Anda di halaman 1dari 18

ESSAY

ASUHAN KEPERAWATAN KLIEN DIABETES MELITUS


PADA LANSIA DENGAN RISIKO TERJADINYA LUKA
DIABETES BERDASARKAN EVIDENCE BASED

Dosen Pembimbing Keperawatan Diabetes Melitus II :


Abdul Majid, S.Kep, Ners, M.Kep

Disusun Oleh :
Kelompok 3

Abiyyu Naufal Susanto (P07120217001)


Ari Ningsih (P07120217011)
Arma Rahmawati (P07120217012)
Ervieta Adistya H. (P07120217018)
Fajar Nur Azizah (P07120217020)

JURUSAN KEPERAWATAN
PROGRAM STUDI SARJANA TERAPAN
POLTEKKES KEMENKES YOGYAKARTA
2020/2021
LEMBAR PENGESAHAN

Essay

Asuhan Keperawatan Klien Diabetes Melitus pada Lansia dengan Risiko


Terjadinya Luka Diabetes Berdasarkan Evidence Based

Disusun Oleh :

Abiyyu Naufal Susanto (P07120217001)

Ari Ningsih (P07120217011)

Arma Rahmawati (P07120217012)

Ervieta Adistya Hargiyati (P07120217018)

Fajar Nur Azizah (P07120217020)

Telah disetujui pada :

Hari/Tanggal :

Dosen Pembimbing

Abdul Majid, S.Kep, Ners, M.Kep


KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, Tuhan Yang Maha Esa, karena
berkat rahmat-Nya lah essay ini dapat terselesaikan tepat pada tenggang waktu yang telah
ditentukan. Shalawat serta salam Allah kiranya akan selalu tercurahkan kepada Nabi
Muhammad SAW beserta keluarga, sahabat, dan pengikutnya hingga akhir zaman. Terima
kasih penulis persembahkan kepada dosen pembimbing, Abdul Majid, S.Kep, Ners,
M.Kep yang telah membimbing, mengarahkan, dan memotivasi penulis sehingga essay ini
dapat tersusun dengan baik.
Pada essay ini, penulis membahas tentang asuhan keperawatan pada lansia dengan
diagnosa medis diabetes melitus yang berisiko menalami luka ulkus debetikum dan beberapa
hal yang terkait di dalamnya. Tujuan pembuatan laporan ini adalah untuk memenuhi salah
satu tugas mata kulia keperawatan diabetes melitus II dengan judul Asuhan
Keperawatan Klien Diabetes Melitus pada Lansia dengan Risiko
Terjadinya Luka Diabetes Berdasarkan Evidence Based. Selain itu, essay ini
juga bertujuan untuk menambah pengetahuan dan memperdalam pemahaman mengenai
asuhan keperawatan lansia diabetes melitus dengan risiko luka ulkus diabetikum dan
hubungannya dengan pandangan asuhan keperawatan. Di sisi lain, penulis juga berharap
essay ini dapat menjadi sumber pengetahuan atau literatur yang bermanfaat bagi seluruh
pembaca.
Penulis menyadari bahwa masih ada kesalahan dan kekurangan dalam pembahasan
materi pada essay ini. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran agar essay ini
dapat berguna di masa yang akan datang. Oleh karena itu penulis mengharapkan masukan
yang membangun agar essay ini menjadi lebih baik. Karena kesempurnaan hanya milik Allah
SWT.

Yogyakarta, 23 Maret 2020

Penulis
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Diabetes Mellitus (DM) adalah suatu kumpulan gejala yang timbul pada
seseorang yang disebabkan oleh karena adanya peningkatan kadar gula (glukosa)
darah akibat kekurangan insulin baik absolut maupun relatif (Suyono, 2014). DM
merupakan penyakit yang menjadi masalah pada kesehatan masyarakat. Oleh karena
itu DM tercantum dalam urutan keempat prioritas penelitian nasional untuk penyakit
degeneratif setelah penyakit kardiovaskuler, serebrovaskuler, rheumatik dan katarak
(Tjokroprawiro, 2013).
Orang lanjut usia mengalami kemunduran dalam sistem fisiologisnya seperti
kulit yang keriput, turunnya tinggi badan, berat badan, kekuatan otot, daya lihat, daya
dengar, kemampuan berbagai rasa (senses), dan penurunan fungsi berbagai organ
termasuk apa yang terjadi terhadap fungsi homeostatis glukosa, sehingga penyakit
degeneratif seperti DM akan lebih mudah terjadi (Rochmah, 2016). Umur secara
kronologis hanya merupakan suatu determinan dari perubahan yang berhubungan
dengan penerapan terapi obat secara tepat pada orang lanjut usia. Terjadi perubahan
respon terhadap beberapa obat seiring dengan bertambahnya umur.
Diabetes Mellitus (DM) pada geriatri terjadi karena timbulnya resistensi
insulin pada usia lanjut yang disebabkan oleh 4 faktor : pertama adanya perubahan
komposisi tubuh, komposisi tubuh berubah menjadi air 53%, sel solid 12%, lemak
30%, sedangkan tulang dan mineral menurun 1% sehingga tinggal 5%. Faktor yang
kedua adalah turunnya aktivitas fisik yang akan mengakibatkan penurunan jumlah
reseptor insulin yang siap berikatan dengan insulin sehingga kecepatan transkolasi
GLUT-4 (glucosetransporter-4) juga menurun. Faktor ketiga adalah perubahan pola
makan pada usia lanjut yang disebabkan oleh berkurangnya gigi geligi sehingga
prosentase bahan makanan karbohidrat akan meningkat. Faktor keempat adalah
perubahan neurohormonal, khususnya Insulin Like Growth Factor-1 (IGF-1) dan
dehydroepandrosteron (DHtAS) plasma (Rochmah, 2016). Prevalensi DM pada lanjut
usia (geriatri) cenderung meningkat, hal ini dikarenakan DM pada lanjut usia bersifat
muktifaktorial yang dipengaruhi faktor intrinsik dan ekstrinsik.
Umur ternyata merupakan salah satu faktor yang bersifat mandiri dalam
pengaruhnya terhadap perubahan toleransi tubuh terhadap glukosa. Dari jumlah
tersebut dikatakan 50% adalah pasien berumur > 60 tahun (Gustaviani, 2013). Pada
sebuah penelitian oleh Cardiovascular Heart Study (CHS) di Amerika dari tahun
1996-1997 didapati hanya 12 % populasi lanjut usia dengan DM yang mencapai kadar
gula darah di bawah nilai acuan yang ditetapkan American Diabetes Association.
Pada penelitian tersebut juga diketahui 50% dari lanjut usia dengan DM mengalami
gangguan pembuluh darah besar dan 33% dari jumlah tersebut aktif mengkonsumsi
aspirin. Disisi lain banyak dari populasi lanjut usia dengan DM memiliki tekanan
darah > 140/90 mmHg, hanya 8% lanjut usia dengan kadar kolesterol LDL < 100
mg/dl. Banyaknya obat yang diresepkan untuk pasien usia lanjut akan menimbulkan
banyak masalah termasuk polifarmasi, peresepan yang tidak tepat dan ketidakpatuhan.
Setidaknya 25% obat yang diresepkan untuk pasien usia lanjut tidak efektif (Prest,
2017).

B. RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan latar belakang masalah maka dapat dirumuskan suatu permasalahan yaitu
bagaimana asuhan keperawatan yang tepat pada lansia dengan diabetes melitus yang
berisiko mengalami luka diabetes?

C. TUJUAN
1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui bagaimana asuhan keperawatan yang tepat pada lansia dengan
diabetes melitus yang berisiko mengalami luka diabetes.
2. Tujuan Khusus
a. Pengertian ulkus diabetikum pada lanjut usia.
b. Etiologi ulkus diabetikum pada lanjut usia.
c. Faktor risiko ulkus diabetikum pada lanjut usia.
d. Patofisiologi ulkus diabetikum pada lanjut usia.
e. Pathway ulkus diabetikum pada lanjut usia.
f. Klasifikasi ulkus diabetikum pada lanjut usia.
g. Manifestasi klinis diabetes melitus pada lanjut usia.
h. Pemeriksaan penunjang pada pasien lanjut usia dengan ulkus diabetikum.
i. Penatalaksanaan pasien lanjut usia dengan ulkus diabetikum.
j. Komplikasi pada pasien lanjut usia dengan ulkus diabetikum.
k. Pengkajian pada pasien dengan ulkus diabetikum.
l. Diagnosa keperawatan pada pasien dengan ulkus diabetikum.
m. Intervensi pada pasien dengan ulkus diabetikum.
n. Evaluasi pada pasien dengan ulkus diabetikum.

D. METODE PENULISAN
Essay ini disusun dengan metode studi literatur dengan mengungkapkan
berbagai teori-teori yang relevan dengan permasalahan lansia dengan diabetes melitus
yang berisiko mengalami luka diabetes sebagai bahan pembahasan yang relevan dan
dapat memperlengkap hasil pembahasan dengan menggunakan beberapa literature,
yaitu berupa jurnal, buku, artikel, dan lainnya yang berhubungan dengan masalah dan
tujuan penelitian. Prosespelaksanaannya adalah dengan mengumpulkan sejumlah
buku, jurnal penelitian ilmiah, dan majalah yang berkenaan dengan maslah dan tujuan
penelitian. Dalam menggunakan teknik studi literatur ini, penulis melakukan
penambahan informasi melalui membaca dan mempelajari beberapa buku yang
berhubungan dengan topik yang sedang dibahas, agar mendapatkan informasi lain
yang dapat mendukung hasil dari pembahasan tersebut. Selain itu, penulis juga
menggunakan metode studi dokumentasi yaitu dengan mempelajari dokumen berisi
catatan peristiwa yang sudah berlalu dalam berbentuk tulisan, gambar, atau karya-
karya monumental dari seseorang tentang asuhan keperawatan pada lansia dengan
diabetes melitus yang beriskio mengalami luka diabetes.
BAB II

TINJAUAN TEORI

A. PENGERTIAN
Ulkus diabetikum merupakan kerusakan yang terjadi sebagian (Partial
Thickness) atau keseluruhan (Full Thickness) pada daerah kulit yang meluas ke
jaringan bawah kulit, tendon, otot, tulang atau persendian yang terjadi pada seseorang
yang menderita penyakit Diabetes Melitus (DM), kondisi ini timbul akibat dari
peningkatan kadar gula darah yang tinggi. Apabila ulkus kaki berlangsung lama, tidak
dilakukan penatalaksanaan dan tidak sembuh, luka akan menjadi terinfeksi. Ulkus
kaki, infeksi, neuroarthropati dan penyakit arteri perifer merupakan penyebab
terjadinya gangren dan amputasi ekstremitas pada bagian bawah (Ikram, A. 2018).
Ulkus diabetikum merupakan salah satu bentuk dari komplikasi kronik
penyakit diabetes mellitus berupa luka terbuka pada permukaan kulit yang dapat
disertai adanya kematian jaringan setempat. Ulkus diabetik merupakan luka terbuka
pada permukaan kulit akibat adanya penyumbatan pada pembuluh darah di tungkai
dan neuropati perifer akibat kadar gula darah yang tinggi sehingga klien sering tidak
merasakan adanya luka, luka terbuka dapat berkembang menjadi infeksi disebabkan
oleh bakteri aerob maupun anaerob. Ulkus kaki pada klien diabetes mellitus yang
telah berlanjut menjadi pembusukan memiliki kemungkinan besar untuk diamputasi
(Nursalam, 2017).
Ulkus diabetikum merupakan komplikasi kronik dari diabetes melllitus
sebagai sebab utama morbiditas, mortalitas serta kecacatan penderita diabetes. Kadar
LDL yang tinggi memainkan peranan penting untuk terjadinya ulkus uiabetik melalui
pembentukan plak atherosklerosis pada dinding pembuluh darah. Ulkus diabetikum
adalah ulkus yang terjadi pada kaki penderita diabetes dan merupakan komplikasi
kronik yang diakibatkan oleh penyakit diabetes itu sendiri. Diabetes melitus (DM)
memiliki berbagai macam komplikasi kronik dan yang paling sering dijumpai adalah
kaki diabetik (diabetic foot) (Sjamsuhidajat, dkk. 2016).
Ulkus diabetikum merupakan luka terbuka pada lapisan kulit sampai kedalam
dermis. Komplikasi ini dapat terjadi karena adanya hiperglikemia dan neuropati yang
mengakibatkan perubahan pada kulit dan otot, sehingga terjadi keseimbangan
distribusi tekanan pada telapak kaki dan selanjutnya akan mempermudah terjadinya
ulkus (Muttaqin, A & Sari, K. 2015).
Ulkus diabetikum adalah infeksi, ulserasi, dan atau destruksi jaringan ikat
dalam yang berhubungan dengan neuropati dan penyakit vaskuler perifer pada tungkai
bawah. Ulkus diabetik disertai invasif kuman saprofit, adanya kuman saprofit tersebut
menyebabkan ulkus berbau (Corwin, E.J. 2015).
Dari beberapa pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa ulkus diabetikum
adalah salah satu komplikasi kronik penyakit diabetes mellitus dimana terjadi
kerusakan di sebagian atau keseluruhan pada daerah kulit yang meluas ke jaringan
bawah kulit, tendon, otot, tulang atau persendian. Ulkus diabetik terjadi akibat adanya
penyumbatan pada pembuluh darah di tungkai dan neuropati perifer akibat kadar gula
darah yang tinggi sehingga klien sering tidak merasakan adanya luka, luka terbuka
dapat berkembang menjadi infeksi. Ulkus diabetik juga disertai invasif kuman
saprofit, adanya kuman saprofit tersebut menyebabkan ulkus berbau.

B. ETIOLOGI
1. Neuropati Diabetik
Neuropati diabetik merupakan salah satu manifestasi dari diabetes mellitus
yang dapat menyebabkan terjadinya luka diabetes. Pada kondisi ini sistem saraf
yang terlibat adalah saraf sensori, motorik dan otonom. Neuropati perifer pada
penyakit diabetes meliitus dapat menimbulkan kerusakan pada serabut motorik,
sensoris dan autonom. Kerusakan serabut motorik dapat menimbulkan kelemahan
otot, sensoris dan autonom. Kerusakan serabut motorik dapat menimbulkan
kelemahan otot, atrofi otot, deformitas (hammer toes, claw toes, kontraktur tendon
achilles) dan bersama dengan adanya neuropati memudahkan terbentuknya kalus.
Kerusakan serabut sensoris yang terjadi akibat rusakanya serabut mielin
mengakibatkan penurunan sensasi nyeri sehingga memudahkan terjadinya ulkus
kaki. Kerusakan serabut autonom yang terjadi akibat denervasi simpatik
menimbulkan kulit kering dan terbentuknya fisura kulit dan edema kaki (Corwin,
E.J. 2015).
2. Angiopati Diabetik
Angiopati diabetik merupakan suatu penyempitan pada pembuluh darah
yang terdapat pada penderita diabetes. Pembuluh darah besar atau kecil pada
penderita diabetes mellitus mudah mengalami penyempitan dan penyumbatan
oleh gumpalan darah. Jika terjai sumbatan pada pembuluh darah sedang atau
besar pada tungkai, maka dapat mengakibatkan terjadinya gangrene diabetic,
yaitu luka pada daerah kaki yang berbau busuk dan berwarna merah kehitaman.
Adapun angiopati dapat menyebabkan terganggunya asupan nutrisi, oksigen
serta antibiotik sehingga kulit sulit sembuh. Dengan kata lain, meningkatnya
kadar gula darah dapat menyebabkan pengerasan, bahkan kerusakan pembuluh
darah arteri dan kapiler (makro/mikroangiopati). Hal ini dapat menyebabkan
berkurangnya asupan nutrisi dan oksigen ke jaringan, sehingga timbul risiko
terbentuknya nekrotik (Syaifuddin, 2018).
3. Pheripheral vascular diseases
Pada pheripheral vascular disease ini terjadi karena adanya arteriosklerosis
dan ateoklerosis. Pada arteriosklerosis terjadi penurunan elastisitas dinding arteri
sedangkan pada aterosklerosis terjadi akumulasi “plaques” pada dinding arteri
berupa; kolesterol, lemak, sel-sel otot halus, monosit, pagosit dan kalsium. Faktor
yang mengkontribusi antara lain perokok, diabetes, hyperlipidemia dan hipertensi
(Sjamsuhidajat, dkk. 2016).
4. Trauma
Penurunan sensasi nyeri pada kaki dapat menyebabkan tidak disadarinya
trauma akibat pemakaian alas kaki. Trauma yang kecil atau trauma yang berulang,
seperti pemakaian sepatu yang sempit menyebabkan tekanan yang berkepanjangan
dapat menyebabkan ulserasi pada kaki (Tambayong, 2015).
5. Infeksi
Infeksi adalah keluhan yang sering terjadi pada pasien diabetes mellitus,
infeksi biasanya terdiri dari polimikroba. Hiperglikemia merusak respon
immunologi, hal ini menyebabkan leukosit gagal melawan patogen yang masuk,
selain itu iskemia menyebabkan penurunan suplai darah yang menyebabkan
antibiotik juga efektif sampai pada luka (Muttaqin, A & Sari, K. 2015).

C. FAKTOR RESIKO
Faktor-faktor yang berpengaruh atas terjadinya ulkus diabetikum dibagi menjadi
factor endogen dan ekstrogen (Nursalam, 2017) :
1. Faktor endogen
a. Genetik, metabolik.
b. Angiopati diabetik.
c. Neuropati diabetik.
2. Faktor ekstrogen
a. Trauma
b. Infeksi
c. Obat

Faktor utama yang berperan pada timbulnya ulkus Diabetikum adalah angipati,
neuropati dan infeksi. Adanya neuropati perifer akan menyebabkan hilang atau
menurunnya sensai nyeri pada kaki, sehingga akan mengalami trauma tanpa terasa
yang mengakibatkan terjadinya ulkus pada kaki gangguan motorik juga akan
mengakibatkan terjadinya atrofi pada otot kaki sehingga merubah titik tumpu yang
menyebabkan ulsestrasi pada kaki klien. Apabila sumbatan darah terjadi pada
pembuluh darah yang lebih besar maka penderita akan merasa sakit pada tungkainya
sesudah ia berjalan pada jarak tertentu. Adanya angiopati tersebut akan menyebabkan
terjadinya penurunan asupan nutrisi, oksigen serta antibiotika sehingga menyebabkan
terjadinya luka yang sukar sembuh, infeksi sering merupakan komplikasi yang
menyertai Ulkus Diabetikum akibat berkurangnya aliran darah atau neuropati,
sehingga faktor angipati dan infeksi berpengaruh terhadap penyembuhan Ulkus
Diabetikum (Arjatmo, T. 2016).

D. PATOFISIOLOGI
Proses masalah kaki pada penderita diabetes mellitus terjadi diawali
dengan adanya hiperglikemi yang dapat menyebabkan terjadinya kelainan neuropati
dan kelainan pada pembuluh darah. Neuropati, baik neuropati sensorik maupun
motoric dan autonom menyebabkan berbagai perubahaan pada otot dan kulit yang
selanjutnya mengakibatkan terjadinya perubahan ditribusi tekanan pada telapak kaki
dan kemudian akan mempermudah terjadinya ulkus. Adanya kerentanan terhadap
infeksi mengakibatkan infeksi mudah merebak menjadi infeksi yang luas. Faktor
aliran darah yang kurang akan lebih lanjut menambah rumitnya pengelolaan kaki
diabetes (Arjatmo, T. 2016).
Ulkus diabetikum terdiri dari adanya kavitas sentral dan biasanya lebih besar
disbanding pintu masuknya, dikelilingi oleh kalus keras dan tebal. Awalnya
pembentukan ulkus berhubungan dengan adanya hiperglikemia yang memberikan
dampak terhadap saraf perifer, keratin, kolagen dan suplai vaskuler. Dengan adanya
tekanan mekanik terbentuk keratin yang keras pada daerah kaki yang mengalami
beban terbesar. Neuropati sensoris perifer dapat menyebabkan terjadinya trauma
berulang yang mengakibatkan terjadinya kerusakan jaringan area kalus. selanjutnya
dapat menyebabkan terbentuknya kavitas yang membesar dan akhirnya ruptur yang
melus sampai ke permukaan kulit dan menimbulkan terjadinya ulkus. Adanya iskemia
dan penyembuhan luka abnormal menghalangi resolusi. Mikroorganisme yang masuk
mengadakan kolonisasi didaerah ini. Drainase yang inadekuat menimbulkan close
space infection. Akhirnya sebagai konsekuensi system imun yang abnormal, bakteri
sulit dibersihkan, dan infeksi menyebar ke jaringan sekitarnya (Muttaqin, A & Sari,
K. 2015).
Menurut (Syaifuddin, 2018) neuropati sensori perifer dan trauma merupakan
penyebab utama terjadinya ulkus. Neuropati lain yang dapat menyebabkan ulkus
adalah neuropati motorik dan otonom. Neuropati adalah sindroma yang menyatakan
beberapa gangguan pada saraf. Pada pasien dengan diabetes beberapa kemungkinan
kondisi dapat menyebabkan neuropati yaitu pada kondisi hiperglikemia aldose
reduktase mengubah glukosa menjadi sorbitol, sorbitol banyak terakumulasi pada
endotel yang dapat mengganggu suplai darah pada saraf sehingga axon menjadi atropi
dan memperlambat konduksi impuls saraf (Corwin, E.J. 2015).
Neuropati sensori menyebabkan terjadinya penurunan sensitifitas terhadap
tekanan atau trauma, neuropati motorik menyebabkan terjadinya kelainan bentuk pada
sendi dan tulang. Neuropati menyebabkan menurunnya fungsi kelenjar keringat pada
perifer yang menyebabkan kulit menjadi kering dan terbentuknya fisura. Penyakit
vaskuler yang terdiri dari makroangiopati dan mikroangiopati menyebabkan
terjadinya penurunan aliran darah pada organ. Adanya neuropati, penyakit vaskuler
dan trauma menyebabkan terjadinya ulkus pada ekstremitas (Tambayong, 2015).

E. PATHWAY
Gambar : Pathway (Nursalam, 2017)
F. KLASIFIKASI
1. Klasifikasi Wagner
Klasifikasi Wagner membagi berdasarkan derajat dalamnya luka, derajat infeksi
dan derajat gangrene. Sampai saat ini, klasifikasi Wagner masih merupakan
klasifikasi yang paling banyak digunakan karena cukup praktis dalam menilai
derajat ulkus (Sjamsuhidajat, dkk. 2016).

Grad Keterangan Karakteristik Kaki


e
Tidak ada ulserasi, tetapi berisiko tinggi
walaupun tidak ada ulserasi, untuk menjadi kaki
Kulit intak/utuh diabetik. Penderita dalam kelompok ini perlu
0
mendapat perhatian khusus. Pengamatan berkala,
perawatan kaki yang baik dan penyuluhan
penting untuk mencegah ulserasi.
Ulkus superfisial, tanpa infeksi disebut juga ulkus
neuropatik, oleh karena itu lebih sering
ditemukan pada daerah kaki yang banyak
1 Tukak Superfisial
mengalami tekanan berat badan yaitu di daerah
ibu jari kaki dan plantar. Sering terlihat adanya
kallus.
Ulkus dalam, disertai selulitis, tanpa abses atau
Tukak Dalam kelainan tulang. Adanya ulkus dalam, sering
2
disertai infeksi tetapi tanpa adanya kelainan
tulang.
3 Tukak Dalam Ulkus dalam disertai kelainan kulit dan abses luas
dengan Infeksi yang dalam.
Gangren terbatas yaitu hanya pada ibu jari kaki,
Tukak dengan
4 tumit Penyebab utama adalah iskemi, oleh karena
gangren pada 1-2
itu disebut juga ulkus iskemi yang terbatas pada
jari
daerah tertentu.
Tukak dengan Gangren seluruh kaki Biasanya oleh karena
5
gangren luas seluruh sumbatan arteri besar, tetapi juga ada kelainan
kaki neuropati dan infeksi.

2. Klasifikasi University of Texas


Klasifikasi Texas ini menilai dari segi lesi bukan hanya dalamnya lesi saja, tetapi
juga menilai ada tidaknya faktor infeksi dan iskemia (Arjatmo, T. 2016).

Grade
Stage
1 2 3 4
A Lesi pre atau Lesi Luka sampai Luka sampai
post ulkus superfisial pada tendon pada tulang
yang tidak sampai atau kapsul. atau sendi.
mengalami pada tendon,
epitelisasi kapsul atau
sempurna. tulang.
B Stage A + adanya infeksi
C Stage A + adanya iskemia
D Stage A + adanya infeksi dan iskemia

3. Klasifikasi Edmonds (King’s Collage Hospital London)


Klasifikasi Edmonds juga merupakan klasifikasi yang praktis dan sangat erat
dengan pengelolaan pada tenaga medis dan merupakan klasifikasi yang berdasar
pada perjalanan alamiah kaki diabetes (Syaifuddin, 2018).

Stage Klinis Kaki Keterangan


Normal Foot
Stage 1 Peran pencegahan primer sangat penting, dan
semuanya dapat dikerjakan pada pelayanan
High Risk
kesehatan primer, baik oleh podiatrist / chiropodist
Stage 2 Foot
maupun oleh dokter umum
Ulcerated Memerlukan perawatan di tingkat pelayanan
Stage 3
Foot kesehatan yang lebih memadai umumnya sudah
Stage 4 Infected Foot memerlukan pelayanan spesialistik.
Stage 5 Necrotic Foot Merupakan kasus rawat inap, dan jelas memerlukan
Unsalvable suatu kerja sama tim tenaga kesehatan antara dokter
Stage 6 Foot bedah, utamanya dokter ahli bedah vaskular atau
ahli bedah plastik dan rekonstruksi.

4. Klasifikasi Liverpool
Klasifikasi Liverpool (Muttaqin, A & Sari, K. 2015).

Klasifikasi Keterangan
Klasifikasi Primer  Vaskular
 Neuropati
 Neuroiskemik
Klasifikasi Sekunder  Tukak sederhana tanpa komplikasi
 Tukak dengan komplikasi

5. Klasikasi PEDIS
Klasifikasi Pedis (Sjamsuhidajat, dkk. 2016).

Sedangkan (Tambayong, 2015) membagi gangren kaki menjadi dua golongan :


1. Kaki Diabetik akibat Iskemia ( KDI )
Disebabkan penurunan aliran darah ke tungkai akibat adanya makroangiopati
(arterosklerosis) dari pembuluh darah besar ditungkai, terutama di daerah betis.
Gambaran klinis KDI :
a. Penderita mengeluh nyeri waktu istirahat.
b. Pada perabaan terasa dingin.
c. Palpasi pembuluh darah kurang kuat.
d. Didapatkan ulkus sampai gangren.

2. Kaki Diabetik akibat Neuropati ( KDN )


Terjadi kerusakan syaraf somatik dan otonomik, tidak ada gangguan dari sirkulasi.
Klinis di jumpai kaki yang kering, hangat, kesemutan, mati rasa, oedem kaki,
dengan pulsasi pembuluh darah kaki teraba baik.
G. MANIFESTASI KLINIS
Gangren diabetik akibat mikroangiopatik disebut juga gangren panas karena
walaupun nekrosis, daerah akral itu tampak merah dan terasa hangat oleh peradangan,
dan biasanya teraba pulsasi arteri di bagian distal. Biasanya terdapat ulkus diabetik
pada telapak kaki. Proses makroangiopati menyebabkan sumbatan pembuluh darah,
sedangkan secara akut emboli akan memberikan gejala klinis 5 P, yaitu (Corwin, E.J.
2015) :
1. Pain (nyeri).
2. Paleness (kepucatan).
3. Paresthesia (parestesia dan kesemutan).
4. Pulselessness (denyut nadi hilang).
5. Paralysis (lumpuh).
Bila terjadi sumbatan kronik, akan timbul gambaran klinis menurut pola dari
Fontaine, yaitu 4 (Arjatmo, T. 2016) :
1. Stadium I : asimptomatis atau gejala tidak khas (kesemutan)
2. Stadium II : terjadi klaudikasio intermiten.
3. Stadium III : timbul nyeri saat istirahat.
4. Stadium IV : berupa manifestasi kerusakan jaringan karena anoksia (ulkus).

BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN

A. PENGKAJIAN
DAFTAR PUSTAKA

Arjatmo, T. 2016. Penatalaksanaan Diabetes Melitus Terpadu. Jakarta : Balai Penerbit FKUI.
Askandar Tjokroprawiro A. 2013. Diabetes Mellitus: Klasifikasi, Diagnosis, dan Terapi,
Edisi 3. Jakarta : PT Gramedia Pustaka Utama.

Corwin, E.J. 2015. Buku Saku Patofisiologi. Jakarta : EGC.

Gustaviani, R. 2013. Diagnosis dan Klasifikasi Diabetes Melitus, Buku Ajar Ilmu Penyakit
Dalam Edisi Ketiga. Jakarta : Balai Penerbit FKUI.

Ikram, A. 2018. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam : Diabetes Mellitus. Jakarta : Salemba
Medika.

Muttaqin, A & Sari, K. 2015. Asuhan Keperawatan Gangguan Sistem Endokrin. Jakarta :
Salemba Medika.

Nursalam. 2017. Asuhan Keperawatan pada Pasien dengan Gangguan Sistem Endokrin.
Jakarta : Salemba Medika.

Prest, M.. 2017. Penggunaan Obat Pada Lanjut Usia Menuju Pengobatan Rasional dan
Penghargaan Pilihan Pasien. Jakarta : Penerbit PT Elex Media Komputindo.

Rochmah, W. 2016. Diabetes Melitus Pada Usia Lanjut, Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam,
Edisi Ketiga. Jakarta : Balai Penerbit FKUI.

Sjamsuhidajat, dkk. 2016. Buku Ajar Ilmu Bedah. Jakarta : EGC.

Suyono, S. 2014. Diabetes Melitus, Patofisiologis, Diagnosis, dan Klasifikasi dalam


Diabetes Melitus Penatalaksanaan Terpadu. Jakarta : Penerbit FKUI.

Syaifuddin. 2018. Anatomi Fisiologi Untuk Mahasiswa Keperawatan Edisi 3. Jakarta: EGC.

Tambayong. 2015. Patofisiologi Untuk Keperawatan. Jakarta : EGC.

Anda mungkin juga menyukai