Oleh:
Muhartik
NIM :2182B1108
Laporan praktik dengan judul Asuhan kebidanan pada Nn “N” dengan Keputihan
Fisiologis Usia 15 tahun di PMB Wiji wilayah Puskesmas Kandangan Kabupaten Kediri.
MUHARTIK
NIM : 2182B1108
Mengetahui
Dosen Pembimbing Pembimbing Lahan
N HARI
KETERANGAN TTD
O TANGGAL
1
6
LEMBAR KONSUL
HARI
NO KETERANGAN TTD
TANGGAL
1
6
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Menurut WHO, kesehatan reproduksi adalah kesehatan yang sempurna baik
fisik, mental, sosial dan lingkungan serta bukan semata-mata terbebas dari penyakit
atau kecacatan dalam segala aspek yang berhubungan dengan sistem reproduksi,
fungsi serta prosesnya (Melyana, 2005).
Menurut WHO, remaja apabila anak telah mencapai umur 10-18 tahun. Menurut
Undang-undang No. 4 tahun 1979 mengenai kesejahteraan anak, remaja adalah
individu yang belum mencapai 21 tahun dan belum menikah. Pada buku-buku
Pediatri, pada umumnya mendefi nisikan remaja remaja adalah bila seorang anak
telah mencapai umur 10-18 tahun untuk anak perempuan dan 12-20 tahun untuk
anak laki-laki. Menurut Diknas, anak dianggap remaja bila anak sudah berumur 18
tahun yang sesuai dengan saat lulus sekolah menengah (Soetjiningsih, 2004).
Kesehatan reproduksi remaja adalah suatu kondisi sehat yang menyangkut
sistem, fungsi dan proses reproduksi remaja. Berbagai permasalahan kesehatan
reproduksi remaja antara lain: kehamilan tidak dikehendaki, kehamilan dan
persalinan usia muda, ketergantungan napza meningkatkan resiko penyakit menular
seksual (termasuk infeksi HIV/AIDS), dan resiko terkena penyakit menular
seksual.Permasalahan tersebut disebabkan kurangnya informasi, pemahaman dan
kesadaran untuk mencapai keadaan sehat secara reproduksi. Orang tua yang
diharapkan remaja dapat dijadikan tempat bertanya atau dapat memberikan
penjelasan tentang masalah kesehatan reproduksi, ternyata tidak banyak berperan
karena masalah tersebut masih dianggap tabu untuk dibicarakan dengan anak
remajanya. Guru, yang juga diharapkan oleh orang tua dan remaja dapat
memberikan penjelasan yang lebih lengkap kepada siswanya tentang kesehatan
reproduksi, ternyata masih menghadapi banyak kendala dari dalam dirinya, seperti:
tabu, merasa tidak pantas, tidak tahu cara menyampaikannya, tidak ada waktu, dan
lain sebagainya. Solusi yang tepat untuk menyelesaikan masalah tersebut adalah
dengan pemberian pendidikan mengenai kesehatan reproduksi.
Menurut Badan Pemberdayaan Perempuan dan Keluarga Berencana (2009:1)
bahwa jumlah remaja umur 10-19 tahun di Indonesia terdapat 43 juta atau 19,61%
dari jumlahpenduduk Indonesia sebanyak 220 juta. Sekitar 1 juta remaja pria (5%)
dan 200 ribu remajawanita (1%) menyatakan secara terbuka bahwa pernah
melakukan hubungan seksual.Sebanyak 8% pria umur 15-24 tahun telah
menggunakan obat-obatan terlarang. Sedangkanuntuk kasus HIV/AIDS dari 6987
penderita AIDS, 3,02% adalah kelompom usia 15-19tahun dan 54,77% adalah
kelompok usia 20-29 tahun (Departemen Kesehatan RI,September 2006). Ini terjadi
karena pengetahuan merekamengenai kesehatan reproduksimasih kurang. Sehingga
sangat memerlukan perhatian dari semua pihak, karena orang yang sehat aktivitas
belajarnya akan baik. Apabila kasus remaja inidibiarkan, sudah tentu akan merusak
masa depan remaja khususnya mereka dan masa depankeluarga dan masa depan
bangsa Indonesia.
Indonesia saat ini mulai lebih memperhatikan masalah kesehatan reproduksi
dengan serius. Dengan PIK KRR (Pusat Informasi dan Konseling Kesehatan
Reproduksi Remaja) yang merupakan salah satu program sub BKKBN, pemerintah
mengupayakan agar remaja tidak melewati masa remajanya dengan hal-hal yang
tidak berguna. Karena pada masa-masa remajalah kita mengalami proses pencarian
jalan hidup yang seperti apa yang akan kita pilih. Melalui program ini, agaknya
pemerintah mulai concern melihat perkembangan zaman instant yang serba canggih
ini.
Remaja berisiko adalah remaja yang pernah melakukan perilaku yang berisiko
bagi kesehatan seperti misalnya merokok, minum minuman keras, menggunakan
narkoba dan melakukan seks diluar nikah. Umumnya remaja yang memilik masalh
diseolah atau berperilaku antisosial memiliki probabbilitas yang lebih besar untuk
melakukan berisiko dibandingkan dengan remaja yang tidak memili masalh di
sekolah atau antisosial.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, dapat dirumuskan masalah di antaranya :
1. Bagaimanakah konsep remaja ?
2. Bagaimanakah menghadapi remaja yang sudah melakukan seks diluar nikah dengan
IMS?
C. Tujuan Penulisan
Adapun tujuan penulisan dari makalah ini, yaitu :
1. Untuk mengetahui konsep remaja
2. Untuk mengetahui perilaku remaja yang sudah melakukan seks diluar nikah dengan
IMS
D. Manfaat Penulisan
1. Bagi Institusi Pendidikan
Hasil penulisan makalah ini dapat dijadikan acuan untuk pengembangan
keilmuan dimasa yang akan datang terutama pada pelayanan kebidanan .
2. Bagi Penulis
Penulisan makalah yang dilakukan diharapkan dapat menambah pengetahuan
dan pemahaman mengenai kesehatan reproduksi remaja.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
c. Aspek Perkembangan
Terdapat dua konsep perkembangan remaja, yaitu Nature dan Nurture .
Konsep Nature mengungkapkan bahwa masa remaja adalah masa badai dan
tekanan. Periode perkembangan ini individu banyak mengalami gejolak dan
tekanan karena perubahan yang terjadi dalam dirinya. Konsep Nurture
menyatakan tidak semua remaja mengalami masa badai dan tekanan
tersebut. Hal tersebut tergantung pada pola asuh dan lingkungan dimana
remaja itu tinggal.
1. Perkembangan Sosial
Terjadinya tumpang tindih pola tingkah laku anak dan pola
perilaku dewasa merupakan kondisi tersulit yang dihadapi remaja.
Remaja diharuskan dapat menyasuaikan diri dengan peran orang dewasa
dan melepaskan diri dari peran anak- anak. Remaja dituntut untuk dapat
menyesuaikan diri dengan orang dewasa di luar lingkungan keluarga dan
sekolah.
2. Kuatnya Teman Sebaya
Berdasarkan ciri-ciri yang dimiliki seperti menjadi egosentris,
kebingungan peran dan lain- lain, maka seorang remaja mulai mencari
pengakuan dirinya di luar rumah. Pada usia remaja, seseorang
menghabiskan lebih banyak waktu bersama teman sebayanya
dibandingkan bersama dengan orangtuanya, sehingga wajar saja jika
tingkah laku dan norma/aturan- aturan yang dipegang banyak
dipengaruhi oleh kelompok sebayanya.namun, meskipun tampaknya
remaja sangat bergantung pada teman sebayanya, pada remaja sendiri
terdapat sikap ambivalen. Di satu sisi ingin membuktikan
kemandiriannya dengan melepaskan diri dari orangtuanya, tetapi disisi
lain mereka masih tergantung pada orangtuanya.
Remaja akan tetap meminta pertimbangan dari orangtuanya
ketika menghadapi masalah yang berat atau harus menentukan sesuatu
yang berkaitan dengan masa depannya yang berakibat jangka panjang.
Hal ini merupakan bentuk ketergantungan remaja kepada orangtua.
Ketergantungan pada teman sebaya lebih mengarah pada hal-hal yang
berkaitan dengan relasi sosial atau penerimaan lingkungan (misalnya
tingkah laku/kebiasaan sehari- hari, kesukaan, aktivitas yang dipilih,
gaya bahasa, dan lainnya).
Diterima oleh teman sebaya merupakan sesuatu yang sangat
berarti bagi remaja, sehingga penyesuaian diri dengan kelompok,
misalnya penyesuaian dengan selera, cara berpakaian, cara berbicara dan
berperilaku sosial lainnya adalah penting ( Hurlock, 1973). Namun,
perilaku mengikuti kelompok akan semakin berkurang sesuai dengan
bertambahnya kematangan karena remaja semakin ingin menjadi
individu yang mandiri dan unik serta lebih selektif dalam memilih
sahabat.
Keluarga yang memberikan kehangatan serta ikatan emosi dalam
kadar yang tidak berlebihan dan senantiasa memberikan dukungan positif
dapat membantu anak mengembangkan ikatan lain di luar keluarga
secara lebih baik. Ia mampu menentukan kapan ia harus mengikuti
kelompoknya dan kapan harus menolak ajakan dari teman sebayanya
sehingga remaja tersebut akan terbebas dari tekanan teman sebaya untuk
melakukan hal- hal negatif.
Perubahan dalam perilaku sosial ditunjukkan dengan:
a) Minat dalam hubungan heteroseksual yang lebih besar;
b) Kegiatan- kegiatan sosial yang melibatkan kedua jenis kelamin;
c) Bertambahnya wawasan sehingga remaja memiliki penilaian yang
lebih baik serta lebih bisa mengerti orang lain. Remaja juga
mengembangkan kemampuan sosial yang mendorongnya lebih
percaya diri dan aktif dalam aktivitas sosial;
d) Berkurangnya prasangka dan diskriminasi. Mereka cenderung tidak
mempersoalkan orang yang tidak cocok latar belakang budaya dan
pribadinya.
3. Pengelompokan Sosial Baru
Kelompok remaja yang beranggotakan laki-laki biasanya lebih
besar dan tidak terlalu akrab, sedangkan kelompok remaja perempuan
membentuk kelompok yang lebih kecil dan lebih akrab. Remaja laki- laki
cenderung lebih banyak berbagi pengalaman petualangan atau topik-
topik tertentu yang menarik (olahraga , music, film, teknologi,dan
lainnya). Umumnya mereka jarang berbagi perasaan atau emosi dengan
teman sebayanya, sedangkan remaja perempuan lebih bisa berbagi
pengalaman dan perasaan.
Dalam pengelompokan sosial, akan muncul nilai- nilai baru yang
diadaptasi oleh remaja.Nilai- nilai tersebut antara lain adalah sebagai
berikut :
a) Nilai baru dalam memilih teman. Pemilihan teman berdasarkan
kesamaan minat dan nilai- nilai yang sama, yang dapat mengerti dan
memberi rasa aman, serta yang dapat berbagi masalah dan membahas
hal- hal yang tidak dapat dibicarakan dengan orang dewasa.
b) Nilai baru dalam penerimaan sosial. Remaja menerima teman- teman
yang disenangi dan menolak yang tidak disenangi yaitu dimulai
dengan menggunakan standar yang sama dengan kelompoknya.
c) Nilai baru dalam memilih pemimpin. Remaja memilih pemimpin
yang berkemampuan tinggi yang akan dikagumi dan dihormati oleh
orang lain dan dapat menguntungkan mereka, bukan pada penilaian
fisik melainkan pada orang yang bersemangat, bergairah, penuh
inisiatif, bertanggung jawab, banyak ide, dan terbuka.
Jenis- jenis pengelompokkan sosial remaja antara lain:
a. Teman dekat atau sahabat karib;
b. Kelompok kecil, terdiri atas kelompok teman- teman dekat, biasanya
terdri atas jenis kelamin yang sama;
c. Kelompok besar, terdiri atas beberapa kelompok kecil dan kelompok
teman dekat, biasanya berhubungan dalam aktivitas khusus;
d. Kelompok yang terorganisasi, dibina oleh orang dewasa, dibentuk
oleh sekolah, organisasi masyarakat, untuk memenuhi kebutuhan
sosial para remaja yang tidak mempunyai kelompok kecil atau
kelompok besar;
e. Kelompok geng yang terdiri atas anak- anak yang memiliki minat
utama yang sejenis untuk menghadapi penolakan teman- teman
melalui perilaku antisosial. Pengaruh geng cenderung meningkat
selama masa remaja.
4. Perkembangan Emosi
Ciri- ciri perkembangan emosi pada tahap ini antara lain sebagai berikut.
a) Emosi lebih mudah bergejolak dan biasanya diekspresikan secara
meledak- ledak.
b) Kondisi emosional biasanya berlangsung cukup lama sampai pada
akhirnya ke keadaan semula, yaitu keadaan sebelum munculnya
suatu keadaan emosi.
c) Jenis- jenis emosi sudah lebih bervariasi (perbedaan antara emosi
satu dengan lainnya makin tipis) bahkan ada saatnya emosi
bercampur baur sehingga sulit dikenali oleh dirinya sendiri. Remaja
juga sering bingung dengan emosinya sendiri karena muncul emosi-
emosi yang bertentangan dalam suatu waktu, misalnya benci dan
saying.
d) Mulai munculnya ketertarikan dengan lawan jenis yang melibatkan
emosi (sayang, cinta, cemburu, dan lainnya).
e) Remaja umumnya sangat peka terhadap cara orang lain memandang
mereka. Akibatnya remaja menjadi mudah tersinggung dan merasa
malu. Hal ini akan terkait dengan perkembangan konsep dirinya.
Faktor- faktor yang menyebabkan tingginya emosi antara lain sebagai
berikut.
1. Fisik (kelenjar dan nutrisi)
2. Lingkungan dan sosial :
a. Penyesuaian terhadap lingkungan yang baru;
b. Tuntutan sosial untuk berperilaku yang lebih matang;
c. Aspirasi yang tidak realistis ( tidak sesuai dengan kondisi dan
situasi yang nyata);
d. Penyesuaian sosial terhadap teman sejenis dan lawan jenis;
e. Masalah- masalah di sekolah;
f. Masalah-masalah dengan tugas atau bidang pekerjaan;
5. Pengendalian Emosi
Pengendalian emosi bukan merupakan upaya menekan atau
menghilangkan emosi melainkan upaya belajar menghadapi situasi
dengan rasional; belajar mengenali emosi dan menghindari penafsiran
yang berlebihan terhadap situasi; serta belajar memberikan respons
terhadap situasi tersebut dengan pikiran maupun emosi tidak berlebihan
yang proporsional sesuai dengan situasinya.
Ada tiga aturan yang harus diterapkan seseorang apabila
menghindari beban emosi.Pertama, seseorang harus menyadari dan
mampu menyadari emosi yang muncul dan sedang dicoba untuk
dikendalikan. Kedua, menempatkan aspek mental dan penilaian kognitif
dari respons emosi tersebut untuk menguji kewajaran respons tersebut
terhadap realitanya. Ketiga, seseorang perlu belajar untuk
mengemukakan emosi positif dan negatif secara benar proporsional.
Tabel jenis emosi yang sering dihadapi oleh remaja
Ciri-ciri remaja mampu menyesuaikan diri dengan lingkungan,
sukses atau berhasil melakukan sesuatu sesuai yang diidamkan
Bahagia
atau terlepas dari tekanan kegelisahan.
Ciri-ciri ada kedamaian, sesuai dengan apa yang diinginkan,
Senang
ada kecocokkan dengan selera.
keadaan emosi yang relative menyenangkan, keteduhan, rasa
ingin dimiliki/memiliki dan ada rasa tak ingin kehilangan, ada
Sayang
rasa kepemilikan dan tanggung jawab.
Keadaan emosi yang relatif menyenangkan,menggetarkan diri
untuk selalu melihat dekat, rasa rindu, rasa ingin
cinta kontak/berhubungan/berkomunikasi. Kadang-kadang sifat bisa
berubah.
Emosi yang disebarkan perkembangan intelektual yang
merangsang kebutuhan untuk mengetahui jawaban dari
Ingin sesuatu yang menggelisahkan. Pada remaja tumbuh rasa ingin
tahu tahu yang besar terhadap perkembanganseksual diri dari lawan
jenis.
Keadaan emosi, dimana seseorang mengalami dan
Frustasi menghadapi hambatan dalam pemenuhan keinginan dan
kebutuhannya. Frustasi menimbulkan rasa rendah diri, bersifat
agresif fisik, dan ucapan kasar.
Keadaan khawatir atau ketakutan yang diliputi rasa marah
pada remaja muncul karena merasa diri tidak berarti, dirinya
Cemburu
digantikan oleh orang lain dan sangat pribadi.
Bentuk emosi yang ditujukan pada orang tertentu berkaitan
dengan status, pemilikan benda, atau kemampuan tertentu dari
Iri hati
orang lain yang memiliki.
Merupakan perasaan galau, perasaan depresi yang tidak
Duka cita berat,tetapi mengganggu individu, keadaan ini terjadi bila
(grief) kehilangan sesuatu yang sangat bernilai bagi dirinya.
seksual dengan berganti ganti pasangan baik melalui vagina oral maupun
anal.
infeksi alat reproduksi yang harus diamggap serius .Bula tidak diobati
perlu disadari bahwa resiko untuk terkena IMS lebih besar daripada laki
laki sebab alat reproduksinya lebih rentan .Dan sering kali berakibat lebih
Oleh karena bentuk dan letak alat kelamin yang menonjol, gejala
IMS pada lakilaki mudah dikenai, dilihat dan dirasakan, sedangkan pada
disadari.
- Bintil bintil berisi cairan, lecet atau borok pada alat kelamin
- Luka tidak sakit, keras dan berwarna merah pada alat kelammin
- Bengkak panas dan nyeri pada pangkal paha yang kemudian berubah
menjadi borok
- Rasa sakit atau nyeri pada saat kencing atau berhubungan seksual
- Keputihan yang berwarna putih susu, bergumpal dan disertai rasa gatal
- Bagi seseorang yang belum menikah, cara yang paling ampuh adalah
4. Jenis-jenis IMS
- Gonoroe (GO)
- Klamidia
- Trikomoniasis vaginalis
- Kandidiasis vagina
- Kutil kelamin
5. GONOROE (GO)
tenggang selama 2-10 hari setelah kuman masuk kedalam tubuh setelah
hubungan seksual.
- Nyeri
- Merah
- Bengkak
- Bernanah
dan dapat diturunkan kepada bayi yang baru lahir berupa infeksi pada
kelamin dan terjadinya luka pada alat genital pria maupun perempuan
efektif. Terapi oral diberikan obat sefixim 400mg poSD dan azitromisin
Pendokumentasian asuhan
kebidanan(SOAP)
1) Subjektif
Menggambarkan pendokumentasian hasil pengumpulan data klien melalui
anamnesis sebagai langkah pertama.
2) Objektif
Menggambarkan pendokumentasian hasil pemeriksaan fisik klien, hasil
laboratorium dan uji diagnostic lain yang dirumuskan dalam data fokus untuk
mendukung asuhan sebagai langkah kedua.
3) Analisa
Menggambarkan pendokumentasian hasil analisis dan interpretasi data subjektif
dan objektif dalam suatu identifikasi:
a) Diagnosis ataumasalah
b) Antisipasi diagnosis / masalahpotensial
c) Perlunya tindakan segera oleh bidan atau dokter, konsultasi / kolaborasi dan /
atau rujukan sebagai langkah II, III,danIV
4) Penatalaksanaan
Penatalaksanaan, mencatat seluruh perencanaan dan penatalaksanaan yang sudah
dilakukan seperti tindakan antisipatif, tindakan segera, tindakan secara
komprehensif, penyuluhan, dukungan, kolaborasi, evaluasi/follow up dari rujukan.
BAB III
TINJAUAN KASUS
1. PENGKAJIAN
1.1 DATA SUBJEKTIF
Anamnesa dilakukan oleh : muhartik Di :poli sakura pkm kandangan
Tanggal : 9/3/2022 Pukul : 08.30
1.1.1 IDENTITAS KLIEN
Nama Klien : sdr “MY” Nama wali/orangtua: Tn S
Umur : 21 thn Umur : 45 thn
Suku/ Bangsa : jawa /Indonesia Suku/ Bangsa : Jawa /Indonesia
Agama : Islam Agama : Islam
Pendidikan : SMA Pendidikan : SD
Pekerjaan : buruh gudang beras Pekerjaan : Tani
Penghasilan : 3 jt Penghasilan : 3 jt
Alamat : dsn Pulerejo 001/019 krecek Badas kediri
:
2. ANALISA DATA/DIAGNOSA:
Hari: selasa Tanggal : 9 maret 2022 Jam:08.30
DO :
a. Kesadaran : Composmetis
b. TD : 110/80 mmHg
c. Suhu : 36,3 o C
d. Nadi : 80 x/menit
e. RR : 16 x/menit
f. BB : 60 Kg
g. IMT : normal
h. TB : 158 Cm
i. LILA : 28 Cm
pada pemeriksan inspeksi alat kelamin keluar
caiaran kuning pus +
a. infertilitas
b. penyakit HIV/AIDS
5. INTERVENSI
6. PENATALAKSANAAN
Diagnosa Penatalaksanaan
Sdr “MZ” dengan GO 1.Melakukan pendekatan terapeutik kepada ibu dan
(IMS)
keluarga dengan cara salam, sapa, senyum kepada
ibu
2.Menjelaskan hasil pemeriksaan dan TTV pada ibu.
3.Menjelaskan hasil pemeriksaan laborat
4.Menganjurkan untuk tidak melakukan hubungan
sekx / abstienensia
5.Menganjurkan selalu menggunakan kondom
5.1 Kesimpulan
Pada tinjauan kasus dapat ditarik kesimpulan asuhan kebidanan pada remaja dan
pranikah Sdr “MZ” bahwa pasien memerlukan informasi tentang perkembangan
kesehatannya juga membutuhkan pengetahuan tentang sex pranikah ,kompliksai-
komplikasi dan tanda – tanda bahaya penyakit IMS yang mengancam kesehatan pasien
sehingga pasien tidak lagi melakukan hubungan sex dengan siapapun sebelum menikah .
Dan pasien perlu pengobatan secara berkesinambungan sampai dinyatakan negative GO
dan penyakit IMS lainnya
5.2 Saran
Asuhan pada pasien harus dilakukan secara berkala dengan pemantauan khusus
terutama untuk pemenuhan kebutuhan sexsualitas karena ketidak tahuan atau kurangnya
pengalaman dan informasi tentang menjaga kesehatan agar tidak menderita penyakit IMS
maupun peyakit sexsual lainnya
LAMPIRAN