun. Pasar juga berpotensi meningkatkan Risiko penularan penyakit berbasis lingkungan: air borne disease, water borne disease, food borne disease, vector related disease serta kecelakaan dan cidera. Untuk melakukan revitalisasi pasar menjadi pasar sehat, Kementerian Kesehatan fokus pada pembinaan perilaku pengelola dan pedagang sesuai dengan prinsip higienis. Dalam aktifitas sehari-hari masyarakat umumnya senantiasa berada di lingkungan kawasan permukiman, lingkungan tempat-tempat umum dan fasilitas umum termasuk Pasar Rakyat. Dalam kawasan Pasar Rakyat terdapat berbagai unsur media lingkungan antara lain air, udara, tanah, pangan, sarana bangunan dan vektor yang dapat menjadi media penyebaran penyakit. Jika media lingkungan tersebut tidak memenuhi standar dan persyaratan kesehatan dapat berpotensi menimbulkan penyakit atau gangguan kesehatan lainnya. Oleh karena itu diperlukan suatu upaya untuk mewujudkan kondisi kawasan yang sehat, baik secara fisik maupun non fisik melalui peningkatan kualitas lingkungan, agar penularan dan penyebaran penyakit serta gangguan kesehatan dapat dicegah atau ditanggulangi sehingga tidak menimbulkan dampak buruk bagi masyarakat baik secara ekonomi, sosial maupun budaya. Salah satu upaya dalam mewujudkan kawasan yang sehat adalah dengan mengembangkan pendekatan Pasar Sehat sebagai alternatif yang potensial, mengingat pasar merupakan tempat aktivitas transaksi ekonomi dan interaksi sosial untuk pemenuhan kebutuhannya. Pada saat yang sama, pasar juga dapat menjadi media penyebaran penyakit. Konferensi gabungan WHO/FAO/OIE/World Bank tentang flu burung dan pandemi flu pada manusia yang diadakan di Jenewa pada November 2005 menekankan pentingnya mencegah penyebaran flu burung H5N1 pada sumbernya termasuk di Pasar Rakyat. Dalam rangka penyelenggaraan Pasar Sehat setiap Pengelola Pasar Rakyat wajib memenuhi Standar Baku Mutu Kesehatan Lingkungan dan Persyaratan Kesehatan untuk menjamin kualitas lingkungan Pasar Rakyat. Standar Baku Mutu Kesehatan Lingkungan dan Persyaratan Kesehatan meliputi : a. air; b. udara; c. tanah; d. pangan; e. sarana dan bangunan; dan f. vektor dan binatang pembawa penyakit.
Dalam rangka memenuhi Standar Baku Mutu Kesehatan Lingkungan dan
Persyaratan Kesehatan, Pengelola Pasar Rakyat menyelenggarakan Kesehatan Lingkungan di Pasar Rakyat. Meliputi upaya : a. Penyehatan; b. Pengamanan; dan c. Pengendalian vektor dan binatang pembawa penyakit.
Dalam Pengawasan pasar sehat, dilakukan melalui:
a. monitoring dan evaluasi; b. penilaian internal oleh pengelola pasar; dan c. penilaian eksternal oleh dinas kesehatan/pusat kesehatan masyarakat 2. Pengawasan Kesehatan Lingkungan Sekolah Pengawasan pada sekolah melalui kegiatan inspeksi Kesehatan lingkungan (IKL) menjadi sangat penting karena sekolah merupakan tempat berkumpulnya warga sekolah dan peserta didik yang berdasarkan undang undang Kesehatan Setiap orang berhak mendapatkan lingkungan yang sehat bagi pencapaian derajat Kesehatan. Inspeksi Kesehatan Lingkungan (IKL) adalah pemeriksaan dan pengamatan secara langsung terhadap media lingkungan dalam rangka pengawasan berdasarkan standar, norma, dan baku mutu yang berlaku untuk meningkatkan kualitas lingkungan yang sehat Tujuan akhir dari kegiatan Inspeksi Kesehatan Lingkungan di sekolah adalah terciptanya lingkungan sekolah yang bersih, aman, nyaman dan sehat. Hal yang diamati pada kegiatan IKL sekolah meliputi : Lokasi Gedung, Konstruksi bangunan,Ruang Bangunan, Kualitas Udara Ruang, Pencahayaan, Ventilasi, Kebisingan, Fasilitas sanitasi sekolah, Sarana Ibadah dan sarana olahraga, Halaman Sekolah, Bebas Jentik Nyamuk.
Faktor risiko Kesehatan di Sekolah diantaranya adalah :
1. Atap yang tidak memenuhi syarat kesehatan dapat menjadi tempat perindukan nyamuk dan tikus. Kondisi ini mendukung penyebaran dan penularan demam berdarah dengue dan leptospirosis 2. Dinding yang lembab dapat mengakibatkan timbulnya jamur, dan media tumbuhnya kuman pathogen, timbul gangguan pernapasan 3. Tidak rata, licin dapat menyebabkan kecelakaan, lantai yang tidak kedap air menyebabkan kelembaban mengakibatkan berkembangnya jamur, bakteri dan virus 4. Perbandingan jumlah peserta didik dengan ruang kelas yang tidak memenuhi syarat menyebabkan menurunnya prosentase ketersediaan oksigen. Menimbulkan rasa kantuk, konsentrasi belajar, dan penularan penyakit 5. Penanganan sampah yang tidak memenuhi syarat menjadi berkembang biaknya vektor penyakit seperti lalat, nyamuk, tikus dan kecoa. Selain itu menyebabkan pencemaran tanah dan gangguan kenyaman dan estetika Kegiatan tersebut diharapkan ada Kerjasama yang baik antara puskesmas dan sekolah dalam rangka menjadikan sekolah bersih dan sehat.
Formulir IKL Sekolah ;
Istrumen Kesehatan lingkungan TFU lainnya dapat menyesuaikan sesai
dengan prioritas daerah, dengan variable pengawasan yang sama.
3. Pengawasan Kesehatan Lingkungan Puskesmas.
Puskesmas adalah fasilitas pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan upaya kesehatan masyarakat dan upaya kesehatan perseorangan tingkat pertama, dengan lebih mengutamakan upaya promotif dan preventif untuk mencapai derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya di wilayah kerjanya (Permenkes RI No. 43 Tahun 2019 Tentang Puskesmas). Salah satu layanan kesehatan yang paling mudah diakses masyarakat adalah Puskesmas. puskesmas bertanggungjawab menyelenggarakan pembangunan kesehatan di wilayah kerjanya, puskesmas dan jaringannya sebagai institusi yang menyelenggarakan pelayanan kesehatan di jenjang pertama yang terlibat langsung dengan masyarakat menjadi hal yang sangat penting.
Inspeksi Kesehatan Lingkungan di Puskesmas
Pelaksanaan Inspeksi Kesehatan Lingkungan dapat dilakukan oleh Tenaga pengelola program Kesehatan Lingkungan yang ada di puskesmas seperti ; sanitarian, entomolog dan mikrobiolog, yang merupakan dari pengawasan internal untuk melihat kualitas Kesehatan lingkungan di puskesmas, sedangkan pengawasan eksternal dapat dilakukan oleh Dinas Kesehatan sebagai bentuk pembinaan terhadap puskesmas di wilayah kerjanya.
Form IKL Puskesmas
Kesimpulan dari Materi Pokok Bahasan 1, antara lain:
1 Prinsip Pengawasan Kesehatan Lingkungan di Pasar yang melip
2 …………………………………………….
3 ……………………………………………. Pendahuluan
Materi pokok ini akan membahas Langkah-langkah pengawasan kualitas
kesehatan lingkungan pada sarana TFU
Indikator Hasil Belajar
Melakukan pengawasan Kualitas Kesehatan Lingkungan Pada Sarana Tempat Dan Fasilitas Umum (TFU)
Sub Materi Pokok 2
Berikut ini adalah sub materi pokok 2 : 1. Penyiapan langkah-langkah penggunaan formulir IKL TFU 2. Melakukan IKL TFU 3. Pelaporan hasil pengawasan IKL TFU. Uraian Materi Pokok 2 : Langkah - langkah pengawasan kualitas kesehatan lingkungan pada sarana TFU
1. Penyiapan langkah-langkah penggunaan formulir IKL TFU
Inspeksi Kesehatan Lingkungan dilaksanakan oleh Tenaga Kesehatan Lingkungan (sanitarian, entomolog dan mikrobiolog) yang membawa surat tugas dari Kepala Puskesmas dengan rincian tugas yang lengkap. Dalam pelaksanaan Inspeksi Kesehatan Lingkungan Tenaga Kesehatan Lingkungan sedapat mungkin mengikutsertakan petugas Puskesmas yang menangani program terkait atau mengajak serta petugas dari Puskesmas Pembantu, Poskesdes, atau Bidan di desa. Terkait hal ini Lintas Program Puskesmas berperan dalam: 1) Melakukan sinergisme dan kerja sama sehingga upaya promotif, preventif dan kuratif dapat terintegrasi. 2) Membantu melakukan Konseling dan pada waktu kunjungan rumah dan lingkungan. 3) Apabila di lapangan menemukan penderita penyakit karena Faktor Risiko Lingkungan, harus melaporkan pada waktu lokakarya mini Puskesmas, untuk diketahui dan ditindaklanjuti. Waktu Pelaksanaan Inspeksi Kesehatan Lingkungan sebagai pelaksanaan pengawasan rutin yang dilakukan oleh tenaga kesehatan lingkungan pada sarana tempat dan fasilitas umum. Metode Inspeksi Kesehatan Lingkungan dilakukan dengan cara/metode sebagai berikut: a. pengamatan fisik media lingkungan; b. pengukuran media lingkungan di tempat; c. uji laboratorium; dan/atau d. analisis risiko kesehatan lingkungan. Inspeksi Kesehatan Lingkungan dilakukan terhadap media air, udara, tanah, pangan, sarana dan bangunan, serta vektor dan binatang pembawa penyakit. Dalam pelaksanaannya mengacu pada pedoman pengawasan kualitas media lingkungan sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan. 2. Melakukan Inspeksi Kesehatan Lingkungan (IKL) TFU a. Persiapan: 1) Menyiapkan dan membawa berbagai peralatan dan kelengkapan lapangan yang diperlukan (formulir Inspeksi Kesehatan Lingkungan, formulir pencatatan status kesehatan lingkungan, media penyuluhan, alat pengukur parameter kualitas lingkungan) 2) Melakukan koordinasi dengan pihak sekolah, pasar dan puskesmas b. Pelaksanaan: 1) Melakukan pengamatan media lingkungan dan perilaku masyarakat. 2) Melakukan pengukuran media lingkungan di tempat, uji laboratorium, dan analisis risiko sesuai kebutuhan. 3) Melakukan pemetaan faktor risiko. 4) Memberikan saran tindak lanjut kepada sasaran (puskesmas, sekolah, pasar) Saran tindak lanjut dapat berupa Intervensi Kesehatan Lingkungan yang bersifat segera. Saran tindak lanjut disertai dengan pertimbangan tingkat kesulitan, efektifitas dan biaya. Dalam melaksanakan Inspeksi Kesehatan Lingkungan, Tenaga Kesehatan Lingkungan menggunakan panduan Inspeksi Kesehatan Lingkungan berupa bagan dan daftar pertanyaan untuk setiap penyakit sebagaimana contoh daftar pertanyaan terlampir. Tenaga Kesehatan Lingkungan dapat mengembangkan daftar pertanyaan tersebut sesuai kebutuhan. Hasil Inspeksi Kesehatan Lingkungan dilanjutkan dengan rencana tindak lanjut berupa Intervensi Kesehatan Lingkungan. 3. Pelaporan Hasil Pengawasan IKL TFU Dalam rangka melihat capaian dan perkembangan secara keseluruhan Sarana Tempat dan fasilitas Umum perlu dilakukan pelaporan atau input hasil IKL melalui system pemantauan dan evaluasi secara digital dan online. Hal ini dibutuhkan oleh pemerintah baik di pusat, maupun di daerah dalam rangka review, analisa dan pengembangan program ke depan agar bisa berjalan dengan lebih baik. Disamping itu pengembangan system pemantauan dan evaluasi secara digital dan online ini membantu pelaksanaan kegiatan TFU dalam upaya advokasi program dan melihat kemajuan TFU secara keseluruhan dengan lebih cepat dan informatif.
Pelaporan hasil IKL TFU dapat dilakukan dengan cara
diinput dalam sistem aplikasi e-satu (e-monev TFU) dengan alamat website pada : e-satu.kemkes.go.id secara langsung pada saat melakukan IKL ataupun dengan cara manual yang selanjutnya hasil IKL di upload pada sistem e-satu. REFERENSI
1. Permenkes Nomor 13 tahun 2015 tentang Penyelenggaraan
Kesehatan Lingkungan di Puskesmas 2. Permenkes Nomor 17 tahun 2020 tentang Pasar Sehat 3. PP Nomor 66 tahun 2014 tentang Kesehatan Lingkungan 4. Permenkes Nomor 2 tahun 2023 tentang Peraturan Pelaksanaan PP No. 66 Th 2014 tentang Kesehatan Lingkungan 5. Permenkes Nomor 14 tahun 2021 tentang Standar Kegiatan Usaha dan Produk Perizinan Berusaha Berbasis Risiko Sektor Kesehatan