Askeb Remaja Fisol SELESAI 2
Askeb Remaja Fisol SELESAI 2
Oleh:
SAMINI
NIM : 2182B1111
Oleh:
SAMINI
NIM : 2182B1111
i
LEMBAR PENGESAHAN
Laporan praktik dengan judul Asuhan kebidanan pada Remaja ‘’K’’ Umur 18
Tahun Dengan Masalah Keputihan Fisiologis di Poli Obgyn Rsud Ploso Jombang.
Kediri, 2022
Mahasiswa
SAMINI
NIM : 2182B1111
Mengetahui
ii
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan
rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Asuhan Kebidanan
yang berjudul Asuhan kebidanan pada Remaja ‘’K’’ Umur 18 Tahun Dengan
Masalah Keputihan Fisiologis di Poli Obgyn Rsud Ploso Jombang.
Asuhan Kebidanan ini disusun dengan maksud untuk memenuhi tugas sebagai
salah satu syarat kelulusan dari Program Profesi Kebidanan IIK Strada Kediri
Penulis menyadari bahwa tanpa bantuan dan pengarahan dari berbagai pihak,
Asuhan Kebidanan ini tidak dapat diselesaikan dengan baik. Oleh karena itu penulis
mengucapkan terima kasih kepada :
1. Putri Eka Sejati, SST, M.Kes, selaku Dosen Pembimbing yang telah
meluangkan waktu untuk memberikan petunjuk dan bimbingan kepada
penulis.
2. Arie Anggraini, S.Tr.Keb,bd, selaku pembimbing lahan praktek RSUD
Ploso, yang telah bersedia memberikan ijin dan bimbingan pada penulis
dalam pengambilan data.
3. Seluruh dosen dan staff Program Profesi Kebidanan IIK Strada Kediri atas
segala bantuan yang telah diberikan.
4. Semua pihak yang telah membantu dan memberikan dukungan dalam
menyelesaikan Asuhan Kebidanan ini.
Penulis menyadari bahwa dalam penulisan ini masih jauh dari sempurna, oleh
karena itu penulis membuka saran demi kemajuan penelitian selanjutnya. Semoga
Asuhan Kebinanan ini dapat bermanfaat bagi semua pihak.
Penulis
iii
LEMBAR KONSUL
HARI
NO KETERANGAN TTD
TANGGAL
1
6
LEMBAR KONSUL
HARI
NO KETERANGAN TTD
TANGGAL
1
6
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL ........................................................................................ i
LEMBAR PENGESAHAN ............................................................................. ii
KATA PENGANTAR ...................................................................................... iii
DAFTAR ISI ..................................................................................................... iv
DAFTAR PUSTAKA
iv
BAB 1
PENDAHULUAN
1
memang merupakan hal yang wajar. Namun, keputihan yang tidak normal dapat
menjadi petunjuk adanya penyakit yang harus diobati (Manuaba & Ida, 2012).
Wanita disarankan untuk tidak menganggap remeh atau biasa adanya
pengeluaran cairan keputihan sehingga di anjurkan untuk pemeriksaan khusus atau
rutin sehingga dapat menetapkan secara dini penyebab keputihan (Manuaba,
1999). Wanita yang tidak bisa membedakan keputihan fisiologis dan keputihan
patologis tidak akan tahu dirinya mengidap penyakit atau tidak, wanita yang
beranggapan keputihan fisiologis adalah keputihan patologis akan membuat wanita
tersebut merasa tidak nyaman dan merasa cemas dirinya menderita suatu penyakit
kelamin dan jika wanita yang beranggapan keputihan patologis adalah keputihan
fisiologis akan membuat wanita tersebut mengabaikan keputihan yang dideritanya
sehingga penyakit yang diderita bisa semakin parah.
Jika keputihan menyebabkan gatal-gatal dan nyeri di dalam vagina, atau di
sekeliling saluran pembuka vulva, kondisi ini secara umum disebabkan oleh
penyakit, dan tentunya memerlukan pemeriksaan. Tiga jenis utama gangguan
dapat menimbulkan masalah, yaitu candidiasis penyebab paling umum gatal-gatal
pada vagina. Infeksi sering mengenai vulva dan menimbulkan gatal-gatal. Jamur
menyerang sel pada saluran vagina dan sel kulit vulva. Pada beberapa wanita,
jamur masuk ke lapiran sel yang lebih dalam dan beristirahat di sana sampai
diaktifkan kembali karena satu alasan. Sel-sel yang terinfeksi tidak teralu parah
gugur ke dalam vagina, sehingga menyebabkan keputihan. Sekitar 15% wanita
terinfeksi, tetapi gejala keputihan dan gatal-gatal terjadi hanya dalam 3% sampai
5% wanita (Manuaba & Ida, 2012).
Keluarnya cairan dari vagina adalah normal pada usia reproduksi, cairan
tersebut jumlahnya tidak banyak, jernih, tidak bau dan tidak gatal. Secara alami
cairan yang keluar merupakan produksi dari kelenjar di mulut rahim, bercampur
dengan sel-sel vagina, bakteri dan sekresi kelenjar-kelenjar di jalan lahir. Secara
fisiologis keluarnya cairan dapat dijumpai pada saat ovulasi, saat menjelang dan
setelah haid, rangsangan seksual, dan dalam kehamilan. Sifat dan banyaknya
2
keputihan dapat memberi petunjuk ke arah penyebab. Demikian pula halnya
dengan indikasi lain seperti lama keluhan, terus menerus atau pada waktu tertentu
saja, warna, bau disertai rasa gatal atau tidak. Secara alamiah bagian tubuh yang
berongga dan berhubungan dengan dunia luar akan mengeluarkan semacam getah
atau lendir. Demikian pula halnya dengan saluran kelamin wanita (vagina). Dalam
keadaan normal, getah atau lendir vagina adalah cairan bening tidak berbau,
jumlahnya tidak terlalu banyak dan tanpa rasa gatal atau nyeri (Sastro & Sukiman,
2013).
Hampir semua wanita pernah mengalami keputihan, bahkan ada yang sampai
merasa sangat terganggu. Namun, rasa malu untuk diperiksa pada bagian bawah
tubuh yang satu ini, sering kali mengalahkan keinginan untuk sembuh. Belum lagi
masyarakat kita yang tidak terbiasa memeriksa alat kelamin sendiri, sehingga kalau
ada gangguan tertentu tidak segera bisa diketahui. Rasa malu untuk periksa ke dokter
juga menyebabkan banyak wanita mencoba untuk mengobati keputihannya sendiri,
baik dengan obat yang dibeli di toko obat, maupun dengan ramuan tradisional.
Apabila pengobatan yang dilakukan tidak sesuai dengan jenis penyebab keputihan
tersebut, tentu saja pengobatan akan sia-sia. Bahkan, bisa jadi justru menyebabkan
kerugian yang lain. Mestinya, rasa malu tersebut dibuang jauh-jauh. Apalagi, jika
mengingat betapa seriusnya akibat yang dapat ditimbulkan oleh keputihan yang
berkepanjangan tanpa penanganan yang tuntas (Sastro & Sukiman, 2013).
Hasil studi pendahuluan yang dilakukan penulis pada bulan Maret 2022 di Poli
Obgyn RSUD Ploso Jombang, didapatkan data jumlah kasus gangguan reproduksi pada
bulan Maret 2021 sampai Maret 2022 sebanyak 47 orang, terdiri dari menometroragia
sebanyak 23 orang , keputihan (leucorrhea) sebanyak 13 orang amenore sebanyak 11
orang .
Berdasarkan data diatas, angka kejadian flour albus atau keputihan fisiologis
masih tergolong tinggi nomer 2 setelah menometrorargia,dan kasus keputihan pada
remaja ini tergolong fisiologis dan normal. Sehingga penulis tertarik untuk melakukan
3
studi kasus dengan judul “Asuhan Kebidanan Pada Remaja K Umur 18 Tahun dengan
Masalah Keputihan Fisiologis di Poli Obgyn Rsud Ploso Jombang’’.
1.2 Tujuan
1.2.1 Tujuan Umum
Mahasiswa Akademi Kebidanan mampu mengidentifikasi dan memahami
masalah-masalah yang terjadi pada remaja, sebagai peserta didik yang
sudah tingkat akademi diharapkan untuk mencari tahu pemecahan
masalah dan jalan keluarnya. Dengan demikian dalam melaksanakan
Asuhan Kebidanan semua masalah dan penyebabnya dapat ditemukan
dan diatasi bersama-sama dengan menggunakan panduan yang ada yaitu
pendekatan manajemen kebidanan menurut Varney.
4
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Kajian Teori Kasus
1. Konsep Kesehatan Reproduksi
Kesehatan reproduksi adalah sebagai hasil akhir keadaan sehat sejahtera secara
fisik, mental, dan sosial dan tidak hanya bebas dari penyakit atau kecacatan dalam
segala hal yang terkait dengan sistem, fungsi serta proses reproduksi. Kesehatan
reproduksi adalah keadaan sehat secara menyeluruh mencakup fisik, mental dan
kehidupan sosial yang berkaitan dengan alat, fungsi serta proses reproduksi. Dengan
demikian kesehatan reproduksi bukan hanya kondisi bebas dari penyakit, melainkan
bagaimana seseorang dapat memiliki kehidupan seksual yang aman dan memuaskan
sebelum menikah dan sesudah menikah (Kusmiran & Eny, 2011).
2. Pengertian Keputihan
Keputihan merupakan sekresi vaginal abnormal pada wanita. Keputihan yang
disebabkan infeksi biasanya disertai dengan rasa gatal di dalam vagina dan di sekitar
bibir vagina bagian luar. Jika di biarkan dan tidak ditangani sedini mungkin infeksi
ini dapat menjalar dan menimbulkan peradangan ke saluran kencing, sehingga
menimbulkan rasa pedih saat si penderita buang air kecil.
Keputihan dapat dibedakan dalam dua jenis, yaitu keputihan yang normal dan
keputihan yang abnormal. Keputihan normal dapat terjadi pada masa menjelang dan
sesudah menstruasi, pada sekitar fase sekresi antara hari ke 10-16 menstruasi dan juga
melalui rangsangan seksual, sedangkan keputihan abnormal dapat terjadi pada semua
infeksi alat kelamin (infeksi bibir kemaluan, liang senggama, mulut rahim, dan
jaringan penyangga juga penyakit karena hubungan kelamin) (Purnama, 2012).
3. Gejala Dan Tanda Keputihan
Pada keputihan normal gejala dan tandanya sebagian besar berkaitan dengan
siklus menstruasi. Biasanya berupa cairan lengket berwarna putih kekuningan atau
putih kelabu dari saluran vagina. Cairan ini dapat encer ataupun kental dan biasanya
5
pada keputihan yang normal tidak disertai gatal serta akan menghilang dengan
sendirinya.
Sedangkan pada keputihan abnormal gejala dan tandanya biasanya bisa
bervariasi dalam warna, berbau dan disertai keluhan seperti gatal, nyeri atau rasa
terbakar disekitar vagina. Infeksi ini dapat menjalar dan menimbulkan peradangan
pada saluran kencing.
Keputihan juga dapat dialami oleh wanita yang terlalu lelah atau yang daya
tahan tubuhnya lemah. Sebagian besar cairan tersebut berasal dari leher rahim,
walaupun ada yang berasal dari vagina yang terinfeksi atau alat kelamin luar
(Purnama, 2012).
4. Penyebab Keputihan (Olii & Rahmatia, 2015)
Ada berbagai macam penyebab keputihan, antara lain :
1. Faktor kebersihan yang kurang baik
Kebersihan di darerah vagina haruslah terjaga dengan baik. Jika, daerah vagina
tidak dijaga kebersihannya akan menimbulkan berbagai macam penyakit salah
satunya keputhan. Hal ini menyebabkan kelembaban vagina mengalami
peningkatan dan hal ini membuat penyebab infeksi berupa bakteri patogen akan
sangat mudah untuk menyebarnya.
2. Stress
Semua organ tubuh kinerjanya di pengaruhi dan dikontrol oleh otak, maka ketika
reseptor otak mengalami kondisi stress hal ini dapat menyebabkan terjadinya
perubahan dan keseimbangan hormon -hormon dalam tubuh dan hal ini dapat
menimbulkan terjadinya keputihan.
3. Penggunaan obat-obatan
Penggunaan obat antibitok dalam jangka lama bisa menyebabkan sistem imunitas
pada tubuh wanita, dan obat antibiotik biasanya dapat menimbulkan keputihan.
Sedangkan gangguan keseimbangan hormonal dapat juga disebabkan oleh
penggunaan KB.
6
Keputihan dapat ditimbulkan oleh berbagai macam penyebab, berikut ini
merupakan sebagian besar penyebab keputihan yang dialami oleh wanita Indonesia :
1. Menggunakan WC umum yang kotor, sehingga rawan terinfeksi oleh bakteri,
virus, jamur, dan sebagaianya.
2. Ketika selesai buang air kecil, hanya membasuh organ intim dengan tissue saja,
dan tidak membilasnya dengan air.
3. Menggunakan pakaian dalam yang sangat ketat, apalagi terbuat dari bahan
sintesis.
4. Melakukan cara pembilasan vagina dengan arah yang salah, umumnya
melakukan dari arah anus ke arah vagina, yang benar adalah dari vagina ke arah
anus.
5. Kurangnya menjaga kebersihan organ intim.
6. Melakukan pertukaran pemakaian handuk/celana dalam dengan orang lain.
7. Mengalami stress dan kelelahan.
8. Tidak sering mengganti pembalut saat menstruasi.
9. Sering menggaruk – garuk pada daerah organ intim.
10. Tinggal di lingkungan yang kotor.
11. Mandi dengan berendam air hangat. Jamur penyebab keputihan suka tinggal pada
daerah yang hangat.
12. Sering berganti pasangan seksual.
13. Memakai pembalut/pantyliner yang tidak berkualitas (terbuat dari bahan daur
ulang & mengandung pemutih).
Gangguan yang dapat menimbulkan masalah yaitu :
1. Candidosis
Adalah penyebab paling umum pada gatal-gatal pada vagina. Jamur menyerang
sel pada saluran vagina dan sel-sel kulit vulva. Pada beberapa wanita, jamur masuk ke
lapisan sel yang lebih dalam dan beristirahat di sana sampai diaktifkan kembali
karena satu alasan. Sel-sel yang terinfeksi yidak terlalu parah gugur ke dalam vagina
sehingga menyebabkan keputihan. Candida masuk ke vagina dari infeksi jamur pada
7
jalur khusus tetapi mungkin menyebar oleh hubungan seks kelamin. Candida tumbuh
lebih cepat jika lingkungan mengandung glukosa dan lebih umum terjadi dalam
kehamilan atau pada wanita penderita diabetes. Namun tidak tertutup kemungkinan
dapat terjadi pada wanita lain.
2. Trichomoniasis
Cairannya banyak, kental, berbuih seperti sabun, bau, gatal, vulva kemerahan,
nyeri bila ditekan atau perih saat buang air kecil. Infeksi vagina terjadi ketika
organisme hidup sangat kecil (disebut trichomonad) masuk ke dalam vagina, biasanya
setelah hubungan kelamin dengan pria yang terinfeksi. Trichomonas menginfeksi
sekitar 1 dalam 10 wanita. Organism ini seukuran dengan sel darah putih dan
mempunyai “bulu getar” serta sebuah ekoryang sangat kuat. Pada kebanyakan wanita
jamur ini hidup dalam saluran vagina yang seperti beledu dan tidak mennimbbulkan
gejala. Pada kebanyakan pria hidupnya dalam saluran kencing di penis. Tetapi pada
beberapa wanita karena sejumlahalasan yang tidak diketahui, ini menyebabkan gatal-
gatal di vagina dan vulva yang cukup parah.
3. Bacterial Vaginosis
Infeksi oleh Gardnerella yang berinteraksi dengan baksil anaerobic yang
biasanya terdapat di vagina. Keputihan itu encer, mempunyai bau amis yang tajam,
dan berwarna abu-abu kotor. Ini disebut “amine vaginosis” karena amine diproduksi
dan menghasilkan bau amis.
4. Virus HPV (Human Papiloma Virus) dan Herpes Simpleks
Sering ditandai dengan kondiloma akumminato atau tumbuh seperti jengger
ayam, cairan berbau tanpa disertai rasa gatal.
Biasanya keputihan dapat terjadi pada :
a. Wanita usia subur
b. Wanita yang sedang hamil
c. Wanita dengan berat badan yang berlebih
d. Wanita yang terkena penyakitkencing manis
e. Wanita yang mengidap penyakit kelainan kelamin
8
f. Para pengguna obat KB dan obat-obatan tertentu
g. Sering berbusana dengan busana sangat ketat
h. Sering memakai atau menggunakan obat pembilas vagina (kimia)
9
bisa semakin parah yaitu terjadinya infeksi dari bakteri, virus, jamur, atau juga parasit
yang bisa menyebabkan terjadinya kasus infeksi menular seksual (Ayuningtyas &
Donatilla, 2011).
10
metronidazole, nystatin dsb. Karena itu, lebih baik mencegah ketimbang
mengobati.
5. Seringkali wanita merasa mampu mengenali sendiri bahwa sedang menderita
keputihan tanpa merasa perlu memeriksakan diri ke dokter untuk memperoleh
pemeriksaan secara lebih detail, namun langsung diobati sendiri dengan obat –
obat keputihan yang dijual bebas. Pada kasus ini, tindakan tersebut cukup
berisiko, karena apabila kurang tepat dalam pengenalan penyakitnya dapat
menyebabkan kurang tepat pula obat yang dipilih, sehingga selain efektivitas
terapi tidak tercapai juga akan berisiko pada munculnya resistensi sehingga
jamur semakin kebal dengan obat.
11
kaum wanita untuk mengganti celana dalam 2x sehari di saat mandi.Apalagi,
jika anda termasuk wanita yang aktif dan mudah berkeringat.
Pada saat menstruasi gunakan pembalut dengan bahan yang lembut
sehingga dapat menyerap dengan baik dan tidak mengandung bahan yang bis
membuat alergi (misalnya parfum atau gel). Pembalut perlu diganti sekitar 4-5
kali dalam sehari untuk menghindari pertumbuhan bakteri yang berkembang
biak pada pembalut.
3. Selalu mencuci tangan sebelum menyentuh vagina Mencuci tangan sebelum
menyentuh vagina penting untuk dilakukan agar mencegah masuknya kuman
masuk ke dalam vagina.
4. Memilih celana dalam
Selalu gunakan celana dalam yang bersih dan terbuat dari bahan katun.
Bahan lain, seperti nylon dan polyester akan emmbuat gerah dan panas
sehingga vagina menjadi lembab sehingga memberikan kesempatan bagi
bakteri dan jamur untuk berkembang biak.
1. Handuk/washlap
Hindari juga menggunakan handuk atau washlap milik orang lain untuk
mengeringkan vagina anda.
2. Mencukur rambut kemaluan
Bagi wanita dianjurkan untuk mencukur sebagian dari rambut kemaluan untuk
menghindari kelembaban yang berlebihan di daerah vagina.
Selain melakukan perawatan daerah kewanitaan, pemeriksaan rutin oleh dokter
juga perlu dilakukan untuk menjaga kesehatan secara menyeluruh dan agar dokter
mengetahui jika terdapat gangguan sehingga dapat segera ditangani.
(Manuaba, 2012)
12
BAB III
TINJAUAN KASUS
3.1 Pengkajian
Tanggal Pengkajian : 17 Maret 2022 Pukul : 10.00 WIB
Oleh : Samini
A. Subjektif
1. Identitas
Nama : NN. K
Umur : 18 tahun
Agama : Islam
Suku : Jawa
Pendidikan : S1
Pekerjaan : mahasiswa
Alamat : Desa Karang mojo RT 003 RW 002 Kec. Plandaan
2. Alasan datang
Nn. K mengatakan ada pengeluaran cairan dari vagina 10 hari
setelah menstruasi, pegeluaran cairan keputihan encer dan tidak
kental/bergumpal, berwarna keruh seperti ingus, tidak berbau dan tidak
gatal, dan cairan hanya sedikit keluar
3. Keluhan Utama
Tidak ada
4. Riwayat Menstruasi
a Menarche : 12 tahun
.
b Siklus : 30 hari, lama 6-7 hari
.
c Banyaknya : Ganti pembalut 2-3 kali/hari saat terasa penuh
.
d Dismeorhe : Tidak pernah
. 13
e HPHT : 01-03-2022
.
f. Fluor Albus : Ada, sebelum menstruasi, warna putih jernih,
tidak bau, tidak gatal
5. Riwayat Pernikahan
Nn. K mengatakan belum menikah
6. Penyuluhan yang pernah didapat
Nutrisi bagi tubuh
7. Riwayat Kesehatan
Tidak sedang ataupun pernah menderita penyakit jantung, hipertensi,
asma, DM, ginjal, TBC, Kelainan darah. Belum pernah melakukan
pemeriksaan hepatitis, IMS dan HIV/AIDS. Tidak ada alergi obat.
8. Riwayat Kesehatan Keluarga
Tidak Ada riwayat penyakit jantung dan hipertensi, DM, ginjal,
jantung, asma, alergi, TBC, HIV, Hepatitis maupun kanker.
9. Pola Kebiasaan yang Memperngaruhi Kesehatan
Tidak Ada
10. Pola Fungsional Kesehatan
a. Nutrisi : Makan 3 kali sehari dengan porsi sedang, buah.
Minum air putih 8-9 gelas sehari. Tidak ada
pantangan/alergi makanan.
b. Eliminasi : Tidak ada keluhan. BAB 1 kali sehari, BAK 5-6 kali
sehari.
c. Istirahat : Tidur malam 7-8 jam, tidak pernah tidur siang
d. Aktivitas : Kerja sejak pukul 09.00 WIB sampai 17.00 WIB
e. Hygiene : Mandi 2 kali sehari, ganti celana dalam 2 kali/hari.
Tidak pernah menggunakan sabun pembersih
kewanitaan.
14
B. Objektif
1. Pemeriksaan Umum
a. Keadaan Umum : baik
b. Kesadaran : composmentis
c. Antropometri :
BB : 48 kg TB : 152 cm
d. Tanda-tanda Vital
TD : 110/70 mmHg
N : 88 x/menit
RR : 22 x/menit
2. Pemeriksaan Fisik
(1) Bentuk tubuh : Normal
(2) Wajah : Wajah tidak pucat
(3) Mata : Konjungtiva merah muda, sklera putih
(4) Telinga : Simetris, tidak ada serumen
(5) Mulut : bibir tidak pucat, lembab tidak kering
(6) Leher : Tidak ada benjolan pada kelenjar tiroid, limfa
(7) Dada : Payudara simetris, tidak ada benjolan yang abnormal,
tidak ada retraksi dada,tidak ada ronkhi dan wheezing
(8) Abdomen : Tidak ada luka bekas operasi, tidak teraba massa,
tidak teraba ballotement.
(9) Ekstremitas : Tidak ada oedema
3. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan Laboratorium
15
- Golongan Darah : ‘’O’’
- HB : Tidak dilakukan
- Planotest : Tidak dilakukan
- HIV & IMS : Tidak dilakukan
- Protein Urine : Tidak dilakukan
- Glukosa Urine : Tidak dilakukan
3.3 Penatalaksanaan
1) Menjelaskan pada pasien tentang terjadi leukorea/keputihan yaitu faktor
kebersihan yang kurang baik, stress, penggunaan obat-obatan, menggunakan
WC umum yang kotor, tidak menjaga kebersihan vagina saat berkemih dan
BAB, menggunakan pakaian dalam yang sangat ketat dan tidak menyerap
keringat, melakukan pembilasan vagina dengan arah yang salah, tidak sering
mengganti pembalut saat menstruasi, sering berganti pasangan seksual dan
menggunakan pembalut yang tidak berkualitas. Menjelaskan kepada pasien
bahwa keputihan yang dialami saat ini adalah wajar/fisiologis dikarenakan
keputihan akan terjadi sebelum dan sesudah menstruasi, sehingga di harapkan
pasien untuk tidak khawatir/cemas atas yang terjadi pada pasien saat ini.
2) Mengajari pasien untuk menjaga vulva hygiene yang benar seperti : Selalu
cuci daerah keperempuanan dengan air bersih setelah buang air, jangan hanya
menyekanya dengan tisu, Jaga daerah keperempuanan tetap kering, Hindari
betukar celana dalam dengan teman atau saudara, Potonglah secara berkala
bulu disekitar kemaluan dan Dalam kasus keputihan, pencegahan bisa
dilakukan dengan berbagai cara seperti menggunakan alat pelindung,
pemakaian obat seperti antibiotik jika keputihan patologis
16
3) Menyarankan kepada pasien untuk mengurangi mengonsumsi makanan dari
luar/jungfood dan lebih baik mengonsumsi makanan yang dioalah
sendiri/makanan rumah
4) Menganjurkan kepada pasien untuk memakan buah-buahan dan sayur-sayuran
lebih banyak lagi
5) Melakukan pendokumentasian
3.4 Evaluasi
Untuk mengetahui sejauh mana keberhasilan asuhan yang kita berikan kepada
pasien (Sulistyowati, Ari. 2012.). Di dalam evaluasi diharapkan dapat dilakukan
pelayanan Kespro di poli kandungan rsud ploso dan untuk selalu memberikan
pelayanan pada remaja, sehinggan remaja lebih paham dan mengerti tentang
kesehatan reproduksi pada remaja.
Pada kasus Kespro pada Remaja ini dengan hasil pemerisaan keadaan umum
cukup, kesadaran composmentis, TTV : Td : 110/70 mmHg N/RR : 88/22 x/menit
t: 36 c, flouralbus. Rremaja K saat ini hasil pemeriksaan masih dalam batas normal,
dan keadaan keputihan remaja saat ini juga masih dalam keadaan normal dan sehat.
Nn. K sudah merasa tenang dan nyaman setelah dilakukan pemerisaan dan
diberikan penjelasan bahwa Nn. K masih tetap dalam keadaan sehat. Dan Pada
langkah ini penulis tidak menemukan kesenjangan antara teori dengan kasus di lahan
praktek.
17
BAB IV
PEEMBAHASAN
A. Pembahasan
Berdasarkan hasil pengkajian Nn. K umur 18 tahun mengalami keputihan
fisiologis. Menurut (Purnama, 2012) Keputihan normal dapat terjadi pada masa
menjelang dan sesudah menstruasi, pada sekitar fase sekresi antara hari ke 10-16
menstruasi dan juga melalui rangsangan seksual. Menurut (Ayuningtyas & Donatilla,
2011) ciri – ciri dari keputihan fisiologis yaitu cairan keputihannya encer, cairan yang
keluar berwarna krem atau bening, cairan yang keluar tidak berbau, tidak
menyebabkan gatal dan jumlah cairan yang keluar terbilang sedikit. Sesuai dengan
teori, penulis mengatakan bahwa Nn. K dengan keluhan adanya pengeluaran cairan
dari vagina setelah 13 hari setelah menstruasi, pegeluaran cairan keputihan encer dan
tidak kental/bergumpal, berwarna keruh seperti ingus, tidak berbau dan tidak gatal,
dan cairan hanya sedikit keluar. Sesuai dengan pernyataan tersebut bahwa Nn. K
mengalami keputihan fisiologis.
Menurut asumsi penulis, bahwa Keputihan pada Nn. K karena faktor fisiologis,
menurut teori (Ayuningtyas & Donatilla, 2011) keputihan keluar pada saat menjelang
dan sesudah menstruasi atau pada saat stress dan kelelahan itu adalah fisiologis
(dalam keadaan normal).
Keputihan dapat dicegah dengan Selalu cuci daerah keperempuanan dengan air
bersih setelah buang air, jangan hanya menyekanya dengan tisu, Jaga daerah
keperempuanan tetap kering, Hindari betukar celana dalam dengan teman atau
saudara, Potonglah secara berkala bulu disekitar kemaluan dan Dalam kasus
keputihan, pencegahan bisa dilakukan dengan berbagai cara seperti menggunakan alat
pelindung, pemakaian obat seperti antibiotik jika keputihan patologis (Olii &
Rahmatia, 2015).
Pada kasus Nn. K dengan keputihan fisiologis mendapatkan penkes tentang
pencegahan keputihan dan mendapatkan penkes tentang perawatan vagina (vulva
18
hygiene). Penatalaksanaan sesuai dengan teori atau penelitian yang ada maka tidak
terdapat kesenjangan antara teori dan penatalaksanaan kasus.
19
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Kesimpulan dari kasus Nn. K umur 18 tahun dengan Keputihan Fisiologis
di Poli Obgyn RSUD Ploso Jombang adalah :
1. Keadaan ibu Nn. K umur 18 tahun sesuai dengan ciri dari Keputihan Fisiologis
2. Nn. K umur 18 tahun mengalami Keputihan terjadi karena faktor fisiologis
pada masa sebelum dan setelah menstruasi dan terjadi pada hari 10-16 hari
menstruasi
B. Saran
Diharapkan kepada tenagakesehatan khususnya bidan agar memberikan
penkes dengan penyuluhan terjadinya keputihan sehingga pasien dapat mencegah,
menangani dan melakukan perawatan pada keputihan agar tidak terjadi keputihan
patologis.
Diharapkan kepada mahasiswa kebidanan mampu menerapkan asuhan
kebidanan pada remaja khususnya pada Keputihan.
20
DAFTAR PUSTAKA