Anda di halaman 1dari 23

MAKALAH

EVALUASI AKHIR SEMESTER PRA PROFESI BIDAN ( CRITICHAL


THINKING) MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERFIKIR KRITIS

Dosen Pengampu : Ita Eko Suparni, SSiT., M.Keb

Oleh :

HENI PURWANTI

NIM . 202208058

PROGRAM STUDI PROFESI KEBIDANAN

STIKES KARYA HUSADA KEDIRI

2022

i
ii

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah puji syukur kami panjatkan kepada Allah SWT, karena atas
ridho Allah SWT kami dapat menyelesaikan makalah ini yang berjudul
Meningkatkan Kemampuan Berfikir Kritis . Tak ada gading yang tak retak, dan
kita tahu semua walaupun manusia merupakan makhluk yang sempurna ciptaan
Allah SWT dari makhluk lainnya, tetapi tak ada satupun manusia yang tak luput
dari kesalahan, jadi apabila ada kesalahan dalam makalah ini kami mohon maaf
sebesar-besarnya. Kritik dan saran yang mendukung untuk kebaikan makalah ini
sangat kami harapkan, semoga makalah ini dapat berguna bagi kita semua, amin.

Samarinda, 05 Desember 2022

Heni Purwanti
iii

DAFTAR ISI

Halaman Judul...................................................................................................... i
Kata Pengantar ................................................................................................... ii
Daftar Isi.............................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN .................................................................................. 1
A. Latar Belakang.................................................................................... 1
B. Tujuan ................................................................................................ 2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ...................................................................... 3
A. Konsep Berpikir Keritis .................................................................... 3
1. Berpikir kritis ................................................................................. 4
2. Pengertian ....................................................................................... 5
3. Karakteristik Berpikir Kritis .......................................................... 6
4. Fungsi Berpikir Kritis ..................................................................... 7
5. Tingkatan Berpikir Kritis................................................................ 7
6. Model Berpikir Kritis ..................................................................... 8
7. Aspek-Aspek Dalam Berpikir Kritis .............................................. 8
8. Unsur-Unsur Dalam Berpikir Kritis ............................................. 10
9. Pentingnya Berpikir Kritis ............................................................ 12
10. Cara Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis ....................... 14
BAB III PEMBAHASAN ............................................................................... 16
A. Analisis Penerapan Kemampuan Berpikir Kritis ........................... 16
1. Jurnal I .......................................................................................... 18
2. Jurnal II ......................................................................................... 19
3. Jurnal III ....................................................................................... 20
BAB IV PENUTUP ......................................................................................... 23
A. Kesimpulan ..................................................................................... 23
B. Saran ................................................................................................ 23
DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................... 24
LAMPIRAN
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Proses berpikir ini dilakukan sepanjang waktu sejalan dengan
keterlibatan kita dalam pengalaman baru dan menerapkan pengetahuan
yang kita miliki, kita menjadi lebih mampu untuk membentuk asumsi, ide-
ide dan membuat kesimpulan yang valid, semua proses tersebut tidak
terlepas dari sebuah proses berpikir dan belajar. Keterampilan kognitif yang
digunakan dalam berpikir kualitas tinggi memerlukan disiplin intelektual,
evaluasi diri, berpikir ulang, oposisi, tantangan dan dukungan. Berpikir
kritis adalah proses perkembangan kompleks yang berdasarkan pada pikiran
rasional dan cermat menjadi pemikir kritis adalah denominator umum untuk
pengetahuan yang menjadi contoh dalam pemikiran yang disiplin dan
mandiri (Insani et al. 2017).
Berpikir merupakan suatu proses yang berjalan secara
berkesinambungan mencakup interaksi dari suatu rangkaian pikiran dan
persepsi, sedangkan berpikir kritis merupakan konsep dasar yang terdiri dari
konsep berpikir yang berhubungan dengan proses belajar dan kritis itu
sendiri berbagai sudut pandang selain itu juga membahas tentang komponen
berpikir kritis dalam keperawatan yang di dalamnya dipelajari karakteristik,
sikap dan standar berpikir kritis, analisis, pertanyaan kritis, pengambilan
keputusan dan kreatifitas dalam berpikir kritis (Insani et al. 2017).
Manajemen asuhan kebidanan merupakan suatu proses pemecahan
masalah dalam kasus kebidanan yang dilakukan secara sistematis, diawali
dari pengkajian data (data subjektif dan objektif) dianalisis sehingga
didapatkan diagnosa kebidanan aktual dan potensial, masalah dan
kebutuhan, adanya perencanaan, pelaksanaan hingga evaluasi, sistem
dokumentasi Subjektif, Objektif, Manajemen asuhan kebidanan yang
dilakukan akan dipertanggungjawabkan melalui Assesment, Planning (SOAP)
serta catatan perkembangan. Seorang profesi bidan, sangat penting untuk

1
2

mempertajam proses berpikir kritis untuk mengantisipasi diagnosa dan


masalah potensial sehingga tercapainya asuhan yang berkualitas dan tepat
sasaran.. Penyebab kematian ibu cukup kompleks, dapat digolongkan atas
penyebab langsung (faktor- faktor reproduksi, komplikasi obstetric) dan
tidak langsung (3 terlambat, pengetahuan, sosio-ekonomi). Salah satu
bagian 3 terlambat yaitu terlambat mendapatkan pertolongan yang juga bisa
disebabkan oleh penolong atau tenaga kesehatan. Perlu adanya tindakan
awal yang bersifat preventif agar meminimalkan kasus tersebut, salah
satunya adalah membiasakan diri bagi seorang bidan atau tenaga kesehatan
untuk berpikir kritis, rasional terhadap setiap tindakan yang dilakukan,
setiap melakukan manajemen asuhan kebidanan.

B. Tujuan Umum
Makalah ini bertujuan untuk menganalisis bagaimana penerapan
berfikir kritis dalam kehidupan sebagai seorang bidan
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Berpikir Kritis


1. Pengertian Berpikir
Sebelum kita mengetahui apa itu pengertian berpikir kritis ada
baiknya kita mengetahui terlebih dahulu mengenai pengertian berpikir.
Berpikir adalah aktivitas yang sifatnya mencari idea tau gagasan dengan
menggunakan berbagai ringkasan yang masuk akal. Tri Rusmi dalam
Perilaku Manusia (1996), mengatakan berpikir adalah suatu proses sensasi,
persepsi, dan memori/ ingatan, berpikir mengunakan lambang (visual atau
gambar), serta adanya suatu penarikan kesimpulan yang disertai proses
pemecahan masalah.
Berpikir adalah menggunakan pikiran dan mencakup membuat
pendapat, membuat keputusan, menarik kesimpulan, dan merefleksikan
(Gordon, 1995 ). Berpikir merupakan suatu proses yang aktif dan
terkoordinasi ( Chaffe, 1994 ). Dalam kaitannya dengan keperawatan,
berpikir kritis adalah reflektif, pemikiran yang masuk akal tentang masalah
keperawatan tanpa ada solusi dan difokuskan pada keputusan apa yang
harus diyakini dan dilakukan ( Katako-Yahiro dan Saylor, 1994). Jadi yang
merupakan pengertian berpikir merupakan suatu proses yang berjalan
secara berkesinambungan mencakup interaksi dari suatu rangkaian pikiran
dan persepsi.
a. Teknik Berpikir
Berpikir memiliki berbagai macam teknik, antara lain; berpikir
austik, berpikir realistic, berpikir kreatif dan berpikir evaluative.
1) Berpikir Austik
Pada saat melamun seseorang menghayal dan sering berfantasi
memikirkan sesuatu yang terkadang tidak sesuai dengan keadaan.
Setiap orang pernah terlibat dengan cara ini, namun harus selalu
terkendali. Oleh karena itu, berpikir austik sering diidentikkan

3
4

dengan melamun. Misalnya, seseorang yang berhayal ingin


mempunyai pesawat terbang.
2) Berpikir Realistic
Berpikir realistic dilakukan oleh seseorang saat menyesuaikan diri
dengan situasi yang nyata. Pada berpikir realistic, seseorang
melihat situasi nyata yang ada, kemudian langsung menarik suatu
kesimpulan, selanjutnya direalisasikan pada penaglaman nyata.
Hal ini disebut berpikir realistic induktif. Misalnya, pada kondisi
bangun kesiangan saat masuk kuliah pagi, seseorang akan
memikirkan alternative untuk tidak bangun kesiangan.
Selanjutnya, jika seseorang berpikir dengan melihat pengalaman
sebelumnya, kemudian menarik suatu kesimpulan dari situasi yang
ada, disebut berpikir realistis deduktif.
3) Berpikir Kreatif
Berpikir kreatif dilakukan untuk menemukan sesuatu yang baru.
Berpikir kreatif memerlukan stimulus atau rangsangan dari
lingkungan yang dapat memicu seseorang berkreativitas.
Seseorang baru dikatakan berpikir kreatif jika ada perubahan atau
menciptakan sesuatu yang baru. Berpikir kreatif dilakukan
berdasarkan manfaat atau tujuan yang pasti, menyelesaikan dengan
baik suatu masalah, dan menghasilkan ide yang baru atau menata
kembali ide lama dalam bentuk baru.
4) Berpikir Evaluatif
Pada saat seseorang berpikir evaluative, berarti ia mempelajari dan
menilai baik buruknya suatu keadaan, tepat tidaknya suatu gagasan
, serta perlu tidaknya perubahan suatu gagasan. Misalnya, ketika
seseorang merencanakan membeli jas baru, keuntungan dan
kerugiannya, serta apakahtepat jika membeli jika kondisi tidak
memungkinkan.
2. Pengertian Berpikir Kritis
Berfikir kritis adalah suatu proses dimana seseorang atau individu
dituntut untuk menginterpretasikan dan mengevaluasi informasi untuk
5

membuat sebuah penilaian atau keputusan berdasarkan


kemampuan,menerapkan ilmu pengetahuan dan pengalaman. ( Pery &
Potter,2005). Menurut Bandman dan Bandman (1988), berpikir kritis
adalah pengujian secara rasional terhadap ide-ide, kesimpulan, pendapat,
prinsip, pemikiran, masalah, kepercayaan dan tindakan. Menurut Strader
(1992), bepikir kritis adalah suatu proses pengujian yang menitikberatkan
pendapat tentang kejadian atau fakta yang mutakhir dan
menginterprestasikannya serta mengevaluasi pandapat-pandapat tersebut
untuk mendapatkan suatu kesimpulan tentang adanya perspektif/
pandangan baru.
Berpikir kritis adalah suatu proses berpikir sistematik yang penting
bagi seorang profesional. Berpikir kritis akan membantu profesional dalam
memenuhi kebutuhan klien. Berpikir kritis adalah berpikir dengan tujuan
dan mengarah-sasaran yang membantu individu membuat penilaian
berdasarkan data bukan perkiraan (Alfaro-LeFevre 1995). Berpikir kritis
berdasarkan pada metode penyelidikan ilmiah, yang juga menjadi akar
dalam proses keperawatan. Berpikir kritis dan proses keperawatan adalah
krusial untuk keperawatan profesional karena cara berpikir ini terdiri atas
pendekatan holistik untuk pemecahan masalah.
Berpikir kritis adalah proses perkembangan kompleks yang
berdasarkan pada pikiran rasional dan cermat. Menjadi pemikir kritis
adalah sebuah denominator umum untuk pengetahuan yang menjadi contoh
dalam pemikiran yang disiplin dan mandiri. Pengetahuan didapat, dikaji
dan diatur melalui berpikir. Keterampilan kognitif yang digunakan dalam
berpikir kualitas-tinggi memerlukan disiplin intelektual, evaluasi-diri,
berpikir ulang, oposisi, tantangan, dan dukungan (Paul, 1993). Berpikir
kritis mentransformasikan cara individu memandang dirinya sendiri,
memahami dunia. dan membuat keputusan (Chafee 1994).
Jadi yang dimaksud dengan berpikir kritis merupakan suatu tehnik
berpikir yang melatih kemampuan dalam mengevaluasi atau melakukan
penilaian secara cermat tentang tepat-tidaknya ataupun layak-tidaknya
suatu gagasan yang mencakup penilaian dan analisa secara rasional tentang
6

semua informasi, masukan, pendapat dan ide yang ada, kemudian


merumuskan kesimpulan dan mengambil suatu keputusan.
Bahwa untuk mendapatkan suatu hasil berpikir yang kritis,
seseorang harus melakukan suatu kegiatan (proses) berpikir yang
mempunyai tujuan (purposeful thinking), bukan “asal” berpikir yang tidak
diketahui apa yang ingin dicapai dari kegiatan tersebut. Artinya, walau
dalam kehidupan sehari-hari seseorang sering melakukan proses berpikir
yang terjadi secara “otomatis” (misal; dalam menjawab pertanyaan “siapa
namamu?”). Banyak pula situasi yang memaksa seseorang untuk
melakukan kegiatan berpikir yang memang di “rencanakan” ditinjau dari
sudut “apa” (what), “bagaimana” (how), dan “mengapa” (why). Hal ini
dilakukan jika berhadapan dengan situasi (masalah) yang sulit atau baru.
3. Karakteristik Berpikir Kritis
Karakteristik berpikir kritis adalah :
a. Konseptualisasi
Konseptualisasi artinya proses intelektual membentuk suatu konsep.
Sedangkan konsep adalah fenomena atau pandangan mental tentang realitas,
pikiran-pikiran tentang kejadian, objek, atribut, dan sejenisnya. Dengan
demikian konseptualisasi merupakan pikiran abstrak yang digeneralisasi
secara otomatis menjadi simbol-simbol dan disimpan dalam otak.
b. Rasional dan beralasan.
Artinya argumen yang diberikan selalu berdasarkan analisis dan mempunyai
dasar kuat dari fakta fenomena nyata.
c. Reflektif
Artinya bahwa seorang pemikir kritis tidak menggunakan asumsi atau
persepsi dalam berpikir atau mengambil keputusan tetapi akan menyediakan
waktu untuk mengumpulkan data dan menganalisisnya berdasarkan disiplin
ilmu, fakta dan kejadian.
d. Bagian dari suatu sikap.
Yaitu pemahaman dari suatu sikap yang harus diambil pemikir kritis akan
selalu menguji apakah sesuatu yang dihadapi itu lebih baik atau lebih buruk
dibanding yang lain.
e. Kemandirian berpikir
7

Seorang pemikir kritis selalu berpikir dalam dirinya tidak pasif menerima
pemikiran dan keyakinan orang lain menganalisis semua isu, memutuskan
secara benar dan dapat dipercaya.
f. Berpikir adil dan terbuka
Yaitu mencoba untuk berubah dari pemikiran yang salah dan kurang
menguntungkan menjadi benar dan lebih baik.
g. Pengambilan keputusan berdasarkan keyakinan.
Berpikir kritis digunakan untuk mengevaluasi suatu argumentasi dan
kesimpulan, mencipta suatu pemikiran baru dan alternatif solusi tindakan
yang akan diambil.
4. Fungsi Berpikir Kritis Dalam Kebidanan
Berikut ini merupakan fungsi atau manfaat berpikir kritis dalam
kebidanan adalah sebagai berikut :
a. Penggunaan proses berpikir kritis dalam aktifitas kebidanan sehari-hari.
b. Membedakan sejumlah penggunaan dan isu-isu dalam kebidanan.
c. Mengidentifikasi dan merumuskan masalah kebidanan.
d. Menganalisis pengertian hubungan dari masing-masing indikasi,
penyebab dan tujuan, serta tingkat hubungan.
e. Menganalisis argumen dan isu-isu dalam kesimpulan dan tindakan yang
dilakukan.
f. Menguji asumsi-asumsi yang berkembang dalam kebidanan.
g. Melaporkan data dan petunjuk-petunjuk yang akurat dalam kebidanan.
h. Membuat dan mengecek dasar analisis dan validasi data kebidanan.
i. Merumuskan dan menjelaskan keyakinan tentang aktifitas kebidanan.
j. Memberikan alasan-alasan yang relevan terhadap keyakinan dan
kesimpulan yang dilakukan.
k. Merumuskan dan menjelaskan nilai-nilai keputusan dalam kebidanan.
l. Mencari alasan-alasan kriteria, prinsip-prinsip dan aktifitas nilai-nilai
keputusan.
m. Mengevaluasi penampilan kinerja perawat dan kesimpulan asuhan
kebidanan.
8

5. Model Berpikir Kritis


Kataoka -Yahiro dan Saylor telah mengembangkan suatu model
tentang berpikir kritis untuk penilaian keperawatan. Model ini
mendefinisikan hasil dari perpikir kritis sebagai penilaian kebidanan yang
relevan atau sesuai dengan masalah-masalah kebidanan dalam kondisi yang
bervariasi. Model ini dirancang untuk peniaian kebidanan ditingkat
pelayanan, pengelolaan dan pendidikan. Ketika seorang perawat berada di
pelayanan, model ini mengemukakan lima komponen berpikir kritis yang
mengarahkan bidan untuk membuat rencana tindakan agar asuhan
kebidanan aman dan efektif.
a. Dasar Pengetahuan Khusus
Komponen pertama berpikir kritis adalah dasar pengetahuan khusus
perawat dalam keperawatan. Dasar pengetahuan ini beragam sesuai
dengan program pendidikan dasar keperawatan dari jenjang mana
perawat diluluskan, pendidikan berkelanjutan tambahan, dan setiap
gelar tingkat lanjut yang didapatkan perawat.
b. Dasar pengetahuan perawat mencakup informasi dan teori dari ilmu
pengetahuan alam, humaniora, dan keperawatan yang diperlukan untuk
memikirkan masalah keperawatan. Informasi tersebut memberikan data
yang digunakan dalam berbagai proses berpikir kritis. Penting artinya
bahwa dasar pengetahuan ini mencakup pendekatan yang menguatkan
kemampuan perawat untuk ber[ikir secara kritis tentang masalah
kebidanan.
c. Pengalaman
Komponen kedua dari model berpikir kritis adalah pengalaman dalam
kebidanan. Kecuali bidan mempunyai kesempatan untuk berpraktik di
dalam lingkungan klinik dan membuat keputusan tentang perawat
klien, berpikir kritis tidak akan pernah terbentuk. Ketika bidan harus
menghadapi klien, informasi tentang kesehatan dapat diketahui dari
mengamati, merasakan, berbicara dengan klien, dan merefleksikan
secara aktif pada pengalaman.
9

d. Pengalaman bidan dalam peraktik klinik akan mempercepat proses


berpikir kritis karena ia akan berhubungan dengan kliennya, melakukan
wawancara, observasi, pemeriksaan fisik, dan membuat keputusan
untuk melakukan perawatan terhadap masalah kesehatan.
Pengalaman adalah hasil interaksi antara individu melalui alat indranya
dan stimulus yang berasal dari beberapa sumber belajar. Menurut
Rowntree pada proses belajar ada lima jenis stimulus atau rangsangan
yang berasal dari sumber belajar.
1) Interaksi manusia (verbal dan nonverbal), adalah interaksi antara
manusia baik verbal maupun nonverbal.
2) Realita (benda nyata, orang dan kejadian), adalah rangsangan yang
meliputi benda-benda nyata, peristiwa nyata, binatang nyata, dan
sebagainya.
3) Pictorial representation, adalah jenis rangsangan gambar yang
mewakli suatu objek dan peristiwa
4) Written symbols, adalah lambang tertulis yang dapat disajikan dalam
berbagai macam media.
5) Recorded sound, adalah rangsangan dengan suara rekaman yang
membantu mengontrol realitas mengingat bahwa suara senantiasa
berlangsung atau jalan terus.
e. Kompetensi
Kompetensi berpikir kritis adalah proses kognitif yang digunakan
perawat untuk membuat penilaian keperawatan. Terdapat tiga tipe
kompetensi yaitu berpikir kritis umum yang meliputi pengetahuan
tentang metode ilmiah, penyelesaian masalah, dan pembuatan
keputusan., berpikir kritis spesifik dalam situasi klinis yang meliputi
alasan mengangkat diagnose dan membuat keputusan untuk
perencanaan tindakan selanjutnya, dan berpikir kritis spesifik dalam
keperawatan melalui pendekatan proses keperawatan (pengkajian
sampai evaluasi).
f. Sikap untuk Berpikir Kritis
10

Paul (1993) telah meringkaskan sikap-sikap yang merupakan aspek


sentral dari pemikir kritis. Sikap ini adalah nili yang harus ditunjukkan
keberhasilannya oleh pemikir kritis. Individu harus menunjukkan
keterampilan kognitif untuk berpikir secara kritis, tetapi juga penting
untuk memastikan bahwa keterampilan ini digunakan secara adil dan
bertanggung jawab. Berikut ini contoh sikap berpikir kritis.
g. Tanggung gugat
Ketika individu mendekati suatu situasi yang membutuhkan berpikir
kritis, adalah tugas individu tersebut untuk “mudah menjawab” apa pun
keputusan yang dibuatnya. Sebagai perawat professional, perawat harus
membuat keputusan dalam berespons terhadap hak, kebutuhan, dan
minat klien. Perawat harus menerima tanggung gugat untuk apapun
penilaian yang dibuatnya atas nama pasien.
h. Berpikir mandiri
Sejalan dengan seseorang menjadi dewasa dan mendapatkan
pengetahuan baru, mereka belajar mempertimbangkan ide dan konsep
dengan rentang yang luas dan kemudian membuat penilaian mereka
sendiri. Untuk berpikir secara mandiri, seorang menantang cara
tradisional dalam berpikir, dan mencari rasional serta jawaban logis
untuk masalah yang ada
i. Mengambil risiko
Dalam hal ini perawat perlu dibutuhkan niat dan kemauan mengambil
risiko untuk mengenali keyakinan apa yang salah dan untuk kemudian
melakukan tindakan didasarkan pada keyakinan yang didukung oleh
fakta dan dan bukti yang kuat.
j. Kerendahan hati
Penting untuk mengetahui keterbatasan diri sendiri. Pemikir kritis
menerima bahwa mereka tidak mengetahui dan mencoba untuk
mendapatkan pengetahuan yang diperlukan untuk membuat keputusan
yang tepat. Keselamatan dan kesejahteraan klien mungkin berisiko jika
perawat tidak mampu mengenali ketidakmampuannya untuk mengatasi
masalah praktik.
11

k. Integritas
Pemikir kritis mempertanyakan dan menguji pengetahuan dan
keyakinan pribadinya seteliti mereka menguji pengetahuan dan
keyakinan orang lain. Integritas pribadi membangun rasa percaya dari
sejawat dan bawahan. Orang yang mempunyai integritas dengan cepat
berkeinginan untuk mengakui dan mengevaluasi segala
ketidakkonsistenan dalam ide dan keyakinannya.
l. Ketekunan
Pemikir kritis terus bertekad untuk menemukan solusi yang efektif
untuk masalah perawatan klien. Solusi yang cepat adalah hal yang tidak
dapat diterima. Perawat belajar sebanyak mungkin mengenai masalah,
mencoba berbagai pendekatan untuk perawatan, dan terus mencari
sumber tambahan sampai pendekatan yang tepat ditemukan.
m. Kreativitas
Kreativitas mencakup berpikir original. Hal ini berarti menemukan
solusi di luar apa yang dilakukan secara tradisional. Sering kali klien
menghadapi masalah yang membutuhkan pendekatan unik.
n. Standar untuk Berpikir Kritis
Paul (1993) menemukan bahwa standar intelektual menjadi universal
untuk berpikir kritis. Standar professional untuk berpikir kritis mengacu
pada kriteria etik untuk penilaian keperawatan dan kriteria unuk
tanggung jawab dan tanggung gugat professional. Penerapan standar ini
mengharuskan perawat menggunakan berpikir kritis untuk kebaikan
individu atau kelompok. (Kataoka-Yhiro & Saylor, 1994 ).
6. Pentingnya Berpikir Kritis

Berpikir kritis merupakan hal penting yang harus lakukan


diantaranya karena:

a. Berpikir kritis memungkinkan siswa memanfaatkan potensi seseorang


dalam melihat masalah, memecahkan masalah, menciptakan, dan
menyadari diri.
12

b. Berpikir kritis merupakan keterampilan universal. Kemampuan


berpikir jernih dan rasional diperlukan pada pekerjaan apapun, ketika
mempelajari bidang ilmu apapun, untuk memecahkan masalah apapun,
jadi merupakan aset berharga bagi karir seorang.
c. Berpikir kritis sangat penting di era informasi dan teknologi. Seorang
harus merespons perubahan dengan cepat dan efektif, sehingga
memerlukan keterampilan intelektual yang fleksibel, kemampuan
menganalisis informasi, dan mengintegrasikan berbagai sumber
pengetahuan untuk memecahkan masalah.
d. Berpikir kritis meningkatkan keterampilan verbal dan analitik. Berpikir
jernih dan sistematis dapat meningkatkan cara mengekspresikan
gagasan, berguna dalam mempelajari cara menganalisis struktur teks
dengan logis, meningkatkan kemampuan untuk memahami.
e. Berpikir kritis meningkatkan kreativitas. Untuk menghasilkan solusi
kreatif terhadap suatu masalah tidak hanya perlu gagasan baru, tetapi
gagasan baru itu harus berguna dan relevan dengan tugas yang harus
diselesaikan. Berpikir kritis berguna untuk mengevaluasi ide baru,
memilih yang terbaik, dan memodifikasi bisa perlu.
f. Berpikir kritis penting untuk refleksi diri. Untuk memberi struktur
kehidupan sehingga hidup menjadi lebih berarti (meaningful life), maka
diperlukan kemampuan untuk mencari kebenaran dan merefleksikan
nilai dan keputusan diri sendiri. Berpikir kritis merupakan meta-
thinking skill, ketrampilan untuk melakukan refleksi dan evaluasi diri
terhadap nilai dan keputusan yang diambil, kemudian dalam konteks
membuat hidup lebih berarti yaitu melakukan upaya sadar untuk
menginternalisasi hasil refleksi itu ke dalam kehidupan sehari-hari.
7. Cara Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis

Di dalam kelas atau ketika berinteraksi dengan orang lain, cara-cara


yang dapat dilakukan untuk meningkatkan berpikir kritis adalah:
a. Membaca dengan kritis
Untuk berpikir secara kritis seseorang harus membaca dengan kritis
pula. Dengan membaca secara kritis, diterapkan keterampilan-
13

keterampilan berpikir kritis seperti mengamati, menghubungkan teks


dengan konteksnya, mengevaluasi teks dari segi logika dan
kredibilitasnya, merefleksikan kandungan teks dengan pendapat
sendiri, membandingkan teks satu dengan teks lain yang sejenis.
b. Meningkatkan daya analisis
Dalam suatu diskusi dicari cara penyelesaian yang baik, untuk suatu
permasalahan, kemudian mendiskusikan akibat terburuk yang mungkin
terjadi.
c. Mengembangkan kemampuan observasi atau mengamati
Dengan mengamati akan didapat penyelesaian masalah yang misalnya
menghendaki untuk menyebutkan kelebihan dan kekurangan, pro dan kontra
akan suatu masalah, kejadian atau hal-hal yang diamati. Dengan demikian
memudahkan seseorang untuk menggali kemampuan kritisnya.
d. Meningkatkan rasa ingin tahu, kemampuan bertanya dan refleksi
Pengajuan pertanyaan yang bermutu, yaitu pertanyaan yang tidak mempunyai
jawaban benar atau salah atau tidak hanya satu jawaban benar, akan menuntut
siswa untuk mencari jawaban sehingga mereka banyak berpikir.
Dari hasil penelitian, L. M. Sartorelli dan R. Swartz dalam Hassoubah
(2004: 96-110), beberapa cara meningkatkan keterampilan berpikir kritis
diantaranya adalah dengan meningkatkan daya analisis dan mengembangkan
kemampuan observasi/mengamati.
Menurut Christensen dan Marthin dalam Redhana (2003: 21) bahwa
strategi pemecahan masalah dapat mengembangkan keterampilan berpikir kritis
dan kemampuan siswa dalam mengadaptasi situasi pembelajaran yang baru. Tyler
dalam Redhana (2003: 21) berpendapat bahwa pembelajaran yang memberikan
kesempatan kepada siswa untuk memperoleh keterampilan-keterampilan dalam
pemecahan masalah akan meningkatkan kemampuan berpikir siswa.
BAB III

PEMBAHASAN

A. Analisis Penerapan Berfikir Kritis Dalam Kehidupan Sebagai Seorang


Bidan Dengan Kajian Jurnal
1. Jurnal I (Nasional)
Judul Jurnal “Perilaku Pencarian Pelayanan Kesehatan dan Sanitasi
Lingkungan Kampung Naga Tasikmalaya” penelitian ini dilakukan oleh
Rachmawati, Suhendar, and Suratmi (2022), dalam jurnal setelah di telaah
terdapat masalah terhadap Masyarakat Kampung Naga sampai saat ini
masih teguh memegang adat budaya leluhur. Mereka percaya dan mematuhi
adat istiadat dan falsafah yang diamanatkan para tertuanya dan menolak
intervensi dari pihak luar jika hal itu mencampuri dan merusak kelestarian
kampung tersebut. Terdapat dua aspek yang menghubungkan nilai tradisi
dengan kesehatan masyarakat yaitu perilaku pencarian pelayanan kesehatan
dan sanitasi lingkungan.
Dengan menggunakan metode kualitatif dengan pendekatan survei
yang didukung dengan kajian literatur. Perilaku pencarian pengobatan
masyarakat Kampung Naga masih memilih pengobatan tradisional terlebih
dahulu, dengan menggunakan bahan-bahan dari alam dan bantuan
paraji/dukun. Namun apabila dirasakan tidak sembuh, masyarakat
Kampung Naga memilih melakukan pengobatan modern ke bidan, mantri,
puskesmas dan rumah sakit. Hal ini membuktikan bahwa masyarakat
Kampung Naga masih menerima modernisasi dan intervensi dari luar
selama tidak melanggar hukum adat. Permasalahan pencemaran lingkungan
dan kelayakan penggunaan sanitasi penggunaan jamban cemplung serta
perilaku buang air besardi empang perlu dicarikan solusi dengan
menciptakan akses sanitasi yang layak dan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat
(PHBS).
Sebagai bidan yang berpikir kritis dalam menangani kasus tersebut
ialah dengan mendekati para tetua untuk memperkenalkan bagaimana

18
19

dengan prilaku PHBS atau Pola Hidup Bersih dan Sehat, apa saja
keuntungan da bagaimana cara-cara sederhana untuk melakukan tugas
tersebut.
2. Jurnal II (Nasional)
Judul jurnal penelitian yaitu “Asuhan Kehamilan Dalam Perspektif
Budaya Jawa Di Desa Labuhan Labo Kecamatan Padangsidimpuan
Tenggara Kota Padangsidimpuan Tahun 2015” yang disusun dan di teliti
oleh Juwarni (2015). Dalam jurnalnya setelah di telaah masalah dalam
jurnal tersebut yaitu Indikator kesejahteraan suatu bangsa salah satunya
diukur dari besarnya angka kematian saat persalinan. Makin tinggi angka
kematian tersebut, makin rendah kesejahteraan suatu bangsa. Selain
menunjukkan derajad kesehatan masyarakat dan tingkat kesejahteraan
masyarakat, juga menunjukkan kualitas pelayanan kesehatan. Di Indonesia
angka kematian ibu masih merupakan masalah yang menjadi perioritas di
bidang kesehatan.
Warga Masyarakat Desa Labuhan Labo pada umumnya Suku Jawa
masih melakukan berbagai tradisi jawa. Ibu Hamil di Desa Labuhan Labo
dalam melakukan pemeriksaan kehamilan selain ke tenaga kesehatan juga
dilakukan ke dukun, dimana dukun sangat dipercaya dalam memeriksa
kehamilan.Data Puskesmas Pal IV Pijorkoling Wilayah Desa Labuhan Labo
Kecamatan Padangsidimpuan Tenggara jumlah ibu hamil 621 jiwa dan yang
mengalami resiko tinggi 124 jiwa (25,1%) pada tahun 2013.Informasi yang
diperoleh dari Dinas Kesehatan Kota Padangsidimpuan resiko tinggi ibu
hamil tersebut yang paling banyak di temukan adalah anemia selama
kehamilan yang kemungkinann disebabkan oleh kurangnya asupan gizi dan
suplemen zat besi saat hamil.
Survei pendahuluan yang dilakukan oleh peneliti di Desa Labuhan
Labo Kecamatan Padangsidimpuan Tenggara pada bulan Januari tahun
2015 menemukan beberapa ibu hamil. Ibu hamil tersebut pemeriksaan
kehamilannya ke bidan sesuain anjuran yang telah ditetapkan oleh
pemerintah yaitu minimal 4 kali selama kehamilan tetapi masih ditemukan
ibu hamil yang memeriksakan kehamilannya ke dukun, melakukan ritual
20

adat istiadat, masih percaya terhadap kebiasaan (pijatan urut perut), mitos-
mitos pantang makanan tertentu dan informasi dari bidan bahwa ada ibu
hamil yang mengalami anemia yang kemungkinan akibat kurang
mendapatkan nutrisi seimbang dalam jangka waktu yang lama.
Sebagai Bidan yang berpikir kritis dengan kasus seperti ini sejatinya
dan sebaiknya harus bekerja sama Bersama intas sector, kader dan para tetua
bagaimana menjelaskan dampak anemia terhadap warga, sehinggan tidak
menyianyiakan apapun yang di program kan oleh tenaga kesehatan, dan
edukasi bagaimana penerapan ANC yang terpadu sehingga dapat
mengurangi resiko buruk kehamilan ataupun bayi.
3. Jurnal III (Internasional)
Jurnal III yang berjudul ”An ethnographic investigation of the
maternity healthcare experience of immigrants in rural and urban Alberta,
Canada” dalam penelitian ini yang disusun oleh (Higginbottom et al. 2016),
masalah yang terjadi dalam penelitian ini ialah Kanada adalah salah satu
negara penerima imigran teratas di dunia. Populasi imigran mungkin
menghadapi hambatan struktural dan individu dalam akses dan navigasi
layanan kesehatan di negara baru. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk
menghasilkan pemahaman baru tentang proses yang melanggengkan
kerugian imigran dalam perawatan kesehatan maternitas atan kehamilan ,
dan menyusun intervensi potensial yang dapat meningkatkan pengalaman
dan hasil persalinan bagi perempuan imigran di Kanada.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa kesulitan komunikasi,
kurangnya informasi, kurangnya dukungan sosial (isolasi), kepercayaan
budaya, pelayanan kesehatan yang tidak memadai, dan biaya pengobatan
dan pelayanan hambatan potensial terhadap akses dan navigasi layanan
persalinan oleh perempuan imigran di Kanada. Memiliki layanan yang
berhasil diakses dan dinavigasi, perempuan imigran sering menghadapi
tantangan tambahan yang mempengaruhi tingkat kepuasan dan kualitas
perawatan mereka, seperti kurangnya pemahaman tentang proses informed
consent, kurangnya dianggap oleh para profesional untuk informasi rahasia
21

pasien, waktu konsultasi singkat, rawat inap singkat, dianggap diskriminasi


stereotipe, dan gegar budaya.
Dari hasil penelitian ini dapat ditarik kesimpulan yaitu Meskipun
organisasi dan kebijakan pelayanan kesehatan berusaha untuk
menyamartakan dan kesetaraan dalam penyediaan layanan, hambatan
pribadi dan organisasi dapat membatasi akses perawatan, kecukupan, dan
penerimaan bagi perempuan imigran. Sebuah holistic pendekatan kesehatan
harus mencakup paket informasi kesehatan yang tersedia dalam berbagai
Bahasa atau media. Kesehatan profesional yang merawat beragam populasi
harus diberikan pelatihan dalam kompetensi budaya, dan pemantauan dan
program evaluasi untuk memperbaiki diskriminasi pribadi dan sistemik.
Sebagai bidan yang berpikir kritis dalam kasus diatas,
mengusahakan memberikan masukkan terhadap imigran yang akan bersalin
mempunyai tabungan bersalin , agar kiranya dapat mengeyampingkan
permasalahan pembiayaan yang memungkinkan ibu bersalin tidak
mendapatkan pelayanan kesehatan. Menyiapkan tabungan bersalin sedari
dini apabila merencanakan kehamilan.
BAB IV
PENUTUP

A. Kesimpulan

Berpikir kritis adalah salah satu proses berpikir tingkat tinggi yang dapat
digunakan dalam pembentukan sistem konseptual siswa. Kemapuan berpikir
kritis merupakan kemampuan yang sangat esensial untuk kehidupan, pekerjaan
dan efektif dalam semua aspek kehidupan lainnya. Berpikir secara kritis
menantang individu untuk menelaah asumsi tentang informasi terbaru dan untuk
menginterprestasikan serta mengevaluasi uraian dangan tujuan mencapai
simpulan suatu perspektif baru.

B. Saran

Sebaiknya kita sebagai seorang individu atau seorang bidan bisa berpikir
secara kritis, sehingga dapat mengambil keputusan dengan cepat dan tepat. Serta
dapat menyelesaikan masalah dengan baik.

23
DAFTAR PUSTAKA

Higginbottom, Gina M. et al. 2016. “An Ethnographic Investigation of the


Maternity Healthcare Experience of Immigrants in Rural and Urban Alberta,
Canada.” BMC Pregnancy and Childbirth 16(1): 1–15.

Insani, Aldina Ayunda et al. 2017. “‘Berpikir Kritis’ Dasar Bidan Dalam
Manajemen Asuhan Kebidanan.” Journal of Midwifery 1(2): 21.

Juwarni, Sri. 2015. “Labuhan Labo Kecamatan Padangsidimpuan Tenggara Kota


Padangsidimpuan Tahun 2015.” ilmiah PANNMED 10 no 2: 164–68.

Rachmawati, Faika, Taufik Suhendar, and Tri Suratmi. 2022. “Perilaku Pencarian
Pelayanan Kesehatan Dan Sanitasi Lingkungan Kampung Naga
Tasikmalaya.” Journal Of Human And Education (JAHE) 2(1): 19–26.

24
25

LAMPIRAN

Anda mungkin juga menyukai