Anda di halaman 1dari 39

ASUHAN KEBIDANAN REMAJA DAN PRANIKAH

PADA “SDR MZ “ dengan IMS


DI PUSKESMAS KANDANGAN

Disusun untuk Memenuhi Penugasan Pendidikan Profesi Bidan Stase


Remaja

Oleh:

Muhartik

NIM :2182B1108

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI BIDAN


FAKULTAS KEPERAWATAN DAN KEBIDANAN F2K
IIK STRADA INDONESIA
2022
LEMBAR PENGESAHAN

Laporan praktik dengan judul Asuhan kebidanan pada Nn “N” dengan Keputihan
Fisiologis Usia 15 tahun di PMB Wiji wilayah Puskesmas Kandangan Kabupaten Kediri.

Telah disetujui dan disahkan pada :


Hari :
Tanggal :

Kediri, Maret 2022


Mahasiswa

MUHARTIK
NIM : 2182B1108

Mengetahui
Dosen Pembimbing Pembimbing Lahan

Putri Eka Sejati,SST,M.Kes Endah Tri Wahyuni SST


NIP 198201122006042026
LEMBAR KONSUL

Judul : ASUHAN KEBIDANAN REMAJA DAN


PRANIKAH PADA “SDR MZ “ dengan IMS
DI PUSKESMAS KANDANGAN
Pembimbing Institusi : Putri Eka Sejati,SST,M.Kes

N HARI
KETERANGAN TTD
O TANGGAL
1

6
LEMBAR KONSUL

Judul : ASUHAN KEBIDANAN REMAJA DAN


PRANIKAH PADA “SDR MZ “ dengan IMS
DI PUSKESMAS KANDANGAN
Pembimbing Lahan : Endah Tri Wahyuni,SST

HARI
NO KETERANGAN TTD
TANGGAL
1

6
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Menurut WHO, kesehatan reproduksi adalah kesehatan yang sempurna baik
fisik, mental, sosial dan lingkungan serta bukan semata-mata terbebas dari penyakit
atau kecacatan dalam segala aspek yang berhubungan dengan sistem reproduksi,
fungsi serta prosesnya (Melyana, 2005).
Menurut WHO, remaja apabila anak telah mencapai umur 10-18 tahun. Menurut
Undang-undang No. 4 tahun 1979 mengenai kesejahteraan anak, remaja adalah
individu yang belum mencapai 21 tahun dan belum menikah. Pada buku-buku
Pediatri, pada umumnya mendefi nisikan remaja remaja adalah bila seorang anak
telah mencapai umur 10-18 tahun untuk anak perempuan dan 12-20 tahun untuk
anak laki-laki. Menurut Diknas, anak dianggap remaja bila anak sudah berumur 18
tahun yang sesuai dengan saat lulus sekolah menengah (Soetjiningsih, 2004).
Kesehatan reproduksi remaja adalah suatu kondisi sehat yang menyangkut
sistem, fungsi dan proses reproduksi remaja. Berbagai permasalahan kesehatan
reproduksi remaja antara lain: kehamilan tidak dikehendaki, kehamilan dan
persalinan usia muda, ketergantungan napza meningkatkan resiko penyakit menular
seksual (termasuk infeksi HIV/AIDS), dan resiko terkena penyakit menular
seksual.Permasalahan tersebut disebabkan kurangnya informasi, pemahaman dan
kesadaran untuk mencapai keadaan sehat secara reproduksi. Orang tua yang
diharapkan remaja dapat dijadikan tempat bertanya atau dapat memberikan
penjelasan tentang masalah kesehatan reproduksi, ternyata tidak banyak berperan
karena masalah tersebut masih dianggap tabu untuk dibicarakan dengan anak
remajanya. Guru, yang juga diharapkan oleh orang tua dan remaja dapat
memberikan penjelasan yang lebih lengkap kepada siswanya tentang kesehatan
reproduksi, ternyata masih menghadapi banyak kendala dari dalam dirinya, seperti:
tabu, merasa tidak pantas, tidak tahu cara menyampaikannya, tidak ada waktu, dan
lain sebagainya. Solusi yang tepat untuk menyelesaikan masalah tersebut adalah
dengan pemberian pendidikan mengenai kesehatan reproduksi.
Menurut Badan Pemberdayaan Perempuan dan Keluarga Berencana (2009:1)
bahwa jumlah remaja umur 10-19 tahun di Indonesia terdapat 43 juta atau 19,61%
dari jumlahpenduduk Indonesia sebanyak 220 juta. Sekitar 1 juta remaja pria (5%)
dan 200 ribu remajawanita (1%) menyatakan secara terbuka bahwa pernah
melakukan hubungan seksual.Sebanyak 8% pria umur 15-24 tahun telah
menggunakan obat-obatan terlarang. Sedangkanuntuk kasus HIV/AIDS dari 6987
penderita AIDS, 3,02% adalah kelompom usia 15-19tahun dan 54,77% adalah
kelompok usia 20-29 tahun (Departemen Kesehatan RI,September 2006). Ini terjadi
karena pengetahuan merekamengenai kesehatan reproduksimasih kurang. Sehingga
sangat memerlukan perhatian dari semua pihak, karena orang yang sehat aktivitas
belajarnya akan baik. Apabila kasus remaja inidibiarkan, sudah tentu akan merusak
masa depan remaja khususnya mereka dan masa depankeluarga dan masa depan
bangsa Indonesia.
Indonesia saat ini mulai lebih memperhatikan masalah kesehatan reproduksi
dengan serius. Dengan PIK KRR (Pusat Informasi dan Konseling Kesehatan
Reproduksi Remaja) yang merupakan salah satu program sub BKKBN, pemerintah
mengupayakan agar remaja tidak melewati masa remajanya dengan hal-hal yang
tidak berguna. Karena pada masa-masa remajalah kita mengalami proses pencarian
jalan hidup yang seperti apa yang akan kita pilih. Melalui program ini, agaknya
pemerintah mulai concern melihat perkembangan zaman instant yang serba canggih
ini.
Remaja berisiko adalah remaja yang pernah melakukan perilaku yang berisiko
bagi kesehatan seperti misalnya merokok, minum minuman keras, menggunakan
narkoba dan melakukan seks diluar nikah. Umumnya remaja yang memilik masalh
diseolah atau berperilaku antisosial memiliki probabbilitas yang lebih besar untuk
melakukan berisiko dibandingkan dengan remaja yang tidak memili masalh di
sekolah atau antisosial.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, dapat dirumuskan masalah di antaranya :
1. Bagaimanakah konsep remaja ?
2. Bagaimanakah menghadapi remaja yang sudah melakukan seks diluar nikah dengan
IMS?
C. Tujuan Penulisan
Adapun tujuan penulisan dari makalah ini, yaitu :
1. Untuk mengetahui konsep remaja
2. Untuk mengetahui perilaku remaja yang sudah melakukan seks diluar nikah dengan
IMS
D. Manfaat Penulisan
1. Bagi Institusi Pendidikan
Hasil penulisan makalah ini dapat dijadikan acuan untuk pengembangan
keilmuan dimasa yang akan datang terutama pada pelayanan kebidanan .
2. Bagi Penulis
Penulisan makalah yang dilakukan diharapkan dapat menambah pengetahuan
dan pemahaman mengenai kesehatan reproduksi remaja.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Dasar Remaja


1. Pengertian Remaja
Secara etimologi, remaja berarti “tumbuh menjadi dewasa”. Definisi remaja
(adolescence) menurut organisasi kesehatan dunia (WHO) adalah periode usia
antara 10 sampai 19 tahun, sedangkan Perserikatan Bangsa Bangsa (PBB)
menyebut kaum muda (youth) untuk usia antara 15 sampai 24 tahun. Sementara
itu, menurut The Health Resources and Services Administrations Guidelines
Amerika Serikat, rentang usia remaja adalah 11-21 tahun dan terbagi menjadi
tiga tahap, yaitu remaja awal (11-14 tahun); remaja menengah (15-17 tahun);
dan remaja akhir (18-21 tahun). Definisi ini kemudian disatukan dalam
terminologi kaum muda (young people) yang mencakup usia 10-24 tahun.
Definisi remaja sendiri dapat ditinjau dari tiga sudut pandang, yaitu:
a. Secara kronologis, remaja adalah individu yang berusia antara 11-12 tahun
sampai 20-21 tahun.
b. Secara fisik, remaja ditandai oleh ciri perubahan pada penampilan fisik dan
fungsi fisiologis, terutama yang terkait dengan kelenjar seksual;
c. Secara psikologis, remaja merupakan masa dimana individu mengalami
perubahan-perubahan dalam aspek kognitif, emosi, sosial, dan moral,
diantara masa anak-anak menuju masa dewasa.
2. Pertumbuhan dan Perkembangan Remaja
a. Pengertian
1) Pertumbuhan
Pertumbuhan adalah perubahan yang menyangkut segi kuantitatif yang
ditandai dengan peningkatan dalam ukuraan fisik dan dapat diukur.
2) Perkembangan
Perkembangan adalah perubahan yang menyangkut aspek kualitatif dan
kuantitatif. Rangkaian perubahan dapat bersifat progresif, teratur,
berkesinambungan, serta akumulatif.
b. Aspek Pertumbuhan
Fungsi fisiologis dipengaruhi oleh kondisi lingkungan dan gizi. Faktor
lingkungan dapat memberi pengaruh yang kuat untuk lebih mempercepat
perubahan. Perubahan dipengaruhi oleh dua organ penting, yaitu:
hipotalamus, dan hipofisis. ketika kedua organ ini bekerja, ada tiga kelenjar
yang dirangsang, yaitu: kelenjar gondok, kelenjar anak ginjal, dan kelenjar
organ reproduksi.
Ketiga kelenjar tersebut akan saling bekerja sama dan berinteraksi
dengan factor genetik maupun lingkungan.
Tabel Perubahan- perubahan yang Dipengaruhi oleh Hormon
Jenis
Perempuan Laki – laki
Perubahan
Hormon Estrogen dan progesteron Testosteron
Tanda Menstruasi Mimpi basah
Perubahan Fisik  Pertambahan tinggi badan.  Tumbuh rambut di
 Tumbuh rambut di sekitar sekitar kemaluan, kaki,
alat kelamin dan ketiak. tangan, dada, ketiak dan
 Kulit menjadi lebih halus. wajah. Tampak pada
 Suara menjadi lebih halus anak laki – laki mulai
dan tinggi. berkumis, berjambang,
 Payudara mulai membesar. dan berbulu ketiak.
 Pinggul semakin  Suara bariton atau
membesar. bertambah besar.
 Pahamembulat.  Badan lebih berotot
 Mengalami menstruasi. terutama bahu dan dada.
 Pertambahan berat
badan dan tinggi badan.
 Buah zakar menjadi
lebih besar dan bila
terangsang dapat
mengeluarkan sperma.
 Mengalaami mimpi
basah.

c. Aspek Perkembangan
Terdapat dua konsep perkembangan remaja, yaitu Nature dan Nurture .
Konsep Nature mengungkapkan bahwa masa remaja adalah masa badai dan
tekanan. Periode perkembangan ini individu banyak mengalami gejolak dan
tekanan karena perubahan yang terjadi dalam dirinya. Konsep Nurture
menyatakan tidak semua remaja mengalami masa badai dan tekanan
tersebut. Hal tersebut tergantung pada pola asuh dan lingkungan dimana
remaja itu tinggal.
1. Perkembangan Sosial
Terjadinya tumpang tindih pola tingkah laku anak dan pola
perilaku dewasa merupakan kondisi tersulit yang dihadapi remaja.
Remaja diharuskan dapat menyasuaikan diri dengan peran orang dewasa
dan melepaskan diri dari peran anak- anak. Remaja dituntut untuk dapat
menyesuaikan diri dengan orang dewasa di luar lingkungan keluarga dan
sekolah.
2. Kuatnya Teman Sebaya
Berdasarkan ciri-ciri yang dimiliki seperti menjadi egosentris,
kebingungan peran dan lain- lain, maka seorang remaja mulai mencari
pengakuan dirinya di luar rumah. Pada usia remaja, seseorang
menghabiskan lebih banyak waktu bersama teman sebayanya
dibandingkan bersama dengan orangtuanya, sehingga wajar saja jika
tingkah laku dan norma/aturan- aturan yang dipegang banyak
dipengaruhi oleh kelompok sebayanya.namun, meskipun tampaknya
remaja sangat bergantung pada teman sebayanya, pada remaja sendiri
terdapat sikap ambivalen. Di satu sisi ingin membuktikan
kemandiriannya dengan melepaskan diri dari orangtuanya, tetapi disisi
lain mereka masih tergantung pada orangtuanya.
Remaja akan tetap meminta pertimbangan dari orangtuanya
ketika menghadapi masalah yang berat atau harus menentukan sesuatu
yang berkaitan dengan masa depannya yang berakibat jangka panjang.
Hal ini merupakan bentuk ketergantungan remaja kepada orangtua.
Ketergantungan pada teman sebaya lebih mengarah pada hal-hal yang
berkaitan dengan relasi sosial atau penerimaan lingkungan (misalnya
tingkah laku/kebiasaan sehari- hari, kesukaan, aktivitas yang dipilih,
gaya bahasa, dan lainnya).
Diterima oleh teman sebaya merupakan sesuatu yang sangat
berarti bagi remaja, sehingga penyesuaian diri dengan kelompok,
misalnya penyesuaian dengan selera, cara berpakaian, cara berbicara dan
berperilaku sosial lainnya adalah penting ( Hurlock, 1973). Namun,
perilaku mengikuti kelompok akan semakin berkurang sesuai dengan
bertambahnya kematangan karena remaja semakin ingin menjadi
individu yang mandiri dan unik serta lebih selektif dalam memilih
sahabat.
Keluarga yang memberikan kehangatan serta ikatan emosi dalam
kadar yang tidak berlebihan dan senantiasa memberikan dukungan positif
dapat membantu anak mengembangkan ikatan lain di luar keluarga
secara lebih baik. Ia mampu menentukan kapan ia harus mengikuti
kelompoknya dan kapan harus menolak ajakan dari teman sebayanya
sehingga remaja tersebut akan terbebas dari tekanan teman sebaya untuk
melakukan hal- hal negatif.
Perubahan dalam perilaku sosial ditunjukkan dengan:
a) Minat dalam hubungan heteroseksual yang lebih besar;
b) Kegiatan- kegiatan sosial yang melibatkan kedua jenis kelamin;
c) Bertambahnya wawasan sehingga remaja memiliki penilaian yang
lebih baik serta lebih bisa mengerti orang lain. Remaja juga
mengembangkan kemampuan sosial yang mendorongnya lebih
percaya diri dan aktif dalam aktivitas sosial;
d) Berkurangnya prasangka dan diskriminasi. Mereka cenderung tidak
mempersoalkan orang yang tidak cocok latar belakang budaya dan
pribadinya.
3. Pengelompokan Sosial Baru
Kelompok remaja yang beranggotakan laki-laki biasanya lebih
besar dan tidak terlalu akrab, sedangkan kelompok remaja perempuan
membentuk kelompok yang lebih kecil dan lebih akrab. Remaja laki- laki
cenderung lebih banyak berbagi pengalaman petualangan atau topik-
topik tertentu yang menarik (olahraga , music, film, teknologi,dan
lainnya). Umumnya mereka jarang berbagi perasaan atau emosi dengan
teman sebayanya, sedangkan remaja perempuan lebih bisa berbagi
pengalaman dan perasaan.
Dalam pengelompokan sosial, akan muncul nilai- nilai baru yang
diadaptasi oleh remaja.Nilai- nilai tersebut antara lain adalah sebagai
berikut :
a) Nilai baru dalam memilih teman. Pemilihan teman berdasarkan
kesamaan minat dan nilai- nilai yang sama, yang dapat mengerti dan
memberi rasa aman, serta yang dapat berbagi masalah dan membahas
hal- hal yang tidak dapat dibicarakan dengan orang dewasa.
b) Nilai baru dalam penerimaan sosial. Remaja menerima teman- teman
yang disenangi dan menolak yang tidak disenangi yaitu dimulai
dengan menggunakan standar yang sama dengan kelompoknya.
c) Nilai baru dalam memilih pemimpin. Remaja memilih pemimpin
yang berkemampuan tinggi yang akan dikagumi dan dihormati oleh
orang lain dan dapat menguntungkan mereka, bukan pada penilaian
fisik melainkan pada orang yang bersemangat, bergairah, penuh
inisiatif, bertanggung jawab, banyak ide, dan terbuka.
Jenis- jenis pengelompokkan sosial remaja antara lain:
a. Teman dekat atau sahabat karib;
b. Kelompok kecil, terdiri atas kelompok teman- teman dekat, biasanya
terdri atas jenis kelamin yang sama;
c. Kelompok besar, terdiri atas beberapa kelompok kecil dan kelompok
teman dekat, biasanya berhubungan dalam aktivitas khusus;
d. Kelompok yang terorganisasi, dibina oleh orang dewasa, dibentuk
oleh sekolah, organisasi masyarakat, untuk memenuhi kebutuhan
sosial para remaja yang tidak mempunyai kelompok kecil atau
kelompok besar;
e. Kelompok geng yang terdiri atas anak- anak yang memiliki minat
utama yang sejenis untuk menghadapi penolakan teman- teman
melalui perilaku antisosial. Pengaruh geng cenderung meningkat
selama masa remaja.
4. Perkembangan Emosi
Ciri- ciri perkembangan emosi pada tahap ini antara lain sebagai berikut.
a) Emosi lebih mudah bergejolak dan biasanya diekspresikan secara
meledak- ledak.
b) Kondisi emosional biasanya berlangsung cukup lama sampai pada
akhirnya ke keadaan semula, yaitu keadaan sebelum munculnya
suatu keadaan emosi.
c) Jenis- jenis emosi sudah lebih bervariasi (perbedaan antara emosi
satu dengan lainnya makin tipis) bahkan ada saatnya emosi
bercampur baur sehingga sulit dikenali oleh dirinya sendiri. Remaja
juga sering bingung dengan emosinya sendiri karena muncul emosi-
emosi yang bertentangan dalam suatu waktu, misalnya benci dan
saying.
d) Mulai munculnya ketertarikan dengan lawan jenis yang melibatkan
emosi (sayang, cinta, cemburu, dan lainnya).
e) Remaja umumnya sangat peka terhadap cara orang lain memandang
mereka. Akibatnya remaja menjadi mudah tersinggung dan merasa
malu. Hal ini akan terkait dengan perkembangan konsep dirinya.
Faktor- faktor yang menyebabkan tingginya emosi antara lain sebagai
berikut.
1. Fisik (kelenjar dan nutrisi)
2. Lingkungan dan sosial :
a. Penyesuaian terhadap lingkungan yang baru;
b. Tuntutan sosial untuk berperilaku yang lebih matang;
c. Aspirasi yang tidak realistis ( tidak sesuai dengan kondisi dan
situasi yang nyata);
d. Penyesuaian sosial terhadap teman sejenis dan lawan jenis;
e. Masalah- masalah di sekolah;
f. Masalah-masalah dengan tugas atau bidang pekerjaan;
5. Pengendalian Emosi
Pengendalian emosi bukan merupakan upaya menekan atau
menghilangkan emosi melainkan upaya belajar menghadapi situasi
dengan rasional; belajar mengenali emosi dan menghindari penafsiran
yang berlebihan terhadap situasi; serta belajar memberikan respons
terhadap situasi tersebut dengan pikiran maupun emosi tidak berlebihan
yang proporsional sesuai dengan situasinya.
Ada tiga aturan yang harus diterapkan seseorang apabila
menghindari beban emosi.Pertama, seseorang harus menyadari dan
mampu menyadari emosi yang muncul dan sedang dicoba untuk
dikendalikan. Kedua, menempatkan aspek mental dan penilaian kognitif
dari respons emosi tersebut untuk menguji kewajaran respons tersebut
terhadap realitanya. Ketiga, seseorang perlu belajar untuk
mengemukakan emosi positif dan negatif secara benar proporsional.
Tabel jenis emosi yang sering dihadapi oleh remaja
Ciri-ciri remaja mampu menyesuaikan diri dengan lingkungan,
sukses atau berhasil melakukan sesuatu sesuai yang diidamkan
Bahagia
atau terlepas dari tekanan kegelisahan.
Ciri-ciri ada kedamaian, sesuai dengan apa yang diinginkan,
Senang
ada kecocokkan dengan selera.
keadaan emosi yang relative menyenangkan, keteduhan, rasa
ingin dimiliki/memiliki dan ada rasa tak ingin kehilangan, ada
Sayang
rasa kepemilikan dan tanggung jawab.
Keadaan emosi yang relatif menyenangkan,menggetarkan diri
untuk selalu melihat dekat, rasa rindu, rasa ingin
cinta kontak/berhubungan/berkomunikasi. Kadang-kadang sifat bisa
berubah.
Emosi yang disebarkan perkembangan intelektual yang
merangsang kebutuhan untuk mengetahui jawaban dari
Ingin sesuatu yang menggelisahkan. Pada remaja tumbuh rasa ingin
tahu tahu yang besar terhadap perkembanganseksual diri dari lawan
jenis.
Keadaan emosi, dimana seseorang mengalami dan
Frustasi menghadapi hambatan dalam pemenuhan keinginan dan
kebutuhannya. Frustasi menimbulkan rasa rendah diri, bersifat
agresif fisik, dan ucapan kasar.
Keadaan khawatir atau ketakutan yang diliputi rasa marah
pada remaja muncul karena merasa diri tidak berarti, dirinya
Cemburu
digantikan oleh orang lain dan sangat pribadi.
Bentuk emosi yang ditujukan pada orang tertentu berkaitan
dengan status, pemilikan benda, atau kemampuan tertentu dari
Iri hati
orang lain yang memiliki.
Merupakan perasaan galau, perasaan depresi yang tidak
Duka cita berat,tetapi mengganggu individu, keadaan ini terjadi bila
(grief) kehilangan sesuatu yang sangat bernilai bagi dirinya.

6. Kebahagiaan pada Masa Remaja


Ketidakbahagiaan remaja lebih disebabkan masalah pribadi dari
pada lingkungannya. Jika remaja berhasil mengatasi masalah-masalah
yang dihadapi dan kepercayaan pada kemampuannya mengatasi
permasalah tanpa bantuan orang dewasa, maka kebahagiaan akan
semakin meningkat dan meletakkan tujuan sesuai dengan apa yang ia
mampu capai. Selain itu juga meningkatkan kepercayaan diri serta
keberhasilan yang ia peroleh dari pengalamannya.
Faktor yang memengaruhi adalah sebagai berikut :
a) Tingkat kematangan.
Kondisi fisik yang lebih matang menyebabkan tuntutan sosial yang
lebih besar pada remaja untuk dapat mengendalikan ekspresi emosi
yang wajar dan sesuai norma lingkungannya.
b) Jenis kelamin.
Kebanyakan kultur memberlakukan tuntutan bahwa laki-laki lebih
diizinkan untuk mengekspresikan emosinya, kecuali takut dan sedih,
dibandingkan perempuan yang lebih dituntut untuk menekandan
menahan perasaan emosi.
c) Kelas sosial atau budaya.
Terdapat beberapa budaya atau kelas sosial tertentu yang
mengizinkan atau tidak mengizinkan suatu ekspresi tertentu muncul.
7. Perkembangan Kognitif
Berdasarkan teori perkembangan kognitif piaget, kemampuan
kognitif remaja berada pada tahap formal operational. Remaja harus
mampu mempertimbangkan semua kemungkinan untuk menyelesaikan
masalah dan mempertanggung jawabkannya. Berkaitan dengan
perkembangan kognitif, umumnya remaja menampilkan tingkah laku
sebagai berikut:
a) Kritis
Segala sesuatu harus rasional dan jelas, sehingga remaja cenderung
mempertanyakan kembali aturan-aturan yang diterimanya.
b) Rasa ingin tahu yang kuat
Perkembangan intelektual pada remaja merangsang adanya
kebutuhan/kegelisahan akan sesuatu yang harus
diketahui/dipecahkan.
c) Jalan pikiran egosentris
Berkaitan dengan menentang pendapat yang berbeda. Cara berpikir
kritis dan egosentris, menyebabkan remaja cenderung sulit menerima
pola pikir yang berbeda dengan pola pikirnya.
d) Imagery audience
Remaja merasa selalu diperhatikan atau menjadi pusat perhatian
orang lain menyebakan remaja sangat terpengaruh oleh penampilan
fisiknya dan dapat mmengaruhi konsep dirinya.
e) Personal fablas
Remaja merasa dirinya sangat unik dan berbed dengan orang
lain.Tercapainya tahap perkembangan ini ditandai dengan individu
mampu :
1) Berpikir secara kontra-faktual (kontra-faktual), artinya dia
menyadari bahwa realitas dan pikiran tentang realitas bisa
berbeda, juga bisa memaknai suatu realitas sesuai kehendaknya.
2) Realitas adalah kondisi nyatanya (objektif) sedangkan pikiran
tentang realitasnya adalah kondisi subjektif (persepsi).
8. Perkembangan Moral
Perubahan mendasar dalam moralitas remaja meliputi :
a) Pada masa remaja, mereka mulai “memberontak” dari nilai-nilai
orangtua dan orang dewasa lainnya serta mulai menentukan nilai-
nilainya sendiri.
b) Pandangan moral remaja semakin lama semakin menjadi lebih
abstrak dan kurang nyata.
c) Keyakinan moral lebih berpusat pada apa yang benar, bukan pada apa
yang salah.
d) Penilaian moral menjadi semakin kritis sehingga remaja lebih berani
menganalisis norma sosial dan norma pribadi, serta berani mengambil
keputusan berbagai masalah moral yang dihadapinya.
e) Penilaian moral menjadi kurang egosentris, tetapi lebih
mengembangkan norma berdasarkan nilai-nilai kelompok sosialnya.
f) Penilaian moral cenderung melibatkan beban emosi dan
menimbulkan ketegangan psikologis.
9. Perkembangan Konsep Diri (Kepribadian)
Konsep diri merupakan semua perasaan dan pemikiran seseorang
mengenai dirinya sendiri. Gambaran pribadi remaja terhadap dirinya
meliputi penilaian diri dan penilaian sosial. Penilaian diri berisi
pandangan dirinya terhadap hal-hal, antara lain:
a) Pengendalian keinginan dan dorongan-dorongan dalam diri.
b) Suasana hati yang sedang dihayati remaja.
c) Bayangan subjektif terhadap kondisi tubuhnya.
d) Merasa orang lain selalu mengamati/memperhatikan dirinya
(kaitannya dengan perkembangan kognitif).

Remaja memiliki harapan-harapan peran dan cita-cita ideal yang


ingin dia capai yang cenderung tidak realistis.Ciri-ciri perkembangan
konsep diri remaja antara lain terdiri atas :

a) Perubahan perkembangan fisik yang cukup drastic pada masa remaja,


kadang kadang tidak/kurang proposional.
b) Sangat terpengaruh oleh pandangan orang lain terhadap dirinya.
c) Memiliki aspirasi yang sangat tinggi tentang segala hal.
d) Memandang diri lebih rendah atau lebih tinggi dari pada kondisi
objektifnya.
e) Merasa selalu diperhatikan atau menjadi pusat perhatian.
10. Perkembangan heteroseksual
Dalam perkembangan heteroseksual ini, remaja belajar
memerankan peran jenis kelamin yang diakui oleh lingkungannya.
Remaja perempuan menemukan adanya double standard , dimana remaja
laki-laki boleh melakukan hal yang bagi remaja perempuan sering sekali
disalahkan. Kondisi pandangan budaya tertentu mengenai peran jenis
kelamin remaja mengakibatkan munculnya efek penggolongan dalam
masyarakat, contohnya antara lain :
a) Remaja laki-laki memiliki perasaan lebih unggul yang relatif terus
menetap dan diharapkan dapat berperan sebagai pemimpin dalam
kegiatan masyarakat.
b) Prasangka jenis kelamin melahirkan kecenderungan merendahkan
prestasi perempuan meskipun prestasi itu menyamai atau bahkan
melebihi prestasi laki-laki.
c) Perempuan mengalami perasaan takut untuk sukses karena
didasarkan pada anggapan bahwa keberhasilan akan mendapatkan
dukungan sosial laki-laki dan menjadi halangan yang besar dalam
proses mencari pasangan hidup.

Beberapa ciri penting perkembangan heteroseksual remaja secara umum


antara lain:

a) Remaja mempelajari perilaku orang dewasa sesuai dengan jenis


kelaminnya untuk menarik perhatian lawan jenisnya.
b) Minat terhadap lawan jenis makin kuat disertai keinginan kuat untuk
memperoleh dukungan dari lawan jenis.
c) Minat terhadap kehidupan seksual
d) Remaja mulai mencari informasi tentang kehidupan seksual orang
dewasa, bahkan juga muncul rasa ingin tahu dan keinginan
bereksplorasi untuk melakukannya.
e) Minat dalam keintiman secara fisik. Dengan adanya dorongan
seksual dan ketertarikkan terhadap lawan jenis, perilaku remaja mulai
diarahkan untuk menarik perhatian lawan jenis.

3. Ciri-Ciri Kejiwaan dan Psikososial Remaja


a. Usia remaja muda (12-15 tahun)
1) Sikap protes terhadap orang tua
Remaja pada usia ini cenderung tidak menyetujui nilai-nilai hidup orang
tuanya, sehingga sering menunjukkan sikap protes terhadap orang tua.
Mereka berusaha mencari identitas diri dan seringkali disertai dengan
menjauhkan diri dari orang tuanya. Dalam upaya pencarian identitas diri,
remaja cenderung melihat kepada tokoh-tokoh diluar lingkungan
keluarganya, yaitu: guru, figur ideal yang terdapat di film, atau tokoh
idola.
2) Preokupasi dengan badan sendiri
Tubuh seorang remaja pada usia ini mengalami perubahan yang cepat
sekali. Perubahan-perubahan ini menjadi perhatian khusus bagi diri
remaja.
3) Kesetiakawanan dengan kelompok seusia
Para remaja pada kelompok umur ini merasakan keterkaitan dan
kebersamaan dengan kelompok seusia dalam upaya mencari kelompok
senasib. Hal ini tercermin dalam cara berperilaku sosial.
4) Kemampuan untuk berpikir secara abstrak
Daya kemampuan berpikir seorang remaja mulai berkembang dan
dimanifestasikan dalam bentuk diskusi untuk mempertajam kepercayaan
diri.
5) Perilaku yang labil dan berubah-ubah
Remaja sering memperlihatkan perilaku yang berubah-ubah. Pada suatu
waktu tampak bertanggung jawab, tetapi dalam waktu lain tampak masa
bodoh dan tidak bertanggung jawab. Remaja merasa cemas akan
perubahan dalam dirinya. Perilaku demikian menunjukkan bahwa dalam
diri remaja terdapat konflik yang memerlukan pengertian dan
penanganan yang bijaksana.
b. Usia remaja penuh (16-19 tahun)
1. Kebebasan dari orang tua
Dorongan untuk menjauhkan diri dari orang tua menjadi realitas.
Remaja mulai merasakan kebebasan, tetapi juga merasa kurang
menyenangkan. Pada diri remaja timbul kebutuhan untuk terkait dengan
orang lain melalui ikatan cinta yang stabil.
2. Ikatan terhadap pekerjaan atau tugas
Sering kali remaja menunjukkan minat pada suatu tugas tertentu yang
ditekuni secara mendalam. Terjadi pengembangan akan cita-cita masa
depan yaitu mulai memikirkan melanjutkan sekolah atau langsung
bekerja untuk mencari nafkah.
3. Pengembangan nilai moral dan etis yang mantap
Remaja mulai menyususn nilai-nilai moral dan etis sesuai dengan cita-
cita.
4. Pengembangan hubungan pribadi yang labil
Adanya tokoh panutan atau hubungan cinta yang stabil menyebabkan
terbentuknya kestabilan diri remaja.
4. Masa Transisi Remaja
Pada usia remaja, terdapat masa transisi yang akan dialami. Masa transisi
tersebutmenurut gunarsa (1978) dalam disertai PKBI (2000) adalah sebagai
berikut.
a. Transisi fisik berkaitan dengan perubahan bentuk tubuh
Bentuk tubuh remaja sudah berbeda dengan anak-anak, tetapi belum
sepenuhnya menampilkan bentuk tubuh orang dewasa. Hal ini menyebabkan
kebingungan peran, didukung pula dengan sikap masyarakat yang kurang
konsisten.
b. Transisi dalam kehidupan emosi
Perubahan hormonal dalam tubuh remaja berhubungan erat dengan
peningkatan kehidupan emosi. Remaja sering memperlihatkan
ketidakstabilan emosi. Remaja tampak sering gelisah, cepat tersinggung,
melamun, dan sedih, tetapi dilain sisi akan gembira, tertawa, ataupun marah-
marah.
c. Transisi dalam kehidupan sosial
Lingkungan sosial anak semakin bergeser ke luar dari keluarga, dimana
lingkungan teman sebaya mulai memegang peranan penting. Pergeseran
ikatan pada teman sebaya merupakan uapaya remaja untuk mandiri
(melepaskan ikatan dengan keluarga).
d. Transisi dalam nilai-nilai moral
Remaja mulai meninggalkan nilai-nilai yang dianutnya dan menuju nilai-
nilai yang dianut orang dewasa. Saat ini remaja mulai meragukan nilai-nilai
yang diterima pada waktu anak-anak dan mulai mencari nilai sendiri.
e. Transisi dalam pemahaman
Remaja mengalami perkembangan kognitif yang pesat sehingga mulai
mengembangkan kemampuan berpikir abstrak.

5. Tugas-Tugas Perkembangan Remaja


Menurut Havighurst (1998), ada tugas-tugas yang harus diselesaikan
dengan baik pada setiap periode perkembangan. Tugas perkembangan adalah
hal-hal yang harus dipenuhi atau dilakukan oleh remaja dan dipengaruhi oleh
harapan sosial.
Adapun tugas perkembangan pada remaja adalah sebagai berikut.
1. Menerima keadaan dan penampilan diri, serta menggunakan tubuhnya
secara efektif.
2. Belajar berperan sesuai dengan jenis kelamin (sebagai laki-laki atau
perempuan).
3. Mencapai relasi yang baru dan lebih matang dengan teman sebaya, baik
sejenis maupun lawan jenis.
4. Mengharapkan dan mencapai perilaku sosial yang bertanggung jawab.
5. Mencapai kemandirian secara emosional terhadap orang tua dan orang
dewasa lainnya.
6. Mempersiapkan karir dan kemandirian secara ekonomi.
7. Menyiapkan diri (fisik dan psikis) dalam menghadapi perkawinan dan
kehidupan keluarga.
8. Mengembangkan kemampuan dan keterampilan intelektual untuk hidup
bermasyarakat dan untuk masa depan (dalam bidang pendidikan atau
pekerjaan).
9. Mencapai nilai-nilai kedewasaan.
6. Tujuan Perkembangan Remaja
a. Perkembangan pribadi
1) Keterampilan kognitif dan nonkognitif yang dibutuhkan agar dapat
mandiri secara ekonomi maupun mandiri dalam bidang pekerjaan
tertentu.
2) Kecakapan dalam mengelola dan mengatasi masalah-masalah pribadi
secara efektif.
3) Kecakapan-kecakapan sebagai orang pengguna kekayaan kultural dan
perbadaan bangsa.
4) Kecakapan untuk dapat terikat dalam suatu keterlibatan yang intensif
pada suatu kegiatan.
b. Perkembangan sosial
1) Pengalaman bersama pribadi-pribadi yang berbeda dengan dirinya, baik
dalam kelas, sosial, subkultur, maupun usia.
2) Pengalaman dimana tindakannya dapat berpengaruh pada orang lain.
3) Kegiatan saling tergantung yang diarahkan pada tujuan-tujuan bersama
(interaksi kelompok).
7. Konsep Kedewasaan
Karakteristik remaja (adolescence) adalah tumbuh menjadi dewasa.
Secara fisik, remaja ditandai dengan ciri perubahan pada penampilan fisik dan
fungsi fisiologis, terutama yang terkait dengan kelenjar seksual. Sementara itu,
secara psikologis remaja merupakan masa dimana individu mengalami
perubahan-perubahan dalam aspek kognitif, emosi, sosial, dan moral antara
masa anak-anak menuju dewasa.
Terdapat bukti bahwa konsep diri remaja berbeda di berbagai konteks
dan remaja memandang diri berbeda jika berada teman sebaya dibandingkan saat
dengan orang tua dan guru.
Salah satu tugas perkembangan masa remaja adalah mencapai nilai-nilai
kedewasaan. Adapun ciri-ciri kedewasaan antara lain :
a) Emosi relatif lebih stabil (mampu mengendalikan emosi);
b) Mandiri (baik secara ekonomi, sosial, dan emosi);
c) Mampu melakukan upaya menyerahkan sumber daya dalam diri dan
lingkungan untuk memecahkan masalah.
d) Adanya interdependensi (saling ketergantungan) dalam hubungan sosial.
e) Memiliki tanggung jawab.
f) Memiliki control diri yang adekuat (mampu menunda kepuasan, melawan
godaan, serta mengembangkan prestasi sendiri).
g) Memiliki tujuan hidup yang realistis.
h) Memiliki dan menghayati nilai-nilai keagamaan yang dianut.
i) Peka terhadap kepentingan orang lain.
j) Mampu menyesuaikan diri dengan lingkungan (bersikap luwes), bertindak
secara tepat sesuai dengan situasi dan kondisi yang dihadapi.
8. Masalah Umum Remaja
Berikut adalah masalah umum yang dialami remaja berkaitan dengan
tumbuhkembangnya.
a) Masalah yang berkaitan dengan lingkungan rumahnya seperti relasi dengan
anggota keluarga, disiplin, dan pertentangan dengan orang tua.
b) Masalah-masalah yang berkaitan dengan lingkungan sekolah.
c) Kondisi fisik (kesehatan atau latihan), penampilan (berat badan, ciri-ciri
daya tarik, bau badan, jerawat, kesesuaian dengan jenis kelamin).
d) Emosi (temperamen yang meledak ledak, suasana hati berubah ubah).
e) Penyesuaian sosial (minder, sulit bergaul, pacaran, penerimaan oleh teman
sebaya, peran pemimpin).
f) Masalah pekerjaan (pilihan pekerjaan, pengangguran).
g) Nilai-nilai (moral, penyalahgunaan obat-obatan, dan hubungan seksual).
h) Masalah yang berkaitan dengan hubungan lawan jenis (heteroseksual),
seperti putus pacar, proses pacaran, backstreet, sulit punya pacar, dan lain-
lain.

B. Konsep Dasar IMS


1. IMS

IMS adalah Penyakit yang ditularkan melalui hubungan seksual.

Infeksi menular seksual akan lebih beresiko bila melakukan hubungan

seksual dengan berganti ganti pasangan baik melalui vagina oral maupun

anal.

IMS perlu mendapat perhatian,karena IMS dapat menyebabkan

infeksi alat reproduksi yang harus diamggap serius .Bula tidak diobati

secara tepat ,infeksi dapat menjalar dan menyebabkan penderitaan ,sakit

berkepanjangan,kemandulan dan kematian .Utuk remaja perempuan,

perlu disadari bahwa resiko untuk terkena IMS lebih besar daripada laki

laki sebab alat reproduksinya lebih rentan .Dan sering kali berakibat lebih

parah karena gejala awal tidak segera dikenali,sedangkan penyakit

melanjut ke tahap lebih parah

2. Tanda dan gejala IMS

Oleh karena bentuk dan letak alat kelamin yang menonjol, gejala

IMS pada lakilaki mudah dikenai, dilihat dan dirasakan, sedangkan pada

perempuan sebagian besar tanpa gejala sehingga sering kali tidak

disadari.

a. Gejala IMS pada laki-laki:

- Bintil bintil berisi cairan, lecet atau borok pada alat kelamin

- Luka tidak sakit, keras dan berwarna merah pada alat kelammin

- Adanya kutil atau tumbuhan daging seperti jengger ayam

- Rasa gatal yang hebat sepanjang alat kelamin


- Rasa sakit yang hebat pada saat kencing

- Kencing mamah ata darah yang berbau busuk

- Bengkak panas dan nyeri pada pangkal paha yang kemudian berubah

menjadi borok

- Kehilangan berat badan yang drastis disertai mencret terus menerus,

sering deman serta berkeringat saat malam

b. Gejala IMS pada perempuan:

- Rasa sakit atau nyeri pada saat kencing atau berhubungan seksual

- Rasa nyeri pada perut bagian bawah

- Pengeluaran lendir pada vagina atau alat kelamin

- Keputihan yang berwarna putih susu, bergumpal dan disertai rasa gatal

dan kemerahan pada alat kelamin atau sekitarnya

- Keputihan yang berbusa, kehijauan, berbau busuk dan gatal

- Timbul bercak bercak darah setelah berhubungan seksual

- Bintil-bintil berisi cairan, lecet atau borok pada alat kelamin

3. Cara pencegahan IMS

- Bagi seseorang yang belum menikah, cara yang paling ampuh adalah

tidak melakukan hubungan seksual (abstinensia)

- Saling setia bagi pasangan yang sudah menikah

- Hindari hubungan seks yang tidak aman

- Selalu menggunakan kondom untuk mencegah penularan IMS

- Selalu menjaga kebersihan alat kelamin

4. Jenis-jenis IMS

Ada banyak amacam penyakit yang bisa digolongkan menjadi

IMS. Di Indonesia yang banyak ditemukan saat ini adalah:

- Gonoroe (GO)

- Sifilis (raja singa)


- Herpes genital

- Klamidia

- Trikomoniasis vaginalis

- Kandidiasis vagina

- Kutil kelamin

5. GONOROE (GO)

Kuman penyebabnya adalah Neisseria gonorhoeae. Ada masa

tenggang selama 2-10 hari setelah kuman masuk kedalam tubuh setelah

hubungan seksual.

Tanda tanda penyakitnya adalah:

- Nyeri

- Merah

- Bengkak

- Bernanah

- Sakit saat kencing (laki-laki)

- Keluarnya nanah kental, kuning kehijauan

- Ujung penis merah dan agak bengkak

Akibat penyakit GO, pada laki laki dan perempuan seringkali

berupa kemandulan. Pada perempuan bisa juga terjadi radang panggul

dan dapat diturunkan kepada bayi yang baru lahir berupa infeksi pada

mata yang dapat menyebabkan kebutaan. Penyakit IMS ini merupakan

pintu masuk untuk menjadi penyakit HIV/AIDS.

6. Diagnosa dan Pngobatan IMS

Pengobatan IMS menggunakan metode pendekatan sindrom

untuk mendiagnosa IMS. Pendekatan sindrom adalah, penatlaksanaan

kasus IMS berdasarkan gejala klinis yang ditemukan dan dilanjutkan

dengan pengobatan yang tepat guna terhadap penyebab utama gejala


klinis tersebut. Walaupun tanpa dukungan penmeriksaan laboratorium.

Pendekatan sindrom terhadap keluarnya cairan abnormal dari alat

kelamin dan terjadinya luka pada alat genital pria maupun perempuan

telah terbukti menghasilkan tingkat penyembuhan yang tinggi dan cost

efektif. Terapi oral diberikan obat sefixim 400mg poSD dan azitromisin

1gr poSD. Pemeriksaan penunjang dilakukan pemeriksaan laboratorium

yaitu cairan alat kelamin. (Dirjen Binkesma, 2003)

C. Konsep Dasar Manajemen Asuhan Kebidanan


1) Pengertian Manajemen Asuhan Kebidanan
Manajemen kebidanan adalah proses pemecahan masalah yang digunakan
sebagai metode untuk mengorganisasikan pikiran dan tindakan berdasarkan teori
lmiah, temuan, keterampilan dalam rangkaian/tahapan yang logis untuk
mengambil suatu keputusan yang terfokus pada klien.
2) Langkah- langkah asuhan kebidaanan menurut varney
a. Pengumpulan data dasar
Mengumpulkan semua data yang dibutuhkan secara lengkap dan akurat dari
berbagai sumber yang berkaitan dengan kondisi klien secara keseluruhan.
Untuk memperoleh data dilakukan dengancara:
1. Data subjektif /anamnesa
Nama : Untuk membedakan pasien satu dengan yang lain.
Umur : untuk memastikan usia dan sebagai identitas.
Suku/bangsa : Untuk mengetahui adat istiadat sehingga mempermudah
dalam melaksanakan tindakankebidanan.
Agama : Untuk memperoleh informasi tentang agama yang dianut
Pendidikan : Untuk memudahkan bidan memperoleh keterangan atau
dalam memberikan informasi mengenai suatu hal dengan menggunakan
cara yang sesuai dengan pendidikan.
Pekerjaan : Untuk mengetahui apakah remaja terlalu lelah dalam
pekerjaan yang berhubungan dengan keseimbangan tubuh.
2. Dataobjektif
a) KeadaanUmum : Bagaimana keadaan pasien dengan anemia.
b) Tanda-tandavital
Tekanan darah : Untuk mengetahui tekanan darah pasien dengan
anemia.
Nadi : Untuk mengetahui nadi pasien dengan anemia.
Respirasi : Untuk mengetahui respirasi pasien dengan anemia.
Suhu : Untuk mengetahui suhu pasien dengan anemia.
3. Pemeriksaan fisik
Muka : untuk mengetahui adanya pembengkakan pada wajah.
Mata : untuk melihat sklera dankonjungtiva.
Leher : untuk mengetahui adanya pembengkakan kelenjar tiroid, limfe
dan vena jugularis.
Payudara: untuk mengetahui bentuk, ukuran, keadaan putting.
Abdomen: untuk mengetahui pembesaran abdomen abnormal.

Anogenital: untuk mengetahui adanya cairan abnormal

Ekstremitas : untuk mengetahui reflek patella dan adanya varices.


4. Pemeriksaan penunjang laboratorium
Pemeriksaan ini dilakukan jika perlu atau jika ada terdapat kelainan saat
pemeriksaan.
b. Interpretasi data dasar
Pada langkah ini dilakukan identifikasi yang benar terhadap diagnosa
atau masalah dan kebutuhan klien, berdasarkan interpretasi yang benar atas
data-data yang dikumpulkan. Data dasar yang telah dikumpulkan
diidentifikasikan sehingga ditemukan masalah atau masalah yang
spefisik.Interpretasi data terdiri dari diagnosa kebidanan, diagnosa masalah
dan diagnosa kebutuhan. Interpretasi data pada remaja dengan anemia
adalah:
1. Diagnosa kebidanan
Merupakan diagnosa yang ditegakkan bidan dalam lingkup praktik
kebidanan dan memenuhi standar nomenklatur diagnosa kebidanan.
Dasar diagnosa tersebut adalah data subjektif berupa pernyataan pasien
yang mengeluh adanya keluar cairan melalui alat kelamin, luka, borok,
kutil, rasa gatal dan rasa nyeri saat kencing.
Hasil data objektif meliputi pemeriksaan umum, fisik, dan ginekologi
serta hasil pemeriksaan penunjang. Diagnosa kebidanan ditulis dengan
lengkap berdasarkan anamnesa, pemeriksaan fisik, dan data penunjang
2. Masalah
Masalah adalah hal-hal yang berkaitan dengan pengalaman klien yang
ditemukan dari hasil pengkajian atau yang ditemukan dari hasil pengkajian
atau yang menyertai diagnosis.Masalah dapat muncul tapi dapat pula tidak.Hal
ini muncul berdasarkan sudut pandang klien dengan keadaan yang dialami
apakah menimbulkan masalah terhadap klien atau tidak. Masalah pada kasus
ini yaitu anemia dengan keluhan sering merasa lelah dan sulit berkonsentrasi.
3. Kebutuhan
Kebutuhan adalah hal-hal yang dibutuhkan oleh klien dan belum
teridentifikasi dalam diagnosis dan masalah yang didapatkan dengan
melakukan analisis data. Kebutuhan yang muncul setelah dilakukan
pengkajian. Ditemukan hal- hal yang membutuhkan asuhan, dalam hal ini
klien tidak menyadari. Kebutuhan klien pada anemia yaitu pemberian tablet
penambah darah.
c. Identifikasi diagnose dan masalah potensial
Diagnosa potensial ditegakkan berdasarkan diagnosa atau masalah yang telah
diidentifikasi. Bidan dituntut untuk tidak hanya merumuskan masalah tetapi juga
merumuskan tindakan antisipasi agar masalah atau diagnosa potensial tidak
terjadi. Sehingga langkah ini merupakan langkah yang bersifat antisipasi yang
rasional atau logis. Diagnosa potensial pada remaja dengan IMS adalah
meningkatkan kerentanan terhadap infeksi karena daya tahan tubuh menurun. Dan
jika berdampak pada jangka panjang, akan mempengaruhi terjadinya kemandulan/
infertilitas. Oleh karena perlu adanya tindakan yang dapat dilakukan oleh bidan
atau tenaga kesehatan.
d. Identifikasi kebutuhan segera
Menentukan kebutuhan klien terhadap tindakan yang segera dilakukan oleh
bidan atau untuk konsultasi, kolaborasi serta melakukan rujukan terhadap
penyimpangan abnormal. Antisipasi pertama yang dilakukan pada IMS adalah
pengobatan dengan pendekatan sindrom.
e. Intervensi
Merupakan pengembangan rencana asuhan yang menyeluruh dan ditentukan
oleh langkah-langkah sebelumnya. Langkah ini merupakan kelanjutan manajemen
terhadap masalah atau diagnosa yang telah diidentifikasi atau diantisipasi.
Rencana harus mencakup setiap hal yang berkaitan dengan semua aspek kesehatan
dan disetujui oleh kedua belah pihak (bidan dan klien).
Rencana yang diberikan pada IMS adalah :
1. Konseling psikologis, sosial, budaya danspiritual
2. Medikamentosa meliputi pemberian obat antibiotik azritromisin dan sefixims
f. Implementasi
Langkah ini merupakan pelaksanaan dari rencana asuhan secara efisien dan aman.
Langkah ini bisa dilakukan seluruhnya oleh bidan atau anggota tim kesehatan
lainnya. Selama melakukan tindakan intervensi, bidan menganalisa dan
memonitor keadaan kesehatanpasiennya.
Pelaksanaan pada anemia adalah:
1. Setelah diberikan konseling psikologis, sosial, budaya dan spiritual diharapkan
pasien atau klien dapat mengerti tentang IMS secara umum.
2. Setelah pemberian antibiotik sefixcim 400gr poSD dan azitromisin 1gr poSD
diharapkan dapat sembuh dan gejala tidak didapatkan lagi
g. Evaluasi
Evaluasi dilakukan untuk mengkaji keefektifan dari asuhan yang sudah diberikan.
Ada kemungkinan bahwa sebagian rencana tersebut efektif sedangkan sebagian
belum efektif. Proses evaluasi ini dilaksanakan untuk menilai mengapa proses
penatalaksanaan efektif / tidak efektif serta melakukan penyesuaian pada rencana
asuhan tersebut.
Evaluasi yang diharapkan pada IMS adalah:
1. Setelah mengkonsumsi antibiotik sefixcim 400gr poSD dan azitromisin 1gr
poSD bakteri GO tidak ditemukan lagi pada hasil pemeriksaan laboratorium
saat kunjungan ulang.
2. Pasien atau klien dapat beraktifitas seperti biasa dan merubah perilaku seksual
pranikah
3. Keadaan umum baik

Pendokumentasian asuhan

kebidanan(SOAP)

1) Subjektif
Menggambarkan pendokumentasian hasil pengumpulan data klien melalui
anamnesis sebagai langkah pertama.
2) Objektif
Menggambarkan pendokumentasian hasil pemeriksaan fisik klien, hasil
laboratorium dan uji diagnostic lain yang dirumuskan dalam data fokus untuk
mendukung asuhan sebagai langkah kedua.
3) Analisa
Menggambarkan pendokumentasian hasil analisis dan interpretasi data subjektif
dan objektif dalam suatu identifikasi:
a) Diagnosis ataumasalah
b) Antisipasi diagnosis / masalahpotensial
c) Perlunya tindakan segera oleh bidan atau dokter, konsultasi / kolaborasi dan /
atau rujukan sebagai langkah II, III,danIV
4) Penatalaksanaan
Penatalaksanaan, mencatat seluruh perencanaan dan penatalaksanaan yang sudah
dilakukan seperti tindakan antisipatif, tindakan segera, tindakan secara
komprehensif, penyuluhan, dukungan, kolaborasi, evaluasi/follow up dari rujukan.
BAB III
TINJAUAN KASUS

ASUHAN KEBIDANAN PADA REMAJA DAN PRANIKAH

1. PENGKAJIAN
1.1 DATA SUBJEKTIF
Anamnesa dilakukan oleh : muhartik Di :poli sakura pkm kandangan
Tanggal : 9/3/2022 Pukul : 08.30
1.1.1 IDENTITAS KLIEN
Nama Klien : sdr “MY” Nama wali/orangtua: Tn S
Umur : 21 thn Umur : 45 thn
Suku/ Bangsa : jawa /Indonesia Suku/ Bangsa : Jawa /Indonesia
Agama : Islam Agama : Islam
Pendidikan : SMA Pendidikan : SD
Pekerjaan : buruh gudang beras Pekerjaan : Tani
Penghasilan : 3 jt Penghasilan : 3 jt
Alamat : dsn Pulerejo 001/019 krecek Badas kediri
:

1.1.2 Alasan kunjungan saat ini


Sakit saat kencing

1.1.3 Keluhan utama


Saat kencing tersa sakit sudah 2 mggu ini jarena habis melakukan hubungan
seksual dengan wps yang di sewa secara on line in merupakan sakit yang kedua
kalinya

1.1.4 Riwayat mimpi basah


a. Usia pertama : 13 tahun
b. Frekuensi : 7 hari
c. Banyaknya : 4cc
d. Nyeri : /tidak (sebelum/selama/sesudah mimpi basah)
e. Warna :ya (sebelum/selama/sesudah mumpi basah
Bila ya: Warna kuning/berbau kadang gatal
f. Status belum menikah
1.1.5 Riwayat kesehatan keluarga
a. Penyakit keturunan :Tidak Ada
Jika ada, sebutkan :
b. Penyakit lain dalam keluarga : Tidak Ada
Jika ada, Sebutkan :

1.1.6 Riwayat kesehatan yang lalu


a. Penyakit menahun : Tidak
b. Penyakit menurun : Tidak
c. Penyakit menular : Tidak

1.1.7 Latar belakang budaya dalam keluarga


a. Kebiasaan/upacara adat istiadat :
b. Kebiasaan keluarga yang menghambat :
c. Kebiasaan keluarga yang menunjang :
d. Dukungan dari keluarga yang lain :

1.1.8 Pola kebiasaan sehari-hari


a. Pola Nutrisi : 3 x/hari, Menu Seimbang : Ya
Keluhan yang dirasakan :
b. Pola Eliminasi :BAK 2 x/hari, BAB 1x/hari Rutin
Keluhan yang dirasakan : kalau kencing sakit dan panas
c. Pola istirahat tidur : 8 jam/Hari
Keluhan yang dirasakan :
d. Pola Aktivitas : Berat
Keluhan yang dirasakan : kerja angkut beras digudang
e. Perilaku seksual : Sudah Pernah melakukan hubungan dengan
wps
yang free on line dimulai bulan September
Keluhan yang dirasakan : sejak 2 minggu ini kalau kencing tersasa panas
lagi dan nyeri
f. Perilaku Kesehatan
Obat-obatan terlarang : Tidak
Jamu : Tidak
Rokok : Ya
Alkohol : Ya kadang kadang
g. Personal Hygiene
Mandi, keramas, gosok gigi : 2 x/hari
Ganti celana dalam : 1 x/hari
Keluhan yang dirasakan :dicelana dalam keluar cairan kuning
setiapi

1.1 DATA OBJEKTIF


1.2.1 Pemeriksaan Umum
a. Kesadaran : Composmetis
b. TD : 110/80 mmHg
c. Suhu : 36,3 o C
d. Nadi : 80 x/menit
e. RR : 16 x/menit
f. BB : 60 Kg
g. IMT : normal
h. TB : 158 Cm
i. LILA : 28 Cm

1.2.2 Pemeriksaan Khusus


a. Kepala
Rambut : Merata
Bentuk : Simetris
Kebersihan : Bersih
b. Muka :
Conjungtiva : tdk Anemis Normal
Sklera : tdk Ikterus Normal
c. Mulut dan gigi : Bibir : Normal
Lidah : Bersih
Gigi : tdk ada Karies
d. Hidung : Simetris : Ya
Sekret : Tidak Ada
Kebersihan : Ya
e. Leher : Pembesaran vena jugularis : Tidak
Pembesaran kelenjar thyroid: Tidak
Pembesaran kelenjar getah bening : Tdk
f. Dada : pembesaran/benjolan : Tidak
Tdk ada Ronchi tdk ada Wheezing
g. Perut : Pembesaran ; Tidak
Riwat bedah : Tidak

h. Anogenital : pada ujung penis mengeluarkan cairan kuning


seperti pus ada luka lecet didekat srotum
Anus : tdk ada luka atau jengger

i. Ekstremitas atas dan bawah : Oedema : Tidak


Varises : Tidak

1.2.3 Pemeriksaan laboratorium tgl 9 maret 2022


- PMN : Negatif
- Diplococcus uretra : Positif
- Clue Cell : Negatif

1.2.4 Pemeriksaan penunjang :

2. ANALISA DATA/DIAGNOSA:
Hari: selasa Tanggal : 9 maret 2022 Jam:08.30

Diagnosa Analisa Data


Sdr “MZ” dengan GO (IMS) DS : Saat kencing tersa sakit sudah 2 mggu ini
jarena habis melakukan hubungan seksual
dengan wps yang di sewa secara on line in
merupakan sakit yang kedua kalinya

DO :
a. Kesadaran : Composmetis
b. TD : 110/80 mmHg
c. Suhu : 36,3 o C
d. Nadi : 80 x/menit
e. RR : 16 x/menit
f. BB : 60 Kg
g. IMT : normal
h. TB : 158 Cm
i. LILA : 28 Cm
pada pemeriksan inspeksi alat kelamin keluar
caiaran kuning pus +

hasil pemeriksaan laborat


-.PMN : Negatif
- Diplococcus uretra : Positif
- Clue Cell : Negatif
- HIV : Non Reaktif
3. DIAGNOSA MASALAH POTENSIAL
Masalah potensial yang mungkin akan terjadi adalah sebagai berikut

a. infertilitas
b. penyakit HIV/AIDS

4. EVALUASI KEBUTUHAN SEGERA


Pada kasus ini alat kelamin mengeluarkan cairan dan bila kencing terasa panas ,maka
diperlukan pemerikasaan cairan kelamin ke laborat dan konsul ke dokter untuk mendapat terapi
lebih lanjut .

5. INTERVENSI

Diagnosa Perencanaan dan Rasional


Sdr “MZ” dengan 1. lakukan pendekatan terapeutik kepada ibu dan
GO (IMS)
keluarga dengan cara salam, sapa, senyum kepada ibu
R/agar terjalin hubungan saling percaya antara nakes
dan klien
2. jelaskan hasil pemeriksaan dan TTV pada ibu.
R/ mengetahui hasil pemeriksaan dan mengerti
3. jelaskan hasil pemeriksaan laborat
R/ mengetahui hasil pemeriksaan dan klien mengerti
4. Anjurkan untuk tidak melakukan hubungan
sekx /abstientensi
R/ agar tidak terjadi penularan yang ping pong dan
penyebuhan cepat terjadi
5. Anjurkan selalu menggunakan kondom
R/ untuk mencegah resiko penularan IMS
6. Selalu menjaga kebersihan alat kelamin
R/ resiko penularan ims semakin kecil
7. Lakukan jadwal kunjungan ulang 1mggu lagi
R/ untuk mengetahui apakahkuman go masih ada dan tx
selanjutnya
8. Jelaskan tentang IMS dan penyebabnya
R/ klien mengetahui tentang ims dan penyebabnya
9. Kolaborasi medic dengan dokter untuk tx
R/ agar cepat sembuh

6. PENATALAKSANAAN
Diagnosa Penatalaksanaan
Sdr “MZ” dengan GO 1.Melakukan pendekatan terapeutik kepada ibu dan
(IMS)
keluarga dengan cara salam, sapa, senyum kepada
ibu
2.Menjelaskan hasil pemeriksaan dan TTV pada ibu.
3.Menjelaskan hasil pemeriksaan laborat
4.Menganjurkan untuk tidak melakukan hubungan
sekx / abstienensia
5.Menganjurkan selalu menggunakan kondom

6..Menanjurkan untuk selalu menjaga kebersihan alat


kelamin
7.Melakukan penjadwalan kunjungan ulang 1mggu
lagi
8. Menjelaskan tantang ims dan penyebabnya
9.. melakukan kolaborasi dengan dokter untuk tx
pengobatan ims go dengan obat paket SD cefiksim
dan Azitromisin

EVALUASI ( tgl 9 maret 2022 jam 11.00)

Subyek Obyek Assesement Planning


Klien mengatakan K/u baik tx oral obat Sdr “MZ” dengan ims Kunjungan ulang 2
paham dan minum cefikxim dan mggu lagi tgl 23
obat di depan azitromysin SD telah maret 2022 untuk
petugas diminum didepan dilakukan
petugas pemeriksaan lab
Pemeriksaan HIV ulang dan 3 bln untuk
/AIDS hasil Non pemeriksaan HIV
Reaktif
BAB IV
PEMBAHASAN
Setelah melakukan asuhan kebidanan pada remaja dan pranikah tidak ditemukan tanda
komplikasi ims pada Sdr “MZ “ untuk saat ini sehingga petugas kesehatan mengindentifikasi
masalah atau diagnose yaitu Sdr “MZ” dengan GO( penyakit IMS)
Pada Sdr “MZ”” setelah dilakukan analisa data maka tidak ada kesenjangan antara teori
dan praktek. Pada teori dilakukan asuhan kebidanan yaitu Anjurkan untuk tidak melakukan
hubungan seks /abstientensi , menganjurkan selalu menggunakan kondom , menganjurkan
untuk selalu menjaga kebersihan alat kelamin.
Pada Puskesmas Kandangan, sudah melakukan prosedur tetap dalam memberikan
asuhan kebidanan pada pasien IMS , sehingga pasien merasakan kepercayaan dan nyaman jika
periksa di puskesmas Kandangan
BAB V
PENUTUP

5.1 Kesimpulan
Pada tinjauan kasus dapat ditarik kesimpulan asuhan kebidanan pada remaja dan
pranikah Sdr “MZ” bahwa pasien memerlukan informasi tentang perkembangan
kesehatannya juga membutuhkan pengetahuan tentang sex pranikah ,kompliksai-
komplikasi dan tanda – tanda bahaya penyakit IMS yang mengancam kesehatan pasien
sehingga pasien tidak lagi melakukan hubungan sex dengan siapapun sebelum menikah .
Dan pasien perlu pengobatan secara berkesinambungan sampai dinyatakan negative GO
dan penyakit IMS lainnya

5.2 Saran
Asuhan pada pasien harus dilakukan secara berkala dengan pemantauan khusus
terutama untuk pemenuhan kebutuhan sexsualitas karena ketidak tahuan atau kurangnya
pengalaman dan informasi tentang menjaga kesehatan agar tidak menderita penyakit IMS
maupun peyakit sexsual lainnya
LAMPIRAN

Anda mungkin juga menyukai